Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PATOLOGI FETOMATERNAL

“Serviks Inkompeten”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Pengantar
Fetomaternal

Dosen Pengampu : Didien Ika S, SSiT, M.Keb

Disusun Oleh:

1. RENI HIDAYAH
2. INDANA RIZA MAHARANI
3. BRILLIAN ANGGRAINI ASHIL
4. DEVI AMALIA

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
MALANG JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN MALANG
TAHUN 2019

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada keadaan tertentu pemendekan dan penipisan leher rahim (serviks)

terjadi secara dini pada kehamilan yang bukan disebabkan oleh proses persalinan,

melainkan akibat lemahnya struktur serviks. Hal ini disebut Serviks inkompeten .

Lemahnya struktur serviks ini bisa disebabkan oleh sejumlah kondisi, yang mana

terbanyak akibat cedera (injury) sebelumnya pada serviks atau karena kelainan

bawaan.

Akibat lemahnya struktur, maka serviks tidak mampu menahan bobot

kehamilan. Akibatnya serviks membuka walaupun tanpa adanya kontraksi,

kadang2 sampai membuka lengkap. Akibat terbuka maka selaput ketuban akan

menonjol dan bahkan pecah jauh sebelum bayi bisa hidup di dunia luar

(prematur).

Faktor risiko Serviks inkompeten adalah: riwayat Serviks inkompeten

pada kehamilan sebelumnya, pembedahan, cedera leher rahim, pemberian obat

DES (dietilstilbestrol) , dan kelainan anatomi leher rahim. Penyebab lain termasuk

kauterisasi serviks (untuk menghilangkan pertumbuhan atau menghentikan

pendarahan) dan biopsi kerucut.

Wanita dengan serviks tidak kompeten biasanya sering dengan gejala

minimal saat terjadi dilatasi leher rahim antara 16 dan 28 minggu kehamilan.

Awalnya pembukaan hanya 2 cm atau lebih. Ketika leher rahim mencapai 4 cm

atau lebih, rahim berkontraksi atau pecah ketuban dapat terjadi.


Diagnosis dibuat dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

USG. Setelah didiagnosis, kondisi ini dapat diobati melalui prosedur pembedahan

yang disebut cerclage (jahitan menutup leher rahim). Satu atau lebih jahitan

ditempatkan di sekitar atau melalui leher rahim agar tetap tertutup rapat.

Hal ini biasanya dilakukan setelah minggu kedua belas kehamilan, tetapi

tidak dilakukan jika ada pecahnya ketuban atau infeksi. Setelah operasi, sang ibu

dipantau dengan hati-hati untuk memeriksa infeksi dan kontraksi, yang kadang-

kadang disebabkan oleh prosedur ini. Setelah pulang dari rumah sakit, pasien

dapat tetap aktif. Cerclage biasanya dibuka sebelum melahirkan sehingga pasien

dapat melahirkan normal. Dalam beberapa kasus, cerclage dapat dibiarkan pada

tempatnya, dan bayi ini kemudian dilahirkankan dengan operasi caesar.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan inkompetensi serviks?
2. Bagaimana diagnosis inkompetensi serviks?
3. Apa etiologi dari inkompetensi serviks ?
4. Bagaimana penanganan dari inkompetensi serviks?

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dengan inkompetensi

serviks
1.3.2. Tujuan Khusus
1 Mampu menjelaskan pengertian dari inkompetensi serviks
2 Mampu menjelaskan diagnosis inkompetensi serviks
3 Mampu menjelaskan etiologi dari inkompetensi serviks
4 Mampu menjelaskan penanganan dari inkompetensi serviks
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1. Definisi

Serviks inkompeten didefinisikan sebagai kehilangan kehamilan trimester

kedua yang berulang disebabkan oleh faktor intrinsik atau diperoleh kelemahan

pada integritas jaringan serviks dimana leher rahim mengalami penipisan dan
dilatasi sebelum waktunya tanpa rasa sakit, dengan prolaps dan ballooning

membrane ke dalam vagina, diikuti oleh pengeluaran janin belum matang. Serviks

inkompeten terjadi sehingga menyebabkan persalinan prematur, ketuban pecah

dini, dan kelahiran prematur

Istilah serviks inkompeten digunakan untuk suatu keadaan obstetrik yang

agak spesifik. Keadaan ini ditandai oleh dilatasi serviks tanpa nyeri dalam

trimester kedua atau awal trimester tiga kehamilan, yang disertai dengan prolapsus

membrane amnion lewat serviks dan penonjolan membrane tersebut ke dalam

vagina; peristiwa ini kemudian diikuti oleh pecahnya ketuban yang selanjutnya

ekspulsi janin imatur, sehingga kemungkinan besar janin tidak akan meninggal.

Tanpa tindakan yang efektif , rangkaian peristiwa yang sama cenderung berulang

dengan sendirinya dalam setiap kehamilan. Jadi, diagnosis presumtif biasanya

dapat dibuat bila seorang wanita pernah mangalami rupture spontan membrane

amnion dan dilatasi serviks yang jelas tanpa rasa nyeri yang lazim terjadi pada

persalinan.

2.2. Diagnosis

Upaya umtuk menegakan diagnose inkompetensi serviks yang lebih tepat

belum berhasil baik. Sejumlah metode yang telah dikemukakan untuk membuat

diagnosis pada wanita yang tidak hamil, yaitu biasanya melalui pemeriksaan

untuk menemukan ostium internum servisis yang berdilatasi lebih lebar daripada

keadaan normal. Metode tersebut mencakup pemeriksaan histerografi, teknik pull-


through dengan balon kateter foley yang digembungkan dan tindakan memasukan

tanpa adanya tahanan alat dilator serviks dengan ukuran khusus dengan ke dalam

ostium internum cervicis uteri. Selama kehamilan, berbagai upaya untuk

meramalkan dilatasi serviks premature dengan menggunakan USG telah

dilakukan tapa hasil. Kendati demikian, diagnosis inkompetensi serviks tetap

menjadi permasalahan yang sulit dan hanya merupakan diagnosis klinik yang

dibuat berdasarkan riwayat rangkaian peristiwa yang di observasi serta dicatat

secara teliti, yang mencakup dilatasi serviks tanpa nyeri dan rupture spontan

memrbran amnion.

2.3. Etiologi
Etiologi sebenarnya belum diketahui dengan pasti. Diduga 3 faktor yang memegang

peranan penting dalam terjadinya inkompetensi serviks, yaitu :


a. Faktor kongenital
Akibat perkembangan abnormal jaringan fibromuskular serviks menyebabkan

kelemahan serviks tersebut. Kelainan ini jarang ditemukan. Pada primigravida

yang tidak pernah mengalami trauma pada serviks jarang menderita kelainan

ini.
b. Faktor akuisita

Akibat trauma sebelumnya pada serviks uteri yang mencapai ostium uteri

internum, misalnya pada persalinan normal, tindakan cunam yang

traumatik, kesulitan ekstraksi bahu, seksio sesaria di daerah serviks yang

terlalu rendah, dilatasi dan kuretase berlebihan, amputasi serviks,

konisasi ataupun kauterisasi. Kelainan ini lebih sering ditemukan.

c. Faktor fisiologik
Hal ini ditandai dengan pembukaan serviks normal akibat kontraksi uterus yang

abnormal.
Dikemukakan bahwa ibu-ibu hamil yang menggunakan dietilstilbestrol akan

berakibat janin perempuan yang dikandungnya mempunyai resiko tinggi untuk menderita

inkompetensi serviks.
Meskipun penyebab Serviks inkompeten masih meragukan, namun trauma

sebelumnya pada serviks, khususnya tindakan dilatasi dan kuretase, konisasi, kauterisasi

ataupun amputasi, tampaknya menjadi factor penyebab pada banyak kasus. Pada kasus-

kasus lainnya, perkembangan serviks yang abnormal, termasuk penggunaan preparat

dietilstilbesterol (DES) in utero turut memainkan peranan.


Dilatasi serviks yang manjadi ciri khas keadaan ini jarang terlihat menonjol

sebelum minggu ke-16 kehamilan, karena hasil konsepsi sebelum waktu tersebut belum

cukup besar untuk menimbulkan pendataran dan dilatasi pada serviks kecuali bila terjadi

kontraksi uterus yang nyeri. Abortus karena serviks inkompeten merupakan keadaan

yang sama sekali berbeda dengan abortus spontan dalam trimester pertama, karena

keadaan ini terjadi akibat berbagai macam factor, terlihat dengan gambaran klinik yang
berlainan dan memerlukan penanganan berbeda. Meskipun abortus spontan pada

trimester pertama merupakan komplikasi kehamilan yang sangat sering ditemukan.

2.4. Penanganan

Penanganan Serviks inkompeten yang nyata adalah dengan pembedahan.

Pembedahan terdiri atas tindakan untuk memperkuat serviks yang lemah dengan

jahitan semacam jahitan tali kantong (pursestring suture). Pembedahan ini paling

baik bila dilakukan sesudah trimester pertama, tetapi kalau mungkin sebelum

mancapai dilatasi serviks selebar 4cm. Perdarahan, kontraksi uterus atau rupture

membrane amnion merupakan kontraindikasi untuk pembedahan.

