Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KASUS PALLIATIVE CARE

OLEH :

Ni Luh Ade Rosa Sri Devi (2102631025)


Ni Putu Liana Dewi (2102631032)
Made Dwipa Maha Indra (2102631040)
I Made Andika Tresnanda Putra (2102631046)
Fydananda Nimas Pahlevi (2102631064)

PROGRAM STUDI SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
KASUS FISIOTERAPI ONKOLOGI KANKER
1. BREAST
a. Definisi
Kanker payudara adalah sekelompok sel abnormal pada payudara yang terus tumbuh
berlipat ganda dan pada akhirnya sel–sel ini membentuk benjolan di payudara.
b. Problematika
Pre-operasi dan Post operasi :
Terdapat nyeri, keterbatasan ROM pada upper limb, penurunan kekuatan otot ,
komplikasi post operasi (lymphedema)
c. Intervensi :
Pre-operasi dan Post operasi
 ROM exercise
Untuk membantu meningkatkan lingkup gerak sendi pada shoulder
 Strengthening exercise
Untuk membantu meningkatkan kekuatan otot dengan elastic bands, otot
target terdiri dari : rotator cuff, serratus anterior, trapezius, rhomboids, biceps,
and pectoralis muscles
Dosis : 2x/week for 2 sets of 10-15 repetitions
 Stretching
Meningkatkan ROM dan fungsi sendi, meningkatkan fleksibilitas tendon dan
juga meningkatkan kinerja otot
 Manual lymph drainage
Untuk untuk mengalirkan kembali aliran getah bening di sekitar area yang
tersumbat ke area sehat yang terletak di pusat yang kemudian dapat mengalir
ke sistem vena.
 Compression bandaging
Untuk mencegah akumulasi kembali cairan getah bening
2. CERVICAL
a. Definisi
Kanker serviks adalah jenis kanker yang terjadi pada sel-sel leher rahim – bagian
bawah rahim yang terhubung ke vagina. Kanker ini umumnya berkembang perlahan
dan baru menunjukkan gejala ketika sudah memasuki stadium lanjut.
b. Problematika
Terdapat nyeri punggung, spasme otot paralumbal, penurunan kekuatan otot pada
pelvic (incontinence urine)
c. Intervensi
 IR (15 menit)
 TENS (15 menit)
 Kegel exercise : Latihan dilakukan deangan mengkontraksikan dan
merelaksasikan otot dasar panggul Puboccoccygeus atau pelvic floor muscle
(membantu meningkatkan kekuatan pada pelvic sehingga dapat mengontrol
kandung kemih)
KASUS FISIOTERAPI ONKOLOGI MUSKULOSKELETAL
1. BONE METASTASIS
a. Definisi
Kanker tulang adalah jenis kanker yang menyerang tulang. Penyakit ini dapat diidap
oleh anak-anak hingga orang dewasa. Kanker tulang terbagi menjadi dua, yaitu
kanker tulang primer dan sekunder. Dinamakan kanker tulang primer bilamana
kanker tersebut muncul dan berkembang langsung di dalam tulang. Sedangkan
kanker tulang sekunder adalah kanker yang berasal dari bagian tubuh lain yang
menyebar ke tulang-tulang.
b. Problematika
Terdapat nyeri, keterbatasan ROM, penurunan kekuatan otot, oedema
c. Intervensi
 TENS
 Elevasi
 Passive ROM exercises
 Active and resistive exercises
 Gentle active movements of the joint
 Strengthening exercise (isometric dan static contraction)

2. HORMONAL DEPRAVATION INDUCED


a. Definisi
Kanker prostat adalah kanker pada pria yang berkembang di dalam kelenjar prostat,
dan umumnya ditandai dengan gangguan buang air kecil. Terapi deprivasi androgen
(ADT/androgen deprivation therapy) adalah komponen kunci dalam pengobatan
kanker prostat metastatik dan digunakan dalam kombinasi dengan radioterapi untuk
kanker prostat lokal, memperpanjang kelangsungan hidup dan mengurangi
morbiditas terkait penyakit.
b. Problematika
Efek samping yang ditimbulkan ADT yaitu : penurunan kekuatan otot, penurunan
density tulang → osteoporosis dan fraktur
c. Intervensi
 Resistance exercise
 Aerobic exercise : walking, running, cycling, swimming
3. OSTEOPOROSIS
a. Definisi
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang dan porous
berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang
keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah
atau berkurang
b. Problematika
Nyeri pada daerah thoracal dan lumbar, nyeri pada punggung bawah, perubahan
postur (kifosis), komplikasi : fraktur
c. Intervensi
 Latihan beban
Latihan menahan beban adalah yang paling efektif dalam mempertahankan
dan meningkatkan massa tulang. Latihan menahan beban seperti lari, jogging,
berjalan, menari, naik tangga memiliki efek yang jauh lebih besar dalam
meningkatkan massa tulang. Kekuatan otot dan gravitasi memiliki efek dengan
menghasilkan stres pada sendi dan tulang dimana aktivitas osteoblas
dirangsang
 Strengthening exercise
Strengthening exercise dapat mempertahankan dan meningkatkan BMD
sehingga akan meningkatkan keseimbangan dan dengan demikian dapat
mencegah jatuh. Literatur telah menunjukkan bahwa kandungan mineral
tulang meningkat karena peningkatan kekuatan otot, yang dicapai dengan
latihan dan strengthening exercise. Dynamic strength exercises dan isometric
activity dapat digabungkan dalam latihan fungsional. Latihan fungsional
khususnya pada lansia memiliki manfaat yang lebih besar untuk meningkatkan
kekuatan tulang.
 Posture exercises Wall arch, back bending dan wall sliding
Postural exercises membantu memperbaiki postur dan mengatasi punggung
kifosis

