Anda di halaman 1dari 61

PANDUAN MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

(MFK)

RSU MARTHA FRISKA MULTATULI

Jl. Multatuli Komplek Taman Multatuli Indah No.1


Medan 20151, Sumatera Utara-Indonesia
Telp. (061) 4149666 | Fax. (061) 4154761
Email : Sekretariat@marthafriska.com

1
PERATURAN DIREKTUR RSU MARTHA FRISKA MULTATULI
NOMOR :
TENATANG
PANDUAN MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN
DI RSU MARTHA FRISKA MULTATULI

DIREKTUR RSU MARTHA FRISKA MULTATULI

Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup yang berada di rumah sakit pelu dijaga
kelestariannya sehingga tetap mampu menunjang pelaksanaan
kegiatan di dalam serta disekitar rumah sakit;
b. bahwa setiap kegiatan yang dilakukan didalam rumah sakit ada
yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun serta
menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun;
c. bahwa berdasarkan pertimbangkan sebagaiman dimaksud dalam
butir a, dan b perlu ditetapkan dengan peraturan direktur RSU
Martha Friska Multatuli tentang panduan pengelolaan B3 dan
limbahnya di RSU Martha Friska Multatuli.
Mengingat : 1. Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan;
2. Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien;
4. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor 12
Tahun 2020 Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun;
6. Peraturan Menteri lingkungan hidup nomor 56 tahun 2015
tentang tata cara dan persyaratan teknis pengelolaan limbah
bahan berbahaya dan beracun dan fasilitas kesehatan;
7. Undang-undang No 28 Tahun 2002 tentang proteksi kebakaran;
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor
1439/MENKES/SK/XI/2022 tentang penggunaan gas medis pada
sarana pelayanan kesehatan;
9. Peraturan Pemerintah RI nomor 72 Tahun 1998 tentang
pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan;
10. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 24 Tahun 2016 tentang
persyaratan teknis bangunan dan prasarana rumah sakit;
11. Peraturan Pemerintah RI nomor 16 Tahun 2005 tentang
pengembangan sistem penyediaan air minum;
12. Peraturan Pemerintah RI nomor 21 Tahun 2008 tentang
penyelenggaraan penanggulangan bencana;
13. Peraturan Pemerintah RI nomor 40 Tahun 1991 tentang
penanggulangan wabah penyakit menular;
14. Peraturan Pemerintah RI nomor 19 Tahun 2003 tentang
Pengamanan rokok bagi kesehatan;
15. Peraturan Pemerintah RI no 22 Tahun 2022 tentang Peraturan
pelaksanaan UU 2 Tahun 2017 tentang jasa kontruksi;
16. Peraturan Pemerintah RI nomor 16 Tahun 2021 tentang
Peraturan Pelaksanaan UU nomor 28 Tahun 2002 tentang

2
bangunan gedung;
17. Peraturan Pemerintah RI nomor 47 Tahun 2021 tentang
penyelenggaraan bidang perumahsakitan;
18. Peraturan PT. Karya Utama Sehat Sejahtera nomor :
tentang Peraturan internal rumah sakit (Hospital Bylaws) RSU
Martha Friska Multatuli.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Kesatu : Peraturan Direktur RSU Martha Friska Multatuli tentang panduan
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) di RSU Martha Friska
Multatuli;
Kedua : Panduan Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) agar
digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan Kegiatan
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) di RSU Martha Friska
Multatuli;
Ketiga : Peraturan direktur ini berlaku sejak ktanggal ditetapkannya dan
apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
Peraturan Direktur ini akan diadakan perbaika sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di :
Tanggal :
Direktur RSU Martha Friska Multatuli

(dr. Syaiful M. Sitompul)

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatNya
Panduan Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) di RSU Martha Friska Multatuli
pada Tahun 2022 ini telah selesai disusun. Panduan ini disusun sebagai rencana kerja
untuk mengimplementasikan Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) di RSU
Martha Friska Multatuli.

Panduan ini akan dievaluasi kembali dan akan dilakukan perbaikan bila ditemukan hal-
hal yang tidak sesuai dengan kebijakan pelayanan di RSU Martha Friska Multatuli.

Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Tim
Penyusun dan semua pihak yang telah berkontribusi dalam membantu menyelesaikan
penyusunan program kerja ini.

Penyusun

Tim Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)


RSU Martha Friska Multatuli

4
DAFTAR ISI

Peraturan Direktur tentang Panduan Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)


KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I DEFENISI............................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................
B. Tujuan Panduan.............................................................................................
C. Pengertian......................................................................................................
BAB II RUANG LINGKUP............................................................................................2
BAB III TATALAKSANA ...............................................................................................3
3.1 Keselamatan..................................................................................................
3.2 Keamanan......................................................................................................
3.3 Bahan dan Limbah Berbahaya......................................................................
3.4 Protesi Kebakaran..........................................................................................
3.5 Penanganan Kedaruratan dan bencana........................................................
3.6 Peralatan Medis.............................................................................................
3.7 Sistim Utilitas..................................................................................................
3.8 Kontruksi dan Renovasi.................................................................................
3.9 Pelatihan........................................................................................................
BAB IV DOKUMENTASI ..............................................................................................

5
BAB I
DEFENISI

Dengan menucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat hasil kerja
keras Tim Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK), maka sebuah buku Panduan
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) RSU Martha Friska Multatuli telah
diterbitkan.
Rumah sakit sebagai insititusi kesehatan sudah seharusnya dapat meminimalisir
risiko dan potensi berbahaya di lingkungan rumah sakit sehingga memberikan rasa
aman dan nyaman kepada pasien, petugas, pengunjung serta lingkungan hidup rumah
sakit.
Rumah sakit dalam kegiatannya menyediakan fasilitas yang aman, berfungsi dan
supportif bagi pasien, keluarga, staf dan pengunjung untuk mencapai tujuan ini fasilitas
fisik, medis dan peralatan lainnya harus dikelola secara efektif dan secara khusus,
manajemen harus berusaha keras untuk mengurangi dan mengendalikan bahaya dan
risiko, mencegah kecelakaan dan cidera dan memelihara kondisi aman bagi pasien,
pengunjung dan staf di RSU Martha Friska Multatuli.
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) adalah suatu kegiatan
perencanaan, pendidikan, dan pemantauan terhadap keselamatan dan keamanan
lingkungan fisik rumah sakit, pengelolaan bahan berbahaya, manajemen kedaruratan
dan kesiapan menghadapi bencana, sistem pengamanan kebakaran, pemeliharaan
peralatan medis, monitoring sistem utiliti/sistem pendukung ( listrik, limbah, ventilasi,
kunci ), serta pendidikan dan pelatihan bagi seluruh staf tentang peran mereka dalam
menyediakan fasilitas asuhan pasien yang aman dan efektif. Bertujuan menyediakan
fasilitas yang aman, berfungsi dan supportif bagi pasien, keluarga, staf dan pengunjung.
Buku Panduan Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) di RSU Martha
Friska Multatuli ini dibuat untuk menjadi acuan Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
(MFK) RSU Martha Friska Multatuli sebagai bahan untuk melaksanakan dan memantau
kegiatan Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) pada RSU Martha Friska
Multatuli sehingga dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Dengan mengambil
materi mengenai hal-hal yang terkait dengan program Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan (MFK) di RSU Martha Friska Multatuli serta tata laksana kerja pada
masing-masing bagian dan sudah disusun.

6
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang Lingkup Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) terdiri dari Instalasi
Penyediaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS), instalasi kesehatan lingkungan, serta
seluruh instalasi di RSU Martha Friska Multatuli.
1. KEPEMIMIPINAN DAN PERENCANAAN

2. KESELAMATAN DAN KEAMANAN FASILITAS


Kondisi atau kegiatan yang diselenggarakan untuk menghindari cedera (injury) ,
penyakit (disease), maupun kecelakaan (accident).
1. Rumah sakit membuat program dan melaksanakan program keselamatan fasilitas
fisik termasuk memonitor dan mengamankan area yang diidentifikasi sebagai
berisiko.
a. Rumah sakit mempunyai dokumentasi hasil pemeriksaan fasilitas fisik yang
terkini dan akurat
b. Rumah sakit mempunyai rencana mengurangi resiko yang nyata berdasarkan
pemeriksaan tersebut
c. Rumah sakit memperihatkan kemajuan dalam melaksanakan rencananya
2. Area yang berisiko dimonitor dan dijaga agar pasien,keluarga,staf dan pengunjung
terjaga keselamatannya.
a. Rumah sakit menyusun rencana dan anggaran yang memenuhi peraturan
perundang-undangan dan ketentuan lain.
b. Rumah sakit menyusun rencana dan anggaran untuk meningkatkan atau
mengganti sistem, bangunan, atau komponen yang diperlukan agar fasilitas
tetap dapat beroperasi secara aman dan efektif
c. Bila ada pihak independen dalam pelaksanaannya maka dilakukan survey
untuk memastikan keselamatan pasien
Keamanan adalah Keadaan bebas dari bahaya yang berhubungan dengan
kejahatan, segala bentuk kecelakaan, dan lain-lain berupa :
1. Area yang berisiko dimonitor dan dijaga agar pasien,keluarga,staf dan pengunjung
terjaga keamanannya
a. Rumah sakit menyusun rencana dan anggaran yang memenuhi peraturan
perundang-undangan dan ketentuan lain.
b. Rumah sakit menyusun rencana dan anggaran untuk meningkatkan atau
mengganti sistem, bangunan, atau komponen yang diperlukan agar fasilitas
tetap dapat beroperasi secara aman dan efektif
2. Pelaksanaan program dilakukan secara efektif dan efesien untuk mencegah cidera
dan mempertahankan kondisi aman bagi pasien ,keluarga, staff dan pengunjung
3. Rumah sakit memiliki data/dokumen yang nyata atas kondisi fisik bangunan rumah
sakit saat ini
4. Rumah sakit mendokumentasikan rencana tindak lanjut dari hasil kondisi saat ini
5. Rumah sakit mendokumentasikan kegiatan tindaklanjut tersebut untuk mengetahui
kemajuannya
3. PERALATAN MEDIS
a. Rumah sakit membuat rencana pengelolaan peralatan medis
1) Rumah sakit mengumpulkan hasil monitoring dan didokumentasikan untuk
program manajemen peralatan medis
2) Hasil monitoring digunakan untuk keperluan perencanaan dan perbaikan
b. Rumah sakit membuat daftar inventaris alat medis
c. Rumah sakit melakukan insfeksi secara teratur
d. Rumah sakit melakukan uji coba peralatan medis sesuai rekomendasi pabrik
e. Rumah sakit membuat program pemeliharaan preventif

7
4. PROTEKSI KEBAKARAN
a. Rumah sakit merencanakan program untuk memastikan seluruh penghuni rumah
sakit aman dari kebakaran dan asap.
1) Program pengurangan risiko kebakaran
2) Program assesmen risiko kebakaran saat ada pembangunan di atau
berdekatan dengan fasiitas
3) Program deteksi dini kebakaran dan asap
4) Program meredakan kebakaran dan pengendalian asap
5) Program evakuasi bila terjadi kedaruratan akibat kebakaran
b. Program diaksanakan secara terus-menerus dan komprehensif
1) Rumah sakit membuat sistem deteksi kebakaran dan pemadaman
2) Rumah sakit melatih staf untuk berpartisipasi daam perencanaan pengamanan
kebakaran
3) Semua staf berpartisipasi sekurang-kurangnya setahun sekali dalam rencana
pengamanan dan asap
4) Staf dapat memperagakan cara membawa pasien ke tempat aman
5) Rumah sakit memeriksa, menguji coba, dan memelihara peralatan.
c. Rumah sakit memastikan badan independen mematuhi rencana pengamanan
kebakaran
Rumah sakit membuat kebijakan untuk pelarangan merokok berlaku bagi pasien,
keluarga, pengunjung, dan staf.
5. SISTIM UTILITAS (SISTEM PENDUKUNG)
1. Rumah sakit memastikan kebutuhan air minum selalu tersedia.
a. Rumah sakit mengidentifikasi area dan pelayanan yang berisiko paling tinggi
bila terjadi air minum terkontaminasi atau terganggu
b. Rumah sakit mengurangi risiko bila hal itu terjadi
c. Rumah sakit merencanakan sumber air minum alternatif dalam keadaan
darurat
2. Rumah sakit memastikan kebutuhan listrik selalu tersedia.
a. Rumah sakit mengidentifikasi area dan pelayanan yang berisiko paling tinggi
bila terjadi kegagalan listrik
b. Rumah sakit mengurangi risiko bila hal itu terjadi
c. Rumah sakit merencanakan sumber listrik alternatif dalam keadaan darurat
3. Rumah sakit mendokumentasikan hasil identifikasi sistem listrik, gas medis,
limbah, ventilasi dan kunci
4. Rumah sakit mendokumentasikan perencanaan pemeliharaan sistem listrik, gas
medis, limbah dan kunci secara periodik.
5. Utiliti tersebut dimonitor dan didokumentasikan hasilnya sebagai tindaklanjut dan
peningkatan.

6. PENANGANAN KEDARURATAN DAN BENCANA


1. Rumah sakit menunjuk tenaga yang kompeten untuk memberikan pelayanan ini
2. Rumah sakit mengidentifikasi bencana internal dan eksternal yang besar, seperti
keadaan darurat di masyarakat, wabah dan bencana alam atau bencana lainnya
serta kejadian wabah besar yang menyebabkan terjadinya risiko yang signifikan.
3. Seluruh rencana diujicoba secara tahunan atau sekurang-kurangnya elemen kritis:
1) Strategi komunikasi pada kejadian
2) Pengelolaan sumber daya pada waktu kejadian, termasuk sumber daya
aternatif
3) Pengelolaan kegiatan klinis pada waktu kejadian, termasuk alternatif tempat
pelayanan.
4) Identifikasi dan penugasan peran dan tanggungjawab staff pada waktu kejadian

8
5) Proses untuk mengelola keadaan darurat/kedaruratan bila terjadi pertentangan
antara tanggung jawab staf secara pribadi dengan tanggung jawab rumah sakit
dalam hal penugasan staf untuk pelayanan pasien.
d. Dilakukan tanya jawab pada setiap akhir uji coba
e. Rumah sakit memastikan badan independen yang ada dalam fasilitas
pelayanan mematuhi rencana kesiapan menghadapi bencana.
f. Rumah sakit merencanakan untuk menanggapi kemungkinan terjadinya
bencana.
7. PENGELOLAAN BAHAN DAN LIMBAH BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
1. Rumah sakit mengidentifikasi dan mempunyai daftar terbaru limbah berbahaya
2. Membuat rencana kegiatan penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan
berbahaya serta tatacara pembuangannya.
3. menyusun rencana sistem pelaporanan dan investigasi dari tumpahan, paparan
(exposure)dan insiden lainnya.
4. menyusun dan menetapkan rencana untuk penanganan limbah yang benar di
dalam rumah sakit dan pembuangan limbah berbahaya secara aman dan sesuai
ketentuan hukum
5. Menyusun dan menetapkan rencana untuk alat dan perlindungan yang benar
dalam penggunaan , ada tumpahan dan paparan
6. Menyusun dan menetapkan rencana untuk mendokumentasikan persyaratan (izin,
lisensi,ketentuan persyaratan lainnya)
7. Menyusun dan menetapkan rencana pemasangan label pada bahan dan limbah
berbahaya.
8. Rumah sakit melakukan survey dan didokumentasikan bila menggunakan jasa
independen.

9
BAB III
TATALAKSANA

A. KEPEMIMIPINAN DAN PERENCANAAN


1. Rumah Sakit menyusun SK dan peraturan perundang-undangan dan
ketentuan lainnya yang berlaku terhadap fasilitas rumah sakit.
2. Rumah Sakit membuat rencana tertulis (mencakup keselamatan dan
keamanan, bahan berbahaya, manajemen emergensi, pengamanan dan
kebakaran, peralatan medis, dan sistem utilitas) yang terkini dan
dilaksanakan sepenuhnya serta dievaluasi secara periodik
3. Rumah sakit membuat surat tugas kepada seorang staf atau lebih untuk
melaksanakan Program pengawasan dan pengarahan berdasarkan
kompetensi, pengalaman atau pelatihan dengan indikator:
a. Terdapat program untuk memonitor semua aspek dari program
manajemen risiko fasilitas/ lingkungan
b. Data monitoring tersebut digunakan untuk mengembangkan/meningkatkan
program.
B. KESELAMATAN FASILITAS
1.Keselamatan
Keselamatan dirumah sakit ini meliputi semua area rumah sakit yaitu semua
lingkungan pelayanan, lingkungan diluar area pelayanan dan area bisnis yang
ada dalam rumah sakit yang meliputi keselamatan dan keamanan pasien,
keluarganya, pengunjung dan petugas rumah sakit
1) Pencegahan risiko dan bahaya yang dapat terjadi di rumah sakit
a) Pencegahan pencurian dan pemaksaan mengambil barang milik
masyarakat rumah sakit
Rumah sakit mengupayakan sebuah sistem pengamanan sehingga
siapapun yang berada di rumah sakit terhindar dari kecurian maupun
pengambilan secara paksa miliknya. Seluruhnya tamu rumah sakit
diidentifikasi, pengunjung dibatasi jumlahnya dan keluarga pasien yang
menunggu/ menginap dirumah sakit diidentifikasi, gedung di fasilitasi
dengan pemasangan trail sesuai kebutuhan keselamatan dan keamanan,
pasien dan keluarga diinfokan untuk tidak membawa barang berharga
dan uang yang berlebihan, pemasangan kamera untuk mengidentifikasi
kejadian yang mengancam keselamatan dan keamanan
b) Pencegahan kekerasan oleh petugas maupun pasien lain dan
pengunjung rumah sakit
Pasien, keluarga, dan petugas dilindungi oleh rumah sakit dari bahaya
akan kekerasan fisik maupun mental baik oleh pengunjung maupun
petugas rumah sakit sendiri. Disediakan sebuah sistem bila petugas,
pasien/maupun keluarga mengidetifikasi kemungkinan terjadinya
kekerasan mental dan fisik
c) Pencegahan bahaya yang diakibatkan oleh adanya bangunan baru
ataupun renovasi gendung
Pasien dan masyarakat rumah sakit lainnya terhindar dari bahaya karena
polusi debu, jatuhan bahan bangunan maupun bahaya lain yang
diakibatkan oleh adanya penambahan bangunan didalam rumah sakit.
Oleh karena itu setiap proses renovasi bangunan gedung baru dan
proses pemusnahan, area bangunan tersebut dilindungi dengan
menggunakan tanda-tanda bahaya.
d) Pencegahan bahaya cedera, keselamatan nyawa, maupun pencurian
yang disebabkan oleh keterbatasan fisik bangunan rumah sakit
Rumah sakit menyiapkan fasilitas yang mengupayakan keselamatan dan

