OLEH :
5. WEAKNESS
a. Definisi
Kelemahan otot terjadi karena perubahan input saraf sekunder akibat kerusakan otak
yang mengganggu rekrutmen neuron dan aktivasi otot. Otot dapat semakin melemah
karena tidak digunakan. Kelemahan parah atau kurangnya aktivasi otot
melumpuhkan anggota badan.
b. Problematika
Kelemahan otot, kontraktur, keterbatasan ROM, penurunan massa otot
c. Intervensi
Strengthening exercise
Electrical stimulation
ROM exercise (pasif, aktif-assissted, aktif).
7. LOSS OF ROM
a. Definisi
Kelemahan otot dan ketidakseimbangan otot menyebabkan sendi pada posisi tetap
dan meningkatkan risiko kontraktur, penurunan elastisitas otot sehingga
menyebabkan keterbatasan gerak. Loss of ROM merupakan ketidakmampuan
melakukan pergerakan pada sendi atau terjadinya penurunan lingkup gerak sendi.
b. Problematika
Keterbatasan ROM, kelemahan otot, kotraktur
c. Intervensi
ROM exercise (pasif, aktif-assissted, aktif)
Strengthening exercise
Hold relax stretching & contact relax stretching exercise
Electrical stimulation.
9. STEROID MYOPATHY
a. Definisi
Penyakit miopati non inflamasi yang terjadi karena efek penggunaan steroid oral
atau intravena dalam jangka waktu yang panjang (Surmachevska dan Tiwari, 2021).
b. Problematika
Kelemahan terutama pada otot proksimal ekstremitas atas, ekstremitas bawah dan
fleksor neck, gangguan mobilitas, kemungkinan ada atau tidak terkait gangguan
pernapasan (surmachevska dan tiwari, 2021).
c. Intervensi
Beberapa literatur menunjukkan bahwa latihan aerobik dan latihan resistance dapat
membantu mencegah kelemahan atau mengurangi keparahannya. Latihan range of
motion (pasif, active-assisted, atau aktif, tergantung pada tingkat kelemahan) dan
latihan stretching harus dilakukan untuk mencegah kontraktur sendi. Sebagai aturan
umum, latihan resistensi harus dibatasi pada otot dengan kekuatan lebih besar dari
antigravitasi. Mobilitas tempat tidur, aktivitas keseimbangan, pelatihan transfer, dan
pelatihan gaya berjalan harus disertakan untuk mengatasi penurunan mobilitas.
Namun, olahraga intensitas tinggi harus dihindari karena berbahaya (Foye, 2019).
b. Problematika
Facial nerve palsy : ketidakmampuan untuk menutup mata, ketidakmampuan
untuk menggerakkan bibir (misalnya tersenyum, mengerut), saat istirahat sisi
wajah yang terkena mungkin drop. Namun, jika orang tersebut mengalami
sinkinesis, sisi mulut yang terkena mungkin lebih tinggi daripada sisi yang
tidak terkena (Physiopedia).
Spinal accessory nerve palsy : nyeri dan kelemahan pada shoulder, weakness
saat lifting, drop shoulder, atrofi otot trapezius (Physiopedia).
Long thoracic nerve palsy : scapula dyskinesia (winging scapula)
(Physiopedia).
c. Intervensi
Facial nerve palsy : neuromuscular retraining (NMR), Electromyography
(EMG), mirror biofeedback, trophic electrical stimulation (TES), teknik
proprioceptive neuromuscular facilitation (PNF), teknik kabat, mime
therapy, self-massage, latihan untuk meningkatkan koordinasi antara kedua
sisi wajah dan untuk mengurangi synkinesis, latihan untuk membantu
menutup mata dan bibir serta latihan untuk ekspresi wajah (Physiopedia).
Spinal accessory nerve palsy : taping untuk memfasilitasi pergerakan otot
trapezius, low frequency electrostimulation seperti TENS, sling
digunakan beberapa jam untuk membantu manajemen nyeri, cervical PNF
dan pola scapular PNF dari anterior depression ke posterior elevation,
hidroterapi, strengthening exercises fokus pada otot trapezius and SCM,
stretching, proprioceptive training, flossing dan gliding
CN11(Physiopedia).