1. Pemeriksaan prabedah

Pelaksanaan cerclage (penjahitan benang melintang untuk menguatkan

serviks) harus ditunda sampai sesudah kehamilan berusia 14 minggu, sehingga

abortus dini yang disebabkan oleh faktor-faktor lain telah selesai terjadi. Tidak

ada kesepakatan umum mengenai penentuan seberapa lanjut kehamilan boleh

melakukan tindakan tersebut. Tentu saja, semakin lanjut kehamilan, semakin

besar kemungkinan terjadinya stimulasi oleh intervensi pembedahan yang

merangsang persalinan premature atau pecahnya ketuban. Karena alasan inilah,

sebagian dokter obgyn lebih menyukai pengobatan tirah baring daripada

pelaksanaan cerclage sesudah pertengahan usia kehamilan. Dokter jarang

melakukan tindakan cerclage sesudah kehamilan 20 minggu, dan tentu saja

prosedur ini tidak boleh dilakukan setelah kehamilan berusia 28 minggu dan

penderita dianjurkan untuk tirah-baring.


Pemeriksaan USG untuk menyingkirkan kemungkinan adanya anomaly

janin yang penting dan untuk memastikan bahwa janin yang masih hidup

merupakan tindakan yang harus dikerjakan. Sitologi serviks harus

memperlihatkan hasil negative. Infeksi serviks yang jelas harus diobati, dan

sebagian dokter menganjurkan pemeriksaan kultur untuk gonore, klamidia serta

streptokokus grup B; bila hasil kultur positif, baik suami ataupun istri harus

diobati. Paling tidak selama seminggu sebelum dan sesudah pembedahan,

hubungan kelamin tidak diperbolehkan.

Jika terdapat keraguan apakah pelaksanaan cerclage perlu dilakukan,

wanita tersebut dibiarkan dahulu mengurangi aktivitas jasmaninya. Pengaturan

hubungan kelamin merupakan masalah yang penting, pemeriksaan serviks harus

dilakukan dengan sering (sebaiknya seminggu 1x) untuk menilai pendataran dan

dilatasi serviks. Celakanya, pendataran atau penipisan dan dilatasi serviks tetap

dapat terjadi sekalipun tindakan penjagaan sudah dilakukan. Akhirnya,

pelaksanaan cerclage tidak selalu mencegah persalinan premature dan dalam

kenyataannya, persalinan premature dapat terjadi setelah dilakukan prosedur

ceclage untuk menguatkan serviks akibat infeksi, ataupun pecahnya ketuban yang

dilakukan akibat prosedur tersebut.

2. Prosedur Cerclage

Ada dua tipe utama yang digunakan paling mutakhir dalam kehamilan.

Operasi cerclage yang pertama adalah prosedur pembedahan yang sangat

sederhana seperti yng direkomendasikan McDonald (1963). Prosedur lainnya

adalah operasi Shirodkar yang lebih rumit (1955). Selama penjahitan pada
prosedur McDonald akan terjadi lebih sedkit trauma dan hilangnya darah bila

dibandingkan dengan yang terjadi pada prosedur Shirodkar.

Angka keberhasilan baik yang terjadi pada teknik McDonald maupun

Shirodkar mencapai 85 sampai 90 persen. Dengan demikian, tampaknya tidak

banyak alasan yang membenarkan pelaksanaan prosedur Shirodkar yang lebih

rumit. Angka keberhasilan akan lebih tinggi kalau dilatasi serviks baru sedikit dan

prolapsus membrane amnion minimal atau belum terdapat. Keadaan ini paling

tidak disebabkan kenyataan bahwa sebagian kasus yang mengalami tindakan

pembedahan tersebut ternyata bukan benar-benar kasus inkompetensia serviks.

Charles dan Edward (1981) menemukan bahwa komplikasi, khususnya

infeksi jauh lebih jarang terjadi kalau prosedur cerclage dilakukan pada kehamilan

18 minggu. Kalau prosedur cerclage dilakukan jauh setelah kehamilan 20 minggu,

maka peristiwa ketuban pecah dini, korioamnionitis dan infeksi intrauterine akan

terjadi dengan insiden yang tinggi. Tidak ada bukti bahwa penggunaan antibiotic

di sekitar saat pelaksanaan prosedur tersebut mengurangi resiko infeksi. Setiap

kcurigaan akan adanya infeksi (febris, nyeri tekan uterus, takikardi fetal atau

maternal) harus diselidiki. Kedua peneliti tersebut menganjurkan tindakan

amniosentesis untuk memastikan diagnosis korioamnionitis sebelum terapi

antibiotuk dilakukan. Bila terjadi infeksi secara klinis, jahitan penguat harus

diputus dan terus dikosongkan.

