Kompetensi
Mahasiswa mampu memahami apa arti ilsafat, objek, metode, cabang serta sejarah
perkembangan ilsafat.
A. Pendahuluan
pengetahuan lain mungkin juga tidak bisa dijawab dengan ilsafat, namun di sini
ilsafat menjadi wadah di mana pertanyaan-pertanyaan tersebut dikumpulkan,
diterangkan dan diteruskan. Sedangkan, apa bedanya ilsafat dengan ilmu
pengetahuan? Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan metodis, sistematis dan
Kata “ilsafat” berasal dari bahasa Yunani, yaitu philos (cinta) dan sophia
(kebijaksanaan). Kata ini dapat diartikan sebagai “cinta akan kebijaksanaan”.
Ada 3 hal yang mendorong manusia untuk berilsafat, berikut di antaranya.
Tuhan. Semua bidang ditinggalkan dan jadi tak berguna lagi di sini.
(Aristoteles). Pengetahuan yang mencakup ketiganya adalah metaisika.
b. Logika
Istilah ini berasal dari bahasa Yunani: logikos, yang artinya “berhubung-
an dengan pengetahuan”, “berhubungan dengan bahasa”. Singkatnya, cabang
ilsafat ini menyelidiki kesehatan cara berpikir, aturan-aturan mana yang harus
dihormati supaya pernyataan-pernyataan kita sah. Logika hanya merupa-
kan suatu teknik atau “seni” yang mementingkan segi formal, bentuk dari
pengetahuan.
http://pustaka-indo.blogspot.com
c. Kritik ilmu-ilmu
Perbedaan antara ilsafat dan ilmu pengetahuan mula-mula kecil sekali.
Ilmu-ilmu dapat dibagikan atas 3 kelompok.
Ateisme dari bahasa Yunani “a” yang artinya “bukan”, dan “teos”, “Tuhan”
mengajarkan bahwa Tuhan tidak ada, bahwa manusia sendirian dalam kosmos
atau surga yang kosong. Agnostisisme dari bahasa Yunani yang artinya “a”,
“bukan” dan gnosis yang artinya pengetahuan, mengajarkan bahwa tidak
dapat diketahui apakah Tuhan ada atau tidak sehingga pertanyaan tentang
Tuhan selalu terbuka. Panteisme yang artinya segala sesuatunya Tuhan yang
mengajarkan bahwa seluruh kosmos sama dengan Tuhan sehingga tidak ada
perbedaan antara pencipta dan ciptaan. Teisme mengajarkan bahwa Tuhan itu
ada, bahwa terdapat perbedaan antara pencipta dan ciptaan.
http://pustaka-indo.blogspot.com
1) Teologi
Teologi metaisik berhubungan erat dengan ontologi. Dalam teologi
metaisik diselidiki apa yang dapat dikatakan tentang adanya Tuhan,
terlepas dari agama dan wahyu. Teologi metaisik tradisional biasanya
terdiri atas dua bagian: bagian pertama berbicara tentang “bukti-bukti”
untuk adanya Tuhan, dan bagian kedua berbicara tentang nama-nama
ilahi. Teologi metaisik hanya menghasilkan suatu kepercayaan yang
sangat sederhana dan cukup miskin dan abstrak. Teologi ini sering
dipakai oleh banyak kaum untuk menyampaikan pendapat mereka
mengenai Tuhan karena banyak kaum yang tidak akan menerima
argumen-argumen yang berasal dari teologi yang terikat pada suatu
wahyu khusus. Teologi metaisik sekarang ini masih tetap merupakan
usaha untuk menciptakan ruang dialog antara iman dan akal budi.
2) Antropologi
Cabang ilsafat yang bebicara tentang manusia disebut antropologi.
Setiap ilsafat mengandung secara eksplisit atau implisit suatu pan-
dangan tentang manusia, tentang tempatnya dalam kosmos, tentang
hubungannya dengan dunia, dengan sesama dan dengan Transendensi.
Dalam cabang ilsafat antropologi manusia hidup dalam dimensi
sekaligus ia adalah kombinasi dari materi dan hidup, badan, dan jiwa.
Ia memiliki kehendak dan pengertian. Manusia merupakan seorang
individu, tetapi ia tidak dapat hidup tanpa orang lain.
3) Kosmologi
Kosmologi atau “ilsafat alam” berbicara tentang dunia. Kata Yunani
“kosmos” lawannya dari chaos, berarti dunia, aturan, dan keseluruhan
teratur. Untuk menemukan kesatuan dalam kemajemukan dicari
unsur induk dari segala sesuatu. Kosmologi berkembang di Yunani
dan memberi hidup kepada ilmu alam sudah lama dewasa dan dipilih
http://pustaka-indo.blogspot.com
a. Etika
Etika atau ilsafat moral adalah cabang ilsafat yang berbicara tentang
praksis manusiawi atau tentang tindakan. Kata etika berasal dari kata Yunani
etos atau adat, cara bertindak tempat tinggal, kebiasaan. Kata moral berasal
dari kata Latin yaitu mos atau moris yang mempunyai arti yang sama. Etika
menyelidiki dasar semua norma moral dalam etika biasanya dibedakan etika
deskriptif dan etika normatif. Etika deskriptif memberi gambaran dari gejala
kesadaran moral (suara batin) dari norma-norma dan konsep-konsep etis.
Etika normatif tidak berbicara lagi tentang gejala-gejala melainkan tentang
apa yang sebenarnya harus merupakan tindakan kita. Dalam etika normatif,
norma-norma dinilai, dan sikap manusia ditentukan.
b. Estetika
Dari kata Yunani aisthesis atau pengamatan adalah cabang ilsafat yang
berbicara tentang keindahan. Seperti dalam etika juga dalam estetika di-
bedakan antara suatu bagian deskriptif dan suatu bagian normatif. Estetika
deskriptif menggambarkan gejala-gejala pengalaman keindahan, sedangkan
estetika normatif mencari dasar pengalaman itu. Banyak ilsuf telah menyusun
suatu hierarki estetika seperti yang dilakukan Hegel dan Schopenhauer. Hegel
menyatakan makin kecil unsur materi dalam suatu bentuk seni makin tinggi
tempatnya atas tangga hierarki.
E. Sejarah Filsafat
tujuan, tentang hidup dan kematian, tentang kebebasan dan cinta, tentang
yang baik dan yang jahat, tentang materi dan jiwa, alam, dan sejarah. Tetapi
ada banyak pertanyaan dan jawaban yang selalu kembali di segala zaman dan
disemua sudut dunia. Oleh karena itu, sejarah ilsafat sangat penting.
a. Zaman Klasik
Di Cina, zaman klasik berada di antara 600 SM dan 200 SM. Adapun
sekolah-sekolah tepenting dalam zaman klasik, antara lain Konfusianisme,
Taoisme, Yin-Yang, Moisme, Ming Chia, dan Fa Chia.
1) Konfusianisme
Bentuk Latin “Kong-Fu-Tse”. Konfusius hidup antara tahun 551
SM dan 497 SM. Mengajar Tao (“jalan” sebagai prinsip utama dari
kenyataan) adalah “jalan manusia”. Artinya manusia sendirilah yang
dapat menjadikan Tao luhur dan mulia, kalau ia hidup dengan baik.
http://pustaka-indo.blogspot.com
2) Taoisme
Taoisme diajarkan oleh Lao Tse (“guru tua”) hidup 550 SM. Lao
Tse melawan Konfusius. Menurut Lao Tse bukan “jalan manusia”
melainkan “jalan alam”-lah yang merupakan Tao.
e. Zaman Modern
Sejak 1950 ilsafat Cina dikuasai pemikiran Marx, Lenin dan Mao Tse
Tung. Tiga tema dipentingkan dalam ilsafat Cina: harmoni, toleransi dan peri
kemanusiaan. Harmoni keseimbangan suatu jalan tengah dari emas antara dua
ekstrem. Toleransi sikap perdamaian yang memungkinkan suatu pluriformitas
yang luar biasa, juga dalam bidang agama. Perikemanusiaan manusia yang
harus mencari kebahagiannya di dunia dengan memperkembangkan dirinya
sendiri dalam interaksi dengan alam dan dengan sesama.
3) Hellenisme
http://pustaka-indo.blogspot.com
1) Zaman patristik
Patristik (dari kata Latin “Patres” yang berarti “Bapa-bapa gereja”)
dibagi atas Patristik Yunani (atau Patristik Timur) dan Patristik
Latin (atau Patristik Barat). Tokoh dari Patristik Yunani antara lain
Clemens dari Alexandria (150-215 M), Origenes (185-254 M),
Gregorius dari Nazianze (330-390), Basilius (330-379), Gregorius
dari Nizza (335-394 M) dan Dionysios Areopagita (±500 M). Tokoh
dari Patristik Latin antara lain Hilarius (315-367 M), Ambrosius
http://pustaka-indo.blogspot.com
3. Zaman Modern
Zaman modern dibagi dalam beberapa periode yaitu Renesanse, Zaman
Barok, Zaman Pencerahan, dan Romantik.
a. Renesanse
Jembatan antara Abad Pertengahan dan Zaman Modern, periode antara
sekitar 1400-1600 disebut “Renesanse” (zaman kelahiran kembali). Dalam
zaman renesanse, kebudayaan klasik dihidupkan kembali. Pembaruan ter-
penting yang terlihat dalam ilsafat renesanse adalah “antroposentrisme”-nya.
Mulai sekarang, manusialah yang dianggap sebagai titik fokus dari kenyataan.
b. Zaman Barok
Filsuf dari zaman Barok adalah R. Decartes (1596-1650), B. Spinoza
(1632-1677) dan G. Leibniz (1646-1710). Filsuf-ilsuf ini menekankan ke-
mungkinan akal budi (ratio) manusia. Mereka juga menyusun suatu sistem
ilsafat dengan menggunakan metode matematika.
c. Zaman Pencerahan
Periode ini dari sejarah Barat disebut “Zaman Pencerahan” atau “Fajar Budi”
http://pustaka-indo.blogspot.com
d. Romantik
Filsuf besar dari romantik berasal dari Jerman, yaitu J. Fichte (1762-1814),
F. Schelling (1775-1854) dan G. Hegel (1770-1831). Aliran yang diwakili
oleh ketiga ilsuf ini disebut idealisme. Dengan idealisme di sini dimaksudkan
bahwa mereka memprioritaskan ide-ide, berlawanan dengan “materialisme”
yang memprioritaskan dunia material.
a. Positivisme
Positivisme mulai pada ilsuf Auguste Comte (1798-1857). Comte
mengatakan bahwa pemikiran setiap manusia, pemikiran setiap ilmu dan
pemikiran suku bangsa manusia pada umumnya melewati tiga tahap, yaitu
tahap teologis, tahap metaisis, tahap positif-ilmiah. Dalam abad kedua puluh,
positivisme diperbarui dalam neo-positivisme, suatu aliran yang mempunyai
asalnya di Wina. Oleh karena itu, ilsuf-ilsuf dari aliran ini disebut anggota
dari lingkaran Wina.
b. Marxisme
Marxisme mengajarkan “material dialektis”, bahwa kenyataan kita akhir-
nya hanya terdiri atas materi yang berkembang melalui suatu proses dialektis.
Tokoh dari materialisme dialektis terutama K. Marx (1818-1833) dan F. Engels
(1820-1895). Menurut Marx, ilsafat harus menjadi praktis: merumuskan suatu
ideologi, suatu strategi untuk merubah dunia.
http://pustaka-indo.blogspot.com
c. Eksistensialisme
Eksistensialisme dipersiapkan dalam abad kesembilan belas oleh S.
Kierkegaard (1813-1855) dan F. Nietzsche (1844-1900). Eksistensialisme
d. Fenomenologi
Fenomenologi lebih suatu metode falsai daripada suatu ajaran. Me-
tode fenomenologis berasal dari E. Husserl (1859-1938) dan kemudian
dikembangkan oleh M. Scheler (1874-1928) dan M. Merleau-Ponty (1908-
1961). Fenomenologi mengatakan bahwa kita harus memperkenalkan gejala-
gejala dengan menggunakan intuisi. Kenyataan tidak harus didekati dengan
argumen-argumen, konsep-konsep dan teori-teori umum.
e. Pragmatisme
Merupakan aliran ilsafat yang lahir di Amerika Serikat sekitar tahun
1900. Tokoh penting dalam aliran ilsafat ini adalah Ch. S. Peirce (1839-1914),
W. James (1842-1920) dan J. Dewey (1859-1914).Pragmatisme mengajarkan
bahwa ide-ide tidak benar ataupun salah, melainkan ide-ide dijadikan benar
atau suatu tindakan tertentu. Menurut pragmatisme, tidak harus ditanyakan
“apa itu?”, melainkan “apa gunanya?” atau “untuk apa?”.
1. Karl Popper
Menurut Popper, tugas ilsafat sekarang ini berpikir kritis mengenai
alam raya dan tentang manusia di dalamnya; berpikir mengenai kemampuan
pengetahuan kita dan kemampuan kita terhadap kebaikan dan kejahatan.
“Semua orang adalah ilsuf, karena semua mempunyai salah satu sikap terhadap
hidup dan kematian. Ada orang yang berpendapat bahwa hidup itu tanpa harga,
karena hidup ini akan berakhir. Mereka tidak menyadari bahwa argumen yang
terbalik juga dapat dikemukakan, bahwa kalau hidup tidak akan berakhir, maka
http://pustaka-indo.blogspot.com
hidup menjadi tanpa harga. Selain itu, bahwa bahaya yang selalu hadir, yaitu
bahwa kita dapat kehilangan hidup, sekurang-kurangnya ikut menolong untuk
menyadari nilai dari hidup.” (K. Popper dalam How I See Philosophy)
Sedikit sekali orang berilsafat secara sistematis. Karena itu, diandaikan suatu sikap ilmiah
yang baru diperoleh setelah studi bertahun-tahun. Tetapi ada jenis partisipasi dalam ilsafat
yang tidak merupakan bidang eksklusif untuk spesialis-spesialis, tetapi yang mengatasi
ilsafat sehari-hari. Jenis partisipasi ini terbuka untuk semua orang dengan pendidikan
yang tidak terlalu sempit, orang yang senang dengan kekebasan berpikir mereka, orang
yang memilih posisi di tengah semua kekacauan ideologis, politik, etis, religius dan sosial.
Dengan demikian hal ini berguna untuk mereka dalam studi pribadi mengenai masalah-
masalah pokok ilsafat dan studi tokoh-tokoh klasik dalam sejarah.
Studi ini dapat terjadi dalam macam-macam bentuk. Membaca karya-karya tulis ilsuf
besar secara langsung biasanya terlalu sukar. Lebih baik mulai dengan suatu buku
pengantar umum, suatu pengantar tentang pemikiran seorang ilsuf tertentu, atau studi
mengenai sejarah ilsafat.
Pendalaman Materi
bacaan Rekomendasi