Berkas Jawaban (dengan format pdf) dikirim ke alamat email: machfud@apps.ipb.ac.id dengan
waktu unggah (loading/ posting) paling lambat SABTU tanggal 17 Desember 2022 pukul
17:00. Nama file ditulis: (Agung Siswahyu_F3601221002_RSSA22.pdf).
1. Anda diminta untuk menetapkan dan menuliskan suatu Judul problema (kasus) yang
berkenaan dengan peningkatan daya saing Usaha Kecil suatu Agroindustri (misalnya
tentang meningkatkan produktivitas, meningkatkan efisiensi produksi, dll).
Berdasarkan Judul tersebut, jelaskan dan berikan ilustrasinya pada situasi (kasus)
problema seperti apa anda menggunakan metode
a. Hard System,
b. Soft System, dan
c. Kombinasi Hard dan Soft System Method.
Penjelasan :
a) Resistensi kebijakan adalah kegagalan kebijakan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Ini
adalah “kecenderungan intervensi untuk ditunda, dilemahkan, atau dikalahkan oleh respon
sistem terhadap intervensi itu sendiri” (Meadows, 1982, dalam Sterman, 1994). Resistensi
kebijakan dapat didefiniskan juga sebagai suatu reaksi yang muncul karena adanya suatu
kebijakan akan tetapi rekasi tersebut gagal diprediksi sebelumnya yang cenderung akan
melawan kebijakan yang dikeluarkan karena adanya pihak atau entitas yang dirugikan
dengan adanya kebijakan tersebut. Hal ini dapat terjadi karena beberapa hal diantaranya :
Gagal secara utuh dan menyeluruh dalam memahami situasi permasalahan
Salah memandang suatu masalah sehingga masalah yang ada dilihat secara linier
sehingga pandangan yang ada tidak sejalan dedngan masalah sebenarnya.
Situasi permasalahan kompleks direduksi dan diselesaikan dengan solusi sederhana
(“simple solution”). “Sederhana” dalam kaitan ini adalah parsial, tidak atau kurang
memperhatikan interaksi antar elemen.
Pandangan yang “menyesatkan” bahwa terdapat satu solusi terbaik yang cocok untuk
semua keadaan, atau dengan kata lain tidak menyeluruh (holistic) dan kreatif
Sehubungan dengan kebijakan agroindustry kakao pemerintah pernah mengeluarkan
PermenKeu No. 67/PMK.011/2010 tentang Penetapan barang ekspor yang dikenakan bea
keluar dan tarif bea keluar. Penerapan aturan ini bertujuan untuk menjamin terpenuhinya
kebutuhan bahan baku industri di dalam negeri dan menyeimbangkan dukungan terhadap daya
saing industri kakao di dalam negeri yang pada akhirnya berdampak kepada nilai tambah yang
diterima petani kakao. Hal ini sesuai Peraturan Pemerintah No. 55/2008 tentang
pengenaan Bea Keluar terhadap barang ekspor yang salah satu tujuan pengenaan BK adalah
menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam negeri. Setelah aturan ini diberlakukan dimana ketika
ekportir kakao ingin menjual kakaonya keluar negeri dikenakan tarif ekspor sebesar 15% angka
ini diambil dari potongan harga dari petani. Hal ini disebabkan karena harga kakao dunia sudah
tertentu sehingga eksportir tidak ingin rugi maka harga dari petani yang dipotong. Dengan
potongan ini menyebabkan harga kakao dilevel petani menjadi turun dan menyebabkan petani
enggan menanam kakao yang otomatis akan menurunkan produksi kakao Indonesia. Kebijakan
ini dilakukan tanpa melihat ketersediaan infrastruktur pengolah kakao yang tidak dapat
diekspor. dan menjadi kebijakan yang dianggap tidak tepat dikeluarkan dan mendapatkan
Policy Resistance dari para pelaku pihak yang berkepentingan di agroindustry kakao.
Elem 1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9
en 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
5 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1
7 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1
8 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1
9 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1
10 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1
11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Eleme 1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9
n 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0
6 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1
7 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1
8 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1
9 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1
10 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Validasi tabel 3 apakan memiliki nilai yang sama dengan tabel 1 yang hasilnya tampak
seperti pada tabel 4.
