Anda di halaman 1dari 43

BAB III

PEMBEBANAN STRUKTUR
3.1 PEMBEBANAN STRUKTUR
Dalam menghitung gaya dalam yang terjadi pada elemen struktur kayu harus memperhatikan gaya luar
yang terjadi pada struktur. Beban nominal yang ditinjau pada struktur perpustakaan terdiri dari:
- Beban mati (DL), yaitu beban yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk berat
dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan layan tetap.
- Beban hidup (LL), yaitu beban yang diakibatkan oleh berat dari penggunaan struktur, termasuk
didalamnya berat manusia, dan berat pengaruh kejut.
- Beban hidup atap (La), yaitu beban yang ditimbulkan dari berat pekerja, peralatan, dan material
selama masa konstruksi berlangsung.
- Beban Hujan (H), yaitu beban yang diakibatkan oleh hujan. Tidak termasuk didalamnya genangan
air.
- Beban Angin (W), yaitu beban yang diakibatkan oleh pengaruh gaya angin dengan
memperhitungkan aerodinamika bangunan.
- Beban Gempa (E), yaitu beban lateral yang diakibatkan oleh adanya percepatan pada tanah di
lokasi bangunan. Pada perencanaan struktur perpustakaan ini diambil beban gempa pada arah-x
dan arah-y di Bandung dengan jenis tanah sedang.
3.1.1 Beban Mati
Beban mati terdiri dari:
 Berat sendiri struktur yang terdiri dari berat kolom, balok, atap, dan lain-lain, dengan berat
jenis kayu diambil 1000 kg/m3.
 Beban mati atap terdiri dari penutup atap kaca sebesar 30 kg/m2.
 Beban mati lantai yaitu berupa lantai kayu sederhana sebesar 30 kg/m2.
3.1.2 Beban Hidup
Beban hidup terdiri dari:
Beban hidup untuk fungsi perpustakaan adalah 250 kg/m2 sesuai dengan Pedoman Pembebanan
Indonesia Untuk Rumah dan Gedung 1987.
3.1.3 Beban Hidup Atap
Beban hidup atap terdiri dari:
Beban hidup atap lurus, terdiri dari berat hidup atap yaitu pekerja dan peralatannya sebesar 100
kg/m2. Beban hujan yaitu sebesar (40-0.8*α), dimana α atap lurus = 0 derajat, sehingga nilai
beban hujan atap lurus = 40 kg/m2.

III-1
Gambar 3.1 Beban Hidup Atap
3.1.4 Beban Angin
Beban yang diaplikasikan pada struktur yaitu:
- Tekanan tekan harus diambil minimum 25 kg/m3
- Tekanan tekan di laut dan di tepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai harus diambil minimum 40
kg/m3.
- Untuk daerah-daerah di dekat laut dan daerah-daerah lain tertentu, dimana terdapat kecepatan-
kecepatan angin yang mungkin menghasilkan tekanan tekan yang lebih besar daripada yang
telah ditentukan di poin-poin sebelumnya, tekanan tiup harus dihitung dengan rumus,
𝑣 2 𝑘𝑔
𝑃= ( )
16 𝑚2

III-2
Karena perpustakaan yang direncanakan tidak berada di bagian pesisir laut dan sebagainya maka,
besarnya pengaruh tekanan angin diambil sebesar 25 kg/m2. Persamaan beban angun adalah
sebagai berikut:
 V = C x 25 kg/m2 x (tributary area)
 C = 0.02*α-0.4 untuk angin tekan
 C = -0.4 untuk angin hisap
 Vtekan = 15.384 kg/m
 Vhisap = -30 kg/m

Gambar 3.2 Angin Hisap dan Tekan


3.1.5 Beban Gempa
Beban gempa berupa beban gempa static ekivalen. Perpustakaan ini berada di Bandung dengan
jenis tanah sedang dan berada pada wilayah zona gempa 4.

Gambar 3.3 Respon Spektra Wilayah Gempa 4

III-3
Nilai factor keutamaan (I) untuk gedung perpustakaan adalah 1. Struktur didesain pada taraf
kinerja elastic penuh sehingga factor reduksi gempa diambil sebesar 1.6.
Dari perhitungan didapat nilai berat keseluruhan struktur (Wt) adalah 25997.6 kg, didapat pula
nilai periode struktur (T) = 0.542424 untuk arah x dan 0.43317 untuk arah y, sehingga dengan
menggunakan respon spectra pada wilayah gempa 4, didapat nilai C = 0.7.
Dengan rumus, didapat nilai base shear pada perpustakaan:
𝐶×𝐼
𝑉= × 𝑊𝑡
𝑅
0.7 × 1
𝑉= × 25997.6
1.6
𝑉 = 11373.95 𝑘𝑔
Untuk tinggi lantai dasar adalah 4 meter dan lantai 2 adalah 3.5 m, sehingga nilai beban gempa
yang bekerja perlantai adalah sebagai berikut:
𝑊𝑖 × 𝑍𝑖
𝐹𝑖 = ×𝑉
∑ 𝑊𝑖 × 𝑍𝑖
Beban gempa untuk atap dan lantai 2 yaitu sebesar,

𝐹1 (𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑔𝑒𝑚𝑝𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 2) = 2734.172 𝑘𝑔

𝐹2 (𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐺𝑒𝑚𝑝𝑎 𝐴𝑡𝑎𝑝) = 162.025 𝑘𝑔

Gambar 3.4 Beban Gempa Pada Arah-Y


3.2 KOMBINASI PEMBEBANAN
Kombinasi pembebanan yang direncanakan diaplikasikan pada struktur adalah sebagai berikut:
1. 1.4DL
2. 1.2 DL + 1.6 LL + 0.5 (La atau H)

III-4
3. 1.2 DL + 1.6 (La atau H) + (0.5LL atau 0.8W)
4. 1.2 DL + 1.3W + 0.5LL + 0.5 (LL atau H)
5. 1.2 DL ± 1.0 E ± 0.5 E
6. 0.9 DL ± (1.3 W atau 1.0 E)
7. Kombinasi Envelope, yaitu penggabungan dari seluruh kombinasi yang telah didefine.

III-5
BAB IV

PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR DENGAN


PROGRAM SAP2000

4.1 PROGRAM KOMPUTER

Untuk pemodelan struktur perpustakaan yang direncanakan, digunakan program SAP2000


(Structural Analysis Program) versi 14.0.0. Pemodelan ini bertujuan untuk mendapatkan nilai
gaya-gaya dalam maksimum penampang yang akan digunakan untuk mengecek kapasitas
penampang secara manual. Berikut ini hasil pemodelan perpustakaan rencana pada SAP2000.

Gambar 4.1 Pemodelan Struktur Perpustakaan Rencana pada SAP2000

IV-1
4.2 LANGKAH PENGERJAAN

Terdapat tahapan yang harus dilakukan untuk memodelkan struktur perpustakaan rencana pada
SAP2000. Tahapan tersebut akan dijelaskan dalam langkah pengerjaan di bawah ini disertai
dengan ilustrasi yang mendukung.

4.2.1 Grid

Sebelum mulai menggambar konfigurasi struktur, terlebih dahulu dipilih sistem grid yang sesuai.
Dalam perencanaan ini, sistem yang dipilih yaitu Grid Only.

Gambar 4.2 Pemilihan Sistem Grid

Kemudian, masukkan panjang bentang struktur arah x, y, dan z, sesuai dengan desain yang ingin
dimodelkan. Perpustakaan direncanakan memiliki bentang sepanjang 15 meter pada arah x, 12
meter pada arah y, serta tinggi total (bentang arah z) 7,5 meter.