Long thoracic nerve palsy : Cryotherapy (ice), manajemen nyeri, strengthening
exercise sekitar otot serratus anterior dan otot disekitar long thoracic, massage,
myofascial release (Physiopedia).
3. LUMBOSACRAL PLEXOPHATIES
a. Definisi
Injury pada saraf di pleksus lumbosacral yang disebabkan oleh beberapa etiologi
seperti diabetes mellitus, cedera traumatis, neoplasma dan kehamilan (Dydyk dan
Hameed, 2021).
b. Problematika
Low back pain, leg pain, kelemahan motoric, gejala sensoris seperti mati rasa dan
paresthesia serta disfungsi sphincter (Yadav, 2021).
c. Intervensi
Jika pasien diketahui memiliki kelemahan terkait setelah nyeri akut mereda,
seseorang dapat merekomendasikan latihan rentang gerak aktif (AROM), dengan
latihan resistensi rendah. Alat bantu seperti tongkat, walker, atau kursi roda mungkin
diperlukan untuk ambulasi pada pasien dengan kelemahan ekstensor hip, abduktor,
atau quadriceps, dengan atau tanpa kehilangan rasa posisi sendi. Knee-ankle-foot
orthosis (KAFO) mungkin bermanfaat untuk mobilitas (Yadav, 2021).
4. PERIPHERAL NEUROPATHIES
a. Definisi
Neuropati perifer adalah kerusakan saraf pada sistem saraf perifer yang disebabkan
oleh penyakit, trauma, atau toksin. Neuropati perifer mempengaruhi saraf motorik,
sensorik dan otonom (Mayoclinic).
b. Problematika
Hilangnya sensasi seperti numbness, tingling dan nyeri (kerusakan saraf
sensoris)
Kehilangan fungsi motorik seperti weakness dan kesulitan berjalan (kerusakan
saraf motorik)
Sedangkan jika terjadi kerusakan pada saraf otonom maka terjadi
inkontinensia urine, konstipasi, diare, dizziness, fainting dan impotence
(mayoclinic).
c. Intervensi
Latihan strengthening muscles dan meningkatkan fitness levels
Passive movement pada otot dan sendi
Balance training untuk mengurangi resiko jatuh
Gait re-education untuk memfasilitasi mobilitas dan independence
Soft tissue massage
Task specific session menggunakan tugas diskriminasi bertingkat, eksplorasi
objek yang penuh perhatian tanpa umpan balik
Mirror imaging untuk menstimulasi nerve pathways
Manajemen nyeri. Hydrotherapy treatment dapat merelaksasikan otot dan
meningkatkan sirkulasi dan juga mengurangi nyeri serta memaksimalkan
mobilitas didalam air (physio.co.uk).
5. BALANCE DYSFUNCTION
a. Definisi
Balance dysfunction adalah suatu kondisi yang menyebabkan tubuh menjadi tidak
stabil atau pusing baik pada saat berdiri, duduk, ataupun berjalan, dimana tubuh
merasa seolah-olah bergerak dan berputar. Balance dysfunction dapat terjadi
dikarenakan adanya gangguan pada sistem yang bekerja untuk keseimbangan tubuh,
yaitu proprioseptif, vestibular, dan visual. Dalam kondisi onkologi neurologi,
balance dysfunction dapat terjadi karena multifactorial, termasuk cedera yang
berkaitan dengan kanker itu sendiri, komplikasi dari terapi medis maupun kombinasi
keduanya
b. Problematika
Penurunan kekuatan otot, penurunan proprioseptif, gangguan pola jalan, risiko jatuh
c. Intervensi
Balance training: dilakukan dengan static balance training (squat, two leg
stance, one leg stance), dynamic balance training (sideways walking,
backward walking, running in zig zag line), functional balance training untuk
meningkatkan reaksi umpan maju dan umpan balik postural
Strengthening exercise pada regio hip dan lower extremity
Gait training dengan berjalan di atas tanah atau dengan treadmill
PNF exercise dan coordination training
Tai chi
Core strength training untuk membantu individu dalam mencegah risiko jatuh
6. CHEMOTHERAPEUTIC NEUROTOXCITIES
a. Definisi
Chemotherapy adalah salah satu dari treatment primer pada kanker dan telah
berhasil diterapkan untuk memperpanjang rentang hidup pasien. Neurotoxicities
adalah efek samping pembatas dosis dari banyak agen berbeda yang digunakan
dalam perawatan kemoterapi, khususnya obat platinum, termasuk oxaliplatin yang
berhubungan dengan neurotoxcities. Chemotherapy dapat menyebabkan
neurotoxicity perifer, terutama terdiri dari neuropati perifer dan neurotoxicity
sentral, mulai dari deficit kognitif ringan hingga ensefalopati dengan demensia atau
bahkan koma.