Kita belum menemukan bukti kuat bahwa terapi profilaksis antibiotic yang

dicoba untuk mencegah infeksi ataupun pemberian preparat progestational, atau

obat-obat beta-mimetik yang dicoba untuk mencegah kontraksi uterus memilki


nilai terapi tambahan. Apabila pembedahan mengalami kegagalan dan terjadi

tanda-tanda abortus iminens atau persalinan, jahitan penguat pada prosedur

cerlage harus segera dilepas karena bila tidak akan menimbulkan gejala sisa yang

berat. Ruptura serviks atau uterus dapat disbabkan oleh kontraksi uterus yang kuat

dengan jahitan yang terpasang di tempatnya. Jika ketuban pecah tanpa adanya

proses persalinan, kemungkinan infeksi serius pada janin atau ibu akan meningkat

tajam bilamana jahitan dibiarkan dan persalinan ditunda.

Setelah oprasi Shirodkar, jahitan dapat dibiarkan di tempatnya bila masih

tertutup oleh lapisan muksa, dan seksio sesarea dapat dilakukan pada kehamilan

menjelang aterm (suatu rencana perlu disusun untuk mencegah keharusan

mengulangi prosedur cerclage pada kehamilan berikutnya), kalau tidak, jahitan

Shirodkar harus dilepas dan persalinan pervaginam dibiarkan.

Penanganan Serviks inkompeten dengan prosedur cerclage transabdominal

ang dilakukan seinggi istmus uteri di anjrkan pada sebagian kasus. Prosedur

tersebut memerlukan laparotomi untuk pemasangan jahitan dan laparotomi

lainnya untuk pengangkatan atau umtuk persalinan produk kehamilan ataupun

keduanya. Kami tidak banyak berpengalaman dengan operasi ini. Yang jelas,

potensi terjadinya trauma atau komplikasi lain jauh lebih besar pada prosedur ini

bila daripada pada prosedur McDonald.


BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Serviks inkompeten didefinisikan sebagai kehilangan kehamilan trimester kedua

yang berulang disebabkan oleh faktor intrinsik atau diperoleh kelemahan pada integritas

jaringan serviks dimana leher rahim mengalami penipisan dan dilatasi sebelum waktunya

tanpa rasa sakit, dengan prolaps dan ballooning membrane ke dalam vagina, diikuti oleh

pengeluaran janin belum matang. Serviks inkompeten terjadi sehingga menyebabkan

persalinan prematur, ketuban pecah dini, dan kelahiran prematur

Meskipun penyebab serviks inkompeten masih meragukan, namun trauma

sebelumnya pada serviks, khususnya tindakan dilatasi dan kuretase, konisasi,

kauterisasi ataupun amputasi, tampaknya menjadi factor penyebab pada banyak

kasus. Pada kasus-kasus lainnya, perkembangan serviks yang abnormal, termasuk

penggunaan preparat dietilstilbesterol (DES) in utero turut memainkan peranan.

Penanganan Serviks inkompeten yang nyata adalah dengan pembedahan.

Pembedahan terdoro atas tindakan untuk memperkuat serviks yang lemah dengan
jahitan semacam jahitan tali kantong (pursestring suture). Pembedahan ini paling

baik bila dilakukan sesudah trimester pertama, tetapi kalau mungkin sebelum

mancapai dilatasi serviks selebar 4cm. Perdarahan, kontraksi uterus atau rupture

membrane amnion merupakan kontraindikasi untuk pembedahan

3.2 Saran

3.2.1 Bagi mahasiswa

Mahasiswa diharapkan dapat memahami tentang Serviks inkompeten

dan kaitannya dengan sistem reproduksi perempuan serta. Kami selaku

penyusun merasa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kami

mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi

kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat

dijadikan sebagai salah satu sumber bacaan yang bermanfaat dan dapat

digunakan sebaik-baiknya.

3.2.2 Bagi tenaga kesehatan

Penulis sangat mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi acuan

dalam mempelajari tentang inkompetensi serviks. Harapan penulis makalah

ini tidak hanya berguna bagi penulis tetapi juga berguna bagi semua

pembaca terutama tenaga kesehatan untuk lebih memahami asuhan Serviks

inkompeten Sehingga dapat menangani kasus kebidanan yang berhubungan

dengan kasus inkompetensi serviks.


DAFTAR PUSTAKA

1. Hadijono S. Penyakit dan kelainan alat kandungan, Eds. Ilmu Kandungan.

Ed 4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2010; 59: 760-

763.

2. Martadisoebrata D. Kelainan telur, plasenta, air ketuban, cacat, dan gangguan

janin. Obstetri Patologi.Jakarta : EGC. 2005.


3. Cunningham, Mac Donald, Gant. Inkompetensia serviks, Eds. Obstetri Williams.

Ed 21. Jakarta : EGC, 2005; 7: 583-586.


4. http://en.wikipedia.org/wiki/inkompetensi serviks

Anda mungkin juga menyukai