Anda di halaman 1dari 35

ISSN 2502-1567

Buletin Pelestarian Warisan Budaya dan Cagar Budaya

MAYANGKARA Edisi 8 / 2019

RUPA RAGAM
IMOGIRI
Buletin Pelestarian Warisan Budaya dan Cagar Budaya

MAYANGKARA Edisi 8 / 2019

Sampul Depan:
Gapura Paduraksa
Makam Pajimatan
Imogiri
Uneg-uneg Redaktur
Rubrik

KORI: rubrik pembuka berisi informasi mengenai sejarah dan


penjelasan tema buletin edisi kali ini.
SUSUNAN REDAKSI
PENDHAPA: tajuk utama dalam buletin.
Salam sejahtera untuk kita semua PENANGGUNG JAWAB:
Aris Eko Nugroho, S.P., M.Si. PLATARAN: rubrik ringan yang berisi perjalanan ataupun
informasi situs warisan budaya di berbagai tempat, khususnya
REDAKTUR: di DIY.
Salam Budaya dan tetap semangat untuk semua pembaca Buletin Mayangkara.
Dian Lakshmi Pratiwi, S.S., M.A PRINGGITAN: rubrik berisi kajian maupun penelitian yang
membahas mengenai tema Buletin Mayangkara edisi kali ini.
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Buletin Mayangkara tetap eksis hingga saat ini EDITOR:
EMPU: rubrik wawancara interaktif dengan tokoh-tokoh yang
Agus Suwarto, S.Sos
memasuki edisi 8 tahun 2019. Sebagai Informasi bagi seluruh pembaca, bahwa Buletin Mayangkara merupakan berpengaruh dalam pelestarian warisan budaya dan cagar
Anglir Bawono, S.S. budaya.
buletin yang mengangkat tema utama mengenai pelestarian warisan budaya dan cagar budaya yang ada di DIY.
REPORTER: PAWARTOS: rubrik berisi berita-berita pelestarian warisan
Warisan budaya dan cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa serta wujud dari pemikiran dan budaya dan cagar budaya.
Ruuddoni Yoga Darma Akbar, S.S
perilaku manusia yang penting, baik dalam aspek sejarah, ilmu pengetahuan, kebudayaan serta dalam kehidupan Indrayanti, S.T PAGELARAN: rubrik mengenai kegiatan masyarakat dalam
berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, keberadaan warisan budaya dan cagar budaya perlu dilestarikan dan Sheila Sabena, S.S upaya pelestarian terhadap warisan budaya dan cagar budaya
Anis Izdiha, S.Ant di Kotabaru.
dikelola secara tepat melalui upaya pelindungan, pengembangan dan pemanfaatannya untuk sebesar-besarnya Dwi Fitri Setiya Budi, S.Pd
SRAWUNG: rubrik berisi serba-serbi mengenai warisan budaya
untuk kemakmuran rakyat. dan cagar budaya.
JURU GAMBAR:
Pada saat ini, cagar budaya dilihat dari empat aspek secara sinergis dan komperhensif, yakni ideologis, Pradipta Agung Kumara, S.S TEBENG: rubrik berisi pandangan masyarakat terhadap
pelestarian warisan budaya dan cagar budaya di DIY.
akademis, ekologis dan juga ekonomis. Pada edisi ke 8 kali ini, ada berbagai gagasan dan ide pelestarian
DESIGN & LAYOUT: KAWRUH: rubrik berisi informasi-informasi warisan dan cagar
warisan budaya dan cagar budaya dari berbagi bidang pemikiran. Kesejarahan, nilai penting, kepariwisataan
Gilang Swara Sukma, S.S. budaya yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat umum.
serta presentasi mengenai sumber daya budaya yang dituangkan di dalam Buletin Mayangkara ini. Berbagai Rachmad Triwibowo, S.S.
MANCANAGARI: rubrik berisi mengenai potensi warisan
informasi yang dipublikasikan lebih dalam mengenai aspek pelestarian di Kawasan Cagar Budaya di Imogiri. budaya dan cagar budaya di luar DIY.
DISTRIBUSI & SIRKULASI:
Sebuah peninggalan sejarah yang unik dan menarik yang merupakan awal mula dari Keraton Yogyakarta. Tema- Haryo Mungkastoro
tema tulisan tersebut semoga mempunyai manfaat bagi institusi internal dan jajaran terkait, masyarakat pecinta
SEKRETARIAT:
pelestari warisan budaya dan cagar budaya, mahasiswa, pelajar, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha,
Anggraeni, S.T
kepariwisataan serta masyarakat luas yang membutuhkan. Ria Retno Wulansari, S.S
Akhirnya terbitan buletin Mayangkara ini semoga dapat menambah wawasan dan referensi khasanah pustaka
KONTRIBUTOR:
kebudayaan pada umumnya. Terimakasih atas perhatiannya dan selamat membaca. Dr. Sri Mulyaningsih, M.T
Dr. Ir. Revianto Budi Santosa M.Arch. IAI
Dra. Dwi Ratna Nur H. M.Hum
Dra Siti Munawaroh
Yogyakarta, Mei 2019 Ernawati Purwaningsih, S.Si., M.Sc.
Himawan Prasetyo, S.S
Redaktur Ir. Titi Handayani, M.Arch
Bhaskara Ksatria, S.T.
Danar Arief Sumartono, S.S

PENERBIT:
Dinas Kebudayaan DIY
Alamat Redaksi:
DINAS KEBUDAYAAN DIY Redaksi menerima tulisan mengenai Warisan Budaya dan Cagar Budaya yang ada di DIY
Jl. Cendana Nomor 11 dan sekitarnya (dengan ketentuan maks. 3 halaman A4, font Arial 11, dan disertai foto
atau gambar jika ada). Tulisan dilengkapi dengan identitas yang jelas dan nomor yang
No. Telp (0274) 562628
bisa dihubungi. Tulisan dapat dikirim ke alamat redaksi. Bagi tulisan yang sesuai dengan
Email: bpwbcb.disbuddiy@gmail.com tema akan dicantumkan dalam edisi berikutnya.
4 5

UBARAMPE
»»28 26 MENGENAL LEBIH DEKAT BUPATI PUROLOYO
Dalam menjaga atau mengelola makam, tentunya
dibutuhkan sosok pemimpin. Jika di makam-makam pada
umumnya kita kenal dengan istilah Juru Kunci, maka untuk
kompleks Makam Imogiri dikenal dengan Bupati Puralaya.
Siapa itu Bupati Puralaya? Apa saja yang dilakukan?
                                   Bagaimana perannya dalam pelestarian warisan budaya
dan cagar budaya? Tim Mayangkara berkesempatan
mengulik lebih dalam mengenai pertanyaan-pertanyaan
6 PASAREAN PAJIMATAN IMOGIRI tersebut terhadap sosok yang mengemban tugas tersebut..
»»6
MAKAM PARA RAJA MATARAM, KASUNANAN
SURAKARTA, DAN KASULTANAN 30 JEJAK SEJARAH MAKAM GIRILAYA DAN
NGAYOGYAKARTA MAKAM BANYUSUMURUP
Pemakanan Imogiri atau sering disebut juga dengan pemaka-
man Pajimatan tidak lepas dari keberadaan Kerajaan Berbicara tentang cagar budaya, hampir di seluruh
Mataram Islam. Sejarah Kerajaan Mataram bermula pelosok Yogyakarta kaya akan cagar budaya. Mulai dari
dari sebidang tanah bernama Alas Mentaok. Seperti peninggalan periode prasejarah, klasik (Hindu-Budha),
apakah Pasarean Pajimatan Imogiri yang merupakan Islam hingga Kolonial. Peninggalan periode prasejarah di
Makam Para Raja? Yogyakarta banyak ditemukan di Gunung Kidul misalnya,
Oleh: Dwi Ratna Nurhajarini di sepanjang Sungai Oya dan beberapa Song (Ceruk atau
Gua) yang tersebar di wilayah kabupaten bagian selatan
12 FAKTA HISTORIS CAGAR GEOLOGI »»31 Yogyakarta ini. Selain itu, peninggalan periode prasejarah
GUNUNG API SITUS IMOGIRI DI KABUPATEN juga terlacak dibeberapa situs di Kabupaten Bantul.
Oleh: Himana Prasetyo.
BANTUL
Daerah Imogiri di Kabupaten Bantul diketahui secara 38 POTENSI BENTANG ALAM IMOGIRI
nasional sebagai cagar budaya yang sangat kental dengan Oleh: Ernawati Purwaningsih
makam raja-raja Imogiri. Di balik itu, terekam data geologi 42 KERAJINAN TATAH SUNGGING
yang sangat menarik, yaitu dijumpainya beberapa pusat
Oleh: Siti Munawaroh
gunung api bawah laut yang berumur belasan hingga
duapuluhan juta tahun (Oligosen Akhir sampai Miosen). 48 BATIK IMOGIRI UNTUK KESEJAHTERAAN
»»14
Oleh: Sri Mulyaningsih, Muchlis, Nur Widi Astanto, Agus Tri MASYARAKAT
Heriyadi dan Desi Kiswiranti. Oleh: Titi Handayani

18 MAKNA DAN FILOSOFI RUMAH BUPATI PUROLOYO 54 KEGIATAN PEMUGARAN BANGUNAN CAGAR
BUDAYA DI KAWASAN CAGAR BUDAYA IMOGIRI
Rumah Bupati Puroloyo merupakan Kediaman bagi abdi Oleh: Bhaskara Ksatria
dalem yang memiliki jabatan Bupati Puroloyo Imogiri. Bupati
Puroloyo memiliki tugas mengelola Makam-Makam raja di 57 PENGAWASAN, PENGENDALIAN, PELINDUNGAN
Imogiri dan Makam Kotagede. Bagaimana makna dan filosofi WARISAN BUDAYA DAN CAGAR BUDAYA DI
»»18
Rumah Bupati Puroloyo yang merupakan rumah dengan gaya KAWASAN CAGAR BUDAYA IMOGIRI
arsitektur tradisional Jawa
Oleh: Revianto Budi Santosa
58 MELAHIRKAN DHALANG CILIK GAGRAK
NGAYOGYAKARTA MELALUI WORKSHOP
22 CATATAN SILAM PAJIMATAN IMOGIRI PEDALANGAN
Kawasan Imogiri ditetapkan menjadi Kawasan Cagar Budaya
59 WEDHANG UWUH, DAYA PIKAT CITARASA LOKAL
berdasarkan Surat Keputusan Gubernur no. 186/Kep/2011,
dengan daerah inti berada di Kompleks Makam Raja-raja
Imogiri, Kompleks Makam Girilaya, dan Kompleks Makam
Banyusumurup. Selain daerah inti, dalam SK tersebut juga
ditentukan daerah penyangga yang berada di lingkungan
sekitar. Namun, daerah penyangga yang berada di sekitar
»»24 Kompleks Makam Imogiri juga memiliki daya tarik tersendiri.
Oleh: Danar Arief Sumartono.

Mayangkara | EDISI 8 | 2019 Mayangkara | EDISI 8 | 2019


6 Kori Kori 7

seluruh keluarga pergi ke Pajang menghadap Sultan. Makam Pajimatan Imogiri


Dalam kesempatan itu, Sutawijaya dikukuhkan Saat ini kompleks makam Pajimatan atau
sebagai penguasa baru Kadipaten Mataram. makam Imogiri, secara administratif terletak di Desa
Sutawijaya kemudian bergelar Senapati Ingalaga Girirejo dan Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Bantul,
Sayidin Panatagama. Posisi sebagai raja mondorong Daerah Istimewa Yogyakarta. Berjarak kurang
Senapati untuk memperluas wilayah kekuasaannya lebih 20 kilometer kearah tenggara dari pusat Kota
dengan cara melakukan ekspedisi-ekspedisi dan Yogyakarta.
penyerbuan, diantaranya ke Mojokerto, Madiun, Pengertian Makam adalah tempat jenazah
Pasuruan, Bagelen, Cirebon, Jepara, Demak, manusia yang sudah meninggal dikuburkan.
Kediri, dan Tuban. Setelah meninggal, Panembahan Pajimatan berasal dari kata jimat yang mendapat
Senapati digantikan oleh Mas Jolang yang bergelar awalan pa dan akhiran an dan membentuk kata
Susuhunan Prabu Hanyakrawati. Selanjutnya pajimatan yang mengandung makna “tempat untuk
berturut-turut digantikan oleh Adipati Martapura jimat atau tempat pusaka”. Zoetmulder mengatakan,
(yang hanya bertahta 1 hari dan kemudian Imogiri berasal dari kata ima atau hima (berawan
dilanjutkan oleh Sultan Agung). atau awan yang meliputi gunung) dan giri (gunung).
Sultan Agung pada masa mudanya bernama Oleh karena itu kata Imogiri memiliki arti dan
Raden Rangsang, dua belas tahun lebih tua makna “gunung berawan atau gunung yang tinggi”.
dari Adipati Martapura, seperti yang dikatakan Makam dalam terminologi orang Jawa sering disebut
G. Moedjanto dalam Konsep Kekuasaan Jawa. juga dengan pasarean. Kompleks Makam Imogiri
Penerapan oleh Raja-Raja Mataram, pergantian dibangun oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma pada
Adipati Martapura kepada Sultan Agung melalui tahun 1632 M. Kompleks makam Pajimatan terletak
sebuah suksesi. Raden Rangsang melakukan berbagai di Gunung Merak dan oleh masyarakat setempat
legitimasi Salah satunya ialah “memaklumkan disebut dengan istilah Pajimatan. Letak geografis
bahwa kenaikannya di atas tahta adalah kehendak komplek Makam Imogiri berada di atas sebuah bukit
ayahnya”. Selain itu, menulis cerita jika Adipati dengan ketinggian +150 M. di atas permukaan laut.
Martapura “sakit ingatan” sehingga tidak kuat dan Pemilihan lokasi di tempat yang tinggi mengingatkan
siap untuk memikul tanggung jawab pemerintahan pada konsep kepercayaan masa prasejarah bahwa
Mataram. Raden Rangsang yang kemudian berganti arwah nenek moyang bersemayam di tempat yang
nama menjadi Sultan Agung menjadi
raja Mataram yang paling tersohor dan

dokumentasi: Dinas Kebudayaan DIY


^ Foto Lama Kompleks kuat. Banyak peninggalan Sultan Agung

PASAREAN PAJIMATAN IMOGIRI Makam Pajimatan Imogiri salah satunya mengembangkan kalender
Makam para raja di Jawa dengan memadukan tarikh Hijriah
Imogiri dekat Yogyakarta. dengan tahun Saka. Dalam bidang
Makam Para Raja Mataram, Kasunanan Surakarta Foto
Koleksi
tahun 1910.
digitalcollection.
politik, ekspansi ke beberapa daerah
dilakukan Sultan Agung. Di samping
Dan Kasultanan Ngayogyakarta Oleh: Dwi Ratna Nurhajarini universiteitleiden.nl. itu juga membangun makam kerajaan
di Imogiri. Pemakanan yang dibuat di
Imogiri pulalah yang menjadi tempat
Kerajaan Mataram Awal Kebangkitan hingga pribadi....Sultan Pajang...karena kebaikan gustinya peristirahatan raja terbesar Kerajaan
Kejayaan ia mendapat kedudukan yang sangat tinggi; raja ini Mataram, Sultan Agung. Mengutip Djokja
Pemakanan Imogiri atau sering disebut juga setelah mengadakan perang terhadap kota Soude Solo: Beeld van de Vorstensteeden,
dengan pemakaman Pajimatan tidak lepas dari dekat Demak menghadiahkan kepadanya Kota kematiannya digambarkan dalam Babad
keberadaan Kerajaan Mataram Islam. Sejarah Mataram yang ketika itu masih kecil”. Tanah Jawi suasana kelabu dan suram
Kerajaan Mataram bermula dari sebidang tanah Menurut R.G. Gill dalam De Indische Stad op di hari kematian itu; mendung hitam
bernama Alas Mentaok. Tanah itu dihadiahkan Java en Madoera: Een Morfologische Studie van menyelimuti langit Mataram dan di
Sultan Hadiwijaya dari Pajang kepada Ki Gede Haar Ontwikkeling disebutkankan bahwa Kotagede luar gemuruh suara Merapi bercampur
Pamanahan dan anaknya, Danang Sutawijaya. Jaga yang dibangun oleh Ki Gede Pamanahan tidak dengan hujan badai.
Pati, seorang pejabat istana, dalam suratnya kepada lagi semata-mata dipengaruhi oleh budaya Hindu
Gubernur Jenderal Speelman tanggal 16 Maret dari periode sebelumnya. Kemakmuran Kadipaten
1677 yang dikutip dari buku Awal Kebangkitan Mataram mendorong Ki Gede Pamanahan mengganti > Tangga Menuju Makam Imogiri saat ini.
Mataram menceritakan bahwa Ki Gede Pamanahan namanya menjadi Ki Gede Mataram. Sehari setelah Untuk mengunjungi Makam Pajimatan Imogiri,
adalah “seorang pejabat tinggi dan pembantu kematian Ki Gede Mataram, Ki Juru Martani bersama pengunjung harus menaiki anak tangga tersebut

