Disusun oleh:
2023
LEMBAR PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
Pada akhirnya, penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
belum sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
untuk meningkatkan mutu penulisan karya tulis di masa mendatang. Semoga
Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca pada
umumnya
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitan ...................................................................................... 2
iv
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Data Hasil Pengamatan ........................................................................... 10
B. Pembahasan ............................................................................................. 11
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 13
B. Saran ........................................................................................................ 13
v
ABSTRAK
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Minyak jelantah adalah minyak yang berasal dari sisa sisa minyak
penggorengan bahan makanan, minyak jelantah yang telah di gunakan lebih dari
dua atau tiga kali penggorengan sudah di kategorikan sebagai limbah karena dapat
merusak lingkungan dan dapat menimbulkan sejumlah penyakit contohnya seperti
tekanan darah tinggi. Minyak jelantah mengandung senyawa yang bersifat
karsinogenik yang terjadi selama proses penggorengan, jadi jelas bahwa
pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak kesehatan tubuh
manusia karna mengandung senyawa karsinogen. Ciri ciri minyak jelantah atau
yang lebih di kenal sebagai minyak goreng bekas berwarna coklat kekuning –
kuningan berbau tidak sedap dan terdapat endapan.
Sabun adalah garam natrium dan kalium dari asam lemak yang berasal dari
minyak nabati dan lemak hewani. Sabun yang di gunakan sebagai pembersih
dapat berwujud padat (keras), lunak dan cair. Perbedaan antara minyak dan lemak
adalah wujud keduanya dalam keadaan ruang. Minyak akan berwujud cair pada
temperatur ruang (±28°C), sedangkan lemak akan berwujud padat. Fungsi sabun
adalah salah satu kelengkapan mandi yang wajib ada di dalam kamar mandi.
Hampir semua orang mempunyai sabun mandi dirumahnya dan hampir semua
orang bisa dipastikan selalu menggunakan sabun mandi ketika ia hendak mandi.
Fungsi utama dari sabun mandi adalah untuk membersihkan diri dari berbagai
macam kotoran dan kuman. Karena mempunyai fungsi atau peranan yang begitu
penting pasti setiap orang akan membutuhkannya
Pertumbuhan jumlah penduduk yang disertai dengan perkembangan industri,
restoran, dan usaha makanan cepat saji menghasilkan minyak goreng bekas
(jelantah) dalam jumlah yang besar. Bahaya dari mengkonsumsi minyak goreng
bekas (jelantah) dapat menimbulkan penyakit, namun jika minyak goreng bekas
(jelantah) tersebut dibuang sangat tidak efisien dan mencemari lingkungan dan
termasuk jenis sampah anorganik. Karena itu minyak goreng bekas (jelantah)
dapat dimanfaatkan menjadi produk sabun cuci piring atau sabun cuci baju.
1
Berdasarkan uraian di atas, diupayakan pemecahan permasalahan tersebut
dalam sebuah pengamatan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Pemanfaatan Limbah
Minyak Jelantah Menjadi Sabun Cuci Anti Nyamuk”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, permasalahan yang akan
dikaji dalam pengamatan Karya Tulis Ilmiah ini adalah: Apakah limbah minyak
jelantah dapat dimanfaatkan sebagai sabun cuci anti nyamuk?.
C. Tujuan Penelitian
Dengan dirumuskannya permasalahan di atas, maka tujuan pengamatan
Karya Tulis Ilmiah ini adalah: Memanfaatkan Limbah Minyak Jelantah Menjadi
Sabun Cuci Anti Nyamuk.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Sejarah Sabun
Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun
sendiri tidak pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan
campuran antara senyawa alkali dan lemak/minyak. Bahan pembuatan sabun
terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku dalam
pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan
pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas produk
sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum
dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya natrium klorida, natrium
karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna. (Fauzan Suheri, 2010).
2. Pembuatan Sabun
Sabun dibuat dengan cara mencampurkan larutan NaOH / KOH dengan
minyak atau lemak. Melalui reaksi kimia, NaOH / KOH mengubah Minyak /
Lemak menjadi Sabun. Proses ini disebut Saponifikasi.
Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalah
reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan
gliserin. Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :
C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH → C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR
Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai
produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk
samping juga memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari
asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah
larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan
yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil,
melainkan larut dalam bentuk ion. (Yissa Luthana, 2010). Sabun pada umumnya
dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat. Perbedaan utama dari
kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi pembuatan
3
sabun. Sabun padat menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik (NaOH),
sedangkan sabun cair menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali.
Selain itu, jenis minyak yang digunakan juga mempengaruhi wujud sabun yang
dihasilkan. Minyak kelapa akan menghasilkan sabun yang lebih keras dari pada
minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak biji katun.
Adapun keunggulan sabun padat di banding sabun jenis lain adalah sabun
padat memiliki kandungan gliserin yang bagus untuk mereka yang punya masalah
kulit eksim. Tapi sabun padat memiliki kadar pH yang lebih tinggi. Karena itu,
sabun padat lebih mudah membuat kulit kering. Kulit kering ini menjadikan
penyembuhan lambat ketika kulit terluka. Meski begitu, belakangan ini ada sabun
padat yang mulai diproduksi dengan kandngan pH netral sehingga tak
mengeringkan kulit lagi. Dan juga sabun padat memiliki tingkat pencemaran yang
lebih rendah sehingga tidak akan terlalu membahayakan hewan lain yang berada
di selokan. Sebenarnya air-air di selokan ini sebagian besar akan mengalir ke satu
tempat kemudian airnya dipakai oleh pdam untuk dijernihkan kemudian
digunakan untuk dijual kembali ke konsumen. Hal ini lah sebenarnya yang
menyebabkan pdam mengalami kesulitan untuk menjernihkan air sehingga pada
akhirnya banyak air di banyak kota sekarang menjadi tidak layak untuk diminum.
3. Klasifikasi Sabun
Secara teknis, semua sabun adalah “Sabun Gliserin”. Dalam sabun produksi
pabrik, gliserin yang berlebihan pada sabun akan dibuang. Sehingga pada sabun
buatan sendiri kaya akan gliserin karena tidak ada pembuangan gliserin. Di
pasaran, istilah Sabun Gliserin menunjuk pada sabun bening. Biasanya sabun
yang bening mempunyai ekstra gliserin yang di tambahkan untuk menghasilkan
sabun yang berkhasiat melembabkan kulit. Gliserin adala “pelembab”. Senyawa
ini membawa kelembaban sendiri: berdasarkan teorinya, jika anda membasuhi
tangan dengan sabun gliserin, maka akan tersisa lapisan tipis gliserin yang
memberi kelembaban di kulit.
Sabun dasar yang bening dapat dibeli dalam bentuk balok besar dan dapat di
lelehkan, di warnai dan di beri dan kemudian dicetak. Jenis sabun ini di beri nama
“lelehkan dan tuangkan” sedangkan seni melelehkan dan menuangkan sabun ini
4
disebut “peniangan sabun” cara ini sangat popular karena mudah di lakukan,
karena tidak memerlukan perlengkapan kesekematan,bahkan anak anakpun dapat
mengerjakannya.
Andapun dapat membuat sabun dari parutan sabun dasar. Cara ini di lakukan
melalui proses dingin terlebih dahulu kemudian baru di tambahi alcohol untuk
memjernihkan dan gliserin serta gula untuk melarutkna dan meningkatkan
kejernihan. Poses ini sengat berbahaya karna adanya uap alcohol. (Fauzan, 2010).
5
5. Bahaya Minyak Goreng Bekas (Jelantah)
Selama penggorengan, minyak goreng akan mengalami pemanasan pada
suhu tinggi 160-250oC dalam waktu yang cukup lama. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya proses oksidasi, hidrolisis dan polimerisasi yang menghasilkan
senyawa-senyawa hasil degradasi minyak seperti keton, aldehid dan polimer yang
merugikan kesehatan manusia. Proses-proses tersebut menyebabkan minyak
mengalami kerusakan. Kerusakan utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik,
sedangkan kerusakan lain meliputi peningkatan kadar asam lemak bebas (FFA),
bilangan iodin, timbulnya kekentalan minyak, terbentuknya busa, adanya kotoran
dari bumbu yang digunakan dan bahan yang digoreng (Ketaren, 1986).