b. Problematika
Adanya nyeri, penurunan kekuatan otot, penurunan koordinasi, gangguan
keseimbangan, penurunan ROM
c. Intervensi
Resistance training untuk meningkatkan kekuatan otot dan membalikkan atrofi
otot yang disebabkan oleh neuropati perifer
Penggunaan modalitas TENS, High frequency muscle stimulation
Balance: Yoga, Tai Chi, Otago exercise
Endurance training program (low to moderate levels pf aerobic exercise),
walking di permukaan flat atau dengan cycle ergometer
Stretching exercise
PNF untuk meningkatkan tonus otot dan postural stability yang mana dapat
meningkatan proprioseptif
Aktivitas yang meningkatkan balance: sensory stimulation
Aktivitas untuk meningkatkan koordinasi: adaptasi permainan bola dengan
koordinasi visual dan aspek kinestetik
7. FALLS
a. Definisi
Falls (jatuh) merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata
yang melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di
lantai/tenpat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan keseadaran atau luka.
Jatuh merupakan suatu kejadian yang menyevavkan subyek yang sadar menjadi
berada di pernukaan tanah tanpa disengaja, tidak ternasuk jatuh akibat pukulan
keras, kehilangan kesadaran, atau kejang.
b. Problematika
Gangguan keseimbangan, gangguan pola jalan, kelemahan otot ekstremitas bawah,
stiffness joint, imobilisasi, penurunan aktivitas
c. Intervensi
Sit to stand
Heel raises
Walking practice
Stepping in different direction
Balance and strength training
Tai chi
Otago exercise programe dapat mencegah falls 35% pada lansia
Edukasi pasien untuk melakukan exercise secara rutin dan penggunaan
assistive device (wheel chair, walker), edukasi pada keluarga agar di rumah
pasien lebih aman dengan mengurangi bahaya yang dapat menyebabkan pasien
tersandung, menambahkan pegangan di dalam dan luar bak mandi atau di
samping toilet, menambahkan pagar di kedua sisi tangga, dan meningkatkan
pencahayaan di rumah.
8. GAIT ABNORMALITIES
a. Definisi
Gait Abnormalities adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak mampu untuk
berjalan dengan cara yang biasa/berjalan seharusnya, yang dapat disebabkan karena
adanya cedera, factor genetic, adanya penyakit ataupun adanya abnormalitas pada
tungkai atau kaki. Dalam beberapa kasus, gait abnormalities dapat hilang dengan
sendirinya, namun pada kasus lain, kondisi ini dapat bersifat permanen. Terdapat 8
basic pathological gait yang berkaitan dengan kondisi neurologis, seperti
hemipelgic, spastic diplegic, neuropathic (steppage gait, equine gait), myopathic
(waddling gait), Parkinsonian, choreiform (hyperkinetic gait), ataxic (cerebellar),
dan sensory gait.
b. Problematika
Adanya nyeri, gangguan keseimbangan, muscle weakness pada hip dan ekstremitas
bawah, joint stiffness
c. Intervensi
Balance and coordination training
Hip and lower limb strengthening exercise
Active and passive movements (ROM)
Stretching exercise
Gait re-education
Edukasi cara penggunaan alat bantu jalan, seperti walker, tripod, crutches atau
penggunaan ortosis apabila diperlukan
c. Intervensi
Exercise
Terlepas dari stadium kanker, exercise terbukti meningkatkan kualitas hidup
pasien kanker termasuk mengurangi dan mencegah komplikasi kesehatan dan
kecacatan di masa yang akan datang dan secara positif dapat meningkatkan
kemampuan tubuh untuk kembali bekerja.