IV-2
Gambar 4.3 Input Data Grid

4.2.2 Material

Seluruh elemen struktural pada perpustakaan rencana, yaitu kuda-kuda, gording, balok anak,
balok induk, serta kolom menggunakan material kayu jenis merbau, dengan kode mutu E16.
Kayu dengan kode mutu E16 memiliki nilai modulus elastisitas lentur (Ew) sebesar 15000 MPa
dengan berat jenis diambil sebesar 1000 kg/m3. Jenis material beserta modulus elastisitas dan
berat jenisnya harus didefinisikan pada SAP2000. Saat memasukkan nilai pada SAP2000, perlu
diperhatikan satuan yang digunakan agar tidak terdapat kesalahan data.

Gambar 4.4 Input Data Material

IV-3
4.2.3 Penampang

Seperti yang telah disebutkan pada sub bab sebelumnya, elemen struktural pada perencanaan
ini terdiri dari lima macam dengan dimensi yang berbeda, yaitu:

Kuda-kuda : 12 x 12 (cm)

Gording :8x8 (cm)

Balok Anak : 12 x 12 (cm)

Balok Induk : 18 x 18 (cm)

Kolom : 20 x 20 (cm)

Untuk mendefinisikan elemen tersebut, digunakan menu section designer kemudian dibuat
penampang persegi dengan dimensi masing-masing sesuai jenis penampangnya.

Gambar 4.5 Mendefinisikan Penampang Baru

Gambar 4.6 Definisi Jenis-jenis Penampang yang Digunakan

IV-4
Gambar 4.7 Contoh Input Data untuk Penampang Kolom

4.2.4 Pola Pembebanan

Suatu struktur harus direncanakan sedemikian rupa sehingga mampu memikul beban-beban
yang bekerja pada struktur tersebut. Pola pembebanan untuk tugas ini terdiri dari berat sendiri
(D), beban mati tambahan (SIDL), beban hidup (L), beban angin (W), beban hujan (H), beban
pekerja (La) serta beban gempa (E) dengan self-weightmultiplier yang sesuai dengan jenis
beban.

Semua beban tersebut bekerja pada arah gravitasi, kecuali beban angin serta gempa yang
bekerja pada arah lateral struktur. Beban lateral tersebut perlu didefinisikan lagi sesuai dengan
arah kerjanya pada struktur. Untuk itu beban angin dibedakan menjadi angin tekan dan angin
hisap, sedangkan beban gempa dibedakan menjadi Gempa X dan Gempa Y.

Gambar 4.8 Pendefinisian Beban

IV-5
Untuk penyederhanaan, pembebanan gempa di-assign sebagai gaya terpusat yang bekerja pada
joint struktur arah x dan y, sehingga tidak perlu dibuat respon spektra gempa pada SAP2000.

Gambar 4.9 Assign Gempa X pada Struktur

4.2.5 Kombinasi Pembebanan

Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab 3.2, terdapat 7 jenis kombinasi pembebanan yang
diaplikasikan pada struktur rencana. Dengan mengombinasikan seluruh beban tersebut (beban
arah x dan y serta nilai positif dan negatif dibedakan), diperoleh 29 kombinasi. Kemudian,
dibuat satu kombinasi lagi yang merupakan gabungan dari seluruh kombinasi yang telah dibuat
sebelumnya sehingga akan dihasilkan kombinasi pembebanan paling besar pada struktur, yang
disebut dengan istilah Envelope.

IV-6
Gambar 4.10 Kombinasi Pembebanan

4.3 ANALISIS STRUKTUR

Struktur yang telah dimodelkan sampai ke tahap pembebanan selanjutnya harus diperiksa apakah
struktur tersebut mampu memikul beban luar yang bekerja. Dari SAP2000, dapat diketahui
besarnya gaya dalam seluruh elemen struktur yang telah dimodelkan akibat beban luar. Gaya
dalam ini akan dibandingkan dengan kapasitas penampang yang dihitung secara manual.
Pemeriksaan masing-masing elemen cukup dilakukan satu kali menggunakan gaya dalam yang
terbesar dari seluruh elemen struktur yang ditinjau.

Karena pemeriksaan dilakukan pada setiap elemen, terlebih dahulu dipilih elemen tertentu yang
akan kita tinjau gaya dalamnya menggunakan menu Select  Properties  Frame Section.

Gambar 4.11 Pemilihan Jenis Elemen yang Ditinjau

Untuk menampilkan tabel gaya dalam elemen yang dipilih, gunakan menu Display  Show
Tables. Kemudian pada opsi frame output, dipilih table: element forces – frames.

IV-7
Gambar 4.12 Pemilihan Tabel yang Ingin Ditampilkan

Tabel gaya dalam yang diperlukan dalam perencanaan merupakan gaya dalam terbesar yang
terjadi, untuk itu dipilih jenis kombinasi beban 1.2 DL+1.6LL+ 0.5 (H atau La).

Maka, akan ditampilkan tabel gaya dalam yang terdiri dari nomor elemen, lokasi (sepanjang satu
elemen), gaya aksial (tarik dan tekan), geser, torsi, serta momen arah x dan y.

Dari tabel tersebut, perlu disortir lagi nilai terbesar untuk mendapatkan gaya dalam
maksimum/ultimate yang nantinya akan dibandingkan dengan kapasitas penampang elemen yang
ditinjau. Berikut ini gaya dalam ultimate pada setiap elemen struktur rencana.

Tabel 4.1 Gaya Dalam Ultimate Elemen Struktur Rencana

Pu Vu Mu
Elemen
kg kg kg.m
Kuda-kuda 789,06 1213,21 1308,72
Gording 148,24 24,56 25,3
Balok Anak 174,04 411,95 220,81
Balok Induk 2888,73 2579,2 1470,23
Kolom 7582,499 521,695 1116,695

IV-8
BAB V
DESAIN PENAMPANG

5.1 SPESIFIKASI KAYU


Kayu yang digunakan adalah kayu jenis Merbau mutu E16. Massa jenis kayu diketahui 1000 kg/m3.
Berdasarkan tabel SNI, nilai kuat acuan untuk kayu mutu E16 adalah sebagai berikut:
Kuat Acuan Nilai (Mpa)
Ew 15000
Fb 35
Ft 33
Fc 33
Fv 5.2
Fct 14
Terdapat beberapa factor koreksi yang digunakan dalam perhitungan kekuatan balok. Faktor-faktor
koreksi tersebut adalah:
1. Faktor koreksi layan basah (CM)
Kekuatan elemen kayu sangat dipengaruh oleh kelembaban kayu. Semakin besar kandungan
kelembabannya akan semakin besar creep yang terjadi, sehingga akan menurunkan kekuatan
akyu. Besarnya nilai CM untuk jenis balok kayu adalah sebagai berikut:
2. Faktor koreksi ukuran (CF)
Bila perbandingan ketebalan terhadap ketinggian kayu besar maka distribusi tegangan akan
berubah dan aka nada reduksi kekuatan kayu. Kayu yang digunakan diasumsikan mutunya
ditetapkan secara masinal. Dengan demikian nilai CF =1.
3. Faktor koreksi pembagi beban (Cr)
Faktor ini digunakan untuk memperhitungkan peningkatan tahanan penampang tersusun. Faktor
ini berlaku untuk tahanan lentur. Struktur balok pada laporan ini menggunakan kayu masif
sedangkan struktur kolom menggunakan kayu glulam..
Dengan demikian nilai Cr = 1.15
4. Faktor koreksi penggunaan datar (Cfu)
Pada umumnya balok melentur pada sumbu kuatnya. Untuk kondisi ini diambil nilai Cfu = 1.
5. Faktor takikan (Ci)
Struktur kayu diasumsikan tidak mengalami takikan dan berupa balok masif. Nilai Ci =1.
6. Faktor koreksi temperature (Ct)

V-1
Kondisi lingkungan diasumsikan memiliki temperature kurang dari 38°C. Dengan demikian nilai
Ct = 1.
7. Faktor koreksi stabilitas balok (CL)
Diasumsikan struktur balok memiliki perbandingan penampang (d/b) kurang dari sama dengan
dua dan tidak perlu pengekang lateral. Dengan demikian nilai CL = 1.
8. Faktor koreksi luas tumpu (Cb)
Faktor koreksi tumpu diasumsikan =1

5.2 DIMENSI BALOK INDUK


Dimensi balok induk yang digunakan dalam perhitungan:
b = 180 mm
d = 180 mm
Luas kotor penampang dihitung sebagai berikut:
Ag = b x d = 180 mm x 180 mm = 32400 mm2
Luas bersih penampang diasumsikan besarnya 0.75 Ag
An = 0.75 Ag = 0.75 x 32400 mm2 = 24300 mm2

Cek Ketahanan Struktur dan Panjang Bidang Tumpu


1. Cek ketahanan terhadap aksial tarik
Pengecekan kekuatan terhadap aksial tarik dihitung dengan menggunakan luas kotor dan luas
bersih penampang. Struktur dikatakan mampu memikul beban aksial tarik jika memenuhi
persyaratan berikut ini:
Tu ≤ λ. ϕt . T′
dimana :
T ′ = Ft′ . A
Ft′ = Ft . CM . Ct . CF . Ci

Berikut ini adalah perhitungan dengan luas kotor penampang


Ft′ = (33 MPa)(1)(1)(1)(1) = 33 MPa
T ′ = (33 MPa). ( 32400 mm2 ) = 1069200N = 106920kg
Untuk perhitungan gaya aksial tarik nilai λ = 0.8 (dengan kombinasi beban terbesar adalah 1.2
DL+1.6 LL +0.5 (H atau La)) dan øt = 0.8. Dengan demikian:
λ. ϕt . T ′ = (0.8)(0.8)( 106920 kg) = 68428.8 kg

V-2
Berikut ini adalah perhitungan dengan luas bersih penampang:
T ′ = (33 MPa)(24300 mm2 ) = 801900 N = 80190 kg
Untuk perhitungan gaya aksial tarik nilai λ = 0.8 dan øt = 0.8. Dengan demikian:
λ. ϕt . T ′ = (0.8)(0.8)(80190 kg) = 51321.6 kg

Dari hasil analisis SAP diperoleh nilai gaya aksial tarik maksimum sebesar 2888.73 kg. Nilai ini
lebih kecil dari kedua nilai (λ. ϕt . T ′ ). Jadi penampang balok induk dengan dimensi 180 mm x
180 mm mampu menahan beban aksial tarik.

2. Cek ketahanan terhadap geser


Struktur dikatakan mampu memikul beban geser jika memenuhi persyaratan berikut ini:
Vu ≤ λ. ϕv . V′
dimana :
2 ′
V′ = . F . b. d
3 v
Fv′ = Fv . CM . Ct . Ci

Berikut ini adalah perhitungan untuk ketahanan gaya geser:


Fv′ = (5.2 MPa)(1)(1)(1) = 5.2 MPa
2
V ′ = (5.2 MPa)( 180 mm)(180 mm) = 112320 N = 11232 kg
3
Untuk perhitungan gaya aksial tarik nilai λ = 0.8 dan øv = 0.75. Dengan demikian:
λ. ϕv . V ′ = (0.8)(0.75)(11232 kg) = 6739.2 kg
Dari hasil analisis SAP diperoleh nilai gaya geser maksimum sebesar 2579.2 kg. Dengan
demikian diperoleh kondisi Vu = 2579.2 kg < 𝜆. ϕv . V ′ = 6739.2 kg. Jadi penampang balok
induk dengan dimensi 180 mm x 180 mm mampu menahan beban geser.

3. Cek ketahanan terhadap lentur


Struktur dikatakan mampu memikul beban lentur jika memenuhi persyaratan berikut ini:
Mu ≤ λ. ϕb . M′
dimana :
M ′ = Fb′ . S
Fb′ = Fb . CM . Ct . CL . Cfu . Cr . Ci

V-3
Berikut ini adalah perhitungan untuk ketahanan gaya geser:
Fb′ = (35 MPa)(1)(1)(1)(1)(1.15)(1) = 40.25 MPa
1 1
S = (b)(d)2 = (180 mm)(180 mm)2 = 972000 mm3
6 6
M ′ = (40.25 MPa)(972000 mm3 ) = 39123000 N − mm = 3912.30 kg − m
Untuk perhitungan gaya aksial tarik nilai λ = 0.8 dan øb = 0.85. Dengan demikian:
λ. ϕb . M ′ = (0.8)(0.85)(3912.30 kg − m) = 2660.36 kg − m
Dari hasil analisis SAP diperoleh nilai momen maksimum sebesar 1470.23 kg-m. Dengan
demikian diperoleh kondisi Mu = 1470.23 kg − m < 𝜆. ϕb . M ′ = 2660.36 kg − m. Jadi
penampang balok induk dengan dimensi 180 mm x 180 mm mampu menahan beban lentur.

4. Cek ketahanan terhadap kombinasi aksial tarik dengan lentur


Struktur dikatakan mampu memikul beban kombinasi aksial tarik dan lentur bila memenuhi
persyaratan berikut ini:
𝑓𝑡𝑢 𝑓𝑏𝑢
+ ≤1
𝑓𝑡𝑛 ′ 𝑓𝑏𝑛 ∗
dimana:
ftu adalah tegangan tarik akibat gaya aksial tarik
fbu adalah tegangan tarik akibat lentur
ftn’ adalah tegangan tarik izin
fbn* adalah tegangan lentur izin yang dihitung dengan persamaan Fb.CM.Ct.CF.Ci.Cr.Cfu
Nilai ftu dapat diketahui dari analisis SAP dengan memperhitungkan luas bersih dan luas kotor.
Dari hasil SAP diketahui beban aksial tarik maksimum sebesar 2888.73 kg atau 28887.3 N. Nilai
ftu untuk penampang kotor adalah:
Tu 28887.3 N
ftu = = = 0.892 MPa
Ag 32400 mm2

Nilai ftu untuk penampang bersih adalah:


Tu 28887.3 N
ftu = = = 1.189 MPa
An 24300 mm2

Dari kedua nilai ftu yang terbesar adalah 1.189 MPa. Nilai ini digunakan dalam perhitungan.
Selanjutnya nilai fbu dihitung dari momen maksimum yang diterima struktur (Mu) dibagi dengan

V-4
modulus penampang pada sumbu lentur (S). Nilai Mu diketahui dari analisis SAP sebesar 1470.23
kg-m atau 14702300 N-mm. Nilai fbu adalah:
Mu 14702300 N
fbu = = = 15.126 MPa
S 1
(180 mm)(180mm)2
6

Nilai ftn’ dan fbn* adalah:


ftn ′ = Ft′ = (33 MPa)(1)(1)(1)(1) = 33 MPa

fbn = Fb . CM . Ct . Cf . Cfu . Cr . Ci = (35 MPa)(1)(1)(1)(1)(1.15)(1) = 40.25 MPa

Persyaratkan dicek sebagai berikut:


1.189 𝑀𝑃𝑎 15.126
+ = 0.412 < 1
33 𝑀𝑃𝑎 40.25

Dengan demikian balok induk dengan dimensi 180 mm x 180 mm mampu memikul beban
kombinasi aksial tarik dan lentur.

