Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perencanaan suatu tes yang akan dilaksanakan pada prinsipnya sangat
diperlukan agar hasil yang diharapkan dapat dicapai. Rencana yang teliti dan
konseptual akan memberikan jaminan bahwa guru itu akan dapat mengukur
penguasaan belajar yang relevan dengan hasil belajar yang representative.
Dalam penyusunan tes, rencana itu disebut dengan kisi kisi soal ujian yang
akan memberikan bimbingan terarah kepada penyusunan tes. Kisi-kisi atau table
spesifikasi itu akan memberikan bantuan untuk menyiapkan tes sesuai dengan dan
mewakili materi yang pernah diberikan dalam proses belajar mengajar atau
kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh mahasiswa dalam bidang tertentu (yang
diujikan)
Kisi-kisi soal kemudian dikaitkan dengan bentuk item yang akan digunakan.
Juga dikaitkan didalamnya jenjang kemampuan yang ingin diukur. Banyak jumlah
soal pada masing-masing ruang lingkup materi itu bagi mahasiswa serta kegunaannya
didalam masyarakat setelah mereka menyelesaikan studinya nanti
Seorang pengajar yang baik perlu memiliki keterampilan untuk
mengembangkan berbagai bentuk instrumen guna mengukur ketercapaian kompetensi
siswa dalam makalah ini kami akan memfokuskan pembahasan tentang
“Pengembangan Instrumen kisi-kisi Penilaian Tes Tulis dan non tulis.”

1
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa yang dimaksud kisi-kisi?
b. Apa saja fungsi dan syarat kisi-kisi?
c. Apa yang dimaksud tes tulis dan non tes?
d. Komponen dan langkah-langkah apa saja dalam pembuatan kisi-kisi tes tulis
dan non tes?
e. Bagaimana cara penyusunan bentuk tes tulis dan non tes itu?

C. TUJUAN
Tujuan pembahasan makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui
bagaimana pengembangan dan penilaian dari tes tulis dan non tes itu, sehingga
kita dapat mengetahui berbagai aspek atau kelengkapan dalam pembuatan soal
dan cara penilaian dalam tes tulis dan non tes. Dan diharapkan makala ini dapat
membantu dalam pembuatan soal tes tulis dan non tes serta bagaimana cara
menentukan penilaiannya untuk kita sebagai calon pendidik.

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KISI-KISI
Kisi-kisi (test blue print atau table of specification) merupakan deskripsi
mengenai ruang lingkup dan isi materi yang akan diujikan. Tujuan
penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup dan tekanan tes
yang setepat-tepatnya, sehingga dapat menjadi petunjuk dalam menulis soal.
Adapun wujudnya dapat berbentuk format atau matrik.

B. FUNGSI KISI-KISI

1. Panduan/pedoman dalam penulisan soal yang hendak disusun


Pedoman penulisan soal meurupakan aspek tepenting ketika guru hendak
memberikan soal kepada siswa, pedoman tersebut akan menjadi acuan
bagi guru dalam penulisan soal sehingga akan memudahkan dalam
pembuatan soal.
Penulis soal akan menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan tujuan tes.
2. Tes merupakan bahan evaluasi guru terhadap keberhasilan peserta didik
dalam pembelajaran yang disampaikan, guru dalam mengevalusi peserta
didik akan memberikan soal tes evaluasi yang bermacam-macam sesuai
dengan tujuan pencapaian evalusi terhadap pembelajaran tertenu. Dalam
pembuatan soal yang menggunakan kisi-kisi, penulis akan menghasilkan
soal-soal yang sesuai dengan tujuan tes.
3. Penulis soal yang berbeda akan menghasilkan perangkat soal yang relatif
sama, dari segi tingkat kedalamannyas segi cakupan materi yang
ditanyakan.