4. PELVIC PAIN, HYPERTONUS, VAGINAL FIBROSIS


a. Definisi
Prosedur bedah yang terlibat dalam pengobatan kanker dapat mempengaruhi dasar
panggul tergantung pada ukuran tumor, lokasi dan stadium. Prosedur bedah di
daerah panggul dapat secara langsung mempengaruhi PFM melalui pembatasan
jaringan parut dan pembengkakan. Selain itu, prosedur pembedahan dapat
mempengaruhi otot dasar panggul secara tidak langsung, seperti melalui mekanisme
hormonal setelah ooforektomi. Radiasi (sinar eksternal atau brakiterapi internal)
selama terapi kanker dapat menyebabkan fibrosis (pengerasan) otot-otot dasar
panggul
b. Problematika
Terdapat nyeri, peningkatan tonus otot, inkontinensia
c. Intervensi
 Trigger point release to PFM
 Joint mobilization for: hips, coccyx, lumbar or thoracic spine
 PFM re-education (manual feedback, electrical stimulation)
 Kegel exercise.

5. WEAKNESS
a. Definisi
Kelemahan otot terjadi karena perubahan input saraf sekunder akibat kerusakan otak
yang mengganggu rekrutmen neuron dan aktivasi otot. Otot dapat semakin melemah
karena tidak digunakan. Kelemahan parah atau kurangnya aktivasi otot
melumpuhkan anggota badan.

b. Problematika
Kelemahan otot, kontraktur, keterbatasan ROM, penurunan massa otot
c. Intervensi
 Strengthening exercise
 Electrical stimulation
 ROM exercise (pasif, aktif-assissted, aktif).

6. POSTURAL DEVIATION FROM RADIATION RELATED TISSUE


CONTRACTURE
a. Definisi
Terapi radiasi atau radioterapi, adalah modalitas pengobatan onkologi umum yang
menggunakan radiasi pengion untuk mengontrol atau menghilangkan sel-sel ganas.
Salah satu efek samping dari radioterapi yaitu radiasi yang dapat menyebabkan
ketidakseimbangan otot (akibat kelompok otot yang jauh lebih lemah daripada
kelompok antagonis) menyebabkan sendi pada posisi tetap dan meningkatkan risiko
kontraktur.
b. Problematika
Keterbatasan rom, penurunan kekuatan otot, penurunan massa otot, penurunan
elastisitas otot
c. Intervensi
 Strengthening exercise
 ROM exercise (pasif, aktif-assissted, aktif), Stretching exercise
 Electrical stimulation.

7. LOSS OF ROM
a. Definisi
Kelemahan otot dan ketidakseimbangan otot menyebabkan sendi pada posisi tetap
dan meningkatkan risiko kontraktur, penurunan elastisitas otot sehingga
menyebabkan keterbatasan gerak. Loss of ROM merupakan ketidakmampuan
melakukan pergerakan pada sendi atau terjadinya penurunan lingkup gerak sendi.
b. Problematika
Keterbatasan ROM, kelemahan otot, kotraktur
c. Intervensi
 ROM exercise (pasif, aktif-assissted, aktif)
 Strengthening exercise
 Hold relax stretching & contact relax stretching exercise
 Electrical stimulation.

8. CORDING/AXILLARY WEB SYNDROME


a. Definisi
Axillary Web Syndrome adalah adanya jaringan tali fibrosa yang terlihat di bawah
kulit ketiak dan mengeras dan nyeri saat melakukan abduksi bahu. Jaringan tersebut
selalu ada di aksila dan memanjang di sepanjang permukaan medial ipsilateral
lengan, sering di bawah rongga kubiti dan kadang-kadang sampai pangkal ibu jari.
b. Problematika
Kekakuan sendi bahu
c. Intervensi
 Manual therapy
 ROM exercise
 Finger ladder
 Shoulder wheel

9. STEROID MYOPATHY
a. Definisi
Penyakit miopati non inflamasi yang terjadi karena efek penggunaan steroid oral
atau intravena dalam jangka waktu yang panjang (Surmachevska dan Tiwari, 2021).
b. Problematika
Kelemahan terutama pada otot proksimal ekstremitas atas, ekstremitas bawah dan
fleksor neck, gangguan mobilitas, kemungkinan ada atau tidak terkait gangguan
pernapasan (surmachevska dan tiwari, 2021).
c. Intervensi
Beberapa literatur menunjukkan bahwa latihan aerobik dan latihan resistance dapat
membantu mencegah kelemahan atau mengurangi keparahannya. Latihan range of
motion (pasif, active-assisted, atau aktif, tergantung pada tingkat kelemahan) dan
latihan stretching harus dilakukan untuk mencegah kontraktur sendi. Sebagai aturan
umum, latihan resistensi harus dibatasi pada otot dengan kekuatan lebih besar dari
antigravitasi. Mobilitas tempat tidur, aktivitas keseimbangan, pelatihan transfer, dan
pelatihan gaya berjalan harus disertakan untuk mengatasi penurunan mobilitas.
Namun, olahraga intensitas tinggi harus dihindari karena berbahaya (Foye, 2019).