5. Cek ketahanan terhadap lentur minus tarik


Lentur minus tarik terjadi pada serat atas atau serat tekan elemen akibat agya tarik dan lentur.
Struktur harus memenuhi persyaratan berikut:
𝑓𝑏𝑢− 𝑓𝑡𝑢
≤1
𝑓𝑏𝑛 ∗∗
dimana:
∗∗
fbn = Fb . CM . Ct . Cf . Cr . Ci . CL = (35 MPa)(1)(1)(1)(1.15)(1)(1) = 40.25 MPa

Nilai fbu dan ftu sudah dihitung pada perhitungan sebelumnya. Persyaratan dicek sebagai berikut:
15.126 MPa − 1.189 MPa
= 0.346 < 1
40.25 MPa

Dengan demikian balok induk dengan dimensi 180 mm x 180 mm mampu memikul beban lentur
minus tarik.

6. Cek terhadap syarat defleksi maksimum


Besarnya lendutan dihitung dengan mempertimbangkan beban hidup dan beban mati. Menurut
SNI, nilai lendutan maksimum untuk struktur balok ditetapkan sebesar :

V-5
L
ΔLL =
360
L
ΔkDL+LL =
240
dimana :
L adalah panjang bentang terbesar balok
k adalah creep factor , untuk kondisi layan kering nilai k=0.5

Dari hasil desain panjang bentang maksimum balok adalah 3 meter. Besarnya lendutan
maksimum adalah:
L 3000 mm
ΔLL = = = 8.33 mm
360 360
L 3000 mm
ΔkDL+LL = = = 12.5 mm
240 240
Lendutan yang terjadi diperhitungkan berdasarkan beban hidup (LL) dan beban mati (DL).
Besarnya lendutan yang terjadi pada struktur dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut:
5 wLL L4 5 wDL L4
∆LL = dan ∆DL =
384 Ew ′I 384 Ew ′I

dimana:
wLL = qLL
wDL = qDL
1
I= . b. d3
12
Ew ′ = Ew . C M . C t . C i

Dari hasil perhitungan beban diketahui besarnya LL =250 kg/m2 dan DL = 50 kg/m2. Panjang
pengaruh untuk balok induk adalah 3 meter. Berikut adalah perhitungan untuk lendutan.
wLL = qLL = 3 m × 150 kg/m2 = 750 kg/m = 7.5 N/mm
wDL = qDL = 3 m × 50 kg/m2 = 150 kg/m = 1.5 N/mm
1
I= . (180mm)(180 mm)3 = 87480000 mm4
12

Ew = (15000)(1)(1)(1) = 15000 MPa

V-6
5 (7.5 N/m)(3000 mm)4
∆LL = = 6.03 mm
384 (15000MPa)(87480000 mm4 )

5 (1.5 N/m)(3000 mm)4


∆DL = = 1.21 mm
384 (15000MPa)(87480000 mm4 )

Dari hasil perhitungan diketahui bahwa:


L
ΔLL = 6.03 mm < = 8.33 mm
360
k(∆DL ) + ∆LL = (0.5)(1.21 mm) + 6.03 mm = 6.63 mm
L
Δ(k DL+LL) = 6.63 mm < = 12.5 mm
240
Jadi penampang balok induk 180 mm x 180 mm memenuhi persyaratan defleksi maksimum.

7. Panjang bidang tumpu


Panjang bidang tumpu dapat diketahui dari besarnya gaya geser maksimum yang terjadi pada
struktur. Dari hasil perhitungan SAP diketahui bahwa gaya geser maksimum pada struktur
sebesar 2579.2 kg atau 25792 N. Panjang bidang tumpu kemudian dihitung dengan langkah-
langkah berikut:

Fc⊥ = Fc⊥ . CM . Ct . Ci . Cb

Fc⊥ = (14 MPa)(1)(1)(1)(1) = 14 MPa
Vu 25792 N
Aperlu = = = 1842.29 mm2
Fc⊥ ′ 14 MPa
Aperlu 1842.29 mm2
lb perlu = = = 10.24 mm = 1.024 cm ≈ 1 cm
b 180 mm
Jadi panjang bidang tumpu yang diperlukan adalah 1 cm.

V-7
5.3 DIMENSI BALOK ANAK
Dimensi balok anak yang digunakan dalam perhitungan:
b = 120 mm
d = 120 mm
Luas kotor penampang dihitung sebagai berikut:
Ag = b x d = 120 mm x 120 mm = 14400 mm2
Luas bersih penampang diasumsikan besarnya 0.75 Ag
An = 0.75 Ag = 0.75 x 14400 mm2 = 10800 mm2

Cek Ketahanan Struktur dan Panjang Bidang Tumpu


1. Cek ketahanan terhadap aksial tarik
Pengecekan kekuatan terhadap aksial tarik dihitung dengan menggunakan luas kotor dan luas
bersih penampang. Struktur dikatakan mampu memikul beban aksial tarik jika memenuhi
persyaratan berikut ini:
Tu ≤ λ. ϕt . T′
dimana :
T ′ = Ft′ . A
Ft′ = Ft . CM . Ct . CF . Ci

Berikut ini adalah perhitungan dengan luas kotor penampang


Ft′ = (33 MPa)(1)(1)(1)(1) = 33 MPa
T ′ = (33 MPa). ( 14400 mm2 ) = 475200 N = 47520 kg
Untuk perhitungan gaya aksial tarik nilai λ = 0.8 (dengan kombinasi beban terbesar adalah 1.2
DL+1.6 LL +0.5 (H atau La)) dan øt = 0.8. Dengan demikian:
λ. ϕt . T ′ = (0.8)(0.8)( 47520 kg) = 30412.8 kg

Berikut ini adalah perhitungan dengan luas bersih penampang:


T ′ = (33 MPa)(10800 mm2 ) = 356400 N = 35640 kg
Untuk perhitungan gaya aksial tarik nilai λ = 0.8 dan øt = 0.8. Dengan demikian:
λ. ϕt . T ′ = (0.8)(0.8)(35640 kg) = 22809.6 kg

V-8
Dari hasil analisis SAP diperoleh nilai gaya aksial tarik maksimum sebesar 174.04 kg. Nilai ini
lebih kecil dari kedua nilai (λ. ϕt . T ′ ). Jadi penampang balok anak dengan dimensi 120 mm x 120
mm mampu menahan beban aksial tarik.

2. Cek ketahanan terhadap geser


Struktur dikatakan mampu memikul beban geser jika memenuhi persyaratan berikut ini:
Vu ≤ λ. ϕv . V′
dimana :
2 ′
V′ = . F . b. d
3 v
Fv′ = Fv . CM . Ct . Ci

Berikut ini adalah perhitungan untuk ketahanan gaya geser:


Fv′ = (5.2 MPa)(1)(1)(1) = 5.2 MPa
2
V ′ = (5.2 MPa)( 120 mm)(120 mm) = 49920 N = 4992 kg
3
Untuk perhitungan gaya aksial tarik nilai λ = 0.8 dan øv = 0.75. Dengan demikian:
λ. ϕv . V ′ = (0.8)(0.75)(4992 kg) = 2995.2 kg
Dari hasil analisis SAP diperoleh nilai gaya geser maksimum sebesar 411.95 kg. Dengan
demikian diperoleh kondisi Vu = 411.95 kg < 𝜆. ϕv . V ′ = 2995.2 kg. Jadi penampang balok
anak dengan dimensi 120 mm x 120 mm mampu menahan beban geser.

3. Cek ketahanan terhadap lentur


Struktur dikatakan mampu memikul beban lentur jika memenuhi persyaratan berikut ini:
Mu ≤ λ. ϕb . M′
dimana :
M ′ = Fb′ . S
Fb′ = Fb . CM . Ct . CL . Cfu . Cr . Ci

Berikut ini adalah perhitungan untuk ketahanan gaya geser:


Fb′ = (35 MPa)(1)(1)(1)(1)(1.15)(1) = 40.25 MPa
1 1
S = (b)(d)2 = (120 mm)(120 mm)2 = 288000 mm3
6 6
M ′ = (40.25 MPa)(288000 mm3 ) = 11592000 N − mm = 1159.2 kg − m

V-9
Untuk perhitungan gaya aksial tarik nilai λ = 0.8 dan øb = 0.85. Dengan demikian:
λ. ϕb . M ′ = (0.8)(0.85)(1159.2 kg − m) = 788.26 kg − m
Dari hasil analisis SAP diperoleh nilai momen maksimum sebesar 220.81 kg-m. Dengan
demikian diperoleh kondisi Mu = 220.81 kg − m < 𝜆. ϕb . M ′ = 788.26 kg − m. Jadi
penampang balok induk dengan dimensi 120 mm x 120 mm mampu menahan beban lentur.

4. Cek ketahanan terhadap kombinasi aksial tarik dengan lentur


Struktur dikatakan mampu memikul beban kombinasi aksial tarik dan lentur bila memenuhi
persyaratan berikut ini:
𝑓𝑡𝑢 𝑓𝑏𝑢
+ ≤1
𝑓𝑡𝑛 ′ 𝑓𝑏𝑛 ∗
dimana:
ftu adalah tegangan tarik akibat gaya aksial tarik
fbu adalah tegangan tarik akibat lentur
ftn’ adalah tegangan tarik izin
fbn* adalah tegangan lentur izin yang dihitung dengan persamaan Fb.CM.Ct.CF.Ci.Cr.Cfu
Nilai ftu dapat diketahui dari analisis SAP dengan memperhitungkan luas bersih dan luas kotor.
Dari hasil SAP diketahui beban aksial tarik maksimum sebesar 201.86 kg atau 2018.6 N. Nilai ftu
untuk penampang kotor adalah:
Tu 174.04 N
ftu = = = 0.121 MPa
Ag 14400 mm2

Nilai ftu untuk penampang bersih adalah:


Tu 174.04 N
ftu = = = 0.161 MPa
An 10800 mm2

Dari kedua nilai ftu yang terbesar adalah 0.161 MPa. Nilai ini digunakan dalam perhitungan.
Selanjutnya nilai fbu dihitung dari momen maksimum yang diterima struktur (Mu) dibagi dengan
modulus penampang pada sumbu lentur (S). Nilai Mu diketahui dari analisis SAP sebesar 220.81
kg-m atau 2208100 N-mm. Nilai fbu adalah:
Mu 2208100 N
fbu = = = 7.667 MPa
S 1 2
6 (120 mm)(120mm)

Nilai ftn’ dan fbn* adalah:

V-10
ftn ′ = Ft′ = (33 MPa)(1)(1)(1)(1) = 33 MPa

fbn = Fb . CM . Ct . Cf . Cfu . Cr . Ci = (35 MPa)(1)(1)(1)(1)(1.15)(1) = 40.25 MPa

Persyaratkan dicek sebagai berikut:


0.161 𝑀𝑃𝑎 7.667
+ = 0.195 < 1
33 𝑀𝑃𝑎 40.25

Dengan demikian balok anak dengan dimensi 120 mm x 120 mm mampu memikul beban
kombinasi aksial tarik dan lentur.

5. Cek ketahanan terhadap lentur minus tarik


Lentur minus tarik terjadi pada serat atas atau serat tekan elemen akibat agya tarik dan lentur.
Struktur harus memenuhi persyaratan berikut:
𝑓𝑏𝑢− 𝑓𝑡𝑢
≤1
𝑓𝑏𝑛 ∗∗
dimana:
∗∗
fbn = Fb . CM . Ct . Cf . Cr . Ci . CL = (35 MPa)(1)(1)(1)(1.15)(1)(1) = 40.25 MPa

Nilai fbu dan ftu sudah dihitung pada perhitungan sebelumnya. Persyaratan dicek sebagai berikut:
7.667 MPa − 0.161 MPa
= 0.186 < 1
40.25 MPa

Dengan demikian balok anak dengan dimensi 120 mm x 120 mm mampu memikul beban lentur
minus tarik.

6. Cek terhadap syarat defleksi maksimum


Besarnya lendutan dihitung dengan mempertimbangkan beban hidup dan beban mati. Menurut
SNI, nilai lendutan maksimum untuk struktur balok ditetapkan sebesar :
L
ΔLL =
360
L
ΔkDL+LL =
240
dimana :
L adalah panjang bentang terbesar balok
k adalah creep factor , untuk kondisi layan kering nilai k=0.5

V-11
Dari hasil desain panjang bentang maksimum balok adalah 3 meter. Besarnya lendutan
maksimum adalah:
L 3000 mm
ΔLL = = = 8.33 mm
360 360
L 3000 mm
ΔkDL+LL = = = 12.5 mm
240 240
Lendutan yang terjadi diperhitungkan berdasarkan beban hidup (LL) dan beban mati (DL).
Besarnya lendutan yang terjadi pada struktur dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut:
5 wLL L4 5 wDL L4
∆LL = dan ∆DL =
384 Ew ′I 384 Ew ′I

dimana:
wLL = qLL
wDL = qDL
1
I= . b. d3
12
Ew ′ = Ew . C M . C t . C i

Dari hasil perhitungan beban diketahui besarnya LL =250 kg/m2 dan DL = 50 kg/m2. Panjang
pengaruh untuk balok induk adalah 3 meter. Berikut adalah perhitungan untuk lendutan.
wLL = qLL = 0.5 m × 250 kg/m2 = 125 kg/m = 1.25 N/mm
wDL = qDL = 0.5 m × 50 kg/m2 = 25 kg/m = 0.25 N/mm
1
I= . (120mm)(120 mm)3 = 17280000 mm4
12

Ew = (15000)(1)(1)(1) = 15000 MPa

5 (1.25 N/m)(3000 mm)4


∆LL = = 5.09 mm
384 (15000MPa)(17280000 mm4 )

5 (0.25 N/m)(3000 mm)4


∆DL = = 1.02mm
384 (15000MPa)(17280000 mm4 )

Dari hasil perhitungan diketahui bahwa:

V-12
L
ΔLL = 5.09 mm < = 8.33 mm
360
k(∆DL ) + ∆LL = (0.5)(1.02 mm) + 5.09 mm = 5.59 mm
L
Δ(kDL+LL) = 5.59 mm < = 12.5 mm
240
Jadi penampang balok anak 120 mm x 120 mm memenuhi persyaratan defleksi maksimum.

7. Panjang bidang tumpu


Panjang bidang tumpu dapat diketahui dari besarnya gaya geser maksimum yang terjadi pada
struktur. Dari hasil perhitungan SAP diketahui bahwa gaya geser maksimum pada struktur
sebesar 411.95 kg atau 4119.5 N. Panjang bidang tumpu kemudian dihitung dengan langkah-
langkah berikut:
F′c⊥ = Fc⊥ . CM . Ct . Ci . Cb
F′c⊥ = (14 MPa)(1)(1)(1)(1) = 14 MPa
Vu 4119.5 N
Aperlu = = = 294.25 mm2
Fc⊥ ′ 14 MPa
Aperlu 294.25 mm2
lb perlu = = = 2.45 mm = 0.245 cm ≈ 0.5 cm
b 120 mm
Jadi panjang bidang tumpu yang diperlukan adalah 0.5 cm.
5.4 DIMENSI KOLOM
Penampang kolom didesain untuk dapat menerima beban aksial (tekan dan tarik) dan lentur. Ada 2
macam pengecekan yang dilakukan, yaitu cek aksial tekan dan kombinasi tekan dan lentur.