10
keamanan pasien/ keluarga dan masyarakat rumah sakit yang lain dari
cedera, jatuh, pencurian, ancaman nyawa, handrail untuk pemegangan
saat pasien berjalan maupun duduk diruang perawatan termasuk kamar
mandi dan sekitar bangunan rumah sakit, pengamanan tempat tidur
untuk mencegah pasien jatuh, penandaan lantai licin dan lantai beda
level untuk mencegah pasien jatuh, dan fasilitas yang lain yang
dibutuhkan.
e) Keselamatan dan Keamanan lingkungan rumah sakit dan Hospital
ground
1) Area outdoor rumah sakit selalu menampilkan situasi yang aman dari
segi fisik lingkungannya
2) Penempatan tabung gas ditempatkan pada area yang aman dari ap,
dengan penempatan yang diatur dengan sedemikian rupa untuk
mencegah jatuhnya tabung, serta akses masuk dibatasi
3) Pengaturan parkir yang aman dan rapi
4) Pengaturan waktu berkunjung PAGI (11.00 WIB - 13.00 WIB) dan
SORE (17.00 WIB - 19.00 WIB)
5) Identitas pegawai adalah seragam pegawai dan bad name pagawai
sesuai ketentuan rumah sakit
6) Pencegahan cedera karena jarum/ benda tajam
Jarum/ benda tajam ditempatkan pada tempat yang khusus sehingga
tidak mencederai pegawai maupun pengunjung. Apabila seseorang
terkena jarum maka yang bersangkutan akan ditangani sesuai
prosedur yang berlaku.
7) Pencegahan paparan radiasi pada petugas Radiologi
a) Petugas radiologi merupakan salah satu staf yang akan terkena
dampak paparan radiasi, oleh karena itu apron yang digunakan
dilakukan perawatan dan uji secara berkala untuk memastikan
apron masih tetap aman digunakan
b) Setiap petugas diruangan radiologi menggunakan badge radiasi
yang di uji setiap 1 tahun sekali oleh petugas PPR untuk
memastikan keefektifan badge tersebut
8) Pencegahan terjadinya penculikan bayi
Untuk mencegah terjadinya penculikan bayi maka semua orang yang
masuk ke ruangan bayi di pantau oleh petugas ruangan.
9) Pencegahan pasien minggat/ hilang dari rumah sakit
Semua pasien diidentifikasi dengan menggunakan gelang pasien
pada tangannya, petugas secuity melakukan pengawasan apabila ada
seorang dengan menggunakan gelang tersebut ada diluar ruangan
perawatan tanpa di dampingi oleh petugas rumah sakit. Bila petugas
security menemukan individu seperti itu maka petugas melakukan
identifikasi pada pasien tersebut dan melakukan kontak dengan
ruangan perawatan untuk koordinasi
2. Perlindungan kesehatan petugas rumah sakit
a) Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi SDM rumah sakit
Adalah suatu rangkaian dari proses rekrutmen, dimana setiap calon wajib
mengikuti pemeriksaan yang sudah di tentukan oleh Rumah Sakit Martha
Friska Multatuli, pemeriksaan ini di buat agar Rumah Sakit Martha Friska
Multatuli dapat menempatkan karyawan sesuai dengan kondisi kesehatan
yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (sesuai persyaratan jabatan yang
di pilih)
Dan jenis pemeriksaan yang dilakukan untuk calon karyawan adalah
sebagai berikut:

11
a) Darah Lengkap
b) HbsAg
c) X- Ray
b) Pendidikan kesehatan Akibat Kerja
Setiap petugas atau karyawan yang terdaftar sebagai karyawan atau
pemberi pelayanan kesehatan di rumah sakit harus mengetahui dan
melaksanakan hal-hal yang berhubungan dengan pencegahan kesehatan
akibat kerja. Dalam hal ini yang dilakukan oleh intalasi pelayanan
kesehatan kerja adalah bekerja sama dengan Diklat, Tim K3RS dan dari
instalasi-instalasi lainnya dalam memberikan pengetahuan terhadap
seluruh karyawan mengenai pencegahan kesehatan akibat kerja dengan
cara:
a) Melalui Orientasi karyawan baru
b) Melalui Training-training di setiap instalasi
c) Melalui penyuluhan-penyuluhan kepada petugas
d) Melakukan sosialisasi dari tim K3RS terhadap karyawan baru dan lama
c) Penanganan Kecelakaan akibat kerja
a) Jenis kecelakaan yang ditangani oleh rumah sakit terhadap petugas:
Kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja/ termasuk
penyakit yang timbul akibat hubungan kerja
b) Dalam melakukan penanganan terhadap petugas yang mengalami
kecelakaan kerja yang dilakukan oleh rumah sakit adalah
1. Promosi kesehatan
a. Melakukan sosialisasi tentang keselamatan kerja terhadap
petugas sebelum melakukan pekerjaanya
b. Pemberian informasi tentang pencegahan terjadinya kecelakaan
tertusuk jarum melalui diklat
c. Menekankan tentang pemakaian APD yang tepat buat petugas
2. Penanganan dan Pengobatan
Penanganan dan pengobatan Kecelakaan Tertusuk jarum dan
tumpahan cairan tubuh
a. Tercemar Hepatitis B (HbsAg Positif)
- Bila HbsAg negatif dan tidak kebal, dalam waktu 24 jam lakukan
pemberian HBIG (Hepatitis B Imunoglobulin) dengan dosis 0.06
ml/kg. Dilanjutkan dengan pemberian vaksinasi hepatitis B
sebanyak 3 kali
- Bila sudah kebal, tetapi titer anti HBs<100 Miu/ml, diberi suntikan
Hepatitis B sebanyak 1 kali
- Jika Anti Anti HbsAg positif dengan titer >100 Miu/ml tidak perlu
dilakukan tindakan
b. Tercemar Hepatitis C (HCV Positif)
- Bila anti HCV positif berarti petugas pernah terinfeksi virus
hepatitis C
- Lihat catatan kesehatan petugas sebelumnya, bila SGPT sering
abnormal dalam jangka waktu 6 bulan berarti petugas tersebut
kemungkinan menderita Hepatitis C menahun
- Bila SGPT sebelumnya normal, pantau SGPT selama 6 bulan,
bila SGPT abnormal kemungkinan terjadi penularan dan rujuk
ke dokter spesialis penyakit dalam
c. Tercemar HIV (HIV Positif)
- Lakukan konseling berupa informasi lengkap mengenai resiko
penularan HIV kepada suami/istri, manfaat dan efek samping
pemberian antiretroviral sebagai pencegahan

12
- Bila tusukan/irisan tidak berat/ superfisial tidak perlu diberikan
pencegahan
- Untuk luka tusukan/irisan lebih berat/menembus kulit berikan
AZT selama 4 minggu
- Untuk luka tusukan/ irisan berat/ menembus kulit lebih dalam
hingga keluar darah berikan AZT + indinavir/nelfinavir selama 4
minggu
- Setelah pemberian antiretroviral lakukan pemantauan hasil
pemeriksaan laboratorium setiap 3 bulan selama 1 tahun
- Bila pemantauan anti HIV selama 1 tahun tetap negatif berarti
tidak tertular
3. Pencegahan dan pengendalian benda tajam serta penanganan
kecelakaan kerja akibat benda tajam/tertusuk jarum
Pengertian:
a. Hazard ialah benda atau bahan berpotensi menimbulkan bahaya
pada keselamatan dan kesehatan saat kerja khususnya pada
pemberian pelayanan ataupun penerima pelayanan pada umumnya
b. Yang dimaksud dengan terkena benda tajam adalah luka tusuk/
iris pada karyawan/ petugas yang ditimbulkan oleh benda tajam
c. Benda tajam adalah semua benda tajam yang berada di rumah
sakit, baik yang telah digunakan terhadap pesien yang menderita
atau diduga menderita hepatitis B/C dan atau HIV, antara lain
jarum, pisau, gunting, maupun benda tajam yang berpotensi
menimbulkan luka. Lokasi-lokasi yang berhubungan dengan benda
tajam dan cairan infeksius mencakup instalasi keperawatan, klinikal
(laboratorium, fisioterapi, rehabilitasi medis, radiologi), HK(petugas
kebersihan), Gizi
d. Alur penanganan tertusuk jarum di rumah sakit Martha Friska
Multatuli
Tertusuk jarum Terpajan cairan
terkontaminasi tubuh

Keluarkan darah, Segera lapor ke Cuci dengan air


cuci dengan air atasan masing- mengalir
mengalir masing
Buat Laporan

Treatment klinik staf

Periksa darah HCV, HBV, HIV

HIV psn (+) ždr HBsAg, anti HCV pasien (-)


HIV psn (+) ždr
Follow up Dr
Follow up Dr
TINDAKAN PASCA TERTUSUK JARUM BEKAS PAKAI:
1. Jangan panik
2. Segera cuci dgn air mengalir menggunakan sabun atau antiseptik
3. Jangan melakukan penekanan pada luka tusukan.
4. Lapor ke Tim PPI dan K3
5. Tindak lanjut Tim PPI :
 Tentukan status HIV,HBV dan HCV sumber pajanan
Periksa status HIV, HBV, dan HCV petugas yang terpajan

13
4. Alat pelindung diri
APD adalah alat yang digunakan untuk melindungi diri pekerja agar terlindungi
dari bahaya/ alat pelindung diri adalah alat yang digunakan untuk melindungi
sebagian atau seluruh tubuh tenaga kerja dari sumber bahaya yang ada pada
tempat kerja saat tenaga kerja melakukan pekerjaanya:
1) Langkah-langkah dalam pemakaian alat pelindung diri pada tenaga kerja:
- Analisa kebutuhan, merupakan langkah awal. Terlebih dahulu ditentukan
jenis bahaya yang terdapat dalam pekerjaan dan bagaimana kondisi kerja
yang ada serta peraturan yang berlaku
- Pemilihan alat pelindung diri (APD). Berdasarkan analisa kebutuhan,
dapat ditentukan jenis alat apa saja yang diperlukan. Sekain itu, dalam
pemilihan APD ini sudah melalui proses pengujian dan memenuhi standart
yang berlaku
- Komonikasi program, hal ini diperlukan agar tenaga kerja mengerti dan
merasa diikutsertakan, tidak hanya instruksi berupa lisan atau tulisan.
Perlu juga ditanamkan pengertian akan pentingnya peranan pemakaian
APD dalam mencegah cedera atau mengurangi akibat suatu kecelakaan
dalam membangkitkan minat dan akhirnya membutuhkan pemakaian APD
- Latihan, diperlukan agar tenaga kerja mengetahui dalam keadaan apa
saja alat ini harus digunakan dan bagaimana cara pemeliharaanya.
Latihan ini dapat diberikan secara formal dan informal
- Menegakkan disiplin dalam pemakaian APD
2) Pemilihan APD
Aspek-aspek lain yang diperlukan dalam pemilihan alat pelindung diri:
- Bentuk cukup menarik
- Dapat dipakai secara fleksibel
- Tahan untuk pemakaian yang cukup lama dan tidak menyebabkan rasa
ketidaknyamanan yang berlebihan
- Dapat memberikan perlindungan yang ada terhadap bahaya yang spesifik
yang dihadapi oleh tenaga kerja
- Tidak menimbulkan bahaya tambahan bagi pemakainya yang disebabkan
bentuk dan bahannya tidak tepat atau salah dalam penggunaanya
3) Macam-macam APD
- Perawatan umum dan Gigi
 Masker : untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui pernapasan.
Masker dipasang untuk menutup mulut dan lubang hidung dan kedua
tali diikat ke belakang dengan rapi. Digunakan pada saat menghadapi
pasien yang mempunyai kemungkinan penularan penyakit melalui
udara dan diri si pasien bila mengalami flu, dan tidak diperkenankan
memakai masker bila tidak sedang menghadapi pasien
 Sarung tangan: untuk melindungi tangan dari alat tajam
 Baju khusus (SKORT) : untuk menghindari kontaminasi penyakit
menular. Baju khusus (SKORT) dipakai menutup bagian belakang
dengan rapi digunakan pada saat ada tindakan dikamar (misal:
kemotrapi)
 Khusus untuk poli gigi, tidak menggunakan apron/ baju khusus
- Perawatan Khusus (kebidanan)
 Masker : untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui pernapasan.
Masker dipasang untuk menutup mulut dan lubang hidung dan kedua tali
diikat ke belakang dengan rapi. Digunakan pada saat menghadapi
pasien yang mempunyai kemungkinan penularan penyakit melalui udara

14
dan diri si pasien bila mengalami flu, dan tidak diperkenankan memakai
masker bila tidak sedang menghadapi pasien.
 Baju khusus (SKORT) : untuk menghindari kontaminasi penyakit
menular. Baju khusus (SKORT) dipakai menutup bagian belakang
dengan rapi digunakan pada saat ada tindakan dikamar bersalin/kamar
bayi
 Sarung tangan : untuk melindungi tangan dari alat tajam
 Sandal : untuk melindungi kuman yang terbawa, sandal dipakai oleh
seluruh petugas kamar bersalin/kamar bersalin selama bertugas
 Sepatu penutup : untuk menghindari kaki dari percikan-percikan darah.
Sepatu tertutup digunakan pada saat menolong persalinan normal
- Perawatan khusus (Endoscopy)
 Apron : untuk poteksi bahaya radiasi. Apron digunakan pada saat
melakukan tindakan
 Sarung tangan: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui kontak
langsung dan digunakan pada saat ada tindakan dan pada saat
mensterilkan peralatan
 Masker : untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui pernapasan.
Masker dipasang untuk menutup mulut dan lubang hidung dan kedua tali
diikat ke belakang dengan rapi. Digunakan pada saat menghadapi
pasien yang mempunyai kemungkinan penularan penyakit melalui udara
dan diri si pasien bila mengalami flu, dan tidak diperkenankan memakai
masker bila tidak sedang menghadapi pasien.
- Perawatan Khusus (ICU/NICU)
 Sarung tangan: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui kontak
langsung dan digunakan pada saat ada tindakan dan pada saat ada
tindakan
 Masker : untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui pernapasan.
Masker dipasang untuk menutup mulut dan lubang hidung dan kedua
tali diikat ke belakang dengan rapi. Digunakan pada saat menghadapi
pasien yang mempunyai kemungkinan penularan penyakit melalui
udara dan diri si pasien bila mengalami flu, dan tidak diperkenankan
memakai masker bila tidak sedang menghadapi pasien
 Tutup kepala : untuk melindungi rambut. Tutup kepala digunakan pada
saat bekerja
- Gizi
 Celemek : untuk melindungi tubuh dari percikan air pada saat
membersihkan alat dan memasak. Celemek digunakan pada saat
bekerja di dapur atau sedang membersikan peralatan masak
 Safety shoes : untuk melindungi kaki menghindari agar tidak terpleset
pada saat bekerja di dapur. Safety shoes digunakan pada saat bekerja
di dapur
 Kain lap : untuk melindungi tangan agar terhidar dari panasnya alat.
Kain lap digunakan pada saat memegang peralatan yang panas
 Tutup kepala : untuk melindungi rambut. Tutup kepala digunakan pada
saat bekerja
 Sarung tangan plastik : untuk melindungi tangan agar terhindar dari
kotoran. Sarung tangan plastik digunakan pada saat meracik buah atau
makanan matang
- Radiologi
 Apron : untuk poteksi bahaya radiasi. Apron digunakan pada saat
melakukan tindakan

15
 Film badge : untuk mendeteksi banyaknya radiasi yang diterima. Film
badge dikenakan pada saat melakukan tindakan
 Masker : untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui pernapasan.
Masker dipasang untuk menutup mulut dan lubang hidung dan kedua
tali diikat ke belakang dengan rapi. Digunakan pada saat menghadapi
pasien yang mempunyai kemungkinan penularan penyakit melalui
udara dan diri si pasien bila mengalami flu, dan tidak diperkenankan
memakai masker bila tidak sedang menghadapi pasien
 Sarung tangan: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui kontak
langsung dan digunakan pada saat ada tindakan dan pada saat ada
tindakan
- Laboratorium
 Sarung tangan: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui kontak
langsung dan digunakan pada saat ada tindakan dan pada saat ada
tindakan
 Masker : untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui pernapasan.
Masker dipasang untuk menutup mulut dan lubang hidung dan kedua
tali diikat ke belakang dengan rapi. Digunakan pada saat menghadapi
pasien yang mempunyai kemungkinan penularan penyakit melalui
udara dan diri si pasien bila mengalami flu, dan tidak diperkenankan
memakai masker bila tidak sedang menghadapi pasien
- Housekeeping
 Sarung tangan: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui kontak
langsung dan digunakan pada saat membersihkan kamar, toilet atau
mencampur bahan pembersih
 Masker : untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui pernapasan.
Masker digunakan pada saat membersihkan kamar, toilet atau
mencampur bahan pembersih
- Teknisi
 Safety Shoes : untuk melindungi kaki dari kejatuhan benda, benda-
benda tajam seperti kaca ataupun potongan baja, larutan kimia dan
aliran listrik. Sepatu Pelindung terdiri dari karet. Sepatu Pelindung wajib
digunakan oleh Teknisi selama bekerja
 Sarung tangan: untuk melindungi tangan dari kotoran. Sabuk
pengaman digunakan pada saat memperbaiki di daerah yang tinggi.
 Masker : untuk melindungi tersedotnya debu atau partikel kecil ke
saluran pernapasan. Masker digunakan pada saat membersihkan
daerah berbau atau menggergaji sesuatu

- Rekam Medis

 Masker : untuk melindungi terhisapnya debu ke saluran pernapasan.


Masker digunakan pada saat mengambil dan menyusun berkas

- Farmasi

 Masker : untuk melindungi terhisapnya serbuk obat ke saluran


pernapasan. Masker digunakan pada saat meracik obat
 Sarung tangan : untuk melindungi tangan dari obat. Sarung tangan
digunakan pada saat meracik obat
3. Perlengkapan keamanan pasien
Upaya penyembuhan pasien tidak hanya dilihat dari sisi medis saja, tapi hal-hal
yang lain terkait dengan faktor-faktor non medis juga memiliki peran yang cukup

16
signifikan, diantaranya adalah sistem pengaman pasien yang sangat diperlukan
untuk menunjang keselamatan mereka menjalani perawatan rumah sakit. Dengan
demikian pasien merasa lebih tenang dan nyaman dan memberikan motivasi
kepada pasien untuk sembuh
- Pegangan sepanjang tangga
Pegangan sepanjang tangga diadakan dengan tujuan agar pasien termasuk
pengunjung dan staff dapat berpegangan saat menurun atau menaikki tangga.
Syarat pegangan tangga yang aman:
 Terbuat dari bahan besi
 Permukaan pegangan tidak kasar
 Mudah dibersihkan
 Dapat digenggam (tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil)
 Kokoh/ tidak goyah
 Pegangan setinggi pegangan orang dewasa
 Jarak antara tiang pegangan tidak terlalu rengggang
- Tempat tidur dilengkapi penahan pada tepinya
Penahan tempat tidur selayaknya digunakan setiap tiap tempat tidur, dengan
tujuan menghindari terjatunya pasien dari tempat tidur. Penahan tempat tidur ini
hendaknya dengan mudah dapat dinaikkan dan diturunkan
- Sumber listrik mempunyai penutup/ penahan
Sumber listrik/ stop kontak dengan penutup di pasang diseluruh ruangan,
terutama ruang anak-anak. Hal ini bertujuan agar dapat menghindari terjadinya
hal-hal yang tidak diinginkan
Supplay oksigen yang cukup
Ketersediaan oksigen diruangan dalam jumlah dan siap pakai merupakan hal
yang vital terutama bagi pasien jantung karena kekurangan supplay oksigen
dapat mengakibatkan kematian. Oleh kare itu supplay oksigen harus benar-
benar terpenuhi, baik secara sentarl maupun portable di seluruh instalasi/ ruang
perawatan, baik rawat jalan, rawat intensif, semi intensif, emergensi dan rawat
inap. Untuk menjamin kelangsungan supplay oksigen maka perlu di lakukan
pemeliharaan terhadap seluruh jenis peralatan gas medis yang ada di rumah
sakit.
 Tangki liquid oxygen
 Tabung oksigen
 Oxygen portable
Lakukan pemeriksaan secara rutin kondisi ke tiga jenis saran diatas yaitu:
1) Tangki liquid oxygen
Lakukan pengecekan setiap hari dan setiap penerimaan gas medis oleh
petugas jaga dengan memperhatikan kondisi manometer, katup gas buang,
kondisi tangki gas medis, volume gas medis dan pipa tangki gas medis
2) Tabung oksigen dan Oxygen portable
Lakukan pengecekan oleh petugas jaga kondisi manometer, kondisi tabung
dan oxygen portable dan volume gas medis dan lakukan tera ulang tabung
gas medis secara rutin setiap satu tahun sekali untuk menghindari ledakan
- Tersedianya emergency suction
Tersediannya emergency suction di ruang perawatan agar dapat dengan
mudah dipergunakan pada saat dibutuhkan dan kondisi siap pakai
- Tenaga listrik pengganti di ruang dan peralatan medis yang vital
Jaminan ketersediaan supply listrik cadangan sangat dibutuhkan saat aliran
listrik dari PLN terputus, terutama diruang-ruang dan pada peralatan medis
yang vital, dimana supply listrik tidak boleh terputus. Tenaga listrik

