Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Diversita, 6 (1) Juni (2020) ISSN 2461-1263 (Print) ISSN 2580-6793 (Online)

DOI: 10.31289/diversita.v6i1.3784

Jurnal Diversita
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/diversita

Pelatihan Universal Design for Learning untuk Meningkatkan Efikasi


Diri Guru Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu
dalam Mengajar

Universal Design for Learning Training to Improve Self-Efficacy of


Islamic Integrated Junior High School Teachers in Teaching

Hairul Anwar Dalimunthe *, Salamiah Sari Dewi** & Faadhil***


Fakultas Psikologi, Universitas Medan Area, Indonesia
Diterima; 17 Mei 2020; Disetujui: 29 Mei 2020; Dipublish: 02 Juni 2020
*Corresponding author: E-mail: hairul@staff.uma.ac.id
Abstrak
Efikasi diri guru merupakan salah satu aspek yang penting untuk dimiliki oleh setiap guru . Semakin tinggi efikasi
diri guru dalam mengajar maka akan memberikan efek yang positif terhadap diri guru , kualitas mengajar guru, dan
prestasi akademik siswa. Pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan efikasi diri guru
sekolah menengah pertama islam terpadu (SMPIT) melalui pemberian pelatihan Uiversal Design for Learning
(UDL). Untuk mengukur efektivitas pelatihan tersebut digunakan metode kuasi eksperimen dengan pendekatan
one-group pretest-posttest design. Partisipan dalam pelatihan ini sebanyak 11 orang guru SMPIT, pengukuran
efikasi diri guru dilakukan dengan menggunakan Ohio State Teacher Efficacy Scale (OSTES), dan data hasil
pengukuran dianalisis menggunakan Wilcoxon signed rank test. Berdasarkan hasil pengukuran dan evaluasi dapat
disimpulkan bahwa pelatihan UDL dapat meningkatkan efikasi diri guru SMPIT dalam mengajar (p = 0,008, p <
0,01), pelatihan UDL bermanfaat bagi pekerjaan para guru di SMPIT, pelatihan UDL dapat diterapkan dalam
kegiatan belajar mengajar di SMPIT, dan pelatihan UDL dapat membantu para guru SMPIT untuk bekerja lebih
baik.
Kata Kunci: Efikasi Diri Guru; Pelatihan Universal Design For Learning; Sekolah Menengah Pertama
Islam Terpadu.

Abstract
Teacher's self-efficacy is an important aspect for every teacher. The higher teacher's self-efficacy in teaching will have
positive effects on the teacher's self, teacher's teaching quality, and student academic achievement. This community
service aims to improve the self-efficacy of Islamic integrated junior high school teachers (SMPIT) through the
providing of Universal Design for Learning (UDL) training. To measure the effectiveness of the training used quasi-
experimental method with a one-group pretest-posttest design approach. Participants in this training w ere 11 SMPIT
teachers, the teacher's self-efficacy measurement was carried out using the Ohio State Teacher Efficacy Scale (OSTES),
and the measurement results were analyzed using the Wilcoxon signed rank test. Based on the measurem ent and
evaluation results it can be concluded that UDL training can improve the self-efficacy of SMPIT teachers in teaching (p
= 0.008, p <0.01), UDL training is beneficial for the work of teachers in SMPIT, UDL training can be applied in teaching
and learning activities at SMPIT, and UDL training can help SMPIT teachers to work better.
Keywords: Islamic Integrated Junior High School; Teachers Self Efficacy; Universal Design For Learning
Training.

How to Cite: Dalimunthe, H. A., Dewi, S.S. & Faadhil. 2020, Pelatihan Universal D esign for Learning untuk
Meningkatkan Efikasi Diri Guru Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu dalam Mengajar , Jurnal Diversita, 6 (1):
133-142.

