Anda di halaman 1dari 12

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Prinsip Pengembangan Kurikulum

Istilah pengembangan kurikulum menunjukkan suatu kegiatan yang


menghasilkan kegiatan baru, dimana kegiatan menghasilkan suatu alat atau suatu
cara yang baru dan selama kegiatan tersebut penilaian serta penyempurnaan
terhadap alat atau cara terus dilakukan, bila setelah penyempurnaan-
penyempurnaan tersebut, akhirnya alat atau alat tersebut dipandang cukup mantap
untuk digunakan seterusnya. Pengembangan di atas berlaku pula dalam
kurikulum, kurikulum terus mengalami perkembangan yang di sesuaikan dengan
tuntutan zaman, perkembangan ilmu dan teknologi, geografis dan kebutuhan
peserta didik serta kompetensi yang harus dicapai.
Seorang pengembang dalam pengembangan kurikulum biasanya
menggunakan beberapa prinsip yang dipegangnya sebagai acuan agar kurikulum
yang dibuat memenuhi harapan peserta didik, lembaga pendidikan (sekolah),
orang tua, masyarakat pengguna dan tentunya pemegang kebijakan pendididkan
(pemerintah).
Mukhidin (2016, hlm. 7) berpendapat bahwa prinsip merupakan sesuatu yang
sangat penting yang berkaitan dengan keberadaan sesuatu karena prinsip sebagai
dasar atau asas yang bersifat mengatur dan mengarahkan. Sedangkan menurut
Oliva (2014, hlm. 21) prinsip kurikulum dipandang sebagai pengantar untuk
mencetak peserta didik yang memiliki kompetensi.

B. Sumber-Sumber Prinsip Kurikulum

Oliva & Gordon dalam bukunya Developing the Curriculum menjelaskan


bahwa terdapat empat sumber prinsip pengembangan kurikulum yakni data
empiris (empirical data), data eksperimen (experiment data), cerita atau legenda
yang hidup di masyarakat (folklore of curriculum), dan akal sehat (common

4
5

sense). Keempat sumber prinsip pengembangan kurikulum tersebut dapat


dimaknai sebagai berikut :

1. Data empiris
Data empiris merujuk pada pengalaman terdokumentasi dan terbukti efektif.
2. Data eksperimen
Data eksperimen merujuk pada temuan-temuan hasil penelitian. Data hasil
temuan merupakan data yang dipandang valid dan reliable, sehingga tingkat
kebenarannya meyakinkan untuk dijadikan prinsip dalam pengembangan
kurikulum.
3. Cerita atau legenda yang hidup di masyarakat
Cerita atau legenda dijadikan sumber prinsip pengembangan kurikulum
dikarenakan kepercayaan atau keyakinan yang ditemukan pada zaman
sebelumnya yang menjadi landasan suatu kebenaran sehingga para ilmuwan
telah menemukan beberapa fakta bahwa beberapa kebenaran
menggarisbawahi mengenai cerita yang ada di masyarakat.
4. Akal sehat (common of sense)
Selain dari itu, data yang di peroleh dari penelitian sendiri digunakan setelah
melalui proses pertimbangan dan penilaian akal sehat terlebih dahulu. Akal
sehat yang sering tidak dipercaya, menggabungkan cerita rakyat, generalisasi
berdasarkan pengamatan dan pembelajaran yang ditemukan melalui
eksperimen dengan intuisi dan tebakan yang beralasan. Ini bisa berfungsi
tidak hanya sebagai sumber prinsip kurikulum tapi juga sebagai metodologi.

Prinsip pengembangan kurikulum menunjukkan pada suatu pengertian


tentang berbagai hal yang harus dijadikan patokan dalam menentukan berbagai
kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum itu sendiri.

C. Jenis-Jenis Prinsip Pengembangan Kurikulum


Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum menurut Oliva dan Gordon (2013,
hlm. 21-22) terdiri dari :
a. Whole truths berdasarkan pada fakta dan konsep yang telah melalui
penelitian dan diyakini kebenarannya.
6

b. Partial truths berdasarkan pada fakta dan konsep yang dapat disesuaikan
dengan berbagai situasi atau kasus, namun belum bisa digeneralisasikan..
Oleh karena itu, prinsip ini sering menimbulkan pro dan kontra.
Contohnya ada yang menganggap bahwa pencapaian peserta didik akan
tinggi apabila peserta didik digolongkan sesuai dengan kemampuannya.
Namun adapula yang beranggapan bahwa pencapaian peserta didik akan
baik apabila digolongkan berdasar kebiasaan yang dimiliki.
c. Hypotheses berdasarkan pada anggapan yang bersifat tentatif. Prinsip ini
muncul dari ide atau judgments, legenda atau cerita rakyat, dan kejadian-
kejadian pada umumnya. Prinsip ini sama seperti Partial truths yang
masih menimbulkan pro dan kontra. Contohnya antara pendidik dan staff
administrasi sekolah. Pendidik beranggapan bahwa ukuran kelas perlu
dipeluas untuk dapat membuat peserta didik lebih aktif dalam beraspirasi
dan mengikuti pembelajaran. Namun, staff administrasi beranggapan
kelas yang lebih kecil akan lebih dapat mengkondisikan peserta didik.

Ketiga prinsip diatas dapat digunakan meskipun partial truth & hypotheses
tidak seajeg whole truth. Prinsip-prinsip kurikulum juga dijelaskan oleh Mc Neil
dalam bab The Systemic Curriculum bahwa kurikulum sistemik memiliki prinsip
keterpaduan antara bagian-bagian dalam bentuk sistem. Adanya standar-standar
yang menjadi orientasi seperti standar proses, standar kompetensi, standar
penilaian yang harus dipenuhi oleh peserta didik. Selain itu, terdapat beberapa
model dalam penerapannya didalam kelas, yaitu sebagai berikut:
a. Instructional Alignment
Pemberian arahan dalam mengembangkan kurikulum dengan menyesuaikan
kondisi yang mestimulus dengan
b. Mastery learning (Ketuntasan belajar)
Bahan ajar merupakan faktor pendukung dalam mencapai ketuntasan belajar.
Bahan ajar yang disampaikan pada peserta didik akan menjadi alat ukur
pemahaman peserta didik yang dinilai secara objektif. Peserta didik harus
dapat mencapai ketuntasan belajar (mastery learning) tersebut sebelum
berlanjut ke jenjang berikutnya.
7

c. Personalized Systemic Instructions


Peserta didik dituntut untuk dapat berperan aktif dan menggunakan teknologi
dalam proses pembelajaran. Pemanfaatan teknologi mutakhir yang ada pada
zaman globalisasi ini akan membuka cakrawala kita, sehingga pada buku
sebelumnya, Mc neil mengemukakan bahwa model ini adalah kurikulum
teknologis.

Undang-Undang No.20 tahun 2003 pasal 36 juga menjelaskan tentang prinsip


pengembangan kurikulum yaitu:
1) Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan
prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan
peserta didik.
3) Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:
a. Peningkatan iman dan takwa;
b. Peningkatan akhlak mulia;
c. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
d. Keragaman potensi daerah dan lingkungan;
e. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
f. Tuntutan dunia kerja;
g. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
h. Agama;
i. Dinamika perkembangan global; dan
j. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
4) Ketentuan mengenai pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah.
Beberapa ahli lainnya juga menjelaskan mengenai prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum, diantaranya Wina Sanjaya (2008, hlm.39)
mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan kurikulum yaitu relevansi,
8

fleksibilitas, kontinuitas, praktis dan efektivitas, sedangkan menurut Nana


Syaodih (2012, hlm 150-155) mengetengahkan prinsip- prinsip pengembangan
kurikulum dengan membaginya ke dalam dua kelompok yaitu prinsip- prinsip
umum dan prinsip- prinsip khusus. Ada beberapa prinsip umum dalam
pengembangan kurikulum yaitu:
1. Prinsip Relevansi
Prinsip relevansi terdapat dua jenis relevansi yaitu relevan keluar yang
dimaksudkan ke tujuan,isi dan proses serta relevan ke dalam kurikulum itu
sendiri. Ini dimaksudkan bahwa tujuan, isi dan proses harus relevan
dengan tuntutan dan kebutuhan sesuai dengan perkembangan masyarakat,
kurikulum hendaknya menyiapkan peserta didik untuk dapat hidup dan
bekerja dalam masyarakat dari sekarang sampai yang akan datang serta
kurikulum pun harus adanya kesesuaian antara komponen-komponen
kurikulum antara tujuan, isi, proses penyampaian dan penilaian.
2. Prinsip Fleksibilitas
Kurikulum harus bersifat lentur sehingga dapat menyiapkan peserta didik
untuk kehidupan sekarang dan yang akan datang, di sini dan di tempat lain
bagi peserta didik yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang
berbeda jadi kurikulum yang baik harus berisi hal-hal yang solid tetapi
dalam pelaksanaannya memungkinkan terjadinya penyesuaian-peyesuaian
berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun kemampuan dan latar belakang
peserta didik.
3. Prinsip Kontinuitas
Prinsip kontuinitas atau berkesinambungan dimana perkembangan dan
proses belajar peserta didik berlangsung secara berkesinambungan tidak
terputus- putus. Oleh karena itu, pengalaman- pengalaman belajar yang
disediakan kurikulum hendaknya berkesinambungan antara satu tingkat
kelas dengan kelas lainnya, satu jenjang dengan jenjang lainnya juga
antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan. Pengembangan kurikulum
perlu dilakukan serempak antara para pengembang kurikulum sekolah
dasar dengan SMPTP,SMTA, dan Perguruan Tinggi.
9

4. Prinsip Praktis
Praktis berarti mudah dilakspeserta didikan dan menggunakan alat-alat
sederhana dan biayanya murah. Jadi kurikulum harus selalu dilakukan
dalam keterbatasan-keterbatasan baik keterbatasan waktu, biaya, alat
maupun perorangan.
5. Prinsip efektifitas
Meskipun kurikulum harus praktis tetapi keberhasilannya harus tetap
diperhatikan baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga keberhasilan
kurikulum akan berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan.
Adapun prinsip-prinsip yang lebih khusus dalam pengembangan
kurikulum yang berkenaan dengan penyusunan tujuan, isi, pengalaman belajar dan
penilaian. Prinsip yang berkenaan dengan tujuan pendidikan. Kurikulum
hendaknya mengacu terhadap perumusan tujuan pendidikan yang bersifat umum,
atau jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek. Kedua prinsip yang
berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan bahwa isi kurikulum harus sesuai
dengan kebutuhan pendidikan yang telah ditentukan para perencana yang harus
mempertimbangkan beberapa hal mengenai penjabaran tujuan pendidikan atau
pngajaran ke dalam pembuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana. Isi bahan
pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap dan keterampilan dan unit- unit
kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis. Ketiga prinsip
yang berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar bahwa untuk
menentukan kegiatan proses belajar mengajar harus memperhatikan metode dan
teknik yang cocok untuk mengajarkan bahan pelajaran dan harus memberikan
kegiatan yang bervariasi untuk melayani perbedaan individual peserta didik,
menciptakan pencapaian kearah kognitif, afektif dan psikomotor dan mendorong
berkembangnya kemampuan baru. Keempat prinsip yang berkenaan dengan
pemilihan media dan alat pengajaran yang dubutuhkan dan pengintegrasian dalam
keseluruhan kegiatan belajar. Kelima prinsip yang berkenaan dengan penilaian
bahwa ada tiga fase yang harus diperhatikan ketika membuat alat tes yaitu
bagaimana kararakteristik kelas, usia dan tingkat kemampuan yang akan diteskan,
berapa lama waktu yanng diperlukan untuk pelaksanaan tes, apa bentuk tes dan
berapa banyak butir tes yang perlu disusun.
10

Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang telah dijelaskan oleh


beberapa ahli tersebut memiliki makna yang sama yakni sebagai dasar atau arahan
dalam mengembangkan kurikulum pendidikan, khususnya pengembangan
kurikulum di Indonesia dan penulis selanjutnya akan memaparkan prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang sebagian besar mengadopsi
prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang telah dibahas sebelumnya.

C. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Prinsip-prinsip pengembangan KBK yang diterapkan di Indonesia dijelaskan


dalam buku Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum (Syaodih NS 2011,
hlm 70-72) yakni sebagai berikut :

1. Keimanan, nilai, dan budi pekerti luhur


Keyakinan, nilai, dan budi pekerti yang telah dianut oleh suatu kelompok
masyarakat akan berpengaruh pada sikap dan kehidupan peserta didik. Oleh
sebab itu, perlu adanya penggalian, pemahaman, dan pengaplikasian yang
dilakukan secara langsung dan berkesinambungan oleh peserta didik. Seperti
yang dijelaskan pada tujuan khusus pendidikan nasional yang dapat dimaknai
bahwa dalam mengembangkan potensi peserta didik harus diiringi oleh
ketakwaan kepada Tuhan, sehingga tidak hanya berilmu tetapi juga memiliki
nilai dan sikap yang baik.
2. Penguatan integritas nasional
Keanekaragaman bangsa ini seperti keanekaragaman bahasa, suku, budaya,
dan sebagainya. Hal tersebut mendorong perlu adanya penguatan integritas
nasional melalui pendidikan dengan pemberian pemahaman bahwa bangsa
Indonesia ini bersifat majemuk. Kita mengaharapkan pendidikan dapat
mencetak generasi yang dapat berkecimpung dan membangun masyarakat
yang beranekaragam ini.
3. Keseimbangan etika, logika, estetika dan kinestetika
Pengalaman belajar peserta didik harus tercermin dalam keseimbangan etika,
logika, estetika, dan kinestetika.
11

