Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH BIOTEKNOLOGI

DISUSUN OLEH :
- Ady Rizqi

- Diki Suhendar

- Neneng Nuri Andrayani

- Rika Siti Latifah

KELAS :

XII MIA 4

SMAN 10 GARUT
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama allah swt yang maha pengasih dan penyayang. Kami
panjatkan puji syukur kehadirat-nya yang telah melimpahkan rahmat ,
hidayah, serta inayah-nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ilmiah tentang pembuatan tape.

Makalah ini kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikaan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya bahwa kami masih
ada kekurangan baik darin segi susunan maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi bagi pembaca

Garut, 5 maret 2019

Penyusun

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup
seperti bakteri,fungi,virus, dan lain lain. Maupun produk dari makhluk hidup seperti
enzim dan alkohol. Dalam prses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.
Dewasa ini, perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata,
tetapi juga pada ilmu ilmu terapan dan murni lain seperti biokimia, komputer, biologi
molekular, mikrobiologi dan lain sebagainya. Dengan kata lain, bioteknologi adalah
ilmu terapan yang menggabungkan berbagai cabang ilmu dalam proses produksi
barang dan jasa.
Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang
lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan bir, roti, maupun
keju yang sudah di kenal sejak abad ke-19, pemuliaan tanaman untuk menghasilkan
varietas-varietas baru di bidang pertanian serta pemuliaan dan reproduksi hewan.
Pada masa ini, bioteknologi berkembang dengan pesat terutama di negara maju.
Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi terbaru.
Pada pembahasan kali ini kami akan membahas tentang bioteknologi tradisional
yaitu proses pengolahan sumber daya makanan yang bergizi yaitu tape.

1.2 Rumusan masalah


 Bagaimana cara membuat tape?
 Apa saja kandungan di dalam tape?
 Apa manfaat mengkonsumsi tape?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara penerapan bioteknologi dengan fermentasi tape.
2. Mengetahui peranan organisme Saccaromyces Cereviceae dalam peragian

1.4 Hipotesa
Menurut kami singkong yang di buat tape akan memiliki gizi lebih tinggi dan
bermanfaat bagi kesehatan.
DASAR TEORI :

Tapai singkong adalah tpai yang dibuat dari singkong yang


difermentasikan. Makanan tradisional ini populer dipulaa jawa dan
dikenal di seluruh tempat, mualai dari Jawa Barat hingga Jawa
timur. Di Jawa Barat, tapai siungkong dikenal sebagai peuyeum.

Pembuatan tapai melibatkan umbi singkong sebagai substrat dan


ragi tapai saccharomyces cerevisiae yang dibalurkan pada umbi
yang telah dikupas kulitnya. Pada dasarnya tapai adalah makanan
matang setelah melalui proses kukus atau rebus. Ada dua teknik
pembuatan yang menghasilkan tapai biasa, yang basah dan lunak;
dan tapai yang kering, yang lebih lengit tdan dapat digantung tanpa
mengalami kerusakan. Tapai kering populer didaerah Priangan
utara Purwakarta dan subang, dan dikenal sebagai buah tangan
khas dari daerah ini

METODE PENELITIAN:
Alat :
1. Kompor
2. Panci Kukus
3. Pisau
4. Wadah
5. Lengser
Bahan :
1. Air secukupnya
2. Daun pisang secukupnya
3. Ragi yang telah dihaluskan
4. Singkong 1 kg