17
pengganti berupa genset, dimana ketersediannya harus memiliki
persyaratan:
 Memiliki kapasitas (KVA) yang memadai sesuai dengan kebutuhan
ruangan/alat
 Pemeliharaan dan pengecekan kondisi dilakukan secara rutin atau berkala
Jenis ruangan yang harus memiliki tenaga listrik pengganti tersebut
adalah:
a) Ruang ICU
b) Ruang IGD
c) Ruang BEDAH
d) Ruang Laboratorium
e) Ruang Radiologi
f) daerah tertentu seperti: alat yang menggunakan sistem komputer untuk
menyimpan data

C. KEAMANAN FASILITAS
Keamanan Fasilitas adalah perlindungan terhadap properti milik rumah sakit,
pasien, staf, keluarga dan pengunjung dari bahaya kehilangan, kerusakan, atau
pengrusakan oleh orang yang tidak berwenang, contoh kerentanan dan ancaman
yang terkait dengan risiko keamanan termasuk kekerasan di tempat kerja :
1. Penculikan bayi
2. Pencurian
3. Akses tidak terkunci/ tidak aman ke area terlarang di rumah sakit
Berikut area-area yang berisiko untuk keamanan adalah :
1. Unit gawat darurat
2. Ruang bayi
3. Kamar bedah
4. Ruang Farmasi
5. Ruang rekam medik
6. Ruang IT
7. Ruang rawat inap
8. Laboratorium
9. Ruang Radiologi
RSU Martha Friska Multatuli menerapkan proses untuk mengelola dan
memantau keamanan berupa :
1. Menjamin lingkungan yang aman dengan memberikan identitas dengan
memberikan identitas (badge nama sementara atau tetap): adapun badge
nama yang disediakan oleh RSU Martha Friska Multatuli adalah :
a) badge nama Karyawan

b) badge nama Keluarga pasien/ penjaga

18
c) badge nama Tamu

Prosedur tata laksana keamanan dalam identitas di RSU Martha Friska


Multatuli bagi pasien, staf, keluarga dan pengunjung sebagai berikut :
a) Petugas Rumah Sakit
seluruh petugas yang bekerja di RSU Martha Friska Multatuli diberikan
badge nama dan harus digunakan selama bekerja/ dinas. Petugas security
akan menjaga dan mengecek di depan pintu masuk get A RSU Martha
Friska Multatuli. Sesuai dengan SPO.
b) Keluarga Pasien/ penjaga
Setiap pasien yang di rawat inap di RSU Martha Friska Multatuli ada
penjaga dari pihak keluarga sebanyak 1 orang dan pada saat pasien masuk
pertama kali harus didaftarkan dahulu ke bagian resepsionis RSU Martha
Friska Multatuli dan diberikan edukasi oleh petugas resepsionis dan
diberikan badge nama Keluarga pasien/ penjaga dan dipakai selama
berada di RSU Martha Friska Multatuli.
c) Tamu

D. PENGELOLAAN BAHAN DAN LIMBAH BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)


Beberapa peraturan mengatur pengelolaan bahan berbahaya dan beracun untuk
mencegah terjadinya dampak yang dapat merusak lingkungan hidup, kesehatan
manusia, dan makhluk hidup lainnya. Ketentuan umum yang berkaitan dengan
bahan berbahaya dan beracun penting untuk dipahami bersama. Berikut adalah
ketentuan umum menurut :
Undang Undang RI No.101 Tahun 2014 tentang pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun
1. Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat,
energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/ atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk
hidup lain
2. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disebut Limbah B3
adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3
3. Simbol Limbah B3 adalah gambar yang menunjukkan karakteristik Limbah B3
4. Label Limbah B3 adalah keterangan mengenai limbah B3 yang berbentuk
tulisan yang berisi informasi mengenai Penghasil Limbah B3, waktu
pengemasan, jumlah, dan karakteristik Limbah B3

19
5. Penyimpanan Limbah B3 adalah kegiatan menyimpan Limbah B3 yang
dilakukan oleh Penghasil Limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara
Limbah B3 yang dihasilkannya
6. Pengelolaan Limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengelolaan,
dan/atau penimbunan.
7. Dumping (pembuangan) adalah kegiatan membuang, menempatkan dan/atau
memasukkan limbah dan/atau bahan dalam jumlah, konsentrasi, waktu dan
lokasi tertentu dengan persyaratan tertentu ke media lingkungan hidup
tertentu.
8. Pemanfaatan Limbah B3 adalah kegiatan penggunaan kembali daur ulang,
dan/atau perolehan kembali yang bertujuan untuk mengubah Limbah B3
menjadi produk yang dapat digunakan sebagai subsitusi bahan baku, bahan
penolong, dan/atau bahan bakar yang aman bagi kesehatan manusia dan
lingkungan hidup
9. Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang
melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL dalam
rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai persyaratan
untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan Bahan Berbahaya dan
Beracun mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1) Mudah meledak
2) Mudah menyala
3) Infeksius
4) Korosif
5) Beracun
Panduan Bahan Berbahaya dan Beracun
1) Penyimpanan B3
2) Distribusi B3
3) Pengelolaan Limbah B3
4) Paparan/ Kecelakaan B3
Panduan pengelolaan B3 bertujuan untuk mencegah dan atau mengurangi resiko
dampak B3 terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia dan makhluk hidup
lainnya. Pengelolaan B3 yang tidak termasuk dalam panduan ini adalah
pengelolaan bahan radioaktif, perbekalan kesehatan rumah tangga dan komestik,
bahan sediaan farmasi, narkotika, psikotropika dan prekursornya serta zat adiktif
lainnya.
Tata laksana B3 di rumah sakit:
1) Penyimpanan B3
a) Penyimpanan B3 berada di gudang TPS (tempat pembuangan sementara)
dan dibawah koordinator sanitasi Rumah Sakit Martha Friska Multatuli,
berikut gambar lokasi TPS Rumah Sakit Martha Friska Multatuli

b) Semua air buangan yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang
kemungkinan mengandung microorganisme, bahan kimia beracun yang
berbahaya bagi kesehatan. Merupakan sarana untuk mengolah limbah cair

20
dari mulai limbah kotor kemudian disini diproses sampai menjadi cukup
bersih dan memenuhi baku mutu yg ditetapkan oleh pemerintah
Proses IPAL di RS Martha Friska Multatuli

c) Pengendalian Lingkungan Kerja yang aman terhadap bahan-bahan B3 dengan cara


sosialisasi prosedur penanganan kebocoran dan tumpahan serta penyakit-penyakit
akibat kerja yang disebabkan faktor kimia dan cara pencegahannya pada waktu
sosialisasi telah disediakan oleh rumah sakit. Limbah tersebut akan di tampung di
tempat penampungan limbah cair untuk di proses lebih lanjut ke IPAL. Limbah cair
yang mengandung mikroorganisme, diberi Na Hipoklorit 0.78% atau Chloril 0.5% di
rendam beberapa jam, dibuang ke tempat cuci. Limbah cair yang mengandung
organisme (dalam botol/tabung) distrelisasi dengan menggunakan autoklaf pada
suhu 121 C selama 15 menit. Untuk limbah disinfektan dan B3 murni, tidak boleh di
buang ke IPAL rumah sakit. Masukkan limbah tersebut ke wadah khusus. Beri wadah
tersebut ke petugas kebersihan untuk di tangani lebih lanjut (dibawa ke tempat
penampungan sementara). Jika limbah B3 dan disinfektan akan dibuang ke IPAL
rumah sakit, lakukan pengenceran terlebih dahulu dengan air sebelum dibuang ke
IPAL rumah sakit.
Penanganan Limbah padat di laboratorium rumah sakit Martha Friska Multatuli:
1) Jarum suntik/ lancet, limbah bahan tajam (kaca objek, kaca penutup): dimasukkan
ke kotak safety box kuning yang sudah disediakan dan setelah itu wadah tersebut
akan dibawa dan dikumpulkan oleh petugas kebersihan di TPS (tempat
penampungan sementara)

21
2) Sarung tangan, kapas alkohol bekas pakai, selang infus/ infus set, kateter urine,
kantong urine, popok disposable, plester kasa, perban, pembalut wanita, kantong
darah, kapas cebok, kapas lidi, depper, dll
3) Limbah Mikrobiologi media pembenihan bekas pakai ke autoklaf. Disterilisasi
basah dengan menggunakan uap panas pada tekanan 121  C selama 15 menit.
Setelah dilakukan sterilisasi buang ke tempat sampah dengan kantong dengan
plastik warna kuning (infeksius). Lempeng petri kaca, tabung kaca, botol kultur,
pipet kaca disterilisasi basah dengan menggunakan uap panas pada tekanan 121 
C selama 15 menit, cuci lakukan sterilisasi kering menggunakan oven dengan
suhu 150C selama 2 jam.
4) Vacutainer (tabung penampungan spesimen darah): tutup vacutainer dengan
rapat, kumpulkan menjadi satu bagian, masukkan kekantong plastik warna kuning,
setelah itu petugas kebersihan akan membawa sampah infeksius ke TPS (tempat
penampungan sementara).
d) Daftar Reagen yang dimiliki Laboratorium Rumah Sakit Martha Friska Multatuli
Reagensia laboratorium yang bersifat berbahaya dan beracun disimpan di apotik
Rumah Sakit Martha Friska Multatuli. Dan pada saat reagensia tersebut dibutuhkan
untuk pemakaian di laboratorium, pihak laboratorium meminta atau mengorder ke
apotik, dan pada saat pengambilan/ pemakaian reagensia petugas laboratorium
harus menggunakan alat pelindung diri (sarung tangan, masker)
Daftar Reagensia B3 yang dimiliki Rumah Sakit Martha Friska Multatuli :
No Nama Reagen Toksik Korosif Mudah Harmful
Terbakar
1 Ethanol X
2 Spiritus X
3 Silen X
4 Reagen X
Alkohol
5 Formalin X
6 Methanol X
7 Karbon Faksin X
8 H2O2 X
9 Popidon X
d) Penyimpanan di gudang TPS (tempat penyimpanan sementara) untuk
seluruh limbah B3
2) Distribusi B3
a. Cara Pengangkutan Limbah
1) Pengangkutan limbah menggunakan kereta dorong khusus
2) Kereta dorong harus kuat, mudah di bersihkan dan tertutup
3) Tidak boleh ada yang tercecer
4) Lift pengangkut limbah berbeda dengan lift pasien
b) Jadwal pengambilan limbah B3 dari berbagai instalasi dikumpulkan oleh
petugas kebersihan pada saat membersihkan ruangan.
c) Lalu petugas kebersihan mengumpulkan seluruh limbah B3 yang sudah
dikumpulkan menggunakan kereta dorong diantar ke TPS (tempat
pembuangan sementara)
3) Pengelolaan Limbah B3
Limbah adalah bahan sisa pada suatu kegiatan dan atau proses produksi.
Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah setiap limbah yang
mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifatnya dan
atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat merusak dan atau mencemarkan lingkungan hidup dan atau
dapat membahayakan kesehatan manusia. Limbah B3 dari rumah sakit

22
merupakan salah satu aspek yang sangat penting di dalam menunjang citra
pelayanan rumah sakit dan melindungi, memelihara dan meningkatkan
kesehatan tidak saja pasien, petugas kesehatan, tetapi juga masyarakat sekitar
rumah sakit.
4) Pembuangan Limbah B3 di instalasi Laboratorium
Cara penanganan Limbah Laboratorium
Pengertian limbah laboratorium adalah bahan bekas pakai dalam pekerjaan di
laboratorium yang dapat berupa limbah cair dan padat
 Limbah cair adalah semua limbah cair yang berasal dari kegiatan
laboratorium yang kemungkinan mengandung mikroorganisme dan bahan
kimia. Limbah cair dapat berasal dari pelarut organik, bahan kimia (untuk
pengujian), air bekas pencucian alat, sisa spesimen (darah, urin, dan cairan
tubuh). Sedangkan limbah padat di laboratorium dibagi menjadi : sampah
infeksius misalnya peralatan habis pakai seperti selang infus/ infus set,
kateter urine, kantong urine, popok disposable, plester, kasa, perban,
masker, pembalut wanita, kantong darah, kapas cebok, lidi kapas, depper,
kapas alkohol dan sampah non infeksius (sampah umum) berupa kertas,
karton/dus, kantong makanan, plastik. Sumber limbah laboratorium berasal
dari: bahan habis pakai (media pembenihan mikrobiologi), produk proses
laboratorium (spesimen yang digunakan untuk pemeriksaan laboratorium)
 Penanganan Limbah cair di laboratorium Rumah Sakit Martha Friska
Multatuli (yang tidak mengandung mikroorganisme) dapat dibuang ke lubang
pembuangan (westapel)
5) Pembuangan Limbah B3 di instalasi Farmasi
Cara Pembuangan limbah B3 di instalasi Farmasi
obat-obatan yang sudah kadaluarsa dikembalikan ke distributor, instalasi farmasi
tidak mengelolah limbah cair karena cairan-cairan yang distok oleh farmasi
digunakan oleh instalasi lain. Sedangkan limbah B3 farmasi lainnya dibuang ke
TPS (tempat pembuangan sementara)
6) Paparan/ kecelakaan B3
Pengertian paparan kontaminasi dengan bahan B3 adalah kecelakaan kerja
pada saat petugas sedang menangani bahan B3 saat bekerja secara tidak di
sengaja. Bahan B3 tersebut tumpah, terciprat atau mengkontaminasi kontak
langsung pada kulit, kulit luka/mata, tertelan atau tidak disengaja termakan/
terminum bahan B3 di lingkungan kerjanya
1. Tujuan panduan penanggulangan Paparan B3 adalah
a. Menentukan penanganan yang baik dan benar
b. Mengurangi resiko bahaya yang lebih besar bila terjadi kontaminasi
c. Mencegah terjadinya kontaminasi lanjutan atau efek samping cairan
2. Kebijakan penanganan paparan B3 adalah:
a. Penanganan bila terjadi kontak langsung harus dilakukan sesegera
mungkin
b. Petugas yang bekerja dengan menggunakan B3 harus memakai alat
pelindung diri yang telah ditetapkan.
c. Kontaminasi akibat kerja dengan menggunakan B3 harus dilaporkan
kepada Tim MFK
d. Penanganan terakhir untuk setiap kontaminasi yang terjadi harus
ditangani di IGD dan dilaporkan kepada Tim MFK
3. Prosedur penanganan kontak langsung paparan B3 pada kulit atau kulit luka
akibat gelas atau benda tajam lainnya:
a. Buka sarung tangan
b. Bilas kulit yang terkena paparan B3 langsung di bawah air mengalir

23
c. Bersihkan kulit dari sisa-sisa bahan B3 dengan menggunakan sabun cair
antiseptik
d. Bilas kulit dengan air mengalir
e. Jika kulit tidak sobek, seka area dengan kassa yang dibasahi larutan
chlorin 5% dan bilas dengan air hangat, jika kulit sobek pakai H2O2 3%
f. Keringkan kulit dengan kertas atau tissue
g. Buka seluruh pakaian pelindung
h. Catat jenis bahan B3 yang terpapar
i. Laporkan ke kepala seksi dan periksa ke Instalasi Gawat Darurat
j. Lengkapi format kecelakaan yang disediakan IGD
4. Penanganan terhadap kulit yang tertusuk jarum berkas B3 :
a. Bila tertusuk jarum yang mengandung obat kemoterapi atau telah
terkontaminasi, jangan segera mengangkat jarum
b. Tarik plunger kembali untuk menghisap obat-obat yang mungkin telah
terinjeksi. Jangan menghisap langsung dengan mulut
c. Angkat jarum dari kulit dan tutup jarum, kemudian dibuang
d. Buka sarung tangan
e. Keluarkan darah tempat suntik dengan pijitan keras di bawah air mengalir
f. Jika perlu gunakan syringe dan jarum baru untuk mengambil obat dari
jaringan
g. Bilas kulit dengan air mengalir
h. Bersihkan kulit dengan cairan sabun dan bilas lagi dengan air mengalir
i. Buka seluruh pakaian pelindung
j. Catat jenis obat dan perkirakan jumlah obat yang terinjeksi
k. Laporkan ke kepala seksi dan periksa ke Instalasi Gawat Darurat
l. Suntikan antidote yang spesifik jika perlu
m.Lengkapi format kecelakaan
5. Pengananan terhadap tumpahan obat pada mata :
a. Minta pertolongan
b. Buka sarung tangan
c. Segera bilas mata dengan air mengalir selama 15 menit
d. Cuci mata terbuka dengan 500 ml NaCl 0,9%
e. Aliri mata dengan 25 ml aquades steril
f. Buka semua pakaian pelindung
g. Catat jenis obat
h. Laporkan ke kepala seksi dan periksa ke Instalasi Gawat Darurat
i. Lengkapi format kecelakaan
6. Prinsip penanggulangan paparan / kecelakaan B3:
a. Terkena mata : cuci mata dengan banyak air
b. Terkena kulit : aliri dengan air mengalir, singkirkan bahan pakaian yang
terkontaminasi
c. Terhirup : segera keluar mencari udara segar, istirahat
d. Tertelan : cuci mulut dengan banyak air
7) Pengadaan B3
Perlu diperhatikan sebelum menggunakan bahan kimia:
1. Perhatikan label nama kimia
2. Baca isi/bahan aktif bahan kimia
3. Baca aturan pakaianya
4. Bila ada, pelajari MSDS nya
5. Gunakan APD (Alat Pelindung Diri)
6. Tutup rapat botol/ wadah
7. Simpan di tempat yang aman, hindari api
a. Laporan pengadaan B3

24
Masing-masing ruangan atau instalasi yang menyimpan, memakai,
meminta barang B3 wajib melaporkan
1) Melaporkan, mengawasi pengadaan B3 di masing-masing ruangan:
jadwal permintaan, ketersediaan barang B3 dari gudang pengadaan
dan MSDS barang B3
2) Melaporkan, mengawasi petugas / staf ruangan yang lalai dan tidak
menggunakan APD
3) Melaporkan, mengawasi jumlah petugas yang terkontaminasi paparan
B3 akibat kerja
4) Mengevaluasi pelaksanaan pengelolahan B3 di ruangan masing-
masing
b. Laporan pemakaian B3
Masing-masing ruangan atau instalasi yang menyimpan, memakai barang
B3 wajib melaporkan
1) Jumlah kuantitas barang B3 di gudang antara dan pemakaian
hariannya
2) Melakukan stock opname diruangan masing-masing sesuai dengan
jumlah kebutuhan pemakaian
3) Mencatat, memperhatikan, menilai kualitas barang B3 mengenai
tanggal kadaluwarsa, cara pemakaian barang B3 agar terjamin
keselamatan dan keamanan kerja bagi pemakai barang B3, dimana
semua petugas yang memiliki, menyimpan, memakai barang B3 wajib
bertanggung jawab di masing-masing ruanganya
4) Laporan kecelakaan akibat kontaminasi B3
Pelaporan harus dilakukan oleh tiap kepala bagian yang memiliki B3 di
ruangnnya kepada ketua Tim K3 melalui alur berobat ke IGD Rumah
Sakit Martha Friska Multatuli dengan mengisi formulir kecelakaan akibat
kerja yang telah di ketahui, ditanda tangani kepala bagian masing-
masing ruangan yang memiliki barang B3.
Aspek yang di evaluasi adalah :
a) Jumlah petugas/ staf ruangan yang lalai dan tidak menggunakan
APD
b) Jumlah petugas yang terkontaminasi B3 akibat kerja
5) Petunjuk pengisian formulir evaluasi dan pelaporan B3
a) Formulir evaluasi B3 yang telah di bagikan kepada masing-masing
ruangan yang menyimpan, memakai B3 wajib di isi oleh
penanggungjawab ruangan masing-masing secara berkala setiap 6
bulan sekali yang dilaporkan kepada ketua MFK Rumah Sakit Martha
Friska Multatuli
b) Isilah pada kolom-kolom yang telah disediakan dengan memberikan
tanda cek () pada kolom yang dianggap sebagai pilihan jawaban “ya”
dari pernyataan yang diajukan
c) Berikan keterangan pada kolom yang disediakan apabila ada hal-hal
penting yang perlu di tuliskan berhubungan dengan pengelolaan B3,
penanganan paparan B3
d) Formulir evaluasi ini dikumpul setiap bulan Juni dan Desember
kepada Ketua MFK Rumah Sakit Martha Friska Multatuli
7) Spill kit
Spill kit adalah perlengkapan yang digunakan untuk menangani tumpahan:
1. B3 (Cairan kimia berbahaya yang bersifat mudah meledak, mudah terbakar,
korosif dapat mengganggu kesehatan dan mencemarkan lingkungan)
2. Bahan infeksius (cairan yang dihasilkan dari tubuh pasien seperti darah, tinja,
urine, sputum, muntahan, dll)

