Anda di halaman 1dari 76

BAB I PENDAHULUAN

Standar Kompetensi
 Menguasai Konsep-konsep mekanika, fisika matematik, panas dan Hidrostatika

 Penggunaan lab.sebagai sumber belajar untuk kegiatan praktikum mekanika,


panas dan hidrostatika

D. Deskripsi Materi

Dalam modul ini akan anda akan mempelajari mengenai hukum-hukum


utama tentang gerak yang antara lain mengkaji tentang gaya sebagai wahana
interaksi, hukum Newton I s.d III, hukum IV Newton, dan gaya resultan; hukum
–hukum interaksi antara lain mengkaji tentang gaya Coulomb dan gaya
gravitasi; gaya sentuh dan gaya hambatan dalam fluida, gaya pegas dan gaya
oleh dawai; dan pola penyelesaian masalah-masalah dinamika; bagaimana
mengaplikasikan konsep dinamika dalam kehidupan sehari-hari; bagaimana
mengembangkan konsep dinamika melalui laboratorium virtual.
Dalam pengembangan materi dinamika ini untuk pembelajaran anda
dapat pula menguji coba beberapa Lembar Kegiatan/Percobaan. Disamping itu
pada mudul ini juga ditampilkan rangkuman dan evaluasi.

KONSEP DINAMIKA DAN PENERAPANNYA

A. KONSEP DINAMIKA
Konsep dinamika yang merupakan salah satu bagian dari mekanika ini kita coba
membahas bentuk sistem yang paling sederhana yaitu benda titik. Sehingga, hukum-
hukum dasar yang dikemukakan masih dalam dinamika pun, dituangkan dalam
perumusan untuk benda titik. Ini sama sekali bukanlah suatu keterbatasan, karena
benda-benda yang ”bukan benda titik” pun memenuhi hukum-hukum itu untuk gerak
translasinya, khususnya bagi titik pusat massanya. Lagi pula, benda bukan titik
dipikirkan terdiri dari kumpulan (banyak sekali) titik-titik massa, yang bagi masing-
masingnya berlaku hukum dinamika tersebut. Atas asumsi demikian maka kemudian,
mekanika untuk benda kontinu tersebut dibangun. Jadi pendekatan begini sekaligus
memenuhi dua hal : pertama, kesadaran bahwa apapun kategori sistemnya, apakah
misalnya benda tegar, ataupun fluida, hukum-hukum geraknya bersumberkan pada
hukum-hukum yang sama juga; dan kedua, orang dilatih untuk bekerja sistematis :
selalu memulai dengan yang paling dasar dan sederhana lebih dahulu, dan berupaya
melihat yang kompleks sebagai tersusun dari komponen-komponen yang sederhana
tadi.

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 1


Pengetahuan dan kemampuan apakah yang diharapkan dipunyai seseorang
sesudah ia melampaui pelajaran dinamika ? Ke arah perumusan jawabannya, yang tak
lain daripada sasaran pelajaran tersebut, berikut ini dikemukakan suatu contoh soal,
yang biasa diberikan dalam kaitan pengajaran itu.
Suatu benda dilepas dari puncak suatu bidang miring. Percepatan gravitasi,
koefisien-koefisien gesekan statis dan dinamis antara benda dengan bidang
miring, panjang bidang miring dan sudut kemiringannya diberikan.
Ditanyakan :
a. Apakah benda akan meluncur atau tetap diam ?
b. Jika meluncur, berapa lama diperlukannya untuk sampai di kaki bidang miring
itu ?
Baiklah kita lakukan analisis mengenai ”modal kerja” apa saja yang harus dipunyai
seseorang untuk mampu mengidentifikasi dan menyelesaikan soal-soal seperti itu.
Pertama, ia harus mampu mengidentifikasi benda- benda mana saja, dan melalui
gaya-gaya apa saja, yang mempengaruhi gerak benda itu.
Kedua, ia harus tahu besaran kinematika mana yang terpengaruhi langsung, dan
dengan cara bagaimana.
Ketiga, ia harus mampu merumuskan macamnya gerak yang kemudian diambil benda,
dari pengetahuan mengenai besaran kinematika tadi.
Persyaratan pertama berarti, ia mempunyai pengetahuan tentang pola-pola interaksi
yang terjadi antara suatu benda dengan benda-benda lain di sekitanya. Ini dirumuskan
dalam kumpulan hukum-hukum interaksi. Selanjutnya persyaratan kedua berarti : ia
terbekali pula dengan pengetahuan bagaimana interaksi itu mempengaruhi gerak dari
benda-benda yang terlibat. Ini dirumuskan dalam hukum-hukum utama mekanika, atau
hukum-hukum Newton tentang gerak. Interaksi yang dialami suatu benda menentukan
percepatannya. Lalu bagaimana percepatan tersebut menentukan macamnya gerak
benda dirumuskan dalam kinematika.
Penyimakan seperti di atas mungkin memberi kesan, ternyata cukup banyak modal
yang perlu dipunyai seseorang, untuk dapat memecahkan masalah semacam yang di
kemukakan di atas. Padahal, kitapun tahu contoh soal itu sangat biasa, bahkan sudah
pula tercantum dalam halaman-halaman pertama dari buku Energi, Gelombang dan
Medan, jilid I. Sehingga, mungkin timbul pertanyaan, tidakkah kita telah melihatnya
dalam taraf kerumitan yang berlebihan ? jawabnya terletak pada : apa sebenarnya
yang kita inginkan ? Jika yang diinginkan itu anak didik dapat memproduksikan solusi
soal contoh tadi, dan barangkali 200 soal lainnya tidaklah salah menganggap soal itu
sederhana saja, orang toh cukup dengan menghafalkan penyelesaiannya saja ! Dan
inilah pula rasanya yang memang paling banyak terjadi ! Namun, kiranya kita semua
juga sadar, kemampuan memproduksi penyelesaian soal-soal bukan tujuan pendidikan
kita. Obyektif kita adalah : pemahaman prinsip-prinsip, kemampuan mengidentifikasi

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 2


peranannya dalam situasi-situasi tertentu, dan kemampuan menerapkannya untuk
melakukan ramalan-ramalan (atau ”memecahkan masalah”) tertentu !.

B. HUKUM-HUKUM UTAMA TENTANG GERAK


1. Gaya sebagai wahana interaksi, hukum Newton I s.d III
Ambil contoh, praktis semua tahu kaitan gaya dengan percepatan, namun sering
tidak mampu mengungkapkan bahwa gaya adalah suatu konsep perumusan interaksi
sistem dengan benda lain ! Mungkin sekali hal itu adalah akibat dari suatu cara
penyajian pelajaran yang kurang menunjang pemahaman yang tepat. Maka menjadi
tugas kita semua, untuk berusaha memperbaiki situasi demikian.
Perihal prinsip paling mendasar, bahwa gerak suatu benda umumnya
dipengaruhi benda-benda lain dapat ditunjukkan dengan contoh, misalnya, kapur yang
kita lempar akan mengalami gerak dengan lintasan parabola (sebagai akibat tarikan
bumi), yang kemudian berubah apabila mengenai dinding (menunjukkan pengaruh dari
dinding), dan akhirnya terletak/tergeletak diam di atas lantai (masuknya pula peran dari
lantai).
Sehubungan dengan itu, bukankah logis sekali jika kita lemparkan pertanyaan
awal : gerak bagimana yang bebas dari pengaruh benda-benda lain ? Jawaban
pertanyaan ini, dikemukakan dalam Hukum I Newton, yakni : diam atau gerak lurus
beraturan (glb), kemudian kita pakai untuk menarik kesimpulan umum lanjutan, bahwa
adanya percepatan merupakan manisfestasi pengaruh benda (2) lain terhadapnya.
Jamaknya pengaruh benda lain itu dirumuskan melalui konsep gaya. Maka tentu saja
merupakan pertanyaan logis selanjutnya : bagaimana kaitan gaya pada suatu benda
dengan percepatannya ? Ini dijawab oleh Hukum II Newton : searah, dan berbanding
secara tetap (yang bergantung bendanya) dengan gaya tersebut. Dalam bentuk rumus
dikemukakan sebagai :
F = m.a (1)
Di mana, konstanta m merupakan tetapan benda, disebut sebagai massa inersia, atau
massa kelembaman, sistem. Ingin digarisbawahi lagi perumusan bertahap :
Pengaruh dari benda lain dalam bentuk gaya ; gaya kemudian menentukan
percepatan.
Dalam pandangan seperti itu pulalah dapat kita mengerti, alasan penamaan massa
kelembaman itu. Yakni, rangsangan (berupa gaya) yang sama akan menimbulkan
akibat (berupa percepatan) yang lebih kecil bagi benda dengan m yang lebih besar.
Pertanyaan logis berikutnya adalah : apakah perihal penimbulan gaya oleh suatu
benda terhadap benda lain bersifat satu arah, atau timbal balik ?
Jawabnya tentulah Hukum III Newton, yang menggariskan sifat timbal balik penimbulan
gaya itu, bahkan lebih jauh, bahwa gaya yang timbul pada kedua benda (oleh benda
lainnya) tadi adalah sama besar, tetapi berlawanan arah.

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 3


Mungkin kita semua merasakan, Hukum III inilah yang merupakan ”anak tiri”
diantara semua hukum Newton. Ia cukup disebut sambil alu saja (siapapun tampaknya
kenal hukum aksi reaksi), tanpa memerlukan penelaahan lebih lanjut. Padahal, ia
merumuskan tentang sifat utama interaksi antara dua benda. Demikian pentingnya
hukum ini hingga, wajarlah jika kita berhenti sejenak untuk mencatat beberapa hal
mengenainya.
Pertama, penamaan kedua gaya itu sebagai pasangan aksi reaksi tidak jarang
menimbulkan pengertian yang keliru. Yakni, seolah-olah yang satu timbul lebih dulu,
baru kemudian timbul yang lain sebagai reaksinya. Padahal, keduanya muncul
serempak. Sebab itulah, kita bebas memilih yang mana saja sebagai ”aksi” (dan yang
lain kemudian otomatis berperan sebagai ”reaksi”).
Kedua, sifat sama besar tapi berlawanan arah dari suatu pasangan aksi reaksi
tentunya tidak menjamin, bahwa kebalikannya mesti berlaku pula. Jadi, tidak setiap dua
gaya yang sama besar dan berlawanan arah adalah otomatis pasangan aksi reaksi.
Suatu ciri dari pasangan aksi reaksi tentulah, bahwa keduanya tidak bekerja pada
benda yang sama. Sungguh sangat menyedihkan, demikian meluas kesalahan yang
dibuat dalam masalah identifikasi pasangan aksi-reaksi ini, padahal masalahnya
demikian sederhana !
Ketiga, besar dan arah dari suatu pasangan gaya aksi-reaksi bergantung pada
parameter-parameter tertentu. Misalnya dalam satu hal pada jarak dan muatan listrik
benda-benda titik yang terlibat, dalam hal lain juga pada kecepatannya, dan
seterusnya. Kenyataan begini menyebabkan orang melakukan klasifikasi terhadap
gaya-gaya interaksi tersebut. Maka kita peroleh misalnya, gaya gravitasi, gaya
Coulomb, gaya sentuh, dan sebagainya. Pernyataan mengenai masing-masing tipe
interaksi ini, yakni terhadap parameter mana dan dengan cara bagaimana
bergantungnya gaya tersebut, kita namakan hukum interaksi untuk tipe itu. Sudah
barang tentu, karena kedua anggota suatu pasangan aksi reaksi selalu dan otomatis
sama besar, keduanya adalah dari macam gaya interaksi yang sama ! Ini lagi suatu ciri,
yang dapat membantu kita dalam identifikasi suatu pasangan demikian. Maka gaya
normal (tipe sentuh) misalnya, tidak mungkin merupakan reaksi dari suatu gaya berat
(tipe gravitasi).
Melihat balik, bagaimanakah sampai bisa terjadi, Hukum III Newton ini telah
mengambil kedudukan sebagai anak tiri tadi ? Kemungkinannya adalah, karena kita di
sekolah menengah jarang, bahkan barangkali tidak pernah, membahas contoh-contoh
permasalah di mana Hukum III Newton itu memang berperan secara menentukan. Kita
terpaku pada suatu benda tunggal saja, dengan segala gaya interaksi padanya, tapi
tidak mempermasalahkan, bagaimana dampak benda itu sendiri terhadap
lingkungannya, di sampng juga tidak pernah ingin mempertanyakan, bagaimana perihal
gaya-gaya pada bagian-bagian dari benda itu. Orang dapat saja memberi alasan

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 4


keterbatasan waktu atau di luar sasaran yang digariskan. Di sini hanya ingin
dikemukakan, kesalahan-kesalahan pengertian yang sudah tertanam semenjak bangku
sekolah menengah, dalam kenyataannya sangat sukar memperbaikinya. Dan apabila
yang bersangkutan adalah seoarang guru, maka ia mungkin pula akan menjadi sumber
penularan kesalahan yang sama pada anak didiknya. Benarkah itu ? Kita instropeksi
masing-masing.
2. Hukum IV Newton dan Gaya Resultan
Tentu saja pada suatu benda dapat bekerja lebih dari satu gaya interaksi.
Dampaknya pada gerak benda, kita tahu, adalah sama dengan dampak suatu gaya
pengganti yang sama dengan jumlah (vektor) dari semua gaya interaksi tadi. Gaya
pengganti ini disebut gaya resultan pada benda itu. Artinya, dalam hal beginipun
hukum II tetap berlaku, di mana untuk F di sana harus kita substitusikan gaya resultan
itu. Semua orangpun tahu hal ini, namun barangkali banyak yang belum sadar, bahwa
aturan main ini pun suatu hukum alam. Dan sehubungan dengan itu, kadang-kadang
disebut sebagai Hukum IV Newton. Lebih sering tentu, orang membatasi hukum
Newton itu sampai 3 saja, di mana F dalam hukum II (dan bahkan mulai hukum I)
sudah disebut sebagai resultan tadi.
Kedua macam sikap ini tentu boleh-boleh saja, sama seperti ucapan menjadi tua
itu pasti, apalah pedulinya tentang jumlah umur, yang pentingkan hidup senang.
Masalahnya bahwa menjadi dewasa itu pilihan, semoga saja umur yang tua itu
memang menunjukkan kedewasaan dan peningkatan kedewasaan. Dalam
permasalahan kita, orang perlu mempunyai pengertian yang benar tentang mana gaya
resultan dan mana gaya interaksi. Cobalah kita perhatikan ungkapan berikut ini :
Pada suatu benda yang menjalani gerak melingkar beraturan, bekerja gaya
sentriprtal (yang arahnya ke pusat, besarnya mv 2/R).
Tentu saja ungkapan ini benar, namun alangkah seringnya menghasilkan pengertian
seperti ini :
Pada benda yang menjalani gerak melingkar beraturan, salah satu gaya yang
bekerja padanya adalah gaya sentripetal.
Sehingga bukanlah contoh kasus yang jarang terjadi, apabila atas pertanyaan gaya-
gaya apa saja yang bekerja pada suatu satelit yang bergerak mengelilingi bumi dalam
lintasan lingkaran, orang memberikan jawaban : gaya sentripetal dan gaya berat.
Padahal kita tahu, dalam hal ini yang ada hanyalah gaya (interaksi) berat saja, yang
memenuhi peran sebagai gaya sentripetal (yakni gaya resultan yang diperlukan untuk
gerak melingkar beraturan). Jadi, bagaimanapun caranya hukum-hukum Newton itu
disajikan, hasil akhirnya haruslah berupa pemahaman bahwa, benda-benda lain di
sekitar benda mempengaruhi benda itu dengan cara memberi gaya-gaya interaksi
padanya, di mana selanjutnya resultan dari gaya-gaya interaksi ini yang menentukan
percepatan benda yang ditinjau, melalui hukum II Newton.

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 5


Sebagai ilustrasi, jika kita anggap orbit bumi mengitari matahari berbentuk
lingkaran maka yang bertindak sebagai gaya sentripetal (F s) adalah gaya tarik matahari
pada bumi (F). Untuk menganalisa hal ini perhatikan skema gambar-1. di bawah ini.
Orbit bumi
Mengelilingi
matahari Bumi
F
m

Matahari

Gambar-1 Gaya sentripetal adalah gaya gaya tarik matahari pada bumi (F)
Dari gambar – 1, dapat ditentukan gaya sentripetal, F s ;Gaya tarik matahari pada bumi,

F ; jadi, dengan menyamakan kedua persamaan tersebut diperoleh :

Dimana : T = periode planet mengitari matahari, dalam hal ini periode revolusi bumi =
3,15 x 107 sekon; r = jarak bumi-matahari = 1,50 x 10 11 meter.; G = tetapan umum
gravitasi (lihat data di atas); M = massa matahari (kg).
C. HUKUM-HUKUM INTERAKSI
Hukum-hukum Newton dinamakan juga Hukum-hukum Utama, karena ia selalu
berlaku, tak bergantung pada macamnya gaya interaksi yang bekerja. Di sampng itu
sebagai ”modal kerja” yang telah dikemukakan, diperlukan pula pengetahuan hukum-
hukum interaksi, yang setiapnya merumuskan sifat-sifat suatu gaya interaksi tertentu.
Karena keberlakuannya yang khas, ia tak kita masukan ke dalam golongan Hukum
Utama. Gaya-gaya interaksi mana yang patut diketahui, setidaknya sampai tingkat satu
perguruan tinggi ? Tamaknya koleksi yang dibutuhkan itu adalah seperti apa yang kita
kemukakan di bawa ini.
1. Gaya Coulomb dan Gaya Gravitasi
Gaya Coulomb adalah gaya interaksi antara muatan-muatan istrik. Hukum interaksinya
adalah Hukum Coulomb yang menyatakan
Besarnya berbanding lurus dengan besarnya kedua muatan, sedangkan
arahnya tolak-menolak jika muatan itu sejenis, dan tarik menarik jika tak sejenis

Dalam bentuk rumus


q
…..(2)
Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 6
Q R F
q
Kita lihat, parameter-parameter interaksi di sini adalah besarnya kedua muatan terlibat,
di samping jarak antara keduanya. Sebandingnya muatan q dengan gaya tersebut
memungkinkan kita memandang interaksi listrik itu dalam konsep medan listrik, yaitu
sebagai berikut.
Muatan Q (kita sebut muatan sumber) itu membentuk medan listrik di sekitarnya, dan
medan inilah sesungguhnya yang menimbulkan gaya pada suatu muatan q (kita sebut
muatan uji) yang berada dalam medan itu. Vektor kuat medan listrik di suatu tempat
r didefinisikan atas hubungan
(3)
Maka misalnya, ungkapan bagi kuat medan listrik di sekitar suatu muatan Q adalah :

(4)

Hukum interaksi gravitasi, yang lebih dikenal sebagai Hukum Gravitasi Newton, kita
tahu perumusannya adalah :

Fm = - G (M.m/R3) R
…………(5)
Fm m
M

Mungkin ada yang mempertanyakan, mengapa tidak seperti biasanya, gaya gravitasi di
sini dikemukakan sesudah gaya Coulomb ? Pengurutan demikian memang disengaja,
atas alasan-alasan sebagai berikut.
Pertama, untuk menggarisbawahi sifat hukum gravitasi Newton sebagai hukum
interaksi, jadi sepatutnyalah tempatnya bersama-sama dengan hukum Coulomb, dan
lain-lain. Adalah kurang tepat penempatan hukum gravitasi Newton bersama-sama
dengan hukum-hukum Utama (sebagaimana yang dahulu umum dilakukan, karena
sama-sama hukum Newton) mengingat kategori dan hirarkinya yang berbeda.
Alasan kedua, adalah guna keperluan pembandingan antara keduanya, apa
kesamaan-kesamaannya, namun juga perbedaan-perbedaannya. Dalam lingkup ini kita
catat hal-hal berikut :
a. Massa-massa yang tampil pada hukum Gravitasi Newton mempunyai peran
sebagai parameter interaksi, sama seperti muatan-muatan pada interaksi
Coulomb. Dalam kedudukan ini ia didefinisikan sebagai massa gravitasi, untuk
membedakannya dari massa inersia yang muncul pada hukum II Newton.
Namun, kenyataan eksperimental sampai sekarang menunjukkan, kedau
macam massa ini adalah identik (suatu bukti keidentikan kedua macam massa

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 7


ini adalah samanya percepatan semua benda di dalam medangravitasi). Fakta
keidentikan ini memungkinkan kita untuk berbicara mengenai satu macam
massa saja, namun namun yang berperan ganda, yaitu sebagai parameter
interaksi di sampng sebagai inersia. Sikap begini akan menghindarkan timbulnya
banyak kebingungan yang tak perlu, terutama pada tingkat pendidikan
menengah (SMP dan SMA).
b. Analog dengan interaksi listrik, interaksi gravitasi juga dapat dirumuskan
dalam pengertian medan, dalam hal ini medan gravitasi. Vektor kuat medan
gravitasi dinotasikan dengan g, melalui hubungan pendefinisi
(6)
Di mana vektor F adalah gaya gravitasi yang dialami oleh massa m dalam
medan g itu. Massa m dalam hubungan itu tentulah massa gravitasi, analog
dengan q pada (3) pada interaksi Coulomb. Namun, samanya kedua nacam
massa membolehkan kita melihatnya sebagai hubungan hukum II Newton untuk
benda bermassa (inersia) m. Ini mengakibatkan diperolehnya makna kedua bagi
g, yakni sebagai percepatan (dalam medan) gravitasi. Percepatan gravitasi ini
karena, karena tidak bergantung m, adalah sama untuk semua benda, seperti
telah dikemukakan lebih dahulu. Ini adalah dengan percepatan muatan-muatan
dalam medan listrik, dalam hala mana kombinasi dari F = qE dan F = ma
menghasiulkan percepatan titik muatan q dengan massa m dalam medan listrik
E sebesar a = q E/m
c. Interaksi gravitasi adalah interaksi yang sangat lemah. Sehingga, umumnya
gaya gravitasi itu tak terasa, kecuali yang ditimbulkan oleh benda-benda dengan
massa yang sangat besar saja. Contohnya, bagi suatu benda dekat bumi, gaya
tarik oleh bumi – yakni berat benda itu- begitu dominan, hingga umumnya gaya
gravitasi yang kita perhitungkan hanyalah berat benda itu saja. Berat benda
lazimnya kita notasikan dengan w.
W = mg (7)
Di mana g = kuat medan gravitasi bumi, atau percepatan gravitasi bumi, di
kedudukan benda itu. Untuk jangkauan gerak yang relatif dekat tentu saja istilah
ini dimaksudkan terhadap orde jari-jari bumi-kita dapat menganggap g itu suatu
vektor konstan saja, yang bernilai sekitar 9,8 ms -2 di dekat permukaan bumi.
Untuk gerak jarak jauh, g itu tidak lagi dapat dianggap konstan. Dengan model
bumi berupa bola dengan rapat massa yang simetri bola, kita peroleh
g = - G (M/r3 ) r (8)
di mana r adalah vektor posisi titik medan, dengan titik asal kerangka rujukan
pada titik pusat bumi. Sifatnya yang sebanding dengan (1/r 2), dan bahwa pada
permukaan bumi nilainya adalah g = g o, menyebabkan g sering pula
diungkapkan dalam bentuk

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 8


g = - G (R2/r2) go (9)
di mana R = jari-jari Bumi.

CONTOH PERMASALAHAN :
1. Sebuah satelit dari planet Mars memiliki periode 459 menit. Besarnya massa
planet ini adalah 6,42 x 1023 kg, dan
G = 6,67 x 10 -11 Nm2kg-2.. Dari data ini, hitung jari-jari orbit satelit tersebut ! Lihat
gambar -2 Planet Mars dengan planet-planet lain.

PLANET MARS

Gambar-2 Planet Mars dan planet-planet lain.


Pembahasan :
 Dari soal diketahui bahwa, T= periode satelit pada planet Mars = 459 menit =
27540 sekon; Massa Mars = 6,42 x 1023 kg. G = Tetapan umum gravitasi,
G = 6,67 x 10 -11 Nm2kg-2.
 Dari persamaan ketika menghitung massa matahari, yaitu : , dengan
menganggap bahwa M sebagai massa planet Mars, diperoleh bahwa :

Jadi, jari-jari orbit satelit pada planet Mars adalah 310,72 km.

PERMASALAHAN
1. Massa apakah m dalam ungkapan bagi berat benda : w = mg ?
2. Berilah komentar mengenai ”berat” dalam ucapan-ucapan berikut :
 Berapa berat gula yang dibeli Rijal ?
 Dalam kapal angkasa para astronot kehilangan gaya beratnya

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 9


 Suatu benda dalam fluida kehilangan beratnya sebesar berat fluida yang
dipindahkan.
2. Gaya Sentuh dan Gaya Hambatan dalam Fluida
Gaya gravitasi dan gaya Coulomb mempunyai kesamaan : keduanya adalah dari
tipe ”pada jarak”, maksudnya gaya tersebut bekerja walaupun ada jarak antara kedua
benda yang berinteraksi. Gaya-gaya begini juga disebut berjangkauan jauh. Di pihak
lain gaya sentuh antara dua benda baru muncul jika kedua benda
bersentuhan.Sebenarnya lebih tepat kebalikannya : benda-benda itu disebut
bersentuhan apabila gaya sentuhnya mulai muncul.
Jadi gaya sentuh adalah dari tipe berjangkauan pendek. Perbedaan lain lagi
adalah : gaya sentuh adalah gaya makroskopis, dia hanya terdefinisi untuk benda-
benda dalam ukuran makroskopis saja. Jadi, tak ada maknanya berbicara mengenai
gaya gesekan antara dua elektron, misalnya. Gaya gesekan merupakan hasil rata-rata
interaksi banyak partikel dari benda yang satu dengan banyak partikel dari benda yang
lainnya. Perbedaan terakhir adalah dalam ketepatannya. Apabila gaya Coulomb dan
gravitasi mempunyai taraf ketepatan yang sangat tinggi, tidak demikian halnya dengan
gaya sentuh yang makroskopis itu. Bahkan, hukum gaya sentuh yang akan
dikemukakan di bawah adalah suatu model kerja saja, yang merupakan pendekatan
yang baik hanya secara terbatas.
Gaya Coulomb dan gaya gravitasi termasuk dalam suatu kumpulan yang terdiri
dari 4 interaksi fundamental, yang masing-masing adalah (disebut dalam urutan
kekuatannya yang menurun) interaksi kuat (maksudnya gaya pengikat antara bagian-
bagian inti atom), interaksi elektromagnetik (yang mencakup gaya Coulomb), interaksi
lemah (yang menyebabkan, misalnya peluruhan beta pada inti), dan interaksi gravitasi.
Gaya sentuh yang makro tadi, pada dasarnya bersifat elektromagnetik juga.
Diagram di bawah ini menggambarkan gaya sentuh F antara dua permukaan padatan.

F
N

Gambar-3 gesekan f dan gaya Normal N adalah komponen dari gaya sentuh F

Sebenarnya F itu adalah resultan dari banyak sekali gaya-gaya sentuh kecil, yang
bekerja sepanjang permukaan kontak. Komponen normal (terhadap permukaan) dari F
dinamakan gaya normal (N), komponen tangensialnya gaya gesekan (f). Secara teknis
kita boleh saja memandang kedua gaya itu sebagai gaya-gaya yang lain sama sekali
(seperti yang telah menjadi kebiasaan umum ), namun kemampuan untuk melihatnya

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 10


sebagai komponen-komponen saja dari suatu aya tunggal, tentulah merupakan taraf
pemahaman yang lebih baik lagi.
Bentuk hukum interaksi bagi gaya sentuh ini adalah yang umumnya kita kenal sebagai
hukum gaya gesekan. Dalam bentuk rumus, yaitu
Dalam hal statis, artinya tak terjadi penggeseran antara kedua permukaan
f  s N (10)
Dalam hal terjadi penggeseran,
f = k N (11)
dengan arah f melawan arah gerak benda.
Mengenainya, perlu dikemukakan catatan, sebagai berikut :
a. Mengenai s dan k , yaitu koefisien gesekan statis dan koefisien
gesekan kinetis, umumnya orang memang faham, besarnya bergantung pada
kedua permukaan yang bersentuhan, dan bahwa selalu s > k . Namun banyak
sekali yang menambahkan, nilai kedua koefisien itu tak dapat malampaui 1. Dari
mana ide salah ini persisnya berasal kita kurang pasti, namun penyebarannya
yang demikian meluas dapat diduga adalah akibat kebiasaan orang belajar
secara verbal saja : tidak berusaha memeriksa apakah sesuatu yang tertulis itu
logis ataupun taat azas.
b. Namanya sebagai hukum gesekan sebenarnya kurang tepat, karena
bentuknya berupa pernyataan mengenai hubungan antara gaya gesekan
dengan gaya normal yang kedua-duanya adalah komponen gaya sentuh. Berikut
kita perikasa apa yang sesungguhnya dikatakannya mengenai gaya sentuh F
tersebut. Dengan
f = F sin  dan N = F cos  (12)
maka kedua rumus tersebut menjadi :
tan   s untuk kasus statis, dan (13)
tan  = k untuk kasus kinetis (14)
di mana  adalah sudut yang dibuat F terhadap arah normal permukaan. Kita
lihat, keduanya sebenarnya berbicara mengenai gaya sentuh F, bahkan hanya
mengenai arahnya saja. Yakni, dalam situasi statis :  = arctan s , dalam terjadi
penggeseran :  = arctan k . Sedangkan mengenai besernya F tidak dinyatakan
apa-apa. Artinya ia praktis dapat mengambil nilai berapa saja. Akan berapa
sesungguhnya besar gaya F itu, kita hanya perlu mengingat : dalam kasus statis
resultannya = 0, sedangkan jika terjadi penggeseran, penggeseran itu tentulah
sepanjang permukaan, yang berarti : resultannya harus dalam arah sepanjang
permukaan. Tentang masalah seperti pada soal di halaman (2) mengenai
apakah benda yang diletakkan (artinya, dengan kecepatan awal = 0) di atas
suatu permukaan akan terus statis atau tidak, dapat kita selesaikan dengan