Mayangkara | EDISI 8 | 2019 Mayangkara | EDISI 8 | 2019


8 Kori Kori 9

tinggi, dan di arena yang paling tinggi itulah lokasi 6. Kedhaton Kapingsangan Surakarta

dokumentasi: Dinas Kebudayaan DIY


yang paling sakral. 7. Kedhaton Saptarengga Yogyakarta
Secara keseluruhan kompleks makam Pajimatan 8. Kedhaton Kaping Sedasan/ Girimulyo Surakarta
memiliki luas kurang lebih 20 ha. Kompleks makam Bangunan kedhaton lokasinya berada di dalam
ini didirikan sebagai tempat pemakaman raja-raja pagar yang mengelilingi makam Pajimatan. Di
Mataram beserta keturunannya, dan kemudian juga samping 8 (delapan) kelompok bangunan kedhaton,
dipakai untuk pemakaman raja-raja Kasultanan kompleks makam Pajimatan Imogiri juga memiliki
Yogyakarta dan raja-raja Kasunanan Surakarta. kelompok bangunan selasar dan kelompok bangunan
Sebelum membangun makam di Pajimatan masjid Pajimatan.
Sultan Agung pernah memerintahkan membuat Kompleks Makam Raja-Raja di Imogiri terdiri
makam. Orang yang dipercaya untuk membangun atas halaman - halaman makam. Setiap astana atau
makam tersebut adalah Panembahan Juminah kedhaton masing-masing memiliki tiga halaman.
yang masih kerabat dekat (paman) Sultan Agung, Makam para raja dimakamkan pada halaman paling
seperti yang diungkapkan H.J. De Graaf. Namun atas beserta istri, dan juga keluarga raja. Halaman
pembangunan makam belum selesai Panembahan kedua yang berada di tengah dan halaman terbawah
Juminah meninggal dunia dan dimakamkan di merupakan halaman persiapan bagi peziarah. Tiap
makam yang dibangunnya. Makam tersebutt adalah halaman dihubungkan dengan sebuah pintu gerbang
Makam Girilaya. Sultan Agung kemudian membuat atau gapura. Di dalam kompleks makam Pajimatan
makam yang lain dan yang sekarang dikenal dengan juga terdapat berbagai komponen bangunan antara
nama Makam Pajimatan Imogiri. lain berupa gapura, enceh, bangsal dan juga kelir.
Sultan Agung adalah raja pertama yang Gapura Supit urang, untuk menuju ke kedhaton
dimakamkan di kompleks makam ini dan letaknya atau astana yang ada di makam Pajimatan Imogiri
berada di tempat tertinggi. Dengan kata lain dari arah masjid menuju ke atas akan ada gapura
tempat tertinggi berarti yang paling sakral atau yang bernama Gapura Supit Urang. Gapura supit
paling dihormati. Bangunan yang paling tinggi urang adalah nama gapura yang berada di kompleks
di pemakaman Pajimatan adalah makam Sultan pemakaman Pajimatan Imogiri. Dinamakam Supit
Agung yang terletak di Kedhaton Sultan Agungan. Urang karena bentuknya mirip udang sebagai simbul
Untuk mencapai makam itu para pengunjung jika strategi perang kerajaan Mataram. Ragam hiasnya
sudah sampai di halaman ke empat harus melewati berupa variasi hiasan antefik dan hiasan bujur
gapura papak. Makam Sultan Agung dilindungi oleh sangkar pada kaki pilar gapura yang diisi striliran
^ Gapura Supit Urang
sebuah cungkup yang bernama Prabayeksa. Nisan bunga matahari, serta perpaduan garis-garis atau

dokumentasi: Dinas Kebudayaan DIY


Gapura ini adalah pintu masuk menuju Kedhaton atau Astana di
Sultan Agung terbuat dari Sela Cendani. C.A. Lons list pelipit yang tersusun semakin keatas semakin Makam Pajimatan Imogiri
yang mengunjungi makam Imogiri tahun 1733 runcing. Laporan Studi Teknis BP3 menyebutkan
melukiskan sebagai berikut: ”...melewai beberapa Gapura Supit Urang mencirikan candi-candi Gaya > Padasan/Enceh
gerbang batu, yang di kedua sisi dikelilingi tembok Jawa Timur. Gapura Supit urang berbentuk bentar. Padasan atau Enceh merupakan tempat berwudhu berbentuk
sampai akhirnya mencapai pintu gerbang tertinggi. Gapura Supit Urang secara simbolik merupakan gentong.
Melewati gerbang ini yang dibuka oleh ulama, orang gapura pertama untuk masuk ke semua pemakaman. (Thailand). Sekarang kedua enceh tersebut berada
yang dapat melihat tempat makam dibangun dari Ke delapan astana yang ada di kompleks pemakaman di kompleks pemakaman untuk raja-raja Kasunanan
kayu...”.\ Pajimatan masing – masing memiliki gapura utama Surakarta. Dua buah Enceh lainnya berada di sebelah
Pada bagian timur dari kompleks maka Sultan sebagai pintu masuk. Agar pandangan orang tidak barat tangga regol Sri Manganti. Kedua enceh itu diberi
Agung berderet makam raja-raja dari Kasultanan langsung melihat bagian dalam sebuah bangunan nama Kyai Danumaya dan Nyai Danumurti, berasal
Yogyakarta. Bagian barat makam Sultan Agung maka dibangunlah kelir, yang berfungsi sebagai dari Aceh dan Palembang. Kedua enceh ini berada di
berderet makam raja-raja dari Kasunanan Surakarta. penghalang pandangan. kompleks makam raja-raja Kasultanan Yogyakarta.
Makam Sultan Agung yang terletak di bagian paling Padasan/ Enceh/ Kong, di kompleks makam Bangunan Proboyekso Sultan Agung, merupakan
atas di kompleks pemakaman tersebut seolah Pajimatan Imogiri terdapat emat buah padasan, bangunan tempat jirat Sultan Agung dan merupakan
menjadi pusat dari kedhaton yang dibuat setelahnya. yang terletak di halaman Kamandhungan. Padasan tempat yang paling disakralkan karena ditempat itu
Kompkes makam Pajimatan secara keseluruhan merupakan tempat berwudhu berbentuk gentong. terdapat makam orang yang dihormati yakni Sultan
dibagi dalam delapan astana atau kedhaton, sebagai Masyarakat setempat sering pula meyebut padasan Agung. Bangunan menghadap kearah selatan. Pintu
berikut: dengan istilah enceh atau kong. Padasan tersebut masuk terletak disebelah timur. Ukuran pintu cukup
1. Kedhaton Sultan Agungan merupakan persembahan atau hadiah dari raja- rendah dan juga sehingga orang harus membungkukkan
2. Kedhaton Pakubuwanan raja kerajaan lain untuk Raja Mataram, Sultan badan jika akan masuk ke dalam. Pada sisi timur
3. Kedhaton Kasuwargan Surakarta Agung. Enceh/padasan diberi nama Kyai Mendhung ditambah ruangan semacam serambi yang disebut
4. Kedhaton Kasuwargan Yogyakarta dan Nyai Siyem. Kedua enceh ini merupakan “penanggap”. Bangunan Proboyekso tidak memiliki
5. Kedhaton Besiyaran Yogyakarta persembahan dari raja Ngerum (Turki) dan Siyem jendela. Suasana di dalam cungkup cukup gelap

Mayangkara | EDISI 8 | 2019 Mayangkara | EDISI 8 | 2019


10 Kori Kori 11

karena tidak ada penerangan lampu maupun sinar Agung pada tahun 1650 M. Fungsinya sebagai Moedjanto, G. Konsep Kekuasaan Jawa. Penerapan
matahari yang masuk. tempat ibadah bagi para abdi dalem kraton yang oleh Raja-raja Mataram. Yogyakarta: Kanisius,
Bangsal, terdapat di dalam Makam Pajimatan bertugas di kompleks pemakaman Imogiri. Masjid 1987.
dan juga berada di depan masjid. Secara umum Pajimatan memiliki bentup atap mirip piramida, dan Nakamura, Mitsuo. Bulan Sabit Muncul dari Balik
fungsi bangsal adalah untuk tempat caos atau tidak ada kubah di atasnya. Unsur-unsur kekunoan Pohon Beringin. Studi Tentang Pergerakan
tugas para abdi dalem. Di samping itu bangsa masjid ini tampak jelas antara lain dari keberadaan Muhammadiyah Di Kotagede, Yogyakarta.
juga sering digunakan untuk tempat tunggu para parit/ kolam di depan masjid, yang dahulu berfungsi Yogyakarta: Gadjah Mada Press, 1983.
peziarah yang akan ke makam. sebagai tempat untuk mengambil air wudhu atau Zoetmulder, P.J. Kamus Jawa Kuna – Indonesia.
Masjid Pajimatan, merupakan komponen lain bersuci sebelum masuk ke masjid. Namun sekarang Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
di luar makam adalah masjid Pajimatan. Nama parit/kolam tersebut mengalami perubahan fungsi,
lain dari Masjid Pajimatan adalah Masjid Sultan tidak lagi menjadi tempat untuk mengambil air
Agung Hanyokrokusumo. Masjid tersebut berada wudhu atau bersuci, karena sudah dibangun tempat Dwi Ratna Nurhajarini
di kompleks Makam Imogiri. Posisinya berada di wudhu yang baru di sisi utara masjid. Di depan Dwi Ratna Nurhajarini,
sebelah Barat (kiri) pintu masuk tangga menuju Masjid Pajimatan ini berpangkal tangga untuk naik lahir di Yogyakarta
Makam Pajimatan. Masjid Pajimatan berdiri atas ke pemakaman yang berada di puncak Bukit Merak. tahun 1966. Pendidikan
tanah Kasultanan (Sultan Ground), seluas kurang Jalan atau Tangga, menjadi komponen penting di S1 Jurusan Sejarah
lebih 600 meter persegi. Ruang utama masjid dalam kompleks makan Imogiri adalah keberadaan Universitas Gadjah Mada
memiliki luas 10 x 6 meter persegi. Bagian serambi jalan yang berupa tangga untuk mencapai kedhaton. (UGM) Yogayakarta
memiliki ukuran 6 x 3 meter persegi. Di depan Tangga paling panjang berada di sepanjang anak tahun 1989, pada tahun
dokumentasi: Dinas Kebudayaan DIY

serambi terdapat sebuah kolam. Masjid Pajimatan tangga di depan masjid Pajimatan hingga gapura 2003 menyelesaikan
memiliki halaman seluas lebih kurang 80 meter Supit Urang. Jalan atau tangga lainnya adalah yang S2 Bidang Humaniora.
persegi. Masjid Pajimatan dibangun oleh Sultan berada atau menghubungkan kedhaton makam Pernah bekerja di
Kasunanan Surakarta dan satunya lagi adalah yang Direktorat Sejarah dan
< Gapura Paduraksa menghubungkan makam untuk keluarga Kasultanan Nilai Tradisional Jakarta
Gapura ini juga dikenal dengan sebutan Gapura Papak. Yogyakarta. dari tahun 1992-1995.
v Kelir Sejak tahun 1966 sampai sekarang bekerja sebagai staff
Kelir ini terletak di depan Gapura Paduraksa. Pajimatan Imogiri di Masa Sekarang peneliti di kantor Balai Pelestarian Nilai Budaya Daerah
Tatkala Kerajaan Mataram terbagi menjadi Istimewa Yogyakarta dan aktif melakukan penelitian
dua yakni Kasunana Surakarta dan Kasultanan bidang sejarah dan budaya. Pada tahun 2006 -2010
Yogyakarta melalui Perjanjian Giyanti, makam menjadi Sekretaris Masyarakat Sejarawan Indonesia
Pajimatan Imogiri tetap menjadi wilayah ”sakral” Cabang Yogyakarta, sejak tahun 2011 duduk sebagai
yang dikelola oleh kedua swapraja tersebut. Sampai ketua komisi bagian Penelitian dan Pengembangan MSI
sekarang keberadaan makam Pajimatan Imogiri yang Cabang Yogyakarta. Hasil karyanya dipublikasikan
telah ada semenjak pemerintahan Sultan Agung dalam bentuk buku dan jurnal ilmiah. Beberapa buku
tetap menjadi makam raja-raja dari Dinasti Mataram hasil karyanya adalah: Baritan: Ritual Pertanian Dalam
(Kasunanan dan Kasultanan) dan dikelola oleh kedua Perubahan (Bersama Agus Indiyanto , diterbitkan Dit
kerajaan itu dengan menempatkan abdi dalem untuk PKT Jakarta, 2014); Akulturasi Lintas Zaman di Lasem:
mengurus makam. Perspektif Sejarah dan Budaya (Kurun Niaga Sekarang,
bersama tim (diterbitkan BPNB DIY, 2014); Sultan
Sumber Bacaan Hamengku Buwono VII dan Kedhaton Ambarrukmo
Bruggen, M.P. van dan R.S. Wassing. TT. Djokja (bersama tim, diterbitkan Dinas Kebudayaan DIY 2015);
Solo: Beeld van de Vorstensteeden. Perkembangan Pelabuhan Surabaya dan Kehidupan
De Graaf, H.J. Awal Kebangkitan Mataram. Terj. Sosial Ekonomi di Sekitarnya pada Abad XX (bersama
Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1985. tim, diterbitkan BPNB DIY); Dinamika Industri
digitalcollection.universiteitleiden.nl. Tambak di Tuban (bersama tim, diterbitkan BPNB DIY:
Gill, R.G. De Indische Stad op Java en Madoera: Een 2017); Sekokah Tamanan, bagian dari buku tentang
Morfologische Studie van Haar Ontwikkeling. Meneguhkan Keistimewaan Sejarah Pendidikan di
dokumentasi: Dinas Kebudayaan DIY

1994. Yogyakarta (diterbitkan Dinas Kebudayaan DIY, 2017);


Hamzah, S. Masjid Bersejarah Provinsi Daerah Sejarah Tata Pemerintahan di Yogyakarta (bersama Tim
Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Kanwil Tata Pemerintahan Pemda DIY (anggota, diterbitkan
Departemen Agama Provinsi Daerah Istimewa oleh Dinas Tata Pemerintahan , Pemda DIY, 2017);
Yogyakarta, 2007. Menggali Keistimewaan DIY: Perspektif Sejarah dan
Laporan Studi Teknis, Balai Pelestarian Peninggalan Budaya (bersama tim, Diterbitkan Dinas Kebudayaan
Purbakala (BP3), DIY, 2006. DIY, 2018).