Table 4
Tabe 1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9
l 0 1
1 Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
2 Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
3 Y Y Y Y Y Y Y Y Y N Y
4 Y Y Y Y Y Y Y Y Y N Y
5 Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
6 Y N Y Y Y Y Y Y Y Y Y
7 Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
8 Y Y Y Y Y Y N Y Y Y Y
9 Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
10 Y N Y Y Y Y Y Y Y Y Y
11 Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Dari hasil validasi terdapat 4 hubungan konstektual yang tidak transitif sehingga harus
dimodifikasi sehingga menghasilkan table 5
Tabel Final Reachability Matrix
Tabel 5
Drivin
1 1 Rankin
Elemen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 g
0 1 g
Power
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 I
2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 VI
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 I
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 I
5 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 2 V
6 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 7 III
7 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 7 III
8 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 7 III
9 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 3 IV
10 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8 II
11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 VI
Dependenc 1
3 3 3 8 7 7 7 8 4 9
e Power 0
Dari table ini kita akan mengetahui yang menjadi perubahan kunci adalah aktivitas 1,3
dan 4
Pembuatan tabel reachability set, Antecendent set dan irisan keduanya seperti
pada tabel 6 berikut :
Tabel 6
Intersection R(Vi)
Variabel(Vi
Reachability R(Vi) Antecedent set A (Vi) Level
)
A(Vi)
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,1
1 1,3,4 1,3,4
1
2 2 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 2 I
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,1
3 1,3,4 1,3,4
1
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,1
4 1,3,4 1,3,4
1
5 2,5 1,3,4,5,6,7,8,10 5
6 2,5,6,7,8,9,11 1,3,4,6,7,8,10 6,7,8
7 2,5,6,7,8,9,11 1,3,4,6,7,8,10 6,7,8
8 2,5,6,7,8,9,11 1,3,4,6,7,8,10 6,7,8
9 2,9,11 1,3,4,6,7,8,9,10 9
10 2,5,6,7,8,9,10,11 1,3,4,10 10
11 11 1,3,4,6,7,8,9,10,11 11 I
Dari table ini aktivitas no 2 dan 11 berapa dapa level paling atas yaitu level 1. Terhadap semua
elemen ini kemudian dilakukan hal yang sama sehingga semua elemen diketahui levelnya.
Cara nya dengan menghilangkan elemen yang sudah memiliki level diikuti dengan
menghilangkan elemen pada bagian Reachability R(Vi) dan Antecedent set A (Vi) kemudian
dilakukan ditiap level yang hasilnya dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 7.
Intersection R(Vi)
Variabel(Vi) Reachability R(Vi) Antecedent set A (Vi) Lavel
A(Vi)
1 1,3,4,5,6,7,8,9,10 1,3,4 1,3,4
3 1,3,4,5,6,7,8,9,10 1,3,4 1,3,4
4 1,3,4,5,6,7,8,9,10 1,3,4 1,3,4
5 5 1,3,4,5,6,7,8,10 5 II
6 5,6,7,8,9 1,3,4,6,7,8,10 6,7,8
7 5,6,7,8,9 1,3,4,6,7,8,10 6,7,8
8 5,6,7,8,9 1,3,4,6,7,8,10 6,7,8
9 9 1,3,4,6,7,8,9,10 9 II
10 5,6,7,8,9,10 1,3,4,10 10
Intersection R(Vi)
Variabel(Vi) Reachability R(Vi) Antecedent set A (Vi) Lavel
A(Vi)
1 1,3,4,6,7,8,10 1,3,4 1,3,4
3 1,3,4,6,7,8,10 1,3,4 1,3,4
4 1,3,4,6,7,8,10 1,3,4 1,3,4
6 6,7,8 1,3,4,6,7,8,10 6,7,8 III
7 6,7,8 1,3,4,6,7,8,10 6,7,8 III
8 6,7,8 1,3,4,6,7,8,10 6,7,8 III
10 6,7,8,10 1,3,4,10 10
Intersection R(Vi)
Variabel(Vi) Reachability R(Vi) Antecedent set A (Vi) Lavel
A(Vi)
1 1,3,4,,10 1,3,4 1,3,4
3 1,3,4,10 1,3,4 1,3,4
4 1,3,4,10 1,3,4 1,3,4
10 10 1,3,4,10 10 IV
Intersection R(Vi)
Variabel(Vi) Reachability R(Vi) Antecedent set A (Vi) Lavel
A(Vi)
1 1,3,4 1,3,4 1,3,4 V
3 1,3,4 1,3,4 1,3,4 V
4 1,3,4 1,3,4 1,3,4 V
Struktur Hirarki
AKTIVITAS RANKING
2 11 5 5
5 9 4 4
6 7 8 3 3 3
10 2
1 3 4 1 1 1
Note :
*** tiga anak panah dari elemen 6, 7 dan 8 terhadap elemen 5 dan 9 menunjukkan elemen 6, 7 dan 8 mempunyai
pengaruh pada kedua elemen diatasnya (elemen 5 & 9),
** dua anak panah dari elemen 5 dan 9 terhadap elemen 2 menunjukkan elemen 5 dan 9 mempunyai pengaruh terhadap
elemn 2. Sedangkan pada elemen hanya elemen 9 saja yg memberikan pengaruh
Karakteristik Elemen Aktivitas
IV III
I II
Pada Kuadran II terdiri dari aktivitas 5, 9, 11 dan 2, semua aktivitas ini masuk ke dalam dependent barrier atau akibat
dari aktivitas lainnya
Pada Kuadran III terdiri dari aktivitas 6, 7 dan 8, semua aktivitas ini masuk ke linkage barrier atau pengait system,
Pada Kuadran IV terdiri dari aktivitas 1, 3 dan 4 semua aktivitas ini masuk ke independent (driver) atau penggerak