4. Kesamaan memperoleh kesempatan


Pengembangan KBK harus memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh
kesempatan khususnya dalam mengenyam pendidikan. Peserta didik yang
memiliki kesenjangan sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya memiliki hak
yang sama. Contoh peserta didik yang memerlukan bantuan akan tetapi ia
memiliki bakat dan prestasi yang baik dibantu dengan adanya beapeserta
didik pendidikan.
5. Abad pengetahuan dan teknologi informasi
Kita berada di abad dimana pengetahuan dan teknologi informasi cepat
berubah. Oleh karena itu, kurikulum yang dirancang perlu mengembangkan
kemampuan berpikir dan belajar secara global. Pemanfaatan teknologi
mutakhir yang ada pada zaman globalisasi ini akan membuka cakrawala kita.
6. Pengembangan keterampilan hidup
Berawal dari adanya kita di abad pengetahuan dan teknologi informasi, maka
selanjutnya pengembangan KBK perlu mengintegrasikan unsur-unsur penting
untuk bertahan hidup agar peserta didik memiliki keterampilan, sikap, dan
perilaku adaptif, kooperatif, serta kompetitif.
7. Belajar sepanjang hayat
Belajar berlangsung sepanjang hidup manusia untuk menambahkan kesadaran
dan kemauan belajar untuk memahami dunia yang selalu berubah dalam
berbagai bidang. Pembelajaran sepanjang hayat dapat dilakukan baik di
pendidikan formal maupun non-formal.
8. Berpusat pada peserta didik dengan penilaian yang berkelanjutan dan
komprehensif.
Pembelajaran dengan menggunakan pengembangan KBK harus dapat lebih
memandirikan peserta didik bekerja sama, belajar, dan mengukur kemampuan
diri sendiri. Penilaian yang berkelanjutan dan komprehensif penting dalam
mendorong pecapaian upaya tersebut.
9. Pendekatan menyeluruh dan kemitraan
Pendekatan yang dituangkan dalam pengembangan KBK harus
mempertimbangkan pengalaman belajar peserta didik secara
berkesinambungan dari TK hingga kelas XII dan mengintegrasikan berbagai
12

disiplin ilmu. Keberhasilan pengalaman belajar menuntut kemitraan dan


tanggung jawab dari berbagai pihak yakni peserta didik, guru, orang tua,
perguruan tinggi, dunia usaha atau industri, dan masyarakat.

Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum berbasis kompetensi menurut


Zainal Arifin hanya terdiri dari delapan pilar tanpa adanya pendekatan
menyeluruh dan kemitraan. Namun, hal tersebut memiliki makna yang selaras
karena pendekatan berkelanjutan dan kemitraan jika ditelaah merupakan terusan
dari prinsip berpusat pada peserta didik dengan penilaian yang berkelanjutan dan
komprehensif dalam arti sebuah kurikulum yang disusun harus mengkorelasikan
pengalaman belajar yang telah didapat oleh peserta didik dengan kebutuhan saat
peserta didik berkecimpung secara langsung di masyarakat.
13

BAB III
ANALISIS PENULIS

Berdasarkan latar belakang dan kajian teori sebelumnya maka penulis


menyimpulkan bahwa sistem yang kita sebut pendidikan merespon perubahan
kondisi pada masyarakat. Masyarakat merupakan salah satu penyebab perubahan
kurikulum. Pengembangan kurikulum merupakan proses yang komprehensif, di
dalamnya mencakup perencanaan, implementasi dan evaluasi kurikulum. Prinsip
pengembangan kurikulum mengandung pengertian tentang berbagai hal yang
harus dijadikan sebagai pedoman dalam menentukan berbagai hal yang terkait
dengan pengembangan kurikulum. Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam
kegiatan pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau
hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum
dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan
sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu,
dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin
terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang
digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan berbagai
prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum.

