Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN (KONSEP KDM)

MOBILITAS FISIK
Di Holistic Nursing Therapy

Oleh :

Kemala Ayu Kustiani

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL
2023
FORM BIMBINGAN
Masukan Pembimbing TTD Pembimbing
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN MOBILITAS FISIK

1.1 Pengertian Mobilitas


Gangguan mobilitas adalah keterbatasan fisik tubuh atau satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri dan terarah, hambatan mobilitas fisik yaitu suatu
suatu keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh baik satu ataupun lebih pada
ekstremitas secara mandiri dan terarah, seperti kelemahan otot dan kerusakan
fungsi ekstremitas yang disebabkan oleh suatu penyakit, dan faktor yang
berhubungan dengan hambatan mobilitas yaitu gangguan neuromuskuler
(Hasanah, 2015).
1.2 Etiologi
Faktor penyebab terjadinya gangguan mobilitas fisik yaitu :
1. Penurunan kendali otot
2. Penurunan kekuatan otot
3. Kekakuan sendi
4. Gangguan muskuloskletal
5. Gangguan neuromuskular
6. Keengganan melakukan pergerakan (Tim Pokja DPP PPNI, 2017)
Tanda dan Gejala Gangguan Mobilitas Fisik Adapun tanda gejala pada
gangguan mobilitas fisik yaitu :
a. Gejala dan Tanda Mayor
1 Subjektif
a) Mengeluh sulit menggerakkan ektremitas
2 Objektif
a) Kekuatan otot menurun
b) Rentang gerak (ROM) menurun
b. Gejala dan Tanda Minor
1. Subjektif
a) Nyeri saat bergerak
b) Enggan melakukan pergerakan
c) Merasa cemas saat bergerak
2. Objektif
a) Sendi kaku
b) Gerakan tidak terkoordinasi
c) Gerak terbatas
d) Fisik lemah (Tim Pokja DPP PPNI, 2017)
1.3 Klasifikasi
1. Mobilitas penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara
penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan
menjalankan peran sehari-hari
2. Mobilitas sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena
dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area
tubuhnya. Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Mobilitas sebagian temporer merupakan kemampun individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut
dapat disebabkan oleh trauma reversibel pada sistem
muskuloskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan
tulang.
b. Mobilitas sebagian permanen merupakan kemampuan individu
untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut
disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang reversibel, contohnya
terjadi hemiplegia karena stroke, parapelgia karena cedera tulang
belakang, poliomielitis karena terganggunya sistem saraf motorik
dan sensorik (Widuri, 2010).
1.4 Patofisiologi
1.5 Pathway
1.6 Manifestasi klinis
Respon fisiologik dari perubahan mobilisasi, adalah perubahan pada:
a. Muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot,
atropi dan abnormalnya sendi (kontraktur) dan gangguan metabolisme
kalsium.
b. Kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja
jantung, dan pembentukan thrombus.
c. Pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik, dispnea setelah
beraktifitas.
d. Nutrisi antara lain laju metabolic; metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein; ketidakseimbangan cairan dan elektrolit; ketidakseimbangan
Metabolisme dan kalsium; dan gangguan pencernaan (seperti konstipasi).
e. Eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi saluran
perkemihan dan batu ginjal.
f. Integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan anoksia
jaringan.
g. Neurosensori: sensori deprivation (Asmadi, 2008).
1.7 Pemeriksaan penunjang
a. Tes cairan sendi. Cairan diambil dari sendi yang sakit dengan jarum, lalu
dipelajari di bawah mikroskop yang bertujuan untuk memeriksa apakah
kristal ada di sana.
b. Tes darah. Tes darah dapat memeriksa kadar asam urat. Tingkat asam urat
yang tinggi tidak selalu berarti gout, tetapi berarti terdapat risiko untuk
mendapat gout
c. X-ray. Gambar dari sendi akan membantu mengesampingkan masalah lain.
d. USG. Tes tanpa rasa sakit ini menggunakan gelombang suara untuk
melihat area asam urat.
1.8 Diagnosa banding
Tanda dan Gejala Gangguan Mobilitas Fisik Adapun tanda gejala pada
gangguan mobilitas fisik yaitu :
a. Gejala dan Tanda Mayor
1 Subjektif
a) Mengeluh sulit menggerakkan ektremitas
2 Objektif
a) Kekuatan otot menurun
b) Rentang gerak (ROM) menurun
b. Gejala dan Tanda Minor
3. Subjektif
a) Nyeri saat bergerak
b) Enggan melakukan pergerakan
c) Merasa cemas saat bergerak
4. Objektif
e) Sendi kaku
f) Gerakan tidak terkoordinasi
g) Gerak terbatas
h) Fisik lemah (Tim Pokja DPP PPNI, 2017)
1.9 Penatalaksanaan farmakologi, non farmakologi dan komplementer
1.9.1 Farmakologi
Pengobatan secara farmakologis obat- obatan seperti aspirin, levodopa,
diazoksid, asam nikotinat
1.9.2 Non farmakologi
Beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain : kompres dingin,
counteriritan, seperti plester hangat, contralateral stimulation, yaitu
massage kulit pada area yang berlawanan dengan area yang tidak terasa
pada sentuhan.
1.9.3 Komplementer
a. Terapi bekam

