Anda di halaman 1dari 8

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : Edwarni Hulu

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 835318938

Kode/ nama mata kuliah : PDGK4303/Perspektif Global

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
Jawaban

1. Emmanuel Kant pada Abad XVIII bahwa sejarah dan gografi merupakan
ilmu Dwitunggal,artinya jika sejarah mempertanyakan suatu peristiwa itu “kapan”
terjadi,pengungkapan itu masih belum lengkap. Jika tidak di pertanyakan ‘di mana” tempat
terjadinya. Dalam hal ini,dimensi waktu dengan ruang saling melengkapi.
Perspektif sejarah mengacu pada konsep waktu, atau dengan perkataan lain, Perspektif sejarah
suatu peristiwa, membawa citra kepada kita tentang suatu pengalaman masa lampau yang
dapat dikaji hari ini, untuk memprediksi kejadian-kejadian yang akan datang.

2. Untuk mengetahui apa-apa saja potensi SDA dan SDM yang ada di masyarakat desa
dan kota lebih mudah berikut penulis akan berbagi tips untuk memudahkan para mahasiswa
maupun peneliti dalam mengidentifikasi sumber potensi yang ada di desa dan di kota :
- Menemukan masalah yang ada (Problem) dalam suatu masyarakat desa dan kota
- Mengidentifikasi sumber permasalahan(Root cause)
- Menciptakan kalimat isu/kalimat permasalahan (Problem Statement) yang menjelaskan
permasalahan yang sudah di identifikasi. Sebagai salah satu contoh identifikasi di
Desa Muaratolang, Desa yang memiliki sumber daya alam yang banyak, baik dari
penghasilan bertani, bercocok tanam, dan kekayaan alam seperti air terjun, sungai yang
bersih dan pemandangan gunung yang menyejukkan. Adapun potensi sumber daya alam
yang dimiliki oleh Desa Muaratolang yaitu sebagai berikut :
 kopi.
penghasilan Sumber daya alam di Desa Muaratolang ini salah satunya adalah penanaman
kopi baik di lahan perkebunan dan lingkungan rumah warga masyarakat. Setiap batang
kopi dapat menghasilkan 15 kilogram per tahun. Dengan asumsi petani menanam rata-rata
1.500 hektar batang kopi dan produktivitas buah dapat mencapai 22.500 kg per hektar per
tahun atau hampir 3 ton biji beras greenbean). Jadi panen dilakukan setiap 2 kali dalam
seminggu dapat menghasilkan 100 kaleng biji kopi dengan harga 30 ribu per liter.
 Padi
Padi merupakan tanaman yang paling terpenting dan salah satu budidaya yang harus di
perhatikan menurut Desa Muaratolang. Penanaman padi dilakukan oleh seluruh
masyarakat desa secara serenntak dan bersamaan dalam proses pengerjaannya setiap bulan
januari dan september. Pengnghasilan panen per ladang rata-rata 200 kaleng per keluarga,
dan hasil panen biasanya di simpan dalam gudang untuk simpanan tahun yang akan datang
dan sebagian hasil panen di jual untuk membeli pupuk sebagai modal penanaman padi
berikutnya.
 Penghasilan jahe
Jahe merupakan tumbuhan berbunga yang rimpang, dan juga tanaman tahunan herba yang
tumbuh setinggi sekitar satu meter dengan bilah daun sempit. Jadi Desa Muaratolang rata-
rata sekitaran 50 KK menanam jahe dengan bibit yang unggul dan menghasilkan panen
sekitaran 2 goni per minggu dan penjualan nyasekitaran 30 ribu per kilogram. Dengan
adanya penanaman jahe, masyarakat Desa melakukan sistem jamu bersama setiap 1 kali
dalam satu bulan.Potensi masyarakat kota*Potensi masyarakat kota
Potensi desa merupakan segenap sumber daya alam dan sumber daya manusia yang
dimiliki desa sebagai model dasar yang perlu dikelola dan dikembangkan bagi
kelangsungan dan perkembangan desa. Untuk mengetahui SDA masyarakat desa dan kota
kita harus melihat jumlah penduduk menurut jenis kelamin, jumlah penduduk menurut
golongan usia, jumlah penduduk tingkat pendidikan dan jumlah penduduk menurut mata
pencaharian. Potensi fisik dan non fisik.
Sedangkan SDM di desa ini seperti bercocok tanam, bertani, dan beternak.
Nah, jadi potensi SDA dan SDM di masyarakat perkotaan dapat dilihat dari permasalahan
-permasalahan dan kegiatan masyarakat itu sendiri contoh SDA nya adalah tanaman bunga,
SDM nya sebagai pedagang/pemasaran. Jadi dari penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa ketika kita ingin mengetahui hasil daripada potensi SDA dan SDM suatu masyarakat
baik di desa maupun dikota dapat melalui tahap-tahap observasi dengan melihat langsung
ke lapangan apa saja permasalahan-permasalahan yang dihadapi masyarakat tersebut dan
kegiatan-kegiatan ataupun kesibukan apa saja yang sering mereka lakukan. Untuk itu
penulis berharap melalui tips tersebut pembaca dapat memahami dan dapat
mempraktekkan nya di lapangan sebagai modal dalam meneliti suatu potensi yang ada di
masyarakat desa dan kota.
3. Perlu disadari bahwa dunia sekarang telah mengalami perubahan-perubahan yang
sangat cepat di segala bidang. Kemajuan teknologi dan informasi telah mengenalkan kita
pada realitas lain dari sekedar realitas fisik seperti yang sebelumnya kita rasakan. Dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi hubungan antar negara tetangga menjadi lebih luas,
karena dunia seakan-akan menjadi tetangga dekat, hal ini disebabkan kemajuan transportasi
dan komunikasi. Dengan demikian seolah-olah dunia “dipindahkan” ke ruang di dalam rumah
sendiri.
Dalam hal ini IPS berperan sebagai pendorong untuk saling pengertian dan persaudaraan antar
umat manusia, selain itu juga memusatkan perhatiannya pada hubungan antar manusia dan
pemahaman sosial. Dengan demikian IPS dapat membangkitkan kesadaran bahwa kita akan
berhadapan dengan kehidupan yang penuh tantangan, atau dengan kata lain IPS mendorong
kepekaan siswa terhadap hidup dan kehidupan sosial. Jadi rasionalisasi mempelajari IPS untuk
jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah agar siswa dapat:

1. Mensistematisasikan bahan, informasi, dan atau kemampuan yang telah dimiliki


tentang manusia dan lingkungannya menjadi lebih bermakna.

2. Lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara rasional dan
bertanggung jawab.

3. Mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan antar


manusia.

IPS atau disebut Ilmu Pengetahuan Sosial pada kurikulum 2004, merupakan satu mata
pelajaran yang diberikan sejak SD dan MI sampai SMP dan MTs. Untuk jenjang SD
dan MI Pengetahuan Sosial memuat materi Pengetahuan Sosial dan Kewarganegaraan.
Melalui pengajaran Pengetahuan Sosial, siswa diarahkan, dibimbing, dan dibantu
untuk menjadi warga negara Indonesia dan warga dunia yang efektif. Untuk menjadi
warga negara Indonesia dan warga dunia yang efektif merupakan tantangan berat,
karena masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itulah
Ilmu Pengetahuan Sosial dirancang untuk membangun dan merefleksikan kemampuan
siswa dalam kehidupan bermasyarakat yang selalu berubah dan berkembang secara
terus menerus.
4. Evaluasi dan Pengukuran
Ada tiga hal yang saling berkaitan dalam kegiatan evaluasi pembelajaran yaitu evaluasi,
pengukuran dan tes. Ketiga istilah itu sering disalah artikan sehingga tidak jelas makna dan
kedudukannya. Gronlund mengemukakan evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dari
pengumpulan, analisis dan intrepretasi informasi/data untuk menentukan sejauh mana siswa
telah mencapai tujuan pembelajaran. Pengukuran adalah suatu proses yang menghasilkan
gambaran berupa angka-angka mengenai tingkatan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh individu
(siswa). Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis untuk mengukur suatu sampel
prilaku. Sejalan dengan pendapat di atas, Hopkins dan Antes mengemukakan evaluasi adalah
pemeriksaan secara terus menerus untuk mendapatkan informasi yang meliputi siswa, guru,
program pendidikan dan proses belajar mengajar untuk mengetahui tingkat perubahan siswa
dan ketepatan keputusan tentang gambaran siswa dan efektivitas program. Pengukuran adalah
suatu proses yang menghasilkan gambaran berupa angka-angka berdasarkan hasil pengamatan
mengenai beberapa ciri (atribute) tentang suatu objek, orang atau peristiwa.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi lebih bersifat
komprehensif yang meliputi pengukuran, dan tes merupakan salah satu alat atau bentuk dari
pengukuran. Pengukuran lebih membatasi kepada gambaran yang bersifat kuantitatif (berupa
angka-angka) tentang kemajuan belajar siswa (learning progress) sedangkan evaluasi atau
penilaian bersifat kualitatif. Di samping itu, evaluasi pada hakikatnya merupakan suatu
proses membuat keputusan tentang nilai suatu objek. Keputusan penilaian (value
judgement) tidak hanya didasarkan kepada hasil pengukuran (quantitative description), dapat
pula didasarkan kepada hasil pengamatan (qualitative description). Yang didasarkan kepada
hasil pengukuran (measurement) dan bukan di dasarkan kepada hasil pengukuran (non-
measurement) pada akhirnya menghasilkan keputusan nilai tentang suatu objek yang dinilai.
Mursell mengatakan ada tiga hal pokok yang dapat di evaluasi dalam pembelajaran, yaitu (a)
hasil langsung dari usaha belajar, (b) transfer sebagai akibat dari belajar, dan (c) proses belajar
itu sendiri
Hasil dari usaha belajar nampak dalam bentuk perubahan tingkah laku, baik secara subtantif
maupun secara komprehensif. Perubahan itu ada yang dapat diamanati secara langsung ada
pula yang tidak dapat diamati secara langsung. Perubahan itu juga ada yang terjadi dalam
jangka pendek ada pula yang terjadi dalam jangka panjang. Namun demikian, bagaimanapun
baiknya alat evaluasi yang digunakan hanya mungkin dapat mengungkap sebagian tingkah
laku dari keseluruhan hasil belajar yang sebenarnya. Evaluasi yang baik harus menilai hasil-
hasil yang autentik dan hal ini dilakukan dengan mengetes hingga manakah hal itu dapat
ditransferkan. Evaluasi harus dilakukan dengan tepat, teliti dan objektif terhadap hasil belajar
sehingga dapat menjadi alat untuk mengecek kemampuan siswa dalam belajarnya dan
mempertinggi prestasi belajarnya. Di samping itu evaluasi dapat menjadi alat pengontrol bagi
cara mengajar guru, serta dapat membimbing murid untuk memahami dirinya (keunggulan
dan kelemahannya).