133
Hairul Anwar Dalimunthe, Salamiah Sari Dewi & Faadhil, Pelatihan Universal Design for Learning

PENDAHULUAN memiliki tanggung jawab untuk mengajar


Dua dekade terakhir semakin banyak seluruh peserta didik yang ada dalam
bermunculan sekolah dengan label Islam suatu kelas tanpa terkecuali. Beragamnya
Terpadu (IT), hampir di setiap kota besar karakteristik dan kondisi peserta didik
yang ada di Indonesia terdapat sekolah IT. dalam suatu kelas menuntut guru untuk
Sekolah IT merupakan sekolah yang mampu merancang kegiatan pembelajaran
menerapkan pendekatan penyelenggaraan yang efektif dan mampu untuk
dengan memadukan pendidikan umum mengakomodasi kebutuhan belajar
dan pendidikan agama menjadi suatu seluruh peserta didik. Namun, pada
jalinan kurikulum (Suyatno, 2013). Hingga kenyataannya masih terdapat guru yang
saat ini, terdapat sekitar 1.000 sekolah IT merasa dirinya tidak mampu untuk
dari level taman kanak-kanak (TK) hingga mencapai target pembelajaran karena
sekolah menengah atas (SMA) yang beragamnya karakteristik siswa di dalam
tergabung dalam Jaringan Sekolah Islam kelas, dan banyaknya tuntutan yang harus
Terpadu (JSIT) yang kepengurusannya dicapai oleh seorang guru di SMPIT.
telah tersebar di seluruh wilayah Kondisi tersebut menunjukkan bahwa
Indonesia, dan ada sekitar 10.000 Sekolah masih terdapat guru yang memiliki efikasi
IT (dari level TK hingga SMA) yang secara diri yang rendah dalam mengajar.
struktural tidak bergabung di bawah JSIT Efikasi diri guru adalah keyakinan
(Suyatno, 2013). Sekolah Menengah yang dimiliki guru bahwa dirinya mampu
Pertama Islam Terpadu (SMPIT) adalah untuk mengajak siswa terlibat dalam
salah satu level dari sekolah IT dan kegiatan belajar mengajar, walaupun
menjadi fokus dalam penelitian ini. siswa tersebut mengalami kesulitan atau
Berkembang pesatnya SMPIT di kurang termotivasi untuk belajar (Guskey
Indonesia menunjukkan banyaknya & Passaro, 1994). Selain itu, efikasi diri
peminat SMPIT di masyarakat. Walaupun guru juga didefinisikan sebagai keyakinan
dalam aspek agama siswa SMPIT homogen yang dimiliki guru bahwa dirinya mampu
atau semuanya beragama Islam, tetapi untuk merancang dan menyelenggarakan
pada aspek yang lainnya siswa-siswa kegiatan belajar mengajar yang dapat
SMPIT sama heterogennya dengan mencapai tujuan pendidikan yang telah
sekolah-sekolah pada umumnya. Siswa ditentukan (Skaalvik & Skaalvik, 2007;
SMPIT juga memiliki karakteristik yang Tschannen-Moran, Hoy, & Hoy, 1998).
beragam, keberagaman karakteristik Efikasi diri guru mempengaruhi prestasi
siswa dapat dilihat dari perbedaan akademik, dan motivasi belajar siswa (Zee
kapasitas inteligensi, kondisi fisik, kondisi & Koomen, 2016), kualitas mengajar guru,
panca indra, status sosial, etnis, dan kesejahteraan psikologis guru, prestasi
budaya. Aspek-aspek perbedaan tersebut guru, kepuasan kerja, dan komitmen kerja
juga mempengaruhi keberhasilan guru (Klassen & Chiu, 2011; Skaalvik &
akademik siswa (Azwar, 2014). Skaalvik, 2010; Zee & Koomen, 2016).
Setiap kelas selalu terdiri dari siswa- Efikasi diri guru yang rendah dapat
siswa yang memiliki karakteristik yang mengakibatkan guru mengalami kesulitan
beragam (Rao & Meo, 2016), dan guru dalam mengajar, beresiko mengalami stres

