K1 Kunjungan Negara Jepang
K1 Kunjungan Negara Jepang
PENDAHULUAN
A. DASAR KUNJUNGAN
2. Selain itu, berkaitan dengan tugas dan ruang lingkup kerja Komisi I DPR
RI kunjungan delegasi ini juga bermaksud untuk melakukan diskusi
dengan Parlemen dan Pemerintah Jepang, terkait dengan masalah-
masalah di bidang pertahanan, luar negeri, komunikasi, dan informasi.
Diharapkan kunjungan ini dapat meningkatkan hubungan bilateral antara
Indonesia-Jepang melalui Parliament to Parliament.
C. SUSUNAN DELEGASI
BAB II
2
PELAKSANAAN KUNJUNGAN
1. Sistem hukum/konstitusi
3
2. Lembaga Eksekutif
3. Lembaga Legislatif/Diet
4. Partai Politik
Sistem kepartaian adalah multi partai yang terdiri dari Liberal Democratic
Party (LDP), Social Democratic Party (SDP), DPJ (Minshuto), New
Komeito, Japan Communist Party (JCP). Partai yang berkuasa saat ini
adalah LDP.
E. PERTEMUAN-PERTEMUAN
4
1. Pertemuan dengan Menteri Dalam Negeri, Komunikasi dan Informasi
Jepang, 16 April 2007, Pukul 14.00
5
5). Selanjutnya, ada beberapa hal informasi yang tidak dapat dibuka,
diantaranya :
a). Informasi pribadi, kecuali informasi yang bersifat kedudukan
daripada pribadi misalnya kedudukan PNS dan karyawan
Badan Administrasi Independen.
b). Informasi/dokumen yang apabila dibuka akan menganggu
kelancaran dari perusahaan.
c). Informasi/dokumen yang apabila dibuka akan menganggu
keamanan negara atau menganggu kepercayaan suatu negara
terhadap negara lain.
d). Informasi/dokumen yang apabila dibuka dapat mengakibatkan
timbulnya suatu tindak kriminal.
e). Informasi/dokumen dalam suatu Badan Administrasi dan Badan
Administrasi Independen yang sudah disepakati dalam rapat
intern tidak boleh dibuka dan apabila dibuka akan membawa
dampak negatif bagi Badan Administrasi dan Badan
Administrasi Independen yang bersangkutan.
f). Informasi/dokumen yang menyangkut pertimbangan dan
pemeriksaan oleh Badan Administrasi dan Badan Administrasi
Independen yang apabila dibuka akan mengubah pemikiran
masyarakat ke arah yang lebih negatif.
6). Informasi/dokumen yang pada awalnya tidak boleh dibuka tetapi
belakangan ditemukan fakta bahwa apabila dibuka akan
membawa dampak positif, maka informasi/dokumen tersebut boleh
dibuka.
c. Dalam sesi diskusi, beberapa Anggota melakukan pendalaman materi
dengan menanyakan beberapa hal diantaranya : siapa yang menilai
bahwa suatu informasi/dokumen akan membawa dampak
positif/negatif bila dibuka, usaha yang dapat dilakukan pemohon jika
permintaannya ditolak, apakah informasi/dokumen selalu
tersedia/harus diminta dulu baru tersedia, kewajiban untuk
mengumumkan informasi, dan sanksinya jika tidak diumumkan, serta
siapa saja yang bisa dimintai informasi.
d. Pihak Pemerintah Jepang memberikan beberapa jawaban sebagai
berikut :
1). Yang menentukan suatu informasi/dokumen itu akan membawa
dampak positif atau negatif apabila dibuka adalah suatu tim dari
Badan Administrasi dan Badan Administrasi Independen itu sendiri
setelah terlebih dahulu dilakukan rapat di intern.
2). Apabila terdapat penolakan atas informasi/dokumen yang diminta,
pemohon dapat mengajukan banding terhadap penolakan yang
dilakukan oleh Badan Pemerintah atau Badan Administrasi
Independen ke Pengadilan Tinggi. Di Jepang terdapat 8 (delapan)
Pengadilan Tinggi yang bisa menyidangkan masalah banding ini.
Jika terdapat banding, Kepala Badan Pemerintah atau Kepala
Badan Administrasi Independen harus berkonsultasi dengan
Badan Peninjauan Kembali Perlindungan Pembukaan Informasi
dan Informasi Pribadi (Information Disclosure and Personal
Information Protection Review Board). Badan ini hanya terdapat di
ibukota Jepang saja dan hanya bertugas untuk menguji/memeriksa
kembali dan memberikan pertimbangan terkait dengan adanya
banding terhadap Badan Pemerintah di seluruh Jepang.