C. SYARAT KISI-KISI

3
1. Mewakili isi kurikulum yang akan diujikan
2. Komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah dipahami
3. Soal-soalnya dapat dibuat sesuai dengan Indikator dan bentuk yang yang
ditetapkan

D. JENIS PERILAKU YANG DAPAT DIUKUR


 Domain kognitif :
 Mengingat: Istilah mengingat merupakan terjemahan dari kata
remember dalam taksonomi Bloom. Sekalipun demikian, maknanya
tidak sepenuhnya tepat sebab dalam istilah tersebut termasuk pula
pengetahuan faktual di samping pengetahuan hafalan atau diingat
seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam undang-undang,
nama-nama tokoh, nama-nama kota.
 Memahami: Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada
pengetahuan adalah pemahaman. Misalnya menjelaskan
dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau
didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah
dicontohkan atau menggunakan petunjuk penerapan pada
kasus lain. Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga
kategori, tingkat pertama(terendah) adalah pemahaman
terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti yang
sebenarnya, misalnya dari bahasa Inggris ke dalam bahasa
Indonesia, mengartikan Bhinneka Tunggal Ika, mengartikan
merah putih. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran,
yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan
yang diketahui berikutnya. Tingkat ketiga atau tingkat
tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi. Membuat contoh
item pemahaman tidaklah mudah. Sebagian item
pemahaman dapat disajikan dalam gambar, denah, diagram,

4
atau grafik.
 Mengaplikasikan/ menerapkan: Aplikasi adalah penggunaan
abstraksi pada situasi konkrit atau situasi khusus. Abstraksi
tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis.
Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi.
 Menganalisa (analysis): dan mensintesiskan, Analisis
diartikan kemampuan menjabarkan atau menguraikan suatu
konsep menjadi bagian-bagian yang lebih rinci, memilah-
milih, merinci, mengaitkan hasil rinciannya. Contoh:
Mahasiswa dapat menentukan hubungan berbagai variabel
penelitian dalam mata kuliah Metodologi Penelitian.
 Sintetis (synthetis): Sintesis diartikan kemampuan
menyatukan bagian-bagian secara terintegrasi menjadi suatu
bentuk tertentu yang semula belum ada. Contoh: Mahasiswa
dapat menyusun rencana atau usulan penelitian dalam
bidang yang diminati pada mata kuliah Metodologi Penelitian.
 Mengevaluasi (evaluation) / menilai: Evaluasi diartikan
kemampuan membuat penilaian (judgment) tentang nilai
(value) untuk maksud tertentu. Contoh: Mahasiswa dapat
memperbaiki program-program computer yang secara fisik
tampak kurang baik dan kurang efisien pada mata
kuliah Algoritma dan pemrograman (Suparman, 2001).
 Mencipta: mencipta merupakan kemampuan dalam
menempatkan, membuat atau menyatukan sesuatu yang
berbeda secara bersama-sama untuk membentuk satu
kesatuan yang berkelanjutan dan fungsional atau dapat pula
berarti mereorganisasi unsur ke dalam pola atau struktur
baru. Dalam bahasa lain dapat dikatakan membuat,
merangkai, berinovasi, memperbaharui sesuatu dari berbagai
unsur. Berikut disajikan kata kerja oprasional untuk ranah

5
kognitif.
 Domain afektif :
 Kemauan menerima: berarti keinginan untuk memperhatikan suatu
gejala atau rancangan tertentu seperti keinginan membaca buku,

mendengar music, atau bergaul dengan orang yang mempunyai ras


berbeda.
 Kemauan menanggapi: berarti kegiatan yang menunjuk pada
partisipasi aktif kegiatan tertentu seperti menyelesaikan tugas
terstruktur, menaati peraturan, mengikuti diskusi, menyelesaikan tugas
dilaboratorium atau menolong orang lain.
 Menilai: berarti kemauan menerima sistem nilai tertentu pada individu
seperti menunjukkan kepercayaan terhadap sesuatu, apresiasi atau
penghargaan terhadap sesuatu, sikap ilmiah atau kesungguhan untuk
melakukan suatu kehidupan sosial.

6
 Mengelola: berarti penerimaan terhadap berbagai sistem nilai yang
berbeda-beda berdasarkan pada suatu sistem nilai yang lebih tinggi,
seperti menyadari pentingnya keselarasan antara hak dan tanggung
jawab, bertanggung jawab terhadap hal yang telah dilakukan,
memahami dan menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
 Menghayati: berarti individu yang sudah memiliki system nilai selalu
menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang
dipegangnya, seperti bersikap objektif terhadap segala hal.