25
Prosedur
1. Siapa yang melaporkan tumpahan
a. Tenaga kesehatan/ non kesehatan (petugas Rumah Sakit Umum Martha
Friska Multatuli) yang pertama kali menemukan tumpahan
b. Pasien, pengunjung/ keluarga pasien yang datang ke Rumah Sakit Umum
Martha Friska Multatuli
2. Siapa yang melakukan penanganan tumpahan
a. Tenaga kesehatan (petugas Rumah Sakit Umum Martha Friska Multatuli)
yang petama kali menemukan tumpahan
b. Tenaga non kesehatan
3. Isi Spill kit/ kotak tumpahan meliputi:
DAFTAR ISI
KOTAK TUMPAHAN B3
NO ISI KOTAK SPILL KIT JUMLAH KETERANGAN
1 Kantong ungu 1 buah Sekali pakai
2 Kantong Kuning 1 buah Sekali pakai
3 Sarung tangan 1 pasang Sekali pakai
4 Gaun / Apron plastik 1 buah Sekali pakai
5 Tutup kepala 1 buah Sekali pakai
6 Sepatu 1 pasang -
7 Kacamata google 1 buah -
8 Tissue/ kain lap 1 pcs Sekali pakai
9 Cairan klorin - -
10 Serokan kecil/ sapu kecil 1 pasang

4. Penanganan tumpahan
a. Amankan area tumpahan dengan tanda/ kursi
b. Buka Spill kit, pasang tanda peringatan di area tumpahan
c. Gunakan APD (masker, sarung tangan, gaun, tutup kepala, sepatu, kacamata
google)
d. Batasi penyebaran tumpahan dengan tissue/ kain lap sekali pakai:
1) Untuk tumpahan B3 dalam bentuk cairan, serap dengan Tissue/kain lap sekali
pakai untuk menutupi tumpahan lalu masukkan kedalam kantong ungu
2) Untuk tumpahan B3 dalam bentuk serbuk, basahi tissue/kain lap sekali pakai
dengan air untuk menutupi tumpahan serbuk lalu sapu dan masukkan ke dalam
kantong ungu
e. Bersihkan area tumpahan dengan cara
1) Bersihkan material tumpahan dengan menggunakan skop atau sapu dan pengki
kecil sampai benar-benar bersih
2) Buang bahan penyerap bahan tumpahan tadi dengan kantong ungu
3) Dekontaminasi area tumpahan dengan detergen sebanyak 3 kali semprotkan
disinfektan, biarkan selama 2 menit kemudian keringkan dengan tissue/kain lap
sekali pakai lalu buang ke kantong ungu
4) Lakukan hal di atas 3 kali berturut-turut sampai benar-benar bersih
5) Lepaskan APD dan masukkan ke dalam kantong ungu
6) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
7) Laporkan kebagian kebersihan Rumah Sakit untuk pembersihan lebih lanjut
5. Pengisian Formulir Laporan Kejadian Tumpahan B3
a. Isi identitas petugas yang menemukan tumpahan pertama kali atau yang
dilaporkan pasien atau pengunjung
b. Isi waktu kejadian
c. Ceritakan kronologis kejadian dan lokasinya

26
d. Identifikasi tipe insiden yang meliputi KNC (Kejadian Nyaris Cedera), KTC
(Kejadian Tidak Cedera), KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).
6. Isi formulir, berikan kepada kepala ruangan, Tim K3, Tim PPI
E. PROTEKSI KEBAKARAN
1) Tujuan
Pencegahan terjadinya kebakaran di rumah sakit dan memastikan penghuni
rumah sakit selamat dan aman dari resiko adanya cedera maupun kemungkinan
kehilangan nyawa saat terjadinya kebakaran
2) Penatalaksanaan Pengamanan dan Kebakaran
1) Tindakan pencegahan kebakaran
Tindakan berikut yang harus dilakukan oleh seluruh petugas sebagai berikut
a) Bahan yang mudah terbakar seperti tabung gas ditempatkan pada area yang
aman dai api/ panas, dengan penempatan yang diatur sedemikian rupa dan
terindentifikasi baik untuk mencegah jatuhnya tabung, serta akses masuk
dibatasi.
b) Jika meninggalkan ruangan, periksalah bahwa seluruh peralatan listrik sudah
dimatikan
c) Jangan bebani titik listrik terlalu melebihi beban yaitu melebihi dari kapasitas
yang ada
d) Larang orang memasak di dalam ruangan tanpa izin dari pihak rumah sakit
e) Perhatikan dan ingat-ingat lokasi tanda bahaya kebakaran, letak tabung
pemadam kebakaran, jalur evakuasi untuk jalan keluar
f) Lakukan pemantauan secara rutin didaerah tempat gas dapur elpiji dari
kemungkinan orang merokok serta daerah yang rawan terhadap kebakaran
g) Jangan menyimpan sembarangan benda-benda yang mudah terbakar
h) Larang atau tidak diberikan izin/ingatkan kepada setiap pekerja yang
pekerjaanya menimbulkan api, tetapi ia tidak melengkapi alat keselamatan
dan keamanan kebakaran
i) Larangan merokok di areal rumah sakit. Kebijakan larangan merokok di
seluruh area rumah sakit kepada staff, pasien/pengunjung dan keluargannya,
dan di tiap akses masuk ke rumah sakit dipasang spanduk larangan merokok
sebagai informasi pada staff, pasien dan pengunjung rumah sakit
Jika kedapatan orang merokok di lingkungan Rumah Sakit Martha Friska
Multatuli maka:
 Petugas keamanan yang terdekat menegur. Jika ingin meneruskan
merokoknya arahkan keluar areal Rumah Sakit Martha Friska Multatuli,
jika perokok tidak mau keluar dari areal Rumah Sakit Martha Friska
Multatuli maka perintahkan rokoknya dimatikan
 Seluruh petugas Rumah Sakit Martha Friska Multatuli akan melakukan
patroli diareal Rumah Sakit Martha Friska Multatuli dengan dilengkapi
atribut dibaju seragamnya
 Tindak lanjut hasil temuan akan disampaikan ke pimpinan masing-masing
instalasi untuk diberikan arahan agar tidak mungulangi hal yang sama
2) Pengaturan kontruksi Bangunan
Bahan bangunan yang digunakan pada proyek pembangunan di rumah sakit
menggunakan bahan yang dominan tidak menyebabkan kebakaran seperti
penggunaan bahan dinding dari kayu tidak di anjurkan. Bangunan tambahan
untuk instalasi bisnis di dalam lingkungan rumah sakit merupakan bangunan
permanen yang tidak terbuat dari papan/ triplek
3) Akses keluar dan area berkumpul saat kebakaran
a) Seluruh pintu keluar dari dalam instalasi pelayanan diberi tanda “EXIT”
dimana pintu darurat tersedia di semua instalasi pelayanan dan perkantoran
untuk keadaan darurat

27
b) Semua area di sekitar pintu keluar merupakan area bebas yang tidak
dihalangi oleh tumpukan barang maupun terhalang meubel dan fasilitas lain
c) Tanda-tanda menuju area berkumpul terpasang pada area strategis yang
menuju kearah area berkumpul dan dapat dilihat dari semua area keluar dari
tiap instalasi pelayanan maupun perkantoran
d) Area berkumpul di area rumah sakit yaitu di parkiran dan didepan IGD
4) Penanggulangan Kebakaran
Kebakaran terjadi di jam kerja
a) Bila kebakaran terjadi dalam jam kerja 08.00 s/d 17.00 wib yang bertanggung
jawab sebagai komandan adalah direktur
b) Direktur rumah sakit berkoordinasi kepada ketua tim penanggulangan
bencana
c) Ketua tim melakukan koordinasi dengan seluruh instalasi kerja yang ada di
Rumah Sakit Martha Friska Multatuli
d) Bila di perlukan ketua tim melakukan koordinasi dengan polisi, dinas Damkar
Kebakaran terjadi diluar jam kerja 17.00-08.00 wib
a) Bila terjadi kebakaran pada saat diluar jam kerja yang bertanggung jawab
adalah seluruh tim yang bekerja
b) Kemudian salah satu tim melaporkan kepada ketua tim mengenai bencana
yang terjadi
c) Ketua tim melakukan koordinasi kepada direktur rumah sakit
5) Meredakan api kebakaran dan pengendalian asap
Tindakan berikut ini yang harus dilakukan oleh seluruh petugas Rumah Sakit
Martha Friska Multatuli atau tim penanggulangan bencana Rumah Sakit Martha
Friska Multatuli. Untuk meredakan kebakaran dan pengendalian asap
a) Lakukan terus pemadaman sesuai prosedur
b) Lakukan evakuasi setempat baik benda maupun orang
c) Singkirkan dari lokasi kejadian benda yang mudah terbakar
d) Tutup pintu daerah yang terbakar setelah penghuni terevakuasi
e) Jika api sudah padam buka pintu dan jendela agar asap dan udara kotor
keluar dari gedung
6) Paska kebakaran
Untuk mengadakan evaluasi sampai sejauh mana akibat yang ditimbulkan
setelah kebakaran dapat di padamkan, maka komandan segera
memanggil/mengumpulkan tim penanggulangan bencana untuk melaksanakan
fungsi-fungsi yang terkait guna mengambil langkah-langkah sebagai berikut
a) Pengamanan atas bangunan yang terbakar
b) Penyelidikan mengenai sebab-sebab terjadinya kebakaran untuk
menentukan usaha-usaha agar kejadian yang serupa tidak terjadi lagi
c) Mengadakan survey untuk menilai kerugian yang timbul
d) Mengadakan penelitian/pemeriksaan teknis sehubungan dengan kondisi
bangunan dan penggunaan kembali
e) Mengadakan penelitian sehubungan dengan usaha pembenahan rehabilitasi
bangunan
f) Mengambil langkah dalam usaha memberikan pelayanan perawatan pasien

F. PERALATAN MEDIS
1) Tujuan
Untuk memastikan peralatan yang digunakan oleh pasien dalam keadaan aman,
selalu tersedia dan siap pakai, akurat, dan dapat di jangkau
2) Penatalaksanaan Peralatan Medis
Penatalaksanaan peralatan medis di rumah sakit berkaitan dengan kebijakan dan
prosedur mulai dari pengadaan, inspeksi, dan pemeliharaan

28
1) Inventarisasi alat medis (mengacu pada daftar inventaris alat medis)
2) Rumah sakit melakukan inspeksi setiap bulan untuk mengetahui perkembangan
kondisi peralatan tersebut. Hasil inspeksi berupa data yang akan digunakan
untuk perencanaan perbaikan dan juga perencanaan kebutuhan rumah sakit
3) Melakukan inspeksi dan pengujian untuk setiap alat baru selanjutnya
disesuaikan dengan aturan pabrik atau perencanaan rumah sakit, yang
dilengkapi dengan data hasil inspeksi dan pengujian serta dibuatkan
rekomendasinya
4) Dilakukan pemeliharaan terhadap peralatan tersebut sebagai tindakan
pencegahan terhadap peralatan tersebut dari kerusakan ataupun masalah kecil
yang berdampak kepada ketidakamanan alat pada saat digunakan pada
pasien. Jadwal pemeliharaan selalu di tepai oleh petugas. Semua pemeliharaan
alat tercatat dan dibuatkan rekomendasi untuk peralatan tersebut selalu aman
dan siap pakai. Untuk alat yang rusak namun tidak mungkin diperbaiki, rumah
sakit menarik alat tersebut dari penggunaanya untuk selanjutnaya dilakukan
suatu proses sesuai ketentuan yang berlaku untuk pemusnahan maupun
pengeluaran alat tersebut di rumah sakit
5) Produk/ peralatan yang ditarik dari peredaran
Rumah sakit mengeluarkan buat edaran untuk informasi bila ada alat yang ditarik
oleh pabrik/pemasok keseluruh instalasi pelayanan pasien dan informasi
pemberhentian pemakaian pada alat tersebut. Selanjutnya petugas akan
melaporkan kepada bagian pengadaan alat kesehatan untuk penarikan alat
tersebut dari instalasi pelayanan. Alat-alat yang sudah ditarik akan dilaporkan
oleh bagian pengadaan alat kesehatan ke pabrik/pemasok untuk dilakukan
tindakan selanjutnya

G. SISTEM UTILITI (SISTEM PENDUKUNG)


1. Tujuan
Tujuan berikut ini untuk memastikan keselamatan fisik pasien, pengunjung, dan
staff, dan mencegah kehilangan kepemilikan, gangguan kesehatan maupun
keselamatan mereka
a) Secara efektif mengelola risiko pada sistim utilitas dengan menggunakan
kemampuan terbaik rumah sakit
b) Mengoptimalkan sumber-sumber dengan pengelolaan sistem utilitas secara
efisien dan pengelolahaan siklus hidup dari alat-alat tersebut
c) Meningkatkan kemampuan staff dengan pendidikan pelatihan mengenai
sistem utilitas yang efektif
d) Meningkatkan keselamatan pasien dengan menyiapkan lingkungan rumah
sakit yang aman
2. Penatalaksanaan Sistem Utilitas
a) Air bersih tersedia setiap waktu (24 jam), yang dipastikan ketersediaannya
yang tersedia di rumah sakit. Kualitas air dipantau setiap setahun sekali
disertai hasil yang didokumentasi untuk memastikan keamanan air yang
digunakan rumah sakit. Dilakukan uji terhadap kesiapan air alternative
sebagai pengganti sumber air regular sekali dalam setahun oleh petugas
yang bertanggung jawab.
b) Air yang ditreatmen di instalasi hemodialisa dilakukan pemantauan secara
periodik untuk memastikan kualitas air yang digunakan untuk dialisys ginjal
oleh provider/pemasok alat
c) Listrik tersedia setiap waktu, yang dipastikan ketersediaanya baik melalui
sumber listrik negara maupun sumber listrik alternative yang disediakan
rumah sakit (genset). Seluruh genset yang ada dipastikan kesiapannya
dengan melakukan uji sekali dalam setahun

29
d) Bila terjadi kegagalan pada sistem utilitas, maka staff yang bersangkutan di
instalasi pelayanan segera melaporkan via telepon ke petugas untuk
dilakukan perbaikan maupun tindakan lain dalam rangka meningkatkan
proses pelayanan
e) Area penyimpanan makanan dilakukan pengujian untuk mencegah adanya
kemungkinan kontaminasi pada sistem utilitas (dari sistem utilitas saluran air
kotor)
f) Penempatan tabung gas ditempatkan pada area yang aman dari api, dengan
penempatan yang diatur sedemikian rupa dan terindentifikasi baik untuk
mencegah jatuhnya tabung dan kebocoran, serta akses masuk dibatasi
g) Jalur listrik dalam keadaan aman dibungkus sehingga meminimalkan
kemungkinan
3. Inventarisasi sistem utilitas
NO SISTEM JENIS ALAT LOKASI AREA
UTILITAS SUPLAY
1 Listrik PLN Seluruh area Seluruh area
Genset central RS RS
Diluar gedung Seluruh RS
RS
2 Air air PAM Lantai 1-7 Untuk seluruh
instalasi
3 Pendingin AC Seluruh Untuk seluruh
ruangan RS RS
Positeve Exhause fan
presure air
4 Saluran air - Dari seluruh -
kotor ruangan RS
disalurkan ke
IPAL
5 Gas medis Tabung gas VGL Dicentral Untuk seluruh
belakang RS
O2 liquid Tank Diseluruh
ruang rawat
6 Nurse Call Nurse call Rawat inap Untuk seluruh
rawat inap
7 Komputer Komputer Seluruh area Untuk seluruh
RS RS
8 Telepon Telepon direct dan Area Area
extention perkantoran perkantoran
dan pelayanan dan pelayanan
4. Sanitasi Rumah Sakit
a) Penyediaan air bersih
Pemilihan sistem pengolahan air bersih tergantung dari karakteristik aiir baku,
kualitas produk yang diharapkan, metode pengolahan, kendala yang ada (dana,
bahan bangunan, peralatan instalasi dan bahan kimia untuk pengolahan)
Untuk mendapatkan air bersih sesuai standar yang telah ditetapkan, perlu
kiranya dibuat prosedur baku agar tercapai hasil yang diinginkan dengan langka-
langkah inspeksi berikut:
1) Siapakah jalur distribusi air bersih di seluruh ruangan
2) Tentukan titik rawan pencemaran air bersih dan lakukan pengamatan pada
jaringan distribusi
3) Tentukan frekuensi pemantauan
4) Tentukan kran terpilih untuk pengambilan sample

30
Syarat fasisilitas penyediaan air
1) Harus tersedia air minum sesuai dengan kebutuhan
2) Tersedia air bersih minimal 500 lt/tt/hari
3) Air minum dan air bersih tersedia secara terus menerus di setiap tempat unit
yang membutuhkan
4) Distribusi air minum dan air bersih di setiap ruangan harus menggunakan
perpipaan yang mengalir dengan tekanan positif. Yang dimaksud dengan
tekanan positif adalah tekanan yang mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan
rendah
Pemantauan dilakukan secara :
1) Harian, yaitu pemeriksaan lapangan
2) Bulanan, yaitu pemeriksaan bakteriologik pada air bersih
3) Semester, yaitu seluruh parameter Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416
Tahun 1990
b) Toilet dan kamar mandi
1) Harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih
2) Lantai kedap air, tidak licin, berwarna terang dan mudah dibersihkan
3) Setiap instalasi ruangan tersedia toilet dengan fasilitas jamban, paturasan da
wastafel tersendiri. Khususnya untuk instalasi rawat inap dan kamar-kamar
tertentu harus tersrdia kamar mandi
4) Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan penahan
bau
5) Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan dapur,
ruangan operasi ruangan khusus lainnya
6) Lubang hawa harus berhubungan langsung dengan udara luar
7) Harus dilengkapi dengan peringatan untuk memelihara kebersihan
8) Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang dapat menjadi
tempat perindukan nyamuk
9) Perbandingan setiap ruangan ada toilet
c) Pengolahan Limbah
Pengolahan limbah di RS yaitu dengan menggunakan sistem aerobik. Limbah cair
yang dihasilkan dari seluruh ruangan ditampung pada spric tank yang berada di
titik-titik tertentu. Kemudian limbah tersebut disaring dan di homogenkan dengan
proses aerasi. Setelah dilakukan aerasi maka limbah akan diuraikan dengan
menggunakan bahan kimia yaitu kaporit, PAC, Soda Api dan akan ditampung di
bak pembuangan akhir untuk dilakukan pemeriksaan kualitas kimia. Pemeriksaan
kualitas air limbah dilakukan 1x dalam sebulan dengan jenis pemeriksaan kimiawi
d) Sampah RS
Salah satu penyebab aspek yang ada dan sangat penting dalam menunjang
pelayanan rumah sakit adalah
1) Sampah yang dihasilkan dari rumah sakit harus dikelola secara baik dan benar
sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan terhadap lingkungan yang
ada di sekitarnya
2) Gangguan hama serangga dan tikus juga harus di tangani secara baik dan
benar sehingga tidak ada gangguan di lingkungan rumah sakit
3) Pembersihan ruangan yang ada di rumah sakit harus dilakukan setiap hari
4) Perawatan Taman baik dalam dan luar gedung harus dilakukan dengan baik
Landasan Hukum Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah
sakit
Tata laksana Sanitasi Lingkungan
a) Penanganan limbah padat dibagi menjadi dua kategori di antaranya
1) Penanganan limbah padat non medis (sampah)terdiri dari