Penggunaan minyak berkali-kali dengan suhu penggorengan yang cukup tinggi
akan mengakibatkan minyak menjadi cepat berasap atau berbusa dan
meningkatkan warna coklat pada bahan makanan yang digoreng dengan rupa yang
kurang menarik dan cita rasa yang tidak enak Kerusakan minyak goreng yang
berlangsung selama penggorengan akan menurunkan nilai gizi dan mutu bahan
yang digoreng. Namun jika minyak goreng bekas tersebut dibuang selain tidak
ekonomis juga akan mencemari lingkungan (Ketaren, 1986).
B. Hipotesis
Hipotesis dalam pengamatan Karya Tulis Ilmiah ini adalah :
H0 : Limbah minyak jelantah dapat dimanfaatkan menjadi sabun cuci anti
nyamuk
H1 : Limbah minyak jelantah tidak dapat dimanfaatkan menjadi sabun cuci
anti nyamuk
6
BAB III
METODE PENELITIAN
7
12. Masker
13. Face shield
14. Celmek
15. Tisu basah
Bahan yang di gunakan meliputi:
1. Soda api
2. Arang
3. Pewarna makanan
4. Pewangi ruangan
5. Air
6. Minyak goreng bekas (jelantah)
7. Pewangi pakaian
8. Batang sereh
C. Pelaksanaan Penelitian
Pengamatan Pemanfaatan Limbah Minyak Jelantah Menjadi Sabun
Cuci Anti Nyamuk didahului dengan pembuatan sabun cuci. Proses
pembuatan sabun cuci yaitu :
1. Siapkan alat dan bahan terlebih dahulu
2. Potong sereh kecil – kecil kemudian siapkan air di atas kompor dan didihkan
3. Setelah air mendidih, masukkan sereh ke air tersebut dan rebus sampai
beraroma harum
4. Saring air sereh dan ditempatkan ke wadah takaran hingga 50 ml lalu
dituangkan pada baskom besar.
5. Di dalam baskom yang berisi air sereh dimasukkan soda api sebanyak 3
sendok makan (30 gram) dengan hati-hati. Aduk hingga menjadi larutan
homogen. Pada proses ini, diharapkan menggunakan masker dan dilengkapi
dengan faceshield untuk menghindari gas yang timbul akibat pencampuran
air dan soda api. Kemudian ditunggu sampai suhunya sekitar 35 0C
6. Selanjutnya tuang minyak goreng bekas (jelantah) sebanyak 200 ml dan
campurkan pada baskom yang berisi air sereh dan soda api. Aduk hingga
menjadi larutan homogen dan tekstur mengental.
8
7. Masukkan pewarna agar tampilan sabun menarik dan diaduk lagi hingga
merata.
8. Siapkan wadah cetakan bermotif, tuang adonan sabun ke wadah cetakan
tersebut secepatnya sebelum adonan sabun mengental
9. Diamkan selama 24 jam hingga mengeras dan dapat dilepaskan dari cetakan
10. Sabun minyak goreng jelantah aroma sereh didiamkan sekitar 14 hari untuk
proses menghilangkan bau minyak jelantah dan proses kimia soda api.
D. Analisis Data
Pada percobaan pertama, soda api terlalu kebanyakan sehingga
mengakibatkan adonan padat terlebih dahulu sebelum di cetak. Kemudian
percobaan kedua tidak ada kekurangan dan kesalahan, semua bahan yang
di masukkan sudah pas sesuai takaran.
9
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
250
200
150
100
50
0
Volume air Volume Minyak Jelantah Prosentase Kadar air
A1 A2 A3
10
ini, air yang digunakan adalah air rebusan sereh. Sereh merupakan bahan alami
untuk mengusir nyamuk.
Dari percobaan awal ini, hasil adonan sabun cuci lebih cepat mengental.