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 11


memisalkan dulu dia tetap statis, lalu memeriksa apakah gaya sentuh F yang
diperlukan untuk itu memenuhi kondisi statis (13) atau tidak. Jika dapat, maka
benda akan tetap diam, jika tidak ia akan mulai bergerak, dalam hal mana
kondisinya menjadi kondisi dinamis.
Gaya gesekan antara dua benda bersifat melawan terjadinya
penggeseran antara benda-benda itu. Demikian pula suatu benda padat yang
bergerak dalam fluida, mengalami gaya penghambat dari fluida itu. Berlainan
dengan gaya gesekan yang besarnya praktis tak bergantung kecepatan gerak
benda, gaya penghambat dari fluida bergantung pada kecepatan gerak relatif
benda terhadap fluida. Suatu model yang sering dipakai untuk gaya penghambat
itu adalah dengan bentuk persamaan linear terhadap kecepatan relatif v :
f = - bv (15)
Di mana, b adalah suatu konstanta, yang bergantung pada ukuran dan bentuk
benda, tapi juga terhadap macamnya fluida melalui viskositasnya. Untuk benda
berupa bola dengan jari-jari r yang bergerak dalam fluida dengan viskositas ,
telah dikemukakan oleh Stokes bahwa :
B = 6r (16)

Sebagai ilustrasi perhatikan contoh berikut ini :


1. Sebuah lemari berisi buku massanya 70 kg berada pada lantai dasar yang
kasar. Gaya horizontal 150 Newton diperlukan untuk mengusahakan agar lemari
itu tepat akan bergerak,. Setelah lemari bergerak, diperlukan gaya 95 Newton
untuk menjaga agar lemari bergerak dengan kecepatan konstan. Tentukanlah
koefisien gesekan statis dan kinetis antara lemari dan lantai. (g = 10 m/s 2)

100 N

Gambar- 4 Lemari berisi buku

Pembahasan :
 Langkah-1, anda buat diagram bebas untuk lemari yang ditunjukkan pada
gambar -5 di bawah ini.

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 12


Y

+
N

P
+
f ges

mg = 700 N
Gambar-5 Diagram benda bebas untuk lemari

 Langkah-2, hitunglah dahulu gaya normal N. Dikarenakan lemari hanya bergerak


terhadap sumbu-x, sehingga : ΣFy = 0

 ΣFy = 0
+ N – mg = 0
N = mg = 700 Newton

 Langkah-3, tinjaulah lemari tepat akan bergerak (yang berarti lemari belum bergerak).
Gaya gesekannya merupakan gaya gesekan statis maksimum, f s, maks..
Dalam hal ini berlaku :
ΣFx = 0
+P – f s,maks = 0
atau f s,maks = P
µs.N = P
µs. = P/N = 150/700 = 0,21

 Langkah-4, tinjaulah ketika lemari bergerak dengan kecepatan konstan, P = 95 N.


Gaya gesekannya adalah gaya gesekan kinetis, fk = µk.N.
Ketika lemari bergerak dengan kecepatan tetap pada sumbu-x, ax = 0, sehingga berlaku :
ΣFx = m.ax = 0, ingat ax = 0
+P - fk = 0
atau fk = P
µk.N.= P
µk = P/N = 95/700 = 0,13
 Secara umum bahwa µs > µk
 Gaya gesekan statis selalu lebih besar daripada gaya gesekan kinetis
(fs > fk).

2. Gaya Pegas dan Gaya oleh Dawai

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 13


Dengan gaya pegas dimaksudkan gaya yang diberikan pegas kepada
suatu benda yang terkait dengannya. Umumnya ia dirumuskan dalam dimensi 1,
dalam bentuk
F = - kx (17)
Di mana x adalah simpangan benda dari kedudukan seimbangnya (jadi x =
perubahan panjang pegas), dan k = konstanta pegas tersebut (unitnya atau
satuannya Nm-1). Yang penting diperhatikan, sifat gaya pegas yang selalu
mengarah ke titik keseimbangan dan besarnya sebanding dengan jaraknya dari
titik keseimangan itu.
Dawai sebenarnya seperti pegas juga, namun dengan konstanta pegas k
yang besar, sehingga perubahan panjangnya kecil, sebab itu diabaikan. Artinya,
gaya interaksinya praktis bisa berapa saja, dengan panjang dawai (dianggap)
tetap konstan. Gaya dawai ini (maksudnya oleh dawai pada benda yang
berinteraksi dengannya, atau oleh suatu bagian dawai pada bagian dawai
lainnya) sering di sebut gaya tegangan dawai. Patut diperhatikan, sifat lentur
dawai menyebabkan, interaksi dawai dengan benda lain hanya dapat berupa
tarikan. Ini membedakannya dengan batang, misalnya, yang dapat berada baik
dalam keadaan tertarik, maupun tertekan.
Satu lagi pendekatan yang berlaku bagai dawai adalah, apabila ia ringan
sekali hingga massanya dapat diabaikan, gaya tegangan dawai itu sama di
semua titik dawai. Pendekatan ini berlaku juga untuk dawai yang arahnya
berubah melalui kontaknya dengan permukaan-permukaan yang licin sekali, di
samping juga, kalau melalui katrol yang tak licin, katrol itu sangat ringan
sehingga massanya diabaikan.

Sebagai ilustrasi perhatikan contoh permasalahan berikut ini

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 14


1. Ketika sebuah pegas tergantung pada statip pada posisi vertical. Pada pegas tersebut
diberi beban yang massanya 0,75 kg akibatnya pegas meregang sehingga panjangnya 20
cm. ( g = 9,8 m/s2).

20 cm

12 cm
m = 0,75 kg

statip

Posisi setelah ditarik


Gambar-6 keadaan pegas mula-mula dan setelah ditarik

Apabila beban tersebut ditarik ke bawah sejauh 12 cm, kemudian dilepaskan.

Hitunglah :
a. amplitudo getaran
b. tetapan pegas
c. percepatan beban pada saat dilepaskan
d. periode getaran
e. frekuensi getaran
Penyelesaian :
a. amplitudo getaran (A) : 32 cm =32 x 10-2 meter.
b. tetapan pegas, F = k.y0

c. Percepatan beban pada saat dilepaskan,


Anda cari dulu ω-nya.

Jadi,

d. Perioda getaran, T = ………………?

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 15


atau menggunakan persamaan ,

Jadi, periode getarannya adalah 0,286 π sekon.

e. Frekuensi getaran,

D. POLA PENYELESAIAN MASALAH-MASALAH DINAMIKA


1. Pola Permasalahan dalam Dinamika
Karena gaya pada suatu benda menentukan percepatannya, maka
wajarlah jika dalam pemikiran kita, adalah gaya-gaya yang menentukan
macamnya gerak sistem. Dalam diagram, ini dapat dikemukakan dalam bentuk
GAYA-GAYA GERAK

Gambar- 7 Diagram gaya hubungannya dengan gerak

Dampak arah pemikiran seperti ini adalah, rumusan permasalahanpun, orang


sering membayangkan : yang diberikan adalah gaya-gaya, yang ingin ditentukan oleh
geraknya. Sesungguhnya halnya tidaklah selalu seperti itu; permasalahan di mana
yang diketahui adalah unsur-unsur gerak, sedangkan yang ingin ditetapkan adalah
unsur gaya-gaya, muncul paling tidak sama seringnya. Sebab itu, sejauh mengenai
permasalahan, anak panah ke kanan dalam diagram di atas lebih baik diganti dengan
tanda dua arah, atau dihilangkan samasekali (dalam pengertian arahnya dapat ke
mana saja).
Yang menghubungkan daerah ”gaya” dan daerah ”gerak” tentulah hukum II
Newton, yakni antara gaya resultan di pihak ”gaya”, dengan percepatan di pihak
”gerak”. Selanjutnya Hukum IV Newton menyatakan, resultan itu tersusun dari gaya-
gaya interaksi; sedangkan di sisi ”gerak”, kita mengetahui kaitan operasional antara
besaran-besaran gerak sistem : percepatan, kecepatan, dan kedudukan, yakni dalam
arah ke kanan dalam diagram berupa integrasi, dalam arah kebalikannya berupa
integral integral
dinamika
diferensiasi, terhadap waktu.

IV
Gaya-gaya Gaya II Perce- Kece- Kedu-
interaksi resultan patan patan dukan
Jadi, penjabaran lebih lanjut dari diagram di atas menghasilkan diagram yang
lebih rinci, seperti berikut ini :

diferensial
diferensial
Hukum III

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika kinematika 16


Hukum II, interaksi
(18)

Gambar-8 Pola penyelesaian masalah-masalah dinamika


Dalam diagram di atas telah dicantumkan pula lokasi berperannya hukum-
hukum utama II, III, dan IV (Hukum I dipandang tercakup dalam Hukum II) dan hukum-
hukum interaksi. Diagram tersebut berlaku baik bagi suatu benda, maupun bagi setiap
bagiannya, untuk setiap komponen vektor besaran-besaran yang terkait. Bermanfaat
sekali penghayatan diagram tersebut, karena ia selalu dapat kita pakai sebagai
pembuka jalan penyelesaian masalah-masalah mekanika, dalam lingkup sampai
dengan dinamika. Berikut adalah suatu persoalan sederhana, sebagai contoh.

Persoalan sederhana
Suatu benda (massa m) terletak statis di atas telapak tangan seorang yang
terbuka, mendatar.
a. Tentukan gaya-gaya yang bekerja pada benda; nyatakan gaya
apa itu, dan benda mana penyebabnya.
b. Manakah reaksi dari setiap gaya tersebut ?
c. Apakah yang dirasakan oleh tangan adalah gaya berat benda ?

Penyelesaian soal ini dimulai dengan mencatat, gerak benda diberikan (yaitu
diam), sehingga dalam diagram kita bekerja dari daerah ”gerak” di kanan. Dimana, nilai
percepatan = 0. Bergerak ke kiri, kita peroleh resultan = 0. Ke kiri lagi, harus dijawab,
dengan benda (2) mana ia berinteraksi ?
Pertama, tentu dengan bumi, melalui gaya beratnya w yang mengarah ke
bawah.
Kedua dengan tangan, karena jika tidak, benda akan jatuh. Interaksinya dengan
tangan adalah melalui gaya sentuh F. Bahwa resultan = 0 memastikan, gaya F itu = -w,
jadi sebesar w, tapi mengarah ke atas. Tapi arah vertikal dalam hal ini adalah normal
pada permukaan, sebab itu dapat saja F kita ganti dengan notasi N (perhatikan, tidak
otomatis sejak awal dituliskan N). N adalah interaksi pada benda oleh tangan, jadi
reaksi N adalah N’ pada telapak tangan yang mengarah ke bawah. Reaksi dari w tentu

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 17


saja harus dicari pada benda mana penyebab timbulnya w pada benda m, yang tak lain
adalah bumi. Reaksi dari w ini, katakanlah w, dapat kita gambarkan bertitik tangkap
pada titik pusat bumi, sama besar, tapi berlawanan arah dengan w.
Yang menekan tangan ke bawah adalah N’, yang setipe dengan N, jadi= gaya
sentuh. Ia bukan berat benda (berat benda = w, tipenya gravitasi), walaupun besar dan
arahnya sama dengan w (pada situasi khusus ini).
Kesalahan yang paling sering dibuat pada soal ini (dan yang semacamnya)
adalah, pertama, otomatis menganggap w dan N pasangan aksi-reaksi (atas alasan
bahwa keduanya sama besar, dan berlawanan arah) padahal, kedua gaya itu tipenya
berbeda, lagi pula bekerja pada benda yang sama. Kersalahan umum yang lain adalah
menyatakan gaya yang menekan tangan, di sini N’, sebagai berat benda. Kesalahan-
kesalahan ini, sedihnya, sering juga dilakukan oleh mereka yang hafal dan mampu
menyebutkan dengan benar hukum-hukum dinamika.
Contoh Persoalan lebih lanjut :
Sebuah balok meluncur menuruni bidang miring yang memiliki sudut kemiringan, θ=
300 terhadap lantai, lihat gambar-9 di bawah ini.

L = 2,5 m

Gambar- 9 Bidang miring kasar

Panjang bidang miring, L = 2,5 meter. Ketika balok dilepaskan dari puncak bidang miring
dimana mula-mula diam. Berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh balok itu untuk sampai ke
dasar bidang, jika koefisien gesekan statis dan kinetis , µ = 0,27.
Pembahasan ;
 Dari soal diketahui bahwa, θ = 300; L = 2,5 meter; µ = 0,27.
Tinjauan teoritis ;
 Percepatan benda menuruni bidang miring kasar, dengan koefisien gesekan kinetis µ k
dan pada benda (misalnya balok) tidak diberi gaya luar (tidak ditarik ataupun juga tidak
didorong), dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
……..(*)
Dimana θ merupakan sudut bidang terhadap garis horizontal.
 Selanjutnya, dari persamaan (*) percepatan baloknya adalah
a = 10 (sin 300 – 0,27 cos 300)

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 18


= 10 (0,266)
a = 2,66 m/s2
 Gunakan persamaan GLBB, yaitu :
s = x = L= v0.t + ½.a.t2
2,5 = 0.t + ½.(2,66).t2
t = 1,37 sekon
E. PENERAPAN DARI KONSEP DINAMIKA DALAM KEHIDUPAN
SEHARI-HARI MELALUI LEMBAR PERCOBAAN MANUAL
1. Lembar Percobaan Manual-1 : gaya sentripetal
Judul : Gaya sentripetal
Tujuan : Menganalisa gaya sentripetal

Langkah kegiatan :
Ketika suatu peluru/bola diputar di suatu lingkaran, sedang mempercepat dalam
batin. Percepatan ini disebabkan oleh suatu gerak menuju pusat, atau , gaya yang ada
dipengaruhi oleh tegangan dawai/tali itu. Gaya yang diperlukan sama dengan mv2/r, di
mana m = massa dari peluru/bola, v kecepaatannya ( arah dan besar kecepatan), dan
r jaraknya dari pusat revolusi.