KASUS FISIOTERAPI ONKOLOGI NEUROLOGI


1. NERVE PALSIES (FACIAL, SPINAL ACCESSORY, LONG THORACIC)
a. Definisi
 Facial nerve palsy : kerusakan saraf yang mensuplai otot-otot wajah yaitu saraf
kranial VII, facial nervel palsy dapat dikategorikan menjadi central facial palsy
dan peripheral facial palsy (Physiopedia).
 Spinal accessory nerve palsy : kondisi bahu abnormal yang muncul karena
cedera pada saraf aksesori spinal. Saraf ini adalah saraf kranial, berasal dari
otak dan mempersarafi otot trapezius dan sternomastoid di leher
(Physiopedia).
 Long thoracic nerve palsy : kerusakan saraf long thoracic karena adanya
biomekanikal force eksternal secara tiba-tiba atau repetitive. Long thoracic
nerve merupakan cabang proksimal pleksus brakialis, timbul dari saraf spinal
C5, C6, proksimal C7 yang mempersarafi otot serratus anterior (Physiopedia).

b. Problematika
 Facial nerve palsy : ketidakmampuan untuk menutup mata, ketidakmampuan
untuk menggerakkan bibir (misalnya tersenyum, mengerut), saat istirahat sisi
wajah yang terkena mungkin drop. Namun, jika orang tersebut mengalami
sinkinesis, sisi mulut yang terkena mungkin lebih tinggi daripada sisi yang
tidak terkena (Physiopedia).
 Spinal accessory nerve palsy : nyeri dan kelemahan pada shoulder, weakness
saat lifting, drop shoulder, atrofi otot trapezius (Physiopedia).
 Long thoracic nerve palsy : scapula dyskinesia (winging scapula)
(Physiopedia).
c. Intervensi
 Facial nerve palsy : neuromuscular retraining (NMR), Electromyography
(EMG), mirror biofeedback, trophic electrical stimulation (TES), teknik
proprioceptive neuromuscular facilitation (PNF), teknik kabat, mime
therapy, self-massage, latihan untuk meningkatkan koordinasi antara kedua
sisi wajah dan untuk mengurangi synkinesis, latihan untuk membantu
menutup mata dan bibir serta latihan untuk ekspresi wajah (Physiopedia).
 Spinal accessory nerve palsy : taping untuk memfasilitasi pergerakan otot
trapezius, low frequency electrostimulation seperti TENS, sling
digunakan beberapa jam untuk membantu manajemen nyeri, cervical PNF
dan pola scapular PNF dari anterior depression ke posterior elevation,
hidroterapi, strengthening exercises fokus pada otot trapezius and SCM,
stretching, proprioceptive training, flossing dan gliding
CN11(Physiopedia).
 Long thoracic nerve palsy : Cryotherapy (ice), manajemen nyeri, strengthening
exercise sekitar otot serratus anterior dan otot disekitar long thoracic, massage,
myofascial release (Physiopedia).

2. BRACHIAL PLEXOPHATIES (RADIATION INDUCED VS METASTATIC)


a. Definisi
Plexopathy brachialis adalah bentuk neuropati perifer ketika ada kerusakan pada
pleksus brakialis yang disebabkan oleh injury langsung pada saraf, stretching
injuries (termasuk birth trauma), tekanan pada area tumor (khususnya tumor paru),
atau kerusakan karena terapi radiasi. Ini adalah area di setiap sisi leher tempat akar
saraf dari spinal cord membelah menjadi arm nerve (MedlinePlus).
b. Problematika
Nyeri, numbness, tingling, menurunnya fungsi gerakan atau menurunnya sensasi
arm, hand dan shoulder berdasarkan area pleksus yang terkena injury (aanem).
c. Intervensi
 Range of motion exercises
 Muscle stretching, muscle strengthening
 Electrothermal dan phototherapy
 Manual terapi
 reedukasi sensoris
 TENS (de Sentana et al., 2021).

