Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SISTEM PENILAIAN DI INDONESIA

Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Penilaian Evaluasi dan Hasil belajar

Dosen pengampu : 1. Prof. Dr. Suandi Sidauruk, M.Pd


2. Anggi Ristiyana Puspita Sari, S.Pd, M.Pd
3. Fatchiyatun Ni’ mah, S. Pd., M.Pd

Oleh:

Kavita Br Tarigan 203010208006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga dengan tepat waktu dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul Makalah Sistem Penilaian di Indonesia
Adapun makalah yang berjudul Makalah Sistem Penilaian di Indonesia bertujuan untuk
memenuhi tugas bapak Prof. Dr. Suandi Sidauruk, M.Pd, ibu Anggi Ristiyana Puspita Sari, S.Pd,
M.Pd, dan ibu Fatchiyatun Ni’ mah, S. Pd., M.Pd pada Mata kuliah Penilaian dan Evaluasi
Proses dan hasil Belajar belajar Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Palangka Raya.
Tidak hanya itu, makalah ini juga memiliki tujuan untuk menambah wawasan tentang materi
system pinilaian hasil belajar bagi para pembaca dan juga bagi kami sebagai penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. Suandi Sidauruk, M.Pd, , ibu
Anggi Ristiyana Puspita Sari, S.Pd, M.Pd, dan ibu Fatchiyatun Ni’ mah, S. Pd., M.Pd selaku
dosen mata kuliah Penilaian dan Evaluasi Proses dan hasil Belajar yang telah memberikan tugas
ini sehingga kami dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan pada bidang yang kami
tekuni.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada semua pihak yang telah mendukung dan membagi
pengetahuannya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa kata sempurna masih jauh pada makalah yang kami tulis ini. Jadi
kami menantikan dari para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang sifatnya
membangun agar makalah ini menjadi lebih sempurna.

Palangkaraya, 15 Feberuari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3
A. Analisis Materi Larutan Penyangga..............................................................................3
1. Identifikasi Tingkat Kompetensi, Kompetensi dan Ruang Lingkup Kimia XI........3
2. Keterkaitan KI dan KD dengan Indikator Pencapaian Kompetensi.........................3
3. Kesesuaian Materi Kimia dengan Tujuan Pembelajaran.........................................8
B. Analisis Konsep Materi Larutan Penyangga................................................................9
1. Pengertian.................................................................................................................9
2. Analisis Label Konsep, Definisi, Atribut, dan Kedudukan....................................12
3. Peta Konsep............................................................................................................13
4. Strategi Penyampaian Materi Kimia......................................................................14
5. Model Pembelajaran Mendidik..............................................................................15
6. Materi Larutan Penyangga.....................................................................................15
C. Soal dan Indikator Soal..............................................................................................16
1. Kartu Soal...............................................................................................................16
D. TPACK dalam Materi Larutan Penyangga.................................................................25
1. Pengertian TPACK.................................................................................................25
2. Softwere atau ………………………………………………………………....….27
3. Website Materi Larutan penyangga.......................................................................27
4. Contoh RPP............................................................................................................28
BAB III PENUTUP...............................................................................................................46
A. Kesimpulan.................................................................................................................46
B. Saran...........................................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................47

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah
suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk
memudahkan aliran informasi, materi atau energi untuk mencapai suatu tujuan. Istilah ini
Makalah ini merupakan makalah tentang menganalisis system penilaian pendidikan
di indonesia dengan topik materi Larutan Penyangga. Makalah ini berisikan pengenalan
terhadap system penilaian pendidikan yang bertujuan menyiapkan Mengetahui pada
pembelajaran kimia dalam hal penilaian di tingkat SMA selanjutnya dengan konsep lebih
spesifik dan mendalam. Konsep penilaian dalam makalah ini diarahkan pada penguatan
dan keterkaitan terhadap konten kehidupan sehari-hari.
Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang
berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak, contoh umum misalnya
seperti negara. Negara merupakan suatu kumpulan dari beberapa elemen kesatuan lain
seperti provinsi yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu negara dimana yang
berperan sebagai penggeraknya yaitu rakyat yang berada dinegara tersebut. Kata "sistem"
banyak sekali digunakan dalam percakapan sehari-hari, dalam forum diskusi maupun
dokumen ilmiah. Kata ini digunakan untuk banyak hal, dan pada banyak bidang pula,
sehingga maknanya menjadi beragam. Dalam pengertian yang paling umum, sebuah
sistem adalah sekumpulan benda yang memiliki hubungan di antara mereka. Penilaian
merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data
tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan. Penilaian pembelajaran harus dirancang untuk dapat mengukur dan
memberikan informasi mengenai pencapaian kompetensi peserta didik yang diperoleh
melalui kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur. Berbagai macam teknik penilaian dapat dilakukan secara komplementer
(saling melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang dinilai..