134
Jurnal Diversita, 6 (1) Juni 2020: 133-142.

kerja (Betoret, 2006), dan memiliki untuk melakukan tugas tertentu, begitu
kepuasan kerja yang rendah (Klassen et juga dengan kondisi emosi seperti bahagia,
al., 2009; Zee & Koomen, 2016). Oleh sedih, dan takut juga mempengaruhi
karena itu, efikasi diri guru dalam efikasi diri seseorang untuk melakukan
mengajar menjadi hal yang urgen dan tugas tertentu.
harus dimiliki oleh para guru. Hasil penelitian terdahulu
Efikasi diri seseorang dapat menunjukkan bahwa efikasi diri guru
ditingkatkan melalui empat sumber dapat ditingkatkan melalui pemberian
(Bandura, 1997). Sumber yang pertama pelatihan terhadap guru (Chao, Forlin, &
pengalaman keberhasilan pribadi Ho, 2016; Forlin, Sharma, & Loreman,
(enactive mastery experience), pengalaman 2014; Gao & Mager, 2011; Krisindita,
keberhasilan pribadi memberikan bukti 2013; Tsakiridou & Polyzopoulou, 2014;
autentik kepada seseorang tentang hal Tzivinikou, 2015; Vadahi & Lesha, 2015).
yang dapat dilakukannya untuk berhasil Pelatihan merupakan tindakan yang dapat
pada tugas tertentu, sehingga pengalaman meningkatkan pengetahuan dan
pribadi merupakan sumber yang paling keterampilan yang dibutuhkan guru.
mempengaruhi efikasi diri seseorang. Pelatihan yang dapat meningkatkan efikasi
Sumber yang kedua pengalaman orang diri guru adalah pelatihan yang dapat
lain (vicarious experience), pengalaman mengakomodasi sumber-sumber efikasi
orang lain dapat menjadi sumber efikasi yang dikemukakan Bandura (Malinen,
melalui proses modeling atau meniru Savolainen, & Xu, 2013).
pengalaman keberhasilan orang lain. Hal Program pelatihan yang akan
yang perlu diperhatikan dalam proses ini dikembangkan ini diberi nama pelatihan
adalah kesetaraan kapasitas seseorang Universal Design for Learning (UDL).
dengan model yang akan ditirunya, Pelatihan UDL melatih guru untuk mampu
semakin setara kondisi seseorang dengan merancang kegiatan pembelajaran yang
kondisi model maka semakin dapat mengakomodasi kebutuhan seluruh
mempengaruhi peningkatan efikasi diri siswa. UDL merupakansuatu pendekatan
seseorang. Sumber yang ketiga persuasi dalam merancang kegiatan pembelajaran
verbal (verbal persuasion), sumber efikasi yang sesuai dan efektif untuk seluruh
melalui persuasi verbal dilakukan dengan siswa (Mayer, Rose, & Gordon, 2014).
cara meyakinkan seseorang bahwa dirinya Nelson (2014) menjelaskan UDL sebagai
memiliki kemampuan untuk mengerjakan suatu kerangka yang dapat membantu
tugas tertentu, seseorang yang berhasil pendidik dalam merancang kegiatan
diyakinkan akan lebih berusaha dan lebih pembelajaran yang bebas hambatan bagi
bertahan dalam menghadapi kesulitan seluruh peserta didik.
atau tantangan. Sumber yang keempat UDL terdiri dari tiga prinsip yang
adalah kondisi fisiologis dan afektif dikembangkan berdasarkan penelitian
(physiological and affective states), kondisi neuroscience tentang kognitif dan proses
fisiologis seperti daya tahan tubuh, belajar, ketiga prinsip tersebut adalah
kesehatan, dan fungsi anggota tubuh provide multiple means of representation,
mempengaruhi efikasi diri seseorang provide multiple means of action and

135
Hairul Anwar Dalimunthe, Salamiah Sari Dewi & Faadhil, Pelatihan Universal Design for Learning

expression, dan provide multiple means of kesempatan yang sama untuk


engagement (Mayer et al., 2014). berpartisipasi aktif dalam kegiatan
Prinsip pertama, provide multiple pembelajaran. Dengan UDL guru menjadi
means of representation adalah lebih memprihatinkan latar belakang,
menyediakan berbagai sarana preferensi, kemampuan dan kebutuhan
representasi kepada para siswa dalam peserta didik yang mereka ajari, sehingga
memperoleh, memproses, dan guru dapat memastikan bahwa pelajaran
mengintegrasikan informasi dan yang mereka ajarkan dapat dipahami dan
pengetahuan (Mayer et al., 2014). Prinsip menarik perhatian seluruh peserta didik
kedua, provide multiple means of action (Rao & Meo, 2016).
and expression merupakan menyediakan UDL bukan berarti “satu ukuran
berbagai macam strategi pengajaran yang cocok untuk semua”, UDL berarti seluruh
sesuai dengan kebutuhan siswa dan siswa dengan karakteristik individualnya
memberikan berbagai macam pilihan memiliki akses yang setara dan adil, serta
kepada siswa untuk mengekspresikan apa memiliki kesempatan untuk mempelajari
yang sudah mereka pahami dari kegiatan materi yang sama dengan cara bekerja
pembelajaran (Hall, Mayer, & Rose, 2012). yang paling baik dan efektif bagi mereka
Prinsip ketiga, provide multiple means of (Hall et al., 2012). Selain itu, UDL tidak
engagement merupakan menyediakan hanya dibutuhkan oleh guru-guru di
berbagai macam pilihan untuk sekolah yang menjalankan sistem
mendukung dan membangkitkan motivasi pendidikan inklusif saja, tetapi guru-guru
belajar siswa (Hall et al., 2012). di sekolah umum atau reguler juga
Berdasarkan tiga prinsip UDL membutuhkannya termasuk guru-guru di
tersebut dikembangkan pedoman dalam SMPIT, karena UDL meliputi pendidikan
merancang kegiatan pembelajaran yang untuk seluruh peserta didik, dan bukan
disebut dengan pedoman UDL (Hall et al., hanya membahas keberagaman siswa dari
2012). Pedoman UDL terdiri dari sembilan aspek disabilitas saja, tetapi membahas
pedoman, dan tiga puluh tiga checkpoint. keberagaman siswa dari aspek yang lebih
Pedoman UDL dapat membantu guru luas, seperti perbedaan status sosial,
dalam mendesain pembelajaran yang budaya, gaya belajar, minat, dan motivasi
fleksibel dengan memberikan berbagai (Hall et al., 2012).
macam cara untuk mengakses pelajaran, Proses belajar pada pelatihan UDL ini
berabagai macam cara untuk menggunakan pendekatan experiential
mengungkapkan apa yang sudah mereka learning yang dikemukakan oleh Kolb
pelajari, dan berbagai macam cara untuk (1984). Experiential learning (EL)
meningkatkan minat dan motivasi belajar merupakan pendekatan belajar yang
siswa (Mayer et al., 2014). berasumsi bahwa pemahaman atau
UDL digunakan sebagai pendekatan pengetahuan diperoleh melalui proses
dalam mendesain kegiatan belajar- penyerapan informasi dari pengalaman
mengajar yang universal, kurikulum yang yang dialami dan mentransformasikan
universal, dan asesmen yang universal, informasi tersebut agar dapat digunakan
sehingga seluruh siswa memiliki atau diterapkan dalam kehidupan nyata

136
Jurnal Diversita, 6 (1) Juni 2020: 133-142.

(Kolb, 1984). Proses EL terdiri dari empat menerima persuasi dan feedback dari
tahapan yang berbentuk siklus (Kolb, fasilitator dan peserta pelatihan yang
1984). Pertama concrete experience (CE), lainnya, hal ini berkaitan dengan sumber
pada tahap ini guru diminta untuk terlibat efikasi persuasi verbal. Selain itu,
aktif dalam kegiatan pelatihan melalui pemilihan pendekatan EL juga
aktivitasdan studi kasus yang dapat mempertimbangkan karakteristik guru
memberikan pemahaman baru bagi guru. sebagai pembelajar dewasa (adult
Kedua reflective observation (RO), pada learner). Pendekatan EL dinilai lebih
tahap ini guru diminta untuk sesuai dengan prinsip belajar andragogi
merefleksikan pengalaman atau kegiatan atau pendidikan bagi orang dewasa
yang telah dilakukan dari berbagai (Supratiknya, 2011). Oleh karena itu,
perspektif melalui aktivitas diskusi. Ketiga pendekatan EL dinilai sesuai untuk
abstract conceptualization (AC), pada digunakan dalam penyusunan modul
tahap ini guru diminta untuk mengonsep pelatihan ini.
dan mengintegrasikan hasil pemikiran
mereka melalui aktivitas saling berbagi METODE PENELITIAN
hasil pemikiran masing-masing dan Penelitian ini menggunakan dua
penyampaian materi oleh trainer sehingga variabel, yaitu Efikasi diri guru sekolah
terbentuk sebuah kesimpulan yang logis mengah pertama islam terpadu (SMPIT)
dan dapat diterima oleh guru-guru. dalam mengajar (variabel dependen), dan
Keempat active experimentation (AE), Pelatihan “Universal Design for Learning”
pada tahap ini guru diminta untuk (variabel independen).
mengaplikasikan pengetahuan yang sudah Pengambilan partisipan dalam
mereka dapatkan melaui aktivitas penelitian ini dilakukan dengan metode
mengerjakan lembar kerja atau membuat purposive sampling of heterogeneous
rencana pembelajaran. instances. Karakteristik partisipan
Pelatihan dengan pendekatan EL penelitian ini adalah (1) guru SMPIT di
dapat mengakomodasi tiga sumber efikasi Kota Medan; (2) memiliki status guru
yang dikemukakan Bandura (1997). tetap atau honorer yang mengampu kelas
Pelatihan dengan pendekatan EL atau mata pelajaran; dan (3) bersedia
memberikan pengalaman langsung kepada mengikuti serangkaian kegiatan
peserta, hal ini berkaitan dengan sumber penelitian. Partisipan dalam penelitian ini
efikasi pengalaman pribadi (mastery terdiri dari 11 orang guru SMPIT.
experience) yang menjadi sumber efikasi Penelitian ini menggunakan Ohio
diri yang paling efektif. Pelatihan dengan State Teacher Efficacy Scale (OSTES) yang
pendekatan EL juga memberikan dikembangkan oleh Tschannen-Moran &
kesempatan kepada peserta untuk Hoy (2001). OSTES digunakan untuk
mengamati pengalaman peserta lain, hal mengukur self efikasi diri guru dalam
ini berkaitan dengan sumber efikasi dari mengajar. OSTES terdiri dari 24 aitem atau
pengalaman orang lain (vicarious pernyataan yang disajikan dalam bentuk
experience). Melalui pelatihan dengan Likert.
pendekatan EL peserta juga dapat

137
Hairul Anwar Dalimunthe, Salamiah Sari Dewi & Faadhil, Pelatihan Universal Design for Learning

Penelitian ini juga menggunakan dan melakukan posttest setelah pemberian


lembar observasi proses pelatihan, yang pelatihan. Ketiga tahap pasca penelitian,
digunakan untuk memastikan bahwa peneliti menganalisis data dan menyusun
perlakuan yang diberikan kepada laporan hasil penelitian.
partisipan sudah sesuai dengan prosedur Analisis data dilakukan dengan
dan rencana penelitian dan berfungsi statistik non-parametrik Wilcoxon
sebagai cek manipulasi dalam eksperimen matched-pairs signed ranks test.
(Sugiyanto, 2009). Selain itu, penelitian ini
juga menggunakan lembar observasi HASIL DAN PEMBAHASAN
peserta pelatihan yang berfungsi untuk Berdasarkan hasil analisis data
melihat keterlibatan partisipan selama menggunakan Wilcoxon signed-rank test
proses pelatihan. Keterlibatan partisipan diketahui bahwa terdapat perbedaan yang
selama proses pelatihan mempengaruhi signifikan antara skor efikasi diri guru
keberhasilan partisipan dalam memahami sebelum mengikuti pelatihan UDL dengan
materi pelatihan dan keefektifan pelatihan sesudah mengikuti pelatihan UDL. Terjadi
(Noe, 2010). peningkatan pada efikasi diri guru, rata-
Penelitian ini juga menggunakan rata skor efikasi diri guru setelah
lembar evaluasi pelatihan, yang berfungsi pelatihan lebih tinggi (Mean = 193,82)
untuk mengetahui penilaian partisipan dibandingkan rata-rata skor efikasi diri
terhadap program pelatihan, dan guru sebelum mengikuti pelatihan (Mean
bermanfaat sebagai sumber informasi = 172,27) dengan nilai p = 0,008 (p <
untuk meningkatkan kualitas program 0,01). Hal ini senada dengan hasil
pelatihan (Kirkpatrick & Kirkpatrick, penelitian Katz (2015) yang melihat
2006). Lembar evaluasi pelatihan disusun pengaruh UDL terhadap efikasi diri guru di
berdasarkan lembar evaluasi reaksi sekolah perkotaan dan pedesaan.
peserta pelatihan yang dikemukakan oleh Berdasarkan hasil pemeriksaan psikologis,
Kirkpatrick & Kirkpatrick (2006). diketahui. Katz menemukan bahwa guru
Penelitian dilakukan dengan desain yang mempelajari UDL memiliki
eksperimen kuasi one-group pretest- peningkatan pada efikasi diri mereka.
posttest design. Jika dilihat lebih mendalam dari hasil
Penelitian ini dilakukan dengan tiga pengukuran efikasi diri guru, diketahui
tahapan. Pertama tahapan persiapan, bahwa walaupun secara keseluruhan
peneliti melakukan studi pendahuluan, terjadi peningkatan yang signifikan pada
identifikasi permasalahan, studi literatur, efikasi diri guru SMPIT, tetapi tidak semua
mendesain modul pelatihan, penyusunan guru mengalami peningkatan. Peningkatan
instrumen penelitian, dan mengurus izin efikasi diri guru tampak terjadi pada 9
penelitian. Kedua tahapan pelaksanaan partisipan, sedangkan 2 partisipan lainnya
penelitian, peneliti melakukan tidak menunjukkan adanya peningkatan
penyaringan partisipan penelitian dan efikasi diri.
melakukan pretest, kemudian peneliti Partisipan dalam pelatihan ini
memberikan pelatihan “Universal Design semuanya belum pernah mengikuti
for Learning” kepada partisipan penelitian, pelatihan universal design for learning, dan

