Anda di halaman 1dari 3

Majelis Ta’lim - Asy-Syifa RSUD - Kraton Pekalongan

Riyadhus Shalihin –Bab 97


‫باب استحباب الذهاب إلى العيد وعيادةالمريض والحج والغزو والجنازة ونحوها من طريق‬
‫والرجوع من طريق آخرلتكثير مواضع العبادة‬
َKitab Adab – Sunnah Bepergian Ke Solat Hari Raya. Jenguk Orang Sakit, Haji, Peperangan,
Janazah, Dan Lain-Lain Dari Satu Jalan Dan Kembali Melalui Jalan lain Kerana
memperbanyakkan Tempat Ibadat

َ 4‫ الَفَ الط َّ ِري‬4 َ‫ ٍد خ‬4 ‫وْ ُم ِعي‬44َ‫انَ ي‬44‫سلَّم ِإذا َك‬


‫ رواه‬.‫ق‬4 َ ‫هللا عَ لَ ْي ِه و‬ ُّ ‫ كانَ النب‬:َ‫ي اللَّه عنه َقال‬
ُ ‫ي صَ لّى‬ َ ‫جابر رض‬
ٍ ‫عن‬
.‫البخاري‬
ِ ‫يق وَ رَ َجعَ في ط َ ِر‬
َ‫يق آخَ ر‬ ٍ ‫ َذ َهبَ في ط َ ِر‬:‫يق”يعني‬
َ ‫”خَ الَفَ الط َّ ِر‬:‫َقوْ له‬

Dari Jabir r.a., berkata: “Nabi s.a.w. itu apabila hari raya – yakni ketika pergi untuk shalatul’id, maka
beliau menyalahi jalan.” (Riwayat Bukhari)

Ucapannya: “Khalafath thariqa”: menyalahi jalan artinya ialah bahwa perginya melalui jalan yang satu
sedang pulangnya melalui jalan lainnya lagi – bukan jalan waktu perginya tadi.

َّ ‫ق‬4
‫ َجرَ ِة‬4‫الش‬ ِ 4‫ رُ جُ ِمنْ ط َ ِري‬4ْ‫انَ يَخ‬44‫لَّم ك‬4‫وس‬ ُ ‫ابن عُ مَرَ رضي اللَّه عنهما َأن رَ سُول اللَّه صَ لّى‬
َ ‫ ِه‬4‫هللا عَ لَ ْي‬ ِ ‫وعن‬ ِ
‫س ْفلى متفقٌ عَ لَ ْي ِه‬ ُّ ‫ وِإ َذا دَخَ َل َم َّك َة دَخَ َل ِمنَ الثَّ ِنية العُليَا وَ يَخْ رُ ُج ِمنَ الثَّ ِنية ال‬،‫َرَّس‬ ِ َ ‫وَ يَدْخ ُل ِمنْ ط‬
ِ ‫ريق ال ُمع‬

Dari Ibnu Umar radhialiahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. itu keluar , dari Madinah ,  dari jalan
Asysyajarah ,yang di situ ada masjid Dzulhulaifah , dan masuk , yakni pulangnya ,dari jalan
Almu’arras , yang di situ ada masjid Almu’arras. Dan jikalau  s.a.w. masuk Makkah maka beliau itu
masuk dari jalan Tsaniyyah Ulya , yang merupakan suatu jalan sempit antara dua buah bukit , dan
keluar dari jalan Tsaniyyah Sufla , atau yang disebut Asysyabikah.” (Muttafaq ‘alaih)

Perbedaan pendapat tentang hikmah memilih jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang pada
saat shalat Id

Dalam Fathul Bari (2:473), al-Hafidz Ibn Hajar menjelaskan: Ulama berbeda pendapat tentang makna
hadis jabir tersebut dalam berbagai macam alasan. Saya temukan lebih dari 20 pedapat.

Al-Qodhi Abdul Wahab al-Maliki juga mengatakan: “Ada banyak keterangan yang disebutkan dalam
masalah ini. Sebagian mendekati kebenaran dan kebanyakan hanyalah ucapan kosong tanpa makna.”