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana system penilaian dalam peraturan pemerintahan?
2. Bagaimana Ujian Nasional dalam penilaian pendidikan?
3. Bagaimana keadaan asessmen Kompetensi Minimum (AKM) ?
4. Bagaimana keadaan assesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan Ujian Nasional
5. Bagamana Opini mengenai system penilaian tersebut

C. Tujuan
1) Untuk menjelaskan berbagai penilaian dalam pendidikan Indonesia.
2) Untuk menjelaskan keunggulan dan kekurangan dalam masing-masing dalam
penilaian.
3) Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya system penilaian pendidikan terkususnya
dalam jenjeang SMA di Indonesia.
4) Untuk mengetahui bagaimana cara mengetahui pengaruh penilaian yang khusunya
dalam pembelajaran kimia.
B AB II
PEMBAHASAN

A. Penilaian Dalam Peraturan Pemerintahan


Salah satu faktor penting dalam sistem pendidikan adalah penilaian. Penilaian
pendidikan harus memiliki standar yang jelas dan operasional. Standar penilaian
pendidikan di Indonesia diatur dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 yang terdiri
dari 8 bab dan 15 pasal. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis kriteria-
kriteria dalam standar penilaian pendidikan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan
metode studi pustaka dengan teknis analisis berupa analisis isi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa standar penilaian pendidikan di Indonesia telah memuat kriteria-
kriteria yang jelas dalam penilaian. Kriteria penilaian meliputi ruang lingkup, tujuan,
manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.
Kriteria tersebut menjadi pedoman dalam penilaian yang dilakukan oleh pendidik, satuan
pendidikan, dan pemerintah.
Pemerintah Republik Indonesia dalam membangun pendidikan di Indonesia
berpegang pada salah tujuan bangsa Indonesia yang tertera dalam pembukaan Undang-
undang Dasar 1945 alenia ke empat yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Sejalan dengan
tujuan yang tertera dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut, dalam batang
tubuh konstitusi itu diantaranya Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28 C ayat (1), Pasal 31 dan Pasal
32, juga mengamanatkan, bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional yang terbaru ini diwujudkan dalam
Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling
terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam undang-undang
no 20 tentang sistem pendidikan Nasional tersebut dinyatakan bahwa “Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. Berdasarkan
pengertian tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan itu harus disadari arti pentingnya,

3
4

dan direncanakan secara sistematis, agar suasana belajar dan proses pembelajaran berjalan
secara efesien.

B. Asesmen Kompetensi Minimum


Landasan Yuridis Standar Penilaian Pendidikan di Indonesia Landasan yuridis standar
penilaian pendidikan di Indonesia di antaranya adalah UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional dan PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar penilaian
pendidikan. Standar penilaian pendidikan di Indonesia serta pelaksanaannya berdasarkan
pada UU Sisdiknas, yaitu pada pasal 57, 58, dan 59. Pasal 57 memuat tentang tujuan dan
objek evaluasi. Pasal 58 menjelaskan tentang tujuan evaluasi terhadap peserta didik dan
prinsip-prinsip evaluasi. Adapun pasal 59 berisi tentang kewenangan pemerintah dan
masyarakat dalam melakukan evaluasi.
Pasal 57 ayat 1 menjelaskan tujuan dari evaluasi pendidikan, yaitu untuk
pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk pertanggungjawaban
penyelenggara pendidikan. Pasal 57 ayat 2 menyebutkan bahwa evaluasi dilakukan
terhadap beberapa komponen, yaitu peserta didik, lembaga, dan program pendidikan.
Evaluasi dilaksanakan dalam jalur pendidikan formal dan nonformal untuk semua jenjang,
satuan, dan jenis pendidikan.
Pasal 58 ayat 1 memuat tujuan evaluasi belajar peserta didik, yaitu untuk memantau
proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar secara berkesinambungan. Kegiatan evaluasi
hasil belajar dilakukan oleh pendidik. Prinsip-prinsip evaluasi berdasarkan pasal 58 ayat 2
adalah dilakukan secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik.
Asesmen nasional dilakukan bertujuan untuk mengubah paradigma evaluasi
pendidikan di Indonesia sebagai upaya mengevaluasi dan memetakan sistem pendidikan
berupa input, proses, dan hasil bukan mengevaluasi capaian peserta didik yang sebelumnya
digunakan dalam Ujian Nasional. Asesmen nasional akan dilakukan pada jenjang
pertengahan sekolah yaitu kelas 5 untuk tingkat SD/MI, kelas 8 untuk tingkat SMP/MTs, dan
kelas 11 untuk tingkat SMA/MA/SMK sehingga mendorong guru dan kepala sekolah
memperbaiki mutu pembelajaran. Kebijakan tersebut diharapkan dapat memberikan
kesempatan pelaku pendidikan untuk memperbaiki pembelajaran di tahun berikutnya
(KEMENDIKBUD, 2019). Oleh karenanya guru dan siswa harus dipastikan kesiapannya
karena Asesmen nasional ini menggunakan instrumen penilaiannya adalah PISA (Programme
for international student) dan TIMSS (Trend in international Mathematics and Science
Study).
5

Masih banyak guru dan calon guru yang belum mengetahui konsep asesmen nasional
terutama asesmen kompetensi minimum (AKM) yang digunakan untuk mengukur kognitif
siswa. Dalam kegiatan asesmen nasional bukan hanya guru dan siswa yang berperan aktif
dalam mensukseskan rancangan dari meteri pendidikan dan kebudayaan. Peran penting juga
dikoordinir langsung oleh kepala sekolah. Mencari informasi dan kisi-kisi serta capaian yang
tepat dalam AKM sehingga guru dan siswa mampu menghadapi asesmen nasional pada tahun
ini.
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan program pemerintah untuk
menilai kualitas (mutu) setiap lembaga pendidikan formal setara SD, SMP dan SMA.
Kualitas dinilai dari hasil belajar peserta didik yang paling dasar. Untuk klasifikasi tersebut
digunakan instrument yaitu asesmen kompetensi minimum, survei karakter dan survei
lingkungan belajar. Penilaian ini terdiri atas kemampuan menalar pada penerapan
pengucapan (literasi), dengan ketercapaian menalar merealisasikan angka (numerasi), serta
membantu pengetahuan kepribadian. Penilaian ini digunakan guna menimbang kesanggupan
siswa dalam mencerna ilmu dan penguatan pendidikan karakter (Winata et al., 2021).
Konsep Assesmen Nasional Asesmen merupakan proses mengumpulkan data tentang
perkembangan belajar peserta didik. Asesmen dapat dikatakan sebagai penilaian proses,
perkembangan, serta hasil belajar siswa. Dengan demikian asesmen adalah istilah yang tepat
untuk mengukur proses belajar siswa. Asesmen dibedakan menjadi dua kelompok yaitu
asesmen tradisional dan asesmen alternatif. Asesmen tradisional meliputi tes benar-salah, tes
pilihan ganda, tes melengkapi, dan tes jawaban terbatas. Sedangkan asesmen alternatif
meliputi soal uraian, penilaian praktek, penilaian proyek, kuesioner, inventori, daftar Cek,
penilaian teman sejawat, penilaian diri, portofolio, observasi, diskusi dan wawancara.
Pelaksanaan asesmen bertujuan untuk (1) mendeskripsikan keberhasilan penguasaan
kompetensi siswa, (2) mendeskripsikan keberhasilan proses pembelajaran, (3) menentukan
tindak lanjut hasil penilaian, (4) sebagai bentuk pertanggungjawaban pihak sekolah kepada
orang tua dan masyarakat, serta (5) sebagai bahan perbaikan proses kegiatan belajar mengajar
(Waizah & Herwani, 2021).
Assesmen Kompetensi Minimum Komponen utama pendidikan dibedakan menjadi
tiga yaitu kurikulum, pembelajaran dan asesmen. Kurikulum mencakup tentang apa yang
akan dipelajari. Pembelajaran menyangkut tentang bagaimana cara mencapai tujuan untuk
menguasai materi sesuai dengan kurikulum. Sedangkan asesmen mengukur tentang segala
sesuatu yang sudah dipelajari, apa saja dan sejauh mana. Assesmen merupakan penerapan
penggunakaan alat penilaian untuk mendapatkan informasi.
6

sebanyak–banyaknya tentang sejauh mana keberhasilan siswa dalam menguasai


kompetensi tertentu. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) diselenggarakan guna
mendapatkan informasi untuk dapat memperbaiki kualitas pembelajaran sehingga harapannya
akan dapat memperbaiki pula hasil belajar siswanya. Asesmen tidak hanya mengukur
penguasaan materi pengetahuan sesuai dengan kurikulum, namun dirancang khusus untuk
mengetahui kualitas pendidikan secara menyeluruh dan melakukan perbaikan atas mutu
pendidikan yang dirasa masih kurang. Fokus utama AKM adalah pada terpenuhinya
kemampuan literasi membaca dan literasi numerasi pada siswa (Awandha, n.d.).
Literasi Numerasi
Numerasi adalah kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan
alat matematika untuk memecahkan masalah kontekstual pada kehidupan sehari - hari yang
sesuai untuk individu sebagai warga yang baik (KEMENDIKBUD, 2019). Kemampuan
numerasi dapat dijadikan modal bagi siswa dalam menguasai mata pelajaran lainnya.Literasi
numerasi berarti pengetahuan dan kecakapan untuk (1) memperoleh, menafsirkan,
menggunakan, dan mengomunikasikan berbagai macam angka dan simbol matematika untuk
memecahkan masalah praktis dalam berbagai konteks kehidupan; (2) menganalisis informasi
yang ditampilkan dalam berbagai bentuk untuk mengambil keputusan. Kemampuan literasi
numerasi berkaitan dengan kemampuan mengaplikasikan pengetahuan dasar yang dimiliki,
prinsip serta proses matematika ke dalam permasaahan dalam kehidupan sehari – hari
misalnya memahami masalah yang disajikan dalam tabel atau diagram, perdagangan dan lain
– lain. Literasi numerasi berbeda dengan kompetensi matematika, dimana perbedaan terletak
pada pemanfaatan konsep dan pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan tentang

C. Posisi Ujian Nasional


Salah satu bentuk penilaian dalam pendidikan adalah penilaian yang dilakukan oleh
pemerintah. Penilaian pendidikan oleh pemerintah diatur dalam Permendikbud Nomor 4
Tahun 2018 yang memuat aturan atau ketentuan tentang penilaian hasil belajar oleh satuan
pendidikan dan penilaian hasil belajar oleh pemerintah. Permendikbud tersebut sekaligus
menghapus peraturan sebelumnya yang terkait, yaitu Permendikbud Nomor 3 Tahun 2017
tentang penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dan penilaian hasil belajar oleh
pemerintah, serta Permendikbud Nomor 58 Tahun 2015 tentang penyelenggaraan ujian
sekolah/ madrasah atau bentuk lain yang sederajat.
7

Penilaian oleh pemerintah yang ada di Indonesia berupa ujian nasional. Pengertian
ujian nasional seperti yang dijelaskan dalam Permendikbud Nomor 4 Tahun 2018 adalah
kegiatan penilaian yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengukur capaian kompetensi
lulusan peserta didik pada mata pelajaran tertentu. UN dilakukan dengan mengacu pada
standar kompetensi lulusan (SKL). Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 menyebutkan
bahwa hasil UN adalah sebagai masukan bagi setiap satuan pendidikan untuk memperbaiki
proses pembelajaran. UN dalam standar penilaian dapat dikatakan sebagai alat pemetaan
pendidikan. Salah satu informasi penting yang perlu dipahami dalam dunia pendidikan terkait
dengan penilaian oleh pemerintah adalah posisi UN dalam penilaian. Posisi UN dapat dilihat
dari uraian tiga fungsi UN yang terdapat pada pasal 17 Permendikbud Nomor 4 Tahun 2018.
UN diselenggarakan sebagai dasar untuk pemetaan mutu, baik program maupun satuan
pendidikan. UN menjadi salah satu pertimbangan saat peserta didik mengikuti seleksi untuk
jenjang pendidikan yang berikutnya. Kemudian, UN merupakan bentuk pembinaan dan
pemberian bantuan dari pemerintah kepada satuan pendidikan dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan. Beberapa fungsi UN tersebut juga sama seperti yang disebutkan dalam
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016. UN bukan lagi sebagai penentu kelulusan, namun
sebagai bentuk penilaian terhadap penyelenggaraan pendidikan dalam lingkup nasional.
Empat pokok dalam bahasan merdeka belajar dalam pemaparan Prof. Dr. Hj. Sylviana
Murni, SH, M.Si, yaki memaparkan empat pokok kebijakan dari program “Merdeka
Belajar” . salah satunya adalah penghapusan ujian nasional (UN) dan penilaian digantikan
dengan Asesmen Nasional (AN) meliputi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei
karakter, serta Survei lingkungan belajar) (Rokhim et al., 2021) AN dan UN memiliki
perbedaan yang sangat mendasar yaitu tidak melakukan evaluasi capaian secara individu,
tetapi secara keseluruhan, dan dilaksanakan secara berkala untuk memetakan sistem
pendidikan. Secara umum asesmen tidak hanya menilai pengetahuan saja, tetapi mencakup
semua metode yang dapat digunakan dalam mengumpulkan informasi tentang pengetahuan,
kemampuan, pemahaman, sikap, dan motivasi (Ansari & Saleh, 2019)
8

C. Assesmen Kompetensi Minimum (Akm) Dan Ujian Nasional.

Empat pokok dalam bahasan merdeka belajar dalam pemaparan Prof. Dr. Hj. Sylviana
Murni, SH, M.Si, yaki memaparkan empat pokok kebijakan dari program “Merdeka
Belajar” . salah satunya adalah penghapusan ujian nasional (UN) dan penilaian digantikan
dengan Asesmen Nasional (AN) meliputi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei
karakter, serta Survei lingkungan belajar) (Rokhim et al., 2021) AN dan UN memiliki
perbedaan yang sangat mendasar yaitu tidak melakukan evaluasi capaian secara individu,
tetapi secara keseluruhan, dan dilaksanakan secara berkala untuk memetakan sistem
pendidikan. Secara umum asesmen tidak hanya menilai pengetahuan saja, tetapi mencakup
semua metode yang dapat digunakan dalam mengumpulkan informasi tentang pengetahuan,
kemampuan, pemahaman, sikap, dan motivasi (Ansari & Saleh, 2019)
Analisis Kebijakan Pelaksanaan AKM Kebijakan bahwa akan dilaksankannya AKM
pada tahun 2020 lalu menjadi pekerjaan rumah bagi kepala sekolah, guru, orang tua siswa
dan stake holder. Pasalnya Asessmen Nasional merupakan hal yang baru bagi semua pihak.
Dibutuhkan penyuluhan, pelatihan, simulasi soal, konsep soal yang akan didistribusikan dan
lain sebagainya. Hal ini dikarenakan kebjakan tersebut direkomendasikan oleh pembuat
kebijakan. Namun, bukan jaminan bahwa kebijakan tersebut berhasil diimplementasikan
pelaksanaannya. Karenanya dibutuhkan kerjasama semua pihak. Keberhasilan suatu
kebijakan bukan dilihat pada pembuat kebijakan, akan tetapi apakah ada pengaruh atau
dampak yang diterima oleh penerima kebijakan tersebut.
Pada akhirnya assesmen nasional yang lebih dekat dengan sebuan AKM akan menjadi
bahan percobaan sama seperti pelaksanaan Ujian Nasional (UN) pada tahun 2004 lalu di
Indonesia. Pada hakikatnya tujuan pelaksanaan UN dan AKM adalah sama yakni mengukur
mutu pendidikan pada seluruh sekolah atau madrasah. Apakah nantinya pelaksanaan kegiatan
AKM ini mampu mengurangi benang kusut yang menjadi penyebab keterpurukan pendidikan
di Indonesia atau hanya akan menjadi proyek seperti kegiatan UN. Tentunya akan mengalami
pembengkakan anggaran namun tak berdampak sama sekali pada mutu pendidikan Indonesia
(Ilmi et al., 2021).
9

Pada setiap proses kebijakan yang diputuskan tentu langkah selanjutnya adalah bagaimana
implementasi mewujudkan kebijakan tersebut. proses implementasi pun mengambarkan pada kita
bahwa kebijakan diawali dari tujuan kebijakan itu sendiri. Salah satunya adalah berupa anggaran.
Input ini akan diolah dan dikonversi menjadi sebuah keluaran kebijakan (policy output), atau dalam
bahasa sederhananya, luaran kebijakan merupakan instrumen kebijakan untuk mewujudkan tujuan-
tujuan kebijakan yang telah ditetapkan. Implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variable
yakni:
Komunikasi; keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan implementor mengetahui
apa yang harus dilakukan, apa yang menjadi tujuan dan sasaran harus ditrasmisikan kepada sasaran.
Jika tujuannya dan sasaran kebijakan tidak jelas dan tidak tersampaikan, maka kemungkinan akan
terjadi resistensi dari kelompok sasaran. Sumberdaya; meskipun kebijakan telah dikomunikasikan,
tetapi jika kekurangan sumberdaya untuk melaksanakannya, implementasi kebijakan tidak akan
berjalan efektif. Sumberdaya dimaksud adalah kompetensi implementor dan finansial (Ikramullah &
Sirojuddin, 2020).
Disposisi; adalah watak dan karakteristik yang dimiliki implementor, seperti komitmen,
kejujuran, sifat demokratis. Jika implementor memiliki disposisi baik, maka dia akan menjalankan
kebijakan sesuai tujuan kebijakan, tetapi sebaliknya jika implementor memiliki perspektif berbeda
dengan penyusun kebijakan, maka proses implementasi menjadi tidak efektif (Ismail et al.,
2020).Struktur Birokrasi; struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu aspek struktur yang penting
adalah adanya SOP (standard operational procedures) yang menjadi pedoman bagi implementor
dalam bertindak.
10

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kompleksitas implementasi kebijakan berakibat pada kegagalan sebuah kebijakan, artinya
kebijakan tidak berhasil mencapai tujuan. Keberhasilan implementasi kebijakan tergantung dari
faktor sumber daya manusia dan finansial, disamping itu penggunaan instrument yang
disesuaikan dengan tingkat efisiensi penggunaanya. Implementasi kebijakan akan berhasil jika
diawali dengan komunikasi dalam bentuk sosialisasi, menyampaikan tujuan kebijakan,
melibatkan kelompok sasaran serta dukungan finansial yang tinggi. Dissamping itu mekanisme
dan strategi-strategi implentasi kebijakan menjadi sebuah jemabatan untuk keberhasilan
implementasi kebijakan. Oleh karena itu, AKM yang telah berlangsung pada oktober lalu
sekaligus menjadi perdana bagi para stake holder, kepala sekolah guru dan semua pihak terkait
menjadi evaluasi untuk kegiatan AKM kedepannya. Karena ini merupakan kebijakan dari
pemangku kebijakan sehingga penerima kebijakan juga harus mampu menganalisis apa saja
kekurangan pada pelaksanaan AKM tersebut. Tujuannya adalah untuk mendongkrak mutu
pendidikan di Indonesia sebagaimana yang diharapakan bersama. Perlunya evaluasi sejak dini
dalam menanggapi kebijakan yang telah ditelah diterapkan sehingga kedepan tidak ada cacat
dalam mengawal kebijakan tersebut.

B. Saran
Melalui makalah ini, penulis memberikan saran kepada pembaca yaitu:
Standar penilaian pendidikan sebaiknya menjadi pedoman bagi pendidik, satuan pendidikan,
dan pemerintah dalam melaksanakan penilaian. Penilaian dilakukan dengan memperhatikan
prinsip-prinsip dan kriteria lainnya.
11

DAFTAR PUSTAKA

ejournal.undaris.ac.id

jurnal.stituwjombang.ac.id https://jurnal.stituwjombang.ac.id analisis kebijakan pemerintah


pada assesmen kompetensi minimum

jurnal.stituwjombang.ac.id https://jurnal.stituwjombang.ac.id analisis kebijakan pemerintah


pada assesmen kompetensi minimum

Anda mungkin juga menyukai