3. LUMBOSACRAL PLEXOPHATIES
a. Definisi
Injury pada saraf di pleksus lumbosacral yang disebabkan oleh beberapa etiologi
seperti diabetes mellitus, cedera traumatis, neoplasma dan kehamilan (Dydyk dan
Hameed, 2021).
b. Problematika
Low back pain, leg pain, kelemahan motoric, gejala sensoris seperti mati rasa dan
paresthesia serta disfungsi sphincter (Yadav, 2021).
c. Intervensi
Jika pasien diketahui memiliki kelemahan terkait setelah nyeri akut mereda,
seseorang dapat merekomendasikan latihan rentang gerak aktif (AROM), dengan
latihan resistensi rendah. Alat bantu seperti tongkat, walker, atau kursi roda mungkin
diperlukan untuk ambulasi pada pasien dengan kelemahan ekstensor hip, abduktor,
atau quadriceps, dengan atau tanpa kehilangan rasa posisi sendi. Knee-ankle-foot
orthosis (KAFO) mungkin bermanfaat untuk mobilitas (Yadav, 2021).
4. PERIPHERAL NEUROPATHIES
a. Definisi
Neuropati perifer adalah kerusakan saraf pada sistem saraf perifer yang disebabkan
oleh penyakit, trauma, atau toksin. Neuropati perifer mempengaruhi saraf motorik,
sensorik dan otonom (Mayoclinic).
b. Problematika
 Hilangnya sensasi seperti numbness, tingling dan nyeri (kerusakan saraf
sensoris)
 Kehilangan fungsi motorik seperti weakness dan kesulitan berjalan (kerusakan
saraf motorik)
 Sedangkan jika terjadi kerusakan pada saraf otonom maka terjadi
inkontinensia urine, konstipasi, diare, dizziness, fainting dan impotence
(mayoclinic).
c. Intervensi
 Latihan strengthening muscles dan meningkatkan fitness levels
 Passive movement pada otot dan sendi
 Balance training untuk mengurangi resiko jatuh
 Gait re-education untuk memfasilitasi mobilitas dan independence
 Soft tissue massage
 Task specific session menggunakan tugas diskriminasi bertingkat, eksplorasi
objek yang penuh perhatian tanpa umpan balik
 Mirror imaging untuk menstimulasi nerve pathways
 Manajemen nyeri. Hydrotherapy treatment dapat merelaksasikan otot dan
meningkatkan sirkulasi dan juga mengurangi nyeri serta memaksimalkan
mobilitas didalam air (physio.co.uk).

5. BALANCE DYSFUNCTION
a. Definisi
Balance dysfunction adalah suatu kondisi yang menyebabkan tubuh menjadi tidak
stabil atau pusing baik pada saat berdiri, duduk, ataupun berjalan, dimana tubuh
merasa seolah-olah bergerak dan berputar. Balance dysfunction dapat terjadi
dikarenakan adanya gangguan pada sistem yang bekerja untuk keseimbangan tubuh,
yaitu proprioseptif, vestibular, dan visual. Dalam kondisi onkologi neurologi,
balance dysfunction dapat terjadi karena multifactorial, termasuk cedera yang
berkaitan dengan kanker itu sendiri, komplikasi dari terapi medis maupun kombinasi
keduanya
b. Problematika
Penurunan kekuatan otot, penurunan proprioseptif, gangguan pola jalan, risiko jatuh
c. Intervensi
 Balance training: dilakukan dengan static balance training (squat, two leg
stance, one leg stance), dynamic balance training (sideways walking,
backward walking, running in zig zag line), functional balance training untuk
meningkatkan reaksi umpan maju dan umpan balik postural
 Strengthening exercise pada regio hip dan lower extremity
 Gait training dengan berjalan di atas tanah atau dengan treadmill
 PNF exercise dan coordination training
 Tai chi
 Core strength training untuk membantu individu dalam mencegah risiko jatuh

6. CHEMOTHERAPEUTIC NEUROTOXCITIES
a. Definisi
Chemotherapy adalah salah satu dari treatment primer pada kanker dan telah
berhasil diterapkan untuk memperpanjang rentang hidup pasien. Neurotoxicities
adalah efek samping pembatas dosis dari banyak agen berbeda yang digunakan
dalam perawatan kemoterapi, khususnya obat platinum, termasuk oxaliplatin yang
berhubungan dengan neurotoxcities. Chemotherapy dapat menyebabkan
neurotoxicity perifer, terutama terdiri dari neuropati perifer dan neurotoxicity
sentral, mulai dari deficit kognitif ringan hingga ensefalopati dengan demensia atau
bahkan koma.
b. Problematika
Adanya nyeri, penurunan kekuatan otot, penurunan koordinasi, gangguan
keseimbangan, penurunan ROM
c. Intervensi
 Resistance training untuk meningkatkan kekuatan otot dan membalikkan atrofi
otot yang disebabkan oleh neuropati perifer
 Penggunaan modalitas TENS, High frequency muscle stimulation
 Balance: Yoga, Tai Chi, Otago exercise
 Endurance training program (low to moderate levels pf aerobic exercise),
walking di permukaan flat atau dengan cycle ergometer
 Stretching exercise
 PNF untuk meningkatkan tonus otot dan postural stability yang mana dapat
meningkatan proprioseptif
 Aktivitas yang meningkatkan balance: sensory stimulation
 Aktivitas untuk meningkatkan koordinasi: adaptasi permainan bola dengan
koordinasi visual dan aspek kinestetik

7. FALLS
a. Definisi
Falls (jatuh) merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata
yang melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di
lantai/tenpat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan keseadaran atau luka.
Jatuh merupakan suatu kejadian yang menyevavkan subyek yang sadar menjadi
berada di pernukaan tanah tanpa disengaja, tidak ternasuk jatuh akibat pukulan
keras, kehilangan kesadaran, atau kejang.
b. Problematika
Gangguan keseimbangan, gangguan pola jalan, kelemahan otot ekstremitas bawah,
stiffness joint, imobilisasi, penurunan aktivitas
c. Intervensi
 Sit to stand
 Heel raises
 Walking practice
 Stepping in different direction
 Balance and strength training
 Tai chi
 Otago exercise programe dapat mencegah falls 35% pada lansia
 Edukasi pasien untuk melakukan exercise secara rutin dan penggunaan
assistive device (wheel chair, walker), edukasi pada keluarga agar di rumah
pasien lebih aman dengan mengurangi bahaya yang dapat menyebabkan pasien
tersandung, menambahkan pegangan di dalam dan luar bak mandi atau di
samping toilet, menambahkan pagar di kedua sisi tangga, dan meningkatkan
pencahayaan di rumah.