Cara Kerja : 
1. Siapkan semua bahan.
2. Kupas singkong dan kikis bagian kulit arinya hingga kesat.
3. Potong singkong yang telah dikupas sesuai keinginan.
4. Cuci hingga bersih singkong yang telah dipotong.
5. Sementara menunggu singkong kering, masukkan air ke dalam panci sampai
kira – kira terisi seperempat lalu panaskan hingga mendidih.
6. Setelah air mendidih masukkan singkong ke dalam panci kukus, lalu kukus
hingga singkong ¾ matang, kira – kira ketika ‘daging’ singkong sudah bisa
ditusuk dengan garpu.
7. Setelah matang, angkat singkong yang telah ¾ masak lalu taruh di suatu
wadah, kemudian didinginkan
8. Sambil mengipas – ngipas, teman satu kelompok kami menyiapkan wadah
sebagai tempat untuk mengubah singkong menjadi tape. Wadah itu terdiri dari
lengser yang bawahnya dilapisi dengan daun pisang.
9. Setelah singkong benar – benar dingin, masukkan singkong ke dalam wadah
lalu taburi dengan ragi yang telah dihaluskan.
10. Singkong yang telah diberi ragi ini kemudian ditutup kembali dengan daun
pisang. Singkong ini harus benar – benar tertutup agar mendapatkan hasil yang
maksimal.
11. Setelah singkong ditutupi dengan daun pisang, beri penutup wadah agar
singkong benar-benar steril. Diamkan selama 1-2 hari hingga sudah terasa keras
dan manis. Saat itulah singkong telah menjadi tape
Pembahasan
Tape merupakan makanan fermentasi tradisional yang sudah tidak asing lagi. Tape
dibuat dari beras, beras ketan, atau dari singkong (ketela pohon). Berbeda dengan
makanan-makanan fermentasi lain yang hanya melibatkan satu mikro organisme
yang berperan utama, seperti tempe atau minuman alkohol, pembuatan tape
melibatkan banyak mikroorganisme.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan mikroorganisme yang terdapat di


dalam ragi tape adalah kapang Amylomyces rouxii, Mucor sp., dan Rhizopus Sp.;
Khamir saccharomycopsis fibuligera, saccharomycopsis malang, pichia burtonii,
saccharomycopsis erevisiae, dan candida utilis; serta bakteri pediococcus sp. dan
bacillus sp. kedua kelompok mikroorganisme tersebut bekerja sama dalam
menghasilkan tape.

Mikroorganisme dari kelompok kapang akan menghasilkan enzim-enzim amilolitik


yang akan memecahkan amilum pada bahan dasar menjadi gula-gula yang lebih
sederhana (disakarida dan monosakarida). Proses tersebut sering dinamakan
sakarifikasi (saccharification). Kemudian khamir akan merubah sebagian gula-gula
sederhana tersebut menjadi alkohol. Inilah yang menyebabkan aroma alkoholis
pada tape. Semakin lama tape tersebut dibuat, semakin kuat alkoholnya. Pada
beberapa daerah, seperti Bali dan Sumatera Utara, cairan yang terbentuk dari
pembuatan tape tersebut diambil dan diminum sebagai minuman beralkohol.

Proses pembuatan tape melibatkan proses fermentasi yang dilakukan oleh jamur
Saccharomyces cerivisiae. Jamur ini memiliki kemampuan dalam mengubah
karbohidrat (fruktosa dan glukosa) menjadi alcohol dan karbondioksida. Selain
Saccharomyces cerivisiae, dalam proses pembuatan tape ini terlibat pula
mikrorganisme lainnya, yaitu Mucor chlamidosporus dan Endomycopsis fibuligera.
Kedua mikroorganisme ini turut membantu dalam mengubah pati menjadi gula
sederhana (glukosa).

Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik
(tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi
anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan
fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor
elektron eksternal.

Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil
fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa
komponen lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan
aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi untuk
menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya. Respirasi
anaerobik dalam otot mamalia selama kerja yang keras (yang tidak memiliki
akseptor elektron eksternal), dapat dikategorikan sebagai bentuk fermentasi.
PENUTUP

 KEIMPULAN
Dari hail uji coba pembuatan tapai singkong dapat disimpulkan bahwa,
pembuatan tapai termasuk ke dalam bioteknologi konvensional atau tradisional,
karena maih menggunakan cara cara yang terbatas. Pada proses pembuatan tape
singkong jamur ragi saccharomyces cereviceae memakan glukosa yang ada
didalam singkong sebagai makan

Hasil Percobaan :
1. Keras agak lunak
2. Terlihat putih karena ragi belum terfermentasi
3. Rasa pahit, asam.

Sebab Kegagalan dalam Percobaan :


• Ragi terlalu banyak.
• Wadah tidak tertutup rapat
• Singkong kurang bersih

Kesimpulan:
1. Pembuatan tape termasuk dalam bioteknologi konvensional (tradisional)
karena masih menggunakan cara-cara yang terbatas.
2. Pada proses pembuatan tape, jamur ragi akan memakan glukosa yang ada di
dalam singkong sebagai makanan untuk pertumbuhannya, sehingga singkong
akan menjadi lunak, jamur tersebut akan merubah glukosa menjadi alkohol.
3. Dalam pembuatan tape, ragi (Saccharomyces Cereviceae) mengeluarkan enzim
yang dapat memecah karbohidrat pada singkong menjadi gula yang lebih
sederhana. Oleh karena itu, tape terasa manis apabila sudah matang walaupun
tanpa diberi gula sebelumnya.
4. Kegagalan dalam pembuatan tape biasanya dikarenakan enzim pada ragi
Saccharomyces Cereviceae tidak pecah apabila terdapat udara yang mengganggu
proses pemecahan enzim tersebut.
Dari hasil uji coba pembuatan tape singkong dapat disimpulkan bahwa,
Pembuatan tape termasuk kedalam bioteknologi konvensional atau tradisional,
karena masih menggunakan cara-cara yang terbatas. Pada proses pembuatan tape
singkong jamur ragi (saccharomyces cereviceae)memakan glukosa yang ada
didalam singkong sebagai makanan untuk pertumbuhanya, sehingga singkong
akan menjadi lunak jamur tersebut akan merubah glukosa menjadi alkohol.
Jamur tersebut akan mengeluarkan enzim yang dapat memecah karbohidrat dari
singkong menjadi gula yang lebih sederhana,oleh karena itu tape terasa manis
setelah matang meskipun tidak di tambahkan gula sebelumnya .

Saran:
Saran yang dapat kami sampaikan untuk praktikum-praktikum selanjutnya yaitu
diharapkan kepada praktikan selanjutnya agar lebih memperhatikan bagaimana
pembuatan tape tersebut supaya pembuatan tape tersebut berlangsung sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Berlian, Zainal. Dkk. 2016. Jurnal Biota. Uji Kadar Alkohol Tapai Ketan Putih
Singkong  Melalui  Fermentasi  dengan  Dosis  Ragi yang Berbeda. Vol. 2 No. 1.

Hidayati, Darimiyya. Dkk. 2013. Argointek. Pola Pertumbuhan Ragi pada Fermentasi


Kulit SIngkong. Vol. 7 No. 1.

Nurcahyo, Heru. 2011. Diktat Bioteknologi. Yogyakarta: Universitas Negeri


Yogyakarta

Nurhayani. Dkk. 2001. Peningkatan Kandungan Protein Kulit Umbi Ubi Kayu


Melalui Proses Fermentasi. Vol. 6. No. 1.

Rukmana, Rahmat. Yuniarsih, Yuyun. 2001. Aneka Olahan Ubi Kayu. Yogyakarta:
Kanisius

Santosa, Agus. Prakosa, Cucut. 2010. Karakteristik Tapai Buah Sukun Hasil


Fermentasi Penggunaan Konsentrasi Ragi Yang Berbeda. Vol. 22. No. 73.

Sutanto, Teja Dwi. Dkk. Jurnal Gradien. Studi Kandungan Etanol Dalam Tapai Hasil
Fermentasi  Beras Ketan Hitam Dan Putih. Vol. 2 No.1.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai