Universal Design For Learning
Universal Design For Learning
DOI: 10.31289/diversita.v6i1.3784
Jurnal Diversita
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/diversita
Abstract
Teacher's self-efficacy is an important aspect for every teacher. The higher teacher's self-efficacy in teaching will have
positive effects on the teacher's self, teacher's teaching quality, and student academic achievement. This community
service aims to improve the self-efficacy of Islamic integrated junior high school teachers (SMPIT) through the
providing of Universal Design for Learning (UDL) training. To measure the effectiveness of the training used quasi-
experimental method with a one-group pretest-posttest design approach. Participants in this training w ere 11 SMPIT
teachers, the teacher's self-efficacy measurement was carried out using the Ohio State Teacher Efficacy Scale (OSTES),
and the measurement results were analyzed using the Wilcoxon signed rank test. Based on the measurem ent and
evaluation results it can be concluded that UDL training can improve the self-efficacy of SMPIT teachers in teaching (p
= 0.008, p <0.01), UDL training is beneficial for the work of teachers in SMPIT, UDL training can be applied in teaching
and learning activities at SMPIT, and UDL training can help SMPIT teachers to work better.
Keywords: Islamic Integrated Junior High School; Teachers Self Efficacy; Universal Design For Learning
Training.
How to Cite: Dalimunthe, H. A., Dewi, S.S. & Faadhil. 2020, Pelatihan Universal D esign for Learning untuk
Meningkatkan Efikasi Diri Guru Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu dalam Mengajar , Jurnal Diversita, 6 (1):
133-142.
133
Hairul Anwar Dalimunthe, Salamiah Sari Dewi & Faadhil, Pelatihan Universal Design for Learning
134
Jurnal Diversita, 6 (1) Juni 2020: 133-142.
kerja (Betoret, 2006), dan memiliki untuk melakukan tugas tertentu, begitu
kepuasan kerja yang rendah (Klassen et juga dengan kondisi emosi seperti bahagia,
al., 2009; Zee & Koomen, 2016). Oleh sedih, dan takut juga mempengaruhi
karena itu, efikasi diri guru dalam efikasi diri seseorang untuk melakukan
mengajar menjadi hal yang urgen dan tugas tertentu.
harus dimiliki oleh para guru. Hasil penelitian terdahulu
Efikasi diri seseorang dapat menunjukkan bahwa efikasi diri guru
ditingkatkan melalui empat sumber dapat ditingkatkan melalui pemberian
(Bandura, 1997). Sumber yang pertama pelatihan terhadap guru (Chao, Forlin, &
pengalaman keberhasilan pribadi Ho, 2016; Forlin, Sharma, & Loreman,
(enactive mastery experience), pengalaman 2014; Gao & Mager, 2011; Krisindita,
keberhasilan pribadi memberikan bukti 2013; Tsakiridou & Polyzopoulou, 2014;
autentik kepada seseorang tentang hal Tzivinikou, 2015; Vadahi & Lesha, 2015).
yang dapat dilakukannya untuk berhasil Pelatihan merupakan tindakan yang dapat
pada tugas tertentu, sehingga pengalaman meningkatkan pengetahuan dan
pribadi merupakan sumber yang paling keterampilan yang dibutuhkan guru.
mempengaruhi efikasi diri seseorang. Pelatihan yang dapat meningkatkan efikasi
Sumber yang kedua pengalaman orang diri guru adalah pelatihan yang dapat
lain (vicarious experience), pengalaman mengakomodasi sumber-sumber efikasi
orang lain dapat menjadi sumber efikasi yang dikemukakan Bandura (Malinen,
melalui proses modeling atau meniru Savolainen, & Xu, 2013).
pengalaman keberhasilan orang lain. Hal Program pelatihan yang akan
yang perlu diperhatikan dalam proses ini dikembangkan ini diberi nama pelatihan
adalah kesetaraan kapasitas seseorang Universal Design for Learning (UDL).
dengan model yang akan ditirunya, Pelatihan UDL melatih guru untuk mampu
semakin setara kondisi seseorang dengan merancang kegiatan pembelajaran yang
kondisi model maka semakin dapat mengakomodasi kebutuhan seluruh
mempengaruhi peningkatan efikasi diri siswa. UDL merupakansuatu pendekatan
seseorang. Sumber yang ketiga persuasi dalam merancang kegiatan pembelajaran
verbal (verbal persuasion), sumber efikasi yang sesuai dan efektif untuk seluruh
melalui persuasi verbal dilakukan dengan siswa (Mayer, Rose, & Gordon, 2014).
cara meyakinkan seseorang bahwa dirinya Nelson (2014) menjelaskan UDL sebagai
memiliki kemampuan untuk mengerjakan suatu kerangka yang dapat membantu
tugas tertentu, seseorang yang berhasil pendidik dalam merancang kegiatan
diyakinkan akan lebih berusaha dan lebih pembelajaran yang bebas hambatan bagi
bertahan dalam menghadapi kesulitan seluruh peserta didik.
atau tantangan. Sumber yang keempat UDL terdiri dari tiga prinsip yang
adalah kondisi fisiologis dan afektif dikembangkan berdasarkan penelitian
(physiological and affective states), kondisi neuroscience tentang kognitif dan proses
fisiologis seperti daya tahan tubuh, belajar, ketiga prinsip tersebut adalah
kesehatan, dan fungsi anggota tubuh provide multiple means of representation,
mempengaruhi efikasi diri seseorang provide multiple means of action and
135
Hairul Anwar Dalimunthe, Salamiah Sari Dewi & Faadhil, Pelatihan Universal Design for Learning
136
Jurnal Diversita, 6 (1) Juni 2020: 133-142.
(Kolb, 1984). Proses EL terdiri dari empat menerima persuasi dan feedback dari
tahapan yang berbentuk siklus (Kolb, fasilitator dan peserta pelatihan yang
1984). Pertama concrete experience (CE), lainnya, hal ini berkaitan dengan sumber
pada tahap ini guru diminta untuk terlibat efikasi persuasi verbal. Selain itu,
aktif dalam kegiatan pelatihan melalui pemilihan pendekatan EL juga
aktivitasdan studi kasus yang dapat mempertimbangkan karakteristik guru
memberikan pemahaman baru bagi guru. sebagai pembelajar dewasa (adult
Kedua reflective observation (RO), pada learner). Pendekatan EL dinilai lebih
tahap ini guru diminta untuk sesuai dengan prinsip belajar andragogi
merefleksikan pengalaman atau kegiatan atau pendidikan bagi orang dewasa
yang telah dilakukan dari berbagai (Supratiknya, 2011). Oleh karena itu,
perspektif melalui aktivitas diskusi. Ketiga pendekatan EL dinilai sesuai untuk
abstract conceptualization (AC), pada digunakan dalam penyusunan modul
tahap ini guru diminta untuk mengonsep pelatihan ini.
dan mengintegrasikan hasil pemikiran
mereka melalui aktivitas saling berbagi METODE PENELITIAN
hasil pemikiran masing-masing dan Penelitian ini menggunakan dua
penyampaian materi oleh trainer sehingga variabel, yaitu Efikasi diri guru sekolah
terbentuk sebuah kesimpulan yang logis mengah pertama islam terpadu (SMPIT)
dan dapat diterima oleh guru-guru. dalam mengajar (variabel dependen), dan
Keempat active experimentation (AE), Pelatihan “Universal Design for Learning”
pada tahap ini guru diminta untuk (variabel independen).
mengaplikasikan pengetahuan yang sudah Pengambilan partisipan dalam
mereka dapatkan melaui aktivitas penelitian ini dilakukan dengan metode
mengerjakan lembar kerja atau membuat purposive sampling of heterogeneous
rencana pembelajaran. instances. Karakteristik partisipan
Pelatihan dengan pendekatan EL penelitian ini adalah (1) guru SMPIT di
dapat mengakomodasi tiga sumber efikasi Kota Medan; (2) memiliki status guru
yang dikemukakan Bandura (1997). tetap atau honorer yang mengampu kelas
Pelatihan dengan pendekatan EL atau mata pelajaran; dan (3) bersedia
memberikan pengalaman langsung kepada mengikuti serangkaian kegiatan
peserta, hal ini berkaitan dengan sumber penelitian. Partisipan dalam penelitian ini
efikasi pengalaman pribadi (mastery terdiri dari 11 orang guru SMPIT.
experience) yang menjadi sumber efikasi Penelitian ini menggunakan Ohio
diri yang paling efektif. Pelatihan dengan State Teacher Efficacy Scale (OSTES) yang
pendekatan EL juga memberikan dikembangkan oleh Tschannen-Moran &
kesempatan kepada peserta untuk Hoy (2001). OSTES digunakan untuk
mengamati pengalaman peserta lain, hal mengukur self efikasi diri guru dalam
ini berkaitan dengan sumber efikasi dari mengajar. OSTES terdiri dari 24 aitem atau
pengalaman orang lain (vicarious pernyataan yang disajikan dalam bentuk
experience). Melalui pelatihan dengan Likert.
pendekatan EL peserta juga dapat
137
Hairul Anwar Dalimunthe, Salamiah Sari Dewi & Faadhil, Pelatihan Universal Design for Learning
138
Jurnal Diversita, 6 (1) Juni 2020: 133-142.
belum pernah membaca tentang universal dasar dari prinsip ini adalah peserta didik
design for learning. Setelah mengikuti berbeda-beda dalam cara memahami dan
pelatihan universal design for learning mempersepsikan informasi yang diberikan
partisipan mendapatkan pengetahuan kepada mereka. Beberapa peserta didik
baru yang dapat mereka terapkan dalam mungkin lebih mudah untuk memahami
mengajar. Rangkuman pengetahuan baru informasi yang disajikan dalam bentuk
yang didapatkan partsipan dari pelatihan gambar atau suara dari pada informasi
UDL dapat dilihat dalam tabal 1. yang disajikan dalam bentuk tulisan.
Perbedaan yang terdapat pada siswa
Tabel 1. Rangkuman pengetahuan baru yang dapat dikarenakan adanya hambatan pada
didapatkan partisipan
pendengaran, penglihatan, bahasa,
Pengetahuan Baru yang Didapatkan
Untuk menilai siswa perlu menggunakan budaya, dan ketidakmampuan dalam
instrumen penilaian yang sesuai dengan kondisi belajar. Dengan demikian tidak ada suatu
siswa.
sarana representasi yang optimal untuk
Perlu menggunakan berbagai macam metode dan
media dalam mengajar, yang disesuaikan dengan seluruh siswa, sehinga menyediakan
kondisi siswa. pilihan untuk representasi sangat penting
Semua anak istimewa, guru perlu melihat dari
sisi kelebihan dan kekurangan yang dimiliki dalam kegiatan belajar mengajar (CAST,
anak. 2014). Prinsip ini disampaikan pada sesi
UDL dapat membuat proses belajar menjadi lebih ketiga dalam pelatihan UDL
efektif, dan kegiatan belajar menjadi lebih
menyenangkan bagi siswa. Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa
UDL adalah sebuah konsep pendekatan dalam beberapa partisipan pelatihan UDL juga
pembelajaran untuk membantu peserta di dik mendapatkan pengetahuan yang berkaitan
dalam memahami pelajaran.
UDL mampu mengurangi kegagalan peserta di dik dengan perlunya memberikan berbagai
dalam belajar karena dises uaikan dengan kondisi alternatif media atau cara pada siswa
peserta didik.
untuk mengekspresikan pemahaman
Cara mengatasi anak saat di kelas
Cara memotivasi anak. mereka tentang apa yang mereka pelajari.
Cara membuat anak berpres tasi. Pengetahuan ini merupakan prinsip kedua
UDL memperkenalkan saya kepada sekolah dari UDL, yaitu multiple means of action
inklusif dan manfaat zonasi sekolah.