b. Terapi akupuntur

1.10 Komplikasi
a. Pembekuan darah
b. Dekubitus
c. Pneumonia
d. Atrofi dan kekakuan send
1.11 Proses keperawatan
1.11.1 Pengkajian
a. Perilaku non verbal
Beberapa perilaku non verbal yang dapat kita amati antara lain ekspresi
wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir bawah dan sebagainya.
b. Kualitas
Deskripsikan membantu orang mengkomunikasikan kualitas dan nyeri.
Anjurkan pasien menggunakan Bahasa yang diketahui.
c. Faktor presipitasi
Beberapa faktor pemicu yang meningkatkan nyeri antara lain lingkungan,
suhu ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba
d. Intensitas
Nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat dengan menggunakan skala
nyeri 1-10.
e. Waktu dan lama
Perawat perlu mengetahui, mencatat kapan nyeri dimulai, berapa lama,
kapan timbulnya, juga interval tanpa nyeri kapan
f. Hal yang perlu dikaji (PQRST)
• P (profokatif) : faktor yang mempengaruhi gawat darurat dan nyeri
ringan.
• Q (kualitas) :seperti apa nyeri tersebut (tajam, tumpul, atau tersayat).
• R (region) : daerah perjalanan nyeri.
• S (skala nyeri) : intensitas nyeri.
• T (time) lama/waktu serangan/frekuensi nyeri.
1.12 Diagnosa
Gangguan Mobilitas Fisik (D. 0064)
1.13 Kriteria hasil dan intervensi

Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan asuhan Dukungan Mobilisasi
Fisik berhubungan keperawatan selama 1 x 24 (1.05173)
dengan penurunan jam diharapkan gangguan Tindakan Keperawatan:
kekuatan otot, kekakuan mobilitas fisik dapat O :
sendi dan gangguan teratasi dengan kriteria ▪ Identifikasi toleransi fisik
muskloskeletal ditandai hasil : melakukan pergerakan.
oleh pasien mengeluh Mobilitas Fisik (L.05042) ▪ Monitor kondisi umum
sulit menggerakkan Indikator SA ST selama melakukan
ekstremitas, kekuatan Pergerakan 1 3 mobilisasi.
otot menurun dan kaku ekstremitas T:
sendi. Nyeri 1 3 ▪ Fasilitasi melakukan
Rentang gerak 1 3 pergerakan
Kode Diagnosa ▪ Libatkan keluarga untuk
(ROM)
Keperawatan Indonesia membantu pasien
Keterangan : ▪ Pemberian terapi
(D.0064)
1. Menurun bekam
2. Cukup menurun E:
3. Sedang ▪ Jelaskan tujuan dan
4. Cukup meningkat prosedur mobilisasi
5. Meningkat ▪ Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. duduk di
tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi).
K:
▪ Kolaborasi dengan tim
medis
▪ Kolaborasi dengan
terapis
DAFTAR PUSTAKA

Ambarawati. 2014. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta:


Salemba Medika.

Hasanah, Nurul. (2015). Laporan Pendahuluan Hambatan Mobilitas Fisik.


Diakses dari htpp://www. Laporan-pendahuluan-hambatan- mobilitas-
fisikpdf.com pada tanggal 18 januari 2018.

Potter & Perry. 2010. Fundamental of Nursing (fundamental Keperawatan).


Buku 2. Edisi 7. Indonesia : Salemba Medika.

Potter & Perry. 2017. Fundamental of Nursing (fundamental Keperawatan).


Buku 3. Edisi 7. Indonesia : Salemba Medika.

Sari Arum, Wulan Retno. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta:
PT Salemba Emban Patria.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017 Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : Dewan Pengurus Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai