Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. DASAR KUNJUNGAN

Kunjungan Delegasi Komisi I DPR RI ke Jepang dilaksanakan atas dasar


Keputusan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor :
91/PIMP/III/2006-2007 tentang Penugasan Delegasi Anggota Komisi I DPR
RI untuk Melaksanakan Studi Banding ke Jepang dari tanggal 15-21 April
2007.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Sehubungan dengan pembahasan RUU tentang KMIP, kunjungan


Delegasi Komisi I DPR RI ke Jepang mempunyai maksud dan tujuan
sebagai berikut :
a. Mengetahui pelaksanaan UU tentang Kebebasan Memperoleh
Informasi Publik di Jepang.
b. Mengetahui maximum access and limited exemption terhadap seluruh
informasi publik yang ada.
c. Memperluas wacana pengambil kebijakan Indonesia dalam
merumuskan kebijakan yang menjamin akses informasi publik.
d. Mengetahui sejauhmana keterlibatan publik dalam pengambilan
keputusan oleh pejabat publik, terutama keputusan yang menyangkut
hajat hidup orang banyak;
Hasil dari kunjungan ini akan dijadikan masukan bagi Komisi I DPR RI
(Panja RUU KMIP) dalam membahas DIM RUU tentang KMIP bersama
pemerintah cq. Menteri Komunikasi dan Informasi RI.

2. Selain itu, berkaitan dengan tugas dan ruang lingkup kerja Komisi I DPR
RI kunjungan delegasi ini juga bermaksud untuk melakukan diskusi
dengan Parlemen dan Pemerintah Jepang, terkait dengan masalah-
masalah di bidang pertahanan, luar negeri, komunikasi, dan informasi.
Diharapkan kunjungan ini dapat meningkatkan hubungan bilateral antara
Indonesia-Jepang melalui Parliament to Parliament.

C. SUSUNAN DELEGASI

Adapun susunan Delegasi Komisi I DPR RI ke Jepang adalah sebagai


berikut :
1. Drs. H. Tosari Widjaja F-PPP Ketua Delegasi
2. Antarini Malik F-PG Anggota Delegasi
3. Drs. Hajriyanto Y. Thohari, MA F-PG Anggota Delegasi
4. Drs. H. Joeslin Nasution, M.Si F-PG Anggota Delegasi
5. Suparlan, S.H. F-PDIP Anggota Delegasi
6. H.A. Chudlary Syafii, S.Sos F-PPP Anggota Delegasi
7. Shidki Wahab F-Demokrat Anggota Delegasi
8. Suharno PA, S.H F-KB Anggota Delegasi
9. Ir. H. Untung Wahono, M.Si F-PKS Anggota Delegasi
10. Hilman Rosyad Syihab, LC F-PKS Anggota Delegasi
11. Anggrek Kurnianti, S.H. Set. Komisi I Sekretaris Delegasi
12. Jaka Adiwiguna, S.Sos Set. Komisi I Sekretaris Delegasi
13. Prof. Ahmad M. Ramli Depkominfo
14. Subagio Depkominfo
D. ACARA KUNJUNGAN
1. Senin, 16 April 2007, delegasi mengadakan pertemuan dengan :
a. Menteri Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang
b. Direktur Government Information Protection Office
c. Duta Besar RI, DR. Jusuf Anwar bersama Masyarakat Indonesia di
Tokyo, Jepang.

2. Selasa, 17 April 2007, delegasi mengadakan pertemuan dengan :


a. NHK Office, Ms. Chiba Fumiko
b. Asahi Shimbun di Japan Press Club

3. Rabu, 18 April 2007, delegasi mengadakan pertemuan dan peninjauan


ke :
a. Chairman Committee of Internal Affairs and Communication, Hon. Mr.
Tsutomo Sato
b. Peninjauan fasilitas Gedung Parlemen Jepang
c. Pertemuan dengan Information Clearing House Japan, Mr. Hiroshi
Miyake

4. Kamis, 19 April 2007, delegasi mengadakan pertemuan dengan :


a. Chairman Committee of Defense, Hon. Mr. Taro Kimura
b. Chairman Committee of Foreign Affairs, Hon. Mr. Taimei Yamaguchi

BAB II

2
PELAKSANAAN KUNJUNGAN

A. GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG

Nama resmi : Nippon/Nihon-koku/Japan


Tahun berdiri : 3 Mei 1947 (berdasarkan Konstitusi Damai 1947)
Hari nasional : 23 Desember (hari kelahiran Kaisar Akihito)
Bentuk Negara : Kekaisaran
Kepala negara : Kaisar Akihito (sejak 7 Januari 1989)
Kepala Pemerintahan : PM. Shinzō Abe
Menteri Luar Negeri : Taro Aso
Ketua Parlemen : Yokei Kono (Shugi’in - Ketua Majelis Rendah)
Chikage Oogi (Sangi’in - Ketua Majelis Tinggi)
Jumlah penduduk : 127.333.000 jiwa, terdiri dari etnis Jepang dan
sedikit Korea, China, dan lain-lain
Sumber Daya Alam : Produk pertanian, peternakan, kelautan
Ekspor Utama : Kendaraan bermotor, semikonduktor, barang
elektronik, dan bahan kimia
GNP : US$ 3.58 Trilyun (GDP 2005)
GDP : US$ 28.200 (Perkiraan 2004)