31
Limbah padat non medis adalah limbah yang berasal dari kegiatan
administrasi kantor, dapur, kamar rawat inap, poliklinik dan lain-lain
Limbah tersebut oleh penghasil limbah harus dibuang ke dalam tempat
sampah yang dilapisi kantong plastik berwarna hitam dan dikumpulkan
oleh petugas kebersihan untuk dimasukki kedalam kantong plastik
berwarna hitam yang besar untuk dibuang kedalam pembuangan sampah
sementara (TPS) di halaman belakang Rumah Sakit Martha Friska
Multatuli
Setiap hari sampah-sampah non medis tersebut oleh Dinas Kebersihan
kota Medan sampah akan diambil untuk di buang ke TPA (Tempat
Pembuangan Akhir) diluar kawasan Rumah Sakit Martha Friska Multatuli
2) Penanganan Limbah Padat Medis (sampah) terdiri dari
Seluruh limbah yang terkontaminasi dengan darah adalah limbah medis
Limbah padat medis tersebut oleh penghasil limbah harus dibuang ke
dalam tempat sampah yang dilapisi kantong plastik yang berwarna kuning
Khusus bekas jarum suntik dan alat-alat tajam lainnya dimasukkan ke
dalam box limbah infeksius
b) Pembuangan limbah padat (sampah)medis dan non medis
Semua buangan sampah dari seluruh ruangan dikumpulkan didalam kantong
plastik besar, sampah non medis (plastik hitam) ditampung di TPS sam pah
non medis, sampah medis (plastik kuning) untuk kemudian disimpan ke TPS
(tempat pembuangan sementara)
c) Penanganan hama dan serangga dilakukan untuk mengurangi resiko adanya
gangguan serangga misalnya: nyamuk, lalat, kecoak, tikus dan lain-lain cara
penanganannya adalah
1) Gunakan alat pelindung diri (APD) masker dan sarung tangan
2) Cek peralatan/mesin (botol semprot) dan cek ketersediaan bahan kimia
3) Kontrol area/lokasi pekerjaan pada tempat yang rawan gangguan untuk
mengetahui jenis gangguan serangga yang ditemukan, misal: celah-celah
dinding, saluran air, maupun lokasi yang lembab
4) Lakukan penyemprotan sesuai dengan jenis dan populasi serangga yaitu:
a. Serangga merayap, misalnya semut gunakan botol semprot, untuk
kecoak gunakan cara banting)
b. Lakukan penyemprotan di ruangan/lokasi dalam keadaan kosong (tidak
ada orang) dengan menggunakan mesin ULV (Ultra low volume)
c. Catatan : bahan kimia aktif 15 menit. Setelah waktu tersebut
ruangan/lokasi bisa dipergunakan kembali
d. Lakukan penyemprotan diluar gedung menggunakan mesin fogging
pada waktu siang atau malam hari
e. Lakukan pencucian terhadap semua peralatan dan bersihkan dengan
lap/majun setelah dipakai kemudian simpan peralatan ditempat yang
aman dan telah disediakan
5) Pengendalian tikus
a. Gunakan alat pelindung diri (APD) masker dan sarung tangan
b. Lakukan inspeksi secara detail dengan melihat adanya tanda-tanda
keberadaan Tikus dengan melihat kotoran yang ada
c. Setelah didapat hasil inspeksi, lakukan tindakan pencegahan sebagai
berikut:
1. Dalam ruangan (indoor)
 Rekatkan lem dan masukkan racun tikus diatas perangkap tikus
 Letakkan perangkap tikus tersebut didaerah yang sering dilewati
tikus

32
 Cek perangkap tikus tersebut secara berkala. Jika mendapatkan
tikus langsung dibuang ketempat pembuangan akhir (TPA)
2. Luar ruangan (outdoor)
 Masukkan racun tikus dan letakkan ketempat umpan diarea luar
rumah sakit yang sering dilalui tikus
 Cek perangkap tikus tersebut secara berkala jika mendapat tikus
langsung dibuang ketempat pembuangan akhir (TPA)
d) Ruangan infeksius
Ruangan infeksius adalah ruangan yang didalamnya berisi pasien yang
mempunyai penyakit infeksius dan dapat menyebarkan bateri atau kuman
didalam ruangan dan juga ke pasien lainnya jika ruangan tidak di bersihkan
secara baik dan benar
1) Pemberihan ruangan infeksius
a. Koordinasi dengan perawat bahwa ruangan akan dibersihkan
b. Siapkan peralatan dan cairan pembasmi kuman (desinfektan)
c. Gunakan alat pelindung diri (APD) sarung tangan karet dan masker
d. Kosongkan tempat sampah dan ganti plastiknya dengan yang baru
(plastik kuning)
e. Lap seluruh perlengkapan ruangan dengan menggunakan lap
khusus(warna kuning) yang telah telah diberikan cairan desinfektan
f. Bersihkan lantai searah jarum jam sampai kesudut ruangan
menggunakan sapu
g. Lakukan pengepelan dengan menggunakan air yang telah dicampurkan
dengan cairan desinfektan secara merata dan pastikan lantai benar-
benar kering
h. Setelah proses pembersihan selesai, seluruh perlengkapan dan
peralatan kebersihan masukkan dalam satu kantong plastik kuning dan
ikat rapat-rapat kemuadian dibawa keruang cuci untuk dilakukan
pencucian peralatan dengan cairan desinfektan
i. Cuci tangan setelah melakukan pekerjaan
e) Ruangan tidak terinfeksius
Pembersihan ruangan tidak terinfeksius adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kebersihan terhadap ruangan yang ada di lingkungan
rumah sakit agar ruangan tersebut bersih dan bebas dari debu dan sampah
Ruangan tidak terinfeksius adalah ruangan yang didalamnya tidak terdapat/
terdapat pasien/orang yang tidak berpenyakitan infeksius.
1. Pembersihan harian
a. Pembersihan ruangan
1) Siapkan peralatan dan cairan pembersih sebelum pekerjaan dimulai
2) Gunakan alat pelindung diri (sarung tangan karet dan masker)
3) Ganti plastik sampah dengan kantong plastik yang baru sesuai
kebutuhannya (warna hitam)
4) Lap seluruh perlengkapan yang ada di dalam ruangan dengan kain
lap dan cairan pembersih sesuai penggungaannya
5) Lap kaca yang ada diruangan dengan wiper dan pembersih kaca
6) Sapu lantai dari sampah dan debu sampai ke sudut ruangan dengan
pengumpul debu dan sampah
7) Pel lantai dengan menggunakan air bersih yang diberikan cairan
pembersih lantai dari sudut-sudut atau pinggiran secara merata
dengan kain pel
8) Pastikan lantai benar-benar kering
b. Pembersihan toilet

33
1) Angkat kantong plastik sampah lama dan ganti dengan kantong
plastik sampah yang baru sesuai kebutuhannya (warna hitam)
2) Lap seluruh perlengkapan toilet : wastafel, kaca, closed, shower dan
lain-lain secara menyeluruh dengan bahan cairan pembersih dari
masing-masing perlengkapan
3) Pel lantai dengan menggunakan air bersih yang diberikan cairan
pembersih lantai dari sudut yang paling dalam sampai ke depan pintu
toilet secara merata dengan kain pel
4) Pastikan toilet dalam keadaan bersih dan kering sebelum
meninggalkan ruangan
5) Setelah selesai melakukan pembersihan, masukkan peralatan ke
dalam troli lalu di bawa ke tempat cuci untuk dibersihkan
6) Cuci tangan setelah selesai melakukan pekerjaan
f) Penanganan tumpahan cairan
Tata cara pelaksanaan
1.Pembersihan tumpaha obat kemotrapi dan tumpahan cairan B3
a. Siapkan peralatan kerja dan cairan pembersih yang akan digunakan
b. Pakai alat pelindung diri (APD) masker, apron, kaca mata, penutup
kepala, sepatu but dan sarung tangan rangkap dua
c. Pasang tanda peringatan di dekat lokasi yang akan dibersihkan
d. Serap tumpahan cairan obat atau cairan B3 dengan kertas tissue atau
lap majun sampai benar-benar kering
e. Masukkan kertas tissue atau lap majun bekas ke dalam kantong plastik
ungu untuk tumpahan obat kemoterapi dan plastik kuning untuk
tumpahan cairan B3
f. Lepaskan sarung tangan karet lapis terluar dan buang kedalam kantong
plastik ungu atau kuning dan pakai kembali sarung tangan karet yang
baru
g. Lap lantai dengan menggunakan kain lap yang telah dicampur cairan
pembersih lantai dan masukkan kain lap bekas kedalam kantong plastik
ungu atau kuning
h. Keringkan dengan menggunakan kain lap, selanjutnya masukkan kain
lap bekas kedalam plastik ungu atau kuning
i. Selanjutnya lakukan pengepelan dengan memakai air yang telah
dicampur dengan larutan desinfektan
j. Pastikan lantai harus benar-benar kering
k. Setelah selesai, lepas sarung tangan karet lapis terluar dan buang
kedalam kantong plastik ungu atau kuning kemudian lepas masker dan
apron lalu masukkan ke kantong plastik ungu dan kuning lepas sarung
tangan karet lapis terakhir dan buang kedalam kantong plastik ungu
dan kuning
l. Bawa perlengkapan kerja ke ruang cuci kemudian bersihkan dengan
cairan desinfektan
m.Cuci tangan setelah selesai melakukan pekerjaan dengan cairan
desinfektan
2.Pembersihan tumpahan dari tubuh pasien (darah,urin dan tinja)
a. Siapkan peralatan kerja dan cairan pembersih yang akan digunakan
b. Pakai alat pelindung diri (APD) sarung tangan dan masker
c. Pasang tanda peringatan di dekat lokasi yang akan dibersihkan
d. Serap cairan darah, urin, dan tinja dengan kertas tissue atau lap sampai
benar-benar kering kemudian masukkan kertas tissue atau lap bekas ke
dalam kantong plastik warna kuning

34
e. Lap majun, kursi dan tempat tidur dengan menggunakan kain lap yang
telah dicampur dengan cairan desinfektan
f. Pel lantai dengan air yang telah dicampur cairan desinfektan secara
merata sampai benar-benar kering
g. Setelah selesai lepas alat pelindung diri (masker dan sarung tangan)
yang telah selesai digunakan lalu buang kedalam kantong plastik warna
kuning
h. Bawa perlengkapan kerja ke ruang cuci lalu bersihkan dengan cairan
desinfektan
i. Cuci tangan setelah selesai melakukan pekerjaan dengan sabun
antiseptik
3.Pelaksanaan pembersihan tumpahan cairan dilakukan oleh kebersihan
yang ditunjuk dan dikerjakan jika terjadi tumpahan cairan
4.Pengawasan dilakukan oleh seluruh instalasi
5.Peralatan dan bahan kimia yang digunakan
g) Logistik
Kebutuhan yang digunakan dari bagian logistik antara lain
a. Tissue
b. Cairan pembersih ruangan
c. Cairan disinfektan
d. Hand sop
e. Cairan pembasmi hama dan serangga
f. Dll
h) Keselamatan pasien
Dalam melakukan penanganan sanitasi linkungan harus memastikan bahwa
setiap kegiatan harus menggunakan APD (alat pelindung diri) dan papan
tanda peringatan, misalnya
a. Setiap kali melakukan proses pengepelan tidak boleh ada lantai yang licin
dan haru pasang tanda peringatan
b. Didalam melakukan penyemprotan hama dan serangga dipastikan
ruangan harus dalam keadaan kosong sehingga tidak mengganggu
pasien, petugas, dan pengunjung lainnya
i) Pengolahan Air Limbah
Akibat kegiatan operasional rumah sakit akan timbul sampah/limbah.
Limbah-limbah tersebut dibedakan atas: limbah cair dan limbah padat (medis
dan non medis)
a. Limbah cair di Rumah Sakit Martha Friska Multatuli berasal dari air
buangan kamar mandi, wastapel, toilet, buangan kegiatan laboratorium,
kamar bedah, dan dapur
b. Semua limbah cair tersebut akan dialirkan langsung ke tangki IPAL untuk
diproses secara fisika
c. Limbah cair yang berasal dari dapur akan dialirkan dahulu ke bak
perangkat lemak (grease trap) untuk menangkap lemak-lemak yang
terbawa
d. Air limbah dapur yang telah dipisahkan dari lemak akan dipompa juga ke
tanki IPAL. Setelah semua limbah cair menjalani proses pengelolahan di
tangki-tangki IPAL, maka hasil olahannya bisa dipergunakan untuk
penyiraman bunga di halaman Rumah Sakit dan dialirkan kesaluran
pembuangan air kotor kawasan Rumah Sakit Martha Friska Multatuli
e. Kualitas air limbah yang akan dibuang ke lingkungan harus memenuhi
persyaratan buku mutu air limbah sesuai peraturan perundang yang
berlaku
Test air limbah dilakukan setiap 1 bulan sekali

35
Standart Buku Mutu (Test Air Limbah) yang dikeluarkan oleh Kepmen lingkungan
Hidup adalah:
No Parameter Satuan Baku Mutu
1 Ph - 6-9
2 COD Mg/L 80
3 BOD5 Mg/L 30
4 TSS Mg/L 30
5 NH3 Bebas Mg/L 0,1
6 PO4 Mg/L 2
j) Penanganan Sampah
Tata cara pelaksanaan
1) Tempat pengumpulan sampah di RS memiliki syarat, sebagai berikut
a. Terbuat dari bahan yang kuat, ringan, tahan karat, kedap air dan
permukaan halus bagian dalamnya
b. Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengeotori
tangan terdapat minimal 1 buah untuk setiap kamar dan setiap radius
20 m diruang tunggu terbuka (public area)
c. Sampah dari setiap ruangan harus dipisahkan sesuai dengan kategori
atau jenis sampah ke dalam tempat sampah yang sudah diberi kantong
plastik dengan ketentuan:
a) Tong sampah dengan kantong plastik warna hitam untuk sampah
non medis
b) Tong sampah dengan kantong plastik warna kuning untuk sampah
medis
c) Box kuning untuk limbah infeksius berupa benda tajam (spuit,
catridge,dll)
2) Setelah sampah terisi dengan ¾ bagian diangkut dan dikumpulkan ke
tempat pembuangan sampah sementara (TPS) dengan menggunakan
trolley oleh petugas kebersihan yang telah menggunakan Alat Pelindung
Diri(APD) berupa sarung tangan, masker dan sepatu yang telah
ditentukan
3) Untuk sampah non medis diangkut oleh trolley ke penampungan sampah
dan kemudian setiap hari di angkut dengan truk oleh Dinas Kebersihan
keluar Rumah Sakit untuk dimusnahkan sedangkan sampah medis di
bawa oleh pihak ketiga yaitu PT. ARAH
4) Trolley dan tempat sampah dikosongkan dan dibersihkan minimal
seminggu sekali dan disemprot dengan desinfektan
Tata laksana sanitasi penyehatan makanan dan minuman
a. Penyehatan makanan dan minuman
Penyehatan makanan dan minuman adalah upaya pengendalian yang
mempengaruhi kualitas makanan dan minuman, meliputi:
a) Bahan makanan
b) Penjamah makanan
c) Tempat penyajian
d) Perlengkapan
b. Tata cara pelaksanaan
a) Bahan makanan yang dikirimkan oleh supplier diterima diruangan
gizi dengan memperhatikan syarat dan jumlah (proses penimbangan)
dan kondisi bahan makanan (busuk, berulat, bertanah, expired date,
kaleng rusak,dll)
b) Penyimpanan bahan makanan kering disimpan dalam gudang
khusus bahan makanan dengan kondisi bersih, terlindung debu,
aliran ventilasi terjaga dan terlindung dari serangga

36
c) Untuk makanan yang mudah membusuk (daging,ikan,udang,dll)
disimpan dalam suhu dingin <4 C sedangkan untuk makanan segar
(sayur, buah, dll) di simpan suhu 5-10C
d) Pengambilan Bahan makanan pada gudang dengan memperhatikan
prinsip First In First Out (pertama bahan masuk yang digunakan
pertama)
e) Tempat pengelolahan (ruang produksi) dibersihkan pada saat
sebelum dan sesudah kegiatan
f) Penjamah makanan harus dalam kondisi sehat (tidak mempunyai
penyakit menular) dan diwajibkan menggunakan perlengkapan
(celemek, penutup rambut dan mulut serta sepatu) yang layak dan
bersih. Perlengkapan tersebut tidak boleh digunakan diluar lokasi
ruang produksi
g) Penjamah makanan dilarang merokok, makan, menggunakan
perhiasan berlebih selama kegiatan pengelolahan makanan
h) Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan pengelolahan
makanan
i) Selama melakukan kegiatan pengelolahan makanan, gunakan alat
pelindung diri dan perlengkapan masak yang baik dan aman seperti
sarung tangan plastik, penjepit makanan, sendok, garpu, dan
sejenisnya
j) Penyajian makanan jadi dan minuman ke pasien dengan
menggunakan trolley makanan dan melalui jalur distribusi tertentu
untuk menghindari terjadinya pencemaran
k) Trolley sebagai tempat transportasi dibersihkan secara rutin setiap
hari sekali dan didesinfeksi minimal seminggu sekali
l) Peralatan agar segera dicuci sesudah digunakan dan disimpan pada
tempat bersih dan terlindung dari pencemaran
m)Makanan dan minuman jadi, diambil sample dari ruangan produksi,
disimpan di chiller selama 1 x 24 jam
H. KESIAPAN MENGHADAPI BENCANA
1) Pengertian
a) Keadaan darurat/bencana adalah setiap kejadian yang dapat menimbulkan
gangguan terhadap kelancaran operasional/ kegiatan di Lingkungan Rumah
Sakit Martha Friska Multatuli. Contoh-contoh manajemen emergensi adalah :
kebakaran, gangguan keamanan (huru-hara), bencana alam (gempa bumi),
bencana massal,dll
b) Tanggap darurat adalah penanganan keadaan darurat/bencana secara darurat
setiap terjadi kejadian, yang terjadi di rumah sakit, anatara lain: kejadian
kebakaran, kecelakaan, peledakan, gangguan
2) Tujuan
a) Membentuk peningkatan suatu kesadaran dan kewaspadaan bencana serta
langkah petugas Rumah Sakit Martha Friska Multatuli dalam menanggulangi
terjadinya bencana
b) Sebagai pedoman agar tugas-tugas Tim Penanggulangan Kebakaran/Bencana
(TPB) Rumah Sakit Martha Friska Multatuli dapat terlaksana sesuai dengan
pedoman dan standart operasional yang ada
c) Sebagai pedoman atau petunjuk bagi pejabat MFK atau yang tercantum dalam
organisasi Tim Penanggulangannya dapat berjalan dengan lancar, efektif dan
efisien di bawah satu komando
3) Pengaturan jaga
Dilakukan 24 jam dengan pengaturan jaga dibagi 3 shiff dan masing-masing shiff
di pimpin seorang komandan Regu atau penanggung jawab ruangan

37
4) Denah ruangan
Denah ruangan yang didalamnya termuat jalur evakuasi, tempat APAR, ruangan
beresiko, dimana denah tersebut berada disetiap ruangan maupun ruangan
perawatan serta ruangan area publik.
5) Fasilitas keselamatan
Fasilitas keselamatan yang berada di Rumah Sakit Martha Friska Multatuli yaitu :
jalur evakuasi, APAR, HIDRANT, tanda evakuasi, Helm, lampu sorot, tempat
berkumpul evakuasi, rambu, dll
a. Penanggulangan kebakaran/ bencana
1) Penanggulangan bencana “Massal”
Untuk mempermudah penanganan korban musibah massal, dibuat keadaan
siaga bencana yang dikaitkan dengan jumlah tenaga operasional yang ada
serta estimasi jumlah korban dikelompokkan sebagai berikut :
a) SIAGA I : jumlah korban 20-50 orang
a) SIAGA 2 : jumlah korban 51-100 orang
b) SIAGA 3 : jumlah korban 101- 200 orang
Jika pasien IGD telah mencapai jumlah melebihi, maka mulai dipersiapkan rujukan ke
rumah sakit terdekat. Tim penanggulangan kebakaran/bencana sebagai berikut :
SEBUTAN
NO JABATAN STRUKTURAL TUGAS POKOK
JABATAN
1 Ketua Direktur Rumah Sakit Martha Pimpinan tertinggi
Friska Multatuli dalam operasi
Penanggulangan
Keadaan Darurat
2 Petugas Ruangan Kepala ruangan laboratorium,
radiologi, Pj. rekam medis, Pj. Menanggulangi
Ruangan rawat jalan keadaan darurat pada
(Piliklinik), Pj. ruangan rawat tingkat awal, mengatur
Inap, Kepala ruangan Gizi, pelaksana evakuasi/
penyelamat ruangan
Satpam RS. Martha Friska yang bersangkutan
3 Tim Pemadam Api Multauli, Kepala/Pj Ruangan
masing-masing, House Melaksanakan operasi
kipping pemadaman dan
penyelamatan jiwa/
Kepala/Pj ruangan masing- harta benda
4 Tim Evakuasi masing
Mengatur pelaksanaan
evakuasi di ruangan
Pj. Dokter IGD/ Tim Kode yang bersangkutan
5 Tim Medis Biru, Kepala Ruangan IGD
Mengatur mekanisme
sistem perawatan/
Operator pertolongan terhadap
pasien/ korban
6 Tim Komunikasi
Satpam yang piket Melaksanakan
komunikasi intern dan
7 Tim Pengaman ekstern

Bagian Teknisi Mengamankan evakuasi


dan arus lalu lintas
8 Bagian Engineering kendaraan

38
Memastikan sistem
berjalan dengan baik
6) Uraian tugas Tim
1) Ketua
a) Memimpin dan mengkoordinir tugas para petugas dalam kegiatan
Penanggulangan keadaan bencana
b) Memberikan instruksi tanda siaga kepada operator
c) Memutuskan untuk minta bantuan instalasi dari luar (kepolisian, pemadam
kebakaran,ambulan, dll)
d) Memutuskan untuk mematikan aliran listrik secara total ( baik PLN maupun
Genset )
e) Memutuskan untuk mengevakuasi seluruh penghuni ruangan, bila keadaan
sudah sangat darurat
2) Tim pemadam Api
a) Memimpin dan mengkoordinir regu pemadam kebakaran (anggota satpam,
kepala/Pj masing-masing ruangan, Hoskiping) regu pemadam ruangan agar
mereka bekerja dengan tenang tetapi efektif.
b) Selalu berkomunikasi dengan tim regu pemadam lain untuk memberikan
laporan-laporan situasi terakhir serta menerima instruksi dari ketua
c) Berikan laporan-laporan singkat dan jelas tentang situasi terakhir
3) Tim Evakuasi
a) Memimpin dan mengkoordinir regu evakuasi tiap-tiap ruangan jika
diperlukan, agar evakuasi ini dapat berlangsung dengan tenang dan tertib
b) Selalu berkomunikasi dengan ketua untuk memberikan laporan-laporan
tentang situasi terakhir serta menerima instruksi dari ketua dengan jelas dan
pasti
c) Melakukan pencatatan data-data evakuasi yang di perlukan
4) Tim medis
a) Bekerjasama dengan ketua dalam memutuskan untuk meminta bantuan
ambulan
b) Bekerjasama dengan bagian evakuasi untuk memberikan bantuan jika terjadi
kecelakaan pada saat evakuasi
c) Memberikan pertolongan pertama, jika terjadi kecelakaan pada saat evakuasi
d) Menentukan prioritas pasien yang akan di evakuasi terlebih dahulu dan
mendampingi evakuasi pasien dengan kondisi buruk.
5) Tim komunikasi
a) Memimpin para operator telepon untuk berkomunikasi dengan pemakai
ruangan maupun para tamu dan menjaga agar mereka tetap tenang serta
mengikuti petunjuk yang ada
b) Selalu siap untuk menghubungi instalasi luar (ambulan, pemadam
kebakaran, kepolisian) atas permintaan ketua
c) Menjaga agar selalu ada komunikasi dengan ketua sehingga selalu siap
untuk hal-hal yang diperlukan
6) Tim pengamanan
a) Memimpin dan mengkoordinir regu pengaman, baik diluar gedung maupun di
dalam gedung agar situasi dapat dikuasi dan di jaga agar selalu tertib aman
terkendali
b) Selalu berkomunikasi dengan ketua untuk memberikan laporan-laporan
tentang situasi terakhir serta menerima instruksi dari ketua
c) Mempersiapkan semua peralatan yang di perlukan untuk tugas-tugas
pengamanan

39
d) Mengatur lalu lintas agar mobil ambulan, pemadam kebakaran serta
kepolisian dengan mudah dapat masuk ke dalam areal gedung rumah sakit
e) Menjaga agar tidak terjadi kehilangan/ pencurian barang baik milik ruangan
sendiri maupun milik para pemakai serta tamu lainnya
7) Bagian Engineering
a) Memastikan semua sistem listrik dan yang berkaitan dengan pekerjaan
teknik berjalan dengan baik
 Generator
 Lampu penerangan
 Komunikasi, dll
b) Selalu berkomunikasi dengan ketua untuk memberikan laporan tentang
situasi terakhir yang terkait dengan tugas bagian engineering
7) Evakuasi dan Penyelamatan
1) Evakuasi
Pelaksanaan evakuasi petugas/pasien di ruangan-ruangan, dilaksanakan atas
perintah dari ketua, melalui kepala-kepala/Pj ruangan yang bersangkutan
a) Evakuasi kebakaran di ruangan
Pelaksanaan evakuasi dikoordinir oleh kepala-kepala/ Pj ruangan
dilaksanakan oleh evakuasi dengan urutan sebagai berikut:
 Mengevakuasi mengevakuasi pasien ruangan yang terbakar
 Hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu melaksanakan evakuasi:
- Berjalan dengan cepat
- Jangan membawa atau memakai barang-barang yang dapat
menyulitkan pelaksanaan evakuasi. Berikan prioritas kepada orang
yang paling lemah fisiknya
- Apabila hendak membuka pintu, rabalah dan rasakan terlebih dahulu
pintunya, untuk meyakinkan bahwa di balik pintu tidak ada api
- Menuruni tangga dengan cara berjajar dan berturut-turut sesuai lebar/
kapasitas tangga
- Bila memungkinkan, tutuplah semua pintu dan jendela untuk
menghambat rambatan api
- Apabila terperangkap asap, bernafaslah dengan pendek-pendek
melalui hidung, bergeraklah dengan cara merangkak karena asap
cenderung berada di bagian atas. Apabila terpaksa harus menerobos
asap, tahanlah nafas, kalau perlu pakai masker yang berada dikotak
perlengkapan pemadam. Keluar menuju halaman dan berkumpul
ditempat yang aman serta melapor kepada ketua regu evakuasi/
kepala/ PJ ruangan masing-masing
2) Penyelamatan
Pelaksanaan penyelamatan di tiap ruangan, di koordinir oleh kepala/ PJ
ruangan masing-masing, dilaksanaan bersamaan dengan pelaksanaan
evakuasi personil, material dan dokumen yang perlu diamankan
a) Penyelamatan/ pengamanan personil
 Bila memungkinkan, berikan pertolongan pertama di tempat kepada
korban
 Korban segera di bawa ke tempat yang aman dengan melalui jalur
evakuasi untuk selanjutnya diserahkan kepada Tim medis
 Mengamankan petugas maupun pengunjung dari lokasi kebakaran agar
tidak terjadi korban jiwa
 Mengamankan pasien-pasien, terutama yang memerlukan perawatan
khusus yang lebih aman dari kebakaran
b) Pengamanan material

40
 Amankan material sesuai prioritas yang di tentukan oleh masing-masing
bagian
 Siapkan tempat atau wadah yang siap pakai untuk material yang perlu di
selamatkan pada setiap bagian (trolley barang) tempat pengungsian
material dialokasikan ditempat yang tidak mudah terjangkau oleh api
c) Pengamanan dokumen
 Jika memungkinkan seleksi/pilih dokumen-dokumen yang penting untuk
diselamatkan, dokumen tidak penting tidak perlu dibawa karena akan
menyulitkan dalam pelaksanaan penyelamatan
 Membawa dokumen yang perlu disesuaikan dengan batas kemampuan
(jangan melebihi batas kemampuan)
 Berjalan dengan cepat tetapi tidak lari, melalui jalur evakuasi yang ada
(koridor,tangga)
 Himpun semua dokumen yang berhasil diselamatkan pada tempat
berkumpul
3) Evakuasi Bencana Alam atau Gempa Bumi
1) Lakukan prosedur evakuasi secara umum/sesuai petunjuk dan prosedur
2) Berikan proritas pada korban yang paling lemah fisiknya
3) Turun melalui tangga dengan tertib
4) Menuju dan berkumpul di titik kumpul
5) Permintaan atau pemanggilan kode bencana
6) Ketua menghubungi kepolisian setempat dan Tim Rescue SAR kota Medan
7) Evakuasi pasien pada waktu bencana :
 Kepala/ PJ ruangan berkoordinasi dengan ketua dan tim medis (dokter
jaga dan perawat) untuk mempersiapkan evakuasi pasien dari ruangan
perawatan yang mengalami bencana serta meminta bantuan dari staff
rumah sakit lainnya
 Tim medis (dokter jaga dan perawat) mengatur evakuasi pasien
berdasarkan prioritas. Prioritas pasien yang dievakuasi ditetapkan
berdasarkan kondisi pasien pada saat itu, dan prioritas ditetapkan sebagai
berikut:
- Prioritas pertama adalah pasien-pasien yang secara medis dapat
mobilisasi diri sendiri tanpa bantuan orang
- Kedua adalah pasien yang secara medis membutuhkan bantuan orang
lain pada waktu mobilisasi
- Prioritas ketiga adalah pasien yang secara medis tidak dapat mobilisasi
sendiri dan membutuhkan pertolongan sepenuhnya dari perawat dan
penolong lainnya
 Evakuasi pasien prioritas pertama dan kedua dilaksanakan melalui sisi
terjauh dari lokasi bencana dan dikoordinasikan dengan ketua dan
kepala/Pj ruangan
 Evakuasi pasien prioritas ketiga dilaksanakan dengan melewati sisi
terdekat dari lokasi bencana dan di koordinasikan dengan ketua atau
kepala/Pj ruangan
 Tim medis (dokter jaga dan perawat) harus mengawasi jalannya evakuasi
pasien sampai evakuasi seluruh pasien dilokasi tersebut selesai
 Pasien yang dievakuasi dari ruangan yang mengalami bencana diserah
terimakan kepada dokter IGD
8) Penanggulangan bencana
1) Prosedur pelaksanaan tanggap darurat penanggulangan bencana

41
a) Jika keadaan darurat/bencana terjadi di dalam rumah sakit hubungi pos
keamanan/satpam piket untuk menginformasikan kejadian tersebut (apa
yang terjadi dan lokasi/ tempat kejadianya)
b) Satpam piket lapor/hubungi ke seluruh tim penanggulangan kebakaran/
bencana
c) Seluruh tim segera ke posko keamanan (stand by) dan ambil alih
penganggulangan bencana
d) Lakukan langkah pencegahan atau penanganannya atas kejadian tersebut
sesuai standart prosedur operasional (SPO)
2) Prosedur pelaksanaan tanggap darurat penanggulangan bencana massal
a) Jika korban massal yang berlangsung di bawa ke Rumah Sakit Martha Friska
Multatuli maka
 Penanggulangan Bencana “Massal” diambil alih komandonya oleh ketua
(dokter jaga IGD)
 Ketua IGD akan memerintahkan operator untuk menyalakan kode bencana
 Seluruh speaker di dalam rumah sakit akan berbunyi dan terdengar di
seluruh ruangan
 Seluruh anggota tim melakukan penanganan sesuai prosedur tugas dan
tanggung jawabnya masing-masing sesuai komando dari ketua IGD
 Jika pasien melebihi 200 orang, maka dokter jaga atau penanggung jawab
IGD saat itu, akan melapor dan meminta persetujuan kepada direktur,
bahwa pasien berikutnya akan dialihkan ke rumah sakit lain yang terdekat
 Tim penanggulangan Bencana Massal di IGD:
NO SEBUTAN JABATAN TUGAS POKOK
JABATAN STRUKTURAL
1. Ketua IGD Dokter jaga Menetapkan keadaan siaga (kode
bencana)
Melakukan Triage bersama dengan
petugas Triase
Mengatur mekanisme sistem
perawatan/pertolongan terhadap
pasien/korban
Melaporkan keadaan siaga kepada
direktur
Bertindak sebagai ketua IGD, bila
dokter jaga yang lain sudah datang
Menetapkan petugas yang
menanganimasing-masing korban
2 Memantau pelaksanaan penanganan
korban
Memastikan keterlibatan instalasi
3. pendukung dalam penanganan pada
korban
Memantau status siaga dan
4. Wakil Kepala/Pj menetapkan tingkat siaga berikutnya
KetuIGD perawat IGD bila perlu
Meminta kepada direktur untuk
5 menutup IGD bila jumlah korban
mencapai 200 orang
Tim medis Dokter Umum Menjadi petugas triage bersama dokter
6. dan Spesialis jaga IGD
Mengkoordinasi perawat bantuan yang

42
sudah datang ke IGD
9. Kepala/ Pj Kepala/ Pj ruang Mengatur alur penanganan korban
ruang bedah bedah Melakukan pemeriksaan dan
10. pertolongan korban sesuai prioritas

Kepala/ Pj Kepala/ Pj ruang


11. ruang ICU ICU Mengatur pasien yang memerlukan
tindakan bedah berdasarkan
12. ketersediaan tempat
Tim Operator
komunikasi Mengatur pasien yang memerlukan
13. tindakan ICU berdasarkan
ketersediaan tempat

14. Pj. Logistik Mengkoordinasi pemberian informasi


kepada keluarga,
15. Kepolisian dan media masa
Melaksanakan komunikasi intern dan
16. Kepala/Pj Pj. Logistik ekstern
Farmasi Menjamin tersedianya cadangan
komunikasi
Membantu menghubungi RS rujukan
Kepala/Pj Kepala/Pj
Radiologi Farmasi Menjamin tersediannya peralatan dan
yang dibutuhkan dalam penanganan
Kepala/Pj pasien dan evakuasi
Laboratorium
Kepala/Pj Menjamin tersedianya obat-obatan
Radiologi yang dibutuhkan dalam penanganan
Pj pasien dan evakuasi
Administrasi Kepala/Pj
Laboratorium Menjamin kelancaran pemeriksaan
bidang radiologi
Tim
keamanan Pj Administrasi Menjamin kelancaran pengambilan
pemeriksaan sampling darah dan
pengiriman hasil
Tim Teknik
Satpam Mencatat identitas pasien
Koordinasi ketersediaan tempat untuk
Tim korban yang perlu rawat inap dengan
transportasi Bagian teknisi perawat ruang perawatan
Mengamankan evakuasi dan arus
lalulintas kendaraan
Mengamankan barang-barang milik
pasien
Menjaga ketertiban di dalam ruang IGD

Menjamin hal-hal yang berhubungan


dengan teknik dapat berjalan baik
Mengantisipasi gangguan listrik dan
Supir ambulan komunikasi, serta menyiapkan
cadangannya

43
Mengamankan bahan-bahan/ peralatan
yang berbahaya

Menyiapkan ambulan, kendaraan


operasional lain dan penderita yang
akan dirujuk ke rumah sakit lain
Mobilisasi Tenaga Kesehatan di IGD dalam keadaan tanggap darurat/bencana sbb
TINGKAT PETUGAS YANG PEJABAT YANG KEBUTUHAN
SIAGA HARUS DINAS DIHUBUNGI TENAGA
Siaga 1 Semua dokter jaga Kepala 3 dokter umum
yang bertugas keperawatan 8 perawat
20-50 korban Dokter spesialis bidang Kepala ruangan 1 petugas
terkait IGD laboratorium
Perawat tambahan dari Koordinator 1 petugas farmasi
instalasi lain kelompok staf 1 petugas radiologi
Petugas operator medis lainnya 2 petugas
Petugas kamar bedah administrasi
bila ada kasus yang 1 petugas
perlu tindakan operasi transportasi
1 petugas logistik
Sesuai siaga 1 + 1 petugas operator
Siaga 2 dokter jaga Rumah
51-100 orang Sakit Martha Friska
Multatuli yang tidak Sesuai Siaga 1 5 dokter umum
bertugas, dengan 10 perawat
domisili terdekat 2 petugas
laboratorium
2 petugas farmasi
2 petugas radiologi
2 petugas
administrasi
Sesuai siaga 2 + 2 petugas
Siaga 3 semua dokter jaga transportasi
101-200 Rumah Sakit Martha 2 petugas logistik
korban Friska Multatuli yang Sesuai siaga 1 + 1 petugas operator
tidak bertugas Direktur Rumah
Sakit 7 dokter umum
12 perawat
2 petugas
laboratorium
3 petugas farmasi
2 petugas radiologi
3 petugas
administrasi
2 petugas
transportasi
2 petugas logistik
1 petugas operator
Jika mobilisasi tenaga tersebut diatas ternyata masih kurang, karena sesuatu
hal, maka tenaga kesehatan/medis maupun non kesehatan/medis yang
seharusnya lepas tugas, akan diperpanjang jam tugasnya
b) Pedoman jika terjadi bencana alam (gempa bumi)
Tindakan yang harus dilakukan setiap petugas adalah sebagai berikut

44
 Tetap tenang jangan panik dan berusahalah menenangkan orang
disekeliling anda
 Berlindung/ melindungi tubuh, BUKAN LANGSUNG EVAKUASI
 Kepala/ Pj ruangan menenangkan pasien ruangannya masing-masing
 Jika gempa belum berhenti
- Kepala ruangan tenangkan pasien/pengunjung
- Hubungi tim keamanan
- Tim pengamanan segera mengambil alih komando
- Selanjutnanya penanganannya sesuai SPO
c) Pedoman jika terjadi banjir
 Kepala/Pj ruangan tenangkan pasien/pengunjung
 Hubungi tim keamanan
 Tim pengamanan segera mengambil alih komando
 Selanjutnanya penanganannya sesuai SPO
d) Pedoman jika terjadi kecelakaan di Rumah Sakit Martha Friska Multatuli
Apabila terjadi suatu kecelakaan di areal Rumah Sakit Martha Friska
Multatuli yang dilakukan adalah
 Penemuan pertama segera hubungi Operator Ext 1200 atau 0 dengan
menyebutkan lokasi kejadian, nama pelapor/bagian
 Operator melakukan pemanggilan tim kode biru
 Sementara menunggu tim kode biru datang, lakukan tindakan pertolongan
pertama (P3K) kepada korban
 Tim kode biru yang datang segera melakukan resusitasi BHD (Bantuan
Hidup Dasar)/ BHL (Bantuan Hidup Lanjut)
 Setelah pasien telah stabil, bawa ke IGD
e) Pedoman jika terjadi gangguan tenaga
Apabila terjadi gangguan tenaga, seperti terputusnya arus listrik segera
laporkan kepada teknisi. Sambil menunggu perbaikan atau menghidupkan
GENSET, seluruh petugas agar mengikuti petunjuk-petunjuk sebagai berikut:
tetaplah tenang dan usahakan membuka gorden agar cahaya /sinar alam
dapat masuk. Tunggu instruksi dari kepala/Pj ruangan yang akan selalu
berhubungan dengan bagian teknisi
f) Pedoman jika terjadi gangguan keamanan (huru-hura)
Tim keamanan Rumah Sakit Martha Friska Multatuli
 Cari tahu sebab-sebab terjadinya huru hura
 Selalu koordinasi perkembangan situasi dengan keamanan terkait
 Meminta persetujuan dari direktur rumah sakit sebelum mendatangkan
bantuan Polri/ TNI
g) Pedoman jika menerima ancaman Bom dan ditemukan bom
 Ajak penelepon untuk berbicara selama mungkin (jangan diputuskan)
 Dapatkan informasi sebanyak mungkin mengenai bom dan lokasinya
 Perhatikan baik-baik suara latar belakang, logat dan aksen bicara yang
mungkin bisa memberi petunjuk mengenai umur, jenis kelamin dan lokasi
penelepon
 Selanjutnya lakukan sesuai SPO
9) Sarana- sarana penanggulangan
a) Sarana penyelamatan diri sebagai berikut
 Kode bangunan
 Jalur evakuasi
 Titik kumpul
b) Sumber listrik darurat

45
 Genset
 Security sistem (kamera CCTV+petugas keamanan 24 jam)
c) Sarana komunikasi
 Pesawat telepon
 Sound system (menjangkau semua ruangan dilingkungan rumah sakit
 Handy talky
Alat komunikasi yang dipegang oleh pihak keamanan Rumah Sakit Martha Friska
Multatuli
a) Sarana proteksi penanggulangan kebakaran
 Alat pemadam api ringan (APAR)
 Sumber listrik darurat (Genset)
 Hidrant
 Security sistem (kamera CCTV+ petugas keamanan 24 jam)
b) Denah Rumah Sakit Martha Friska Multatuli
Denah rumah sakit tiap uangan yang mencantumkan
Lokasi apar

I. KONTRUKSI DAN RENOVASI


A. Sebelum Renovasi :
1. Sebelum renovasi ada rapat koordinasi antara :
PPI RS, K3 RS, Kontraktor yang akan melakukan pembangunan/renovasi
2. Komite PPI dan K3 RS meminta kepada kontraktor untuk menjelaskan apa
saja yang akan dilakukan, mulai dari penghancuran, dan pembangunan.
3. Komite PPI dan K3RS melakukan pengkajian resiko setelah mengetahui
rencana proyek dengan melihat langkah-langkah berikut.

LANGKAH 1

TIPE KEGIATAN RENOVASI


Tipe PEMERIKSAAN DAN KEGIATAN PEMELIHARAAN UMUM
A Termasuk namun tidak terbatas pada:
 Pengangkatan plafon untuk inspeksi visual ( terbatas untuk 1 ubin per 5m 2);
 pengecatan (tetapi bukan pengamplasan);
 Instalansi penutup dinding
 Pekerjaan listrik; Pekerjaan pipa saluran air yang ringan;
 Kegiatan apa saja yang tidak menghasilkan debu atau perlu memotong
dinding atau akses ke langit-langit, selain untuk pemeriksaan visual.

Tipe B SKALA KECIL, KEGIATAN JANGKA PENDEK, YANG MENGHASILKAN


DEBU SEDIKIT
Termasuk, tetapi tidak terbatas pada, instalasi pemasangan kabel telepon dan
komputer, akses ke ruang chase, memotong dinding atau langit-langit di mana
migrasi debu dapat dikendalikan.
Tipe C KERJA APAPUN YANG MENGHASILKAN DEBU SEDANG ATAU TINGKAT
TINGGI
Termasuk, tetapi tidak terbatas pada:
 Pembongkaran atau pengangkatan komponen bangunan built-in atau rakitan,
 Pengamplasan dinding untuk mengecat atau memasang lapisan dinding,

46
 Pengangkatan lapisan lantai/wallpaper, plafon, dan casework
 Konstruksi dinding baru,
 Pekerjaan ringan saluran dan listrik di plafon
 Kegiatan perkabelan yang banyak.

Tipe PENGHANCURAN BESAR DAN PROYEK KONSTRUKSI


D Termasuk, tetapi tidak terbatas pada, penghancuran berat, penghapusan sistem
plafon yang lengkap, dan konstruksi baru. 
 Kegiatan yang membutuhkan shift kerja berturut-turut
 Memerlukan pembongkaran berat atau pemindahan/penghapusan sistem
perkabelan lengkap
 Konstruksi baru

LANGKAH 2
IDENTIFIKASI PENGENDALIAN RISIKO INFEKSI BERDASARKAN LOKASI
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2 KELOMPOK 3 KELOMPOK 4
RENDAH SEDANG TINGGI SANGAT TINGGI
- Area kantor - Perawatan pasien dan - UGD - Unit Onkologi
- Tanpa pasien/ tidak tercakup dalam - Recovery Rooms - Terapi Radiasi
area resiko Grup 3 atau 4 - Ruang - Area klinis
rendah yang - Laundry Maternitas / VK - Chemo Infusion
tidak terdaftar - Kardiologi - IBS - Transplant
dimanapun - Cafeteria - High Dependency - Pharmacy Admixture -
- Dietary Unit Ruang bersih
- Manajemen Material - Kamar bayi - Kamar Operasi
- PT/OT/Speech - Pediatrik - Departemen Proses
- - Lab Microbiologi Sterilisasi
Penerimaan/Pemulanga - Unit sub-akut - Kateterisasi Jantung
n jangka panjang (Cath Lab)
- MRI/Radiologi - Farmasi - Kamar prosedur
- Endoskopi - Dialisis invasif pasien rawat
- Obat-obatan nuklir - Area jalan
- Echocardiography Bronchoskopi - Area Anastessi &
- Laboratorium tidak pompa jantung
spesifik seperti Grup 3 - Newborn Intensive
- Koridor Umum (yang Care Unit (NICU)
dilewati pasien, suplai, - Semua Intensive Care
dan linen) Unit

LANGKAH 3
MATRIKS AKTIVITAS KONSTRUKSI
LEVEL
RESIKO
TIPE A TIPE B TIPE C TIPE D
AKTIFITAS
KONSTRUKSI
GRUP 1 Kelas I Kelas II Kelas II Kelas III/IV
GRUP 2 Kelas I Kelas II Kelas II Kelas IV
GRUP 3 Kelas I Kelas II Kelas III/IV Kelas IV
GRUP 4 Kelas II Kelas III/IV Kelas III/IV Kelas IV

47
LANGKAH 4
PEDOMAN PENCEGAHAN DARI INFEKSI KONTROL
Kelas Selama Pembangunan Proyek Setelah Penyelesaian Proyek

1. Laksanakan pekerjaan dengan 1. Bersihkan area kerja setelah


metode menimimalisasi timbulnya menyelesaikan tugas
I 2. Segera meletakan kembali ketempat
semula plafon atap yang diganti untuk
pemeriksaan yang kelihatan .

1. Menyediakan sarana aktif untuk 1. Lap permukaan kerja dengan


mencegah debu udara dari pembersih/desinfektan
penyebaran ke atmosfer 2. Wadah yang berisi limbah
2. Air kabut permukaan kerja untuk konstruksi sebelum di
mengendalikan debu pada waktu transportasi harus tertutup
pemotongan rapat
3. Seal pintu yang tidak terpakai dengan 3. Pel basah dan/atau vakum
II lakban dengan HEPA Filter, vakum
4. Blokir dan tutup ventilasi udara sebelum meninggalkan area
5. Tempatkan tirai debu di pintu masuk kerja
dan keluar area kerja 4. Setelah selesai,
6. Hilangkan atau isolasi sistem HVAC mengembalikan sistem HVAC
(Heating, Ventilation, dan Air- di mana pekerjaan dilakukan
Conditioning) yang sedang
dilaksanakan

1. Untuk mencegah kontaminasi dari 1. Jangan menghilangkan barier


sistem saluran maka dari area kerja sampai proyek
hilangkan/lepaskan atau isolasi sistem selesai diperiksa oleh
HVAC di area, dimana pekerjaan Komite/Panitia PPIRS.
sedang dilakukan Dibersihkan oleh bagian
2. Lengkapi semua barier penting yaitu kebersihan RS
sheetrock, plywood, plastic untuk 2. Hilangkan barier material
menutup area dari area yang tidak dengan hati-hati untuk
untuk kerja atau menerapkan metode meminimalisasi penyebaran
pengendalian kubus (gerobak dengan dari kotoran dan puing-puing
penutup plastik & koneksi disegel ke yang terkait dengan
III tempat bekerja dengan HEPA vakum konstruksi
untuk menyedot debu sebelum keluar) 3. Vacuum area kerja area
sebelum konstruksi dimulai dengan HEPA filtered
3. Menjaga tekanan udara negatif di vacuums
dalam tempat kerja dengan 4. Area untuk lap basah dengan
menggunakan HEPA unit yang pembersih/desinfeksi/cleaner
dilengkapi dengan penyaringan udara 5. Setelah selesai,
4. Wadah tempat limbah konstruksi mengembalikan sistem HVAC
sebelum di transportasi harus tertutup
rapat
5. Tutup wadah transportasi atau
gerobak. Pita penutup jika tidak tutup
yang kuat
IV 1. Untuk mencegah kontaminasi sistem 1. Jangan menghilangkan barier
saluran maka isolasi sistem HVAC di dari area kerja sampai proyek
area, dimana pekerjaan sedang selesai diperiksa oleh
Komite/Panitia PPIRS.

48
dilakukan Dibersihkan oleh bagian
2. Lengkapi semua barier penting yaitu kebersihan RS
sheetrock, plywood, plastic untuk 2. Hilangkan barier material
menutup area dari area yang tidak dengan hati-hati untuk
untuk kerja atau menerapkan metode meminimalisasi penyebaran
pengendalian kubus (gerobak dengan dari kotoran dan puing-puing
penutup plastik & koneksi disegel ke yang terkait dengan
tempat bekerja dengan HEPA vakum konstruksi
untuk menyedot debu sebelum keluar) 3. Wadah untuk limbah
sebelum konstruksi dimulai konstruksi harus ditutup rapat
3. Menjaga tekanan udara negatif di sebelum konstruksi
dalam tempat kerja dengan 4. Wadah transportasi atau
menggunakan HEPA unit yang gerobak agar ditutup rapat
dilengkapi dengan penyaringan udara 5. Vakum area kerja dengan
4. Segel lubang, pipa, saluran & lubang- vakum HEPA Filter
lubang kecil yang bisa menyebabkan 6. Area di pel dengan pel basah
kebocoran dengan
5. Membangun serambi/ruangan dan pembersih/desinfektan
semua personil melewati ruangan ini 7. Setelah selesai
sehingga dapat disedot debunya mengembalikan sistem HVAC
dengan vakum cleaner HEPA dimana pekerjaan dilakukan
sebelum meninggalkan tempat kerja
atau mereka bisa memakai kain atau
baju kertas yang di lepas setiap kali
mereka meninggalkan tempat kerja
6. Semua personil memasuki tempat
kerja diwajibkan untuk mengenakan
penutup sepatu. Penutup sepatu
harus diganti setiap kali pekerja keluar
dari area kerja

LANGKAH 5
Kemudian Tim PPI membuat surat izin renovasi dengan mengisi formulir dengan
memperhatikan langkah-langkah pengkajian akibat dampak renovasi.

Izin Konstruksi Pengendalian Infeksi


No Izin:
Lokasi Konstruksi: Tanggal Mulai Proyek:
Koordinator Proyek: Perkiraan Durasi:
Kontraktor Kerja Tanggal Izin Kadaluarsa:
Supervisor: Telepon:
YA TIDAK AKTIVITAS KONSTRUKSI YA TIDAK KELOMPOK RISIKO
PENGENDALIAN
INFEKSI
TIPE A: Inspeksi, aktivitas KELOMPOK 1: Risiko
non-invasif Rendah
TIPE B: Skala kecil, durasi KELOMPOK 2: Risiko
singkat, tingkat sedang Sedang
sampai tinggi
TIPE C: Aktivitas GROUP 3: Risiko
menghasilkan debu tingkat Medium / Tinggi

49
sedang sampai tinggi,
memerlukan lebih dari 1 shift
kerja untuk penyelesaian
V TIPE D: Durasi lama dan V GROUP 4: Risiko Paling
aktivitas konstruksi Tinggi
membutuhkan shift kerja yang
berturutan.
KELAS I 1. Melaksanakan kerja dengan metode yang meminimalkan debu dari lokasi
konstruksi.
2. Mengganti plafon yang dilepaskan untuk inspeksi sesegera mungkin.
3. Pembongkaran minor untuk perombakan ulang.
KELAS II 1. Menyediakan sarana aktif untuk mencegah debu terbang ke atmosfer.
2. Basahi permukaan kerja untuk mengontrol debu saat pemotongan.
3. Segel pintu yang tidak terpakai dengan lakban.
4. Tutup dan segel ventilasi udara.
5. Seka permukaan dengan pembersih/disinfektan.
6. Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah yang tertutup rapat sebelum
dipindahkan.
7. Pel basah dan/atau vakum dengan alat vacuum dengan filter HEPA
sebelum meninggalkan area kerja.
8. Tempatkan keset di pintu masuk dan keluar area kerja.
9. Isolasi sistem HVAC pada lokasi tempat berlangsungnya pekerjaan;
kembalikan seperti semula saat pekerjaan selesai.

KELAS III 1. Dapatkan izin pengendalian infeksi sebelum konstruksi dimulai.


2. Isolasi sistem HVAC pada lokasi tempat berlangsungnya pekerjaan untuk
Tanggal mencegah kontaminasi sistem saluran.
3. Lengkapi semua barier kritis atau implementasikan metode pengontrolan
kubus sebelum konstruksi dimulai.
4. Pertahankan tekanan udara negatif di lokasi kerja menggunakan unit
Paraf filtrasi udara dengan filter HEPA.
5. Jangan menghilangkan barier dari area kerja sampai proyek selesai dan
diperiksa oleh Pencegahan dan Pengendalian Infeksi serta dibersihkan
secara menyeluruh oleh Layanan Lingkungan.
6. Vakum area kerja dengan alat vakum dengan filter HEPA.
7. Pel basah dengan pembersih/disinfektan.
8. Buang material barier dengan hati-hati untuk meminimalkan penyebaran
kotoran dan debris yang terkait dengan konstruksi.
9. Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah yang tertutup rapat sebelum
dipindahkan.
10. Tutupi tempat sampah atau troli yang dipakai untuk transportasi. Plester
penutupnya.
11. Setelah selesai, kembalikan sistem HVAC seperti semula pada lokasi
pekerjaan.

KELAS IV 1. Dapatkan izin pengendalian infeksi sebelum konstruksi dimulai.


2. Isolasi sistem HVAC pada lokasi tempat berlangsungnya pekerjaan untuk
mencegah kontaminasi sistem saluran.
3. Lengkapi semua barier kritis atau implementasikan metode pengontrolan

50
kubus sebelum konstruksi dimulai.
Tanggal
4. Pertahankan tekanan udara negatif di lokasi kerja menggunakan unit filtrasi
udara dengan filter HEPA.
5. Segel lubang, pipa, saluran, atau tusukan dengan benar.
6. Buat ruang serambi/anteroom dan pastikan semua personil untuk melewati
Paraf ruangan ini sehingga mereka dapat divakum menggunakan alat vakum
dengan filter HEPA sebelum meninggalkan area kerja atau mereka dapat
memakai baju kerja dari kain atau kertas yang dilepaskan setiap kali
meninggalkan area kerja.
7. Semua personil yang memasukki area kerja diwajibkan untuk memakai
penutup sepatu.
8. Jangan menghilangkan barier dari area kerja sampai proyek selesai dan
diperiksa oleh Pencegahan dan Pengendalian Infeksi serta dibersihkan
secara menyeluruh oleh Layanan Lingkungan.
9. Vakum area kerja dengan alat vakum dengan filter HEPA.
10. Pel basah dengan disinfektan.
11. Buang material barier dengan hati-hati untuk meminimalkan penyebaran
kotoran dan debris yang terkait dengan konstruksi.
12. Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah yang tertutup rapat sebelum
dipindahkan.
13. Tutupi tempat sampah atau troli yang dipakai untuk transportasi. Plester
penutupnya.
14. Setelah selesai, kembalikan sistem HVAC seperti semula pada lokasi
pekerjaan.

Persyaratan Tambahan:

Pimpinan Proyek Komite PPIRS/ IPCN


________________ _____________
Tanggal Paraf
Tanggal Paraf
Pengecualian/Tambahan terhadap izin ini
tercantum pada memorandum yang
dilampirkan.
Izin diminta oleh: Izin disahkan oleh:
Tanggal: Tanggal:

4. Sebelum pelaksanaan pembangunan dan renovasi bangunan komite PPI, K3 RS


dan kesling memberikan edukasi kepada pihak perencana dan pelaksana
proyek.
5. Setelah surat izin diberikan Tim PPI bersama K3 dan kontraktor mengecek area
yang akan di bangun atau renovasi dengan melihat formulir ini :

Tanggal/Waktu Survey
Area
Proyek

51
KRITERIA YA TGL Ket
A. Apakah konstruksi dapat mempengaruhi akses keluar dari
area perawatan yang berbatasan dengan lokasi
pembangunan?
B. Apakah terdapat salah satu dari bahaya lingkungan di bawah
ini?
1) Asbes
2) Bahan kimia berbahaya
3) Ruang sempit
j4) Lainnya (misalnya masalah pengendalian infeksi)
C. Apakah salah satu dari sistem berikut ini dapat berdampak
buruk?
1) Alarm Kebakaran
2) Sprinkler/Penyemprot air
3) Listrik
4) Air Domestik
5) Oksigen
6) Limbah
7) Heating Ventilation Air Conditioner ( HVAC )
D. Pengendalian Infeksi
Melakukan edukasi kepada manajer, staf medis, petugas
kesehatan lingkungan, dan staf lain tentang risiko pasien
immuno-supresi terhadap debu konstruksi.
1) Kontraktor diberikan salinan, pengelolaan bahan berbahaya,
definisi kode darurat , dan dokumentasi lainnya yang harus dikaji
untuk mengurangi risiko cedera dan penyakit pada karyawan.
2) Dokumen tersebut dikaji bersama kontraktor beserta pertanyaan
dan jawabannya.
3) Pengkajian lokasi dan metode pemasangan barrier debu
sementara
4) Menilai efisiensi yang berkaitan dengan kemampuan penghambat
debu (dust barriers) terhadap pencegahan keluarnya partikulat
5) Menilai efektifitas ventilasi aliran udara negatif dan sistem filtrasi
6) Terdapat peralatan untuk menangkap partikulat seperti vakum
dan peralatan HEPA yang sesuai dengan urutan kerja.
7) Evaluasi rencana pembersihan dan pengendalian
8) Pengkajian dan evaluasi pola kontrol sirkulasi dan lalu lintas
9) Pengkajian pembatasan / larangan untuk kegiatan konstruksi /
pembongkaran dengan kontraktor.
10)Terdapat exhaust fan dan berfungsi dengan baik.
11) Terdapat unit filtrasi HEPA di daerah perawatan pasien yang
berdekatan dengan area konstruksi dan berfungsi dengan baik.
12)Tersedianya ruang isolasi yang memadai.
13)Pembahasan permasalahan rumah tangga
14)Matras rekat yang tersedia di lokasi.
E. Keselamatan Jiwa
1) Apakah ada jalan keluar yang disetujui diblokir?
2) Apakah lalu lintas ke Emergency Room diblokir? Jika ya, apakah
3) Apakah renovasi mempengaruhi area yang digunakan?