8. GAIT ABNORMALITIES
a. Definisi
Gait Abnormalities adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak mampu untuk
berjalan dengan cara yang biasa/berjalan seharusnya, yang dapat disebabkan karena
adanya cedera, factor genetic, adanya penyakit ataupun adanya abnormalitas pada
tungkai atau kaki. Dalam beberapa kasus, gait abnormalities dapat hilang dengan
sendirinya, namun pada kasus lain, kondisi ini dapat bersifat permanen. Terdapat 8
basic pathological gait yang berkaitan dengan kondisi neurologis, seperti
hemipelgic, spastic diplegic, neuropathic (steppage gait, equine gait), myopathic
(waddling gait), Parkinsonian, choreiform (hyperkinetic gait), ataxic (cerebellar),
dan sensory gait.
b. Problematika
Adanya nyeri, gangguan keseimbangan, muscle weakness pada hip dan ekstremitas
bawah, joint stiffness
c. Intervensi
 Balance and coordination training
 Hip and lower limb strengthening exercise
 Active and passive movements (ROM)
 Stretching exercise
 Gait re-education
 Edukasi cara penggunaan alat bantu jalan, seperti walker, tripod, crutches atau
penggunaan ortosis apabila diperlukan

9. SPINAL CORD COMPRESSION


a. Definisi
Spinal cord compression adalah masalah yang terjadi Ketika sesuatu seperti tumor
memberi tekanan pada bagian sumsum tulang belakang (spinal cord), di mana
tekanan tersebut menyababkan pembengkakan sehingga darah lebih sedikit yang
dapat mencapai sumsum tulang belakang dan saraf. Spinal cord compression dapat
disebabkan karena berbagai kondisi yang menyebabkan penekanan pada spinal cord.
Hal ini dapat terjadi jika vertebra rusak atau collapse atau juga dapat berkembang
jika tumor memberikan tekanan pada spinal cord. Penyebab paling sering dari spinal
cord compression adalah kanker yang bermetastasis ke spine.
b. Problematika
Adanya nyeri (pada back atau neck), adanya numbness pada jari – jari kaki atau
tangan, buttock, gangguan berjalan, gangguan bowel and bladder, imobilisasi
c. Intervensi
 Pada kondisi spine unstable dapat diberikan dengan: bed rest exercise, rujuk ke
orthotic untuk menggunaan brace/collar, duduk di bed secara perlahan posisi
60 derajat selama 4 jam
 Pada kondisi spine stabil: exercise (ROM, strengthening), mulai latihan
mobilisasi secara bertahap sesuai toleransi pasien

10. BRAIN AND CNS METASTASIS


a. Definisi
Brain metastasis adalah kanker yang telah menyebar dari asalnya (primer) ke otak.
Brain metastasis merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada kanker dan
jenis tumor otak yang paling umum, di mana, 10% hingga 26% pasien yang
meninggal karena kanker mereka akan mengalami brain metastasis. Sementara
beberapa kanker yang bermetastasis ke otak dapat disembuhkan menggunakan terapi
konvensional, kelangsungan hidup jangka panjang dan paliatif untuk meminimalkan
efek samping pada pasien.
b. Problematika
Nyeri (akibat kanker itu sendiri, karena kemoterapi, infeksi, operasi, dll), muscle
weakness, gangguan bowel and bladder, gangguan keseimbangan, perubahan
emosional (depersi, kecemasan, dll)

c. Intervensi
 Exercise
Terlepas dari stadium kanker, exercise terbukti meningkatkan kualitas hidup
pasien kanker termasuk mengurangi dan mencegah komplikasi kesehatan dan
kecacatan di masa yang akan datang dan secara positif dapat meningkatkan
kemampuan tubuh untuk kembali bekerja.
o Moderate intensity exercise: membantu mencegah tumor menyebar ke
seluruh tubuh, antara lain dengan menormalkan angiogenesis,
menghancurkan sel tumor yang bersikulasi, dan menurunkan permeabilitas
sel endotel.
o Sebaliknya, olahraga intensitas tinggi, tampaknya meningkatkan
penyebaran kanker kemungkinan melakui stress yang berlebihan yang
dapat dilawan dengan pemanasan yang tepat
o Edukasi pasien kanker otak untuk seaktif mungkin secara fisik
 Intervensi lainnya yang dapat diberikan dalam kondisi ini: breathing exercise,
massage, akupuntur, meditation, tai chi.