138
Jurnal Diversita, 6 (1) Juni 2020: 133-142.

belum pernah membaca tentang universal dasar dari prinsip ini adalah peserta didik
design for learning. Setelah mengikuti berbeda-beda dalam cara memahami dan
pelatihan universal design for learning mempersepsikan informasi yang diberikan
partisipan mendapatkan pengetahuan kepada mereka. Beberapa peserta didik
baru yang dapat mereka terapkan dalam mungkin lebih mudah untuk memahami
mengajar. Rangkuman pengetahuan baru informasi yang disajikan dalam bentuk
yang didapatkan partsipan dari pelatihan gambar atau suara dari pada informasi
UDL dapat dilihat dalam tabal 1. yang disajikan dalam bentuk tulisan.
Perbedaan yang terdapat pada siswa
Tabel 1. Rangkuman pengetahuan baru yang dapat dikarenakan adanya hambatan pada
didapatkan partisipan
pendengaran, penglihatan, bahasa,
Pengetahuan Baru yang Didapatkan
 Untuk menilai siswa perlu menggunakan budaya, dan ketidakmampuan dalam
instrumen penilaian yang sesuai dengan kondisi belajar. Dengan demikian tidak ada suatu
siswa.
sarana representasi yang optimal untuk
 Perlu menggunakan berbagai macam metode dan
media dalam mengajar, yang disesuaikan dengan seluruh siswa, sehinga menyediakan
kondisi siswa. pilihan untuk representasi sangat penting
 Semua anak istimewa, guru perlu melihat dari
sisi kelebihan dan kekurangan yang dimiliki dalam kegiatan belajar mengajar (CAST,
anak. 2014). Prinsip ini disampaikan pada sesi
 UDL dapat membuat proses belajar menjadi lebih ketiga dalam pelatihan UDL
efektif, dan kegiatan belajar menjadi lebih
menyenangkan bagi siswa. Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa
 UDL adalah sebuah konsep pendekatan dalam beberapa partisipan pelatihan UDL juga
pembelajaran untuk membantu peserta di dik mendapatkan pengetahuan yang berkaitan
dalam memahami pelajaran.
 UDL mampu mengurangi kegagalan peserta di dik dengan perlunya memberikan berbagai
dalam belajar karena dises uaikan dengan kondisi alternatif media atau cara pada siswa
peserta didik.
untuk mengekspresikan pemahaman
 Cara mengatasi anak saat di kelas
 Cara memotivasi anak. mereka tentang apa yang mereka pelajari.
 Cara membuat anak berpres tasi. Pengetahuan ini merupakan prinsip kedua
 UDL memperkenalkan saya kepada sekolah dari UDL, yaitu multiple means of action
inklusif dan manfaat zonasi sekolah.
 Cara memahami setiap karakter siswa dan and expression. Prinsip ini memiliki asumsi
kemampuan siswa dalam belajar. bahwa peserta didik berbeda dalam
 Dapat menghadapi siswa yang bermasalah
kemampuan mereka mengakses
seperti mal as, daya ingat yang kurang dalam
memahami dan menghafal pelajaran. lingkungan belajar dan mengungkapkan
 Metode baru dalam menangani berbagai karakter apa yang mereka ketahui. Beberapa siswa
anak.
mungkin dapat mengekspresikan apa yang
 Universal design for learning merupakan suatu
pendekatan dal am pembelajaran yang bertujuan mereka ketahui melalui tulisan, tetapi
untuk memfasilitasi belajar siswa sesuai dengan tidak mampu untuk mengucapkannya,
kemampuan ataupun bakat siswa.
atau sebaliknya. Perbedaan tersebut dapat
dikarenakan adanya individu yang
Pengetahuan tentang perlunya
memiliki keterbatasan fungsi
menggunakan instrumen yang beragam
fisik/gangguan gerak, individu dengan
dalam mengajar merupakan salah satu
gangguan fungsi eksekutif, individu yang
prinsip dari UDL, yaitu prinsip provide
memiliki hambatan dalam berbahasa, dan
multiple means of representation. Asumsi