o Moderate intensity exercise: membantu mencegah tumor menyebar ke
seluruh tubuh, antara lain dengan menormalkan angiogenesis,
menghancurkan sel tumor yang bersikulasi, dan menurunkan permeabilitas
sel endotel.
o Sebaliknya, olahraga intensitas tinggi, tampaknya meningkatkan
penyebaran kanker kemungkinan melakui stress yang berlebihan yang
dapat dilawan dengan pemanasan yang tepat
o Edukasi pasien kanker otak untuk seaktif mungkin secara fisik
Intervensi lainnya yang dapat diberikan dalam kondisi ini: breathing exercise,
massage, akupuntur, meditation, tai chi.
2. PHLEBOTOXICITY
a. Definisi
Phlebotoxicity adalah keracunan atau kerusakan yang terjadi pada vena akibat
pengobatan kanker
b. Problematika
Extrem fatigue, hyperesthesias, muscle twitching, ataxia, nyeri otot dan sendi
c. Intervensi
Cardiovascular re-conditioning
Desensitization for hyperesthesias
Range of motion deficits
Strengthening
Neuromuscular re-education
Balance and coordination
Chronic pain management
3. RADIOTHERAPY TOXICITIES
a. Definisi
Toksisitas radioterapi terjadi sebagai dampak pemberian radioterapi sebagai
pengobatan kanker. Radioterapi terseit menyebabkan kerusakan jaringan yang
sangat tergantung pada jaringan yang ditargetkan dan dapat mencakup kerusakan
gastrointestinal (GI) akut, toksisitas jantung, gangguan kognitif, gangguan
reproduksi, deformitas dan gangguan pertumbuhan tulang, kerontokan rambut, dan
keganasan sekunder.
b. Problematika
Fatigue, muscle group weakness, pain and dystonia, edema, penurunanan ROM
c. Intervensi
ROM Exercise
Strenghtening exercise
Stretching exercise
4. SKIN EXTRUSION
a. Definisi
b. Problematika
c. Intervensi
5. INFETION
a. Definisi
Infeksi adalah masalah kesehatan yang disebabkan oleh organisme, seperti bakteri,
virus, jamur, atau parasit. Beberapa organisme ini hidup di dalam tubuh manusia dan
memberikan manfaat. Namun, pada kondisi tertentu, organisme ini justru dapat
menyebabkan penyakit.
b. Problematika
Penyumbatan jalan nafas, penurunan ROM, penurunan kekuatan otot, spasme otot
c. Intervensi
ROM exc
Stretching exc
Strenghtening exc
Breathing exc
Positioning mika miki
3. LYMPHEDEMA
a. Definisi
Lymphedema adalah akumulasi cairan interstisial kaya protein dalam kulit dan
jaringan subkutan yang terjadi sebagai akibat dari disfungsi limfatik . Lymphedema
berkembang ketika aliran limfatik terganggu dan kelebihan cairan dan protein
menumpuk di ruang interstisial. Lymphedema terjadi saat kelenjar getah bening
terhambat dan tidak mampu memisahkan dan membuang zat-zat berbahaya dari
tubuh dan menyebabkan seluruh zat tersebut terkumpul pada bagian lengan atau kaki
sehingga terjadi pembengkakan.
b. Problematika
Nyeri, penurunan lingkup gerak sendi, peningkatan dan pembengkakan jaringan
c. Intervensi
Deep breathing exercise mengurangi nyeri
Aktif ROM exercise untuk meningkatkan lingkup gerak sendi
Manual lympatic drainage
3. CHEMOTHERAPEUTIC CARDIOTOXICITIES
a. Definisi
Chemotherapeutic cardiotoxicities adalah suatu kondisi ketika terjadi kerusakan
pada otot jantung. Sebagai akibat dari kardiotoksisitas, jantung pasien mungkin tidak
dapat memompa darah ke seluruh tubuh Anda juga. Ini disebabkan karena obat
kemoterapi, atau obat lain yang mungkin pasien gunakan untuk mengendalikan
penyakitnya.