Hasilnya, sabun yang sudah padat terlalu berminyak dan jika digunakan sulit
untuk dibilas. Baunya pun masih khas bau minyak jelantah.
Pada percobaan kedua, air yang dicampurkan dengan minyak jelantah
menggunakan perbandingan 1 : 3. Artinya, air sebanyak 100 ml dan minyak
jelantah 300 ml serta soda api sebanyak 30 gram. Dalam hal ini, air yang
digunakan tetap menggunakan air rebusan sereh. Hasilnya, tekstur adonan sabun
lebih padat dan lebih mudah dibilas daripada percobaan awal.
Pada percobaan ketiga, air yang dicampurkan dengan minyak jelantah
menggunakan perbandingan 1 : 4. Artinya, air sebanyak 50 ml dan minyak
jelantah 200 ml serta soda api sebanyak 30 gram. Air yang digunakan tetap air
rebusan sereh. Hasilnya, tekstur adonan sabun lebih mudah dibilas dan lebih
kesat.
B. Pembahasan
Untuk menghasilkan sabun dengan tekstur lunak dan mudah dibilas, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan Kadar air dan minyak jelantah yang
dicampurkan mempengaruhi tekstur sabun. Untuk hasil lebih maksimal,
digunakan perbandingan sebesar 1 : 4 untuk air dan minyak jelantah, artinya 50
ml air dan 200 ml minyak jelantah dengan komposisi soda api sebanyak 30 gram.
Saat pengadukan adonan sabun (air, minyak jelantah, dan soda api), semakin lama
pengadukan, maka sabun yang dihasilkan juga semakin banyak karena kadar air
yang dihasilkan semakin rendah.
Dalam pengamatan ini, soda api (NaOH) diperlukan dalam pembuatan sabun
selain minyak jelantah. Saat soda api dicampurkan dengan minyak jelantah maka
akan terbentuklah sabun.
Minyak goreng yang sudah digunakan (minyak jelantah) merupakan salah
satu limbah jika dibuang sembarangan karena dapat mencemari lingkungan dan
termasuk sampah anorganik. Apabila minyak jelantah dikonsumsi secara terus
menerus, maka dapat membahayakan kesehatan. Melalui pengamatan ini, minyak
11
jelantah dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku utama pembuatan sabun cuci
piring ataupun sabun cuci baju. Tentunya pembuatannya menggunakan komposisi
yang sesuai. Proses pembuatan sabun menggunakan minyak jelantah ini
membantu mengolah limbah yang tidak terpakai dan berbahaya menjadi sesuatu
yang berdaya guna tinggi.
Penggunaan sereh sebagai bahan tambahan pembuatan sabun dalam
pengamatan ini karena sereh bermanfaat untuk kesehatan, seperti meningkatkan
kualitas tidur dan menghilangkan rasa sakit. Minyak atsiri dari bahan sereh ini
bisa mengusir nyamuk, menyegarkan udara, dan mengurangi stress.
12
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa data hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa minyak
jelantah dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan sabun cuci baju dan
sabun cuci piring. Dalam proses pembuatan sabun, komposisi antara air, minyak
jelantah dan soda api harus tepat agar terbentuk sabun dengan tekstur lunak.
Komposisi yang lebih baik adalah 50 ml air, 200 ml minyak jelantah, dan 30 gram
soda api.
B. Saran
Berdasarkan hasil pengamatan pemanfaatan minyak jelantah sebagai bahan
pembuatan sabun cuci yang sudah dilakukan, dapat dikemukakan saran-saran
yang dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnyasebagai berikut:
1. Sebelum digunakan, minyak jelantah direndam dulu dengan arang atau kulit
buah pisang
2. Perlu pengamatan lagi dalam hal penggunaan bahan tambahan lain dalam
pengolahan sabun dari minyak jelantah
13
DAFTAR PUSTAKA
14
LAMPIRAN
15
Gambar 4. Penyaringan Campuran Sereh
16
Gambar 7. Pengadukan Air Sereh dan Soda Api
17
Gambar 9. Pemberian Bahan Tambahan Pewarna
18
Gambar 12. Proses Cetak
19