Anda di halaman 1dari 5

Ahmad Ghozin Abdil Aziz

Ilmu Al-Quran dan Tafsir


Semester 4-A

Masifnya Gerakan Khilafatul Muslimin di Tengah Gencaran Moderasi Beragama

Abstrak: Di era modern sudah menjadi sebuah keharusan, untuk bertransformasi menjadi lebih modern dalam
teknologi, maka seiring perkembangannya akan tumbuh pemikiran pemikiran yang modern juga. Hal ini dilatar
belakangi oleh berbagai aspek, yaitu aspek agama, Pendidikan, ekonomi, politik, social dan budaya. Namun
berbagai fakta menarik soal trsanformasi agama dikalangan masyarakat, begaimana mestinya relasi antara
organisasi atau kelompok islam Bersama sama merumuskan bagaimana khazanah keislaman tersebar dengan
semestinya, ramainya perdebatan modernitas semakin diperdebatkan, dengan banyaknya intelektual muslim di
Indonesia yang memiliki pendapat dan pandangannya masing masing sehingga moderasi beragama semakin
relevan dan menjadi tuntutan untuk masyarakat luas, namun di tengah gencaran moderasi meragama dikalangan
masyarakan saat ini muncul Kembali Gerakan Gerakan islam kanan yang menyerukan bahwa sangat amat
begitu penting menerapkan syariat islam secara formal dalam tatanan bernegara yang mana konsep kesetaraan
gender, moderasi beragama, demokrasi, dan sebagainya yang oleh kebanyakan telah disepakati sebagai ideologi
yang final, maka sebagaimana tulisan ini akan menjadikan khilafatul muslimin sebagai kajian, bagaimana justru
agama.

Kata Kunci: kata kunci 1; Khilafatul Muslimin 2; Radikal 3; Moderasi beragama.

1. Pendahuluan
Islam adalah agama yang menjadi rahmat bagi semua alam, Islam merupakan agama dakwah yang
disebarluaskan mulai dari Nabi sampai kepada umat yang sekarang (Alam, L. 2016). 1 Dengan penyebaran
agama Islam yang semakin luas, maka semakin luas pula pemahaman tentang Islam. Seiring berjalannya waktu,
umat Islam untuk saling menghargai satu sama lain, baik kepada pemeluk agama yang sama maupun pemeluk
agama yang berbeda.
Di e ra modern, perkembangan ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi juga membuat berbagai macam
aliran pemahaman muncul (Rofiq, M. N. 2018). Baik pemahaman yang moderat bahkan sampai aliran
pemahaman yang radikal. Islam menjadi salah satu yang berperan penting dalam menjaga keutuhan baik
beragama maupun bermasyarakat. Munculnya paham radikalisme dalam masyarakat menjadi tugas bersama
dalam memfilter informasi-informasi yang diterima (Sabiruddin, S. 2019). Moderasi beragama menjadi jalan
penengah bagi tercitanya kedamaian di tengah umat.
Namun tidak begitu puas dengan adanya moderasi beragama, kenyataannya gerakan gerakan islam yang
anti terhadap pemerintahan yang sah. Indonesia memberikan fakta menarik soal ini. Berbarengan dengan
gerakan reformasi, kita dipertontonkan dengan kemunculan gerakan-gerakan keagamaan yang menyerukan
pentingnya penerapan syariat Islam secara formal dalam negara seperti Front Pembela Islam (FPI), Hizbut
Tahrir, Majelis Mujahidin Indonesia, Jamaah Anshorut-Tauhid, Forum Umat Islam, Komite Persiapan
Penegakan Syariat Islam (KPPSI), Laskar Jihad dan Khilafatul Muslimin. Oleh karena itu, tak mengherankan
bila meskipun Michael Burleigh menyebut abad ini sebagai age of reason yang menjadi ruh utama modernitas,
namun pada saat yang bersamaan juga disebut sebagai century of faiths atau age of faiths.2
Akhir akhir ini kita diperbincangkan Kembali dengan munculnya Khilafatul Muslimin, di bandar
lampung.hal ini adalah suatu bentuk kurangnya pengawasan dari pemerintah khususnya dan masyarakan yang
awam terhadap gerakan gerakan kelompok islam yang menyalahi aturan yang sudah sah termaktub dalam
ideologi negara. Sejauh ini tidak ada konsensus yang muncul yang mengikat mengenai bagaimana seharusnya
komunitas Muslim bersikap terhadap modernitas.
pendekatan atau perspektif yang dipakai pada kajian isu kontemporen ini menggunakan kajian sosiologi
sehingga apa yang dibahas dalam al-quran dan realita yang ada dilapangan menjadi semakin krusial
keberadaannya. Artikel ini secara khusus akan memotret dan membahas gerakan fundamentalise Islam dengan