Berikut pendapat tentang hikmah memilih jalan yang berbeda dan mendekatikebenaran, diantaranya:
1. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan hal itu agar kedua jalan tersebut menjadi saksi
baginya. Ada yang mengatakan, agar penghuni dua jalan itu, baik jin maupun manusia,
menjadi saksi bagi beliau.
2. Agar keutamaan dua jalan itu sama, setelah beliau melewatinya.

1
3. Karena jalan beliau menuju lapangan berada di sebelah kanan. Andai beliau balik lagi melalui
jalan itu, berarti beliau kembali dengan mengambil arah kiri. Sehingga beliau memilih jalan
lain.
4. Untuk menampakkan syiar Islam atau menyemarakkan dzikrullah (bertakbir) di kedua jalan itu.
5. Dalam rangka menimbulkan rasa marah dari orang munafik atau orang Yahudi. Ada juga yang
mengatakan, beliau ingin menakut-nakuti orang munafik dan Yahudi, karena banyaknya
orang yang bersama beliau. Ini yang dikuatkan Ibnu Batthal.
6. Untuk menghindari makar atau rencana jahat dari penghuni salah satu jalan.
7. Beliau lakukan itu untuk mengajarkan kepada para sahabat akan kegembiraan di hari ini. Atau
agar para sahabat mengambil berkah dengan melintasnya beliau di jalan itu, ketika mereka
melihat belilau, dan mengambil manfaat dari beliau, dengan bertanya, mengajarkan sesuatu,
meniru sikap beliau, sedekah beliau, atau mendapatkan salam beliau ketika berjumpa.
8. Untuk mengunjugi kerabat beliau dan menyambung silaturahmi dengan keluarga.
9. Untuk menampakkan optimisme dengan menuju ampunan dan ridha Allah, sebagaimana
beliau memilih jalan yang berbeda.
10. Ketika berangkat, beliau bersedekah. Sementara ketika pulang, beliau sudah tidak membawa
apapun. Sehingga beliau mencari jalan lain, agar tidak menolak orang yang meminta beliau.
Namun ini pendapat yang sangat lemah.
11. Jalan yang beliau lalui ketika berangkat itu lebih jauh dari pada jalan ketika pulang. Maka
beliau ingin memperbanyak pahala ketika berangkat dengan memperbanyak langkah.
Sementara ketika pulang, beliau percepat agar segera sampai rumah. Ini adalah pendapat ar-
Rafi’i asy-Sayfi’i. Namun pendapat ini dinilai lemah, karena pahala langkah kaki juga dihitung
ketika pulang.
12. Sesungguhnya malaikat tersebar menunggu di setiap jalan. Maka beliau ingin menjadikan
mereka sebagai saksi di dua jalan tersebut. Demikian keterangan Ibnu Hajar.

Sementara itu, Ibnul Qoyim dalam Zadul Ma’ad (1:425), “Pendapat yang benar, hikmah memilih jalan
yang berbeda ketika berangkat shalat Id adalah untuk itu semua atau untuk alasan lainnya, yang bisa
jadi melatarbelakangi perbuatan beliau.”

Menurut ulama Syafiiyah, kesunnahan memilih jalan berbeda ini tidak hanya dianjurkan ketika hendak
melaksanakan shalat ‘Id, melainkan juga dianjurkan untuk seluruh shalat berjemaah, terutama
berjemaah shalat Jumat.

Bahkan bukan hanya shalat, melainkan semua bentuk ibadah juga disunnahkan untuk memilih jalan
berbeda saat berangkat dan pulangnya, seperti berangkat mengaji, menjenguk orang sakit dan
lainnya.

Ini sebagaimana disebutkan Imam Ibnu Hajar Al-Haitami dalam kitab Tuhfatul Muhtaj berikut;

‫يسن في كل عبادة الذهاب في طريق والرجوع في أخرى‬

Disunnahkan dalam setiap ibadah untuk berangkat di suatu jalan dan pulang di jalan yang lain.

2
Karena itu, jika melaksanakan shalat berjemaah di masjid, terutama untuk shalat ‘Id dan shalat Jumat,
maka kita hendaknya memilih jalan berbedaa saat berangkat dan saat pulang. Ini dimaksudkan agar
semakin banyak jalan yang menjadi saksi kebaikan yang kita lakukan kelak di hari kiamat.

Anda mungkin juga menyukai