b. Problematika
Gangguan keseimbangan, penurunan lingkup gerak sendi, penurunan kekuatan otot
c. Intervensi
Latihan keseimbangan untuk meningkatkan mengatasi keseimbangan
Streching untuk meningkatkan lingkup gerak sendi
Latihan strengthening ubtk meningkatkan kekuatan otot
c. Intervensi
Aerobic exercise untuk meningkatkan kualitas hidup dan fungsi vital paru
Breathing exercise untuk mengurangi sesak napas
Mobilisasi sangkar thorak untuk meningkatkan ekspansi dari sangkar thorak
5. CACHEXIA
a. Definisi
Cachexia didefinisikan sebagai sindrom multi faktorial yang ditandai dengan
hilangnya massa otot rangka secara terus-menerus (dengan atau tanpa kehilangan
massa lemak) yang tidak dapat sepenuhnya diatasi dengan dukungan nutrisi
konvensional dan menyebabkan gangguan fungsional yang progresif. Ciri khasnya
adalah keseimbangan energi-protein negatif yang terjadi karena pengurangan asupan
makanan dan metabolisme yang tidak normal.
b. Problematika
Penurunan kekuatan otot, perubahan masa otot, nyeri
c. Intervensi
Progressive resistance exercise training untuk mengembalikan masa otot
pasien
Strengthening exercise untuk meningkatkan kekuatan otot
Deep breathing exercise untuk mengurangi nyeri
b. Problematika
c. Intervensi
7. PULMONARY METASTASIS
d. Definisi
Pulmonary metastatic dianggap sebagai hasil dari penyebaran sel tumor primer ke
paru-paru yang melibatkan invasi sel tumor melalui membran basal dan satroma
lalu intravasasi ke dalam sistem limfatik atau sirkulasi darah dan bisa bertahan hidup
sampai mereka sampai di tempat metastasis. Kanker paru-paru mengacu pada tumor
yang berasal dari parenkim paru atau didalam lobus paru yang mengacu pada subtipe
histologis utama keganasan paru primer yang berkaitan dengan karsinogen yang
dihirup ataupun asap rokok.
e. Problematika
Kelelahan, penurunan kekuatan otot, penurunan kapasitas fungsional, komplikasi
saluran nafas (pneumonia), chest pain, batuk
f. Intervensi
Aerobic exercise (walking, stationary cycle)
Resistance exercise
Strengthening exercise
Chest theraphy (coughing, thoracic cage exercise)
Breathing exercise
2. SCLERODERMA
a. Definisi
Scleroderma merupakan penyakit pada jaringan ikat yang melibatkan terjadinya
perubahan kulit dan dapat terjadi perubahan pada vaskularisasi dan organ darah.
Scleroderma merupakan gangguan autoimun kronis dan progresif dimana
peradangan dan terjadi produksi kolagen berlebih akan menumpuk dalam tubuh.
Terdapat 2 jenais scleroderma yaitu scleroderma lokal biasanya mempengaruhi kulit
serta jaringan ikat dibagian tubuh dan scleroderma sistemik dapat mempengaruhi
kulit dan beberapa sistem organ seperti gastrointestinal, muskuloskeletal,
genitourinary, integumentary, cardiopulmonary dan vaskuler.
b. Problematika
Penurunan kekuatan otot, pain, penurunan ROM, penurunan elastisitas kulit.
c. Intervensi
Breathing exercise
Strengthening exercise
ROM exercise
Resistance exercise
3. THROMBOCYTOPENIA
a. Definisi
Kondisi saat jumlah keping darah (trombosit) rendah, di bawah nilai normal.