Gambar – 10 Gaya sentripetal

1. Orbit bulan dapat dianggap sebagai lingkaran, tentukan percepatan sentripetal


bulan !
2. Dari gambar – 1.15 di atas, berapakah gaya sentripetal yang menjaga bulan
tetap pada orbitnya ?
2. Lembar Percobaan Manual-2 : Gaya gravitasi pada benda di
bumi dan bulan

Judul : Grafik mengenai bumi dan bulan


Tujuan : Menganalisa gaya gravitasi pada benda di bumi dan

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 19


bulan melalui gambar
Langkah kegiatan :
Dikarenakan massa Bulan lebih kecil dibandingkan massa Bumi, berat dari suatu
benda di atas permukaan Bulan hanya 1/6 berat obyek benda pada permukaan Bumi.
Grafik ini menunjukkan bagaimana banyaknya benda yang seimbang dari w di atas
bumi akan seimbang pada titik-titik berbeda antara bumi dan Bulan. Karena bumi dan
Bulan bergerak dalam arah kebalikan, ada suatu titik, sekitar 346.000 km ( 215,000 mil)
dari Bumi, jika di balik gaya gravitasi dan berat benda akan nol.

1. Amati data mengenai gravitasi pada bumi dan bulan

Berat benda W pada permukaan bumi, sejauh 6.400 km dari pusat bumi.

Berat benda ¼ W sejauh 12.800 km

Berat benda (1/256)W sejauh 102.000 km

Berat benda (1/6) W pada permukaan


bulan sejauh 1.700 km dari pusat bulan

Tidak ada Berat W sejauh 346.000 km

Gambar-11 gaya gravitasi pada bumi dan bulan

2. Apakah kesimpulan anda dari data-data mengenai bumi dan bulan pada
gambar-11 di atas ?
3. Lembar Percobaan Manual-3 : Analisa Koefisien gesekan
statis dan gesekan kinetis
Judul : Koefisien gesekan statis dan gesekan kinetis
Tujuan : Menganalisa secara fisika matematik koefisien gesekan
statis dan kinetis
Alat dan Bahan : tidak diperlukan

Langkah Kegiatan :
Kita akan mencoba membuktikan koefisien gesekan statis, dan koefisien
gesekan kinetis, , dengan analisa fismat.
1. Gambarlah sketsa kondisi permasalahan kegiatan ini. Kenalilah satu benda atau
system di mana anda akan menggunakan Hukum I Newton (ΣF=0, Hukum
Kelembaman) dan Hukum II Newton (F = m.a).

Gambar -12 N Sketsa system benda bebas


2. Ketika kemiringan θs diperbesar sedikit, benda akan bergerak
……………………………………………………………………………………………

f
Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 20
θ
mg

……………………………………………………………………………………………
…………………………………

3. Pada gambar -1.3a ada tiga gaya yang bekerja pada benda atau balok , yaitu :
 …………………………………………………………………….
 ……………………………………………………………………
 …………………………………………………………………..

4. Pilihlah sumbu -X dan sumbu -Y yang akan memudahkan anda melakukan


perhitungan. Lengkapilah sketsa gambar -1.3a di bawah ini.

f
?

? θ
mg

Gambar -13 Sketsa system benda bebas dan komponen gaya


X
 Komponen berat, W (weight) = m.g pada sumbu-x
adalah………
 Komponen berat, mg pada sumbu-y adalah ……………………..

5. Ingat bahwa benda hanya bergerak sepanjang sumbu-x, sehingga ΣFy=0.


 Dengan menggunakan Hukum I Newton, lengkapilah persamaan di bawah
ini :
ΣFy=0.
……………………………………………………………
jadi, N = ………………………………………………….
6. Gaya gesekan statis maksimum, fs,maks, dapat ditentukan dari :

Jadi, fs,maks = ……………………………………………………… (1.1)


7. Ketika benda bermassa m tepat akan bergerak menuruni bidang miring, maka
gaya gesekannya merupakan gaya gesekan statis maksimum. Ingat bahwa
benda belum bergerak pada sumbu-x, sehingga berlaku :
ΣFs = 0.
………………………………………………….
…………………………………………………..
Jadi, fs,maks = ……………………………………………………….(1.2)
8. Anda substitusikan persamaan (1.1) dan (1.2), sehingga akan diperoleh :
(terbukti)
Keterangan :
 θs adalah sudut kemiringan bidang terhadap garis horizontal (bidang datar)
saat benda tepat akan bergerak ke bawah.

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 21


9. Selanjutnya sudut kemiringan diperkecil sampai teramati oleh anda bahwa
benda bergerak dengan kelajuan tetap.

10. Dengan cara yang sama, coba anda buktikan bahwa koefisien gesekan kinetic,
µk , dapat dinyatakan sebagai :

Keterangan :
 θk adalah sudut kemiringan bidang terhadap bidang horizontal saat benda
bergerak dengan kecepatan tetap.
11. Kemudian, sebagai informasi bahwa dari suatu percobaan diperoleh bahwa θs =
370 dan θk = 250, maka :
 Koefisien gesekan statisnya, µs = 0,62
 Koefisien gesekan kinetisnya, µk = 0,47

12. Coba anda buktikan hasil percobaan ini !

4. Lembar Percobaan Manual-4 : Grafik pertambahan panjang pegas


Judul : Melengkapi hasil percobaan menarik sebuah pegas
Tujuan : Menganalisa hasil percobaan menarik sebuah pegas
melalui data dari tabel

Langkah kegiatan :

1. Salin dan lengkapilah table-1.2 , khususnya pada kolom pertambahan


panjang.

Beban (N) 0 1 2 3 4 5 6 7
Panjang (mm) 35 47 56 65 74 86 105 115
Pertambahan … ….. ….. …. …. …. …. ….
panjang (mm)

2. Berapa panjang awal pegas (panjang pegas sebelum ditarik) ?


Jadi, panjang pegas mula-mula, L0 ……………………………….
3. Buatlah grafik pertambahan panjang pegas terhadap beban !,
Grafiknya adalah sebagi berikut :

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 22


Beban (N)

ΔX (mm)

0
40 55 70 85 100 115 130
Gambar-14 Grafik F-Δx

4. Beban yang diperlukan untuk menghasilkan pertambahan panjang 40 mm


adalah ………………………………Newton
5. Beban yang diperlukan untuk menghasilkan panjang pegas menjadi 75 mm
adalah ………………………………….Newton

5. Lembar Percobaan Manual- : koefisien gesekan statis


melalui percobaan
Judul : Mengukur koefisien gesekan statis

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 23


Tujuan : Mengukur koefisien gesekan statis melalui
percobaan
Alat dan Bahan :
 Balok kayu ukuran 10 cm x 10 cm x 10 cm atau
ukuraan 15 cm x 15 cm x 15 cm 1 buah
 Benang kasur atau tali 2 m 1 buah
 Katrol berpenjepit 1 buah
 Penggantung beban 1 buah
 Beban berupa koin berlubang secukupnya
 Neraca 4 lengan 1 buah
Langkah kegiatan :

1. Rancanglah alat dan bahan yang ada seperti pada gambar-15 di bawah ini.

P
Gambar-15 Mengukur koefisien gesekan statis
melalui percobaan

2. Kita ketahui bahwa massa benda yang menggantung sama dengan


total massa benda bertumpuk pada bidang mendatar dikalikan dengaan koefisien
gesekan statis antara benda yang bawah dengan bidang mendatar, secara matematis
dapat dinyatakan :

3. Rancanglah agar system benda seperti gambar di atas sehingga terjadi


keseimbangan. Selanjutnya dari langkah 2,timbanglah balok Q, koin P
dan beban Q.
Balok Q, mQ = ………………………gram
Koin P, mP = ……………………….. gram
Beban R, mR = …………………………gram

4. Apabila sulit dicapai keseimbangan, aturlah sedemikian rupa agar koin


pada P dapat dicegah untuk bisa bergerak ke bawah.

5. Selanjutnya, tambahkan koin P sehingga tepat menggerakkan system.


Tambahan koin tersebut adalah………………..gram
6. Apabila langkah ke-5 dicapai, maka koefisien gesekan statis dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 24


1. Uraikan komponen-komponen gaya yang bekerja pada gambar – 15 di atas.
2. Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan di atas
adalah……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………… Kita ketahui bahwa :
 Berat balok dan beban di atasnya setara dengan gaya normal
 Jumlah gaya untuk tepat menggerakkan system sama dengan gaya gesek statis
maksimum.
 Pada balok Q bekerja tiga buah gaya mendatar yaitu : gaya tegangan tali, T;
gaya gesekan pada Q dikerjakan oleh bidang,
f A.bidang; dan gaya gesekan pada Q dikerjakan oleh R, f A.R.

BAB III DINAMIKA ROTASI

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 25


A. KONSEP DINAMIKA ROTASI

Torsi atau momen gaya dapat dihitung dari perkalian vektor antara vektor r dan vektor F
yang ditulis secara matematis, , besar torsi , , dengan θ = sudut antara
r dan F ; arah torsi sesuai dengan aturan putaran tangan kanan, yaitu berlawanan arah jarum jam
bertanda positip dan searah dengan jarum jam bertanda negatif. Besar torsi juga dapat dihitung
dengan persamaan : τ = l F, dengan l = lengan torsi , adalah panjang garis yang ditarik dari titik
poros rotasi sampai memotong tegak lurus garis kerja gaya. Karena itu, τ = 0 apabila garis kerja
gaya melalui titik poros rotasi.
Momen inersia sistem partikel dirumuskan sebagai :

Dengan r1 adalah jarak partikel ke-i dari poros rotasi. Perhatikan, momen inersia suatu benda
bergantung pada poros rotasinya. Makin tersebar massa benda, makin besar momen inersianya.
Momen inersia benda tegar yang massanya terdistribusi kontinyu dihitung dengan
metode integrasi, yaitu :

Adapun untuk benda-benda tegar teratur yang paling sering dijumpai, momen inersinya terhadap
poros rotasi yang melalui pusat massanya adalah...
 Tongkat, I = 1/12 ML2; L = panjang tongkat
 Silinder pejal, I = ½ MR2 ; R = jari-jari silinder (misalnya katrol, cakram, dll)
 Lingkaran tipis berongga, I = MR2 ; R = jari-jari lingkaran (misalnya : cincin )
 Bola pejal, I = 2/5 MR2 ; R= jari-jari bola (misalnya : bola pejal tolak peluru)
 Bola tipis berongga, I = 2/3 MR2; R = jari-jari bola (misalnya : bola sepak)

Dalam menyelesaikan permasalahan dinamika rotasi, misalnya untuk gerak menggelinding


(rotasi + translasi), kita perlu mengenal gaya-gaya penyebab gerak translasi dan kemudian
gunakan ∑F = m.a. Kita juga perlu mengenal gaya – gaya penghasil rotasi yang menyebabkan
gerak rotasi, dan selanjutnya gunakan
∑τ = I.α = I (a/R)
Kita juga dapat menyelesaikan gerak menggelinding dengan menggunakan hukum
kekekalan energi mekanik, yaitu :

Dengan ω = V/R dan I bergantung pada bentuk bola yang menggelinding


Momentum sudut sistem partikel dengan kecepatan sudut ω adalah :
L = Iω; L positip jika arah putaran ω berlawanan jarum jam dan L negatif jika searah jarum
jam. Jika lengan torsi terhadap poros , r dan kecepatan linier v diberikan maka momentum
sudutnya adalah L = mrv.

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 26


Jika tidak ada resultan torsi luar bekerja pada benda (∑τ luar = 0), maka berlaku hukum
kekekalan momentum sudut , yaitu momentum sudut sistem adalah kekal.

B. Kegiatan/Percobaan

a) Kegiatan-1 : Besaran Torsi


Tujuan : Memprediksi besaran-besaran yang berkaitan dengan torsi.
Langkah kerja :
 Coba anda cari sebuah pintu atau jendela terdekat.
 Setelah anda memutar/menekan pegangan pintu, perbesar gaya dorong secara
perlahan terhadap pegangan pintu. Perhatikan gambar di bawah ini.

engsel

Gambar -16 Pintu dengan dua engsel terpasang

 Cobalah anda prediksi/perkirakan gaya yang berhubungan dengan sejumlah torsi


yang diperlukan untuk membuka pintu atau jendela.
 Cobalah anda sekarang bukalah pintu atau jendela secara perlahan-lahan sehingga
akan memperbesar gaya dorong pada daun pintu di posisi tengah-tengah antara garis
engsel (sebagai poros) dan pegangan pintu.
 Bandingkan gaya dan torsi yang diperlukan ketika nada mendorong pegangan pintu.
 Apakah yang dapat anda perkirakan dua besaran yang berkaitan dengan torsi ?

b) Kegiatan-2 : Penentuan momen inersia

Tujuan : Menentukan momen inersia yang paling besar


Langkah kerja :

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 27


 Perhatikan benda-benda tegar seperti pada gambar di bawah ini

1
2 3

5
4
Gambar-17 Berbagai bentuk benda tegar

 Untuk massa M dan jari-jari sama R, urutkanlah dari kecil ke besar momen inersia
benda-benda tersebut di atas dimana (1) silinder berongga, (2) silinder pejal , (3) bola
pejal, (4) bola tipis berongga, (5) silinder tipis berongga
 Mengapa anda urutkan seperti itu ?

c) Kegiatan-3 : Kaitan torsi dengan percepatan sudut


Tujuan : Mengamati kaitan antara torsi dengan percepatan sudut
Langkah kerja :
 Pilihlah pintu terdekat, dan putarlah pegangan pintu serta doronglah perlahan pegangan
pintu dengan suatu gaya F.
 Perkirakan percepatan sudut yang dialami pintu yang berkaitan dengan torsi yang
dihasilkan oleh gaya F di posisi tengah-tengah antara garis engsel /poros rotasi dan
pegangan pintu.
 Perhatikan gambar di bawah ini !

engsel

Gambar-18 Mengamati torsi pintu

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 28


 Bandingkan percepatan sudutnya dengan percepatan sudut saat anda mendorong
pegangan pintu dengan gaya yang sama.
 Bagaimana kaitan antara torsi yang diberikan dengan percepatan sudut rotasi ?
d) Kegiatan-4 : Penerapan konsep rotasi
Tujuan : Menerapkan konsep rotasi melaui gambar dari video klip
Langkah kerja :
 Perhatikan penyerahan roda dengan poros yang bisa dipegang , sementara orang yang
menerima roda tersebut berdiri di atas papan yang bisa berotasi.