139
Hairul Anwar Dalimunthe, Salamiah Sari Dewi & Faadhil, Pelatihan Universal Design for Learning

individu yang memiliki pendekatan belajar Partisipan juga merencanakan


yang sangat berbeda. Tidak ada suatu perubahan yang akan dilakukan setelah
tindakan dan ekspresi yang akan optimal mengikuti pelatihan UDL. Perubahan yang
untuk semua peserta didik, sehingga akan dilakukan partisipan dapat
memberikan opsi untuk tindakan dan disimpulakan dalam dua poin, dimana
ekspresi sangat penting (CAST, 2014). seluruh partisipan merencanakan
Prinsip ini diberikan pada sesi keempat perubahan dalam dua hal tersebut.
dalam pelatihan UDL. Pertama, partisipan atau para guru
Selain itu, beberapa partisipan berencana untuk menggunakan berbagai
mendapatkan pengetahuan baru bahwa macam strategi dalam mengajar. Kedua,
menyediakan berbagai macam alternatif partisipan merancang kegiatan evalusi
dan strategi dalam mengajar dapat belajar yang lebih variatif dan disesuaikan
membangun motivasi dan minat siswa dengan kondisi siswa.
dalam belajar. Pengetahuan ini berkaitan Berdasarkan hasil evalauasi yang
dengan prinsip ketiga dari UDL, yaitu dilakukan partisipan terhadap pelatihan
provide multiple means of engagement. giketahui bahwa seluruh peserta pelatihan
Mayer et al. (2014) menjelaskan prinsip sangat setuju bahwa materi yang
ini mendorong guru untuk membuat siswa disampaikan dalam pelatihan Universal
tertarik dan termotivasi untuk belajar. Design for Learning bermanfaat untuk
Asumsi dasar dari prinsip ini adalah pekerjaan mereka sebagai seorang guru di
peserta didik memiliki perbedaan di mana SMPIT. Enam peserta pelatihan sangat
mereka dapat terlibat atau termotivasi setuju bahwa mereka akan dapat
untuk belajar. Terdapat berbagai macam menerapkan materi yang didapatkan
sumber yang dapat mempengaruhi kondisi dalam pekerjaan mereka, dan lima peserta
afek peserta didik, contohnya aspek menilai setuju bahwa mereka akan dapat
neurologi, budaya, relevansi pribadi, menerapkan materi yang mereka
subjektivitas, dan latar belakang dapatkan. Seluruh peserta merasa bahwa
pengetahuan. Beberapa peserta didik ada pelatihan ini dapat membantu mereka
yang sangat tertarik dengan hal yang untuk bekerja lebih baik. Sembilan peserta
spontan dan baru, tetapi ada juga yang pelatihan sangat setuju bahwa materi
tidak menyukai hal yang baru dan pelatihan disampaikan dengan cara yang
cenderung takut, ada juga yang lebih menarik, dan dua peserta lainnya menilai
menyukai hal yang rutin. Ada juga peserta setuju. Sepuluh peserta pelatihan menilai
didik yang lebih menyukai bekerja sendiri, sangat setuju bahwa trainer/fasilitator
tetapi ada juga yang menyukai bekerja menjelaskan materi dengan menggunakan
secara kelompok. Tidak ada suatu hal yang bahasa atau contoh yang mudah untuk
dapat memotivasi atau meningkatkan dipahami, dan satu peserta menilai setuju.
keterlibatan seluruh peserta didik, sehinga Sembilan peserta pelatihan menilai sangat
menyediakan berbagai pilihan untuk setuju bahwa trainer/fasilitator
memotivasi dan meningkatkan menguasai materi yang disampaikannya,
ketertarikan siswa sangat penting (CAST, dan dua peserta menilai setuju. Sepuluh
2014). peserta pelatihan menilai sangat setuju

140
Jurnal Diversita, 6 (1) Juni 2020: 133-142.

bahwa alat bantu audiovisual yang Betoret, F. D. (2006). Stressors, self‐efficacy,


digunakan efektif atau membantu mereka coping resources, an d burnout among
secondary school teachers in Spain.
dalam memahami materi, dan satu peserta Educational Psychology: A n International
menilai cukup setuju. Sepuluh peserta Journal of Experimental Educational
pelatihan menilai sangat setuju bahwa Psychology, 26(4), 519–539.
CAST. (2014). The Three Principles of UDL.
handout materi akan membantu mereka Retrieved July 1, 2018, from
dalam memahami materi, dan satu peserta http://www.udlcenter.org/about udl/whatis
menilai setuju. Sepuluh peserta pelatihan udl/3principles
Chao, C. N. G., Forlin, C., & Ho, F. C. (2016).
menilai sangat setuju bahwa tempat Improving teaching self-efficacy for
pelatihan sesuai dan nyaman, dan satu teachers in inclusive cl assrooms in Hong
peserta menilai setuju. Kong. International Journal of Inclusive
Education, Advance online publication.
Dewi, S. S., Dalimunthe, H. A., & Faadhil. (2019).
SIMPULAN The Effectiveness of Universal Design for
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat Learning. Journal of Social Science Studies,
6(1), 112-123.
disimpulkan bahwa pelatihan UDL dapat Forlin, C., Sharma, U., & Loreman, T. (2014).
meningkatkan efikasi diri guru SMPIT Predictors of improved teaching efficacy
dalam mengajar, pelatihan UDL following basic training for inclusion in
Hong Kong. International Journal of
bermanfaat bagi pekerjaan para guru di Inclusive Education, 18(7), 718–730.
SMPIT, pelatihan UDL dapat diterapkan Gao, W., & Mager, G. (2011). Enhancing preservice
dalam kegiatan belajar mengajar di SMPIT, teachers’ sense of efficacy and attitudes
toward school diversity through
dan pelatihan UDL dapat membantu para preparation: A case of one U.S. inclusive
guru SMPIT untuk bekerja lebih baik. teacher education program. International
Meski demikian, keterbatasan dalam Journal of Special Education, 26(2), 92–107.
Guskey, T. R., & Passaro, P. D. (1994). Teacher
penelitian ini adalah sampel partisipan efficacy: A study of construct dimensions.
yang masih sedikit, dan tidak adanya American Educational Research Journal,
kelompok kontrol yang digunakan untk 31(3), 627–643.
Hall, T. E., Mayer, A., & Rose, D. H. (2012). An
menjadi pembanding. Introduction to Universal Design for
Learning: Questions and Answers. In T. E .
UCAPAN TERIMAKASIH Hall, A. Mayer, & D. H. Rose (Eds.),
Universal Design for Learning in t he
Terima kasih kami ucapkan kepada Classroom (pp. 1–8). New York: Guilford.
Yayasan Pendidikan Haji Agus Salim yang Klassen, R. M., Bong, M., Usher, E. L., Har, W.,
telah mendanai penelitian ini, terima kasih Huan, V. S., Wong, I. Y. F., & Georgiou, T.
(2009). Exploring the validity of a teachers’
kepada Rektor Universitas Medan Area, self-efficacy scal e in five countries.
Kepala LP2M Universitas Medan Area, Contemporary Educational Psychology ,
Dekan Fakultas Psikologi Universitas 34(2009), 67– 76.
Klassen, R. M., & Chiu, M. M. (2011). The
Medan Area, dan seluruh partisipan dalam
occupational commitment and intention to
penelitan ini. quit of practicing and pre-service teachers:
Influence of self-efficacy, job stress, an d
teaching context. Contemporary
DAFTAR PUSTAKA
Educational Psychology, 36(2011), 114–129.
Azwar, S . (2014). Pengantar psikoogi inteligensi. Knowles, M. S., Holton III, E. F., & Swanson, R. A.
Yogyakarta: P ustaka Pelajar. (2005). The adultlearner: The definitive
Bandura, A. (1997). Self-efficacy: The exercise of classic in adult education and huma n
control. New York: Freeman and Company.