7
 Domain psikomotor :
 Imitasi/Peniruan – meniru gerakan yang dilakukan oleh orang
lain. Contoh: peserta didik meniru gerakan menendang bola gurunya.
 Manipulasi – melakukan gerakan berbeda dengan yang diajarkan.
Contoh: peserta didik melakukan gerakan menendang bola dengan
gaya sendiri, tidak lagi persis yang dicontohkan.
 Presisi/ Ketepatan – melakukan gerakan yang tepa atau akurat.
Contoh: peserta didik menendang bola lebih terarah dan tepat sasaran.
 Artikulasi – memberikan sentuhan seni dengan menggabungkan
beberapa hal yang hasilnya sebuah harmoni. Contoh: peserta
didik menendang bola indah dengan gerakan melengkung (gerakan
pisang).
 Naturalisasi /pengalamiahan– gerakan yang berkualitas menjadi
bagian dari dirinya yang ketika dilakukan terjadi secara reflek.
Contoh: peserta didik nampak sudah biasa menendang bola secara
terarah, akurat dan indah sepeti layaknya seorang pesepak bola
bertarap professional.

8
E.
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN TES TULIS
 Komponen atau Kelengkapan Sebelum Tes Terdiri Atas :
1. Buku tes, yakni lembaran atau buku yang memuat butir-butir soal yang
harus dikerjakan oleh siswa.
2. Lembaran jawaban tes, yaitu lembaran yang disediakan bagi test untuk
mengerjakan tes. Untuk soal bentuk pilihan ganda biasanya dibuatkan
lembaran nomer dan huruf a, b, c, d. Menurut banyaknya alternatif yang
disediakan.
3. Kunci jawaban tes, berisi jawaban-jawaban yang dikehendaki. Kunci
jawaban ini dapat berupa huruf-huruf yang dikehendaki. Untuk tes bentuk

9
uraian yang dituliskan adalah kata-kata kunci ataupun kalimat singkat
untuk memberikan ancar-ancar jawaban. Ide daripada adanya kunci
jawaban ini adalah agar :
 Pemeriksaan tes dapat dilakukan oleh orang lain.
 Pemeriksaannya benar.
 Dapat dilakukan dengan mudah.
 Sedikit mungkin masuknya unsur subjektif

 Hal-hal yang harus di lakukan sebelum menulis soal tes tulis


sebelum menulis soal maka hal-hal yang harus di lakukan diantaranya yaitu:
 menentukan tujuan tes
 menyusun kisi-kisi soal
 penulisan soal
 pemberian skor
 pelaporan hasil tes

F. TES TULIS
1. Pengartian Tes Tulis
Tes secara harfiah berasal dari bahasa perancis kuno “testum” artinya
piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Tes adalah serangkaian pertanyaan
atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan,
pengetahuan, kecerdasan, kemampuan, atau bakat yang dimiliki seseorang atau
kelompok.

10
2. Ciri-Ciri Tes
Tes yang baik memiliki kriteria atau ciri-ciri. Ciri-ciri tes yang baik yaitu:
 Validitas
Jika data yang dihasilkan oleh instrumen benar dan valid, sesuai dengan
kenyataan. Maka instrumen yang digunakan tersebut juga valid. Sebuah
tes disebut valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak
diukur.
 Reliabilitas
Kata reabilitas dalam bahasa Indonesia diambil dari kata reliability dalam
bahasa inggris, berasal dari kata reliable yang artinya dapat dipercaya. Jika
dihubungkan dengan validitas maka validitas adalah ketepatan sedangkan
reliabilitas adalah ketetapan.
 Objektivitas
Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan
tes itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi. Hal ini terutama
terjadi pada sistem skoringnya. Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka
objektivitas menekankan ketetapan dalam hasil tes.
 Praktikabilitas
Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes
tersebut bersifat praktis (mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaannya),
mudah pengadministrasiaanya.

 Ekonomis
Yang dimaksud dengan ekonomis disini adalah bahwa pelaksanaan tes
tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak
dan waktu yang lama.

3. Komponen Kisi-Kisi Tes Tulis

11
Sebelum menulis soal tes tulis, salah satu hal yang harus dilakukan adalah
menysun kisi-kisi tes. Kisi-kisi tes atau blue print, table of specification, lay-out,
plan, or frame work berfungsi sebagai pedoman dalam penulisan soal dan
perakitan tes.
Komponen kisi-kisi tes yaitu :
 Jenis sekolah/kelas/semester
 Mata pelajaran
 Kurikulum yang diacu
 Alokasi waktu
 Jumlah soal
 Bentuk soal
 Bahan-bahan pengajaran yang akan diukur
 Jenis kompetensi yang akan diukur (ingatan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis, evaluasi)
 Banyaknya soal yang akan disusun untuk masing-masing bahan pengajaran
dan kompetensi/aspel intelektual yang akan diukur.
 Bentuk soal
 Tingkat kesukaran masing-masing soal.