5. Hasil belajar siswa, bila diklasifikasikan berdasarkan taxonomy Bloom meliputi; aspek
kognitif, sikap dan keterampilan. Oleh karena itu, penilaian hasil belajar juga harus bersifat
komprehensif (menyeluruh) meliputi ketiga aspek di atas. Disamping itu, proses belajar
mengajar (pembelajaran) yang ditempuh oleh guru dan siswa juga harus mendapat perhatian
dalam penilaian ini. Sebagai bahan masukan untuk perbaikan proses pembelajaran berikutnya.
Secara umum bentuk-bentuk soal yang digunakan untuk menilai aspek kognitif dapat
diklasifikasikan ke dalam lima bentuk soal, yaitu (a) soal bentuk pilihan ganda, (b) soal bentuk
benar salah, (c) soal menjodohkan, (d) uraian /jawaban singkat, dan (e) soal bentuk uraian
bebas ( free essay). Dilihat dari segi cara atau pola jawaban yang diberikan, soal dapat
dibedakan ada soal yang telah disediakan jawabannya, peserta tes tinggal memilih jawaban
tersebut (pilihan ganda, benar salah, menjodohkan) dan ada soal yang tidak disediakan
jawabannya (uraian). Kemudian dilihat dari segi cara pemberian skornya, dibedakan ke dalam
soal yang bersifat objektif dan soal yang bersifat subjektif. Sikap merupakan bagian dari hasil
belajar, dengan demikian sikap dapat dibentuk, diarahkan, dipengaruhi dan dikembangkan.
Sikap seorang siswa menentukan bagaimana ia bereaksi terhadap situasi yang dihadapi dan
menentukan apa yang dicari dan diperjuangkan dalam kehidupannya. Sikap selalu berkenaan
dengan suatu objek, dan sikap terhadap objek tersebut muncul setelah ia mempelajari,
mengamati dan mengenali objek itu. Ada dua kemungkinnan sikap individu terhadap suatu
objek yang dipelajarinya, sikap positif atau sikap negatif. Sikap positif muncul apabila
individu itu memandang objek tersebut bernilai dan akan muncul sikap negatif apabila
individu memandang objek tersebut bukan saja tidak bernilai, juga mmerugikan. Sikap siswa
dapat dibentuk melalui pengalaman yang berulang-ulang, imitasi (peniruan), identifikasi
(mengenali secara mendalam) dan sugesti.
Untuk mengukur hasil belajar aspek sikap, paling tepat menggunakan instrumen sekala sikap.
Yaitu sejenis angket tertutup dimana pertanyaan/pernyataan mengandung sifat nilai-nilai
sikap yang menjadi tujuan pengajaran. Salah satu jenis sekala sikap yang banyak
digunakan adalah sekala Likert.
Penilaian penampilan (keterampilan) berkenaan dengan hasil pengajaran yang berkaitan
dengan aspek keterampilan. Seperti halnya dengan jenis penilaian yang lain, hakekat penilaian
penampilan terutama ditentukan oleh karakteristik hasil belajar yang akan diukur. Penilaian
penampilan mengacu kepada prosedur melakukan suatu kegiatan dan atau mengacu kepada
hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Dengan kata lain, mengukur tingkat kemahiran tingkat