B. GEOGRAFI NEGARA JEPANG


Jepang terdiri dari ± 3900 pulau dengan luas wilayah daratan 377.728 km 2
yang terletak  di sebelah timur daratan Asia, antara 120 BT-150 BT, dan 20
LU-50 LU, dengan batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Barat berbatasan dengan Semenanjung Korea
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kepulauan Sakhalin
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Cina bagian timur
- Sebelah Timur berbatasan dengan Lautan Pasifik
Jepang memiliki  beberapa kota besar yakni  : Tokyo, Osaka, Fukuoka,
Nagoya, dan Sapporo. Jepang mengalami 4 musim, dengan perbedaan iklim
di beberapa tempat, yakni bagian utara dengan iklim sub-arctic, bagian
tengah dengan iklim temperate, dan bagian selatan dengan iklim sub-tropic.

C. SISTEM POLITIK DAN PEMERINTAHAN

1. Sistem hukum/konstitusi

Sejak diumumkannya konstitusi dalam bulan November 1946, Jepang


memberlakukan sistem pemerintahan demokratis, dengan membagi
kekuasaan atas 3 bagian yaitu : legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Ketiga
kekuasaan ini bertindak saling mengawasi dan mengimbangi satu sama
lain, misalnya Parlemen dapat mengajukan mosi tidak percaya terhadap
Kabinet, sedangkan Kabinet dapat membubarkan Parlemen.

Jepang terdiri dari 47 prefektur (semacam Propinsi) yang dipimpin oleh


Gubernur. Setiap prefektur mempunyai lembaga legislatif (DPRD). Setiap
Gubernur dan Anggota DPRD dipilih secara langsung (Pilkada) oleh
penduduk prefektur yang bersangkutan. Sistem pemerintahan kota besar,
kota, dan desa berada di bawah pemerintahan prefektur yang
bersangkutan. Pemerintahan terdiri dari Perdana Menteri dan 12
Kementerian, yaitu Menteri Kehakiman, Luar Negeri, Keuangan,
Pendidikan, Kesehatan, dan Kesejahteraan, Pertanian, Industri dan
Perdagangan Internasional, Transportasi, Pos dan Telekomunikasi
Tenaga Kerja, Dalam Negeri, dan Pembangunan.

3
2. Lembaga Eksekutif

Kepala Negara Jepang adalah seorang Kaisar yang bertugas melakukan


hal-hal yang bersifat seremonial sebagaimana yang tercantum dalam
Konstitusi. Sedangkan pelaksanaan pemerintahan di Jepang dilakukan
oleh seorang Perdana Menteri sebagai Kepala Pemerintahan.

Jepang menganut sistem pemerintahan Kabinet Parlementer, dengan


kekuasaan eksekutif berada di tangan Kabinet yang terdiri dari Perdana
Menteri dan para Menteri yang secara kolektif bertanggung jawab kepada
Diet (Parlemen). Sesuai dengan UU, jajaran Kabinet harus dari kalangan
sipil dan pada umumnya adalah juga Anggota Diet.

3. Lembaga Legislatif/Diet

Parlemen Jepang/Diet adalah lembaga tertinggi Negara dan satu-satunya


badan pembuat undang-undang negara yang terdiri dari dua Dewan,
(bikameral), yaitu :
1. Majelis Rendah (Shugiin), anggotanya dipilih melalui Pemilu dengan
masa jabatan 4 tahun.
2. Majelis Tinggi (Sangiin), anggotanya dipilih melalui Pemilu dengan
masa jabatan 6 tahun.

4. Partai Politik

Sistem kepartaian adalah multi partai yang terdiri dari Liberal Democratic
Party (LDP), Social Democratic Party (SDP), DPJ (Minshuto), New
Komeito, Japan Communist Party (JCP). Partai yang berkuasa saat ini
adalah LDP.

D. HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA-JEPANG

1. Hubungan bilateral RI-Jepang saat ini semakin meningkat dengan


ditandai semakin tingginya intensitas kerjasama di berbagai bidang dan
terselenggaranya serangkaian kunjungan ditingkat para pejabat tinggi
kedua Negara.
2. Pemerintah Indonesia sangat menghargai sikap dan pengertian Jepang
terhadap situasi HAM di Indonesia termasuk masalah gerakan-gerakan
separatisme. Disamping itu, Indonesia menghargai dukungan Jepang
terhadap upaya reformasi politik di Indonesia dan upaya
mempertahankan keutuhan wilayah NKRI.
3. Dalam hal penanganan masalah Aceh, Jepang telah berupaya untuk
memfasilitasi penyelesaian secara damai melalui dialog serta menolak
tindak kekerasan dalam penyelesaian masalah tersebut. Selain itu,
Jepang menekankan komitmen pemerintahnya untuk memberikan
bantuan ekonomi secara khusus bagi pemulihan kondisi perekonomian di
Aceh, apabila Indonesia bersedia untuk mengakhiri “operasi terpadu” di
Aceh.

E. PERTEMUAN-PERTEMUAN

4
1. Pertemuan dengan Menteri Dalam Negeri, Komunikasi dan Informasi
Jepang, 16 April 2007, Pukul 14.00

a. Dalam pertemuan ini, Menteri Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang


mengucapkan selamat datang kepada rombongan Komisi I DPR RI
dalam rangka pelaksanaan RUU KMIP. Menteri Dalam Negeri dan
Komunikasi Jepang memandang bahwa kunjungan ini juga akan
memperkuat hubungan bilateral di antara kedua negara yang sudah
terjalin sejak lama dan tahu depan akan merayakan 50 tahun
hubungan kedua negara. Selanjutnya, terkait dengan pelaksanaan UU
KMIP di Jepang, beliau menjelaskan bahwa jumlah pengaduan dan
permintaan informasi sebanyak 80.000 kasus/tahun. Selaras dengan
pelaksanaan UU tersebut, masyarakat Jepang dapat mengakses
informasi yang disediakan oleh Pemerintah Jepang melalui teknologi
3G telephone selular, seperti informasi mengenai bencana alam,
gempa bumi, dan berita-berita penting lainnya yang sedang terjadi.
b. Ketua Delegasi Komisi I DPR RI menyampaikan rasa hormat dan
terimakasih atas sambutan yang diberikan  oleh Menteri Dalam Negeri
dan Informasi. Selanjutnya dijelaskan pula maksud dan tujuan dari
kedatangan rombongan Parlemen Indonesia dalam rangka
memperoleh informasi tentang UU Kebebasan Memperoleh Informasi
di Jepang dan diharapkan hubungan baik yang telah terjalin diantara
kedua negara (Indonesia - Jepang) dapat terus berkembang dan
ditingkatkan.

2. Pertemuan dengan Director, Government Information Protection


Office, Mr. Susumo Ando, 16 April 2007, Pukul 15.45-16.30

a. Dalam Pertemuan ini, Ketua Delegasi menyampaikan bahwa


kunjungan Delegasi ini bertujuan untuk mengetahui secara langsung
tentang UU Kebebasan Informasi di Jepang dan pelaksanaannya.
b. Mr. Susumo Ando, Director, Government Information Protection Office
Jepang, menyampaikan beberapa hal yang berkaitan dengan UU
Kebebasan Informasi di Jepang dan pelaksanaannya, diantaranya :
1). UU Kebebasan Informasi di Jepang terbagi atas 2 bagian :
a). UU Kebebasan Informasi menyangkut Badan Administrasi
(Disahkan tanggal 14 Mei 1999 dan mulai berlaku tanggal 1
April 2001)
b). UU Kebebasan Informasi menyangkut Badan Administrasi
Independen
(Disahkan tanggal 5 Desember 2001 dan mulai berlaku tanggal
1 Oktober 2002)
2). Tujuan dari UU Kebebasan Informasi ini adalah untuk mendorong
adanya keterbukaan informasi oleh Badan Administrasi dan Badan
Administrasi Independen dengan adanya hak untuk meminta
informasi/dokumen sesuai dengan prinsip kedaulatan negara
sehingga badan administrasi dan badan administrasi independen
dapat memenuhi kewajiban akuntabilitas pada negara atas
pekerjaan mereka. Disamping itu, UU ini juga bertujuan agar
masyarakat mengetahui apa yang telah dilakukan oleh Badan
Administrasi dan Badan Administrasi Independen.
3). Jepang memiliki 217 Badan Administrasi Independen yang
mempunyai dasar hukum dan dilindungi oleh Direktor dan
Pengadilan.
4). Permintaan informasi di Jepang dapat dilakukan oleh semua orang
termasuk WNA, namun semua informasi disediakan dalam bahasa
Jepang.

5
5). Selanjutnya, ada beberapa hal informasi yang tidak dapat dibuka,
diantaranya :
a). Informasi pribadi, kecuali informasi yang bersifat kedudukan
daripada pribadi misalnya kedudukan PNS dan karyawan
Badan Administrasi Independen.
b). Informasi/dokumen yang apabila dibuka akan menganggu
kelancaran dari perusahaan.
c). Informasi/dokumen yang apabila dibuka akan menganggu
keamanan negara atau menganggu kepercayaan suatu negara
terhadap negara lain.
d). Informasi/dokumen yang apabila dibuka dapat mengakibatkan
timbulnya suatu tindak kriminal.
e). Informasi/dokumen dalam suatu Badan Administrasi dan Badan
Administrasi Independen yang sudah disepakati dalam rapat
intern tidak boleh dibuka dan apabila dibuka akan membawa
dampak negatif bagi Badan Administrasi dan Badan
Administrasi Independen yang bersangkutan.
f). Informasi/dokumen yang menyangkut pertimbangan dan
pemeriksaan oleh Badan Administrasi dan Badan Administrasi
Independen yang apabila dibuka akan mengubah pemikiran
masyarakat ke arah yang lebih negatif.
6). Informasi/dokumen yang pada awalnya tidak boleh dibuka tetapi
belakangan ditemukan fakta bahwa apabila dibuka akan
membawa dampak positif, maka informasi/dokumen tersebut boleh
dibuka.
c. Dalam sesi diskusi, beberapa Anggota melakukan pendalaman materi
dengan menanyakan beberapa hal diantaranya : siapa yang menilai
bahwa suatu informasi/dokumen akan membawa dampak
positif/negatif bila dibuka, usaha yang dapat dilakukan pemohon jika
permintaannya ditolak, apakah informasi/dokumen selalu
tersedia/harus diminta dulu baru tersedia, kewajiban untuk
mengumumkan informasi, dan sanksinya jika tidak diumumkan, serta
siapa saja yang bisa dimintai informasi.
d. Pihak Pemerintah Jepang memberikan beberapa jawaban sebagai
berikut :
1). Yang menentukan suatu informasi/dokumen itu akan membawa
dampak positif atau negatif apabila dibuka adalah suatu tim dari
Badan Administrasi dan Badan Administrasi Independen itu sendiri
setelah terlebih dahulu dilakukan rapat di intern.
2). Apabila terdapat penolakan atas informasi/dokumen yang diminta,
pemohon dapat mengajukan banding terhadap penolakan yang
dilakukan oleh Badan Pemerintah atau Badan Administrasi
Independen ke Pengadilan Tinggi. Di Jepang terdapat 8 (delapan)
Pengadilan Tinggi yang bisa menyidangkan masalah banding ini.
Jika terdapat banding, Kepala Badan Pemerintah atau Kepala
Badan Administrasi Independen harus berkonsultasi dengan
Badan Peninjauan Kembali Perlindungan Pembukaan Informasi
dan Informasi Pribadi (Information Disclosure and Personal
Information Protection Review Board). Badan ini hanya terdapat di
ibukota Jepang saja dan hanya bertugas untuk menguji/memeriksa
kembali dan memberikan pertimbangan terkait dengan adanya
banding terhadap Badan Pemerintah di seluruh Jepang.
Kedudukan Badan ini berada di Kantor Kabinet. Anggota dari
badan ini berjumlah 15 orang, dan dibagi atas 5 divisi, yang tiap
divisi nya terdiri atas 1 orang yang bekerja full time dan 2 orang
yang part time. Keanggotaan Badan ini berasal dari masyarakat
dan mantan hakim. Pemilihannya disetujui oleh Parlemen (tingkat

6
rendah dan tinggi) dan ditetapkan oleh Perdana Menteri. Badan
yang serupa juga terdapat di 1.800 regional Jepang.
3). Di Jepang, informasi/dokumen diberikan melalui 2 cara, yaitu :
a). Dengan cara penerbitan white paper tiap tahunnya.
b). Dengan cara di request terlebih dahulu baru disediakan.
4) UU Kebebasan Informasi Jepang tidak mencantumkan sanksi bagi
Badan Administrasi dan Badan Administrasi Independen jika tidak
menyediakan informasi, karena masyarakat Jepang beranggapan
bahwa PNS telah melakukan aktivitas mereka secara jujur.
Jikapun ada sanksi, itu hanya berupa sanksi administrasi seperti
penurunan jabatan.
5) Badan yang bisa diminta untuk membuka informasi/dokumennya
menurut UU Kebebasan Informasi Jepang, antara lain :
a). Kantor Pemerintah seperti : Sekretaris Kabinet, Kantor
Kementerian, Kantor Kepegawaian, Komisi, Badan Kepolisian,
dan badan Pemeriksa.
b). Badan Administrasi Independen
6). LSM/NGO atau badan yang menerima anggaran dari Pemerintah
(seperti : Parpol) tidak ada kewajiban untuk membuka
informasi/dokumennya menurut UU ini, tapi bagi mereka ada suatu
Badan Monitoring untuk memonitor kegiatan mereka.
7). Pada Tahun 2005 telah dilakukan amandemen dari UU ini atas
rekomendasi dari pihak universitas sehingga pemberian informasi
lebih diutamakan kuantitasnya.

3. Pertemuan dengan Duta Besar RI di Tokyo, DR. Jusuf Anwar


bersama Masyarakat Indonesia di Jepang, 16 April 2007, Pukul
18.00-19.00

a. Dubes RI, DR. Jusuf Anwar mengucapkan selamat datang kepada


Delegasi Komisi I DPR RI yang akan melakukan pertemuan dan
berdiskusi dengan Pemerintah dan Parlemen Jepang terkait dengan
RUU KMIP dan ruang lingkup tugas Komisi I DPR RI dalam bidang
Pertahanan, Luar Negeri dan Informasi.
b. Ketua Delegasi menyampaikan ucapan terimakasih atas sambutan
yang baik dari Dubes RI dan berharap agar kunjungan ini dapat
membawa hasil yang maksimal.
c. Dalam ramah tamah dengan Delegasi Komisi I DPR RI, Dubes RI
meyampaikan kondisi masyarakat Indonesia yang ada di Jepang.
Dubes mengatakan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia di Jepang
melakukan study dan bekerja. Hal ini terkait dengan program
kerjasama yang telah dilaksanakan kedua negara dalam bidang
pertukaran pelajar dan pelatihan tenaga kerja. Selanjutnya,
diharapkan kerjasama yang telah dilakukan selama ini dapat terus
ditingkatkan untuk tahun-tahun berikutnya.
d. Dalam ramah tamah dengan masyarkat Indonesia, Delegasi dan
masyarakat Indonesia mendiskusikan tentang hal-hal aktual yang
sedang berlangsung saat ini, diantaranya masalah Resolusi Iran No.
1747 yang diinterpelasi oleh sebagian Anggota DPR RI.

4. Pertemuan dengan Ms. Chiba Fumiko, NHK Office, 17 April 2007,


Pukul 10.00-12.00

7
a. Dalam pertemuan ini, pihak NHK mengucapkan selamat datang
kepada Anggota Delegasi Komisi I DPR RI dan berharap agar
kunjungan ini membawa hasil bagi Anggota Delegasi. Dijelaskan oleh
pihak NHK Office bahwa NHK merupakan badan independen dari
pemerintah, kecuali siaran-siaran untuk pendidikan. Selanjutnya juga
pemerintah Jepang memberikan bantuan anggaran 0.03% dari
anggaran yang ada di NHK.
b. Ketua Delegasi menjelaskan maksud kunjungan ke Stasiun NHK ini
adalah untuk mengetahui bagaimana dunia penyiaran independen
yang dilaksanakan oleh NHK.
c. Selanjutnya dijelaskan oleh pihak NHK bahwa pada awalnya NHK
hanyalah merupakan stasiun radio. Namun setelah itu berkembang
menjadi stasiun TV independen yang dilindungi oleh Pemerintah
Jepang. Sehingga saat ini NHK bergerak dalam bidang pertelevisian
dan radio.
d. Dalam sesi diskusi, Ms. Fumiko menjelaskan beberapa hal yang
berkaitan dengan pertanyaan Anggota Delegasi, diantaranya :
1). Pembuatan program TV NHK ada yang diproduksi sendiri dan ada
yang merupakan hasil kerjasama dengan pihak production house.
2). Mengenai peralatan, stasiun NHK menggunakan peralatan dengan
berbagai macam merk, sehingga tidak didominasi oleh satu merk.
3). Dalam hal penarikan iuran berlangganan kepada masyarakat,
pihak NHK menggunakan sistem door to door, sehingga berapa
persen dari pendapatan iuran tersebut digunakan untuk menggaji
penarik iuran. Sementara mengenai pelanggan yang tidak
membayar iuran, pihak NHK tidak memberikan sanksi, tetapi pada
umumnya pelanggan sadar akan kewajibannya untuk membayar
iuran.
4). Isi siaran NHK diseleksi oleh pihak NHK sendiri dan lembaga
monitoring di luar NHK.
5). Stasiun NHK setiap harinya memberikan jam siaran berbahasa
Indonesia dengan durasi 2 jam 40 menit. Disamping itu, NHK juga
menyiarkan siaran mengenai penduduk Jepang yang ada di luar
negeri.
6). Stasiun NHK menerima anggaran dari Pemerintah Jepang hanya
sebesar 0,03% dari jumlah income yang mereka dapatkan.
7). Dewan Pengawas TV NHK beranggotakan 4 orang yang
merupakan hasil seleksi dari 8 orang yang mewakili 8 regional
Jepang.

5. Pertemuan dengan Surat Kabar Asahi Shimbun di Japan Press Club


17 April 2007, Pukul 14.00-15.00

a. Ketua Delegasi menjelaskan bahwa tujuan pertemuan ini selain untuk


mempelajari tentang UU Kebebasan Informasi di Jepang sebagai
bahan pertimbangan bagi Pemerintah dan Parlemen Indonesia dalam
pembahasan RUU KMIP, juga untuk bertukar pikiran mengenai dunia
penyiaran dan pers di Jepang khususnya perkembangan penerbitan
Asahi. Hal ini sesuai dengan ruang lingkup dan tugas Komisi I yang
menangani masalah informasi dan komunikasi.
b. Wartawan Asahi Shimbun, Mr. Ushima, memberikan beberapa
penjelasan sebagai berikut :
1). Dengan dilaksanakannya UU Kebebasan Informasi di Jepang
sejak tahun 2001 telah terjadi reformasi yang sangat luar biasa.
Meskipun begitu, dalam pelaksanaannya masih banyak terdapat
kekurangan-kekurangan sehingga menimbulkan beberapa
permasalahan diantaranya tidak adanya kepastian tenggang

8
waktu dalam pemberian informasi/dokumen yang diminta, dan
masih ada yang mengatakan bahwa informasi yang diminta itu
tidak ada padahal kenyataannya ada. Di seluruh Jepang hanya
ada 8 tempat persidangan yang boleh menyidang menggunakan
sistem UU ini.
2). Jepang membutuhkan waktu 20 tahun untuk merealisasikan UU
Kebebasan Informasi dan yang memulainya adalah dari daerah.
UU Kebebasan Informasi Jepang meniru gaya UU Kebebasan
Informasi 1967 di Amerika.
3). Terbentuknya UU Kebebasan Informasi di Jepang tidak begitu
disukai oleh Partai yang berkuasa saat itu yaitu LDP, tapi sangat
didukung oleh lawan politiknya Sakihake.
4). Dampak positif dari terbentuknya UU ini adalah semua orang
bisa mendapatkan informasi/dokumen yang diinginkan dan dapat
membantu penyidikan suatu kasus seperti kasus KKN, kasus
bidang kesehatan, karena media massa dapat menggali semua
masalah yang selama ini ditutupi. Jadi dalam hal ini UU
Kebebasan Informasi ini tidak digunakan sebagai alat untuk
membereskan suatu masalah secara langsung.
5). Masa depan dari UU Kebebasan Informasi di Jepang tidak begitu
cerah walaupun dalam satu tahun kasus informasi yang masuk
berjumlah 80.000 kasus.
c. Dalam sesi tanya jawab, Mr. Ushima menjelaskan beberapa hal yang
berkenaan dengan pertanyaan dari Anggota Delegasi, diantaranya :
1). Kelemahan yang terdapat dalam UU Kebebasan Informasi di
Jepang terletak pada tidak dicantumkannya hak untuk tahu.
Meskipun begitu, di regional Jepang hak untuk tahu sudah sudah
dilaksanakan.
2). Di Jepang hanya terdapat 8 tempat persidangan yang boleh
menyidang menggunakan sistem UU ini karena kedelapan
pengadilan itu adalah pengadilan tingkat tinggi yang ada di
Jepang.
3). Dampak negatif dari adanya UU Kebebasan Informasi ini adalah
banyaknya permintaan informasi mengenai skandal-skandal
terdahulu.
4). Informasi yang sering diminta oleh masyarakat adalah :
a). 50% masalah perpajakan
b). Mengenai hak milik bangunan
c). Mengenai transportasi
d). Masalah tenaga kerja
5). Mengenai kepemilikan surat kabar, di Jepang tidak ada
pelarangan untuk memiliki lebih dari satu surat kabar.

6. Pertemuan dengan Ketua Komisi Dalam Negeri dan Komunikasi


Parlemen Jepang, Hon. Mr. Tsutomu Sato, 18 April 2007, Pukul
10.00-10.30

a. Dalam pertemuan ini, Ketua Komisi Dalam Negeri dan Komunikasi


Parlemen Rendah Jepang, Hon. Mr. Tsutomu Sato, meminta agar
kedua negara terus meningkatkan hubungan bilateral yang telah
dibina sejak tahun 1958 dan tahun depan hubungan kedua negara
akan memasuki usia ke-50 tahun. Disamping itu, beliau menyatakan
bahwa perkembangan dan kestabilan keamanan jangka panjang Asia
Pasifik merupakan hal yang penting bagi Indonesia dan Jepang.
Untuk itu, beliau memberikan penghargaan yang luar biasa terhadap
aktivitas Indonesia dalam melakukan reformasi ekonomi, keamanan,
dan demokrasi yang salah satunya terlihat dari upaya pembaharuan

9
struktur hukum menyangkut kebebasan memperoleh informasi.
Jepang berharap dengan adanya pembaharuan ini, ke depannya
dapat meningkatkan transparansi administrasi dan mendorong
peningkatan kesejahteraan masyarakat maupun perekonomian
Indonesia.
b. Ketua Delegasi menyatakan bahwa tujuan pertemuan ini adalah untuk
berdiskusi dan bertukar opini tentang UU Kebebasan Informasi di
Jepang yang diharapkan dapat memperkokoh pembangunan
demokrasi. Disamping itu, diharapkan agar pertemuan ini dapat
meningkatkan persahabatan kedua negara.
c. Hon. Mr. Tsutomu Sato menjelaskan sejarah dari UU Kebebasan
Informasi di Jepang. RUU Kebebasan Informasi di Jepang
menyangkut Badan Administrasi diajukan pada bulan Maret 1998,
disahkan pada bulan Mei 1999, dan mulai berlaku pada bulan April
2001. Sementara UU Kebebasan Informasi di Jepang menyangkut
Badan Administrasi Independen disahkan bulan Desember 2001 dan
berlaku bulan Oktober 2002.
d. Dalam sesi diskusi, Mr. Sato menjelaskan beberapa hal yang
berkenaan dengan pertanyaan Anggota Delegasi, diantaranya :
• Dampak positif dari pelaksanaan UU Kebebasan Informasi di
Jepang, antara lain :
- Adanya kejernihan persepsi di antara masyarakat dan
Pemerintah (saling terbuka/tidak curiga)
- Masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam memberikan
pendapat dan masukan kepada pemerintah .
- Antar anggota parlemen dapat saling menegur
• Sementara mengenai anggaran pelaksanaan UU kebebasan
Informasi, Pemerintah Jepang tidak menyediakannya, karena
semua biaya atas permintaan informasi/dokumen ditanggung oleh
pemohon. Masyarakat dapat memperoleh data dengan ketentuan
biaya :
- untuk acces on line = 300 ¥
- untuk copy data = 10 ¥
- untuk copy berwarna = 20 ¥
• Lebih lanjut, Parlemen Jepang menyadari bahwa UU Kebebasan
Informasi ini masih banyak terdapat kekurangan sehingga
Parlemen terus berusaha untuk meningkatkan kualitasnya.
• Meskipun tidak tercantumnya sanksi dalam UU bagi badan
administrasi dan badan administrasi independen yang menolak
memberikan informasi/dokumen yang diminta oleh pemohon,
tetapi pemohon dapat mengajukan pertanyaan atas penolakan
tersebut kepada Komite Administrasi untuk menyeleksi/mencek
apakah memang informasi/dokumen tersebut tidak bisa diberikan
atau memang bisa diberikan. Pada tahun 2005 terdapat 80.000
kasus penolakan, diantaranya 21.000 kasus penolakan
disebabkan karena tidak adanya informasi/dokumen yang diminta
dan 4.000 kasus menyangkut permintaan informasi/dokumen
pribadi. Dalam hal ini yang perlu diingat oleh pemohon adalah
bahwa tidak semua informasi/dokumen bisa diminta.
• Mengenai UU Rahasia Negara, di Jepang Rahasia Negara tidak
dicantumkan dalam bentuk UU, tetapi masyarakat Jepang sejak
semula sudah menyadari hal-hal apa yang menjadi rahasia negara
sehingga secara otomatis hal tersebut tidak akan pernah dibuka.
• Dalam UU Kebebasan Informasi Jepang tidak tercantum mengenai
berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuka informasi/isi
dokumen. Hal ini tergantung dari isi dokumen itu sendiri, kalau isi
dokumennya berat dibutuhkan waktu lama untuk dapat

10
membukanya, sementara kalau isi dokumennya ringan maka bisa
dibuka secepatnya.

7. Pertemuan dengan Information Clearing House Jepang, Mr. Hiroshi


Miyake, 18 April 2007, Pukul 14.30-15.30

a. Dijelaskan oleh Mr. Hiroshi Miyake bahwa Information Clearing House


Jepang (ICJ) merupakan suatu lembaga non pemerintah dan
organisasi non profit yang memberikan fasilitas kemudahan kepada
masyarakat Jepang dalam mengakses informasi yang di
selenggarakan oleh pemerintah. Lembaga ini didirikan tahun 1999 di
dalam upaya masyarakat untuk mendapatkan kebebasan
memperoleh informasi. Selanjutnya, ICJ beranggotakan 300 orang
yang berasal dari orang-orang yang berlatar belakang Akademisi dari
suatu universitas, dan mantan Jaksa Agung.
b. Dalam sesi diskusi, Mr. Miyake menjelaskan bahwa ICJ bertujuan
untuk membantu masyarakat dalam mengklaim Pemerintah yang
menutup-nutupi informasi. ICJ menerima apply claim tidak hanya
dalam bahasa Jepang, tetapai juga dalam bahasa lain, seperti bahasa
Indonesia. Berkaitan dengan budget, ICJ mempunyai budget 12.000
Yen pertahun yang berasal dari iuran Anggota dan tunjangan dari
yayasan internasional.

8. Pertemuan dengan Ketua Komisi Pertahanan Parlemen Rendah


Jepang, Hon. Mr. Taro Kimura,  19 April 2007, Pukul 10.00-10.30

a. Dalam pertemuan ini, Delegasi mengharapkan hubungan kerjasama


kedua negara dapat terus ditingkatkan terutama dibidang pertahanan,
intelijen, dan pemberantasan terorisme. Selain itu pula, diharapkan
tersedianya pendidikan dan pelatihan di bidang pertahanan bagi
perwira militer Indonesia di Jepang. Berkaitan dengan masalah
terorisme, Delegasi menjelaskan bahwa akar masalah terorisme
timbul dari kemiskinan dan banyaknya pengangguran, sehingga hal ini
menjadi lahan subur bagi tumbuhnya terorisme.
b. Ketua Komisi Pertahanan Parlemen Rendah Jepang, menyampaikan
harapannya melalui Parlemen Indonesia agar dapat memberikan
kontribusi dibidang pertahanan dalam menjaga keamanan di kawasan
Asia Timur dan seluruh Asia. Selain itu Mr. Kimura menyampaikan
bahwa Pemerintah Jepang akan tetap memberikan pendidikan bagi
pelajar dan taruna untuk meningkatkan kemampuannya di bidang
militer. Mengenai masalah terorisme Komisi Pertahanan Parlemen
Rendah Jepang sependapat dengan Ketua Delegasi bahwa terorisme
harus diberantas sampai akar-akarnya dan mendukung upaya
pemberantasannya. Mr. Kimura juga menyampaikan bahwa tahun lalu
PM Jepang melakukan lawatan ke Indonesia untuk membicarakan
masalah pengamanan Selat Malaka karena mengingat hal ini menjadi
masalah kedua terpenting setelah terorisme. Dalam hal ini Jepang
berharap agar Indonesia ikut serta dalam Badan Pengamanan Selat
Malaka.