52
KRITERIA YA TGL Ket
4) Apakah modifikasi signifikan terjadi untuk asap atau api dinding
5) penghalang?
Apakah proyek menambahkan selain struktur yang ada?

Ka. IPSRS ________________________________________ Tanggal


__________________

Ka.KPPI _________________________________________
Tanggal___________________

Kontraktor_________________________________________
Tanggal___________________

Petugas K3 ________________________________________ Tanggal


__________________

B. Selama Renovasi :
Selama dalam proses pembangunan, tim pengawas proyek ( komite PPI, K3 dan
kesling) melakukan monitoring terhadap pelaksanaan pekerjaan menggunakan formulir
di bawah dan sesuai surat kesepakatan bersama. Jika tidak sesuai maka akan di bahas
melalui rapat bersama (kontaraktor, PPI dan K3 RS kemudian hasil rapat harus di
terapkan dan di evaluasi kembali serta didokumentasikan. Apabila pihak kontraktor
tidak juga menjalankan sesuai dengan perjanjian, pembangunan dapat
dihentikan/ditunda untuk sementara waktu sampai dengan kriteria hasil rapat terpenuhi.

FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN


Area Renovasi :
Tanggal pemantauan :
KELAS III
No Kegiatan Ya Tidak Keterangan
1 Mengisolasi sistem HVAC di area kerja untuk
mencegah kontaminasi sistem saluran.
2 Siapkan pembatas area kerja atau terapkan
metode kontrol kubus (menutup area kerja dengan
plastik dan menyegel dengan vakum HEPA untuk
menyedot debu keluar) sebelum konstruksi
dimulai.
3 Menjaga tekanan udara negatif dalam tempat kerja
dengan menggunakan unit penyaringan udara
HEPA.
4 Letakkan limbah kontruksi dalam wadah yang
tertutup rapat sebelum dibuang.

53
5 Tutup wadah atau gerobak transportasi limbah.
6 APD petugas lengkap

KELAS IV
No Kegiatan Ya Tidak Keterangan
1 Mengisolasi sistem HVAC di area kerja untuk
mencegah kontaminasi sistem saluran.
2 Siapkan pembatas area kerja atau terapkan metode
kontrol kubus (menutup area kerja dengan plastik dan
menyegel dengan vakum HEPA untuk menyedot debu
keluar) sebelum konstruksi dimulai.
3 Menjaga tekanan udara negatif dalam tempat kerja
dengan menggunakan unit penyaringan udara HEPA.
4 Menyegel lubang, pipa, dan saluran.
5 Membuat anteroom dan mewajibkan semua personel
untuk melewati ruangan ini sehingga mereka dapat
disedot menggunakan vacuum cleaner HEPA sebelum
meninggalkan tempat kerja atau mereka bisa memakai
pakaian kerja yang lepas setiap kali mereka
meninggalkan tempat kerja.
6 Semua personil memasuki tempat kerja diwajibkan
untuk memakai penutup sepatu. Sepatu harus diganti
setiap kali keluar dari area kerja.

Petugas yang mengobservasi

(…………………………………….)

C. Post Konstruksi
Setelah pembangunan/renovasi selesai tim PPI, Sanitasi dan K3 RS harus
melakukan survey langsung ke area pembangunan apakah hasil pembangunan sudah
sesuai dengan yang direncanakan. Kemudian melakukan tes ke ruangan apakan sudah
layak untuk digunakan atau belum seperti kualitas udara, kaualitas air dan kultur
dinding, udara dan apabila hasil yang ditemukan masih terdapat bakteri atau belum
layak PPI, Sanitasi dan K3 RS mengirimkan surat kepada manajement bahwa ruangan
tersebut belum boleh digunakan karna hasil pengujian belum layak.
Kemudian PPI, Sanitasi dan K3 RS berkoordinasi kepada bagian kebersihan untuk
membersihkan ruangan yang akan digunakan dan kemudian di test kembali sampai
ruangan yang akan digunakan benar-benar layak. Adapun formulir yang digunakan
untuk pemantauan pasca konstruksi adalah dibah ini :

Tangga/Time of Survey
Facility Engineer
Area supervisi
Proyek

54
Kegiatan YA TGL Ket
A. Penyelesaian Proyek
1) Pembilasan sistem air utama untuk membersihkan debu pada pipa
2) Pembersihan zona konstruksi sebelum memindahkan barrier
konstruksi
3) .
Pemeriksaan jamur dan lumut. Bila ditemukan lakukan
pembersihan.
4) Verifikasi parameter ventilasi pada area baru sesuai kebutuhan.
5) Jangan menerima apabila terdapat kekurangan ventilasi terutama
di daerah perawatan khusus.
6) Bersihkan atau ganti filter HVAC sesuai prosedur penahanan debu
yang
7) tepat.
Pindahkan barrier dan bersihkan daerah dari semua debu yang
dihasilkan selama pekerjaan / proyek.
8) Pastikan bahwa keseimbangan tekanan udara di kamar operasi
dan lingkungan sekitarnya dapat dicapai sebelum ruangan digunakan.
9) Kondisi ruang sesuai indikasi terutama di kamar operasi dan
lingkungan sekitarnya, pastikan bahwa spesifikasi teknis sesuai yang
disyaratkan.
B. Apakah system berikut ini diuji dan berfungsi baik?
1) Alarm kebakaran – lepaskan penutup detektor & lakukan
pengujian
2) dari panel kontrolair - terhubung ke saluran utama dan
Sprinkler/Penyemprot
3) Listrik – pengujian
betekanan cukup switch/tombol dan pengontrolan
4) Sumber air buka, dan cek suhu
5) Gas Medis
6) Limbah – hilangkan sumbatan
7) HVAC - pemasangan filter, menghilangkan penyumbatan, uji
keseimbangan
C. Lingkungan tekanan
1) Bersihkan puing-puing, peralatan, perlengkapan, & bahan-bahan
bangunan
2) Vacuum & bersihkan permukaan di semua area konstruksi untuk
menghilangkan
D. debu
Isolation barriers
1) Pelindung harus di lap basah, disedot dengan hepa, atau diberi
uap air sebelum dibongkar
2) Pelindung harus dipindahkan dengan hati-hati untuk
meminimalkan penyebaran kotoran & puing-puing
E. Pengendalian infeksi
Tinjau indikasi untuk melakukan kultur lingkungan dengan satker
terkait.
Periksa daerah konstruksi setelah pembersihan akhir dan
menyetujui penggunaannya
F. Keamanan Kebakaran
Tersedianya peralatan pemadam kebakaran
G. Keselamatan Jiwa
1) Pintu keluar & rute ke UGD dibuat kembali
2) Penempatan tanda pintu keluar dengan tepat

Ka. IPSRS ___________________________________ Tanggal,


___________________

Ka. KPP I ____________________________________


Tanggal____________________

55
Kontraktor ___________________________________ Tanggal
___________________

Petugas K3 ___________________________________ Tanggal


____________________

Penilaian Risiko Pra Konstruksi


No Penilaian Risiko Ya Tidak Jika ya, maka
langkah yang
harus diambil
I Keselamatan Kebakaran
Jalur Keluar (Exit) – Apakah
proyek mempunyai potensi
1 mempengaruhi jalur keluar yang
diperlukan atau perlu jalan keluar
dengan cara lain ?
Jalur Keluar (Exit) – Apakah jalur
keluar yang terkena tidak dapat
2
digunakan oleh orang lain selain
staf konstruksi ?
II Akses Emergency
Apakah proyek memiliki potensi
1
untuk menghalangi akses ?
Apakah proyek memiliki potensi
2 untuk menghalangi akses bila
terjadi keadaan darurat
III Perlindungan Kebakaran
Apakah kegiatan proyek
1 mempengaruhi sistem deteksi
kebakaran?
Apakah kegiatan proyek
2 mempengaruhi sistem pencegah
kebakaran?
IV Proteksi Kebakaran
Apakah kegiatan proyek
1
memerlukan APAR
Apakah kegiatan proyek
2 memerlukan staf dilatih terhadap
respon kebakaran
Apakah proyek membutuhkan
3
partisi sementara?
Apakah surat perintah proyek ada
4
tambahan latihan kebakaran?
Akankah rencana proyek /
5 kegiatan mempengaruhi fitur
struktural
Apakah proyek memerlukan
6 peningkatan inspeksi pengawasan
bahaya?
Apakah ada penggunaan api
7 (mengelas) dalam mendukung
proyek?

56
Apakah perlu poster dipasang
8
ditempat pekerjaan
V Sistem Utilitas
Selama kegiatan proyek yang
salah satu dari berikut mungkin
1 terganggu atau terpengaruh di
daerah manapun di luar area
kerja?
2 Pasokan Air
3 Drainase
4 Daya listrik
5 Sistem ventilasi
6 Oksigen
7 Vacum
8 Katup sprinkle
VI Lingkungan
Siapa yang bertanggung jawab
1 untuk membersihkan sehari-hari di
dalam area kerja?
Apakah membersihkan lokasi
2 diperlukan pada akhir setiap hari
kerja?
Apakah ada kebutuhan khusus
yang diperlukan untuk
3
membersihkan lokasi pada akhir
proyek?
Apakah pekerjaan cenderung
4 menghasilkan setiap bau
berbahaya atau tidak biasa?

1. Rumah sakit merencanakan renovasi di gedung RSU Martha Friska Multatuli


dengan pihak kontraktor, dalam hal kegiatan ini. Ada langkah-langkah yang harus
dilakukan :
a. Sebelum Renovasi
1) Sebelum renovasi ada rapat koordinasi antara PPI RS, K3 RS,
Kontraktor yang akan melakukan pembangunan/renovasi
2) Komite PPI dan K3 RS meminta kepada kontraktor untuk menjelaskan
apa saja yang akan dilakukan, mulai dari penghancuran, dan
pembangunan.
3) Komite PPI dan K3 RS melakukan pengkajian resiko setelah
mengetahui rencana proyek dengan melihat langkah-langkah berikut.
a) Menentukan tipe kegiatan renovasi
b) Identifikasi Pengendalian Risiko Infeksi Berdasarkan Lokasi
c) Membuat matriks aktivitas kontruksi
d) Tim PPI di RSU Martha Friska Multatuli membuat Pedoman
Pencegahan dari Infeksi Kontrol.
e) Kemudian Tim PPI membuat surat izin renovasi dengan mengisi
formulir dengan memperhatikan langkah-langkah pengkajian akibat
dampak renovasi.
4) Sebelum pelaksanaan pembangunan dan renovasi bangunan komite
PPI, K3 RS dan kesling memberikan edukasi kepada pihak perencana
dan pelaksana proyek.

57
5) Setelah surat izin diberikan Tim PPI bersama K3 dan kontraktor
mengecek area yang akan di bangun atau renovasi dan mengisi form.
b. Pengerjaan renovasi
Selama dalam proses pembangunan, tim pengawas proyek ( komite PPI,
K3 dan kesling) melakukan monitoring terhadap pelaksanaan pekerjaan
menggunakan formulir.
c. Setelah renovasi
Setelah renovasi selesai tim PPI, Sanitasi dan K3 RS harus melakukan
survey langsung ke area pembangunan apakah hasil pembangunan sudah
sesuai dengan yang direncanakan. Kemudian melakukan tes ke ruangan
apakan sudah layak untuk digunakan atau belum seperti kualitas udara,
kaualitas air dan kultur dinding, udara dan apabila hasil yang ditemukan
masih terdapat bakteri atau belum layak PPI, Sanitasi dan K3 RS
mengirimkan surat kepada manajement bahwa ruangan tersebut belum
boleh digunakan karna hasil pengujian belum layak.

J. PENDIDIKAN STAF
1. Rumah sakit merencanakan pelatihan bagi staf yang sudah ditunjuk dalam
hal mengoperasikan peralatan medis dan sistem utiliti, menghadapi bencana,
kebakaran, penanganan limbah, gas medis, emergensi air dan listrik.
2. Rumah sakit melakukan self assesmen terhadap peran emergensi utiliti
dengan menanyakan, memperagakan, dan hasilnya didokumentasikan untuk
peningkatan.

BAB IV
DOKUMENTASI
A. KEPEMIMIPINAN DAN PERENCANAAN

58
1. Kebijakan tentang fasilitas rumah Sakit
2. Program perencanaan keselamatan dan keamanan, pengelolaan bahan dan
limbah berbahaya dan beracun (B3), proteksi kebakaran, peralatan medis,
dan sistem utilitas, penanganan kedaruratan dan bencana, kontruksi dan
renovasi dan pelatihan yang terkini dan dilaksanakan sepenuhnya serta
dievaluasi secara periodik
3. SK SPI (sistem pengawasan internal)
4. Program SPI

B. KESELAMATAN DAN KEAMANAN FASILITAS


1. Program keselamatan dan keamanan fasilitas fisik yang diidentifikasi sebagai
berisiko
2. Dokumentasi hasil pemeriksaan fasilitas fisik yang terkini dan akurat
3. Program rencana mengurangi resiko yang nyata berdasarkan pemeriksaan
tersebut
4. Dokumen pelaksanaan mengurangi resiko
5. Program memonitor keselamatan dan keamanan
6. Pemantauan pada daerah berisiko keamanan sesuai penilaian risiko di rumah
sakit. Pemantauan dapat dilakukan dengan penempatan petugas keamanan
(sekuriti) dan atau memasang kamera sistem CCTV yang dapat dipantau oleh
sekuriti.
7. RAB (Rencana Anggaran Bisnis) tentang keselamatan dan keamanan pasien
8. RAB untuk meningkatkan atau mengganti sistem, bangunan, atau komponen
yang diperlukan agar fasilitas tetap dapat beroperasi secara aman dan efektif
9. Dokumen pelaksanaan untuk mencegah cidera dan mempertahankan kondisi
aman bagi pasien ,keluarga, staff dan pengunjung
10. SPO Survey untuk keselamatan pasien bila pelaksanaan pembangunan dan
pelayanan oleh pihak independen
11. Dokumen evaluasi tentang kondisi fisik bangunan rumah sakit saat ini
12. Dokumen rencana tindak lanjut dari kondisi saat ini
13. Melindungi semua individu yang berada di lingkungan rumah sakit terhadap
kekerasan, kejahatan dan ancaman; dan
14. Menghindari terjadinya kehilangan, kerusakan, atau pengrusakan barang
milik pribadi maupun rumah sakit.
15. Menjamin lingkungan yang aman dengan memberikan identitas/tanda
pengenal (badge nama sementara atau tetap) pada pasien, staf, pekerja
kontrak, tenant/penyewa lahan, keluarga (penunggu pasien), atau
pengunjung (pengunjung di luar jam besuk dan tamu rumah sakit) sesuai
dengan regulasi rumah sakit;

C. PENGELOLAAN BAHAN DAN LIMBAH BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)


1. Dokumen identifikasi dandaftar terbaru limbah berbahaya
2. Program rencana kegiatan penanganan, penyimpanan dan penggunaan
bahan berbahaya serta tatacara pembuangannya
3. Dokumen rencana sistem pelaporanan dan investigasi dari tumpahan,
paparan
(exposure)dan insiden lainnya
4. SPO penanganan limbah yang benar di dalam rumah sakit dan pembuangan
limbah berbahaya secara aman dan sesuai ketentuan hukum
5. SPO alat dan perlindungan yang benar dalam penggunaan, ada tumpahan
dan paparan
6. Dokumen persyaratan (izin, lisensi,ketentuan persyaratan lainnya )

59
7. Program dan pelaksanaan pemasangan label pada bahan dan limbah
berbahaya.
8. Dokumentasi hasil survey yang dilakukan oleh pihak independen

D. PROTEKSI KEBAKARAN
1. Program keamanan dari kebakaran meliputi: Program pengurangan risiko
kebakaran, Program assesmen risiko kebakaran saat ada pembangunan di
atau berdekatan dengan fasiitas, Program deteksi dini kebakaran dan asap,
Program meredakan kebakaran dan pengendalian asap, Program evakuasi
bila terjadi kedaruratan akibat kebakaran.
2. Dokumen hasil dari program keamanan dari kebakaran
3. SPO sistem deteksi kebakaran dan pemadaman
4. Program pelatihan staf dalam menanggulangi bencana kebakaran
5. Program pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan alat
6. MoU dengan pihak independen tentang penanganan rencana pengamanan
kebakaran
7. Kebijakan untuk pelarangan merokok berlaku bagi pasien, keluarga,
pengunjung, dan staf.

E. PERALATAN MEDIS
1. Program rencana pengelolaan peralatan medis
2. Dokumen hasil monitoring terhadap peralatan medis meliputi: daftar inventaris
alat medis, insfeksi secara teratur, uji coba peralatan medis sesuai
rekomendasi pabrik.
3. Program pemeliharaan preventif
4. SPO Penggunaan dan Pemeliharaan alat medis
5. Surat tugas tenaga yang kompeten untuk memberikan pelayanan ini

F. SISTEM UTILITAS (SISTEM PENDUKUNG)


1. Program penyediaan air yang meliputi:identifikasi area dan pelayanan yang
berisiko paling tinggi bila terjadi air minum terkontaminasi atau terganggu,
mengurangi risiko bila hal itu terjadi, merencanakan sumber air minum
alternatif dalam keadaan darurat
2. Program penyediaan listrik yang meliputi: identifikasi area dan pelayanan
yang berisiko paling tinggi bila terjadi kegagalan listrik, mengurangi risiko bila
hal itu terjadi, merencanakan sumber listrik alternatif dalam keadaan darurat.
3. Dokumentasi hasil identifikasi sistem listrik, gas medis, limbah, ventilasi dan
kunci.
4. Dokumentasi perencanaan pemeliharaan sistem listrik, gas medis, limbah dan
kunci secara periodik.
5. Dokumentasi hasil monitoring dan tindak lanjut dalam peningkatan utilitas

G. PENANGANAN KEDARURATAN DAN BENCANA


1. Dokumen hasil identifikasi bencana internal dan eksternal yang besar, seperti
keadaan darurat di masyarakat, wabah dan bencana alam atau bencana
lainnya serta kejadian wabah besar yang menyebabkan terjadinya risiko yang
signifikan.
2. Program ujicoba menghadapi bencana: Strategi komunikasi pada kejadian,
Pengelolaan sumber daya pada waktu kejadian, termasuk sumber daya
aternatif, Pengelolaan kegiatan klinis pada waktu kejadian, termasuk alternatif
tempat pelayanan, Identifikasi dan penugasan peran dan tanggungjawab staff
pada waktu kejadian, Proses untuk mengelola keadaan darurat/kedaruratan
bila terjadi pertentangan antara tanggung jawab staf secara pribadi dengan

60
tanggung jawab rumah sakit dalam hal penugasan staf untuk pelayanan
pasien. 3. Dokumen hasil evaluasi uji coba bencana

H. KONTRUKSI DAN RENOVASI


Dokumentasi dilakukan dari mulai awal pengajuan permohonan pembangunan
sampai akhir selesai renovasi seperti:
1. Surat pengajuan renovasi
2. Denah lokasi pembangunan dan denah rencana yang akan dibangun
3. Surat izin pembangunan
4. Persyaratan pembangunan seperti penggunaan APD, mengisolasi tempat
pembangunan
5. Hasil pengawasan selama pembangunan dilaksanakan
6. Masalah yang timbul selama pembangunan
7. Pemantauan seteleh selesai pembangunan (bukti kultur udara, air dan dinding
juga ketepatan pemasangan kabel dan lain sebagainya)

I. PENDIDIKAN STAF
1. Program pelatihan bagi staf yang sudah ditunjuk dalam hal mengoperasikan
peralatan medis dan sistem utiliti, menghadapi bencana,
kebakaran,penanganan limbah, gas medis,emergensi air dan listrik.
2. Dokumen self assesmen terhadap peran emergensi utiliti dengan
menanyakan, memperagakan, hasil didokumentasikan untuk peningkatan.

61

Anda mungkin juga menyukai