1
Ibnu hajar sainuddin, Jurnal Moderasi beragama dan radikalisme di era modern.
2
Michael Burleigh, Earthly Power: The Clash of Religion and Politics in Europe From the French Revolution to
the Great War (Australia: Harper & Collins, 2007)
Khilafatul Muslimin sebagai kasusnya. Saya tertarik untuk membahas gerakan ini sebagai kasus dan
meletakkannya dalam perbincangan “Agama dan Modernitas.”

1. Sekilas tentang Khilafatul Muslimin


Tepatnya di Bandar Lampung, sekitar 14 tahun yang lalu, gerakan khilafatul Muslimin ini dicetuskan pada
hari Jum’at, 13 Rabi’ul Awal 1418 H atau 18 Juli 1997. Gerakan ini dipimpin oleh Abdul Qadir Baraja
merupakan teman dari Abu bakar Ba’asyir. Yang mana Abu Bakar Ba’asyir ini merupakan tokoh islam di
Indonesia keturunan Arab beraliran Salafi Jihadi, yang dianggap memiliki banyak keterkaitan dengan beberapa
peristiwa dan aksi terorisme di Indonesia. 3 Komunitas Khilafatul Muslimin atau jama’ah gerakan tersebut
memanggilnya dengan sebutan “Khalifah” atau amir dan membaiatnya sebagai pemimpin sah atas umat islam
seluruh dunia.
Menurut mereka Kekhalifahan harus dirintis, dan generasi selanjutnya berkewajiban menyempurkannya. Ia
merupakan prasyarat kejayaan Islam beserta kaum Muslim. Mereka juga memahawi bahwa kunci kejayaan
muslim masa dulu tercapai lantaran keberhasilannya dalam mempersatukan dan mempertahankan keutuhan
umat berada di bawah satu kepemimpinan, yang disebut sebagai khilafah. Khilafah ini, secara organisasional
dan politik, terbentuk karena adanya baiat berupa sam’an wa tha’atan (mendengar dan taat) dari rakyat kepada
ulil amri atau pemimpin. Itulah yang disebut dengan baiat.4
Hal ini sudah sangat fatal jika dilakukan di Indonesia bahkan di belahan dunia manapun itu, karena
sejatinya system pemerintahan dengan khilafah sudah tidak relevan jika diterapkan pada zaman sekarang,
karena sejatinya budaya masyarakat di setiap daerah pun begitu berbeda apalagi jika disandingkan dengan
budaya masa lalu yang mana menerapkan system pemerintahan seutuhnya sesuai syari’at yang mereka maksud.
Layaknya pemerintahan pada umumnya, mereka juga memiliki struktur yang menopang kekhilafahan
mereka. Struktur pemerintahan tertinggi adalah Khalifah atau Amirul mukminin, yakni Abdul Qadir Baraja. Ia
menetap di Lampung, sebagai pusat pemerintahan. Struktur di bawahnya terdapat Katib al-Khilafah (wakil atau
sekretaris khalifah). Ia bertugas membantu menjalankan pemerintahan manakala khalifah tidak berada di pusat
pemerintahan. Meski keduanya merupakan pelaksana tugas tertinggi dalam struktur pemerintahan, namun di
atasnya terdapat sebuah dewan yang disebut mustasyar (penasehat), yang setara dengan wilayatul faqih di Iran.
Merekalah yang berwenang memberi masukan, saran kepada khalifah terhadap masalah umat yang perlu
dipecahkan.
Dengan posisi ini, maka jelas bahwa kekhlifahan bagi KM adalah sebuah keharusan, kewajiban. Mengikuti
atau berIslam di bawah payung sistem selain kekhalifahan adalah suatu kekafiran. Pandangan ini jelas berbeda,
misalnya dengan Husein Heikal. Bagi Heikal, tidak ada keraguan sama sekali bahwa Islam dan demokrasi
adalah sinkron dalam semua hal yang esensial. Bahkan, lebih jauh, ia mengatakan bahwa setiap sistem yang
yang tidak berdiri di atas prinsip-prinsip demokrasi adalah tidak sesuai dengan kaidah-kaidah utama yang
diserukan oleh Islam.5
Maka dari itu ajaran seperti di atas ini merupakan sesuatu yang tidak tibenarkan dan tidak relevan jika
harus dipakai pada zaman sekarang karena sejatinya beragama dalam islam itu tidak dengan paksaan melaikan
dengan kebebasan menjalankan syari’at yang telah ditetapkan tampa harus merubah system pemerintahan yang
sudah sah dan disepakati oleh masyarakatnya. Lagipula aliran tersebut tidak murni lahir dari budaya dan
masyarakan yang sudah ada dan menetap di Nusantara.