Mayangkara | EDISI 8 | 2019 Mayangkara | EDISI 8 | 2019


12 PRINGGITAN PRINGGITAN 13

Fakta Histo ris


Cagar Geologi
Gunung Api Situs Imogiri
Di Kabupaten Bantul
Oleh : Sri Mulyaningsih, Muchlis, Nur Widi Astanto, Agus Tri Heriyadi dan Desi Kiswiranti
Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi
AKPRIND

Daerah Imogiri di Kabupaten Bantul diketahui secara nasional sebagai cagar budaya yang sangat
kental dengan makam raja-raja Imogiri. Di balik itu, terekam data geologi yang sangat menarik, yaitu
dijumpainya beberapa pusat gunung api bawah laut yang berumur belasan hingga duapuluhan juta
tahun (Oligosen Akhir sampai Miosen). Data itu terekam dengan baik dihampir 70% luas wilayah
Kecamatan Imogori, yaitu Desa Wukirsari, Selopamioro, Girirejo dan Sriharjo. Situs geologi yang
dijumpai berupa morfologi melingkar dan setengah melingkar, yang di dalamnya terdapat batuan
gunung api purba berupa batuan beku andesit-basaltis oleh intrusi dangkal dan lava, aglomerat
dan breksi vulkanik yang dihasilkan oleh aktivitas gunung api yang bersifat membangun. Hal ini
seperti pada aktivitas Gunung Merapi saat ini, yang sedang membangun tubuh gunung apinya, serta
perselingan breksi pumis dan tuf yang dihasilkan oleh aktivitas gunung api yang bersifat merusak
dengan mekanisme seperti yang dihasilkan oleh letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883.

Mayangkara | EDISI 8 | 2019 Mayangkara | EDISI 8 | 2019


14 PRINGGITAN PRINGGITAN 15

Latar Belakang menumpang di atas aglomerat. Langkah yang diambil adalah konservasi lahar
Menurut pendapat pakar geologi Mulyaningsih, Di Giriloyo, batuan vulkanik berupa perlapisan tuf bergerak yang sekaligus tersusun atas batuan-batuan Dr. Sri Mulyaningsih, S.T.,
S., Husadani, Bentang alam melingkar dan setengah litik abu-abu gelap agak kecoklatan; secara berangsur gunung api produk kawah dikonservasi dalam M.T.
melingkar khas terdapat di Imogiri-Bantul, berupa tuf berselingan dengan tuf litik berfragmen andesit bentuk wisata berbasis edukasi geologi gunung api. Dr. Sri Mulyaningsih, S.T.,
tinggian dan lembah. Batuan gunung api menyusun basaltis bongkah dengan tekstur mengambang. Pengelolaan kawasan cagar budaya Giriloyo, yang M.T, peneliti di bidang geologi
morfologi itu, yaitu lava, retas, aglomerat dan Menjauhi perlapisan tuf litik, secara berangsur di dalamnya terdapat cagar budaya Makam Sunan dan telah menghasilkan
breksi berkomposisi andesit-basaltis dan perlapisan berupa perlapisan lava (lava andesit dengan struktur Cirebon dan kerajinan “batik Giriloyo” direncanakan beberapa karya yaitu Geologi
sangat tebal pumis dan tuf. Batuan-batuan itu lembar) yang masih sering berasosiasi dengan tuf dibuat kawasan cagar geologi (geoheritage), yang Gunung Api; Studi Kasus Di
menyusun Desa Wukirsari, Girirejo, Selopamioro litik. Makin jauh lagi, tuf litik menghilang, digantikan dikembangkan sebagai kawasan wisata dengan Gunung Merapi, Gunung
dan Mangunan, serta sebagian Sriharjo dan aglomerat dan lava basaltis meniang, serta retas Museum Geologi Gunung Api Purba. Wilayah- Muria, Pegunungan Selatan,
Selopamioro. Batuan andesitis-basaltis adalah ciri andesit basaltis. Di Bukit Makbul, batuannya wilayah dengan indikasi longsor, jatuh dan roboh Gunung Rawadano dan
masa aktif pertumbuhan gunung api (seperti G. didominasi oleh lava dan intrusi andesit basaltis dilakukan pembobotan; secara berurutan dari yang Gunung Krakatau yang telah
Merapi saat ini); pumis dan tuf (abu) mencirikan yang ditumpangi oleh perlapisan breksi pumis dan teraman hingga terancam adalah (1) kawasan diselesaikan pada tahun 2012.
masa penghancuran gunung api (seperti G. Krakatau tuf abu-abu terang, hingga Cinomati. berpotensi terlanda tanpa pergerakan, (2) kawasan Pada tahun 2014, karya Geologi Fasa Konstruksi Gunung
tahun 1883). Di Siluk-Sriharjo, batuan gunung api Fakta kedua adalah didasarkan atas data berpotensi longsor, (3) kawasan berpotensi jatuh, Api Lingkungan Laut Dalam; Studi Kasus Pada Formasi
tersebut berupa breksi berfragmen andesit bongkah stratigrafi dan struktur geologi, wilayah Imogiri telah roboh dan longsor. Konsep pengelolaan adalah Kebo Butak Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Setahun
dengan matriks karbonatan mengandung fosil foram. terjadi perubahan berangsur yang berawal dari dari warga, untuk warga dan oleh warga; melalui kemudian penelitiannya yang berjudul Kapabilitas
Hasil analisis fosil foram berkorelasi dengan umur gunung api bawah laut pada 24-18 juta tahun lalu, edukasi dan pendampingan secara menyeluruh. Aktivitas Gunung Api Merbabu Ditinjau Dari Sifat
Miosen Tengah, yaitu 15-18 juta tahun. Di Dusun cekungan antar gunung api dan lereng gunung api Bentuk konservasi meliputi pembuatan taman Mineralogi Plagioklas Batuan, telah terselesaikan pula.
Pucung-Wukirsari, di atas tuf terdapat batupasir pada 15-18 juta tahun lalu, post-vulcanism yang eduwisata, taman ekowisata, dan geoheritage. Mendapatkan gelar Sarjana Strata 1 di Institut Sains
hitam dengan fosil foram dan breksi berfragmen secara berangsur menjadi laut dangkal dengan Metode konservasi lahan bergerak yaitu terasiring dan Teknologi Akprind pada tahun 1996, empat tahun
andesit dan koral. Fosil foram tersebut berkorelasi pertumbuhan terumbu di neritik tepi pada 15-7 dengan taman bambu kuning dan museum alam berselang tepatnya pada tahun 2000 gelar Sarjana
dengan umur N5-9 atau Miosen Awal, sekitar 21- juta tahun lalu, dan pengangkatan berangsur sejak geologi gunung api purba berbasis stratum. Stratum Magister Teknik beliau dapatkan pula di salah satu
18 juta tahun. Dari data tersebut diinterpretasikan 7 juta tahun lalu hingga menjadi daratan saat ini. adalah lapisan-lapisan bertingkat proses geologi Institut yang ada di Kota Kembang. Tak berselang lama,
bahwa, telah terjadi proses tektonik yang sangat Kini, sesar-sesar normal, oblik normal dan oblik naik yang antara satu lokasi dengan lokasi berikutnya ibu yang sekarang menjabat sebagai Dekan fakultas
panjang di Imogiri, diikuti perubahan lingkungan banyak dijumpai di wilayah ini. Dapat dijelaskan; saling berkesinambungan (Gambar 1). Teknologi Mineral Periode 2016 – 2020, Teknik Geologi
geologi secara bertahap dari laut ke darat. Hal itu selama vulkanisme terjadi inflasi dan deflasi tubuh Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains dan Teknologi
berimplikasi pada perkembangan geomorfologinya, gunung api membentuk rekahan radial, diikuti Sumber Bacaan AKPRIND Yogyakarta, mendapatkan gelar Doktor.
yang dibentuk oleh aktivitas gunung api bawah laut, pengangkatan sejak 7 juta tahun lalu merubah Mulyaningsih, S. and Sanyoto, S., 2012. “Geologi Tiga gelar yang telah beliau sandang ini, menjadikannya
diikuti proses-proses struktural dan diakhiri dengan rekahan radial menjadi oblik dan mendatar, dan kini Gunung Api Merapi sebagai Acuan dalam semakin aktif dalam bidang penelitian geologi. Salah satu
proses-proses terestrial eksogenis yaitu pelapukan dengan sesar oblik naik. Itulah mengapa kawasan ini Interpretasi Gunung Api Komposit Tersier di hasil penelitiannya yang relevan dengan tema Buletin
dan erosi. pun rawan gerakan massa dan gempabumi. Daerah Gunung Gede Imogiri Daerah Istimewa Mayangkara edisi kali ini adalah tentang proses Geologi
Yogyakarta”. In Prosiding Seminar Aplikasi Sains yang ada di Imogiri yaitu Aktivitas Vulkanisme Eksplosif
Fakta Historis Geologi di Imogiri Pengelolaan Cagar Geologi Imogiri & Teknologi (SNAST) Periode III. Penghasil Formasi Semilir Bagian Bawah Di Daerah
Fakta geomorfologi melingkar dengan susunan Melalui sejarah panjang geologi yang unik, Mulyaningsih, S., Husadani, Y.T., Umboro, P.A., Jetis Imogiri, tulisan ini dimuat dalam Juran Teknologi
batuan gunung api bersisipan sedimen asal laut di kawasan Imogiri memiliki keanekaragaman kondisi Sanjoto, S. and Purnamawati, D.I., 2011. Technoscientia Vol 4 No. 1 Agustus 2011. Setahun
Imogiri adalah fenomena geologi gunung api purba geologi, yang dapat berpengaruh positif maupun “Aktivitas vulkanisme eksplosif penghasil Formasi berselang, melalui Seminar Nasional Aplikasi Sains &
bawah laut yang berlangsung dalam waktu yang negatif. Kondisi geologi yang unik dengan bentang Semilir bagian bawah di daerah Jetis Imogiri”. Teknologi (SNAST) karyanya yang berjudul Geologi
sangat lama (24-15 juta tahun yang lalu). Titik- alam yang indah, menjadi daya tarik tersendiri Jurnal Teknologi Technoscientia, 4(1), pp.64- Gunung Api Merapi : Sebagai Acuan Dalam Interpretasi
titik pengamatan terfokus di G. Gede-Plencing dan di kawasan ini. Sementara itu dampak bahaya 78. Gunung Api Komposit Tersier Di Daerah Gunung Gede-
Nogosari-Giriloyo (Wukirsari), seputar Goa Cerme gempabumi dan longsoran massa, seperti yang Mulyaningsih, S., Husadani, Y.T., Devi, L.R. Imogiri Daerah Istimewa Yogyakarta diprosidingkan.
(Sriharjo), dan Mangunan-Selopamioro. Di sepanjang terjadi pada 27 Mei 2006 harus disikapi secara arif, and Irawan, S.N., 2009. “Analisis Distribusi Oleh karena itu sumbang sih beliau kepada keilmuan
situs geologi di Mangunan tersingkap retas andesit yaitu dengan mensinergikannya dengan potensinya. Kerusakan Akibat Gempabumi 27 Mei 2006 bidang geologi sudah tidak diragukan lagi.
piroksen, lava dan aglomerat berwarna kemerahan- Caranya adalah melalui pengelolaan kawasan Melalui Pendekatan Kegunungapian Di Daerah
kecoklatan yang ditumpangi oleh breksi andesit abu- pariwisata berbasis edukasi dan meminimalkan Wonolelo Dan Sekitarnya, Kabupaten Bantul,
abu kehitaman yang lebih segar. Kontak keduanya kegiatan penambangan. Wilayah Giriloyo di Desa Daerah Istimewa Yogyakarta”. Jurnal Teknologi
tidak jelas/tidak beraturan dan sulit dibedakan. Di Wukirsari identik dengan gunung api purba kawah Technoscientia, 1(2), pp.254-265.
seputar Selopamioro, dijumpai aglomerat di atas tuf- Giriloyo-Bukit Makbul, lereng atas gunung api Mulyaningsih, S., 2016. “Volcanostratigraphic
pumis massive yang sangat tebal (lebih dari 100 m). purba Mangunan-Selopamioro dengan kawahnya di Sequences of Kebo-Butak Formation at Bayat
Sungai Oyo membelah Selopamioro menjadi dua, di Gunung Ireng (Desa Pengkok, Kecamatan Patuk), Geological Field Complex, Central Java Province
sisi utara sungai dijumpai batupasir karbonatan yang dan Goa Cerme-Siluk yang merupakan lereng-kaki and Yogyakarta Special Province, Indonesia”.
menumpang di atas lava dan aglomerat, sedangkan gunung api yang berada pada wilayah laut dangkal- Indonesian Journal on Geoscience, 3(2), pp.77-
di sisi selatan berupa batugamping berlapis yang neritik. 94.

Mayangkara | EDISI 8 | 2019 Mayangkara | EDISI 8 | 2019


16 17

Mayangkara | EDISI 8 | 2019 Mayangkara | EDISI 8 | 2019


18 PENDHAPA PENDHAPA 19

Makna dan Filosofi


RUMAH
BUPATI
PURoLoYo
Oleh: Revianto Budi Santosa

Imogiri dan Rumah Bupati Puroloyo


Imogiri adalah Kawasan Cagar Budaya yang
berpusat pada situs Makam Raja-raja Mataram yang
berkaitan erat dengan situs Makam Giriloyo dan situs
Makam Banyusumurup. Bersama-sama ketiga makam
ini membentuk zona inti KCB Imogiri. Makam Giriloyo
dihormati karena semula situs ini dipersiapkan sebagai
makam raja-raja Mataram, sebelum Sultan Agung
memutuskan untuk memindahkannya ke bukit Merak
yang sekarang menjadi Makam Imogiri. Tokoh terpenting
yang dimakamkan di Giriloyo adalah Panembahan
Ratu atau sering disebut Sunan Cirebon, putra Sunan
Gunungjati yang juga mertua Sultan Agung. Makam
Banyusumurup dipahami sebagai tempat menguburkan
mereka yang berseberangan dengan penguasa Mataram.
Tokoh penting yang dimakamkan di sini adalah Pangeran
Pekik, Adipati Surabaya yang juga adik ipar Sultan
Agung, yang dieksekusi atas titah Sunan Amangkurat I.
Ketiga makam ini mengejawantahkan filsafat
“sangkan paraning dumadi” yang mengingatkan
manusia akan asal muasal keberadaannya dan tujuan
akhir hidupnya yang semuanya kembali kepada Yang
Mahakuasa; serta “manunggaling kawula lan gusti” yang
mengingatkan manusia akan kefanaan keberadaannya
di hadapan Yang Mahakuasa.
Secara historis keberadaan Makam Raja-raja,
Makam Giriloyo dan Makam Banyusumurup juga
tidak dapat dilepaskan dengan keberadaan situs-situs
bersejarah yang pernah menjadi pusat pemerintahan
Mataram yakni: Kotagede, Kerta, Plered, Kartasura,
Surakarta dan Yogyakarta. Hingga saat ini Makam Raja-

> Rumah Bupati Puroloyo


Rumah Bupati Puroloyo merupakan Kediaman bagi abdi dalem yang
memiliki jabatan Bupati Puroloyo Imogiri. Bupati Puroloyo memiliki
tugas mengelola Makam-Makam raja di Imogiri dan Makam
Kotagede;.
dokumentasi: Revianto Budi Santoso