Cara memahami setiap karakter siswa dan and expression. Prinsip ini memiliki asumsi
kemampuan siswa dalam belajar. bahwa peserta didik berbeda dalam
Dapat menghadapi siswa yang bermasalah
kemampuan mereka mengakses
seperti mal as, daya ingat yang kurang dalam
memahami dan menghafal pelajaran. lingkungan belajar dan mengungkapkan
Metode baru dalam menangani berbagai karakter apa yang mereka ketahui. Beberapa siswa
anak.
mungkin dapat mengekspresikan apa yang
Universal design for learning merupakan suatu
pendekatan dal am pembelajaran yang bertujuan mereka ketahui melalui tulisan, tetapi
untuk memfasilitasi belajar siswa sesuai dengan tidak mampu untuk mengucapkannya,
kemampuan ataupun bakat siswa.
atau sebaliknya. Perbedaan tersebut dapat
dikarenakan adanya individu yang
Pengetahuan tentang perlunya
memiliki keterbatasan fungsi
menggunakan instrumen yang beragam
fisik/gangguan gerak, individu dengan
dalam mengajar merupakan salah satu
gangguan fungsi eksekutif, individu yang
prinsip dari UDL, yaitu prinsip provide
memiliki hambatan dalam berbahasa, dan
multiple means of representation. Asumsi
139
Hairul Anwar Dalimunthe, Salamiah Sari Dewi & Faadhil, Pelatihan Universal Design for Learning
140
Jurnal Diversita, 6 (1) Juni 2020: 133-142.
141
Hairul Anwar Dalimunthe, Salamiah Sari Dewi & Faadhil, Pelatihan Universal Design for Learning
resource development (6th ed.). California: Vadahi, F., & Lesha, J. (2015). Enhancing teachers
Elsevier Inc. self-efficacy: theoretical an d research
Kolb, D. A. (1984). Experiential learning: Cconsi derations. European Scientific
experience as the source of learning a nd Journal, 11(19), 82–89.
development. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Zee, M., & Koomen, H. M. Y. (2016). Teacher self-
Krisindita, R. W. (2013). Program “Teacher efficacy and its effects on classroom
Effectiveness Training” untuk meningkatkan processes, student academic adjustment,
efikasi guru. Universitas Gadjah Mada. and teacher well-being: A synthesis of 40
Malinen, O. P ., Savolainen, H., & Xu, J. (2013). years of research. Review of Educational
Dimensions of teacher self-efficacy for Research, 86(4), 981–1015.
inclusive practices among Mainland
Chinese pre-service teachers. Journal of
International Special Needs Education, 16(2),
82–93.
Mayer, A., Rose, D. H., & Gordon , D. (2014).
Universal Design for Learning: Theory a nd
Practice. Wakefield: CAST Professional
Publishing.
Nelson, L. L. (2014). Design and Deliver: Planning
and Teaching Using Universal Design for
Learning. Baltimore: Paul H. Brookes
Publishing.
Rao, K ., & Meo, G. (2016). Using universal design
for learning to design standards-based
lessons. SAGE Open, 6(4), 1–12.
Skaalvik, E. M., & Skaalvik, S. (2007). Dimensions
of teacher self-efficacy and relations with
strain factors, perceived collective teacher
efficacy, and teacher burnout. Journal of
Educational Psychology, 99(3), 611–625.
Skaalvik, E. M., & Skaalvik, S. (2010). Teacher self-
efficacy an d teacher burnout: A study of
relations. Teaching and Teacher Education ,
26, 1059–1069.
Supratiknya, A. (2011). Merancang program dan
modul psikoedukasi (Ed. Revisi).
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Suyatno. (2013). Sekolah isl am terpadu: Filsafat,
ideologi, dan tren baru pendi dikan islam di
Indonesia. Jurnal Pendidikan Islam, 2(2),
355–377.
Tsakiridou, H., & Polyzopoulou, K. (2014). Greek
teachers’ attitudes toward the inclusion of
students with special educational needs.
American Journal of Educational Research ,
2(4), 208–218.
Tschannen-Moran, M., Hoy, A. W., & Hoy, W. K.
(1998). Teacher efficacy: Its meaning and
measure. Review of Educational Research ,
68(2), 202–248.
Tzivinikou, S. (2015). The impact of an in-service
training program on the self-efficacy of
speci al and general education teachers.
Problems of Education in the 21st Cent ury ,
64, 95–107.
142