Anda di halaman 1dari 7

Nama : Oktavianus Mahilia

Nim : PO5303241210167
Kelas : 2B
Tugas : Mikrobiologi Pangan_Pertumbuhan Mikroganisme.

 Masing-masing mahasiswa mencari refrensi waktu generasi pada berbagai


mikroganisme (minimal 10 refrensi).

Pertumbuhan Mikroganisme

Pertumbuhan populasi suatu mikroorganisme merupakan akibat dari pertumbuhan sel


secara individu. Pertumbuhan tersebut biasanya ditunjukkan dengan adanya pertambahan
jumlah sel atau masa sel yang sedang tumbuh.(Setyati et al., 2015),misalkan 1 sel bakteri
memerlukan rentang waktu yang berbeda.Berikut refrensi waktu generasi pada berbagai
mikroganisme:

1. Karakteristik Pertumbuhan Dan Waktu Generasi Isolat Azotobacter Sp. Dan


Bakteri Endofitik Asal Ekosistem Lahan Sawah.
Waktu generasi bakteri Azotobacter sp.-1 mempunyai pertumbuhan yang paling
cepat diantara semua isolat yang dihasilkan dari ekosistem lahan sawah. Isolat
Azotobacter sp.1 mampu membelah menghasilkan sel baru setiap 158,66 menit atau
setiap 2,64 jam sekali.Waktu generasi adalah waktu yang diperlukan oleh
mikroorganisme untuk meningkatkan jumlah sel menjadi dua kali lipat jumlah semula.
Isolat bakteri Azotobacter sp. asal rhizosfir tanaman Padi mempunyai waktu generasi
yang berbeda, sedangkan kedua isolat bakteri endofitik penambat N2 asal jaringan
tanaman padi mempunyai waktu generasi yang sama.Isolat Azotobacter sp.-1 mempunyai
waktu generasi yang tercepat, mampu menghasilkan sel baru setiap 158,66 menit atau
setiap 2,64 jam sekali.(Soga et al., 2012)

2. Pola Pertumbuhan Pseudomonas sp. dengan Menggunakan Variasi konsentrasi D-


glukosa dalam Media Pertumbuhan terhadap Waktu Inkubasi.
Fase pertumbuhan pada pola seperti ini menunjukkan bahwa kecepatan pertumbuhan
mikroorganisme sudah dalam keadaan konstan dengan waktu generasi yang tetap (5,6,7).
Saat memasuki waktu inkubasi hari ke-5 untuk konsentrasi D-glukosa 1% dan 3% pola
pertumbuhan mengalami proses perlambatan. Pola ini menunjukkan bahwa kecepatan
pertumbuhan sel Pseudomonas sp. mengalami penurunan dan menuju stationary phase.
Sedangkan pada konsentrasi D-glukosa 2% pola pertumbuhan tetap berada pada
exponential phase setelah waktu inkubasi hari ke-4. Hal ini menunjukkan bahwa pada
konsentrasi D-Glukosa 2% kebutuhan akan sumber karbon sel Pseudomonas sp. masih
melimpah sehingga proses pertumbuhan sel dapat terus berlanjut.(Listyawati, 2018)

3. Kinetika Pertumbuhan dan Aktivitas Protease Isolat 36k dari Sedimen Ekosistem
Mangrove, Karimunjawa, Jepara.
Pertumbuhan bakteri isolat 36K memiliki Fase lag (adaptasi) pada waktu kultivasi
jam ke-0 hingga jam ke-4. Sedangkan pada jam ke-6 hingga jam ke-30, isolat 36K telah
memasuki fase logaritmik (eksponensial) yang dicirikan dengan adanya pertumbuhan
yang siknifikan. Pada waktu pertumbuhan jam ke-30 diperoleh nilai OD sebesar
1,939±0,0125 dengan berat kering biomassa bakteri sebesar 1,325±0,043 mg.ml-1, laju
pertumbuhan spesifik (µ) sebesar 0,1446 jam-1, jumlah generasi 8,7609 dan waktu
generasi 4,794 jam. Selanjutnya waktu pertumbuhan jam ke-36 hingga jam ke-42, sel
isolat 36K mengalami fase pertumbuhan yang relatif tetap yaitu memasuki fase stasioner.
Berikutnya adalah fase kematin pada jam ke-42 hingga jam ke-48, terjadi penurunan laju
pertumbuhan yang disebabkan oleh kekurangan materi pertumbuhan seperti vitamin dan
unsur mineral.(Setyati et al., 2015)

4. Kemampuan Fusan F1 Dalam Memproduksi Inulinase


Hasil penelitian menunjukkan bahwa fusan F1 pada jam ke-18 mampu menghasilkan
inulinase sebesar 0.61 µmol/menit. Hasil tersebut lebih tinggi dibanding dengan
parentalnya yaitu P. manshurica (0.56 µmol/menit ) dan Rh. paludigenum (0.33
µmol/menit). Sedangkan kecepatan pertumbuhan specifik (µ) dan waktu generasi (g)
fusan F1 masing-masing sebesar 0.25 jam dan dengan 2.7/ jam.(Wijanarka et al., 2014)

5. Biodegradasi Limbah Cair Tahu Dari Mikroorganisme Indigen Sebagai Bahan Ajar
Mikrobiologi Lingkungan Di Perguruan Tinggi.
Hasil penelitian isolat A/F dengan waktu inkubasi 6 hari diperoleh hasil: Protein
(1,206- 0,191), Amilum (3,651-1,255), pH (4,35-6,25), BOD (352,737-125,095), COD
(474-150). Sedangkan isolat M diperoleh hasil: protein (1,189-0,402), amilum (3,488-
1,934), pH (4,35-6,2), BOD (352,737- 216,152), COD (474-186). Volume starter 5% dan
waktu inkubasi 6 hari diperoleh hasil: amilum (3,46 mg/l-1,48 mg/l), protein (1,27 mg/l-
0,19 mg/l), pH (4,35-6,5), BOD (318 mg/l-125 mg/l), COD (450 mg/l-180 mg/l).
Kesimpulan hasil penelitian, yaitu: Perlakuan variasi volume starter 5% dan waktu
inkubasi 6 hari, efisien mereduksi amilum, protein, menaikkan pH, menurunkan BOD dan
COD.(Tinggi, 2002)

6. Pengembangan Model Untuk Memprediksi Pengaruh Suhu Penyimpanan Terhadap


Laju Pertumbuhan Bakteri Pada Susu Segar.
Penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan linier yang erat antara suhu
penyimpanan dan akar kuadrat dari rata-rata kecepatan pertumbuhan (√m), (
m=log2/waktu generasi), dengan interval temperatur 3-41 °C. Koefisien korelasi, r,
adalah 0,8908 dan hubungan tersebut dapat dipresentasikan dengan persamaan √m =
0.0090 (T + 30.2357). Terjadi penurunan waktu generasi (waktu yang dibutuhkan bakteri
untuk mencapai 107cfu/ml susu) dengan meningkatnya temperatur sampai dengan 20? C.
Di atas suhu 20° C, waktu generasi berkecendrungan kostan. Jenis bakteri yang dapat
diisolasi berdasarkaan suhu penyimpanan sangat bervariasi. Pada temperatur rendah (3-
10° C) jenis bakteri yang banyak ditemukan adalah golongan bakteri Pseudomonas sp.
sedangkan pada suhu di atas 10° C didominasi oleh bakteri Enterobaktereceae sp. dan
bakteri golongan gram positif.(Abrar, 2013)

7. Akumulasi Streptococcus Mutans Pada Basis Gigi Tiruan Lepasan Plat Nilon
Termoplastik Dan Resin Akrilik.
Uji LSD (Least Significant Deference) bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
perbedaan yang ada pada tiap-tiap perlakuan yang dibandingkan dengan nilai sig yang di
dapat. Dari hasil analisa dengan LSD menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
jumlah bakteri pada nilon termoplastik 24 jam dengan kontrol I dengan nilai signifikan
0,000 (p<0,05), nilon termolastik 24 jam dengan nilon termoplastik 48 jam dengan nilai
signfikan 0,046 (p<0,05), nilon termoplastik 24 jam dengan kontrol II dengan nilai
signifikan 0,000 (p<0,05). Kontrol I dengan nilon termoplastik 48 jam dengan nilai
signifikan 0,000 p< 0,05. Kontrol I dengan kontrol II dengan nilai signifikan 0,003
(p<0,05), nilon termoplastik 48 jam dengan kontrol II dengan nilai signifikan 0,000 (p<
0,05).
Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan jumlah
bakteri Streptococcus mutans pada basis gigi tiruan lepasan plat nilon termoplastik
dibandingkan dengan resin akrilik heat cured dengan lama kontak 48 jam. Jumlah bakteri
pada nilon termoplastik lebih sedikit yaitu mempunyai nilai rata-rata dua bakteri,
sedangkan pada resin akrilik diperoleh rata-rata 17 bakteri. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin lama gigi tiruan berkontak dengan bakteri, maka akan semakin banyak jumlah
bakteri berkembang biak. Waktu merupakan fase yang dibutuhkan bakteri untuk
membelah diri dan lama waktu yang dibutuhkan tergantung dari jenis bakteri.(Wirayuni,
2017)

8. Identifikasi Keberagaman Bakteri Pada Commercial- Seed Pengolah Limbah Cair


Cat
Pada penelitian ini berhasil diidentifikasi spesies dari bakteri yang terdapat pada
commercial seed tersebut, yaitu Bacillus licheniformis, Bacillus subtilis, dan Bacillus
cereus. Keberadaan bakteri-bakteri tersebut menunjukkan proses pengolahan yang
menggunakan bakteri konsorsium yang setiap bakterinya memiliki pola pertumbuhan
yang berbeda dalam media Nutirent Broth. Hal tersebut ditunjukkan oleh perbedaan kurva
pertumbuhan yang ditandai waktu generasi(g), yaitu waktu yang diperlukan untuk
memperbanyak diri sebanyak dua kali lipat, yang berbeda dan dengan konstanta laju
pertumbuhan (k) yang nilainya berbeda pula baik untuk kultur murni maupun kultur
campuran. Waktu generasi dan konstanta laju pertumbuhan untuk Bacillus licheniformis
adalah 25,20 menit dan 1,52 jam-1; Bacillus subtilis sebesar 33,43 menit dan 1,15 jam-1 ;
Bacillus cereus sebesar 30,95 menit dan 1,28 jam-1 ; dan mixed culture sebesar 42,48
menit dan 0,90 jam-1.(Mayanti & Ariesyady, 2010)

9. Degradasi Kekuatan Beton Akibat Intrusi Mikroorganisme.


Hasil penelitian menunjukkan beton mutu rendah lebih sensitif terhadap degradasi
kekuatan akibat intrusi mikroorganisme. Degradasi kekuatan beton dalam interval waktu
dua tahun dapat mencapai kehilangan kekuatan sampai 60% untuk fc’ = 25 MPa, 50%
untuk fc’ = 40 MPa, dan sampai 33% untuk fc’ = 60 MPa.(Ashad et al., 2010)

10. Identifikasi Keberagaman Bakteri Pada Lumpur Hasil Pengolahan Limbah Cat
Dengan Teknik Konvensional.
Bakteri yang didapat dari hasil identifikasi bakteri pada lumpur pengolahan limbah
cata adalah Bacillus subtilis, Bacillus licheneformis, Bacillus cereus, Bacillus
megaterium, dan Pseudomonas flourescens. Seluruh bakteri yang berasal dari seeding
mampu bertahan selama proses pengolahan limbah cat dan terdapat pula pada lumpur
hasil pengolahan limbah cat. Nilai waktu generasi (g) dan konstanta laju pertumbuhan (k)
untuk masing-masing bakteri adalah 44,67 menit dan 0,93 jam-1 untuk Pseudomonas
flourescens; 45,04 menit dan 0,92 jam-1 untuk Bacillus subtilis; 35 menit dan 1,17 jam-1
untuk Bacillus licheniformis; 18 menit dan 2,27 jam-1 untuk Bacillus WW7-12 cereus, 19
menit dan 2,18 jam-1 untuk Bacillus megaterium, serta 53 menit dan 0,79 jam-1 untuk
kultur campuran. Perbedaan nilai ini didasarkan pada kemampuan metabolisme masing-
masing bakteri.(Studi & Lingkungan, 2009)
DAFTAR PUSTAKA

Abrar, M. (2013). Pengembangan Model Untuk Memprediksi Pengaruh Suhu Penyimpanan


Terhadap Laju Pertumbuhan Bakteri Pada Susu Segar. Jurnal Medika Veterinaria, 7(2),
109–112. https://doi.org/10.21157/j.med.vet..v7i2.2945

Ashad, H., Nasution, A., Imran, I., & Soegiri, S. (2010). Degradasi Kekuatan Beton Akibat
Intrusi Mikroorganisme. Jurnal Teknik Sipil, 13(3), 151.
https://doi.org/10.5614/jts.2006.13.3.4

Listyawati, A. F. (2018). Pola Pertumbuhan Pseudomonas sp. dengan Menggunakan Variasi


Konsentrasi D-glukosa dalam Media Pertumbuhan terhadap Waktu Inkubasi. Jurnal
Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma, 5(2), 29. https://doi.org/10.30742/jikw.v5i2.339

Mayanti, B., & Ariesyady. (2010). Identifikasi Keberagaman Bakteri Pada Commercial- Seed
Pengolah Limbah Cair Cat Identification of Commercial-Seed Bacteria for Paint. Jurnal
Teknik Lingkungan, 16(1), 52–61.
https://ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/sites/8/2017/03/6_Bening-Volume-16-Nomor-1-
hlm.52-61.pdf

Setyati, W. A., Martani, E., Triyanto, T., & Zainuddin, M. (2015). Growth kinetics and
Protease Activity 36K Isolates Derived from Mangrove Ecosystem Sediment,
Karimunjawa, Jepara (Kinetika Pertumbuhan dan Aktivitas Protease Isolat 36k Berasal
dari Sedimen Ekosistem Mangrove, Karimunjawa, Jepara). ILMU KELAUTAN:
Indonesian Journal of Marine Sciences, 20(3), 163.
https://doi.org/10.14710/ik.ijms.20.3.163-169

Soga, T., Matsuda, T., & Hayashii, S. (2012). 曽我智美 1 )、松田 常美 1 )、林 純代
1)、田中 結語 2)、井上. 19(4), 37–40.

Studi, P., & Lingkungan, T. (2009). Pada Lumpur Hasil Pengolahan Limbah Cat
Identification of Bacterial Diversity in Waste Recycling Paint Sludge. Program,
15(April), 1–12.

Tinggi, D. P. (2002). 197-341-1-Sm. 84–94.

Wijanarka, W., Soetarto, E. S., Dewi, K., & Indrianto, A. (2014). Kemampuan Fusan F1
Dalam Memproduksi Inulinase. Bioma : Berkala Ilmiah Biologi, 16(2), 114.
https://doi.org/10.14710/bioma.16.2.114-118

Wirayuni, K. A. (2017). Akumulasi Streptococcus Mutans Pada Basis Gigi Tiruan Lepasan
Plat Nilon Termoplastik dan Resin Akrilik. Interdental: Jurnal Kedokteran Gigi, 13(2),
28.

Anda mungkin juga menyukai