Mayangkara | EDISI 8 | 2019 Mayangkara | EDISI 8 | 2019


20 PENDHAPA PENDHAPA 21

dokumentasi: Revianto Budi Santoso


raja Mataram dikelola oleh abdi dalem dari Kraton bertumpuk yang indah sebagai mahkota bagi ruang
Surakarta dan Kraton Yogyakarta yang menunjukkan di bawah naungan atap. Bidang atap atau empyak
bahwa kawasan ini memiliki nilai yang sangat penting bangunan ini diperkuat oleh jajaran usuk peniyung
bagi kedua kerajaan pewaris Mataram tersebut. atau payung, yakni deretan usuk yang dipasang
Pejabat Kraton Yogyakarta yang bertugas untuk bukan sejajar melainkan memusat sehingga
mengelola Makam Imogiri adalah Bupati Puroloyo membentuk seperti payung jika dilihat dari bawah.
Imogiri yang berkedudukan di jalur menuju Makam Peran pendopo ini untuk menerima tamu tamu
Imogiri di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, kehormatan tercermin jelas dalam wujud fisik
Kabupaten Bantul. Rumah tempat kedudukan Bupati bangunan ini. Pendopo ini berbentuk joglo sinom
Puroloyo ini memegang sejumlah peran penting dengan tiga susun atap dan dengan usuk peniyung
sebagai: 1) Kediaman abdi dalem yang berkedudukan yang lazimnya hanya dipergunakan untuk kediaman
sebagai Bupati Puroloyo Imogiri yang juga menjadi beberapa dalem pangeran berkedudukan tinggi serta
atasan bagi pengelola makam Kotagede; 2) Tempat bangsal di dalam Kraton.
persinggahan resmi para kerabat dan pejabat Kraton Di belakang pendopo terdapat bangunan dalem
Yogyakarta yang akan berziarah ke Makam Imogiri; atau omah mburi dengan bentuk dan ukuran serupa
dan 3) Menjadi bagian dari tempat pelaksanaan pendopo. Yang membedakan kedua bangunan
upacara Ngarak Siwur, tradisi kerakyatan yang ini adalah dalem memiliki pembatas dan pola
dilakukan sebagai pendahuluan upacara Nguras pembagian ruang yang sangat berbeda dibandingkan
Enceh pada tiap bulan Sura, yang diselenggarakan dengan pendopo. Bagian rumah ini dilingkupi
dalam beberapa belas tahun terakhir ini. dengan dinding di keempat sisinya, dengan ruang
Dengan demikian, Rumah Bupati Puroloyo ini dalam yang disekat menjadi beberapa ruangan atau
memiliki karakter yang unik karena menyandang kamar. Tiga kamar berderet di sisi belakang dalem
peran sebagai kelengkapan bangunan upacara yang dikenal sebagai senthong dengan senthong
Kraton Yogyakarta, tapi juga berperan sebagai tengah sebagai bagian terpenting.
bangunan di lingkungan perdesaan di sisi selatan Senthong tengah berperan sebagai “jantung” ^ Bagian Depan Rumah Bupati Puroloyo
wilayah Yogyakarta. spiritual dan simbolis rumah Jawa. Tradisi Jawa Foto tersebut merupakan bagian depan Rumah Bupati Puralaya Imogiri yang berupa topengan dan pendopo
yang berlatar budaya petani memandang penting
Bagian Bangunan Dan Makna Rumah Bupati nilai-nilai kesuburan, kesejahteraan dan kelestarian.
Puroloyo Nilai-nilai tersebut sering kali dipersonifikasikan
Di sisi depan pendopo terdapat bangunan serupa
Rumah Jawa, sebagaimana rumah kediaman sebagai Dewi Sri yang dikisahkan sebagai asal
pringgitan yang disebut topengan yang menjadi Revianto Biudi Santosa
Bupati Puroloyo terdiri atas beberapa bagian yang muasal dan pelindung pertanian padi. Kehadiran
bagian terdepan dan sekaligus menunjang peran Terlahir 53 tahun
masing-masing dari secara struktural dapat berdiri Sri secara keruangan diwujudkan dalam bentuk
pendopo. Sebagai bangunan penunjang, topengan yang lalu, DR. Ir.
sendiri dan mewadahi peran atau fungsi kegiatan senthong tengah, sehingga kamar ini sering disebut
dapat difungsikan untuk menyambut tamu yang Revianto Budi Santosa,
yang khas. Pembagian ini sering disebut sebagai sebagai pasren (dari kata pa-sri-an yang berarti
akan diterima di pendopo atau untuk menempatkan M.Arch., IAI. adalah
guna griya. Masing-masing unit memiliki tipologi tempat Sri) atau petanen (dari kata pa-tani-an yang
gamelan yang mengiringi pentas di pendopo. seorang dosen di Jurusan
bangunan tertentu yang disebut sebagai dhapur berarti lambang kesuburan pertanian). Di depan
Secara keseluruhan rumah jawa sebagaimana Arsitek Universitas
griya. senthong tengah inilah mempelai laki-laki dan
Dalem Bupati Puroloyo ini merupakan ungkapan Islam Indonesia. Karya-
Merujuk pada aspek guna griya tersebut, unit perempuan dipertemukan saat upacara panggih,
dari filosofi keselarasan antara diri, lingkungan dan karyanya di bidang
struktur atau bangunan rumah Jawa terdiri atas sehingga tempat ini sekaligus berperan sebagai
semesta. Rumah sebagai tempat kedudukan diri arsitektur sudah tidak
pendopo, omah mburi atau dalem, pringgitan, pelaminan. Secara simbolis, pendopo diasosiasikan
yang berada pada tempat tertentu di alam semesta diragukan lagi, seperti
gandhok dan pawon. Pendopo adalah bagian rumah dengan laki-laki sedangkan dalem diasosiasikan
menjadi penjabaran dari keselarasan atau harmoni membuat desain untuk
yang terletak depan. Secara fungsional, bangunan dengan perempuan.
universal tersebut. Rumah Sakit Umum daerah (RSUD) Purworejo,
yang luas dan tidak berdinding ini difungsikan untuk Di antara pendopo dan dalem terdapat bangunan
prosiding penelitian dengan judul Tata Ruang Arsitektur
berbagai kegiatan dalam menjalin hubungan antara melebar yang setengah terbuka berbentuk limasan
Sumber Bacaan Keraton kasepuhan Cirebon, Arsitektur Lansekap
yang empunya rumah dengan berbagai kalangan yang disebut pringgitan. Berasal dari kata ringgit
Dinas Pertanahan dan Tata Ruang Daerah Istimewa Keraton kasepuhan Cirebon, Dinamika dan Leragaman
masyarakat. Secara khusus di Rumah Bupati yang berarti wayang, bangunan pringgitan ditujukan
Yogyakarta (2016) “Studi Penyusunan Rencana Identitas Arsitektural Pada Bangunan bersejarah Di Bali
Puroloyo, pendopo ini dipergunakan untuk menerima untuk mementaskan wayang kulit. Layar dan
Tata Ruang Kawasan Makam Imogiri”. dan Cirebon.
tetamu peziarah resmi yang akan menuju ke Makam gedebog pisang yang menjadi panggung pementasan
Robertson, Scott (2012) “Significant Pavilions: Selain sebagai dosen, bapak yang terlahir di
Imogiri. diletakkan di tengah ruangan ini. Dalang memainkan
The Traditional Javanese House as a Symbolic Yogyakarta pada 25 Mei 1966 ini juga sebagai Tim Ahli
Pendopo ini berbentuk joglo dengan empat saka wayang dengan menghadap ke arah omah mburi
Terrain”. Disertasi tak dipublikasikan, University Cagar Budaya Kabupaten Sleman atau yang dikenal
guru di pusatnya yang melambangkan pusat semesta. dengan gamelan pengiring di belakangnya. Pringgitan
of New South Wales. dengan TACB. Tugas dari TACBsalah satunya adalah
Di atas keempat saka guru tersebut disusun balok juga berperan sebagai bangunan transisi antara
Santosa, Revianto Budi (2000) Omah: Membaca mengkaji dan merekomendasikan penetapan cagar
penyangga atap utama sekaligus menjadi pemberat bangunan pendopo dan pringgitan yang berfungsi
Makna Rumah Jawa. Yogyakarta: Bentang. budaya. Ia juga menjadi bagian dari Ikatan Arsitektur
yang menstabilkan sisitem struktur. Susunan balok sebagai tempat untuk menyambut kedatangan tamu
Indonesia (IAI).
ini disebut tumpang sari yang berarti susunan khusus yang menuju ke dalem.

Mayangkara | EDISI 8 | 2019 Mayangkara | EDISI 8 | 2019


22 PLATARAN PLATARAN 23

Catatan Silam
Pajimatan
Imogiri
Oleh : Danar Arief Sumartono

Mendengar kata Imogiri maka yang terlintas dalam


pikiran adalah Makam Raja Mataram Islam. Kawasan
Imogiri ditetapkan menjadi Kawasan Cagar Budaya
berdasarkan Surat Keputusan Gubernur no. 186/
Kep/2011, dengan daerah inti berada di Kompleks
Makam Raja-raja Imogiri, Kompleks Makam Girilaya, dan
Kompleks Makam Banyusumurup. Selain daerah inti,
dalam SK tersebut juga ditentukan daerah penyangga yang
berada di lingkungan sekitar. Namun, daerah penyangga
yang berada di sekitar Kompleks Makam Imogiri juga
memiliki daya tarik tersendiri.
Kompleks makam yang dibangun oleh Sultan Agung
ini memiliki sejarah dan lokasi yang unik. Ide awal
pembangunan kompleks makam ini ada dalam benak
Sultan Agung Hanyakrawati. Ia memerintahkan untuk
membuat makam yang letaknya sekitar 4 km di selatan
Keraton Mataram Kerta. Awalnya, Sultan Agung berencana
membangun makam untuk dirinya beserta keturunannya
di atas Bukit Girilaya pada tahun Jawa 1553 (1629-1630
M). Pembangunan makam dikerjakan oleh paman Sultan
Agung yaitu Panembahan Juminah. Namun ketika selesai
dibangun, Panembahan Juminah wafat, sehingga untuk
menghormati jasanya, Sultan Agung memerintahkan jasad
pamannya dimakamkan di Girilaya.
Oleh karena bukit tersebut sudah digunakan, maka
Sultan Agung merencanakan membangun makam untuk
keturunannya di Bukit Merak yang berada di selatan
Bukit Girilaya. Pembangunan makam ini menggunakan
bahan berkualitas terbaik dan dilakukan dengan sangat
teliti. Dinding rumah kayu makam menggunakan kayu
wungle yang berasal dari Palembang. Kayu ini dikirim
melalui pelabuhan di Surabaya kemudian diambil oleh

< Gambaran Kawasan Imogiri pada tahun 1932


(Topografische dients 1932, Blad 47/ XLIII B )

Mayangkara | EDISI 8 | 2019 Mayangkara | EDISI 8 | 2019


24 PLATARAN PLATARAN 25

dokumentasi: Danar A.S.


tentara Sultan Agung. Berita tersebut berasal dari Makam Raja Mataram yang diperlukan untuk Adanya pasar dan rumah-rumah pejabat yang
Residen Belanda yang berada di Surabaya pada 13 menjaga keterawatan makam tersebut. Keberadaan berada di utara pasar, beberapa hal yang menarik
September 1641. Juru kunci beserta abdi dalem untuk menjaga makam adalah adanya permukiman cina yang berada di
Babad Sengkala menceritakan bahwa, pada Imogiri yang sudah ada sejak ratusan tahun yang pinggir jalan. Adanya permukiman cina tersebut
tahun Jawa 1567 (1645 M) raja pergi ke Girilaya yang lalu lambat laun membentuk sebuah pemukiman. disebutkan dalam peta “Topografische dients
letaknya di utara Imogiri, kemudian beberapa bulan Permukiman ini lambat laun menjalin hubungan 1932, Blad 47/ XLIII B” dengan nama Chin. Kamp
setelahnya, Sultan wafat. De Graaf memperkirakan dengan masyarakat setempat, sehingga terdapat (Kampung Cina?). Selain itu menurut masyarakat,
Sultan Agung wafat pada Februari 1646 M. interaksi yang terwujud menjadi sebuah pasar. lokasi yang sekarang digunakan sebagai tempat
Secara kewilayahan, Imogiri dibatasi oleh bentang Di sebelah timur pasar lawas dapat ditemukan parkir bus sekarang, dahulunya adalah bangunan
alam berupa Sungai Opak di sebelah barat, utara, struktur tembok bata yang membentang ke arah dengan arsitektur cina yang digunakan sebagai
dan selatan, dan pegunungan di sisi timur. Bentang timur ke barat sekitar 20 m dengan lebar 50 cm. kantor BRI. Sayangnya hampir semua bangunan
alam tersebut membuat daerah Imogiri terisolir. Namun apakah sisa tembok bata tersebut merupakan tersebut sudah hancur ketika gempa tahun 2006
Namun jika dilihat perkembangannya justru daerah Rumah Juru Kunci Makam Raja Mataram Islam terjadi, yang tersisa hanyalah los-los kecil yang
Imogiri berkembang pesat dibandingkan wilayah lain perlu dilakukan penelitian lebih mendalam. De Graaf berada di utara pasar lawas. dokumentasi: Danar A.S.
disekitarnya. Berkembangnya wilayah Imogiri tidak menyatakan, sekitar tahun 1733, tidak jauh dari Bukit Merak awalnya didesain oleh Sultan Agung
lepas dari adanya interaksi antara masyarakat satu makam Imogiri dekat Desa imogiri terdapat sebuah sebagai tempat peristirahatan terakhir Raja-raja
dengan yang lainnya. Salah satu pendukung interaksi nDalem dari batu (batu bata?). Bangunan tersebut Mataram Islam, dalam perkembangannya memberi
adalah mengenai aksesibilitas ke Imogiri. dipergunakan Sultan Agung untuk istirahat apabila dampak di lingkungan sekitarnya. Walaupun
Terdapat tiga akses jembatan yang hingga saat beliau mengunjungi Gunung Keramat, seperti yang daerah Imogiri merupakan daerah yang terisolir
ini yaitu Jembatan Karangsemut menghubungkan dikutip dari tulisan perjalanan C.A. Lons. Sumber secara bentang alam, geliat aktifitas ekonomi,
antara wilayah Imogiri dengan daerah utara, sejarah lain berasal dari Babad Alit yang menyatakan wisata, dan beragam budaya berkembang seiring
Jembatan Barongan menghubungkan antara wilayah bahwa pembangunan pesanggrahan ini dilakukan berkembangnya jaman. Gempa di tahun 2006,
Imogiri dengan daerah barat dan Jembatan Siluk dalam waktu yang sama dengan pembangunan telah banyak meluluhlantahkan peninggalan warisan
menghubungkan antara wilayah Imogiri dengan makam di atas bukit. budaya. Namun beberapa warisan budaya masih
wilayah selatan, sedangkan dengan di wilayah Diceritakan juga awal mula pasar lawas Imogiri tersisa untuk dikunjungi. Jika berkunjung ke Imogiri,
timur tertutup oleh Pegunungan Selatan. Ketiga oleh De Graaft, bahwa dekat dengan bangunan alangkah baiknya tidak hanya mengunjungi Makam
jembatan tersebut dibangun sekitar tahun 1900- tersebut, tepatnya di sebelah barat terdapat Raja Imogiri namun juga mengunjungi beberapa
an. Keberadaan akses jembatan tersebut secara tak dataran dengan dua pohon beringin yang nampak Warisan Budaya yang tersebar di Imogiri, sudah ^ nDalem Bupati Puroloyo Surakarta
langsung menghidupkan perekonomian masyarakat seperti alun-alun besar. Di sekitarnya juga terdapat siapkah menjelajahi kawasan Imogiri? Ndalem tersebut merupakan tempat tinggal Juru Kunci Puroloyo
di sekitar Imogiri. Imogiri terkenal dengan beberapa tempat tinggal para pembesar yang ikut serta Surakarta
pengerajin dan ahli pengobatan/jamu tradisional. dalam pertandingan tombak. Oleh karena terdapat SUMBER BACAAN ^ nDalem Puroloyo Ngayogyakarta
Pengrajin wayang kulit dapat ditemukan di Desa pertandingan tombak tersebut membuat pada hari Adrisijanti, Inajati. 1997. Kota Gede, Plered, dan Ndalem tersebut merupakan tempat tinggal Juru Kunci Puroloyo
Pucung, sedangkan pengrajin batik akan ditemukan Senin dan Jumat banyak penjual makanan dan Kartasura sebagai Pusat Pemerintahan Kerajaan Ngayogyakarta
di Desa Girilaya. Kedua desa tersebut berada di minuman. Hal tersebut menurut De Graaf menjadi Mataram Islam (±1578 TU – 1746 TU): Suatu
utara Makam Raja Imogiri. Sebaliknya, apabila ke awal mula berlangsungnya Pasar Lawas Imogiri Kajian Arkeologi. Jurusan Arkeologi, Fakultas Ilmu
arah selatan, tepatnya di Desa Banyusumurup akan sampai kunjungan De Graaft pada tahun 1986. Budaya, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Danar Arief Sumartono
ditemukan banyak pengrajin keris. Di sekitar ndalem abdi dalem Juru Kunci Puroloyo Adrisijanti, Inajati, dan Sektiadi. 2009. Lindu Ageng Danar Arief Sumartono,
Selain kerajinan, siapa yang tidak kenal dengan Surakarta, menurut masyarakat yang tinggal di utara Ngayogyakarta: Warisan Budaya Pasca Gempa S.S. terlahir di Surakarta
wedang uwuh, minuman khas Imogiri ini sudah ndalem bupati puroloyo Surakarta (kampung lor- Bumi 27 Mei 2006. Balai Pelestarian Cagar pada tanggal 1 Juni 1992.
terkenal di penjuru Yogyakarta. Selain itu, pengobatan ndalem), terdapat beberapa rumah-rumah pejabat Budaya Yogyakarta. Yogyakarta. Kecintaannya terhadap
yang tidak kalah populer adalah pengobatan penting yang masih ada hubungan dengan kerabat Chawari, Muhammad. 2008. “Studi Kelayakan hal-hal yang berbau
tradisional Gurah yang dapat ditemui di Girilaya. Keraton Surakarta. Salah satu yang masih dapat Arkeologi di Kompleks Makam Imogiri, Yogyakarta, arkeologis, membuatnya
Dengan adanya kerajinan dan jamu tradisional dikunjungi adalah Rumah Tumenggungan yang Studi Awal dalam Rangka Perencanaan Penelitian mengambil Jurusan
tersebut secara tidak langsung memperkaya berada di sebelah barat daya Rumah abdi Dalem Arkeologi”, dalam Berkala Arkeologi XXVIII Mei Arkeologi di Fakultas Ilmu
khazanah warisan budaya di Imogiri. Surakarta, tepatnya di barat tempat parkir bus. 2008. Balai Arkeologi Yogyakarta. Yogyakarta. Budaya UGM selepas
Memasuki daerah Imogiri, terletak sekitar 1 km di Masyarakat sekitar menyebutnya dengan ndalem Graaft, H.J.De. 1986. Puncak Kekuasaan Mataram: menematkan Sekolah
sebelah barat kompleks Makam Raja, permukiman Tumenggungan, rumah ini merupakan salah satu Politik Ekspansi Sultan Agung. GrafitiPers dan Menengah Atasnya pada
yang padat akan terlihat. Daerah ini sekarang dari beberapa rumah yang selamat dari gempa tahun KITLV. Jakarta. tahun 2010. Ia memiliki
berkembang pesat jika dibandingkan dengan 2006. Sebelum gempa tahun 2006, di sebelah barat Surat Keputusan Gubernur Daerah Istimewa perhatian besar terhadap bidang arkeologi, hal ini
pedesaan di sekitarnya. Permukiman ini diduga Ndalem Bupati Puroloyo Imogiri terdapat beberapa Yogyakarta nomor. 186/Kep/2011 tentang menjadi dasar ditunjuknya ia sebagai Asisten Arkeolog
sudah ada ketika Makam Raja sedang dibangun. rumah Joglo milik bekas pejabat Keraton Surakarta Penetapan Kawasan Cagar Budaya. Pemugaran Cagar Budaya saat ini. Selain kecintaannya
Hal tersebut tidak lepas karena keberadaan pekerja, yang masih berdiri namun sekarang hanya tersisa dalam bidang arkeologi, laki-laki yang sekarang tinggal
pengawas pembangunan makam serta juru kunci tembok kelilingnya saja. di wilayah Imogiri ini mempunyai hobi travelling.