KASUS FISIOTERAPI ONKOLOGI INTEGUMEN


1. RADIATION FIBROSIS
a. Definisi
Fibrosis adalah hilangnya komponen jaringan normal yang digantikan oleh matriks
dan fibril kolagen yang tidak teratur dan bervariasi yang mengakibatkan hilangnya
fungsi organ dan seringnya kontraksi jaringan yang menyebabkan kematian atau
penurunan kualitas hidup yang signifikan. Radiation fibrosis syndrome (RFS)
merupakan sklerosis jaringan fibrotik progresif dengan berbagai gejala klinis di
bidang iradiasi. Ini biasanya merupakan komplikasi akhir dari terapi radiasi dan
dapat terjadi berminggu-minggu atau bahkan bertahun-tahun setelah perawatan.
b. Problematika
Trismus, fatigue, muscle group weakness, pain and dystonia, edema, penurunan
ROM, nausea, dysphagia
c. Intervensi
 Aerobik exercise (namun perlu diperhatikan anjuran dokter, boleh diberikan
setelah 2 jam pasca kemoterapi karena dapat meningkatkan sirkulasi dan
meningkatkan dampak treatmenr)
 ROM Exercise
 Strenghtening exercise
 Stretching exercise

2. PHLEBOTOXICITY
a. Definisi
Phlebotoxicity adalah keracunan atau kerusakan yang terjadi pada vena akibat
pengobatan kanker

b. Problematika
Extrem fatigue, hyperesthesias, muscle twitching, ataxia, nyeri otot dan sendi
c. Intervensi
 Cardiovascular re-conditioning
 Desensitization for hyperesthesias
 Range of motion deficits
 Strengthening
 Neuromuscular re-education
 Balance and coordination
 Chronic pain management

3. RADIOTHERAPY TOXICITIES
a. Definisi
Toksisitas radioterapi terjadi sebagai dampak pemberian radioterapi sebagai
pengobatan kanker. Radioterapi terseit menyebabkan kerusakan jaringan yang
sangat tergantung pada jaringan yang ditargetkan dan dapat mencakup kerusakan
gastrointestinal (GI) akut, toksisitas jantung, gangguan kognitif, gangguan
reproduksi, deformitas dan gangguan pertumbuhan tulang, kerontokan rambut, dan
keganasan sekunder.
b. Problematika
Fatigue, muscle group weakness, pain and dystonia, edema, penurunanan ROM
c. Intervensi
 ROM Exercise
 Strenghtening exercise
 Stretching exercise

4. SKIN EXTRUSION
a. Definisi
b. Problematika

c. Intervensi

5. INFETION
a. Definisi
Infeksi adalah masalah kesehatan yang disebabkan oleh organisme, seperti bakteri,
virus, jamur, atau parasit. Beberapa organisme ini hidup di dalam tubuh manusia dan
memberikan manfaat. Namun, pada kondisi tertentu, organisme ini justru dapat
menyebabkan penyakit.
b. Problematika
Penyumbatan jalan nafas, penurunan ROM, penurunan kekuatan otot, spasme otot
c. Intervensi
 ROM exc
 Stretching exc
 Strenghtening exc
 Breathing exc
 Positioning mika miki

KASUS FISIOTERAPI ONKOLOGI KARDIOVASKULOPULMONAL


1. DECONDITIONING
a. Definisi
Deconditioningyaitu sekumpulan gejala yang menurunkan kapasitas fungsional
akibat imobilisasi/lama berbaring di tempat tidur.
b. Problematika Fisioterapi
Penurunan ROM, atrofi otot, decubitus, penurunan kekuatan otot, infeksi saluran
pernapasan
c. Intervensi
 ROM exc
 Isometric exercise
 Mobilisasi miring kanan miring kiri
 Breathing exc

2. CANCER RELATED FATIGUE


a. Definisi
Cancer related fatigue (CRF) adalah perasaan ketidaknyamanan terus menerus akan
kelelahan fisik, emosional dan atau kognitif yang berhubungan dengan kanker atau
pengobatan kanker yang tidak sesuai dengan aktivitasnya saat ini dan mengganggu
fungsi sehari-hari. Cancer related fatigue merupakan gejala yang paling berdampak
terhadap kehidupan sehari-hari selama pengobatan berlangsung. Nyeri, depresi,
ansietas inaktivitas atau pembatasan aktivitas, gangguan tidur, kurangnya nutrisi,
dan medikasi seperti antihistamin, antidepresan, narkotik dan antinausea serta
kondisi medis lainnya adalah beberapa faktor yang berhubungan sehingga
menyebabkan cancer related fatigue menjadi lebih berat.
b. Problematika
Penurunan kekuatan otot, risiko jatuh, nyeri, sesak napas
c. Intervensi
 Strengthening exercise pada bagian tubuh yang mengalami kekuatan otot
 Breathing exercise untuk mengurangi sesak napas
 Latihan keseimbangan untuk meningkatkan keseimbangan
 Myofascial release untuk mengurangi nyeri

3. LYMPHEDEMA
a. Definisi
Lymphedema adalah akumulasi cairan interstisial kaya protein dalam kulit dan
jaringan subkutan yang terjadi sebagai akibat dari disfungsi limfatik . Lymphedema
berkembang ketika aliran limfatik terganggu dan kelebihan cairan dan protein
menumpuk di ruang interstisial. Lymphedema terjadi saat kelenjar getah bening
terhambat dan tidak mampu memisahkan dan membuang zat-zat berbahaya dari
tubuh dan menyebabkan seluruh zat tersebut terkumpul pada bagian lengan atau kaki
sehingga terjadi pembengkakan.
b. Problematika
Nyeri, penurunan lingkup gerak sendi, peningkatan dan pembengkakan jaringan
c. Intervensi
 Deep breathing exercise mengurangi nyeri
 Aktif ROM exercise untuk meningkatkan lingkup gerak sendi
 Manual lympatic drainage

3. CHEMOTHERAPEUTIC CARDIOTOXICITIES
a. Definisi
Chemotherapeutic cardiotoxicities adalah suatu kondisi ketika terjadi kerusakan
pada otot jantung. Sebagai akibat dari kardiotoksisitas, jantung pasien mungkin tidak
dapat memompa darah ke seluruh tubuh Anda juga. Ini disebabkan karena obat
kemoterapi, atau obat lain yang mungkin pasien gunakan untuk mengendalikan
penyakitnya.
b. Problematika
Gangguan keseimbangan, penurunan lingkup gerak sendi, penurunan kekuatan otot
c. Intervensi
 Latihan keseimbangan untuk meningkatkan mengatasi keseimbangan
 Streching untuk meningkatkan lingkup gerak sendi
 Latihan strengthening ubtk meningkatkan kekuatan otot

4. INTERSITIAL PULMONARY FIBROSIS


a. Definisi
Interstitial pulmonary fibrosis adalah istilah deskriptif yang diberikan ketika adanya
kelebihan jaringan fibrotik di paru-paru. Hal ini dapat terjadi dalam berbagai
pengaturan klinis dan dapat dipicu oleh banyak penyebab.Ini merupakan kondisi
serius yang dapat mengakibatkan gagal napas dan kematian. Untuk menghindari
morbiditas dan mortalitas yang tinggi, diperlukan diagnosis dini, dan pengobatan
yang tepat.
b. Problematika
Sesak napas, penurunan kualias hidup, penurunan fungsi vital paru, penurunan
ekspasi thorak

c. Intervensi
 Aerobic exercise untuk meningkatkan kualitas hidup dan fungsi vital paru
 Breathing exercise untuk mengurangi sesak napas
 Mobilisasi sangkar thorak untuk meningkatkan ekspansi dari sangkar thorak

5. CACHEXIA
a. Definisi
Cachexia didefinisikan sebagai sindrom multi faktorial yang ditandai dengan
hilangnya massa otot rangka secara terus-menerus (dengan atau tanpa kehilangan
massa lemak) yang tidak dapat sepenuhnya diatasi dengan dukungan nutrisi
konvensional dan menyebabkan gangguan fungsional yang progresif. Ciri khasnya
adalah keseimbangan energi-protein negatif yang terjadi karena pengurangan asupan
makanan dan metabolisme yang tidak normal.
b. Problematika
Penurunan kekuatan otot, perubahan masa otot, nyeri
c. Intervensi
 Progressive resistance exercise training untuk mengembalikan masa otot
pasien
 Strengthening exercise untuk meningkatkan kekuatan otot
 Deep breathing exercise untuk mengurangi nyeri

6. VENA CAVA SYNDROME


a. Definisi

b. Problematika

c. Intervensi

7. PULMONARY METASTASIS
d. Definisi
Pulmonary metastatic dianggap sebagai hasil dari penyebaran sel tumor primer ke
paru-paru yang melibatkan invasi sel tumor melalui membran basal dan satroma
lalu intravasasi ke dalam sistem limfatik atau sirkulasi darah dan bisa bertahan hidup
sampai mereka sampai di tempat metastasis. Kanker paru-paru mengacu pada tumor
yang berasal dari parenkim paru atau didalam lobus paru yang mengacu pada subtipe
histologis utama keganasan paru primer yang berkaitan dengan karsinogen yang
dihirup ataupun asap rokok.
e. Problematika
Kelelahan, penurunan kekuatan otot, penurunan kapasitas fungsional, komplikasi
saluran nafas (pneumonia), chest pain, batuk
f. Intervensi
 Aerobic exercise (walking, stationary cycle)
 Resistance exercise
 Strengthening exercise
 Chest theraphy (coughing, thoracic cage exercise)
 Breathing exercise

KASUS FISIOTERAPI ONKOLOGI SUPRESIVE


1. GRAFT VS HOST DISEASE
a. Definisi
Penyakit graft versus host (GVHD) adalah penyakit yang dimediasi oleh imun
karena interaksi kompleks antara donor (jaringan limfoid) dan kekebalan resipien
yang terjadi setelah transplantasi. Terdapat 2 type : akut (kurang dari 100 hari) dan
kronis (lebih dari 100 hari).
b. Problematika
Pain, weakness, muscle spasm, dyspnea, chronic cought
c. Intervensi
 TENS
 Strengthening exercise
 Stretching exercise
 Deep breathing exercise
 Rib cage thoracic expantion
 Batuk efektif

2. SCLERODERMA
a. Definisi
Scleroderma merupakan penyakit pada jaringan ikat yang melibatkan terjadinya
perubahan kulit dan dapat terjadi perubahan pada vaskularisasi dan organ darah.
Scleroderma merupakan gangguan autoimun kronis dan progresif dimana
peradangan dan terjadi produksi kolagen berlebih akan menumpuk dalam tubuh.
Terdapat 2 jenais scleroderma yaitu scleroderma lokal biasanya mempengaruhi kulit
serta jaringan ikat dibagian tubuh dan scleroderma sistemik dapat mempengaruhi
kulit dan beberapa sistem organ seperti gastrointestinal, muskuloskeletal,
genitourinary, integumentary, cardiopulmonary dan vaskuler.
b. Problematika
Penurunan kekuatan otot, pain, penurunan ROM, penurunan elastisitas kulit.
c. Intervensi
 Breathing exercise
 Strengthening exercise
 ROM exercise
 Resistance exercise

3. THROMBOCYTOPENIA
a. Definisi
Kondisi saat jumlah keping darah (trombosit) rendah, di bawah nilai normal.
Trombosit berperan dalam proses koagulasi yang berakhir dengan pembentukan
platelate plug. Jika jumlah trombosit rendah maka proses koagulasi akan terganggu
sehingga terjadi perdarahan. Kurangnya jumlah trombosit dapat menyebabkan darah
sulit membeku. Trombositopenia adalah jumlah trombosit <150.000/mm3 (normal
150.000/mm3 -400.000/mm3). pasien dengan jumlah trombosit kurang dari 100.000
memiliki insiden untuk mengalami perdarahan lebih tinggi, dirawat di PICU lebih
lama dan memiliki angka kematian yang tinggi.
b. Problematika
Nyeri biasanya di sendi ( knee, elbow, ankle, hip dan shoulder) dan otot, ADL.
penurunan fleksibilitas otot, penurunan kekuatan otot
c. Intervensi
 TENS
 Stretching exercise
 Strengthening exercise
 ROM exercise
 Isometric contraction

4. NEUTROCYTOPENIA
a. Definisi
Neutropenia adalah penurunan jumlah neutrofil di dalam sirkulasi.Neutropenia dapat
dicirikan sebagai neutropenia ringan dengan ANC(Absolute Neutrophil Count) dari
1.000-1.500 / mcL (1.0 to 1.5 x 109/L), neutropenia moderat dengan ANC dari 500-
1.000 / μ L ( 0.5 to 1.0 x 109 /L ); atau neutropenia berat dengan ANC < 500/μL.
Neutrofil atau sel darah putih berfungsi membantu tubuh untuk melawan infeksi dan
penyakit lainnya, jika WBC rendah maka akan sangat tinggi risiko infeksinya.
b. Problematika
Pain, cough, shortness breath
c. Intervensi
 TENS
 deepth breathing exercise
 batuk efektif

5. ANEMIA
a. Definisi
Anemia merupakan suatu kondisi dimana sel-sel pembawa oksigen dalam darah
(hemoglobin/darah merah) tidak cukup untuk memenugi kebutuhan fisiologis tubuh.
Terjadinya anemia biasanya didasari oleh penyakit lain seperti penyakit pada hati
dan saluran pencernaan. Penyebab umum yang mendasari timbulnya anemia adalah
kekurangan zat besi dalam darah.
b. Problematika
Kelemahan, kelelahan, peningkatan denyut jantung, pain ( bone, chest, muscle,
joint), nafas pendek
c. Intervensi
 Exercise training can increase total Hb and red cell mass, which result in
enhancing oxygencarrying capacity
 Deepth Breathing exercise for relaxing
 Breathing control
REFERENSI
Canadian Cancer Society. Spinal Cord Compression. Di akses tanggal 25 Mei 2022 di
https://cancer.ca/en/treatments/side-effects/spinal-cord-compression
Ching, W. and Luhmann, M., 2011. Neuro-oncologic physical therapy for the older
person. Topics in geriatric rehabilitation, 27(3), p.184.
Hodson, S. 2016. Physiotherapy Management of Malignant Spinal Cord Compression
Physiopedia. 2020. Chemotherapy Side Effects and Syndromes. Di akses tanggal 25
Mei 2022 di https://www.physio-pedia.com/Chemotherapy_Side_Effects_and_Syndromes
Physiopedia. 2021. Balance. Di akses tanggal 25 Mei 2022 di https://www.physio-
pedia.com/Balance
Physiopedia. 2021. Brain Metastases. Di akses tanggal 25 Mei 2022 di
https://www.physio-pedia.com/Brain_Metastasis
Physiopedia. 2021. Falls. Di akses tanggal 25 Mei 2022 di https://www.physio-
pedia.com/Falls
Physiopedia. 2021. Spinal Malignancy. Di akses tanggal 25 Mei 2022 di
https://www.physio-pedia.com/Spinal_Malignancy
Shamsi, S., 2020. Effect of physiotherapy in Fall prevention. International Journal of
Open Medicine and Surgery, 1, pp.1-4.
Sherrington, C. and Tiedemann, A., 2015. Physiotherapy in the prevention of falls in
older people. Journal of Physiotherapy, 61(2), pp.54-60.
Verstappen, C.C., Heimans, J.J., Hoekman, K. and Postma, T.J., 2003. Neurotoxic
complications of chemotherapy in patients with cancer. Drugs, 63(15), pp.1549-1563.
Yang, M. and Moon, C., 2013. Neurotoxicity of cancer chemotherapy. Neural
regeneration research, 8(17), p.1606.
Yitayeh, A. and Teshome, A., 2016. The effectiveness of physiotherapy treatment on
balance dysfunction and postural instability in persons with Parkinson’s disease: a systematic
review and meta-analysis. BMC sports science, medicine and rehabilitation, 8(1), pp.1-10.

Anda mungkin juga menyukai