KAJIAN TEORI
4
5
1. Data empiris
Data empiris merujuk pada pengalaman terdokumentasi dan terbukti efektif.
2. Data eksperimen
Data eksperimen merujuk pada temuan-temuan hasil penelitian. Data hasil
temuan merupakan data yang dipandang valid dan reliable, sehingga tingkat
kebenarannya meyakinkan untuk dijadikan prinsip dalam pengembangan
kurikulum.
3. Cerita atau legenda yang hidup di masyarakat
Cerita atau legenda dijadikan sumber prinsip pengembangan kurikulum
dikarenakan kepercayaan atau keyakinan yang ditemukan pada zaman
sebelumnya yang menjadi landasan suatu kebenaran sehingga para ilmuwan
telah menemukan beberapa fakta bahwa beberapa kebenaran
menggarisbawahi mengenai cerita yang ada di masyarakat.
4. Akal sehat (common of sense)
Selain dari itu, data yang di peroleh dari penelitian sendiri digunakan setelah
melalui proses pertimbangan dan penilaian akal sehat terlebih dahulu. Akal
sehat yang sering tidak dipercaya, menggabungkan cerita rakyat, generalisasi
berdasarkan pengamatan dan pembelajaran yang ditemukan melalui
eksperimen dengan intuisi dan tebakan yang beralasan. Ini bisa berfungsi
tidak hanya sebagai sumber prinsip kurikulum tapi juga sebagai metodologi.
b. Partial truths berdasarkan pada fakta dan konsep yang dapat disesuaikan
dengan berbagai situasi atau kasus, namun belum bisa digeneralisasikan..
Oleh karena itu, prinsip ini sering menimbulkan pro dan kontra.
Contohnya ada yang menganggap bahwa pencapaian peserta didik akan
tinggi apabila peserta didik digolongkan sesuai dengan kemampuannya.
Namun adapula yang beranggapan bahwa pencapaian peserta didik akan
baik apabila digolongkan berdasar kebiasaan yang dimiliki.
c. Hypotheses berdasarkan pada anggapan yang bersifat tentatif. Prinsip ini
muncul dari ide atau judgments, legenda atau cerita rakyat, dan kejadian-
kejadian pada umumnya. Prinsip ini sama seperti Partial truths yang
masih menimbulkan pro dan kontra. Contohnya antara pendidik dan staff
administrasi sekolah. Pendidik beranggapan bahwa ukuran kelas perlu
dipeluas untuk dapat membuat peserta didik lebih aktif dalam beraspirasi
dan mengikuti pembelajaran. Namun, staff administrasi beranggapan
kelas yang lebih kecil akan lebih dapat mengkondisikan peserta didik.
Ketiga prinsip diatas dapat digunakan meskipun partial truth & hypotheses
tidak seajeg whole truth. Prinsip-prinsip kurikulum juga dijelaskan oleh Mc Neil
dalam bab The Systemic Curriculum bahwa kurikulum sistemik memiliki prinsip
keterpaduan antara bagian-bagian dalam bentuk sistem. Adanya standar-standar
yang menjadi orientasi seperti standar proses, standar kompetensi, standar
penilaian yang harus dipenuhi oleh peserta didik. Selain itu, terdapat beberapa
model dalam penerapannya didalam kelas, yaitu sebagai berikut:
a. Instructional Alignment
Pemberian arahan dalam mengembangkan kurikulum dengan menyesuaikan
kondisi yang mestimulus dengan
b. Mastery learning (Ketuntasan belajar)
Bahan ajar merupakan faktor pendukung dalam mencapai ketuntasan belajar.
Bahan ajar yang disampaikan pada peserta didik akan menjadi alat ukur
pemahaman peserta didik yang dinilai secara objektif. Peserta didik harus
dapat mencapai ketuntasan belajar (mastery learning) tersebut sebelum
berlanjut ke jenjang berikutnya.
7
4. Prinsip Praktis
Praktis berarti mudah dilakspeserta didikan dan menggunakan alat-alat
sederhana dan biayanya murah. Jadi kurikulum harus selalu dilakukan
dalam keterbatasan-keterbatasan baik keterbatasan waktu, biaya, alat
maupun perorangan.
5. Prinsip efektifitas
Meskipun kurikulum harus praktis tetapi keberhasilannya harus tetap
diperhatikan baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga keberhasilan
kurikulum akan berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan.
Adapun prinsip-prinsip yang lebih khusus dalam pengembangan
kurikulum yang berkenaan dengan penyusunan tujuan, isi, pengalaman belajar dan
penilaian. Prinsip yang berkenaan dengan tujuan pendidikan. Kurikulum
hendaknya mengacu terhadap perumusan tujuan pendidikan yang bersifat umum,
atau jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek. Kedua prinsip yang
berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan bahwa isi kurikulum harus sesuai
dengan kebutuhan pendidikan yang telah ditentukan para perencana yang harus
mempertimbangkan beberapa hal mengenai penjabaran tujuan pendidikan atau
pngajaran ke dalam pembuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana. Isi bahan
pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap dan keterampilan dan unit- unit
kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis. Ketiga prinsip
yang berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar bahwa untuk
menentukan kegiatan proses belajar mengajar harus memperhatikan metode dan
teknik yang cocok untuk mengajarkan bahan pelajaran dan harus memberikan
kegiatan yang bervariasi untuk melayani perbedaan individual peserta didik,
menciptakan pencapaian kearah kognitif, afektif dan psikomotor dan mendorong
berkembangnya kemampuan baru. Keempat prinsip yang berkenaan dengan
pemilihan media dan alat pengajaran yang dubutuhkan dan pengintegrasian dalam
keseluruhan kegiatan belajar. Kelima prinsip yang berkenaan dengan penilaian
bahwa ada tiga fase yang harus diperhatikan ketika membuat alat tes yaitu
bagaimana kararakteristik kelas, usia dan tingkat kemampuan yang akan diteskan,
berapa lama waktu yanng diperlukan untuk pelaksanaan tes, apa bentuk tes dan
berapa banyak butir tes yang perlu disusun.
10
BAB III
ANALISIS PENULIS
b. Berdasarkan pada kompetensi dasar atau pengetahuan awal yang dimiliki oleh
peserta didik
Membangun wawasan pada peserta didik berawal dengan menggali terlebih
dahulu pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik tersebut. Seperti
yang telah kami uraikan sebelumnya bahwa pendidik adalah fasilitator, ia
hanya bertugas untuk melengkapi dan menjadi sarana proses belajar
mengajar.
c. Penguasaan kompetensi setelah peserta didik menyelesaikan pendidikannya
Penguasaan kompetensi merupakan salah satu tujuan dari pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi. Prinsip ini dijelaskan oleh Mc Neil dalam
kurikulum sistemik. Peserta didik dianggap telah memiliki kompetensi
apabila telah lulus dari tes evaluasi diri.
d. Ketuntasan belajar (mastery learning)
Prinsip ini jelas dipaparkan oleh Mc Neil dalam bukunya yang berjudul
Contemporary Curriculum dalam bab kurikulum sistemik. Pencapaian
ketuntasan belajar didukung oleh bahan ajar yang efektif dan efisien. Di
Indonesia ketuntasan belajar peserta didik terukur apabila peserta didik
tersebut telah memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dan apabila
belum memnuhi KKm maka peserta didik tersebut wajib mengikuti program
remedial. Begitupula sebaliknya, apabia peserta didik telah memenuhu KKm,
maka dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan atau tahapan belajar
selanjutnya.
e. Berorientasi pada hasil dalam bentuk kompetensi
Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, perlu kita garis bawahi pada
kata berbasis pada kompetensi. Hasil belajar peserta didik tercermin pada
kompetensi dalam bentuk pengetahuan maupun keterampilan yang telah
dimiliki setelah melalui proses pendidikan. Merujuk pada buku 21th Century
Skill karya Bernie & Charles sangat perlu adanya upaya untuk
mempersiapkan generasi yang kelak akan bersaing secara global. Bahkan saat
ini sudah terasa, saat mencari pekerjaan kompetensi yang kita miliki tidak
cukup apabila hanya satu atau dua kompetensi. Persyaratan kualifikasi
15
pekerjaan sudah banyak menuntut berbagai bidang yang harus kita kuasai
dibuktikan dengan dokumen pendidikan ataupun sertifikat/ surat pendukung.
f. Pendidikan yang utuh dan menyeluruh
Pendidikan yang diimplementasikan dalam KBK mencakup aspek karakter,
keterampilan, akademik, kesehatan, dan apresiasi dalam bentuk seni. The Phi
Delta Kappa (Ornstein & Hunskins 2009, hlm. 225-226) menyebutkan dalam
tujuan umum untuk peserta didik capaian yang harus diraih, diantaranya
belajar untuk menjadi warga yang baik, belajar untuk dapat beradaptasi
dengan berbagai orang yang memiliki pemikiran, kebudayaan, dan sikap yang
berbeda, belajar untuk mengetahui dan memahami perubahan yang terjadi do
beberapa tempat di semua penjuru dunia, mengembangkan kompetensi
melalui membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara, memahami dan
mengaplikasikan dalam kehidupan nyata, belajar bagaimana mencari dan
memperoleh informasi, pemgembangan kompetensi untuk memenuhi
kualifikasi bidang pekerjaan, mengembangkan keahlian untuk saat ini dan
masa yang akan datang, memahami dan mengimplementasikan kesehatan dan
keamanan, dan mengapresiasikannya dalam wujud seni budaya dan
keindahan.
g. Pembelajaran sepanjang hayat (Life Long Learning)
Pendidikan merupakan proses pembelajaran sepanjang hayat yang dapat
dilakukan baik melalui pendidikan formal, non-formal, lembaga
pemerintahan, maupun lembaga di masyarakat.
h. Pengembangan kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan, potensi, dan
kondisi