Kedudukan Badan ini berada di Kantor Kabinet. Anggota dari
badan ini berjumlah 15 orang, dan dibagi atas 5 divisi, yang tiap
divisi nya terdiri atas 1 orang yang bekerja full time dan 2 orang
yang part time. Keanggotaan Badan ini berasal dari masyarakat
dan mantan hakim. Pemilihannya disetujui oleh Parlemen (tingkat
6
rendah dan tinggi) dan ditetapkan oleh Perdana Menteri. Badan
yang serupa juga terdapat di 1.800 regional Jepang.
3). Di Jepang, informasi/dokumen diberikan melalui 2 cara, yaitu :
a). Dengan cara penerbitan white paper tiap tahunnya.
b). Dengan cara di request terlebih dahulu baru disediakan.
4) UU Kebebasan Informasi Jepang tidak mencantumkan sanksi bagi
Badan Administrasi dan Badan Administrasi Independen jika tidak
menyediakan informasi, karena masyarakat Jepang beranggapan
bahwa PNS telah melakukan aktivitas mereka secara jujur.
Jikapun ada sanksi, itu hanya berupa sanksi administrasi seperti
penurunan jabatan.
5) Badan yang bisa diminta untuk membuka informasi/dokumennya
menurut UU Kebebasan Informasi Jepang, antara lain :
a). Kantor Pemerintah seperti : Sekretaris Kabinet, Kantor
Kementerian, Kantor Kepegawaian, Komisi, Badan Kepolisian,
dan badan Pemeriksa.
b). Badan Administrasi Independen
6). LSM/NGO atau badan yang menerima anggaran dari Pemerintah
(seperti : Parpol) tidak ada kewajiban untuk membuka
informasi/dokumennya menurut UU ini, tapi bagi mereka ada suatu
Badan Monitoring untuk memonitor kegiatan mereka.
7). Pada Tahun 2005 telah dilakukan amandemen dari UU ini atas
rekomendasi dari pihak universitas sehingga pemberian informasi
lebih diutamakan kuantitasnya.
7
a. Dalam pertemuan ini, pihak NHK mengucapkan selamat datang
kepada Anggota Delegasi Komisi I DPR RI dan berharap agar
kunjungan ini membawa hasil bagi Anggota Delegasi. Dijelaskan oleh
pihak NHK Office bahwa NHK merupakan badan independen dari
pemerintah, kecuali siaran-siaran untuk pendidikan. Selanjutnya juga
pemerintah Jepang memberikan bantuan anggaran 0.03% dari
anggaran yang ada di NHK.
b. Ketua Delegasi menjelaskan maksud kunjungan ke Stasiun NHK ini
adalah untuk mengetahui bagaimana dunia penyiaran independen
yang dilaksanakan oleh NHK.
c. Selanjutnya dijelaskan oleh pihak NHK bahwa pada awalnya NHK
hanyalah merupakan stasiun radio. Namun setelah itu berkembang
menjadi stasiun TV independen yang dilindungi oleh Pemerintah
Jepang. Sehingga saat ini NHK bergerak dalam bidang pertelevisian
dan radio.
d. Dalam sesi diskusi, Ms. Fumiko menjelaskan beberapa hal yang
berkaitan dengan pertanyaan Anggota Delegasi, diantaranya :
1). Pembuatan program TV NHK ada yang diproduksi sendiri dan ada
yang merupakan hasil kerjasama dengan pihak production house.
2). Mengenai peralatan, stasiun NHK menggunakan peralatan dengan
berbagai macam merk, sehingga tidak didominasi oleh satu merk.
3). Dalam hal penarikan iuran berlangganan kepada masyarakat,
pihak NHK menggunakan sistem door to door, sehingga berapa
persen dari pendapatan iuran tersebut digunakan untuk menggaji
penarik iuran. Sementara mengenai pelanggan yang tidak
membayar iuran, pihak NHK tidak memberikan sanksi, tetapi pada
umumnya pelanggan sadar akan kewajibannya untuk membayar
iuran.
4). Isi siaran NHK diseleksi oleh pihak NHK sendiri dan lembaga
monitoring di luar NHK.
5). Stasiun NHK setiap harinya memberikan jam siaran berbahasa
Indonesia dengan durasi 2 jam 40 menit. Disamping itu, NHK juga
menyiarkan siaran mengenai penduduk Jepang yang ada di luar
negeri.
6). Stasiun NHK menerima anggaran dari Pemerintah Jepang hanya
sebesar 0,03% dari jumlah income yang mereka dapatkan.
7). Dewan Pengawas TV NHK beranggotakan 4 orang yang
merupakan hasil seleksi dari 8 orang yang mewakili 8 regional
Jepang.
8
waktu dalam pemberian informasi/dokumen yang diminta, dan
masih ada yang mengatakan bahwa informasi yang diminta itu
tidak ada padahal kenyataannya ada. Di seluruh Jepang hanya
ada 8 tempat persidangan yang boleh menyidang menggunakan
sistem UU ini.
2). Jepang membutuhkan waktu 20 tahun untuk merealisasikan UU
Kebebasan Informasi dan yang memulainya adalah dari daerah.
UU Kebebasan Informasi Jepang meniru gaya UU Kebebasan
Informasi 1967 di Amerika.
3). Terbentuknya UU Kebebasan Informasi di Jepang tidak begitu
disukai oleh Partai yang berkuasa saat itu yaitu LDP, tapi sangat
didukung oleh lawan politiknya Sakihake.
4). Dampak positif dari terbentuknya UU ini adalah semua orang
bisa mendapatkan informasi/dokumen yang diinginkan dan dapat
membantu penyidikan suatu kasus seperti kasus KKN, kasus
bidang kesehatan, karena media massa dapat menggali semua
masalah yang selama ini ditutupi. Jadi dalam hal ini UU
Kebebasan Informasi ini tidak digunakan sebagai alat untuk
membereskan suatu masalah secara langsung.
5). Masa depan dari UU Kebebasan Informasi di Jepang tidak begitu
cerah walaupun dalam satu tahun kasus informasi yang masuk
berjumlah 80.000 kasus.
c. Dalam sesi tanya jawab, Mr. Ushima menjelaskan beberapa hal yang
berkenaan dengan pertanyaan dari Anggota Delegasi, diantaranya :
1). Kelemahan yang terdapat dalam UU Kebebasan Informasi di
Jepang terletak pada tidak dicantumkannya hak untuk tahu.
Meskipun begitu, di regional Jepang hak untuk tahu sudah sudah
dilaksanakan.
2). Di Jepang hanya terdapat 8 tempat persidangan yang boleh
menyidang menggunakan sistem UU ini karena kedelapan
pengadilan itu adalah pengadilan tingkat tinggi yang ada di
Jepang.
3). Dampak negatif dari adanya UU Kebebasan Informasi ini adalah
banyaknya permintaan informasi mengenai skandal-skandal
terdahulu.
4). Informasi yang sering diminta oleh masyarakat adalah :
a). 50% masalah perpajakan
b). Mengenai hak milik bangunan
c). Mengenai transportasi
d). Masalah tenaga kerja
5). Mengenai kepemilikan surat kabar, di Jepang tidak ada
pelarangan untuk memiliki lebih dari satu surat kabar.
9
struktur hukum menyangkut kebebasan memperoleh informasi.
Jepang berharap dengan adanya pembaharuan ini, ke depannya
dapat meningkatkan transparansi administrasi dan mendorong
peningkatan kesejahteraan masyarakat maupun perekonomian
Indonesia.
b. Ketua Delegasi menyatakan bahwa tujuan pertemuan ini adalah untuk
berdiskusi dan bertukar opini tentang UU Kebebasan Informasi di
Jepang yang diharapkan dapat memperkokoh pembangunan
demokrasi. Disamping itu, diharapkan agar pertemuan ini dapat
meningkatkan persahabatan kedua negara.
c. Hon. Mr. Tsutomu Sato menjelaskan sejarah dari UU Kebebasan
Informasi di Jepang. RUU Kebebasan Informasi di Jepang
menyangkut Badan Administrasi diajukan pada bulan Maret 1998,
disahkan pada bulan Mei 1999, dan mulai berlaku pada bulan April
2001. Sementara UU Kebebasan Informasi di Jepang menyangkut
Badan Administrasi Independen disahkan bulan Desember 2001 dan
berlaku bulan Oktober 2002.
d. Dalam sesi diskusi, Mr. Sato menjelaskan beberapa hal yang
berkenaan dengan pertanyaan Anggota Delegasi, diantaranya :
• Dampak positif dari pelaksanaan UU Kebebasan Informasi di
Jepang, antara lain :
- Adanya kejernihan persepsi di antara masyarakat dan
Pemerintah (saling terbuka/tidak curiga)
- Masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam memberikan
pendapat dan masukan kepada pemerintah .