Gambar-19 proses penyerahan roda berporos yang sudah berputar


 Setelah roda berporos dalam posisi berputar dan dipegang, ternyat apa yang terjadi ?
perhatikan tiga gambar di bawah ini

Gambar-20 tahap menerima roda berporos

Gambar-21 tahap roda berputar dan orang yang memegang roda tersebut juga ikut berputar

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 29


Gambar-22 tahap melanjutkan proses perputaran roda dan pemegang roda

 Orang dan dudukan kaki mula-mula diam sementara roda berputar dalam suatu bidang
horizontal.
 Ketika arah putar roda terhadap porosnya di balik 180 0 , orang dan dudukan kaki yang
diinjaknya mulai berotasi.
 Apabila roda dibalik kembali ke arah putarannya smulaorang dan alat pijakan kaki
berhenti berotasi.
 Bagaimana anda menjelaskan peristiwa ini ?
e) Kegiatan-5 : Gerak kaleng
Tujuan : Membandingkan gerak kaleng kosong dan kaleng berisi zat
Langkah kerja :
 Sediakan kaleng susu atau jenis kaleng minuman lainya yang kosong dan berisi masing-
masing 1 buah
 Sediakan pula meja demonstrasi yang dimiringkan, kira-kira 300.
 Perhatikan desain percobaan di bawah ini

Kaleng kosong

Kaleng Berisi

300

Gambar-23 Kaleng kosong dan berisi cairan berputar

 Apabila kedua kaleng minuman atau kaleng susu dibebaskan dari keadaan diam pada
ketinggian yang sama pada bidang miring, manakah yang akan mencapai dasar
bidang terlebih dahulu ?

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 30


 Cobalah anda ulangi percobaan di atas dengan membandingkan kaleng berisi penuh
zat cair dan kaleng identik berisi penuh pasir. Dan kaleng berisi penuh zat cair dan
sebuah bola tenis.
 Bandingkan gerak kedua kaleng tersebut dan bola tenis dan jelaskan hasil
pengamatan anda.
 Apakah kesimpulan anda dari percobaan ini ?
C. SOAL DAN PENYELESAIANNYA

1. Tentukan torsi terhadap poros 0 oleh gaya 30 Newton seperti pada


gambar di bawah ini.
30 N

2 meter

300
0
poros

Gambar-24 torsi terhadap poros pada silinder


PENYELESAIAN :
 Torsi atau momen gaya adalah ukuran keefektifan gaya yang bekerja pada suatu benda untuk
memutar benda tersebut (batang tongkat) terhadap titik poros tertentu.
 Garis kerja gaya 30 N sebagai garis g. Adapun garis yang ditarik dari titik 0 tegak lurus
terhadap garis kerja g, memotong g di titik L, seperti gambar di bawah ini.

30 N S
(─)
2 meter

Garis kerja
g

300 L
l
0

Gambar-25 torsi terhadap poros pada silinder dan komponen gaya


 Dengan demikian, lengan torsi (panjang garis yang ditarik dari titik poros rotasi
sampai memotong tegak lurus garis kerja gaya), jadi lengan torsi l = 0L.
 Jadi segitiga OLS = l = OL = 0S sin 300 = (2 m) (1/2) = 1 meter

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 31


 Gaya 30 N ada kecenderungan memutar batang tongkat OS searah jarum jam
terhadap poros O
 Torsi yang putarannya berlawanan dengan arah jarum jam bertanda positip, sehingga
dalam kasus ini torsi bertanda negatif (-).
 Secara matematis bahwa momen gaya, τ adalah sebagi berikut :
τ = -l x F = -(1 m) (30 N) = -30 Nm
2. Sebuah silinder pejal homogen dengan jari-jari R dan massa M
mengeglinding dari puncak bidang miring seperti gambar di bawah ini.
Dengan tinggi bidang, h = 5 meter, dan g = 10 ms-2 .

Silinder
diam
ω
h=5
m

v Gambar -26
sistem benda dilihat dari samping

Tentukan kelajuan silinder ketika tiba di dasar bidang !

PENYELESAIAN :
Langkah penyelesaian soal di atas sebagai berikut :
 Analisa silinder pejal M melalui sketsa gambar dengan gaya-gaya yang bekerja
padanya.
 Gunakan persamaan, ∑τ = I α ......(1) untuk gerak rotasi silinder
 Gunakan persamaan ∑F = m.a ........(2) untuk gerak translasi silinder menuruni
bidang.
 Kelajuan silinder di dasar bidang dihitung dengan persamaan kinematika
translasi, v2 = v02 + 2aΔx, dengan v0 = 0 dan Δx = panjang lintasan yang ditempuh
silinder.
 Percepatan sudut, α = a/R..............(3)
 Untuk silinder pejal, I = ½ MR2…………(4)
 Untuk momen gaya, τ = f R…………….(5)
Menganalisa silinder pejal M, dari gambar di atas

R N

S W = mg

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 32


Gambar -27 skema silinder pejal pada bidang miring
 Adapun gaya-gaya yang bekerja pada silinder pejal adalah gaya gesekanf, gaya berat
(W=mg), dan gaya normal N. Kita ketahui bahwa mg dan N yang melalui titik poros 0,
sehingga tidak menyebabkan gerak rotasi.

 Jadi hanya ada satu gaya, yang menyebabkan silinder berotasi terhadap poros 0 yaitu
gaya gesekan f, dengan lengan momen OS = jari-jari R.

 Adapun penggunaan hukum II Newton untuk rotasi silinder diberikan :


∑τ = I α ..............(*)
Substitusikan persamaan (4) dan (5) ke persamaan (*), sehingga :
f R = (1/2 MR2) α
f R = 1/2 MR2 (a/R)
f = ½ MR2 (a/R2)
 f = ½ M.a = ½ m.a ..............................(6)

 Cobalah anda buat sketsa kembali untuk gerak translasi silinder

f
mg sin θ

mg cos θ W = mg
θ

Gambar -28 skema silinder pejal dengan komponen gaya-gaya

 Dari gambar di atas, gaya-gaya N dan mg cos θ tidak menyebabkan gerak


translasi karena arah keduanya tegak lurus terhadap lintasa. Ada dua gaya
penyebab gerak translasi silinder menuruni bidang hanyalah mg sin θ (arah
positip) dan gaya gesekan, f (arah negatif).
 Sesuai dengan hukum II Newton untuk gerak translasi silinder diberikan :

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 33


o Dari persamaan GLBB (kinematika), bahwa , dengan keadaan awal diam di
puncaak bidang, v0 = 0 dan keadaan akhir di dasar bidaang adalah :

, Δx diperoleh dari skema gambar di bawah ini

Δx = h/sinθ
Δr

 Jadi,

 Dengan data di atas, g= 10 ms-2 dan h = 5 meter, maka kelajuan silinder pada saat tiba di
dasar bidang adalah :

3. Tuliskan persamaan dinamika rotasi, untuk kasus-kasus berikut ini:


a. Benda dari keadaan diam (v0 = 0) menggelinding menuruni bidang
miring dari ketinggian h dari dasar bidang dan kelajuan benda ketika
tiba di dasar bidang.
b. Dua benda bergantungan pada katrol melalui seutas tali di mana m2 >m1
dan momen inersia katrol, I = ½ MR2 (katrol berbentuk silinder pejal).
c. Dua benda dihubungkan dengan seutas tali melalui sebuah katrol,
dimana benda m1 terletak pada bidang datar dan benda m2 bergantungan
pada katrol (katrol licin dan katrol tak bermassa, sehingga kita substitusi M = 0).
PENYELESAIAN :

a. , dengan k merupakan bilangan real yang diperoleh dari

rumus inersia benda, seperti untuk silinder pejal, I = ½ MR 2


Massa, k katrol,
=½, M
dan seterusnya.
b. perhatikan gambar di bawah ini
R

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 34


m1

m2
 Persamaan yang dimaksud dalam hal ini adalah persamaan untuk percepatan tetap
yaitu :

c. Perhatikan skema gambar di bawah ini :


Katrol : M, R

m1
m2

 Percepatan tiap benda pada gambar di atas :

4. Tentukan energi kinetik rotasi dari bumi terhadap matahari (revolusi


bumi) sehubungan dengan orbit bumi mengitari matahari.
Diketahui massa bumi = 6,0 x 1024 kg, jari-jari orbit = 1,5 x 1011 m, dan
waktu rotasi = 365 hari = 3,2 x 107 sekon.
PENYELESAIAN :

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 35


Orbit bumi
Mengelilingi
matahari Bumi
F
m

Matahari

 Dari persamaan, , maka untuk momen inersia bumi dianggap bola


pejal sehingga I = 2/5 MR2 .

 v = R ω, dan sehingga

5. Pada gambar berikut, roda katrol pejal K berputar melepaskan diri dari lilitan tali,

Tali

Jika massa roda K adalah 500 gram dan percepatan gravitasi, g = 10 ms-2.
Hitunglah tegangan talinya !
PENYELESAIAN :
 Roda katrol pejal K dianalogikan alat mainan ”YOYO” (silinder pejal) dengan momen
inersia, I = ½ MR2.
 Telah kita ketahui bahwa tegangan tali pada kasus di atas, memiliki persamaan, T = ½
M.a dengan a = 2/3 g (a = percepatan yoyo)

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 36


 Jadi,

 Dengan demikian tegangan talinya adalah 1,66 Newton

D. SOAL LATIHAN UJI KOMPETENSI

1. Sebuah batu gerinda memiliki massa 5 kg dan jari-jari 10 cm. Saat sebuah
momen gaya tetap dikerjakan, roda gendeng mencapai kecepatan sudut 1300
rpm (rotasi per menit) dalam 20 sekon. Dengan menganggap bahwa roda
gendeng mulai dari keadaan diam dan batu gerinda berbentuk silinder pejal.
Hitunglah :
(a) percepatan sudutnya;
(b) resultan momen gaya yang dikerjakan
(c) sudut putaran yang ditempuh selama 20 sekon.
2. Perhatikan gambar di bawah ini

T2

T1
B

3 kg
Dari gambar di atas diketahui bahwa K adalah roda katrol dan massa beban B
lebih besar dari massa beban A. Apabila percepatan gravitasi, g = 10 ms-2 dan
tegangan talinya T1 = 27 Newton. Hitunglah tegangan tali T2 !
3. Sebuah cincin tipis dengan massa 3 kg dan jari-jari 7 cm berputar
terhadap poros yang melalui pusatnya dan tegak lurus pada bidang licin
dengan 2 putaran/sekon. Jika momen inersia cincin tipis, I = MR2;
Tentukan energi kinetik pada cincin tersebut.
4. Sebuah bola pejal dengan jari-jari 25 mm dan beratnya 2,5 Newton
(g=10 ms-2) bergerak translasi dengan kelajuan linear pada pusatnya
adalah 1,5 ms-1. Bersamaan dengan gerak translasi, bola juga berotasi.
Berapakah total energi kinetiknya ?
5. Pada sebuah roda dengan momen inersia sebesar 7 kg m2 dikerjakan
sebuah torsi konstan sebesar 49 meter.Newton (m N). Tentukan :

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 37


Berapakah percepatan sudutnya ?
(a) Berapakah waktu yang diperlukan dari keadaan diam sampai roda mencapai
kecepatan 98 rad/s ?
(b) Berapakah energi kinetik pada kecepatan ini ?
6. Sebuah bola pejal menggelinding dari keadaan diam menuruni suatu bidang
miring dengan ketinggian 1,5 meter. Berapakah kecepatan linear silinder di
dasar bidang miring, jika g = 10 ms-2.
7. Sebuah silinder pejal bermassa M dan jari-jari R ditarik dengan gaya F seperti
pada gambar di bawah ini.

0 F

Tentukanlah percepatan linear yang terjadi , dan nyatakan dalam F dan M; Apabila :
(a) gesekan diabaikan
(b) ada gesekan antara silinder dengan lantai.
8. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya momen inersia.
9. Jelaskan pengertian-pengertian di bawah ini :
a. torsi dan lengan torsi
b. momen inersia
c. energi kinetik rotasi
d. meluncur dan menggelinding
e. momentum sudut dan hukum kekekalan momentum sudut
BAB IV KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

A. KONSEP KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

Suatu benda tegar berada dalam keseimbngan statis bila mula-mula benda dalam keadaan
diam , sehingga memenuhi syarat keseimbangan translasi dan rotasi.

Keseimbangan translasi, , dan

keseimbangan rotasi,
Titik berat atau pusat berat suatu benda adalah titik yang terhadapnya ada gaya-
gaya berat yang bekerja pada semua partikel benda itu sehingga menghasilkan torsi resultan nol.
Dengan demikian, benda yang ditumpu pada titik beratnya akan berada dalam keseimbngan
statis. Adapun pusat benda bisa terdapat di dalam maupun di luar benda. Untuk percepatan
gravitasi diabaikan, titik berat berimpit dengan pusat massa.

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 38


Koordinat titik berat (xG, yG) dapat dihitung menggunakan persamaan umum sebagai
berikut :

dan

Kita ketahui bahwa untuk benda dapat diwakili oleh massa partikel m i, maka wi diganti
dengan mi. Untuk benda berbentuk volum pejal homogen dengan volum partikel Vi, maka wi
diganti Vi. Untuk benda berbentuk luasan (luas bidang) dengan luas partikel A i, wi diganti
dengan Ai. Dan terakhir untuk benda berbentuk kurva dengan panjang li, wi diganti dengan li.
Ada tiga jenis klasifikasi keseimbangan sebuah benda, yaitu : stabil, tak stabil (labil),
netral (indiferen). Sebuah benda yang tepat dalam arah vertikal berada di atas suatu permukaan
akan berada dalam keseimbangan jika titik beratnya di atas dasar penopangnya. Stabilitas
keseimbangan sebuah benda dapat ditingkatkan dengan merendahkan titik beratnya atau dengan
menambah ukuran dasar penopangnya.
B. Kegiatan/Percobaan :
a) Kegiatan-1 : Percobaan keseimbangan benda tegar
Tujuan : Menemukan syarat keseimbangan statis
Alat dan bahan :
 Mistar kayu 1 buah dan batu bata atau batako 3 buah
Langkah kerja :
 Letakkan mistar di atas tumpukan batako seperti pada gambar di bawah ini.

F F

Gambar-1

Gambar-2

Gambar-29 Proses keseimbangan


 Perhatikan gambar-1 di atas, tarik kedua ujung mistar dengan gaya sama
besar tetapi berlawanan arah.

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 39


 Apakah mistar bergerak translasi atau rotasi ?
 Perhatikan gambar-2, sekarang tariklah kedua ujung mistar dengan gaya sama
besar tetapi berlawanan arah.
 Apakah mistar sekarang bergerak translasi atau rotasi ? Mengapa ?
 Dari gambar 1 dan gambar 2, tentukan resultan gaya yang bekerja pada mistar
dan resultan torsi yang bekerja pada benda.
 Berdasarkan hasil ini, coba anda jelaskan hasil pengamatan dari dua kasus
tersebut.
 Apakah yan dapat anda simpulkan dari gambar-gambar keseimbangan di
bawah ini

Gambar-3
Apakah kesimpulan dari gambar-3 ?

Gambar-4

Apakah kesimpulan anda dari gambar-4 ?

b) Kegiatan-2 : Pengamatan keseimbangan benda tegar


Tujuan : Mengamati keseimbangan benda tegar
Lankha kerja :
 Cobalah anda susun alat seperti pada gambar di bawah ini

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 40


Gambar-5
 Apakah kesimpulan anda dari gambar di bawah ini ?

Gambar-6 beban pada posisi awal

Gambar-7 beban diubah posisinya


c) Kegiatan-3 : Titik berat benda
Tujuan : Menunjukkan titik berat benda
Langkah kerja :
 Dengan ujung jari telunjuk anda, tumpulah mistar sehingga tampak pada gambar
di bawah ini.

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 41


Gambar-30 Letak titik berat mistar

 Dimanakah kira-kira letak titik berat mistar ?


 Susunlah batang kayu, sehingga menjadi sistem yang seimbang. Perhatikan
proses penyusunannya

Gambar-30 proses penyusunan kayu agar seimbang

 Proses penyusunaan yang benar, disusun seperti pada gambar-2 di bawah ini.

Gambar-31 proses penyususnan batang kayu

 Hasil yang diperoleh, seperti yang diharapkan bahwa susunan kayu dalam
keseimbangan.

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 42


Gambar-32 akhir penyususnan batang kayu menjadi seimbang
 Cara lain untuk mencapai keseimbangan, seperti pada gambar-4 di bawah ini

Gambar-33 cara lain untuk mencapai keseimbangan


 Apabila sulit mencari bahan dan alat seperti di atas, bisa juga anda menggunakan paku besar
atau bahan lain yang serupa.
 Pada foto-foto demonstrasi di atas, mengapa sistem dapat seimnag statis ?

d) Kegiatan-4 : Tiga jenis keseimbangan


Tujuan : Menyelidiki ketiga jenis keseimbangan
Alat dab Bahan :
Sebuah kaleng susu atau kaleng jenis lainnya (kaleng bekas), ataupun
botol bekas.
Langkah kerja :
 Letakkan atau posisikan kaleng dengan berdiri tegak di lantai. Beri tanda titik beratnya
dengan titik C (Gambar-1)
 Dengan salah satu ujung kaleng (titik A) sebagai titik tumpu di lantai, berilah sentuhaan
padaa kaleng dengan memiringkan posisi kaleng sedikit (Gambar-2). Lepaskan
sentuhaan dengan melepaskan pegangan anda pada kaleng. Amati titik berat C.
 Apakah titik berat C bergerak naik, turun, atau tetap ?
 Apakah setelah sentuhan dihilangkan, kaleng kembali kekedudukan semula ?
 Dengan titik tumpu di lantai, tetap titik A, beri sentuhan yang lebih besar hingga
kemiringan kaleng lebih besar (gambar-3). Bebaskan sentuhan atau gangguan dengan
melepaskan pegangan anda pada kaleng.
 Bagaimanakah gerak titik berat C setelah gangguan anda hilangkan, naikah ? Atau turun,
ataukah tetap ?

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 43


 Apakah setelah gangguan dihilangkan, kaleng kembali ke kedudukannya semula ?
 Terakhir, cobalah letakkan kaleng dengan posisi tidur (gambar-4). Apakah yang terjadi
dengan titik beraat C ketika anda memberi gangguan dengan mendorong kaleng ?
 Apakah titik berat C bergerak naik, turun, ataukah tetap ?

C
C C
C

A
A

Gambar-1 Gambar-2 Gambar-3 Gambar-4

Gambar 34 posisi keseimbangan botol

 Adakah kaitaan antara gerak titik berat C saat sentuhan dihilangkan dengan jenis
keseimbangan yang dialami benda ? Bagaimana kesimpulan anda dari percobaan
ini ?
C. SOAL DAN PENYELESAIAN
1. Suatu sistem benda pejal homogen diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

t2 =4 cm
z2

z1 y2 t1 = 8 cm
y1

X
0

6 cm

Tentukan tinggi titik berat sistem itu dari alas silinder.


PENYELESAIAN :
 Volume silinder,

 Volume kerucut,

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 44


 Untuk volume silinder pejal (1) ,
x1 = 0
y1 = ½.t1 = ½.8 cm = 4 cm
 Untuk volume kerucut pejal (2) ,
x2 = 0
y2 = 8 cm + ¼ .t2 = 9 cm

 Titik berat sistem benda dihitung dengan menggunakan persamaan :

 Jadi, tinggi titik berat sistem adalah 4,71 cm dari alas silinder.

2. Batang bersandar pada dinding licin dan bertumpu pada lantai kasar seperti pada
gambar di bawah ini.

12 m

8m

Q
P
Jika panjang PR = 12 m, dan QR = 8 m , hitunglah koefisien gesekan di titik P pada saat
batang tepat akan bergeser !

PENYELESAIAN :
 Pada saat tangga tepat akan tergelincir dan sistem masih seimbang berlaku

 persamaan :

Dengan µ = koefisien gesekan antara tangga dan lantai; θ = sudut kemiringan tangga
terhadap lantai kasar.
 Dari soal di atas, dapat diketahui dan dicari bahwa :

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 45


 Jadi, koefisien gesekan µ dapat dihitung dengan persamaan di atas, yaitu :

3. Sebutkan dan jelaskan jenis keseimbangan pada benda tegar !

PENYELESAIAN :

 Keseimbangan stabil adalah keseimbangan yang dialami benda di mana sesaat


setelah gangguan kecil dihilangkan, benda akan kembali ke kedudukan
keseimbangannya semula.
 Keseimbangan labil adalah keseimbangan yang dialami benda di mana sesaat
setelah gangguan kecil dihilangkan, benda tidak akan kembali ke kedudukannya
semula, bahkan gangguan tersebut makin meningkat.
 Keseimbangan netral (indiferen) adalah keseimbangan di mana gangguan kecil
yang diberikan tidak akan mempengaruhi keseimbangan benda.

4. Perhatikan gambar di bawah ini

600
300

Benda atau beban pada gambar di atas memiliki massa 25 kg dan digantung pada
keadaan diam. Tentukan tegangan-tegangan pada kedua tali penahannya.

PENYELESAIAN :

 Amati titik S (titik perpotongan) dan buat sketsa gaya-gaya yang bekerja pada
titik S tersebut.
 Pastikan bahwa arah horizontal sebagai sumbu-X dan arah vertikal sebagai
sumbu-Y
 Syarat keseimbangan statis benda (dalam hal ini dianggap partikel), ∑Fx=0 dan
∑Fy= 0
 Baru anda tentukan tegangan-tegangan dalam tali untuk segera dihitung.

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 46


Langkah penyelesaian :
 Sketsa gaya-gaya yang bekerja pada titik S

T1 T2

600
30 0

X
S

W = m.g
= 25.10 = 250 N
W

Gambar -35 Gaya-gaya yang bekerja pada S, yaitu gaya berat benda w,
tegangan tali T1 dan tegangan Tali T2

 Cobalah anda uraikan atas komponen-komponen dari tegangan tali tersebut,


yaitu T1 adalah T1x dan T2x dan T2 adalah T1y dan T2y seperti pada sketsa di
bawah ini.

T2y T2
Y
+ Positip untuk
ΘT 1
arah ke kanan
dan atas
T1y
Negatif untuk
arah ke kiri

Θ
dan bawah

Gambar- X 36 komponen-komponen
S T2x
gaya yang T1x bekerja pada titik S
Secara matematis bahwa :
 T1x = T1 cos 300 = ½ √3 T1 dan T1y = T1 sin 300 = ½ T1
W
 T2x = T2 cos 600 = ½ T2 dan T2y = T2 sin 600 = ½ √3 T2
Dari syarat keseimbangan statis, diperoleh bahwa :
 ∑Fx = 0
T2x - T1x = 0
T2x = T1x
½ T2 = ½ √3 T1
T2 = √3 T1 .........................(*)

 ∑Fy = 0
T1y + T2y – W = 0

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 47


½ T1 + ½ √3 T2 – 250 = 0..............(**)

Dengan mensubstitusi persamaan (*) ke dalam persamaan (**),


diperoleh tegangan tali T1, yaitu :

½ T1 + ½ √3 T2 – 250 = 0..............(**)
½ T1 + ½ √3 (√3 T1) = 250
T1 + 3T1 = 500
4 T1 = 500
T1 = 125 Newton
Substitusikan kembali T1 = 125 Newton
Ke dalam persamaan (*) akan diperoleh T2 yaitu :
T2 = √3 T1 .........................(*)
T2 = 125 √3 Newton

5. Pada sistem keseimbangan benda tegar sebuah beban di gantung seperti pada gambar di
bawah ini

tali
A

C
B engsel

Apabila BC adalah batang homogen yang panjangnya 76 cm, dan massanya 1,5 kg
dan massa beban 2 kg. Tentukan :
a. tegangan tali jika jarak AB = 40 cm .
b. Gaya pada engsel

PENYELESAIAN :
 Perhatikan gaya-gaya yang bekerja pada batang , anatara lain :

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 48


Berat batang homogen, w = m.g = 1,5 kg .10 ms -2 = 15 Newton (titik kerja tepat di
tengah-tengah batang homogen tersebut).
Tegangan tali, T dan berat beban , w = m.g = 2 kg. 10 ms-2 = 20 N.
Gaya pada engsel dengan dua komponen, yaitu komponen Horizontal, H dan
komponen Vertikal, V

a. Perhatikan sketsa gambar lebih lanjut :

Q
tali
Poros
T Ty
Θ
P θ
H Tx R

38 38
cm cm
V

+
15 N +
20 N

 Dari gambar di atas, gaya yang perlu diuraikan hanya pada tegangan tali, yaitu :
Tx = T cos θ dan Ty = T sin θ
Sudut θ dicari dari gambar bahwa , (AC)2 = (AB)2 + (BC)2
= (40)2 + (76)2
AC = √7376 = 85,88 cm

Tx = T cos 280 = 0,88 T.......(*) dan Ty = 0,47 T ........(**)


 Sesuai dengan syarat keseimbangan benda, bahwa ∑τ = 0 (ingat bahwa gaya-
gaya H, V, dan Tx tidak menghasilkan torsi karena melalui poros P dan gaya-
gaya tersebut memang tidak diketahui).
 ∑τ = 0
+15 (38) – Ty (76) + 20 (76) = 0
570 – 76 Ty + 1520 = 0

Ty = 27,5 ; dari persamaan (**) sehingga diperoleh bahwa

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 49


Ty = 0,47 T ........(**)
27,5 = 0,47 T
 T = 58,5 Newton.
Jadi, tegangan pada tali besarnya 58,5 Newton.

b. Kita ketahui bahwa gaya pada engsel yang melalui poros P, dapat dihitung dengan syarat
keseimbangan benda bahwa ∑ Fx = 0 (gaya horizontal engsel, H) dan ∑ Fy = 0 (gaya
vertikal engsel, V) :
∑ Fx = 0
+H - Tx = 0  H = 0,88 T = 0,88 (58,5) = 51,48 Newton
 H = 51,48 Newton
∑ Fy = 0
+V – 15 + Ty – 20 = 0  V = 35 – 0,47 T = 35 – (0,47).(58,5) = 7,5 N
 V = + 7,5 Newton
Tanda positip menyatakan bahwa arah V sesuai dengan pemisalan kita yaitu ke atas.
Adapun gaya pada engsel, Fp dapat dihitung dengan dalil pythagoras bahwa :

Perhatikan gambar di bawah ini :

P H

300
D. LATIHAN SOAL UJI KOMPETENSI

1. a. Tentukan letak titik berat benda-benda beraturan


berikut ini : bola,
s ilinder, kerucut, dan limas.
b. H Berikan contoh keseimbangan stabil, labil, dan indiferen
2. Sebuah balok memiliki massa 75 kg tergantung pada seutas
tali yang tersanbung seperti pada gambar di bawah ini.

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 50


75 kg
Apabila percepatan gravitasi , g = 10 ms-2. Hitunglah tegangan pada tali
horizontal H.
3. Bagaimana langkah-langkah penyelesaian soal yang berkaitan dengan
keseimbangan statis benda tegar ?
4. Untuk benda bentuk luasan (bentuk L) seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini.

4 cm

12 cm

4 cm
C

10 cm

Tentukanlah titik beratnya


Setengah bola
pejal terhadap titik yang diberi label
C.
5. Sebuah silinder pejal memiliki jari-jari 8 cm dan
tingginya 12 cm. Di atas silinder tersebut diletakkan
setengah bola pejal yang memiliki jari-jari 8 cm.

Silinder pejal

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 51

0
Tentukanlah letak titik berat sistem jika dihitung dari alas silinder (titik nol). Perhatikan
gambar di bawah ini.

BAB V

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 52


PENGEMBANGAN KONSEP DINAMIKA MELALUI
LABORATORIUM VIRTUAL

1. Kesetimbangan tiga buah Gaya  


Suatu eksperimen sederhana mengenai keseimbangan tiga gaya disimulasikan di sini:
anak timbangan diikat oleh tiga tali . Sebanyak dua tali menggerakkan kerekan dan bebas dari
gesekan. Ke tiga gaya berada pada simpul ( panah yang diwarnai) berada dalam
keseimbangan.

Anda dapat tulis gaya dari 1 N ke 10 N ke dalam bidang teks ( jangan lupa untuk
tekan “enter”). Ingat bahwa masing-masing gaya harus lebih kecil dibanding penjumlahan dari
dua gaya ! Dimungkinkan untuk bertukar-tukar posisi dari dua kerekan dengan menyeret
mouse. Jajaran genjang dari gaya diarahkan pada puncak kiri dan kanan tersebut (berturut-
turut merah dan biru ) akan digambar/ditarik jika anda memilih pilihan yang sesuai . Pada
tampilan bawah kanan anda dapat membaca sudut dua gaya ini dengan arah vertikal.