Mayangkara | EDISI 8 | 2019 Mayangkara | EDISI 8 | 2019


26 EMPU EMPU 27

K.R.T. Hastonegoro

Mengenal
Lebih Dekat
Bupati Puroloyo

Dalam menjaga atau mengelola makam, tentunya dibutuhkan


sosok pemimpin. Jika di makam-makam pada umumnya kita
kenal dengan istilah Juru Kunci, maka untuk kompleks Makam
Imogiri dikenal dengan Bupati Puralaya. Siapa itu Bupati
Puralaya? Apa saja yang dilakukan? Bagaimana perannya dalam
pelestarian warisan budaya dan cagar budaya? Tim Mayangkara
berkesempatan mengulik lebih dalam mengenai pertanyaan-
pertanyaan tersebut terhadap sosok yang mengemban tugas
tersebut.

Mayangkara | EDISI 8 | 2019 Mayangkara | EDISI 8 | 2019


28 EMPU EMPU 29

dokumentasi: Dinas Kebudayaan DIY


untuk menangani masalah yang terjadi. Contohnya
seperti longsor kemarin.

Mengingat pentingnya nilai dari warisan budaya dan


cagar budaya, apakah menurut Kanjeng masyarakat
yang tinggal di sekitar makam imogiri sudah turut
serta untuk menjaga dan melestarikan warisan
budaya dan cagar budaya?
Masyarakat sekitar pajimatan sangat aktif dalam
melakukan pelestarian warisan budaya dan cagar
budaya yang ada. Mereka berinisiatif melestarikan
dengan cara mengadakan upacara ngarak siwur
yang notabene bukan acara resmi Kraton. Ngarak
siwur sendiri berarti mengarak gayung (siwur), acara
ini dilakukan sehari sebelum upacara nguras enceh
yang sudah menjadi tradisi baku Kraton.

Lingkungan sekitar Makam Imogiri menjadi suatu


dokumentasi: Dinas Kebudayaan DIY

area yang berkembang pesat. Perubahan apakah


yang Kanjeng rasakan selama Kanjeng menjadi
bupati puralaya? Dan bagaimana pandangan
Kanjeng sebagai pengelola makam imogiri terhadap
perubahan yang terjadi?
Tidak ada masalah, meskipun perkembangan
jaman yang sangat pesat, namun tidak ada dampak
buruk bagi pajimatan Imogiri sendiri. Menurut saya
^ Tim Mayangkara ketika menyambangi Rumah K.R.T. Hastonegoro untuk melakukan wawancara. masyarakat malah sangat antusias menjaga tradisi.
KRT. Hastononingrat atau yang lebih dikenal dengan Kanjeng Bupati Puroloyo merupakan salah satu cucu dari Hamengku Buwono VIII. Selain mengadakan ngarak siwur tadi, masyarakat
Ketulusannya dalam menjaga KCB Imogiri patut dicontoh oleh generasi-generasi selanjutnya. Imogiri juga bangga akan wedang uwuh yang
menjadi simbol tradisi kuliner di Imogiri.

Bagaimana perjalanan karir Kanjeng, sehingga Komplek makam Imogiri merupakan salah satu Apa harapan Kanjeng terhadap pelestarian
diangkat dan mendapat surat kekancingan sebagai saksi perjalanan sejarah Kraton Yogyakarta, menurut warisan budaya dan cagar budaya di kawasan
Kanjeng Bupati Puralaya Kraton Yogyakarta? Kanjeng, upaya apa saja yang telah dilakukan oleh Imogiri?
Saya diangkat menjadi Bupati Puroloyo tahun pihak Kraton Yogyakarta guna menjaga kelestarian Semoga sinergi antara Kraton, pemerintah dan
2013, menggantikan KRT. Hastonegoro (Romo Pono). kawasan cagar budaya Imogiri? masyarakat untuk pelestarian warisan budaya dan
Bupati Puralaya sendiri membawahi 5 kompleks Memang semua ini tidak bisa lepas dari Kraton, cagar budaya di pajimatan Imogiri tetap harmonis
makam, yaitu pajimatan Imogiri, Kotagede, Girilaya, yang menurunkan raja-raja Kraton Yogyakarta dan terjaga hingga anak cucu kita. Karena dengan
Banyusumurup, dan Singosaren. Masa bakti saya adalah yang sebagian dimakamkan di Imogiri ini. begitu pelestarian warisan dan cagar budaya yang
sebagai Bupati Puroloyo yaitu selama seumur hidup. Yang di makamkan disini adalah Hamengku Buwono kita harapkan selama ini dapat terjaga.
Berdasarkan tradisi (Bupati Puroloyo adalah salah I, III hingga IX, Hamengku Buwono II dimakamkan
satu cucu Sultan), nanti yang menggantikan saya di Kotagede. Oleh karena itu Kraton Yogyakarta ***
adalah salah satu cucu dari Hamengku Buwono IX memiliki peran penting dalam pelestarian KCB KRT. Hastononingrat atau yang lebih dikenal
atau X, bukan keturunan saya, karena saya adalah Imogiri. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan Kanjeng Bupati Puroloyo lahir di lingkungan
cucu Hamengku Buwono VIII. beberapa renovasi serta tetap melestarikan tradisi Kraton Yogya 14 Agustus 1948. Ia merupakan salah
yang memiliki hubungan dengan makam Imogiri. satu cucu dari Hamengku Buwono VIII. Pria lulusan
Menurut Kanjeng apakah arti penting dari pelestarian SMA Bopkri 3 ini aktif dalam kegiatan jemparingan
warisan budaya dan cagar budaya? Adakah kendala yang mewarnai usaha pelestarian di Imogiri. Kebetulan, jemparingan merupakan hobi
Sangat penting, leluhur yang ada di Makam Imogiri warisan budaya dan cagar budaya Makam Imogiri yang sangat Ia gemari. Ketulusannya dalam menjaga
ini yang menurunkan raja-raja Yogyakarta. Sultan ini? Dan bagaimana cara mengatasinya? pelestarian warisan budaya dan cagar budaya
Agung membuat sendiri Makam Imogiri, sampai Imogiri adalah makam, jadi tidak banyak KCB Imogiri patut dicontoh oleh generasi-generasi
dengan keturunannya sampai dengan sekarang. masalah, apabila ada permasalahan atau kerusakan selanjutnya.
Untuk itu sudah menjadi kewajiban kita sebagai segera lapor ke Kraton Yogyakarta. Kemudian Kraton
warga Yogyakarta untuk ikut melestarikannya. turun tangan langsung maupun lewat Pemda DIY

Mayangkara | EDISI 8 | 2019 Mayangkara | EDISI 8 | 2019


30 PRINGGITAN PRINGGITAN 31

JEJAK SEJARAH
MAKAM GIRILAYA
DAN
MAKAM BANYUSUMURUP
Oleh: Himawan Prasetyo

Perkembangan Islam di Indonesia tidak dapat Pengertian makam menurut Kamus Besar
dilepaskan dari kondisi masyarakat pada masa Bahasa Indonesia (KBBI), adalah tempat mengubur
pra Islam, begitulah sekiranya yang diungkapkan mayat. Makam merupakan tempat di mana jasad
Widiyastuti dalam skripsinya berjudul Fungsi, Latar manusia yang sudah meninggal disemayamkan.
Belakang Pendirian, dan Peranan Masjid-Masjid Bagi masyarakat Indonesia, Jawa khususnya,
Pathok Negara di Kasultanan Yogyakarta di tahun makam merupakan tempat yang dianggap suci
1995. Keberadaan Islam tidak dapat dipisahkan dan dikeramatkan karena dirasa perlu dihormati.
dengan proses masuknya Islam itu sendiri ke Sejarah Kerajaan Mataram Islam yang kental dalam
wilayah nusantara. Perwujudan seni bangun yang latar belakang terbentuknya pemakaman dan juga
bercorak Islam di Indonesia dapat dilihat dalam sifat pemakaman yang dikeramatkan dan dianggap
bentuk masjid, bangunan makam, dan istana atau suci, mengingatkan kepada tradisi Jawa kental
keraton. J.P. Moquette pernah mengatakan, hasil yang mengarah ke tradisi kerajaan Hindu di periode
seni bangunan bercorak Islam yang muncul pertama sebelumnya.
kali di Indonesia adalah bangunan makam seperti Daerah Imogiri dikenal sebagai tempat
di Samudra Pasai dan Leran. Di Jawa, bangunan pemakaman Raja-Raja Mataram Islam dengan
makam merupakan salah satu hasil seni bangunan kerabatnya sejak Sultan Agung. Di Imogiri terdapat
bercorak Islam. Makam-makam yang berasal dari tiga kompleks Makam Raja Mataram dan kerabatnya,
masa awal penyebaran Islam di Jawa sebagian yaitu Imogiri, Girilaya, dan Banyusumurup. Tulisan
besar terdapat di pesisir utara Jawa, yaitu terutama kali ini akan membahas mengenai Kompleks Makam
makam para penyebar agama Islam di Jawa, seperti Girilaya dan Banyusumurup yang tidak banyak
contoh Makam Sunan Giri di Gresik dan Makam diketahui oleh khalayak umum.
Makam Banyusumurup yang
Sunan Bonang di Tuban.
didokumentasikan oleh BPCB
DIY dari udara

Mayangkara | EDISI 8 | 2019 Mayangkara | EDISI 8 | 2019


32 PRINGGITAN PRINGGITAN 33

Sejarah Makam Girilaya Sejarah Makam Banyusumurup


Kompleks Makam Girilaya terletak di wilayah Kompleks Makam Banyusumurup terletak di
Dusun Cengkehan, Kelurahan Wukirsari, Kecamatan wilayah Kelurahan Girirejo, Kecamatan Imogiri,
Imogiri, Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta. Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta. Kompleks
Pembangunannya dimulai pada tahun 1629 M makam tersebut terletak sekitar 2 km di sebelah
dipimpin oleh salah seorang paman Sultan Agung, Kompleks Makam Imogiri, yaitu pada sebuah lembah
yaitu Panembahan Juminah. Namun Panembahan yang dikelilingi oleh tiga gunung. Di sebelah utara
Juminah wafat ketika Girilaya selesai dibangun, terdapat Gunung Mengger, di sebelah timur Gunung
kemudian untuk menghormati pamannya, Sultan Tubalung, dan sebelah selatan terdapat Gunung
Agung memerintahkan agar Panembahan Juminah Sendanglegi. Tokoh utama yang dimakamkan di
disemayamkan di Girilaya. Hal tersebut seperti yang Banyusumurup adalah Pangeran Pekik. Menurut
ditulis dalam Babad ing Sangkala H.J. de Graaf, Pangeran Pekik adalah Putra Pangeran
“… jalmi sami atata tunggal (1551 Çaka / 1629 Surabaya (penguasa Surabaya awal abad 17 M).
M) warsanipun ambangun ing Girilaya rinarengga Setelah Surabaya ditaklukkan Sultan Agung tahun
pakuburan prameswari astana rinarengga …”, 1625 M, Pangeran Pekik diperintahkan pindah
(“… 1551 Çaka tahun membangun di Girilaya. ke Mataram oleh Sultan Agung. Pangeran Pekik
Menghias makam permaisuri”). Sedangkan sumber kemudian menikah dengan adik Sultan Agung
lain yaitu Babad Momana menyebutkan “… angka yaitu Ratu Pandan Sari, seperti yang dikutip dari
tahun 1553 Jw tahun Wawu, awit yasa antakapura Poenika Serat Babad Tanah Jawi Wiwit Saking
ing Girilaya ingkang Ngundhageni Panembahan Nabi Adam Doemoegi Ing taoen 1647 tulisan W.L.
Juminah, lajeng seda sumare ing ngriku…”, (“… Olthoff. Salah seorang Putri Pangeran Pekik menikah