4. Langkah-Langkah Pembuatan Kisi-Kisi


Langkah-langkah pembuatan/pengisian kisi-kisi, yaitu :
 Mendaftar pokok-pokok materi yang akan diteskan (berdasarkan silabus)
 Memberikan imbangan bobot/presentase untuk masing-masing pokok materi
(berdasarkan pada luas dan tingkat kedalaman materi)
 Merinci banyaknya butir soal (proporsi jumlah item) untuk tiap-tiap materi.

12
 Menentukan proporsi/prosentase untuk setiap pokok aspek intelektual yang
diukur bagi setiap pokok-pokok materi (perhatikan homogenitas dan
heterogenitas bahan).
 Mengisi sel-sel dalam kisi-kisi
 Pemberian nomor item

G. NON-TES
1. Pengertian Instrument Non-tes
Instrument non-tes adalah intrumen selain tes prestasi belajar. Alat yang
dapat digunakan adalah lembar pengamatan atau observasi dan istrumen tes sikap,
minat dsb. Instrumen non-tes biasanya digunakan untuk mengevaluasi hasil
belajar, aspek psikomotorik atau keterampilan, sikap atau nilai, yaitu untuk
menggali informasi atau mengumpulkan data yang berkaitan dengan penilaian,
pendapat atau opini terhadap sesuatu yang berkaitan dengan keterampilan,
perilaku, sikap atau nilai.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan instrumen evaluasi adalah
jumlah butir pernyataan dari suatu instrumen, karena semakin banyak jumlah
butir pernyataan (unsur yang dievaluasi) maka semakin baik kualitasnya. Pada
prinsipnya prosedur penulisan untuk instrument non-tes adalah sama dengan
prosedur penulisan tes pada tes prestasi belajar, yaitu menyusun kisi-kisi tes,
menuliskan butir soal berdasarkan kisi-kisinya, telaah, validasi butir, uji coba
butir, perbaikan butir berdasarkan hasil uji coba.
Namun, dalam proses awalnya, sebelum menyusun kisi-kisi tes terdapat
perbedaan dalam menentukan validitas isi diperoleh melalui kurikulum dan buku
pelajaran, tetapi untuk non-tes validitas isi atau konstruknya diperoleh melalui
“teori”.

13
2. Penyusunan Kisi-kisi Instrumen Non-tes
Penulis soal harus mengetahui terlebih dahulu validitas konstuknya yang
disusun atau dirumuskan melalui teori. Cara termudah untuk mendapatkan teori
adalah membaca beberapa buku, hasil penelitian atau mencari informasi lain yang
berhubungan dengan variable atau tujuan tes yang dikehendaki. Oleh karena itu,
peserta didik atau responden yang hendak mengerjakan tes ini (instrumen non-tes)
tidak perlu mempersiapkan atau belajar materi yang hendak diteskan terlebih
dahulu seperti pada tes prestasi.
Setelah teori diperoleh dari berbagai buku, maka langkah selanjutnya
adalah menyimpulkan teori itu dan merumuskan mendefinisikan (yaitu definisi
konsep dan definisi operasional) dengan kata sendiri berdasarkan pendapat para
ahli yang diperoleh dari beberapa buku yang telah dibaca. Definisi tentang teori
yang dirumuskan inilah yang dinamakan konstruk. Berdasarkan konstruk yang
telah dirumuskan itu, langkah selanjutnya adalah menentukan dimensi (tema
objek atau hal-hal pokok yang menjadi pusat tinjauan teori), indikator (uraian atau
rincian dimensi yang akan diukur) dan penulisan butir soal berdasarkan
indikatornya.