- Antar anggota parlemen dapat saling menegur
• Sementara mengenai anggaran pelaksanaan UU kebebasan
Informasi, Pemerintah Jepang tidak menyediakannya, karena
semua biaya atas permintaan informasi/dokumen ditanggung oleh
pemohon. Masyarakat dapat memperoleh data dengan ketentuan
biaya :
- untuk acces on line = 300 ¥
- untuk copy data = 10 ¥
- untuk copy berwarna = 20 ¥
• Lebih lanjut, Parlemen Jepang menyadari bahwa UU Kebebasan
Informasi ini masih banyak terdapat kekurangan sehingga
Parlemen terus berusaha untuk meningkatkan kualitasnya.
• Meskipun tidak tercantumnya sanksi dalam UU bagi badan
administrasi dan badan administrasi independen yang menolak
memberikan informasi/dokumen yang diminta oleh pemohon,
tetapi pemohon dapat mengajukan pertanyaan atas penolakan
tersebut kepada Komite Administrasi untuk menyeleksi/mencek
apakah memang informasi/dokumen tersebut tidak bisa diberikan
atau memang bisa diberikan. Pada tahun 2005 terdapat 80.000
kasus penolakan, diantaranya 21.000 kasus penolakan
disebabkan karena tidak adanya informasi/dokumen yang diminta
dan 4.000 kasus menyangkut permintaan informasi/dokumen
pribadi. Dalam hal ini yang perlu diingat oleh pemohon adalah
bahwa tidak semua informasi/dokumen bisa diminta.
• Mengenai UU Rahasia Negara, di Jepang Rahasia Negara tidak
dicantumkan dalam bentuk UU, tetapi masyarakat Jepang sejak
semula sudah menyadari hal-hal apa yang menjadi rahasia negara
sehingga secara otomatis hal tersebut tidak akan pernah dibuka.
• Dalam UU Kebebasan Informasi Jepang tidak tercantum mengenai
berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuka informasi/isi
dokumen. Hal ini tergantung dari isi dokumen itu sendiri, kalau isi
dokumennya berat dibutuhkan waktu lama untuk dapat
10
membukanya, sementara kalau isi dokumennya ringan maka bisa
dibuka secepatnya.
11
negara dalam menjaga keamanan di kawasan Asia. Disamping itu,
beliau mengajak Indonesia untuk bersama-sama berupaya
memberantas terorisme sampai ke akar-akarnya. Jepang
beranggapan bahwa akar terorisme dapat dihilangkan dengan cara
menciptakan tata dunia yang adil yang tidak dikendalikan oleh suatu
negara tertentu. Selain mengenai terorisme, beliau juga menyatakan
keingingan Jepang untuk membuat suatu perkumpulan di Asia dan
berharap Indonesia ikut berperan penting dalam hal ini.
b. Delegasi Komisi I DPR RI menyambut dengan baik ajakan Jepang
untuk memberantas terorisme sampai ke akar-akarnya. Dalam hal ini,
Delegasi menekankan dengan tegas bahwa terorisme tidak bisa
diidentikkan dengan suatu keyakinan tertentu. Terorisme merupakan
paham yang timbul atas pemberontakan terhadap tata dunia yang
dikendalikan oleh suatu negara tertentu.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
12
1. Kunjungan Delegasi Komisi I DPR RI ke Jepang yang berlangsung dari
tanggal 16 – 20 April 2007 berjalan dengan lancar dan sukses sesuai
dengan maksud dan tujuan yang hendak dicapai. Dalam kunjungan ini,
Delegasi mendapatkan banyak sekali hal-hal yang bisa digunakan sebagai
bahan pembanding bagi DPR RI dan Pemerintah dalam proses penyelesaian
UU KMIP tersebut, diantaranya mengenai Komisi Informasi di Jepang,
masalah cara pemberian informasi, dan biaya yang dikenakan terhadap
pemohon informasi.
B. SARAN
3. Selain itu, berkaitan dengan tugas dan ruang lingkup kerja Komisi I DPR RI,
delegasi juga melakukan diskusi dengan Parlemen dan Pemerintah Jepang,
terkait dengan tugas dan ruang lingkup kerja Komisi I DPR RI di bidang
pertahanan, luar negeri, komunikasi, dan informasi. Dengan kunjungan ini
diharapkan dapat meningkatkan hubungan bilateral diantara kedua negara,
khususnya melalui hubungan Parliament to Parliament.
13
Dubes RI beserta staf KBRI di Tokyo, Jepang , termasuk instansi-instansi yang
telah membantu Delegasi.
14