Trombosit berperan dalam proses koagulasi yang berakhir dengan pembentukan
platelate plug. Jika jumlah trombosit rendah maka proses koagulasi akan terganggu
sehingga terjadi perdarahan. Kurangnya jumlah trombosit dapat menyebabkan darah
sulit membeku. Trombositopenia adalah jumlah trombosit <150.000/mm3 (normal
150.000/mm3 -400.000/mm3). pasien dengan jumlah trombosit kurang dari 100.000
memiliki insiden untuk mengalami perdarahan lebih tinggi, dirawat di PICU lebih
lama dan memiliki angka kematian yang tinggi.
b. Problematika
Nyeri biasanya di sendi ( knee, elbow, ankle, hip dan shoulder) dan otot, ADL.
penurunan fleksibilitas otot, penurunan kekuatan otot
c. Intervensi
TENS
Stretching exercise
Strengthening exercise
ROM exercise
Isometric contraction
4. NEUTROCYTOPENIA
a. Definisi
Neutropenia adalah penurunan jumlah neutrofil di dalam sirkulasi.Neutropenia dapat
dicirikan sebagai neutropenia ringan dengan ANC(Absolute Neutrophil Count) dari
1.000-1.500 / mcL (1.0 to 1.5 x 109/L), neutropenia moderat dengan ANC dari 500-
1.000 / μ L ( 0.5 to 1.0 x 109 /L ); atau neutropenia berat dengan ANC < 500/μL.
Neutrofil atau sel darah putih berfungsi membantu tubuh untuk melawan infeksi dan
penyakit lainnya, jika WBC rendah maka akan sangat tinggi risiko infeksinya.
b. Problematika
Pain, cough, shortness breath
c. Intervensi
TENS
deepth breathing exercise
batuk efektif
5. ANEMIA
a. Definisi
Anemia merupakan suatu kondisi dimana sel-sel pembawa oksigen dalam darah
(hemoglobin/darah merah) tidak cukup untuk memenugi kebutuhan fisiologis tubuh.
Terjadinya anemia biasanya didasari oleh penyakit lain seperti penyakit pada hati
dan saluran pencernaan. Penyebab umum yang mendasari timbulnya anemia adalah
kekurangan zat besi dalam darah.
b. Problematika
Kelemahan, kelelahan, peningkatan denyut jantung, pain ( bone, chest, muscle,
joint), nafas pendek
c. Intervensi
Exercise training can increase total Hb and red cell mass, which result in
enhancing oxygencarrying capacity
Deepth Breathing exercise for relaxing
Breathing control
REFERENSI
Canadian Cancer Society. Spinal Cord Compression. Di akses tanggal 25 Mei 2022 di
https://cancer.ca/en/treatments/side-effects/spinal-cord-compression
Ching, W. and Luhmann, M., 2011. Neuro-oncologic physical therapy for the older
person. Topics in geriatric rehabilitation, 27(3), p.184.
Hodson, S. 2016. Physiotherapy Management of Malignant Spinal Cord Compression
Physiopedia. 2020. Chemotherapy Side Effects and Syndromes. Di akses tanggal 25
Mei 2022 di https://www.physio-pedia.com/Chemotherapy_Side_Effects_and_Syndromes
Physiopedia. 2021. Balance. Di akses tanggal 25 Mei 2022 di https://www.physio-
pedia.com/Balance
Physiopedia. 2021. Brain Metastases. Di akses tanggal 25 Mei 2022 di
https://www.physio-pedia.com/Brain_Metastasis
Physiopedia. 2021. Falls. Di akses tanggal 25 Mei 2022 di https://www.physio-
pedia.com/Falls
Physiopedia. 2021. Spinal Malignancy. Di akses tanggal 25 Mei 2022 di
https://www.physio-pedia.com/Spinal_Malignancy
Shamsi, S., 2020. Effect of physiotherapy in Fall prevention. International Journal of
Open Medicine and Surgery, 1, pp.1-4.
Sherrington, C. and Tiedemann, A., 2015. Physiotherapy in the prevention of falls in
older people. Journal of Physiotherapy, 61(2), pp.54-60.
Verstappen, C.C., Heimans, J.J., Hoekman, K. and Postma, T.J., 2003. Neurotoxic
complications of chemotherapy in patients with cancer. Drugs, 63(15), pp.1549-1563.
Yang, M. and Moon, C., 2013. Neurotoxicity of cancer chemotherapy. Neural
regeneration research, 8(17), p.1606.
Yitayeh, A. and Teshome, A., 2016. The effectiveness of physiotherapy treatment on
balance dysfunction and postural instability in persons with Parkinson’s disease: a systematic
review and meta-analysis. BMC sports science, medicine and rehabilitation, 8(1), pp.1-10.