141
Hairul Anwar Dalimunthe, Salamiah Sari Dewi & Faadhil, Pelatihan Universal Design for Learning

resource development (6th ed.). California: Vadahi, F., & Lesha, J. (2015). Enhancing teachers
Elsevier Inc. self-efficacy: theoretical an d research
Kolb, D. A. (1984). Experiential learning: Cconsi derations. European Scientific
experience as the source of learning a nd Journal, 11(19), 82–89.
development. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Zee, M., & Koomen, H. M. Y. (2016). Teacher self-
Krisindita, R. W. (2013). Program “Teacher efficacy and its effects on classroom
Effectiveness Training” untuk meningkatkan processes, student academic adjustment,
efikasi guru. Universitas Gadjah Mada. and teacher well-being: A synthesis of 40
Malinen, O. P ., Savolainen, H., & Xu, J. (2013). years of research. Review of Educational
Dimensions of teacher self-efficacy for Research, 86(4), 981–1015.
inclusive practices among Mainland
Chinese pre-service teachers. Journal of
International Special Needs Education, 16(2),
82–93.
Mayer, A., Rose, D. H., & Gordon , D. (2014).
Universal Design for Learning: Theory a nd
Practice. Wakefield: CAST Professional
Publishing.
Nelson, L. L. (2014). Design and Deliver: Planning
and Teaching Using Universal Design for
Learning. Baltimore: Paul H. Brookes
Publishing.
Rao, K ., & Meo, G. (2016). Using universal design
for learning to design standards-based
lessons. SAGE Open, 6(4), 1–12.
Skaalvik, E. M., & Skaalvik, S. (2007). Dimensions
of teacher self-efficacy and relations with
strain factors, perceived collective teacher
efficacy, and teacher burnout. Journal of
Educational Psychology, 99(3), 611–625.
Skaalvik, E. M., & Skaalvik, S. (2010). Teacher self-
efficacy an d teacher burnout: A study of
relations. Teaching and Teacher Education ,
26, 1059–1069.
Supratiknya, A. (2011). Merancang program dan
modul psikoedukasi (Ed. Revisi).
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Suyatno. (2013). Sekolah isl am terpadu: Filsafat,
ideologi, dan tren baru pendi dikan islam di
Indonesia. Jurnal Pendidikan Islam, 2(2),
355–377.
Tsakiridou, H., & Polyzopoulou, K. (2014). Greek
teachers’ attitudes toward the inclusion of
students with special educational needs.
American Journal of Educational Research ,
2(4), 208–218.
Tschannen-Moran, M., Hoy, A. W., & Hoy, W. K.
(1998). Teacher efficacy: Its meaning and
measure. Review of Educational Research ,
68(2), 202–248.
Tzivinikou, S. (2015). The impact of an in-service
training program on the self-efficacy of
speci al and general education teachers.
Problems of Education in the 21st Cent ury ,
64, 95–107.

142

Anda mungkin juga menyukai