2. Pembahasan

a. Ayat Pokok
‫هّٰللا‬
َ ِ‫س َك بِا ْل ُع ْر َو ِة ا ْل ُو ْث ٰقى اَل ا ْنف‬
ُ ‫صا َم لَ َها ۗ َو‬ ْ ‫ت َويُْؤ ِم ۢنْ بِاهّٰلل ِ فَقَ ِد ا‬
َ ‫ستَ ْم‬ ِ ‫ش ُد ِمنَ ا ْل َغ ِّي ۚ فَ َمنْ يَّ ْكفُ ْر بِالطَّا ُغ ْو‬ ُّ َ‫ٓاَل اِ ْك َراهَ فِى ال ِّد ْي ۗ ِن قَ ْد تَّبَيَّن‬
ْ ‫الر‬
‫س ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬
َ
Artinya;
Allah hanya melarang kalian memerangi kalian dalam agama, mengusir kalian dari rumah kalian, dan
berteman dengan mereka (yang lain) untuk membantu mengusir kalian. Siapa pun yang membawa mereka ke
teman adalah pelakunya.
Asbabun Nuzul

3
Abu Bakar Ba’asyir Tokoh Islam di Indonesia diakses pada 2 Juli 2020 dari Wikipedia
4
Abdul Qadir Baraja, Gambaran Global Pemerintahan, h. 92.
5
Muhammad Husein Heikal, Pemerintahan Islam (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993), h. 87-88.
Mengenai ayat ini, Waba Zhuili menyatakan bahwa ayat tersebut merujuk pada teman Anshar yang
memeluk Islam kedua anaknya. Ibnu Abbas berkata: Bagian ini ditulis pada tahun tentang teman Anshar,
Fushine. Dia mengubah dua anaknya yang beragama Kristen menjadi Islam pada tahun . Tetapi mereka
menolak” (Zuhaili, 2009: 43). Menurut riwayat, selalu ada seorang wanita yang kehilangan anaknya sebelum
Islam . Dia berjanji untuk menjadi orang Yahudi jika dia memiliki 4.444 anak yang masih hidup.

Ketika Islam datang dan orang Yahudi diusir dari Madinah oleh Bani Nadir (karena makar), baik anak-
anak maupun beberapa anak lainnya yang sudah menjadi anggota keluarga Anshar, keduanya ditemukan 4.444
orang Yahudi. Anshar berkata: "Jangan tinggalkan anak-anak kita bersama mereka." Narasi oleh Abu Daoud,
Nasai dan Hiban sejak tahun oleh Ibn Abbas. Dalam riwayat lain, wahyu pada ayat adalah tentang Husein dari
golongan Anshar, salah satu suku Vanisa Kimbin Auf, dan pada tahun , dua orang yang beragama Nasrani
ketika ia sendiri seorang Muslim, saya memiliki seorang anak. Dia bertanya kepada Nabi Muhammad SAW :
"Apakah saya bisa memaksa seorang anak karena dia tidak menaati saya dan tetap menjadi Kristen?" Allah
menjelaskan jawaban pada bagian di atas bahwa Islam tidak memiliki paksaan. Sa'id atau Ikrimah's Ibn Jarir
diriwayatkan sehubungan dengan Ibn Abbas (Nurcholis, 1997).

Ibn Abbas, diriwayatkan oleh Ibn Jalil di tengah Saeed atau Iklima, mengatakan pada : Seorang pria
penjawab dari Bani Salim bin Auf, biasa dipanggil Fushine. Dia memiliki seorang putra Kristen, tetapi dia
sendiri adalah seorang Muslim, jadi dia memberi tahu Nabi: Mereka menolak agama non-Kristen. Maka Allah
menurunkan ayat ini pada tahun (As-Suyuthi, 2014, pp. 83-84).

Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu, orang-orang beriman, menjadikan mereka, orang-orang kafir
yang tidak bersedia hidup berdampingan dengan kamu secara damai, yaitu mereka yang memerangi kamu
karena agama, tidak ada kebebasan dan toleransi beragama; mengusir kamu dari tempat tinggal kamu, karena
pembersihan ras, suku, dan agama, serta penguasaan teritorial, dan membantu pihak lain untuk mengusir kamu
karena kerja sama yang sistemik dan terencana; sebagai sahabat dekat kamu lahir batin. Barang siapa yang
menjadikan mereka sebagai kawan, karena kepentingan ekonomi, politik, dan keamanan; maka mereka itulah
orang zalim terhadap perjuangan Islam dan kaum muslim.6

Moderasi adalah netral. Seringkali dari Forum diskusi sering memiliki moderator Orang yang
menyelenggarakan proses diskusi tidak ada di pihak Anda Untuk seseorang atau pendapat apa pun Bersikap adil
kepada semua yang terlibat Dalam percakapan. Sedang juga berarti "terbaik". Sesuatu di tengah biasanya
Contoh antara dua hal buruk keberanian. Keberanian dianggap baik Itu terletak di antara kecerobohan dan
ketakutan. Kedermawanan juga baik karena dia ada di dalamnya Antara mewah dan pelit7.

Maka sudah seharusnya ajaran yang dibawa oleh gerakan-gerakan fundamental tersebut harus dihilangkan
karena paradigma berpikirnya sangat tidak sejalur denga napa yang kita pahami dari al-qur’an dan hadist,
terutama ulama terdahuliu kita yang faham mengenai apa yang disampaikan oleh qur’an dan hadits, sayangnya
banyak sekali orang yang labil menjadi pengikut atau hanya sekadar menjadi simpatisan Gerakan atau beberapa
komunitas yang menjalur seperti searah dengan gerakan-gerakan ahli mengkafirkan orang lain tersebut, kita
sebut saja aliran islam radikal.

Radikalisme sering dikaitkan dengan keyakinan dan tindakan Sama dengan penggunaan kekuatan,
meskipun sebenarnya memiliki arti yang berbeda netral. Misalnya, untuk mencapai kebenaran dalam studi
filsafat, seseorang harus mengeksplorasi. Untuk akar (radix) dan radix. Namun, jika istilahnya tepat Masalah
terorisme memiliki implikasi negatif dari radikalisme. Radikalisme itu sama Dengan kekerasan, itu dianggap
antisosial. Ada pandangan bahwa Sebutkan bahwa seseorang menjadi radikal atau menolak dan siap Itu
dikorbankan untuk melindungi diriku sendiri. Resistansi adalah Lemah atau terancam, dia akan menggunakan
semua kekuatannya untuk itu Pertahanan diri. Perlawanan muncul ketika orang merasa terancam. lain Party,
dengan orang-orang yang terancam yang berada di posisi yang lebih kuat daripada yang bisa mereka tekan
Ketika dalam posisi rentan, dia melawan dan menantang. satu dari Alasan seseorang merasa terancam adalah
karena memiliki alasan ideologis (Hidayat, 2012).

6
Al Quran karim Terjemah online Kementrian Agama RI
7
Buku saku moderasi beragama Kementrian agama Ri
b. Ayat Penunjang

Surat Yunus Ayat 99.

َ‫اس َح ٰتّى يَ ُك ْونُ ْوا ُمْؤ ِمنِيْن‬ ِ ‫َولَ ْو ش َۤا َء َربُّكَ اَل ٰ َمنَ َمنْ فِى ااْل َ ْر‬
َ َّ‫ض ُكلُّ ُه ْم َج ِم ْي ًع ۗا اَفَا َ ْنتَ تُ ْك ِرهُ الن‬

Artinya;

“Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di bumi seluruhnya. Tetapi apakah kamu
(hendak) memaksa manusia agar mereka menjadi orang-orang yang beriman?”

Setelah dijelaskan tentang manfaat iman lalu dijelaskan bahwa beriman atau tidak beriman adalah pilihan bagi
setiap orang, karena jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di bumi seluruhnya. Tetapi
apakah kamu wahai Nabi Muhammad hendak memaksa manusia agar mereka menjadi orang-orang yang
beriman sedangkan mereka menutup hati untuk menerima kebenaran?.8

Islam merupakan agama yang membimbing kepada kemajuan, agama pembebasan dan agama bagi
mereka yang teraniaya, itulah prinsip ideologis Ali Syatiri Ketika berbicara tentang agama yang dipegang
teguhnya. Menurutnya, islam bukan ideologi manusia yang terbatas pada masa dan persada tertentu. 9

Memang, sebagai orang yang berpengetahuan terbatas, ketika mempelajari ajaran agama, seseorang
sangat mungkin terjerumus ke dalam bentuk pemahaman yang ekstrem dan berlebihan. Dewasa ini, berkat
teknologi komunikasi, ajaran agama semakin menyebar secara berlebihan, yang berdampak pada rusaknya
tatanan sosial hidup berdampingan. Oleh karena itu, moderasi beragama cenderung menjadi penawar untuk
menunjukkan anggota tubuh dalam pengamalan ajaran agama.

Semakin maraknya aliran yang mengatasnamakan sesuai dengan syari’at namun perlakuannya tidak
sama sekali mencerminkan sebagai muslim yang beragama secara utuh, tidak terlepas dari mengklaim orang lain
sesat dan kafir Ketika tidak sependapat dengan pemahaman yang mereka paham dan dirasa baik menurut
mereka, padahal sudah jelas beragama itu tidak harus dengan paksaan, memaksa orang lain untuk sepaham
bukan solusi dalam seni berdakhwa yang baik dan sesuai dengan syari’at, Manusia pada dasarnya adalah
makhluk yang luas, seperti laut dengan pengetahuan yang terbatas untuk memahami esensi dari kebenaran
pengetahuan Tuhan. Keterbatasan ini menimbulkan berbagai penafsiran ketika orang berusaha memahami teks
ajaran agama. Karena kebenaran hakiki hanya untuknya, maka kebenaran interpretasi artifisial itu relatif.

Misalnya, jika seseorang bertindak atas nama ajaran agama untuk menurunkan harkat, martabat, atau
martabat manusia, atau untuk memusnahkan keberadaan manusia itu sendiri, ini disebut pelanggaran nilai-nilai
kemanusiaan. Tingkah lakunya jelas berlebihan atau ekstrim. Contoh khusus: Berpura-pura menjadi jihad
agama, seseorang meledakkan bom di tengah pasar, membunuh puluhan atau bahkan ratusan orang tak bersalah
seketika. Ini jelas merupakan tindakan ekstrim.

Berbicara tentang beragama yang benar mungkin sangan kurang enak didengar namun faktanya harus,
namun benar sebenar benarnya beragama, tidak ada fator apapun dan menjalankannya denga sebaik mungkin,
manusia adalah salah satu esensi agama. umat manusia Sifat agama yang tidak mungkin Ini akan diabaikan.
Itulah yang diajarkan agama Menghormati kemanusiaan adalah intinya mata pelajaran agama. Diyakini bahwa
Tuhan telah memberikan Agama dari surga ke bumi persis Lindungi kemanusiaan. Kesimpulan, Juga esensi
utama dari ajaran agama Bukan untuk perlindungan kemanusiaan Itu menghancurkan umat manusia itu sendiri.
Jadi jika Anda memiliki pemahaman yang ekstrem tentang nama itu Agama untuk dihancurkan Manusia yang
mengarah ke ini, misalnya Membunuh orang yang tidak bersalah dan mendapatkannya Ini jelas bertentangan
dengan fitrah agama Dan, tentu saja, tidak ada alasan. Perlakukan orang moderat Dari berbagai agama seperti
Sesama manusia dan kehendak Buat orang-orang dari agama yang sama Kakak beradik. Orang moderat akan

8
Al Quran karim Terjemah online Kementrian Agama RI
9
Sosiologi islam dan masyarakat modern, Dr. Syarifuddin Jurdi 2010
sangat Memperhitungkan keuntungan Umat manusia di samping keuntungan agama subjektif. Bahkan, dalam
situasi tertentu Manfaat kemanusiaan didahulukan Subyektivitas agama.