Untuk preliminary design, dipilih dimesi dan mutu kolom sebagai berikut :
1. Profil (b x d) : 20 x 20 cm
2. Ag : 400 cm2
3. Mutu kayu adalah E16, sehingga didapat nilai-nilai kekuatan kayu :
- Fb = 35 Mpa
- Ft = 33 Mpa
- Fc’ = 33 Mpa
- Ew = 15.000 Mpa

Kapasitas kolom akan dicek terhadap beban aksial dan lentur yang telah dianalisis dengan software
SAP. Resume nilai-nilai beban yangbekerja pada kolom ialah sebagai berikut :

V-13
Pu = 75825 N
Mu = 11166954 Nmm

5.4.1 Cek terhadap Gaya Aksial Tekan


Sebelum mengecek kapasitas tekan kolom, kita harus terlebih dahulu mengecek stabilitas kolom.
Hal ini diperlukan supaya tidak terjadi tekuk pada kolom yang kita desain.
Perhitungan Kapasitas Nominal Penampang

Pu ≤ λ
Øc Pn

Pn= Fcn x Ag x CM x Ct x CF x CP x Ci
dimana :
Pn = Kapasitas Nominal Penampang
Ag = Luas Penampang Kotor
Fcn = Kekuatan tekan nominal = 33 MPa
λ = Faktor waktu = 0,8 (untuk kombinasi pembebanan 1,2DL + 1,6 LL)
CM = Faktor kadar air = 1 (untuk kayu kering oven)
Ct = Faktor temperature = 1 (untuk temperature normal ≤ 380)
CF = Faktor ukuran = 1 (untuk grade construction standard)
CP = Faktor stabilitas kolom (dihitung terlebih dahulu)
Ci = Faktor goresan = 1 (tanpa takikan)
CT =1
Øc = 0,9
Øs = 0,85
c = 0,9 (untuk kayu laminasi)
Kf = 0,75 (untuk kolom dibaut dimana perhitungan FcE dengan Ley/dy)

 Mencari nilai CP
Ew’ = E x CM x Ct x Ci
= 15000 (1) (1) (1)
= 15000 MPa

σE
KVE = Ew '
5049,7
= 15000
= 0,3366

V-14
E’ min n = 1,03 Ew’ (1-1,645(KVE))
= 1,03 (15000) (1-1,645(0,3366))
= 6894,04 MPa
F*cn = Fcn (CM) (Ct) (CF) (Ci)
= 33 (1) (1) (1) (1) (1)
= 33 MPa
0,822. 𝐸′𝑚𝑖𝑛
𝐹𝑐𝐸𝑛 =
𝐿𝑒 2
( )
𝑑
0,822 .6894,04
= = 14,17 Mpa
202

2
𝐹𝑐𝐸𝑛 𝐹𝑐𝐸𝑛 𝐹𝑐𝐸𝑛
1 + 𝐹 ∗ 𝑐𝑛 1 + 𝐹 ∗ 𝑐𝑛
𝐶𝑝 = 𝐾𝑓 . − √( ) − ∗ 𝑐𝑛
𝐹
2𝑐 2𝑐 𝑐

14,17 14,17 2 14,17


1+ 1+
𝐶𝑝 = 0,75 . 33 − √( 33 ) − 33
2 (0,9) 2 (0,9) 0,9

Cp = 0,302

P’ = Fcn x A x CM x Ct x CF x CP x Ci
= 33 x 40000 x 1 x 1 x 1 x 1 x 0,302 x 1
= 398.220,5 N

Pu ≤ λ
Øc Pn

75825 N ≤ 0,8 x 0,9 x 398.220,5 N


75825 N ≤ 286.718,8 N (ok!)
Dengan demikian penampang kuat menahan gaya yang bekerja.

5.4.2 Cek Terhadap Kombinasi Tekan dan Momen

Pengecekan kekuatan terhadap tegangan tekan dan momen

V-15
2  
 fcu   1  fbxu
 '    ' 1
 F cn   1  fcu  F bxn
 FcExn 

Dimana :
 Fcu = tegangan tekan terfaktor
Pu
75825
= A =40000 = 1,896 N/mm2

 F’cn = tegangan tekan koreksi


F’cn = Fcn x CM x Ct x CF x CP x Ci
= 33 (1) (1) (1) (0,302) (1)
= 9,956 Mpa

 FcExn = tegangan tekuk kritis Euler sumbu x-x


𝟎, 𝟖𝟐𝟐. 𝑬′𝒎𝒊𝒏
𝑭𝒄𝑬𝒙𝒏 =
𝑳𝒆 𝟐
( )
𝒅
FcExn =14,167 (sudah dihitung pada cek tekan)

 Fbxu = tegangan lentur terfaktor pada sumbu-x


Mu
𝑀𝑢
fbxu = S = 1
𝑏𝑑 2
6

= 8,375 Mpa (sudah dihitung pada cek tekan)

 F’bxn = tegangan lentur terkoreksi pada sumbu x-x


F’bxn = Fb x CM x Ct x CF x Ci x Cr
dimana :
CM = Faktor kadar air = 1 (untuk kayu kering oven)
Ct = Faktor temperature = 1 (untuk temperature normal ≤ 380)
CF = Faktor ukuran = 1 (untuk grade construction standard)
Ci = Faktor goresan = 1 (tanpa takikan)
Cr = Faktor koreksi pembagi beban = 1,05 (untuk kayu glulam)

V-16
Maka,
F’bxn = 35 x 1 x 1 x 1 x 1 x 1,05
= 36,75 Mpa
Maka :
𝑓𝑐𝑢 2 1 𝑓𝑏𝑥𝑢
(𝑓𝑐𝑛) + (1−𝑓𝑐𝑢/𝑓𝑐𝑛) 𝑥 𝑓′𝑏𝑥𝑛
≤1

1,896 2 1 8,375
(9,956) + (1−1,896/9,956) 𝑥 36,75
≤1

0,3 ≤1 (ok!)
Dengan demikian penampang kuat menahan gaya yang bekerja.
5.5 DIMENSI KUDA-KUDA
5.5.1 Kuda-Kuda Miring
Cek terhadap Gaya Aksial Tarik
Dalam pemeriksaan kapasitas terhadap tarik penampang, dengan membandingkan tegangan-
tegangan kerja akibat berbagai kombinasi, kemudian diambil tegangan maksimum. Jika telah
memenuhi syarat kekuatan maka profil tersebut juga menahan beban yang diberikan di bagian
bentang lain.
Elemen ukuran 12 x 12 cm
1. Profil : 120 mm x 120 mm
2. Ag : 120 x 120 = 14400 mm2
3. Gaya Ultimate (Tu) : 7464.21 N

 Perhitungan Kapasitas Nominal Penampang


 Kekuatan terhadap tarik

Tu ≤
Øt Tn

 Untuk kapasitas terhadap tarik


Tn= Ftn x An x λ x CM x Ct x CF x Ci
dimana :
Tn = Kapasitas Nominal Penampang
Ag = Luas Penampang Kotor = 14400 mm2
Ftn = Kekuatan tarik nominal (untuk kayu E16 = 33MPa )
An = Luas Penampang Efektif
= (Ag – Diameter baut x Tebal kayu)
=14400 – (10 x 222.25) = 12177.5 mm2

V-17
Øt = 0,8
λ = Faktor waktu = 0,8 (untuk kombinasi pembebanan 1,2DL + 1,6 LL)
CM = Faktor kadar air = 1 (untuk kayu kering oven)
Ct = Faktor temperature = 1 (untuk temperature normal ≤ 380)
CF = Faktor ukuran = 1 (untuk grade construction standard)
Ci = Faktor Takikan = 1
Øt Tn =
Øt Ftn x An x λ x CM x Ct x CF x Ci

= 0,8 x 33 x x 12177.5 x 1 x 1 x 1 x 1
= 257188.8 N
Dari hasil perhitungan kapasitas rencana tarik diperoleh
Øt Tn = 257188.8 > Tu = 7464.21

Sehingga penampang kuat menahan gaya yang bekerja.

Cek terhadap Gaya Aksial Tekan


Dalam analisis terhadap gaya tekan perlu diperhatikan batasan-batasan terhadap tekuk selain batas
kapasitas tekan kayu itu sendiri.
Elemen ukuran 120 mm x 120 mm
1. Profil : 120 mm x 120 mm
2. Ag : 14400 mm2
3. Gaya Ultimate (Pu) : 7738.02 N

 Perhitungan Kapasitas Nominal Penampang


 Kekuatan terhadap tekan
Øc
Pu ≤ Pn
 Untuk kapasitas terhadap tekan
Pn= Fcn x A x λ x CM x Ct x CF x CP x Ci
dimana :
Pn = Kapasitas Nominal Penampang
Ag = Luas Penampang Kotor = 14400 mm2
Fcn = Kekuatan tekan nominal = 33 MPa
λ = Faktor waktu = 0,8 (untuk kombinasi pembebanan 1,2DL + 1,6 LL)
CM = Faktor kadar air = 1 (untuk kayu kering oven)

V-18
Ct = Faktor temperature = 1 (untuk temperature normal ≤ 380)
CF = Faktor ukuran = 1 (untuk grade construction standard)
CP = Faktor stabilitas kolom
Ci = Faktor Takikan = 1
= 0,95 (untuk modulus elastisitas)
Øc = 0,9
C = 0,9
Ew’ = E (CM) (Ct) (Ci)
= 15000 (1) (1) (1) = 15000 MPa
σE
'
KVE = Ew = 0.3366
E’ min n = 1,03 Ew’ (1-1,645(KVE))
= 1,03 (1500) (1-1,645(0,3366))
= 6894.04081 MPa
0.822 × E ′ min
Fce =
le
( )2
d
Fce = 6.765 MPa

F*cn = Fcn (Øc) (λ) (CM) (Ct) (CF) (Ci)


= 33 (0,9) (0,8) (1) (1) (1) (1)
= 33 MPa
2
Fce Fce Fce
1 + Fc ∗ 1 + Fc ∗ ∗
Cp = Kf × − √( ) − Fc
2c 2c c
[ ]
c = 0.9
Kf = 0.75
le = √(3)2 − 1.753 = 3.473 m = 347.3 cm
d = 12 cm
le/d = 28.9425 < 50, OK!
𝐂𝐩 = 𝟎. 𝟏𝟓
Fc’ = Fcn x CM x Cf x Ct x Ci x Cp
Fc’ = 4.95 MPa
Pn = Fc’ x Ag x 100

V-19
= 4.95 x 14400 x 100
= 71280.483 MPa

λ
Øc Pn = 0.8 x 0,9 x 71280.483 = 51321.9477 N ≥ Pu = 7738.02 N

Sehingga penampang kuat menahan gaya yang bekerja.


Cek terhadap Kombinasi Tarik dan Momen
Cek Tarik untuk penampang bersih
T = 7464.21 N
An = 12177.5 mm2
Ftu = 0.613 MPa
Cek Tarik untuk penampang kotor
T = 7464.21 N
Ag = 14400 mm2
Ftu = 0.5813 MPa
Ftu Max = 0.591265 MPa
Cek Lentur
Mu = 8856.870 Nm
B = 12 cm
D = 12 cm
Sx = 0.000288 m3
Fbu = M/Sx = 30753023.2 N/m2 = 30.753 MPa
Cek Lentur ditambah Tarik
Ftu/Ftn’ + Fbu/Fbn* ≤ 1
0.613/33 + 30.753/36.75 = 0.8554 ≤ 1, OK!
Cek Lentur Minus Tarik
Fbu-Ftu/Fbn** ≤ 1
Fbn** = Fb x CM x Cf x Ct x Ci x Cr, dengan Cr = 1.05
Fbn** = 35 x 1 x 1 x 1 x 1 x 1.05
Fbn** = 36.75 MPa
Fbu-Ftu/Fbn** = 0.8227 ≤ 1, OK!!
5.5.2 Kuda-kuda Lurus
Cek terhadap Gaya Aksial Tarik
Dalam pemeriksaan kapasitas terhadap tarik penampang, dengan membandingkan tegangan-
tegangan kerja akibat berbagai kombinasi, kemudian diambil tegangan maksimum. Jika telah

V-20
memenuhi syarat kekuatan maka profil tersebut juga menahan beban yang diberikan di bagian
bentang lain.
Elemen ukuran 12 x 12 cm
1. Profil : 120 mm x 120 mm
2. Ag : 120 x 120 = 14400 mm2
3. Gaya Ultimate (Tu) : 189.14 Kg
4. Gaya Geser Ultimate (Vu) : 457.9 Kg
 Perhitungan Kapasitas Nominal Penampang
 Kekuatan terhadap tarik

Tu ≤
Øt Tn

 Untuk kapasitas terhadap tarik


T ′ = Ft′ × An
T ′ = 33 × 12622
T ′ = 41652.6 kg
Dari hasil perhitungan kapasitas rencana tarik diperoleh
λΦtT’ = 26657.664 > Tu = 189.14 kg
Sehingga penampang kuat menahan gaya yang bekerja.

Cek terhadap Lentur


Elemen ukuran 120 mm x 120 mm
1. Profil : 120 mm x 120 mm
2. Ag : 14400 mm2
3. Momen Ultimate (Mu) : 341.62 kg.m
Fb’ = Fb x Ct x Cf x Ci x Cr x Cfu x Cl
Fb’ = 40.25 MPa
Sx = 288000 mm3
M’ = Fb’/Sx = 1159.2 kg.m
λΦtM’ = 788.256 > Mu = 341.62 kg
Penampang mampu menahan momen ultimate yang bekerja.
Cek terhadap Geser
Elemen ukuran 120 mm x 120 mm
1. Profil : 120 mm x 120 mm
2. Ag : 14400 mm2

V-21
3. Geser Ultimate (Vu) : 457.9 kg
Fv’ = Fv x CM x Ct x Ci
Fv’ = 5.2 MPa
V’ = 2/3 x Fv’ x Ag = 4992 kg
λΦtV’ = 4992 > Vu = 457.9 kg
Penampang mampu menahan Geser ultimate yang bekerja.
Cek terhadap Defleksi Atap Lurus
Elemen ukuran 120 mm x 120 mm
1. Profil : 120 mm x 120 mm
2. Ag : 14400 mm2
3. Ew’ : 15000 MPa
4. I : 17280000 mm4
5. qLL : 153.33 kg/m
6. qDL : 90 kg/m
7. wLL : 0.76667 N/mm
8. wDL : 0.45 N/mm
9. L :3m
10. Lendutan Izin : L/360 = 8.333 mm
11. Lendutan beban hidup = 3.12 mm
12. Lendutan beban mati = 1.831 mm
Atap mempunyai nilai defleksi akibat beban hidup dan beban mati kurang dari lendutan izin
Cek terhadap Kombinasi Tarik dan Momen
Cek Tarik untuk penampang bersih
T = 189.14 kg = 1891.4 N
An = 12622 mm2
Ftu = 0.15 MPa
Cek Tarik untuk penampang kotor
T = 1891.4 N
Ag = 14400 mm2
Ftu = 0.1313 MPa
Ftu Max = 0.15 MPa
Cek Lentur
Mu = 341.62 kg.m = 3416200 N.mm
B = 12 cm

V-22
D = 12 cm
Sx = 0.000288 m3
Fbu = M/Sx = 11.861 MPa
Cek Lentur ditambah Tarik
Ftu/Ftn’ + Fbu/Fbn* ≤ 1
0.15/33 + 11.861/40.25 = 0.3 ≤ 1, OK!!
Cek Lentur Minus Tarik
Fbu-Ftu/Fbn** ≤ 1
Fbn** = Fb x CM x Cf x Ct x Ci x Cr, dengan Cr = 1.05
Fbn** = 35 x 1 x 1 x 1 x 1 x 1.15
Fbn** = 40.25 MPa
Fbu-Ftu/Fbn** = 0.3 ≤ 1, OK!!

V-23
BAB VI
SAMBUNGAN

6.1 PERHITUNGAN SAMBUNGAN KUDA-KUDA DENGAN BALOK


Penghubung kuda-kuda dengan balok dengan menggunakan sambungan tipe gigi.
Dengan cara trial and error, kita mendapatkan sambungan yang paling tepat yang memenuhi:

Diketahui:
Nu = 28309,55N
b = 18 cm
h = 18 cm
α = 31o = 0,54 rad
ϕv = 0,75
λ =1
Fv = 520 N/cm2 (mutu E16)
1. Menentukan tm, lm, dan em
Dicoba:
tm = 3 cm (tm ≤ 1/3 b)
lm = 22 cm (lm ≥ 1,5h; lm ≥ 20 cm)
em = 1,5 cm
2. Menghitung faktor koreksi (C)
CM = 0,97 (balok kayu)
Ct =1 (suhu ≤ 38oC)
Ci = 0,8
3. Menghitung Fv terkoreksi (Fv’)
Fv’ = Fv.C = 403,52 N/cm2
4. Cek memenuhi atau tidak

24281,35 ≤ 25681,17 OK!

VI-1
Kesimpulan: digunakan sambungan gigi dengan tm = 3 cm; lm = 22 cm; dan em = 1,5 cm

6.2 PERHITUNGAN SAMBUNGAN BALOK DENGAN BALOK


Penghubung balok dengan balok dengan menggunakan sambungan baut.
Dengancaratrial and error, kitamendapatkansambungan yang paling tepat yang memenuhi:
Zu ≤ λ.φz.Z’
Diketahui:
Em = 1500000 N/cm2
Es = 1500000 N/cm2
Am = 324 cm2
As = 324 cm2
tm = 10 cm
ts = 10 cm
θ = 0o = 0 rad
G = 0,84 g/cm3(kayumerbau)

1. Menentukan D, nf, nr, dan ni


Diambil:
D = 1,5 cm
nf = 4 buah
nr = 2 baris
ni = 10 buah
2. Menghitung (EA)m, (EA)s, dan REA
(EA)m = 4,86.107 N
(EA)s = 4,86.107 N
REA = (EA)min/(EA)max = 1
3. Menghitung faktor koreksi Cg

γ = 0,246.D1,5 kN/mm = 142913,09 N/cm (sambungan kayu ke kayu)

VI-2
s = 8 cm
Didapat u = 1,023525, m = 0805 , ai = 7,961
Cg = 7,961
4. Menghitung faktor koreksi CΔ
karena D 1.5 cm
0.590551181 inch > 0.25 inch
Jadi, jarak alat penyambung untuk tepi, dipinggir, atau jarak dalam satu baris harus
diperhatikan
jarak ujung dengan tipe pembebanan pada serat kayu lunak = min 3,5D dan max 7D
jarak tepi dengan tipe pembebanan tepi pada serat dengan pembebanan tepi min N/A dan max
4D
spasi dlm satu baris dgn pembebanan pada serat min 3D dan max 4D
spasi dalam satu baris dgn pembebanan pada serat l/D > 6 dgn min N/A dan max 5D
Tabel 6.1 Spasi Penyambung Balok Dengan Balok

Didapat CΔ = 1

5. Menentukan Fyb, Fes, Fem


Diambil Fyb = 41000 N/cm2
Fem = 7200 N/cm2
Fes = 7200 N/cm2
6. Menghitung Re dan Rt
Re = Fem/Fes = 1
Rt = tm/ts = 1,4
7. Menghitung k1, k2, dan k3

VI-3
Setelah dihitung didapat k1 = 0,5088 , k2 =1,03242 , k3 = 1,06307
8. Menentukan besar Z
Mode Kelelahan 1

Z= 125496 N
Mode Kelelahan 2

Z=89640 N
Mode Kelelahan 3

Z= 5110,39 N
Mode Kelelahan 4

Z= 54115,4 N
Mode Kelelahan 5

Z= 39801,3 N
Mode Kelelahan 6

Z=23212 N
Diambil yang paling minimum, Z = 5110,39 N =421,469 kgf
9. Menghitung Z terkoreksi (Z’)
Z’ = Z.Cg.CΔ = 4151,354 N
10. Cek memenuhi persamaan atau tidak
Zu ≤ λ.θz.Z'
2579,2 ≤ 2698,38 OK!

Kesimpulan : adigunakan sambungan baut dengan D = 1,5 cm; nf = 4 buah; nr = 2 baris; ni = 10


buah

VI-4
6.3 PERHITUNGAN SAMBUNGAN KOLOM DENGAN BALOK
Diketahui:
Em = 1500000 N/cm2
Es = 1500000 N/cm2
Am = 400 cm2
As = 324 cm2
tm = 14 cm
ts = 10 cm
θ = 0o = 0 rad
G = 0,84 g/cm3(kayumerbau)
1. Menentukan D, nf, nr, dan ni
Diambil:
D = 1,5 cm
nf = 4 buah
nr = 2 baris
ni = 10 buah
2. Menghitung (EA)m, (EA)s, dan REA
(EA)m = 6.107 N
(EA)s = 4,86.107 N
REA = (EA)min/(EA)max = 0,81
3. Menghitung faktor koreksi Cg

γ = 0,246.D1,5 kN/mm = 142913,09 N/cm (sambungan kayu ke kayu)


s = 8 cm
Didapat u = 1,005, m = 0,902, ai = 0,949
Cg = 7,654
4. Menghitung faktor koreksi CΔ
karena D 1.5 cm
0.590551181 inch > 0.25 inch

VI-5
Jadi, jarak alat penyambung untuk tepi, dipinggir, atau jarak dalam satu baris harus
diperhatikan
jarak ujung dengan tipe pembebanan pada serat kayu lunak = min 3,5D dan max 7D
jarak tepi dengan tipe pembebanan tepi pada serat dengan pembebanan tepi min N/A dan max
4D
spasi dlm satu baris dgn pembebanan pada serat min 3D dan max 4D
spasi dalam satu baris dgn pembebanan pada serat l/D > 6 dgn min N/A dan max 5D
Tabel 6.2 Spasi Penyambung Kolom Dengan Balok

Didapat CΔ = 1
5. Menentukan Fyb, Fes, Fem
Diambil Fyb = 41000 N/cm2
Fem = 7200 N/cm2
Fes = 7200 N/cm2
6. Menghitung Re dan Rt
Re = Fem/Fes = 1
Rt = tm/ts = 1,4
7. Menghitung k1, k2, dan k3

Setelah dihitung didapat k1 = 0,5088 , k2 =1,03242 , k3 = 1,06307


8. Menentukan besar Z
Mode Kelelahan 1

Z= 125496 N

VI-6
Mode Kelelahan 2

Z=89640 N
Mode Kelelahan 3

Z= 5110,39 N
Mode Kelelahan 4

Z= 54115,4 N
Mode Kelelahan 5

Z= 39801,3 N
Mode Kelelahan 6

Z = 23212 N
Diambil yang paling minimum, Z = 5110,39 N =421,469 kgf
9. Menghitung Z terkoreksi (Z’)
Z’ = Z.Cg.CΔ = 3990,04 N
10. Cek memenuhi persamaan atau tidak
Zu ≤ λ.θz.Z'
2579,2 ≤ 1.0,65. 3990,04
2579,2 ≤ 2593,52 OK!

Kesimpulan : Digunakan sambungan baut dengan D = 1,5 cm; nf = 4 buah; nr = 2 baris; ni = 10


buah

VI-7

Anda mungkin juga menyukai