Anda di halaman 1dari 3

Perencanaan laba adalah rencana kerja yang telah dipertimbangkan dengan cermat dan

dijelaskan secara kuantitatif dalam hal laporan keuangan untuk jangka pendek dan jangka panjang.
Perencanaan merupakan tindakan yang dibuat berdasarkan asumsi mengenai gambaran kegiatan
yang dilakukan pada waktu yang akan datang dalam mencapai tujuan yang diinginkan (Nafarin,
2007:4). Salah satu perencanaan yang harus dibuat oleh perusahaan adalah penyusunan
perencanaan target laba. Perencanaan laba merupakan hal penting bagi korporasi/perusahaan
untuk proses merencanakan keuangan. Berdasarkan perencanaan ini, manajer keuangan dapat
menentukan aktivitas korporasi untuk mencapai laba yang ditentukan (Tampubolon, 2005:42).
Kuswandi (2005:135) menyatakan perencanaan laba perlu dilakukan agar dapat menghasilkan
laba yang optimal untuk memuaskan pihak-pihak yang berkepentingan yaitu para pemegang saham,
manajemen, konsumen, karyawan, pemerintah. Perencanaan laba (profit planning) adalah
pengembangan dari suatu rencana operasi guna mencapai cita-cita dan tujuan perusahaan (Carter,
2009:4). Menurut Batemen & Snell (2014:15) bahwa “perencanaan (planning) adalah proses
penetapan tujuan yang akan dicapai dan memutuskan tindakan tepat yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan”.
Perencanaan laba merupakan proses perencanaan keuangan yang sangat penting bagi
perusahaan. Dengan perencanaan ini manajer keuangan dapat menentukan aktivitas perusahaan
untuk mencapai target laba yang sudah ditentukan (Muslich, 2006:66). Dari pernyataan ini diketahui
bahwa bila suatu perusahaan menyusun perencanaan laba yang baik, maka akan dapat memberikan
pendekatan yang teratur dalam pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan.
 Rencana laba strategik jangka panjang merupakan perencanaan perusahaan
untuk jangka waktu yang relatif lama, yakni lebih dari satu tahun atau bahkan
lebih dari lima tahun. Rencana laba strategik jangka panjang dibuat sesuai
dengan tujuan umum perusahaan, sasaran strategik, dan strategi jangka
panjang yang telah ditentukan sebelumnya. Bagian formal dari rencana ini
meliputi: laporan laba/rugi, neraca, proyeksi arus kas, rencana belanja modal,
tuntutan karyawan, rencana penelitian dan rencana penetrasi pasar jangka
panjang. Rencana jangka panjang meliputi semua bidang aktivitas utama
yang diantisipasi:
a. Penjualan, harga pokok dan laba
b. Proyek besar dan penambahan investasi modal
c. Arus kas dan pembiayaan
d. Kebutuhan dan persyaratan personel
e. Pengembalian investasi
f. Penelitian dan pengembangan
g. Informasi tentang persaingan dipasar dan analisis pangsa pasar.

 Rencana laba taktis merupakan perencanaan kegiatan-kegiatan tahunan


perusahaan. Manajer, pemilik perusahaan dan pihak lain yang berkepentingan
biasanya memerlukan jadwal, hasil dari rencana laba secara periodik, laporan
kinerja dan evaluasi mengenai progress perusahaan. Laporan rencana dan
progress biasanya dibuat bulanan, tiga bulanan atau tahunan.
Bila kedua rencana laba tersebut selesai dibuat, proses persetujuan dimulai.
Proses ini meliputi persetujuan, ketidaksetujuan atau saran perbaikan. Setelah
proses persetujuan partisipasi selesai untuk setiap pusat tanggung jawab dan
semua perbedaan yang relevan diselesaikan, berbagai rencana dan program
dari pusat tanggung jawab utama digabungkan ke dalam semua rencana laba
strategis dan taktis bagi perusahaan dalam satu kesatuan.

1. Analisis Biaya Total


• Dalam Analisis Biaya Total, biaya disajikan dalam suatu ikhtisar
yang menunjukkan alokasi dari semua biaya menurut tempat atau
bagian dimana biaya-biaya itu telah dikeluarkan.
• Perenancaan Laba yang didasarkan atas biaya total dapat terjadi
kekeliruan. Dengan adanya informasi yang keliru, maka akan
dihasilkan keputusan manajemen yang tidak tepat.
Cara Merencanakan Laba
Tabel : Analisis Biaya Total
(dalam ribuan rupiah)
Penjualan
120.000
Biaya Bahan 50.000
Biaya Buruh 15.000
Biaya Umum Pabrik 10.000 (+)
Total
75.000
Biaya Pemasaran 20.000
Biaya Umum & Adm. 15.000 (+)
Total Seluruh Biaya
110.000 (-)
LABA 10.000
Cara Merencanakan Laba
• Sebagai gambaran, yaitu jika dari tabel diatas dibuat analisis biaya
per satuan sebagai berikut :
Misalnya satuan barang yang terjual = 100.000 Unit
Harga penjualan per satuan = Rp 1.200
Harga per satuan = Rp 1.100 (-)
Laba per satuan = Rp 100
Jika satuan barang yang terjual adalah 80.000 Unit, maka :
Penjualan = 80.000 X Rp 1.200 = Rp 96.000.000
Biaya = 80.000 X Rp 1.100 = Rp 88.000.000 (-)
Laba Rp 8.000.000
• Kesalahan yang terlihat adalah pada besarnya laba, dimana biaya total
dianggap sebagai biaya yang berubah secara proporsional dengan
banyaknya barang yang dijual.
•Oleh karena itu analisis biaya total tidak tepat untuk perencanaan laba

Anda mungkin juga menyukai