Anda di halaman 1dari 2

Assalamu’alaikum wr. Wb.

Salam sejahtera bagi kita semua.


Yang terhormat Bapak Kepala Sekolah SDN 2 Kalikuning, yang kami hormati Bapak/Ibu Guru
dan teman-teman yang kami banggakan. Pertama-pertama, marilah kita panjatkan puji dan
syukur kepada Allah SWT atas Ridho-Nya karena sampai saat ini kita masih dalam keadaan
sehat wal’afiat.
Pada kesempatan kali ini saya ingin menyampaikan pidato yang bertema Isra’ Mi’raj Nabi
Muhammad SAW dengan judul wahyu yang diterima Nabi Muhammad SAW dalam Isra’
Mi’raj.
Isra’ Mi’raj merupakan serangkaian peristiwa spiritual yang dialami oleh, Nabi Muhammad
SAW dan menjadi satu dari mukjizat beliau. Secara etimologi atau arti kata Isra’ berarti berjalan
atau perjalanan sedangkan Mi’raj artinya naik.
Kemudian secara istilah Isra’ Mi’raj diartikan sebagai perjalanan Rosulullah SAW dari Masjidil
Haram ke Masjidil Aqsa pada malam hari kemudian ke Sidratul Muntaha untuk menarima
wahyu salat lima waktu.
Sebagaimana firman Allah dalam Surah Al Isra ayat 1 yang berbunyi :
Sub-hanallazi asra bi’abdihi lailam minal-masjidil-harami ilal-masjidil-aqsallazi barakna haulahu
linuriyahu min ayatina, innahu huwas-sami’ul-basir.
Artinya : Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al
Masjidil
Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami
perlihatkan
kepadanya sebagai dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnnya dia adalah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Hadirin yang dimuliakan Allah.
Dalam peristiwa tersebut, Nabi Muhammad sampai ke langit ketujuh dan bertemu Allah di
Sidratul Muntaha. Disana, beliau menerima wahyu salat sebanyak 50 waktu dalam sehari Nabi
pun menyanggupinya. Saat kembali, Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Musa, Nabi Musa
kemudian mengingatkan Nabi Muhammad untuk meminta keringanan kepada Allah karena
Umat Nabi Muhammad tak akan sanggup menjalankan salat fardhu sebanyak itu.
Nabi Muhammad setuju dengan pendapat Nabi Musa. Lalu, beliau kembali menghadap Allah
dan meminta keringanan. Setelah mendapat keringanan, beliau bertemu Nabi Musa dan
disarankan untuk meminta keringanan lagi, karena jumlahnya dianggap masih memberatkan.
Beliaupun kembali menghadap Allah dan meminta keringanan lagi. Permintaan itu beliau
lakukan beberapa kali. Setiap kali beliau meminta keringanan, Allah mengurangi lima waktu.
Akhirnya setelah sampai pada bilangan terakhir, yakni lima waktu, Nabi malu untuk kembali
menghadap Allah SWT untuk meminta keringanan. Beliau khawatir jika hal itu dilakukan,
niscaya Allah akan mengurangi lima waktu tersebut.
Hadirin yang dimuliakan Allah.
Ketika Nabi bercerita ihwal peristiwa tersebut kepada penduduk Quraisy Makkah, tidak hanya
kafir quraisy yang mempercayainya, orang-orang yang sebelumnya telah memeluk islam pun
banyak yang tidak percaya dengan peristiwa tersebut. Alasannya karena jarak tempuh mekkah ke
Baitul Maqdis yangseharusnya ditempuh dalam waktu sebulan, tetapi pada masa itu hanya di
tempuh Nabi selama satu malam. Mereka tetap tidak percaya walaupun Nabi mampu
menyebutkan ciri-ciri Baitul Maqdis.
Hanya Abu Bakar yang tidak ragu sedikitpun dengan kejadian yang dialami Nabi dialah orang
pertama yang meyakini dan membenarkan peristiwa isra’ mi’raj Nabi Muhammad.
Demikian apa yang dapat saya sampaikan, kurang lebihnya mohon maaf, terima kasih atas
perhatiannya.

Wassalamu’alaikum wr wb

Anda mungkin juga menyukai