dokumentasi: BPCB DIY


Tahun 1553 Jw tahun wawu membangun makam di dengan Putra Sultan Agung, yang nantinya bergelar
Girilaya, yang memimpin pembuatan Panembahan Amangkurat I. Babad Tanah Jawi menyebutkan
Juminah, kemudian meninggal dimakamkan di bahwa Pangeran Pekik dibunuh bersama putra-putra
tempat tersebut. dan 40 orang pengikutnya. Pada surat Residen
Oleh karena itu, Sultan Agung kemudian mencari Evert Michielsen tanggal 13 April 1659 diperoleh
alternatif tempat lain di Gunung Merak yang terletak keterangan pembunuhan terjadi tanggal 21 Februari ^Situasi di Makam Girilaya, Imogiri
Situasi sebagian makam di sayap barat teras paling atas, yang dimakamkan antara lain makam Kanjeng Ratu Mas Hadi (ibu
di sebelah selatan Makam Girilaya untuk dijadikan 1659. Selain pangeran itu, juga dua orang kakaknya,
Sultan Agung) dan Kanjeng Panembahan Juminah (paman Sultan Agung)
makam. Pembangunan makam di Imogiri merupakan seorang putranya, dua kemenakannya dan 60 orang
salah satu perwujudan tanda-tanda kebesaran raja. di antara panglimanya yang terpenting terbunuh.
Kompleks Makam Girilaya sudah ditetapkan sebagai Adapun cerita tentang pembunuhan pangeran Pekik
Situs Cagar Budaya berdasarkan UU No. 11 Tahun oleh Amangkurat I dilatarbelakangi oleh dua buah Menurut Babad Momana, Pangeran Pekik sayap di kiri (barat), makam di sayap kanan (timur),
2010 tentang Cagar Budaya dengan Peraturan pendapat sebagai berikut : dengan istri-istrinya dimakamkan di Banyusumurup makam di luar pagar keliling, dan masjid. Untuk
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik 1. Peristiwa penculikan Rara Oyi oleh Pangeran atau Toyasumurup tahun 1578 J (mulai 31 Oktober menuju makam sayap kiri (barat) harus melewati
Indonesia No. PM.89/PW.007/MKP/2011 Pekik yang akan dinikahkan dengan cucunya, 1655 M). Kompleks Makam Banyusumurup 25 anak tangga. Makam ini merupakan yang paling
Raden Mas Rahmat (kelak bergelar Amangkurat sudah ditetapkan sebagai Situs Cagar Budaya tinggi di antara makam-makam lainnya. Tokoh yang
II). Atas perbuatan ini Pangeran Pekik dan berdasarkan UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar dimakamkan di sayap kanan (timur) antara lain:
keluarganya dibunuh. Sedangkan Rara Oyi Budaya dengan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Kiai Ageng Giring, Kiai Ageng Sentong, dan Sultan
dibunuh oleh Amangkurat II atas perintah Pariwisata Republik Indonesia No. PM.89/PW.007/ Cirebon V. Tokoh yang dimakamkan di sayap kiri
ayahnya (Amangkurat I) MKP/2011 (barat) antara lain: Kanjeng Ratu Pambayun (istri
2. Pangeran Pekik mempunyai niat untuk Amangkurat), makam Kanjeng Ratu Mas Hadi (ibu
memberontak Mataram dengan bekerja sama Menelusuri Makam Girilaya dan Banyusumurup Sultan Agung), dan Kanjeng Panembahan Juminah
dengan Belanda. Setelah mengetahui hal ini, Kompleks Makam Jawa pada umumnya terdiri (paman Sultan Agung).
Amangkurat I marah dan memerintahkan dari beberapa bagian. beberapa bagian atau Masjid berada di Kaki Bukit Girilaya dan letaknya
Pangeran Pekik dan pengikutnya dibunuh. komponen penting yang ada di kompleks makam tidak jauh dari pemukiman penduduk. Denah
adalah makam itu sendiri, serta adanya sebuah ruang utama masjid berbentuk bujur sangkar. Pada
masjid. Begitu pula yang ada di Kompleks Makam ruangan utama terdapat tiga buah pintu masuk yang
Girilaya dan Kompleks Makam Banyusumurup, terbuat dari kayu jati dengan ukuran 108 x 75 cm.
< Prasasti di Makam Giriloyo, Imogiri terdapat makam dan juga sebuah masjid di dalam Lantai masjid terbuat dari tegel ukuran 20 x 20 cm.
Isi prasasti tersebut tentang pendirian masjid dengan sengkalan kompleks tersebut. Selain itu, tokoh yang dimakam Atap bangunan masjid berbentuk tajug, disangga
berbunyi kar(e)ti rupaning giri tunggal atau 1714 Jawa. kan di kompleks makam tersebut juga menarik untuk oleh 4 buah tiang. Serambi depan berukuran 10 x
Berdasarkan prasasti Masjid Giriloyo dibangun pada tanggal ditelusuri riwayatnya. 7 meter. Atap bangunan serambi berbentuk limasan.
22 bulan Rabiulawal tahun Jimakir 1714 Jawa atau tanggal 1 Di dalam masjid terdapat beduk, kentongan,
Februari 1788 M
Makam Girilaya mimbar, ruang penyimpanan keranda dan prasasti.
dokumentasi: BPCB DIY
Di sana terdapat empat bagian yaitu makam Prasasti terbuat dari batu putih berukuran 40 x 41

Mayangkara | EDISI 8 | 2019 Mayangkara | EDISI 8 | 2019


34 PRINGGITAN PRINGGITAN 35

cm. Prasasti beraksara dan berbahasa Jawa terdiri


atas 7 baris. Isi prasasti tentang pendirian masjid
dengan sengkalan berbunyi kar(e)ti rupaning giri
tunggal atau 1714 Jawa. Berdasarkan prasasti
Masjid Girilaya dibangun pada tanggal 22 bulan
Rabiulawal tahun Jimakir 1714 Jawa atau tanggal
1 Februari 1788 M.
Tokoh yang dimakamkan di kompleks Makam
Girilaya sayap kanan (timur) antara lain: Kyai Ageng
Giring, Kyai Ageng Sentong, dan Panembahan
Giriloyo/ Sultan Cirebon V. Tokoh yang dimakamkan
di sayap kiri (barat) antara lain: Kanjeng Ratu
Pembayun (istri Amangkurat), makam Kanjeng
Ratu Mas Hadi (ibu Sultan Agung), dan Kanjeng
Panembahan Juminah (paman Sultan Agung).
Secara keseluruhan yang dimakamkan di tempat
tersebut ada 77 buah.

Makam Banyusumurup
Terdiri atas dua halaman yang masing-masing
dikelilingi tembok bata dan berdenah empat persegi
panjang, dengan arah utara selatan. Halaman
I berukuran panjang 37 m, lebar 24 m, tinggi
2, 75 m dan terdapat regol yang tinggi sampai
ujung atap. Regol ini selalu ditutup dan dibuka
hanya bila ada peziarah datang. Pada halaman
I ini terdapat 52 makam, diantaranya makam
Pangeran Pekik, Pangeran Lamongan, Rara Oyi,
Pangeran Timur, kerabat dan pengikut Pangeran
Pekik. Nisan makam-makam tersebut diantaranya
terbuat dari batu bata, sedangkan Makam
Pangeran Pekik dan Pangeran Lamongan terbuat
dari batu kapur, sisanya terbuat dari susunan batu
andesit. Halaman II berukuran panjang 20,30
m, lebar 19,5 m dan ukuran regol sama dengan
halaman I. Halaman II ini berada di luar halaman
I yaitu di sisi selatan bagian barat. Di halaman II
terdapat dua bangunan yang terletak di sisi utara
dan selatan, bangunan di halaman ini disebut
bale panyerenan yaitu tempat untuk meletakkan
jenazah sebelum dimakamkan. Saat ini tempat
ini digunakan sebagai tempat menunggu para
peziarah.
Masjid Banyusumurup terletak di Dusun
Girirejo, Imogiri, Bantul. Masjid ini terletak lebih
kurang satu kilometer sebelah barat Makam
Banyusumurup. Masjid Banyusumurup berdiri
diatas tanah seluas 538 meter persegi, luas

< Situasi di dalam pagar Makam Banyusumurup, Imogiri


Foto disamping adalah foto situasi di dalam pagar Makam
Banyusumurup yang sangat kental dengan suasana sakralnya.

dokumentasi: BPCB DIY

Mayangkara | EDISI 8 | 2019 Mayangkara | EDISI 8 | 2019


36 PRINGGITAN PRINGGITAN 37

bangunan 228 meter persegi. Atap bangunan Co.


masjid berbentuk tajug, disangga oleh 4 buah tiang. Olthoff, W.L., 1941. Poenika Serat Babad Tanah
Serambi depan berukuran 11,70 x 6,40 meter, Jawi Wiwit Saking Nabi Adam Doemoegi Ing
serambi kanan berukuran 9,40 x 2,50 meter. Atap taoen 1647. ‘s-Gravenhage : Martinus Nijhoff
bangunan serambi berbentuk limasan. Di dalam Suaka Peninggalan Sejarah Purbakala DIY. 1995.
masjid terdapat Al-Quran, beduk, kentongan, dan “Laporan Pendokumentasian Situs Giriloyo,
mimbar. Menurut informasi takmir masjid, benda- Imogiri, Bantul, Yogyakarta”.
benda berupa beduk, kentongan, dan mimbar dibuat Suaka Peninggalan Sejarah Purbakala DIY. 1995.
sejaman dengan masjid dan Makam Banyusumurup “Laporan Pendokumentasian Makam dan Masjid
dan kondisinya masih cukup baik. Bangunan masjid Banyusumurup, Girirejo, Imogiri, Bantul”.
dan serambi direnovasi oleh masyarakat sekitarnya Widiyastuti, 1995. Fungsi, Latar Belakang
karena mengalami kerusakan akibat gempa bumi Pendirian, dan Peranan Masjid-Masjid Pathok
tahun 2006. Renovasi dilakukan dengan beberapa Negara di Kasultanan Yogyakarta. Yogyakarta:
perubahan, antara lain tambahan jendela di sisi Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada. (Skripsi
timur, perubahan posisi pintu di bagian pawestren, tidak diterbitkan)
penambahan lantai keramik, dan tambahan atap
galvalum di luar serambi.
Tokoh yang dimakamkan di kompleks Makam
Banyusumurup antara lain Kanjeng Gusti Pangeran
Pekik, Kanjeng Gusti Pangeran Lamongan, Kanjeng
Ratu Mangkurat (Rara Oyi), Raden Ayu Cutang,
Raden Ayu Kleting Wulung, Raden Ayu Jambul, Putra
Timur (putra Pangeran Pekik) dan para pengikut
Pangeran Pekik. Dikutip dari Cengkorongan Gambar
Sarta Pratelan Ingkang Sami Sumare Ing Kagungan
Dalem Pasareyan yang ditulis KRT. Mandayakusuma,
Secara keseluruhan yang dimakamkan ada 58 buah.
Bahkan termasuk Patih Danurejo II (kemudian
dipindah ke Mlangi) dan R. Rangga Prawiradirjo III
(dipindah ke Giripurna) yang mengalami hukuman
pada saat pemerintahan Sultan Hamengku Buwana
II.

Sumber Bacaan
Adrisijanti, Inajati, 2000. Arkeologi Perkotaan
Mataram Islam, Yogyakarta: Jendela.
Graaf, H.J. de, 1986. Puncak Kekuasaan Mataram,
Jakarta: Grafiti Press.
Graaf, H.J. de, 1941. “Soerabaja in de XVII eeuw
van Koninkrijk tot Regentschap” Djawa, 3 Mei
Himawan Prasetyo
1941. Diterjemahkan Suwandi. Yogyakarta :
Himawan Prasetyo, lahir di Surakarta, 5 Mei 1976
Balai Penelitian Sejarah dan Budaya.
adalah Sarjana Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya,
Graaf, H.J. de, 1962. Runtuhnya Istana Mataram,
UGM. Memiliki perhatian pada kesenian Wayang Beber
Jakarta : Grafiti Press.
selain menjadi penulis lepas. Beberapa karyanya telah
Mandayakusuma, KRT., Cengkorongan Gambar
dibukukan seperti Wajah Kauman Surakarta 1910-1930
Sarta Pratelan Ingkang Sami Sumare Ing
dan Urgensi Pelestarian Cagar Budaya di Surakarta.
Kagungan Dalem Pasareyan, KH. Sriwandawa
Selain itu menjadi artikel-artikelnya mengenai sejarah Makam Girilaya yang
Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, 1950.
banyak dimuat di media cetak seperti Kompas, Solopos, didokumentasikan oleh BPCB
Moquette, J.P, 1912. “ De Grafsteenen te Pase en
Suara Merdeka, Surya, dan Radar Jogja. Saat ini bertugas DIY dari udara
Griessee Vergeleken met Dergelijke Monumenten
sebagai staf Unit Dokumentasi Balai Pelestarian Cagar
uit Hindoestan”, TBG LIV, Batavia : Albracht &
Budaya (BPCB) Daerah Istimewa Yogyakarta.

Mayangkara | EDISI 8 | 2019 Mayangkara | EDISI 8 | 2019


38 TEBENG TEBENG 39

POTENSI BENTANG ALAM IMOGIRI juga mempunyai aspek bentang alam yang spesifik.
Dilihat dari kondisi geografis, KCB Imogiri, terletak
dan lorong pelarutan pada batu gamping formasi
Wonosari akan terbentur pada formasi Nglanggran
pada 7º53’36” – 7º58’52” LS dan 110º21’43” – yang berbatuan breksi vulkanik dan relatif kedap
Oleh : Ernawati Purwaningsih, S.Si., M.Sc. 110º25’53” BT. Dengan luas wilayah 54,49 km2, air, sehingga menyebabkan munculnya mata air,
topografinya didominasi dataran berelief curam, seperti Mata Air Surocolo, Nawungan I, Nawungan
dengan bentuk lahan didominasi oleh Southern II, Mata Air Bengkung, Tambalan dan Jolosutro,
Mountainous yang terdiri dari dataran kaki lereng terjadi akibat adanya sesar. Keberadaan mata
koluvial Baturagung, perbukitan struktural Formasi air sangat penting karena hampir semua mataair
Nglanggran-Semilir dan Wonosari. Bentuk lahan yang yang ada di Kabupaten Bantul, termasuk KCB
seperti ini mempunyai potensi untuk dikembangkan Imogiri, dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
sebagai kawasan agropolitan (kawasan sentra penduduk, terutama pada daerah yang sulit air. Mata
produksi pangan). Apalagi wilayah Imogiri merupakan air yang ada di Kabupaten Bantul (termasuk Imogiri),
kawasan resapan air primer karena lokasinya berada pada umumnya merupakan mata air menahun
di dekat Sungai Opak yang merupakan salah satu (perennial springs), sehingga dapat dimanfaatkan
pendukung kehidupan masyarakat Imogiri, seperti terus menerus sepanjang tahun.
untuk pertanian.
KCB Imogiri mempunyai objek wisata alam yang Mata air Bengkung
identik dengan kawasan bebatuan, sungai, dan Mata Air Bengkung secara administrasi masuk
beberapa desa wisata. Komposisi batuan gunungapi di wilayah Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo,
di wilayah KCB Imogiri terdapat tiga tahapan Kabupaten Bantul. Namun, karena letaknya yang
pertumbuhan gunungapi purba yaitu pembentukan berbatasan dengan KCB Imogiri, sehingga Mata Air
gunungapi monogenesis, gunungapi komposit, dan Bengkung juga mengairi beberapa wilayah Imogiri.
gunungapi kaldera letusan. Wisata bebatuan seperti Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, asal
Watu Sewu yang berada di Cengkehan, Giriloyo, mula kemunculan Mata Air Bengkung pada masa
Wukirsari mempunyai keindahan alam. Watu Sewu Kerajaan Marataram. Pada waktu itu diceritakan
merupakan gunungapi purba, dan dinamakan Watu bahwa Sultan Agung Hanyokrokusumo sedang dalam
Sewu karena banyak terdapat batuan di tempat perjalanan mencari lokasi pemakaman untuk dirinya
tersebut, diantaranya adalah Batu Gumuling, Batu dan keturunannya yang di Mataram (Nitik Siti Arum).
Malu, Batu Senthong, Batu Undhak, Batu Lumbung, Artinya, Nitik=mencari, Siti=tanah, Arum=wangi.
Kedung Paga, Kedung Jahanam, Kedung Grojogan, Jadi beliau sedang mencari tanah yang berbau
Kedung Gayam, dan Gua Ngesong Girwanu. Tempat harum menurut mata hatinya. Konon Siti Arum
ini banyak dikunjungi wisatawan terutama generasi yang dimaksud berasal dari tanah suci (Arab) yang
dokumentasi: Ernawati Purwaningsih