keterampilan seseorang tentang suatu kegiatan bisa dilihat pada saat seseorang sedang
melakukan kegiatan atau dilihat dari hasil/produk dari kegiatan tersebut.
Walaupun pengukuran pengetahuan dapat menggambarkan kemampuan peserta didik
melakukan sesuatu kegiatan dalam situasi tertentu, namun penilaian penampilan diperlukan
untuk menilai kemampuan yang sebenarnya. Meskipun penilaian penampilan amat
diperlukan, namun seringkali diabaikan dalam penilaian hasil belajar. Hal ini disebabkan
: Pertama, banyak guru/penilai yan beranggapan bahwa untuk mengukur penampilan peserta
didik cukup dilakukan melalui tes pengetahuan saja. Padahal yang sesungguhnya, tes
pengetahuan hanya tepat jika penilai ingin mengukur apa yang diketahui peserta didik tentang
sesuatu, sedangkan jika ingin mengetahui sejauhmana kemahiran peserta didik didalam
menampilkan suatu kegiatan, yang harus digunakan adalah tes penampilan. Dengan demikian
skor tes pengetahuan jelas tidak dapat dipakai untuk menggambarkan keterampilan
penampilan peserta didik. Kedua, pelaksanaan penilaian relatif lebih sukar dibandingkan
penilaian terhadap aspek pengetahuan. Tes penampilan memerlukan waktu lebih banyak
untuk mempersiapkan dan melaksanakannya serta pemberian skornya sering subjektif dan
membebani.
Mutu hasil penilaian penampilan akan sangat tinggi apabila menempuh prosedur yang benar
dan sistematis. Adapun prosedur penilaian penampilan secara umum meliputi : (l) memilih
topik / pokok bahasan, (2) merumuskan tujuan pembelajaran/pelatihan, (3) mengidentifikasi
penampilan yang hendak diukur, (4) memilih jenis tes yang digunakan, (5) merumuskan
instruksi (suruhan) kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik, dan (6) membuat format
penilaian.
Penilaian terhadap proses seringkali diabaikan, setidaknya tidak mendapat porsi yang
seimbang dengan penilaian terhadap hasil. Padahal pendidikan tidak berorientasi kepada hasil
semata, tetapi juga kepada proses. Terlebih-lebih saat ini sedang digalakan sistem
pembelajaran yang menekankan kepada keterampilan proses, dimana kegiatan siswa di dalam
mencari dan mengolah informasi materi pelajaran mendapat porsi yang sangat tinggi (student
centre). Penilaian terhadp hasil belajar semata tanpa menilai proses, cenderung siswa menjadi
kambing hitam kegagalan pendidikan. Padahal tidak menutup kemungkinan penyebab
kegagalan itu adalah lemahnya proses pengajaran, dimana guru sebagai penanggung
jawabnya.
Tujuan penilaian proses belajar mengajar lebih ditekankan kepada perbaikan dan
pengoptimalan kegiatan belajar mengajar, terutama berkaitan dengan efisiensi, efektiivitas
dan produktivitas kegiatan tersebut dalam mencapai tujuan pengajaran. Teknik dan instrumen
yang sering diigunakan untuk menilai proses ini adalah teknik observasi.

Anda mungkin juga menyukai