 Contoh Non Tes


a) Tes skala sikap
Tes skala sikap adalah perasaan suka atau tidak suka atau
kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu atau objek. Seperti :
sikap terhadap materi pelajaran, guru, proses pembelajaran, norma-norma
tertentu dan sebagainya.
Penilaian tes skala sikap atas 3 komponen berikut :
 Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang
terhadap objek.
 Komponen kongnisi adalah kepercayaan atau keyakinan yang menjadi
pegangan seseorang.

14
 Komponen konasi adalah kecenderunan untuk berperilaku atau berbuat
dengan cara-cara tertentu terhadap sesuatu objek.

b) Tes minat belajar


Minat merupakan kemampuan seseorang untuk memberikan
perhatian terhadap suatu objek yang disertai dengan raa senang dan
dilakukan penuh kesadaran.
Peserta didik yang menaruh minat pada suatu mata pelajaran, perhatiannya
akan tinggi dan minatnya berfungsi sebagai pendorong kuat untuk terlibat
secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar pada pelajaran tersebut.

c) Tes motivasi berprestasi


 Definisi konsep
Motivasi berprestasi adalah motivasi yang medorong peserta didik
untuk berbuat baik dari apa yang dibuat atau diraih sebelumnya mapun
yang dibuat atau diraih orang lain.
 Definisi operasional
Motivasi berprestasi adalah motivasi yang mendorong seseorang untuk
berbuat lebih baik dari apa yang pernah dibuat atau diraih sebelumnya
maupun yang dibuat atau diraih orang lain yang dapat diukur melalui:
a) Berusaha untuk untuk unggul dalam kelompoknya
b) Menyelesaikan tugas dengan baik
c) Rasional dalammeraih keberhasilan
d) Menyukai tantangan
e) Menerima tanggung jawab pribadi untuk sukses
f) Menyukai situasi pekerjaan dengan tanggung jawab pribadi, umpan
balik dan resiko tingkat menengah

d) Tes kreativitas

15
Keativitas merupakan proses berfikir yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan secara benar dan bermanfaat
(Devito, 1989 : 118).
Ciri-ciri kreativitas berkaitan dengan imaginasi, orisinalitas, berfikir
devergen, penemuan hal-hal yang bersifat baru, intuisi, hal-hal yang
menyangkut perubahan dan eksploasi (coben, 1976 : 17). Tes kreativitas teriri
dari dua yaitu tes verbal dan tes gambar. Yang memilki ciri kelancaran,
keluwesan, keaslian dan elaborasi (Torance, 1974 : 8).

3. Komponen kisi-kisi non test


Instrumen non-tes yang dimaksudkan di sini adalah instrumen selain
tes di antaranya seperti tes sikap, motivasi, minat, emosi, bakat, moral,
konsepsi diri, dan lain sebagainya. Adapun alat penilaiannya yang
dapat digunakan diantaranya adalah: pengamatan/observasi (seperti
catatan harian, portofolio, life skill) dan instrumen tes (seperti tes
sikap, minat, dll).

Pada prinsipnya, prosedur penulisan kisi-kisi untuk instrumen non-tes


adalah sama dengan prosedur penulisan kisi-kisi tes pada tes prestasi
belajar, namun sebelum menyusun kisi-kisi tes terdapat perbedaan
dalam menentukan validitas isi/konstruknya. Dalam tes prestasi
belajar, validitas isi diperoleh melalui kurikulum dan buku pelajaran,
tetapi untuk non-tes validitas isi/konstruknya diperoleh melalui
“teori”. Teori adalah pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan
mengenai suatu peristiwa atau kejadian, dsb. (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1990 : 932)

16
Dalam kisi-kisi non-tes formatnya berisi:

1. Dimensi adalah tema-objek/hal-hal pokok yang menjadi pusat


tinjauan teori. Agar demensi dapat diukur harus memenuhi syarat
sebagai berikut : demensi itu harus secara umum didapatkan pada
suatu kelompok benda atau manusia, demensi itu harus dapat
memberikan data sensorik yang dapat ditangkap oleh indera manusia,
demensi itu harus dapat dirumuskan dengan jelas, demensi itu harus
memiliki nilai variasi, demensi itu harus dapat memberikan respons
yang mirip pada berbagai pengamat yang berbeda.