Gambar-37 Kesetimbangan tiga buah Gaya melalui lab.virtual (computer)


2. Sistem Katrol
Anda dapat menaikkan atau menurunkan beban dengan mouse . Jika anda klik kanan tombol
mouse, suatu neraca pegas akan nampak mempertunjukkan tegangan di (dalam) tali itu. Anda
dapat merubah berat/beban dengan mengisi dan menggantung neraca-neraca dengan
menggunakan kotak yang sesuai. Bila input lebih tinggi dibandingkan batas skala pada pegas
(10 N) secara otomatis akan berubah.

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 53


Gambar-38 Sistem Katrol sebagai keuntungan mekanik
3. Bidang miring
Program Applet Ini mempertunjukkan suatu gerakan pada suatu bidang miring dengan
kecepatan tetap dan bersesuaian dengan gaya.
" Dengan tombol RESET" maka balok akan berada pada posisi awal ( di luar gambar).
Anda dapat start atau stop dan melanjutkan simulasi dengan yang lain pada dua tombol yang
ada. Tentukan tombol radio yang terpilih Program applet akan menunjukkan suatu
springscale (skla pada pegas) yang mana anda dapat membaca gaya yang diperlukan, atau
panah/garis vektor dari berat/beban memaksa dengannya dua komponen (garis normal dan
paralel terhadap bidang), gaya normal, gaya gesekan dan gaya yang diperlukan untuk gerak.
Sudut landai, berat/beban yang menghalangi dan koefisien gesek dapat diubah di dalam
batas tertentu. Program Applet akan mengkalkulasi /menghitung besarnya gaya.

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 54


Gambar-39 Bidang miring, variable yang dapat diubah seperti sudut kemiringan, berat, dan
koefisien gesekan
4. Eksperimen Hukum II Newton
Program Applet ini mensimulasikan suatu pesawat terbang layang susunan jejak/jalur
udara, karena (itu) digunakan untuk eksperimen dengan percepatan tetap. Suatu percepatan
gravitasi   9.81 m/s2 .
 Massa dari gerbong, nilai massa yang menggantung dan koefisien gesek (di dalam
batas tertentu) dapat diubah).
Selama satu pengukuran anda harus melakukan penyesuaian jarak yang diukur ( dari posisi
awal terhadap penghalang LB, ketelitian 5 mm) dengan tombol mouse ditekan dan untuk
membaca waktu yang bersesuaian ( pajangan digital, ketelitian 1 ms). Sepanjang pergerakan
titik merah di (dalam) diagram s-t (jarak-waktu) menandai (adanya) waktu saat ini dan jarak
yang ditempuh.

Gambar-40 Eksperimen Hukum II Newton, dengan variable yang bisa diubah-ubah massa beban yang
ditarik , massa beban yang menggantung, dan koefisien gesekan
Setelah pengukuran waktu selesai, demikian juga dari nilai-nilai terukur akan ditandai
dengan diagram. Setelah mouse klik pada [atas] tombol " Rekam data" , data akan dicatat
pada daftar [itu]. Satu rangkaian pengukuran dengan parameter yang sama, tidak bisa berisi
lebih dari 10 pengukuran.
 Rumus Dasar :
Aplikasi Hukum II Newton :
 

   a ... percepatan, m/s2


m … massa benda, kg
g ... percepatan gravitasi, 9,8 m/s2
µ ... koefisien gesekan
M ... massa yang menyangkut gerbong atau massa total, kg
 

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 55


Gerak dengan percepatan tetap dan kecepatan mula-mula, Vo:
 

s ... jarak atau perpindahan, meter


a ... percepatan, m/s2
t ... waktu, sekon

5. Model suatu Carousel ( Gaya sentripetal),

Kecepatan suatu benda yang bergerak dengan arah gerakan tetap menurut Hukum
Newton pertama ( hukum kelembaman) jika tidak (ada) gaya luar. Keadaan suatu gerak
lingkar berbeda: Dalam hal ini harus ada suatu gaya , yang disebut gaya sentripetal, yang
mana diarahkan pada sumbu rotasi . Ini model yang disederhanakan suatu carousel yang
menampilkan gaya ini.

Jika anda memilih yang kedua dari salah satu empat tombol radio di bagian kanan atas,
panah/garis vektor panah dengan menggunakan gaya akan digambar/ditarik untuk masing-
masing delapan massa bandul: gaya berat/beban akan [jadi] dicat hitam, gaya yang
digunakan oleh tali biru. Penambahan arah panah/garis vektor ini mengakibatkan gaya netto
( merah) serupa dengan yang tersebut dalam arah yang menunjukkan gaya sentripetal.
Sebagai tambahan terhadap simulasi dari carousel ( dengan panah gaya atau tanpa vektor
gaya , program menawarkan suatu (dua dimensi) two-dimensional sket sederhana dari
panah/garis vektor gaya dan nilai-nilai kwantitatip yang penting mengenai gerak melingkar.
Jika anda ingin mengamati persisnya vektor gaya, anda dapat stop perputaran dengan
penggunaan "tombol Pause / Resume" atau dibuat sepuluh kali lebih lambat dengan pilihan
" Slow Motion". Bidang teks membuatnya mungkin untuk bertukar-tukar parameter di dalam
batas tertentu (jangan lupa untuk tekan "enter " )
 Catatan: Simulasi mengasumsikan suatu gerak lingkar dengan kecepatan sudut tetap; cara
bekerja untuk massa benda yang dipercepat ; maka ketika  dipercepat berturut-turut
diperlambat tidaklah dipertimbangkan dengan seksama. Efek hambatan udara diabaikan.
(lihat gambar di halaman berikutnya).

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 56


Gambar-41 Model suatu Carousel ( Gaya sentripetal)

6. Gaya Apung  di dalam  Cairan

Program Java Applet ini menunjukkan suatu eksperimen sederhana mengenai gaya
apung di dalam suatu cairan: Suatu benda padat yang menggantung dari neraca pegas terbaca
sepintas berupa suatu cairan dengan cara menyeret mouse). Dalam hal ini gaya yang diukur,
sepadan dengan perbedaan berat/beban dan gaya apung, sehingga berkurang.
Anda dapat merubah ( di dalam batas tertentu) nilai-nilai area dasar yang sebelum
memilih, kepadatan dan tingginya dengan menggunakan bidang teks yang sesuai. Setelah
anda sudah menekan "enter" , program akan menandai nilai-nilai kedalaman yang baru,
menggantikan volume, gaya apung, berat/beban dan mengukur gaya. Suatu percepatan
gravitasi diketahui , g = 9.81 m/s2 .
Jika anda lihat kata-kata " Terlewati maksimum!" (merah), anda harus memilih suatu batas-
ukur yang cukup.

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 57


Hukum Archimides :
Gaya yang menekan sama dengan berat/beban
dari cairan atau gas yang dipindahkan

Gambar-42 Gaya Apung  di dalam  Cairan, perhatikan variable yang kanstan dan berubah

BAB VI RANGKUMAN

Dinamika adalah bagian dari mekanika yang mempelajari gerak suatu benda dengan
memandang gaya yang bekerja pada benda tersebut sebagai penyebab gerak (massa benda
tidak bisa diabaikan).
Benda-benda yang dibahas diperlakukan sebagai sebuah partikel tunggal.

Partikel

Percepatan
Gaya
Gaya adalah alat (teknik) yang
menghubungkan lingkungaan dengan
gerak partikel
Gaya muncul dalam hukum-hukum
gerak (percepatan benda yang
Lingkungan mengalami gaya tertentu)
Gaya muncul dalam hukum gaya
(menghitung gaya yang akan bekerja
pada yang berada dalam lingkungan
tertentu)

Gambar –43 Skema untuk hukum gerak dan hukum gaya bersama-sama membentuk
hokum-hukum mekanika (Sumber : Halliday dan Resnick, jilid 1, 1990 hal.106)

Jika dua benda bersentuhan maka akan timbul gaya sentuh yang berarah sejajar dengan
bidang sentuh yang disebut gaya gesekan.

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 58


Gambar-44 Roda sepeda bergesekan dengan tanah
Jika pada bidang sentuh itu tidak terjadi pergerakan benda 1 relatif terhadap benda 2,
maka gaya gesekannya adalah gaya gesekan statis (fs). Gaya gesekan statis dapat bernilai 0
sampai mencapai maksimumnya yaitu µs.N. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

Dimana fs (gaya gesekan statis, Newton), µs (koefisien gesekan statis), N (gaya normal).
Jika pada bidang sentuh ini terjadi pergeseran benda 1 relatif terhadap benda 2 maka gaya
gesekannya adalah gaya gesekan kinetic (fk). Gaya gesekan kinetic dianggap bernilai tetap dan
dinyatakan secara matematis adalah :

Dimana fk (gaya gesekan kinetic, Newton), µk (koefisien gesekan kinetic).


Gaya gesekan kinetic lebih kecil daripada gaya gesekan statis maksimum. Dengan
demikian koefisien gesekan kinetis lebih kecil daripada koefisien gesekan statis (µs < µk).
Bila sebuah benda diletakkan di atas bidang yang dimiringkan secara berangsur-angsur
maka pada sudut θs benda mulai meluncur berarti koefisien gesekan statis, µ s adalah secara
metematis dirumuskan :

Adapun untuk kasus benda meluncur dari keadaan diam menuruni bidang miring dengan
sudut kemiringan θ terhadap garis/bidang horizontal, sehingga berlaku :
 Untuk bidang miring licin :a = g sin θ
 Untuk bidang miring kasar : a = g (sin θ - µk cos θ)
Gaya gravitasi antara dua benda merupakan gaya tarik-menarik yang besarnya berbanding
lurus dengan massa masing-masing benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara
keduanya, hal ini dikatakan sebagai Hukum Gravitasi Umum Newton. Adapun besar gaya
gravitasi secara matematis, dirumuskan :

………………………………….(1)

Dengan :
 F12 = F21 = F = besar gaya tarik antara dua benda (Newton)
 G = Tetapan umum gravitasi = 6,67 x 10-11 Nm2/kg2
 m1 = massa benda satu (kg)
 m2 = massa benda dua (kg)

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 59


 r = jarak antara dua benda (meter, m).

m1 Garis penghubung m1 dan m2 m2

F12 F21

Gambar – 45 skema gaya sentripetal


Gaya sentripetal diperlukan dalam gerak melingkar beraturan, yaitu :
………………………………………………………..(2)
Kuat medan gravitasi atau percepatan gravitasi adalah gaya gravitasi per satuan massa yang
dialami oleh sebuah benda. Satuan percepatan gravitasi adalah N/kg atau m/s2., secara matematis
dirumuskan :
………………………………………………… (3)
Dimana M = massa benda yang menghasilkan percepatan gravitasi; r = jarak titik ke pusat benda
M.
Percepatan dan gaya merupakan besaran vector sehingga resultannya harus dijumlahkan secara
vector.
Resultan gaya gravitasi suatu benda yang bekerja dua buah gaya gravitasi atau lebih,
maka resultan kedua gaya secara vector :
………………………………………(4)
Besar resultan gaya gravitasi untuk kasus dua vector gaya gravitasi yang membentuk
sudut θ, perhatikan skema di bawah ini
m3

F13 
F
θ


m2

m1
F12
Gambar-46 Resultan dua vektor gaya

Bagaimana dengan Gaya Pegas ?


 untuk kasus pegas, Fp=-ky, sehingga kita samakan dengan , maka akan
diperoleh rumus :
 kecepatan sudut,

 Perioda,

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 60


 Frekuensi, ,

dengan m = massa beban pada ujung pegas (kg)

BAB VII EVALUASI

A. UJI KOMPETENSI BERUPA SOAL KONSEP DINAMIKA DAN LAB


VIRTUAL

Pertanyaan :
1. Dengan menganggap bahwa bulan berbentuk bola seragam yang jari-jarinya
1,737 x 106 m dan massanya 7,3 x 1022 kg, tentukan percepatan gravitasi di
permukaan bulan !

2. Sebuah mobil sedan bermassa 1,5 ton sedang melewati tikungan jalan pada laju 8,0 m/s.
Apabila jari-jari kelengkungan adalah 12,0 meter dan percepatan gravitasi, g = 10 m/s 2.
Hitunglah koefisien gesekan statis minimum antara ban-ban mobil dengan jalan agar mobil
dapat membelok tanpa slip.

Gambar 47 mobil dalam posisi tikungan

3. Balok A memiliki massa 5 kg dan balok B bermassa 3 kg. Balok B mula-mula diam, dan
selanjutnya bergerak ke bawah akhirnya menyentuh lantai. Setelah selang waktu berapa
sekon, balok B menyentuh lantai ?
Perhatikan gambar -26 di bawah ini.

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 61


a
A

µk = 0,35 a

B
g = 10 m/s2

30 m

Gambar- 48 Balok yang dihubungkan melalui katrol

4. Suatu benda terletak (diam) di atas bidang miring (sudut kemiringannya )


a. Gambarkan kedua (dua saja) gaya interaksi yang dialami benda,
dan nyatakan besar masing-masingnya. Apa yang dapat dikatakan tentang besarnya
koefisien s benda dengan bidang miring ?
b. Jika sudut miring diperbesar sedikit demi sedikit, pada suatu sudut  ternyata benda
mulai meluncur. Berapa besarnya s , dinyatakan dalam  ?
c. Berdasarkan ungkapan  ini, jelaskan mengapa penganggapan adanya batas 1 bagi s
tidak mungkin benar !

5. Dalam mengembangkan pembelajaran untuk materi dinamika buatlah :


a. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) manual minimal 2 (dua) buah yang sistematika LKS-nya
adalah dari judul, tujuan, alat dan bahan yang diperlukan, teori singkat, desains
percobaan, langkah percobaan, kesimpulan, aplikasi dalam kehidupan sehari-hari, dan
pengembangan LKS lebih lanjut.
b. LKS lab.virtual dinamika yang materinya ada dalam bahasan Pengembangan konsep
dinamika melalui laboratorium virtual (ada 6 judul), yang sistematika LKS-nya
adalah judul, tujuan, menu-menu pada lab.virtual dinamika yang konstan dan berubah
dibuat melalui tabel, kesimpulan, aplikasi dalam kehidupan sehari-hari, dan
pengembangan LKS lebih lanjut

B. UJI KOMPETENSI UNTUK SOAL-SOAL PILIHAN GANDA


DINAMIKA ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

1. Pada bagian silinder berongga yang bermassa 8 kg, memiliki diaameter luar 8 cm daan
diameter dalam 6 cm. Momen inersia terhadap sumbu horizontal lewat melalui pusatnya
adalah ....

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 62


A. 150 kg cm2
B. 140 kg cm2
C. 137,5 kg cm2
D. 125 kg cm2
E. 100 kg cm2
2. Sebuah bola pejal massanya 5 kg menggelinding di atas bidang miring kasar yang
membentuk sudut kemiringan 300 seperti gambar di bawah ini. Bola dilepas di A tanpa
kecepatan awal. Bila jari-jari bola 5 cm dan jarak AB = 10 cm, maka momen gaya pada
bola adalah ....
A. 0,5 m.N
B. 5 m.N
C. 50 m.N
D. 250 m.N
E. 500 m.N
3. Sebuah bola pejal bermassa M dan jari-jari R menggelinding menuruni sebuah bidang
miring dengan sudut kemiringan θ terhadap arah mendatar. Maka percepatan bola
tersebut adalah ....

A.

B.

C.

D.

E.

4. Benda-benda berikut memiliki massa dan jari-jari yang sama yaitu r. Apabila benda-
benda tersebut berotasi ke bawah menuruni bidang miring, maka yang akan tiba
paling lambat di dasar bidang adalah ....
A. silinder berongga dengan panjang r
B. silinder berongga dengan panjang 2r
C. silinder berongga dengan panjang 4r
D. bola pejal
E. bola berongga

5. Sebuah bola volley , massa M, jari-jari R dan momen inersia menggelinding

menuruni suatu bidang miring dari ketinggian h, lihat gambar di bawah ini.

h
Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 63
θ
Apabila percepatan gravitasi adalah g, maka kelajuan bola volley di dasar bidang
adalah ....

A.

B.

C.

D.

E.
6. Momen inersia untuk silinder berongga adalah ....

A.

B.

C.

D.

E.

7. Kecepatan putaran seorang penari ES dapat diubah-ubah dengan cara merentangkan atau
melipat kedua tangannya. Hal ini disebabkan oleh ....
A. momen inersianya tetap
B. momenum sudutnya tetap
C. momen gayanya tetap
D. momen gayanya nol
E. momentumnya nol

8. Energi benda yang berotasi dan bertranslasi adalah....

A.

B.

C.

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 64


D.

E.

9. Sebuah silinder pejal yang berdiameter 10 cm diputar terhadap sumbunya. Jika silinder
memiliki percepatan sudut 30 rad s-2 dan massanya 4 kg, maka momen gaya yang bekerja
pada silinder tersebut adalah ....
A. 0,15 N m
B. 0,30 N m
C. 1,50 N m
D. 3,0 N m
E. 15,0 N m

10. Apabila massa silinder 2,00 kg dan jari-jarinya 0,400, maka kecepatan sudut sebuah
silinder pejal pada dasar bidang miring sehingga silinder dapat menggelinding sampai ke
puncak bidang yang panjangnya 10,0 m dan tingginya 3,00 m adalah ....
A. 32,4 rad/s
B. 28,6 rad/s
C. 21,7 rad/s
D. 15,8 rad/s
E. 9,5 rad/s
11. Seorang penari balet berputar 3 rpm (rotasi per menit) dengan kedua lengannya
direntangkan. Pada saat itu momen inersia penari 8 kg m2 . Kemudian kedua lengan
dirapatkan sehingga momen inersianya menjadi 2 kg m2 . Frekuensi putaran sekarang
menjadi ....
A. 48 rotasi per menit
B. 24 rotasi per menit
C. 16 rotasi per menit
D. 12 rotasi per menit
E. 10 rotasi per menit
12. Sebuah silinder pejal dan sebuah bola pejal berotasi dari ketinggian yang sama pada saat
yang bersamaan pada bidang miring. Perbandingan kecepatan linear silinder dan bola
tersebut ketika sampai di kaki bidang miring adalah ....

A.

B.

C.

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 65


D.

E.

13. Momen inersia sebuah kelereng yang memiliki massa 20 gram dan jari-jari 10 mm yang
menggelinding pada bidang datar adalah ....
A. 2,0 x 10-5 kg m2
B. 4,0 x 10-5 kg m2
C. 5,0 x 10-5 kg m2
D. 7,0 x 10-5 kg m2
E. 8,0 x 10-5 kg m2 (*)
14. Dua cakram masing-masing dengan momen inersia 4 kg m2 dan 6 kg m2 dipasang pada satu
poros putar yang sama dan gesekannya dapat diabaikan. Cakram ke-1 berputar dengan
kecepatan 30 π rad s-1 dan cakram ke-2 40 π rad s-1 dengan arah putaran pertama. Jika kedua
cakram kemudian digabung bersama-sama, maka kelajuan sudut keduanya setelah digabung
adalah ....
A. 10 π rad s-1
B. 24 π rad s-1
C. 30 π rad s-1
D. 36 π rad s-1 (*)
E. 40 π rad s-1
15. Sebuah bola pejal (massa m, dan jari-jari r) berada di atas puncak bidang miring. Sesuai
dengan hukum kekekalan energi, besarnya kelajuan ketika bola tersebut meluncur adalah....
A.
B.
C.

D.

E.
16. Pada gambar di bawah ini, C adalah roda katrol dan massa beban B lebih besar dari massa
beban A. Jika percepatan gravitasi, g = 10 ms-2 dan tegangan tali T1 = 24 N, maka tegangan
tali T2 adalah ....

T1 T2

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 66

A= 2 kg
A. 20 Newton
B. 22 Newton
C. 24 Newton
D. 26 Newton
E. 28 Newton
17. Sebuah beban yang massanya 40 kg digantungkan dengan tali seperti pada gambar di bawah
ini.

600 300

T1
T2

40 N

Jika percepatan gravitasi, g = 10 ms-2 besarnya T1 dan T2 adalah ....


W
A. 100 N dan 100 √3 N
B. 200 N dan 100 √3 N
C. 100 N dan 200 √3 N
D. 200 √3 N dan 200 N
E. 400√3/3 N dan 400 N
18. dari gambar berikut ini besar tegangan tali adalah ....

A. 400 Newton
450 B. 300 Newton
C. 150 Newton
D. 210 Newton
E. Nol
T

300 N

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 67


19. Beberapa kegiatan untuk menentukan titik berat sepotong triplek dengan bantuan benang
yaitu :
1. menggantung benang berbeban bersama-sama triplek pada lubang P,
2. menarik garis lurus P pada triplek berimpit dengan benang,
3. menarik garis lurus Q pada triplek berimpit dengan benang,
4. menggantungkan benang berbeban bersama-sama triplek pada lubang Q,
5. perpotongan P dan Q adalah titik berat triplek
Urutan langkah kegiatan yang tepat agar titik berat karton dapat ditentukan adalah....
1, 2, 3, 4, 5
A. 1, 2, 4, 3, 5 P
B. 2, 3, 4, 5, 1
Q
C. 1,4, 2, 3, 5
R
D. 2, 3, 1, 4, 5
20. Dari gambar di bawah ini, benda yang mengalami keseimbangan labil adalah....

B
A. A dan B D

B. B dan C
C. A dan D
D. C dan D
E. B, C, dan D

21. Perhatikan gambar di bawah ini

tali
C

B
A
engsel

Pada keseimbangan benda tegar , AB adalah batang homogen dengan panjang 80


cm dan beratnya 18 N. Jika berat beban 30 N dan jarak AC = 60 cm, maka besarnya
tegangan tali adalah ....

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 68


A. 80 Newton
B. 65 Newton
C. 50 Newton
D. 48 Newton
E. 36 Newton
22. Sebuah benda digantung seperti pada gambar di bawah ini.

300 600

T2 T1

Jika sistem dalam keadaan seimbang, maka persamaan gaya pada sumbu y
adalah....
A. T1 √3 + T2 = 2 W
B. T1 + √3T2 = 2 W
C. T1 √3 + T2 √3 = W
D. T1 + T2 = 2 W
E. T1 + T2 = √3 W

23. Benda X digantung dengan dua utas tali seperti tampak pada gambar
berikut ini.

β
α

T2
T1

Dalam keadaan seimbang, kedudukan di A akan berlaku ....

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 69


A. T1 sin α - T2 sin β = 0
B. T1 sin α + T2 sin β = 0
C. T1 cos α - T2 cos β = 0
D. T1 cos α - T2 cos β = 0
E. T1 cos α + T2 cos β = 0
24. Titik berat papan segitiga homogen terletak pada ....
A. perpotongan garis-garis bagi ketiga sisinya
B. perpotongan garis-garis tingginya
C. perpotongan garis-garis simetrisnya
D. garis-garis beratnya
E. garis-garis simetrisnya
25. Perhatikan gambar susunan benda homogen dan pejal berikut ini.
Jika letak titik berat susunan benda tersebut terletak di titik Q, maka susunan benda dalam
keseimbangan ....

A. stabil
B. labil
C. netral
D. rotasi
E. translasi

26. Pada gambar berikut ini sistem dalam keadaan seimbang.

3m 2m

B
A z
15 kg

Jika z adalah titik berat batang AB, maka massa batang AB adalah ....
A. 5 kg
B. 15 kg

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 70


C. 25 kg
D. 50 kg
E. 75 kg
27. Perhatikan gambar di bawah ini

Tangga homogen
Dinding
licin

Lantai kasar

Jika pada tangga tidak diberi beban, maka koefisien gesekan statis antara tangga dan lantai pada
saat tangga tepat akan tergelincir dapat dihitung dengan menggunakan persamaan ....
A.
B.

C.

D. (*)

E.

28. Perhatikan gambar di bawah ini.


5N

5m 5m

2N 8N

Besar dan letak titik tangkap resultan ketiga gaya tersebut adalah ....
A. 5 N dan 2 m di kanan A
B. 5 N dan 2 m di kiri A (*)
C. 5 N dan tepat di A
D. 5 N dan 12 m di kanan A
E. 5 N dan 12 m di kiri A
(Ebtanas 1997)

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 71


29. Di bawah ini bidang homogen yang terdiri dari segitiga dan persegi panjang.

3h
Z0
II

Z1
I h

Jika Z0 adalah titik berat benda dan Z1 titik berat benda I, maka jarak Z0
Z1 adalah ....
A. 0,3 h
B. 0,6 h
C. 0,9 h
D. 1,0 h
E. 1,3 h
30. Suatu benda tegar dikatakan memenuhi kesetimbangan mekanik untuk gerak translasi
apabila memenuhi syarat bahwa ....

A.

B.

C.

D.

E.

C. UJI KOMPETENSI UNTUK SOAL-SOAL URAIAN


DINAMIKA ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR
Informasi :
 Jawablah soal-soal di bawah ini dengan langkah-langkah yang logis dan sistematis.

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 72


1. Ada 3 buah partikel masing-masing memiliki massa 3,0 kg, 6 kg, dan 9,0 kg terpisah
seperti pada gambar di bawah ini.

4m
B

3m

Hitunglah momen inersia bila diputar terhadap poros melalui :


a. Batang AC
b. Titik B
2. Sebuah bola pejal jika diputar pada diameternya maka momen inersianya,
I = 2/5 MR2. Berapakah momen inersianya bila diputar dengan sumbu pada
salah satu sisinya

.
3. Sebuah bola pejal memiliki massa 4 kg menggelinding di atas bidang miring kasar yang
membentuk sudut kemiringan 300 seperti gambar di bawah ini.

300
Q
Bila bola dilepas di P tanpa kecepatan awal, dan jari- jari bola 5 cm dan
jarak PQ = 8 m, Hitunglah :
a. Energi kinetik total saat ada di titik Q
b. Momen gaya pada bola.
4. Sebuah roda memiliki massa 12 kg (g = 10 ms-2) dan jari-jari 1 m bertumpu di lantai dan
bersandar pada anak tangga yang tingginya 0,35 m dari lantai, perhatikan gambar di bawah
ini.

1 m X/1-Dinamika
Modul Pembelajaran Fisika Kelas 73
0,35
m
Berapa nilai minimum gaya horizontal F yang cukup untuk mengangkat roda dari atas
lantai ?
5. Rancanglah sebuah percobaan untuk menentukan letak titik beraat benda yang bentuk
bendanya tidak teratur.
6. Batang bersandar pada dinding licin dan bertumpu pada lantai kasar seperti pada gambar
di bawah ini.

5m

4
m

B
A

Apabila AC = 5 m, CB = 4 m. Hitunglah koefisien gesekan di titik A pada saat


batang tepat akan bergeser.
7. Apakah titik berat benda harus selalu terletak di dalam benda ? Mengapa ?
8. Perhatikan sistem balok AB dan CD pada gambar ! AB menumpu CD. Balok AB dan CD
homogen beratnya masing-masing 80 N dan 60 N. Seorang beratnya 400 N berjalan dari C
menuju ke arah A. Berapa jauhkah ia akan berjalan dari C sampai tepat balok AB dan CD
akan terguling ?

1,0 m
0,5 m
C
1,0 m 1,5 m

A B

0,5 m

9. Jelaskan istilah-istilah di bawah ini


a. Keseimbangan statis, translasi, dan rotasi
b. Titik berat dan titik pusat massa

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 74


10. Gabungan dua potong papan segiempat dan segitiga sama kaki seperti pada
gambar di bawah ini.

12 cm

P a
4 cm 4 cm

12 cm

Kedua papan tersebut terbuat dari bahan yang sama. Agar titik berat
gabungannya persis pada titik P, tentukanlah panjang sisi a.

DAFTAR PUSTAKA

1. Naskah Akademik Standar Diklat Berjenjang Jurusan Fisika PPPG IPA. Bandung : 2006
2. Departemen Pendidikan Nasional. Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Mata
Pelajaran Fisika SMA dan MA. Jakarta : 2004
3. http://www.dikdasmen.depdiknas.go.id/

4. Budikase,E, dan Kertiasa, N. 1995. Fisika 1 dan 2, Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan, Jakarta : Pusat Perbukuan

5. Halliday dan Resnick.1991. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta : Penerbir Erlangga.

6. Beiser,A.1995. Applied Physics, New York : Mc Graw Hill, Inc.

7. Serway,RA.1986.Physics for Scientist and Engineers with Modern Physics, New York :
Saunders College Publishing

8. http://www.encarta.com/; Encarta Reference Library Premium 2005.

9. Tipler,P.A., 1998, Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid 1 (terjemahan), Jakarta : Penerbit
Erlangga.

10. Giancoli,Douglas C. 1991, Physics, Principles with pplications ,Prentice-


Hall International, Inc, Third Edition.

11. Isaacs,Alan.1999. Kamus Lengkap Fisika, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 75


12. Murjono.1991.Bahan Kuliah Dinamika , FMIPA-ITB

13. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Soal-soal Evaluasi Belajar Tahap Akhir
Nasional (Ebtanas) Tahun 1986 sampai dengan 1998.

14. http://www.walter-fendt.de

Modul Pembelajaran Fisika Kelas X/1-Dinamika 76

Anda mungkin juga menyukai