Penegakan moderasi beragama diperlukan Sama-sama Orang dan institusi, keduanya masyarakat
Bukan hanya negara. Kelompok agama itu Sedang harus keras, Saya memilih Silent Majority lagi. Tentu saja,
partisipasi perempuan Sangat penting untuk memperkuat Moderasi agama, memori kekerasan Bisa atas nama
agama Baik oleh pria maupun wanita. Semua komponen negara harus percaya Indonesia memiliki modal sosial
Memperkuat moderasi beragama. Modal sosial berupa nilai-nilai budaya Keanekaragaman budaya daerah yang
kaya, Konseling tradisi dan budaya Gotong royong yang diwarisi dari masyarakat Indonesia secara turun
temurun. Modal sosial ini harus kita jaga Ciptakan kehidupan yang harmonis Dengan keragaman budaya dan
suku bangsa agama. Saat berbagi Indonesia Bisa menginspirasi dunia Berlatih moderasi beragama.

Nabi mengemban misi untuk membangun islam membenahi tatanan baru bagi kemanusiaan dan keadilan
sosial sebagai agama yang mengejar agenda jangka panjang untuk menghilangkan hegemoni Quraisy yang
arogan. Oleh karena itu, sejalan dengan prinsip kelima pada dasar negara kita. Jadi sudah sehari sejak kami
menerapkan konsep Syariah menurut komunitas anti-Pancasila. Negara kita telah menerapkan syariat sesuai
dengan Al-Qur'an versi Pancasila.

3. Kesimpulan

Dan untuk kebijakan deradikalisasi dan anti radikalisme/terorisme, definisinya dirumuskan setelah
Indonesia, kemudian dirumuskan: Radikalisme adalah “politik, dengan doktrin-doktrin tertentu dengan
fanatisme dan intoleransi. Itu gerakan untuk membawa ide ke akarnya. Pandangan lain tidak setuju. “Dan
mereka dapat menimbulkan korban jiwa yang besar dan merusak atau menghancurkan obyek-obyek
lingkungan strategis dan fasilitas umum yang penting. Mendorong perubahan yang cepat dengan
penggunaan radikal atau ancaman radikal yang menciptakan suasana terorisme radikal atau meluas.
Pendirian organisasi internasional dengan motif ideologis, politik atau kebijakan keamanan. Dalam
khazanah perkembangan ilmu pengetahuan, dunia islam sebagai hal yang berkaitan dengan aktivitas
masyarakan Toleransi adalah hasil dari sikap sederhana dalam beragama. Moderasi adalah proses dan
toleransi adalah hasilnya. Orang moderat boleh saja tidak setuju dengan penafsiran ajaran agama, tetapi dia
tidak menyalahkan orang lain yang tidak setuju dengannya. Demikian pula, orang moderat memang
memiliki halaman untuk interpretasi agama, tetapi dia tidak memaksanya untuk menerapkannya kepada
orang lain. Pada intinya mendirikan negara diatas negara yang sah itu tidah dibenarkan dengan dalih apapun
itu selama tidak ada kemungkaran atau menyalahi syari’at agama, dan prilaku semena mena dalam
beragama pun tidak sama sekali dihalalkan, prilaku mengikuti nafsu mengatasnamakan agama itu tidak
sesuai dengan ajaran qur’an dan sunnah.

Artikel Jurnal
Dr.Syarifudin Jurdi (2010). Sosiologi Islam dan Masyarakat Modern: Teori, Fakta, dan Aksi Sosial, Jakarta, Kencana.
Perkembangan Pemahaman Radikalisme di Indonesia Imran Tahir & M. Irwan Tahir.
Buku Saku Moderasi beragama Kementrian Republik Indonesia.
Ibnu hajar sainuddin, Jurnal Moderasi beragama dan radikalisme di era modern.
Michael Burleigh, Earthly Power: The Clash of Religion and Politics in Europe From the French Revolution to
the Great War (Australia: Harper & Collins, 2007)

Anda mungkin juga menyukai