9. Pertemuan dengan Ketua Komisi Luar Negeri Parlemen Rendah


Jepang, 19 April 2007, Pukul 15.30-16.00

a. Ketua Komisi Luar Negeri Parlemen Rendah Jepang menyampaikan


pandangannya tentang perlunya upaya peningkatan hubungan kedua

11
negara dalam menjaga keamanan di kawasan Asia. Disamping itu,
beliau mengajak Indonesia untuk bersama-sama berupaya
memberantas terorisme sampai ke akar-akarnya. Jepang
beranggapan bahwa akar terorisme dapat dihilangkan dengan cara
menciptakan tata dunia yang adil yang tidak dikendalikan oleh suatu
negara tertentu. Selain mengenai terorisme, beliau juga menyatakan
keingingan Jepang untuk membuat suatu perkumpulan di Asia dan
berharap Indonesia ikut berperan penting dalam hal ini.
b. Delegasi Komisi I DPR RI menyambut dengan baik ajakan Jepang
untuk memberantas terorisme sampai ke akar-akarnya. Dalam hal ini,
Delegasi menekankan dengan tegas bahwa terorisme tidak bisa
diidentikkan dengan suatu keyakinan tertentu. Terorisme merupakan
paham yang timbul atas pemberontakan terhadap tata dunia yang
dikendalikan oleh suatu negara tertentu.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

12
1. Kunjungan Delegasi Komisi I DPR RI ke Jepang yang berlangsung dari
tanggal 16 – 20 April 2007 berjalan dengan lancar dan sukses sesuai
dengan maksud dan tujuan yang hendak dicapai. Dalam kunjungan ini,
Delegasi mendapatkan banyak sekali hal-hal yang bisa digunakan sebagai
bahan pembanding bagi DPR RI dan Pemerintah dalam proses penyelesaian
UU KMIP tersebut, diantaranya mengenai Komisi Informasi di Jepang,
masalah cara pemberian informasi, dan biaya yang dikenakan terhadap
pemohon informasi.

2. Dalam pertemuan dengan Ketua Komisi bidang Pertahanan, Luar Negeri,


Komunikasi dan Informasi Parlemen Rendah Jepang, Delegasi
membicarakan beberapa masalah aktual, diantaranya upaya pemberantasan
terorisme, peningkatan kerjasama di berbagai bidang, peningkatan
hubungan bilateral kedua negara, dan masalah penyiaran.

3. Dalam pertemuan dengan Dubes RI dan Masyarakat Indonesia, Delegasi


mendapatkan informasi mengenai situasi dan kondisi masyarakat Indonesia
yang berada di Jepang. Mayoritas masyarakat Indonesia berstatus pegawai
dan pelajar. Hal ini terkait dengan program kerjasama Indonesia-Jepang
dalam pertukaran pelajar dan pelatihan tenaga kerja. Diharapkan program ini
dapat ditingkatkan untuk tahun-tahun berikutnya. Selanjutnya, Delegasi
berdiskusi dengan masyarakat mengenai masalah-masalah aktual yang
sedang terjadi di Indonesia dan pada umumnya masyarakat Indonesia puas
dengan jawaban Delegasi atas pertanyaan yang mereka ajukan.

B. SARAN

1. Kunjungan Delegasi Komisi I DPR RI ke Jepang diharapkan dapat


memberikan masukan bagi Komisi I DPR RI  dalam proses penyelesaian
DIM RUU tentang Kebebasan Memperoleh Informasi Publik bersama
pemerintah c.q Menteri Komunikasi dan informasi RI. 

2. Masukan yang diperoleh Delegasi Komisi I DPR RI dari hasil pertemuan


dengan Ketua Komisi Parlemen Rendah Jepang bidang Pertahanan, Luar
Negeri, Komunikasi, dan Informasi diharapkan dapat digunakan oleh Komisi I
DPR RI dalam melaksanakan tugasnya di bidang pertahanan, luar negeri,
komunikasi, dan informasi.

3. Selain itu, berkaitan dengan tugas dan ruang lingkup kerja Komisi I DPR RI,
delegasi juga melakukan diskusi dengan Parlemen dan Pemerintah Jepang,
terkait dengan tugas dan ruang lingkup kerja Komisi I DPR RI di bidang
pertahanan, luar negeri, komunikasi, dan informasi. Dengan kunjungan ini
diharapkan dapat meningkatkan hubungan bilateral diantara kedua negara,
khususnya  melalui hubungan Parliament to Parliament.

Demikianlah laporan Kunjungan Delegasi Komisi I DPR RI ke  Jepang


dalam rangka pembahasan RUU tentang KMIP yang diharapkan dapat
memberikan input dan kontribusi kepada DPR RI dalam melakukan pendalam
pembahasan RUU tentang KMIP bersama Pemerintah. Dan sebelum
mengakhiri laporan ini, maka Delegasi RI mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kelancaran Delegasi, terutama kepada

13
Dubes RI beserta staf KBRI di Tokyo, Jepang , termasuk instansi-instansi yang
telah membantu Delegasi.

Jakarta, 29 Mei 2007

KETUA DELEGASI SEKRETARIS DELEGASI

TOSARI WIDJAJA ANTARINI MALIK


A-49 A-424

14

Anda mungkin juga menyukai