Khususnya prinsip-prinsip pengembangan kurikulum berbasis kompetensi


yang mengadopsi beberapa teori dari para ahli pengembangan kurikulum, yakni
sebagai berikut :
a. Berpusat pada peserta didik dengan penilaian yang komprehensif dan
berkesinambungan.
Peserta didik merupakan subjek dari proses pembelajaran dan pendidik adalah
fasilitator yang mengantarkan peserta didik hingga mencapai tujuan
pembelajaran tersebut. Orientasi pencapaian tujuan belajar dapat terlihat dari
penilaian hasil evaluasi peserta didik yang berdasarkan pada pengalaman
belajar yang berkesinambungan, sehingga peserta didik dapat mengukur
kemampuan dan pemahaman diri sendiri. Hal tersebut merupakan salah satu
pola yang melibatkan peserta didik dalam kurikulum sistemik.
14

b. Berdasarkan pada kompetensi dasar atau pengetahuan awal yang dimiliki oleh
peserta didik
Membangun wawasan pada peserta didik berawal dengan menggali terlebih
dahulu pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik tersebut. Seperti
yang telah kami uraikan sebelumnya bahwa pendidik adalah fasilitator, ia
hanya bertugas untuk melengkapi dan menjadi sarana proses belajar
mengajar.
c. Penguasaan kompetensi setelah peserta didik menyelesaikan pendidikannya
Penguasaan kompetensi merupakan salah satu tujuan dari pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi. Prinsip ini dijelaskan oleh Mc Neil dalam
kurikulum sistemik. Peserta didik dianggap telah memiliki kompetensi
apabila telah lulus dari tes evaluasi diri.
d. Ketuntasan belajar (mastery learning)
Prinsip ini jelas dipaparkan oleh Mc Neil dalam bukunya yang berjudul
Contemporary Curriculum dalam bab kurikulum sistemik. Pencapaian
ketuntasan belajar didukung oleh bahan ajar yang efektif dan efisien. Di
Indonesia ketuntasan belajar peserta didik terukur apabila peserta didik
tersebut telah memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dan apabila
belum memnuhi KKm maka peserta didik tersebut wajib mengikuti program
remedial. Begitupula sebaliknya, apabia peserta didik telah memenuhu KKm,
maka dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan atau tahapan belajar
selanjutnya.
e. Berorientasi pada hasil dalam bentuk kompetensi
Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, perlu kita garis bawahi pada
kata berbasis pada kompetensi. Hasil belajar peserta didik tercermin pada
kompetensi dalam bentuk pengetahuan maupun keterampilan yang telah
dimiliki setelah melalui proses pendidikan. Merujuk pada buku 21th Century
Skill karya Bernie & Charles sangat perlu adanya upaya untuk
mempersiapkan generasi yang kelak akan bersaing secara global. Bahkan saat
ini sudah terasa, saat mencari pekerjaan kompetensi yang kita miliki tidak
cukup apabila hanya satu atau dua kompetensi. Persyaratan kualifikasi
15

pekerjaan sudah banyak menuntut berbagai bidang yang harus kita kuasai
dibuktikan dengan dokumen pendidikan ataupun sertifikat/ surat pendukung.
f. Pendidikan yang utuh dan menyeluruh
Pendidikan yang diimplementasikan dalam KBK mencakup aspek karakter,
keterampilan, akademik, kesehatan, dan apresiasi dalam bentuk seni. The Phi
Delta Kappa (Ornstein & Hunskins 2009, hlm. 225-226) menyebutkan dalam
tujuan umum untuk peserta didik capaian yang harus diraih, diantaranya
belajar untuk menjadi warga yang baik, belajar untuk dapat beradaptasi
dengan berbagai orang yang memiliki pemikiran, kebudayaan, dan sikap yang
berbeda, belajar untuk mengetahui dan memahami perubahan yang terjadi do
beberapa tempat di semua penjuru dunia, mengembangkan kompetensi
melalui membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara, memahami dan
mengaplikasikan dalam kehidupan nyata, belajar bagaimana mencari dan
memperoleh informasi, pemgembangan kompetensi untuk memenuhi
kualifikasi bidang pekerjaan, mengembangkan keahlian untuk saat ini dan
masa yang akan datang, memahami dan mengimplementasikan kesehatan dan
keamanan, dan mengapresiasikannya dalam wujud seni budaya dan
keindahan.
g. Pembelajaran sepanjang hayat (Life Long Learning)
Pendidikan merupakan proses pembelajaran sepanjang hayat yang dapat
dilakukan baik melalui pendidikan formal, non-formal, lembaga
pemerintahan, maupun lembaga di masyarakat.
h. Pengembangan kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan, potensi, dan
kondisi

Anda mungkin juga menyukai