2. Indikator adalah uraian/rincian dimensi yang akan diukur

3. Jumlah butir soal per indikator

4. Nomor butir soal

4. Prosedur penyusunan kisi-kisi non test

Langkah-langkah pengembangan alat evaluasi non-tes diantaranya


seperti berikut ini:

1. Menentukan apa yang akan diukur atau aspek apa yang akan mau
diungkap. Biasanya aspek hasil belajar yang diungkap dengan cara
non-tes berkenaan dengna ranah afeltif dan psikomotorik atau aspek
psikologis.

2. Menentukan instrument apa yang akan digunakan. Jadi,


maksudnya ialah cara apa yang akan digunakan untuk mengukur aspek
tersebut. Instrument dalam penilaian non tes seperti angket, observasi,
wawancara, sosiometri, analisis hasil karya, dll.

3. Menentukan definisi atau batasan tentang aspek yang akan


diungkap, berdasarkan atas teori dari aspek yang ingin diungkap
tersebut.

17
4. Menentukan format instrument. Format instrtument yang sering
ditemukan adalah berupa uraian bebas (essay), skala penilaian
atau rattingh skill, pilihan ganda atau daftar cek, atau yang lainnya.

5. Mengembangkan kisi-kisi

6. Menulis pernyataan sesuai dengan kisi-kisi

7. Analisis rasional terhadap pernyataan yang telah dirumuskan.


Analisis ini bisa dilakukan sendiri atau oleh orang lain yang memiliki
keahlian dalam bidang tersebut.

Berikut ini format kisi-kisi non tes:

H. CONTOH KISI-KISI KURIKULUM 2013

18
NO Indikator Butir Instrument
1. Mengidentifikasi perbedaan teks Berdasarkan teks hasil observasi dan deskripsi
struktur isi teks hasil observasi jelaskan ciri-ciri judul, klasifikasi umum, dan
dengan deskripsi deskripsi pada teks observasi yang kamu baca!
2. Mengidentifikasin perbedaan Jelaskan ciri-ciri bahasa yang digunakan dalam
bahasa yang digunakan pada teks teks observasi dan deskripsi yang kamu baca
hasil observasi dan deskripsi disertai bukti yang mendukung jawabanmu!
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahsan diatas, antara lain:
Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) merupakan deskripsi
kompetensi dan materi yang akan diujikan. Kisi-kisi adalah suatu format
(matriks) yang memuat informasi yang dapat dijadikan pedoman untuk menulis
tes atau merakit tes. Kisi-kisi berisi ruang lingkup dan isi materi yang akan
diujikan.
Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup dan
sebagai petunjuk dalam menulis soal. Kisi-kisi yang baik harus memenuhi
persyaratan berikut ini:
a. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang
telah diajarkan secara tepat dan proporsional.
b. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami.
c. Soal dapat disusun sesuai dengan bentuk soal dalam kisi-kisi
Kegunaan kisi-kisi:
o Sebagai pedoman dalam penulisan tes (soal) ataupun non tes
o Untuk mengarahkan dan memudahkan penulisan soal
B. SARAN

19
Saran dari penyusun makalan ini agar kiranya suatu kisi-kisi penyusunan
soal mengacu bukan hanya pada silabus dan kurikulum yang berlaku akan tetapi
melihat juga aspek lingkungan sekitar dan perilaku siswa (situasi dan kondisi
keadaan sekitar)

DAFTAR PUSTAKA

Prof. DR. H. Djaali dan DR Pudji Muljono, Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan.
(Jakarta: Grasindo, 2008, cetakan 1), hlm 14.

Djaali Prof, Dr, Mulyono Puji, Dr, Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:
Grasindo, 2008

Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M.Pd. 1998. Dasar-Dasar dan Teknik Evaluasi Pendidikan.
Padang; FIP IKIP Padang

20
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN KELOMPOK 1

1.Apakah kisi di masukan dalam RPP 2013 ?


Jawaban : Bisa di masukan ataupun tidak karena tanpa dimasukan pun
kisi kisi sudah dapat dilihat melalui indicator
2.Menjelang ulangan, apakah siswa punya hak meminta kisi-kisi?
Jawaban: Siswa berhak meminta kisi-kisi namun banyak
guru/pendidik yang terkadang mau memberi kisi-kisi atau tidak
3.Kisi-kisi siapa yang buat dan dibuat kapan?
Jawab: yang buat kisi-kisi adalah guru dan membuatnya beserta RPP,
guru yang baik adalah guru yang membuat RPP

21
22

Anda mungkin juga menyukai