milenial yang ingin berfoto atau berswafoto. diambil sewaktu Sultan Agung sedang menunaikan
Sebaran mata air potensial di Kabupaten ibadah haji. Pada saat itu beliau melakukan lelono
Bantul terdapat di satuan Perbukitan Baturagung jajah deso milang kori Nitik Siti Arum, dan akhirnya
dan kemungkinan di Perbukitan Formasi Sentolo. Sultan sampai di tempat ini. Karena perjalanan yang
Terbentuknya mata air dapat disebabkan oleh adanya cukup panjang, Sultan dan abdinya merasa haus,
patahan, perbedaan pelapisan batuan, dan dip strike. akan tetapi tidak menemukan air di sekelilingnya.
Seperti yang tertulis di Karakteristik Akuifer dan Kemudian Sultan Agung menancapkan tongkatnya ke
Potensi Air tanah Graben Bantul tulisan Langgeng dinding tebing batu ini. Setelah dicabut tongkatnya,
Wahyu Santosa dan Tjahyo Nugroho Adji, wilayah keluar mataair dari tebing batu tersebut. Selanjutnya,
^ Watu Sewu merupakan gunung api purba yang terdapat banyak batuan yang ditemukan
Imogiri dan Piyungan merupakan pegunungan yang Sultan memanjatkan doa, mohon petunjuk kepada
tersusun dari berbagai formasi batuan, sehingga di Tuhan untuk menemukan Siti Arum. Oleh karena
daerah ini terdapat beberapa mata air. Mata air yang itu, tempat Sultan berdoa inilah dijadikan tempat
KCB Imogiri merupakan wilayah yang cukup Selain makam raja-raja Mataram, Imogiri
ada di Imogiri adalah Mata Air Cerme dengan debit keramat atau pertapaan. Diceritakan, pada suatu
menarik dilihat dari berbagai aspek, baik sejarah, memiliki daya tarik budaya yang cukup menarik yaitu
aliran 66 liter/detik, Mata Air Nawungan I (1,00 liter/ hari ada pertapa sakti yang sedang bertapa sampai
budaya, maupun bentanga alamnya. Apabila disebut terdapatnya kerajinan keris dan warangka, kerajinan
detik), Nawungan II (4,00 liter/detik), Sumberagung mati di tempat ini, tubuhnya hangus dan mbekurung.
kata Imogiri, maka dalam benak muncul tentang tatah sungging, dan batik tulis. Kerajinan tatah
(0,08 liter/detik), Mata Air Bengkung KCB Dlingo Orang tersebut diberi nama Sunan Gesang, dan
makam raja-raja Mataram yang masih terawat dan sungging yang berada di Pucung, Desa Wukirsari,
(1,00 liter/detik). tempat ini dinamakan Bekung.
terjaga. Para abdi dalem yang tetap setia untuk kerajinan keris dan waranagka di Banyusumurup,
Mata Air Cerme di KCB Imogiri mempunyai debit Mata Air Bengkung ini penting karena salah satu
menjaga makam raja-raja Mataram tersebut. Makam Girirejo, dan kerajinan batik tulis di Giriloyo.
aliran yang paling besar, yaitu 66 liter/detik. Mata fungsinya untuk mengaliri kompleks makam Raja-
raja-raja Mataram menyimpan sejarah panjang dan Keberadaan ketiga kerajinan tradisional tersebut
air ini merupakan muara sungai bawah tanah yang Raja Mataram di Pajimatan, Imogiri. Mata air ini
menjadi saksi bisu sejarah Kerajaan Mataram. Hal tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan makam
muncul kepermukaan karena adanya sesar. Aliran dialirkan menggunakan pipa dari besi berukuran
ini menjadi daya tarik dan potensi wisata religi yang raja-raja Mataram dan keraton Yogyakarta.
air tanah yang mengalir melalui rekahan, celah, 2 dim, dengan panjang pipa kurang lebih 7 km,
dimiliki KCB Imogiri. Selain dari aspek sejarah dan budaya, Imogiri

Mayangkara | EDISI 8 | 2019 Mayangkara | EDISI 8 | 2019


40 TEBENG 41

dokumentasi: Ernawati Purwaningsih


orang percaya bahwa air dari Mata Air Bengkung
yang diambil di petilasan dapat memberikan khasiat
tertentu.
Namun beberapa tahun terakhir ini, air dari Mata
Air Bengkung tidak sampai ke kompleks makam
raja-raja Mataram, karena pipa pralon yang mengalir
dari mata air Bengkung diputus di tengah jalan oleh
warga masyarakat. Untuk mengatasi kebutuhan
air kompleks makam raja-raja Mataram dan warga
sekitarnya, maka dibuatlah sumur.
SUMBER BACAAN :
Langgeng Wahyu Santosa dan Tjahyo Nugroho
Adji. 2018. Karakteristik Akuifer dan
Potensi Airtanah Graben Bantul. UGM Press
Yogyakarta.
Data Lapangan Penulisan Ensiklopedi Imogiri tahun
2018
Kajian Tapak Kawasan Imogiri Bantul dalam ejournal.
uajy.ac.id/9101/4JTA13876.pdf

Ernawati Purwaningsih, S.Si., M.Sc.

^ Jalan Menjuju Mata Air Bengkung


dan Tampungan Air di Petilasan

melewati perbukitan Mangunan. Di areal Makam

dokumentasi: Ernawati Purwaningsih


Raja-raja Mataram terdapat sepasang kolam dan
satu-satunya Gapura berbentuk candi bentar lahir di Yogyakarta pada tahun 1971. Gelar pendidikan
disebut Gapura Supit Urang yang dilengkapi kelir Sarjana diperoleh di Fakultas Geografi UGM pada tahun
di belakangnya. Di halaman Supit Urang terdapat 1996, dan pendidikan Pasca Sarjana di Fakultas Geografi
empat tempayan besar yang berisi air dari Mata Air pada tahun 2011. Bekerja di Balai Kajian Sejarah dan
Bengkung. Air dari keempat tempayan ini dipercayai Nilai Tradisional Tanjungpinang dari tahun 1997-2000,
mempunyai khasiat, sehingga pada Upacara Nguras dan di Balai Pelestarian Nilai Budaya DIY sejak 2001
Enceh yang diadakan setiap Bulan Sura banyak hingga sekarang. Jabatan yang diemban saat ini adalah
yang minta airnya. Mata air ini juga digunakan untuk sebagai Peneliti Madya. Berbagai karya tulis ilmiah telah ^ Mata Air Bengkung
memenuhi kebutuhan air di petilasan Bengkung dihasilkan, baik yang telah terbit dalam bentuk buku,
yang tidak jauh dari Mataair Bengkung. Beberapa jurnal, maupun proseding.

Mayangkara | EDISI 8 | 2019 Mayangkara | EDISI 8 | 2019


42 Kawruh Kawruh 43

KERAJINAN
TATAH
SUNGGING
Oleh: Siti Munawaroh

Kerajinan tatah sungging merupakan kerajinan


yang terbuat dari bahan kulit mentah atau kulit
perkamen, yang diproses dengan cara ditatah atau
dipahat kemudian disungging atau diwarnai dengan
teknik gradasi, dikutip dari artikel “Seni Kerajinan
Tatah Sungging Kulit Pucung Imogiri Bantul
Yogyakarta” yang dimuat dalam CORAK Jurnal Seni
Kriya Vol. 6 No.1. Perkamen dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah alat tulis penganti kertas
yang dibuat dari kulit binatang (seperti biri-biri,
kambing, keledai, sapi, ataupun kerbau). Produk dari
kerajinan tatah sungging yang paling terkenal adalah
wayang kulit. Di Yogyakarta ada beberapa daerah
sentra industri kerajinan tatah sungging kulit, satu
diantaranya adalah di Dusun Pucung Karangasem,
Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten
Bantul. Daerah ini terletak di selatan kota Yogyakarta
yaitu berjarak kurang lebih 23 km. tepatnya berada
di daerah pegunungan Imogiri, dimana makam raja
Mataram Yogyakarta berada.
Kerajinan tatah sungging kulit sudah lama
berkembang di daerah Pucung ini. Mengutip dari Nita
Yuniati, Sejarah Pucung menjadi kampung pengrajin
wayang berawal dari kehadiran Mbah Atmo Karyo
atau biasa disebut Mbah Glemboh, Lurah (kepala
desa) Dusun Pucung pada tahun 1917, sebelum
Pucung berubah nama menjadi Dusun Karangasem.
Pada zaman dulu, untuk menjadi seorang lurah harus
mendapatkan pelatihan dari panewon (kecamatan).

Mayangkara | EDISI 8 | 2019 Mayangkara | EDISI 8 | 2019


44 Kawruh Kawruh 45

diperoleh garis tepi kulit, maka proses selanjutnya Alat

dokumentasi: Siti Munawaroh


adalah membuat detail bentuk wayang yang disebut Dalam proses pembuatan kerajinan tatah
dengan anggempur, setelah itu mulai dengan sungging, seluruh prosesnya menggunakan cara
membentuk atau menatah bagian muka tokoh manual, sehingga dibutuhkan bermacam-macam
wayang yang disebut dengan mbedah. alat, misalnya :
Proses menatah menghasilkan bentuk wayang 1. Tatah, terdapat bermacam-macam jenis tatah,
dan karakternya, selanjutnya adalah proses sesuai dengan kemanfaatannya yaitu, tatah
menyungging yaitu memberi pewarnaan pada penguku berbentuk menyerupai jari-jari manusia
bentuk wayang tersebut. Dalam proses pewarnaan dan berfungsi untuk membuat motif setengah
terlebih dahulu diberi warna dasar untuk menutup lingkaran, tatah pemilah berbentuk seperti tatah
kulit agar permukaannya rata. Setelah permukaan biasa namun ujungnya rata dan halus berfungsi
rata, maka tahap selanjutnya adalah merna yaitu untuk membuat motif garis.
memberi warna pada masing-masing bagian kulit 2. Pandhuk dan Gandeng, alat ini berguna untuk
dengan warna yang sesuai dengan karakter dari memukul tatah, berbentuk seperti martil, dan
wayang tersebut. Berikut adalah macam-macam terbuat dari kayu Sonokeling atau Sonokembang
warna yang digunakan nyemeng (hitam), amrada 3. Tindhih terbuat dari besi, kuningan, perunggu,
(emas), ampesi (putih), anjambon (merah muda), atau logam berat lainnya yang berfungsi memberi
anjene (kuning), ngijem nem (hijau muda), ambiru beban agar kulit menempel pada pandhuk saat
(biru muda), jingga (oranye), anyepuhi (mencat proses menatah.
warna-warna muda menjadi warna tua). Proses 4. Kuas dan pen kodok digunakan dalam proses
pewarnaan telah selesai, buka berarti selesai pula sungging
tatah sungging wayang, namun masih ada dua
langkah kerja, yaitu isen-isen yang berarti memberi Bahan
bentuk isian pada bagian yang telah diwarna dan Bahan kulit yang digunakan pada kerajinan tatah
angedus yaitu melapisi warna agar tahan lama. sungging adalah kulit herbivora yang memiliki

dokumentasi: Siti Munawaroh


^ Proses Mbabon/Ngeblak dalam Tatah Sungging Wayang
Proses Mbabon/Ngeblak adalah proses meletakkan sketsa di atas sehelai kain.

Panewon memiliki hubungan langsung dengan beserta anak-anak mereka. Kemudian pada tahun
Keraton. Pelatihannya pun dibina langsung oleh 1970, PT Sarinah (perusahaan BUMN di Jakarta)
Sultan. Pada masa itu, Sultan yang bertahta adalah datang ke Yogyakarta dan tertarik dengan wayang
Hamengkubuwono VII. Secara tidak langsung, Mbah kulit hasil karya warga Pucung. Lama kelamaan,
Glemboh pun menjadi abdi dalem Keraton. wayang kulit Mbah Glemboh makin dikenal
Di karena kedekatannya dengan Sultan, Mbah dan laris dibeli pelanggan. Banyaknya peminat
Glemboh kemudian diberi tugas untuk merawat dan wayang menginisiatifkan warga Pucung untuk ikut
menjaga wayang keraton. Kemudian pada tahun memproduksi tatah sungging wayang. Hingga
1918, Mbah Glemboh tertarik membuat wayang sekarang, warga Pucung masih memproduksi
sendiri. Dirumahnya, Ia belajar menatah wayang, wayang. Keahlian menatah wayang mereka dapatkan
dibantu oleh empat orang tetangganya yaitu Mbah secara turun temurun. Bahkan sekarang kerajinan
Reso Mbulu, Mbah Cermo, Mbah Karyo, dan Mbah menatah wayang dijadikan sebagai muatan lokal di
Sumo. Awalnya, wayang kulit buatan Mbah Glemboh SDN Pucung.
hendak dibawa ke keraton, untuk diperlihatkan
kepada Sultan. Namun ditengah perjalanan, Belanda Proses produksi
melihat hasil karya tersebut lalu membeli semuanya. Terdapat dua langkah dalam proses produksi
Ternyata tidak hanya Belanda yang tertarik, pemilik kerajinan tatah sungging wayang, yaitu menatah dan
salah satu toko batik terkenal (Cokro Suharto) yang menyungging kulit. Dalam proses menatah kulit, ada
kebetulan melihat, membawa wayang itu, kemudian beberapa langkah kegiatan yang harus dilakukan
membeli dan memajang wayang Mbah Glemboh yaitu membuat sketsa atau nyorek, meletakkan
ditoko batiknya. sketsa di atas sehelai kain yang disebut mbabon/ ^ Alat-Alat Tatah
Hingga tahun 1930, Mbah Glemboh masih ngeblak kemudian proses penatahan bagian garis Bermacam-macam alat tatah sesuai dengan kemanfaatannya yaitu, tatah penguku berbentuk menyerupai jari-jari manusia dan
membuat wayang bersama keempat temannya tepi kulit yang dikenal dengan anggebing, setelah berfungsi untuk membuat motif setengah lingkaran, tatah pemilah berbentuk seperti tatah biasa namun ujungnya rata dan halus
berfungsi untuk membuat motif garis

Mayangkara | EDISI 8 | 2019 Mayangkara | EDISI 8 | 2019


46 Kawruh Kawruh 47

ketebalan tertentu. Sebagian besar kulit badan keris. Sumber Bacaan


diperoleh dari daerah Magetan (Jawa Timur), Alat yang digunakan dalam pembuatan warangka Aruman & Toyyibah Kusumawati, 2017. “Seni
Sukoharjo, Solo, Segoroyoso (Bantul) dan sangat sederhana sekali antara lain berupa palu, Kerajinan Tatah Sungging Kulit Pucung Imogiri
Magelang. Ada tiga jenis kulit yang biasa dipakai paku tatah, dan alas yang juga terbuat dari bahan Bantul Yogyakarta”. CORAK Jurnal Seni Kriya
yaitu kulit kambing atau domba, sapi dan kerbau. aspal. Prosesnya bisa dikatakan lebih sederhana dari Vol. 6 No.1, Mei-Okteber 2017. Yogyakarta:
membuat hiasan keris sebab tidak perlu melebur Institut Seni Indonesia.
Tatah Warangka Keris bahan terlebih dahulu. https://blackulin.wordpress.com/2013/07/16/
Selain tatah sungging, di wilayah Imogiri juga Proses pembuatan, lempengan kuningan sebagai empu-djiwo-diharjo-sang-maestro-keris-dari-
terkenal dengan kerajinan pembuatan warangka keris. bahan baku terlebih dahulu dibuat bentukan banyusumurup-imogiri-bantul-yogyakarta/
Tepatnya di Dusun Banyusumurup, sebuah dusun yang sarung keris kemudian dipatri. Selanjutnya, untuk Laporan Kegiatan Jejak Tradisi Budaya Regional
telah lama dikenal sebagai sentra kerajinan keris dan tatah membantu proses penatahan, sarung keris yang Tahun 2013. Yogyakarta: Kementerian
warangka keris/aksesoris keris. Dusun pewaris kerajinan keris pusaka dari masih polos dilekatkan pada permukaan alas yang Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pelestarian
Kerajaan Majapahit ini, secara geografis terletak di sebelah tenggara makam terbuat dari aspal. Proses penatahan pun dimulai Nilai Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta.
Raja-raja Mataram di Imogiri. sesuai motif yang ingin dibuat, biasanya warangka Nita Yuniati, 2017. Peran Paguyuban Dalam
Kerajinan keris di Banyusumurup telah ada dan mulai digeluti oleh didominasi dengan gambaran bunga-bunga. Pengembangan Desa Wisata Wayang Di Dusun
masyarakat sudah lama sejak tiga abad silam. Keahlian membuat keris Selesai ditatah, warangka kemudian memasuki Karangasem, Desa Wukirsari, Imogiri, Bantul.
dipelopori oleh tangan dingin Mbah Sosro Menggolo sebagai pembuat keris tahap finishing. Pada tahap ini, warangka yang telah Skripsi: Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
pertama di Banyusumurup. Ayah Mbah Sosro Menggolo bernama Mbah ditatah dipertegas bentuknya dengan menggunakan Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Yogyakarta:
Mangu adalah orang yang ahli membuat warangka (sarung keris). Saat ini batang besi. Agar warna lebih cerah, warangka Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
sudah ada empat keturunan Mbah Sosro Menggolo yang menjadi perajin keris dipoles dengan larutan yang bersifat asam. Dahulu, Ragil Pamungkas, 2007. Mengenal Keris: Senjata
pusaka. Satu dari empat anak dari Mbah Sosro Menggolo yang membuat banyak pengrajin menggunakan air jeruk untuk ”Magis” Masyarakat Jawa. Yogyakarta: Penerbit
keris cukup terkenal dan disebut-sebut juga sebagai empu ialah Mbah Djiwo mencerahkan warna, namun kini lebih banyak Narasi
Dihardjo. Mbah Djiwo Dihadjo generasi ke-5 merupakan keturunan ke-19 pengrajin yang menggunakan larutan HCl sebab Sunarto, 1985/1986. Mengenal tatah Sungging
Empu Supondriyo dari Kerajaan Majapahit. Pada tahun 1982, Sri Sultan HB lebih praktis. Kulit. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
IX menganugerahkan gelar Empu pada beliau, namanya pun berganti menjadi Dalam perkembangannya kurang-lebih 1950, Yogyakarta: Proyek Peningkatan Pengembangan
Empu Sarjono Supo. Kemampuan ini diteruskan ke anak cucu Mbah Sosro ketrampilan dalam pembuatan keris dan warangka Institut Seni Indonesia
Menggolo. tidak hanya diperoleh secara murni garis keturunan,
Mengutip dari Mengenal Keris: Senjata ”Magis” Masyarakat Jawa tulisan tetapi juga dari tetangga. Keris yang dibuatpun tidak
Ragil Pamungkas, warangka adalah sarung yang digunakan untuk menyimpan hanya untuk pusaka akan tetapi keris pajangan atau Dra. Siti Munawaroh
keris agar aman untuk dibawa dan memiliki bentuk yang lebih menarik. Pada aksesori (pendhok), dimana keris/pendok tersebut Dra. Siti Munawaroh, lahir
umumnya keris akan dibuatkan warangka untuk menyimpan keris dan untuk biasanya digunakan sebagai pelengkap pakaian adat di Bantul 58 tahun silam,
menambahkan keindahan pada penampilan keris. Namun ada beberapa buah Jawa atau untuk pertunjukan seperti Sendra Tari. tepatnya pada 26 April 1961.
keris yang memang memiliki sifat tidak mau diberikan warangka. Hingga saat ini perajin keris/pendhok dan warangka Beliau telah menempuh
Warangka dibagi dalam dua bentuk umum, yaitu bentuk yogjakarta dan sudah menjadi matapencaharian utama hampir pendidikan Sarjana Geografi
bentuk Surakarta (Solo). Perbedaan dari keduanya ini dapat dilihat dari bentuk sebagian besar keluarga di Banyusumurup. Dari Manusia di Universitas
kayu yang terletak pada bagian pintu bilah keris atau pada bagian atas warangka data dusun, kurang-lebih 300 KK, 60% berprofesi Gadjah Mada. Tinggal di
keris. Bagian ini sering disebut dengan gayaman atau branggah. Secara umum, sebagai pembuat keris/pendhok dan warangka. Dusun Karangtengah Imogiri
warangka bentuk Surakarta (Solo) memiliki ciri kedua ujung branggah-nya Bahkan antusiasme generasi muda untuk terlibat Bantul, menjadikannya cukup
tumpul, sedang branggah bentuk Yogjakarta runcing. dalam pembuatan keris di Banyusumurup cukup intens dengan penelitian
Motif warangka keris yang dibuat pada awalnya hanya gaya Yogyakarta bagus. mengenai Imogiri. Beberapa
dan Surakarta (Solo). Dalam perkembangannya, motif warangka keris mulai Dalam memproduksi keris/pendhok, produsen- karyanya antara lain Wedang Uwuh Sebagai Ikon
merambah pada gaya Melayu, Madura, dan berbagai daerah lain sesuai dengan produsen di dusun ini tidak berdiri sendiri. Sebaliknya Kuliner Khas Imogiri Bantul, tahun 2014. Kiai Pada
pesanan yang diterima. Secara mendasar warangka keris gaya Yogyakarta berbeda mereka bekerja sama dengan cara dibagi tugas Masyarakat Desa Kotah Sampang Madura, tahun 2015.
dengan Surakarta. Keris gaya Yogyakarta biasanya berbahan dasar kayu timo setiap rumah produksi mengerjakan satu bagian Memggali Kedifan Lokal Batik Giriloyo Wukirsari
(timoho), sedangkan warangka keris gaya Surakarta menggunakan kayu cendana. keris tertentu (bagian keris ada 6: deder, mendak, Imogiri Bantul, tahun 2016. Song-Osong Lombhung
Kayu-kayu tersebut biasa diperoleh dari luar daerah hingga ke Lombok. Selain warangka, pendhok, gandar, dan bilah keris). Pekerja Masyarakat Desa Kotah Sampang Madura, tahun
kedua kayu tersebut, kayu asem juga sering digunakan sebagai bahan pembuatan yang turun tangan dalam pembuatan keris ini pun 2016. Profil Etos Kerja Pengrajin Bambu Di Desa
tak hanya kaum laki-laki saja, tak sedikit perempuan Gintangan Banyuwangi, tahun 2016. Hingga sekarang
< Warangka Keris Yogyakarta ikut andil dalam beberapa proses, seperti mengecat ia merupakan Aparatur Sipil Negara di Balai Pelestarian
Warangka adalah sarung yang digunakan untuk menyimpan keris agar aman untuk dibawa dan maupun mengukir. Baik pekerja laki-laki maupun
memiliki bentuk yang lebih menarik. Nilai Budaya D.I Yogyakarta.
perempuan umumnya merupakan kerabat dekat
yang masih dalam lingkup di Dusun Banyusumurup.

Mayangkara | EDISI 8 | 2019 Mayangkara | EDISI 8 | 2019


48 Kawruh Kawruh 49

Batik Imogiri
Untuk
Kesejahteraan
Masyarakat
Oleh : Titi Handayani

Tanggal 2 Oktober 2009, salah satu Warisan Budaya Bangsa yaitu Batik, telah
ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi
(Masterpiece of the Oral and the Intangible Heritage of Humanity) oleh UNESCO. Dalam
sehelai kain batik mengandung Makna filosofis yang tertuang dalam berbagai motifnya.
Makna filosfis inilah yang menandai penggunaan batik dalam setiap penggal kehidupan
manusia, mulai dari kelahiran sampai dengan kematian.
Pada awalnya batik hanya dibuat dan digunakan di lingkungan keraton dan mencapai
puncak keemasannya pada masa kerajaan Mataram I sampai dengan masa Mataram
II yang terbagi menjadi keraton Surakarta dan Yogyakarta. Ketika makam raja-raja di
Pajimatan, Imogiri dibangun, pihak keraton menugaskan abdi dalem untuk memelihara
dan menjaga kawasan makam tersebut. Ketika keluarga kerajaan melakukan ziarah ke
makam, bertemulah mereka dengan penduduk di sekitar makam. Melalui pertemuan-
pertemuan tersebut para penduduk, terutama para wanita, belajar membatik dari
keluarga kerajaan. Batik yang dihasilkan adalah batik halus dengan motif khusus untuk
berbagai keperluan keraton. Ketrampilan membatik ini kemudian diwariskan kepada
anak cucu perempuan mereka. Oleh karena itu tidak heran bila di dusun Girilaya dan
sekitarnya hampir semua wanitanya memiliki ketrampilan membatik.

Mayangkara | EDISI 8 | 2019 Mayangkara | EDISI 8 | 2019


50 Kawruh Kawruh 51

membutuhkan kesabaran, Biasanya dilakukan setelah proses pewarnaan. berumahtangga dengan berlandaskan prinsip-prinsip
dokumentasi: Dinas Kebudayaan DIY

ketekunan, serta ketelitian. Nyoga dilakukan setelah proses mbironi selesai. hidup yang kuat.
Pertama-tama kain mori dicuci, Nyoga berasal dari kata soga, yaitu sejenis kayu Motif Kawung adalah batik dengan motif yang
kemudian dimasukkan ke yang digunakan untuk mendapatkan warna cokelat, mengambil bentuk buah kawung (sejenis kelapa,
minyak jarak atau minyak kacang dengan caranya mencelupkan kain ke dalam atau kadang dianggap sebagai buah kolang-kaling)
yang sudah ada di dalam abu campuran warna cokelat tersebut. yang ditata dalam pola yang sangat teratur. Motif
merang agar daya serap kain Nglorot adalah tahapan akhir dalam proses ini juga sering diinterpretasikan sebagai bunga lotus
terhadap zat warna lebih tinggi. pembuatan batik, yaitu melepaskan seluruh lilin/ (teratai) dengan empat lembar daun yang merekah
Setelah itu kain diberi kanji dan malam dengan cara memasukkan kain yang sudah yang melambangkan umur panjang dan kesucian.
dijemur. Selanjutnya, dilakukan cukup tua warnanya ke dalam air mendidih. Setelah Biasanya motif Kawung diberi nama berdasar besar
proses pengemplongan, yaitu itu, kain dibilas dengan air bersih dan diangin- kecilnya bentuk kawung. Kawung Picis adalah motif
penghalusan permukaan kain anginkan hingga kering. kawung dengan bentuk kawung kecil-kecil. Picis
dengan cara dipukul-pukul adalah mata uang (10 sen) yang bentuknya kecil.
menggunakan pemukul dari kayu Ragam Motif Batik Kawung Bribil adalah motif dengan ukuran kawung
agar kain tidak kaku dan mudah Dalam seni batik dikenal dengan bermacam- yang lebih besar daripada kawung picis. Bribil
menyerap warna. macam ragam motif batik. Terdapat makna filosofi adalah mata uang bernilai 0.5 sen yang bentuk dan
Nyorek atau mola adalah dalam sebuah motif batik tersebut. Beberapa ragam ukurannya lebih besar daripada picis. Kain kawung
proses menjiplak/ngeblat atau motif batik beserta makna filosofi yang sering yang motif kawungnya lebih besar dari Kawung
membuat pola di atas kain dijumpai diantaranya adalah: Bribil disebut Kawung Sen.
^ Sabar,Tekun, dan Teliti mori dengan cara meniru pola Batik bermotif Wahyu Tumurun melukiskan Motif batik Truntum diciptakan oleh Kanjeng
Proses pembuatan satu Kain Batik membutuhkan proses yang
motif yang sudah ada. Pola dibuat di atas kertas turunnya anugerah/wahyu Tuhan kepada Ratu Kencana (permaisuri Sunan Paku Buwana
panjang. Maka dari itu, dalam membatik dibutuhkan kesabaran,
ketekunan, dan ketelitian agar Batik yang dihasilkan rapi dan baik. roti, kemudian dijiplak di atas kain mori. Nyorek manusia. Kain ini biasanya dipakai untuk upacara III). Truntum memiliki makna cinta yang tumbuh
juga dapat dilakukan secara langsung di atas kain seperti mitoni (tujuh bulan kehamilan), siraman kembali. Motif ini diciptakan sebagai simbol cinta
atau menjiplaknya dengan menggunakan pensil (pembersihan badan calon pengantin sebelum yang tulus tanpa syarat, abadi, dan semakin lama
Batik Sebuah Proses Kesabaran, Ketekunan, serta atau canthing. Agar proses pewarnaan berhasil pernikahan), dan akad nikah. Motif batik semen semakin subur berkembang (tumaruntum). Batik
Ketelitian dengan baik, tidak pecah, dan sempurna, maka dimaknai sebagai gambaran dari kehidupan yang Truntum biasa dipakai oleh orang tua pengantin
Batik dihasilkan dari teknik menggambar proses membatiknya perlu diulang pada sisi kain di bersemi, berkembang, atau makmur. Pada batik pada hari pernikahan anaknya dengan harapan
dengan alat yang disebut canthing di atas kain sebaliknya. Proses ini disebut ganggang. motif semen terdapat beberapa jenis ornamen agar cinta kasih yang tumaruntum ini menghinggapi
menggunakan media malam atau lilin. Malam Proses berikutnya adalah mbatik/nyanthing/ pokok. Pertama, ornamen yang berhubungan dengan kedua mempelai. Namun ada pula yang memaknai
berfungsi menahan zat pewarna masuk ke dalam nglowong yang dilakukan dengan cara menorehkan daratan, seperti tumbuh-tumbuhan atau binatang bahwa orang tua berkewajiban untuk menuntun
kain (katun/mori, sutera, dll.). Simbolisme dalam malam batik ke kain mori, dimulai dari nglowong berkaki empat. Kedua, ornamen yang berhubungan kedua mempelai untuk memasuki kehidupan baru.
batik dapat dilihat pada warna dan motifnya. Batik (menggambar garis-garis luar pola) dan membuat dengan udara seperti burung-burung, garuda, dan Batik dengan motif Babon Angrem (induk ayam
tradisional biasanya berwarna biru gelap atau hitam isen-isen (mengisi pola dengan berbagai macam mega mendung. Ketiga, ornamen yang berhubungan yang mengerami telur) melambangkan induk ayam
yang merupakan simbol kekekalan, warna coklat bentuk). Di dalam proses isen-isen terdapat istilah dengan laut atau air, seperti ular, ikan, dan katak. yang sedang mengerami telurnya. Maknanya adalah
merah menggambarkan kebahagiaan, dan warna nyecek, yaitu membuat isian dengan memberi Jenis-jenis ornamen tersebut kemungkinan besar agar manusia bersabar, seperti sabarnya ayam
putih yang menggambarkan cahaya kehidupan. titik-titik (nitik) atau nruntum, yaitu memberi isen- ada hubungannya dengan paham Tri Loka atau Tri yang mengerami telur-telurnya hingga menetas.
Warna biru atau hitam yang alami didapat dari isen dengan pola yang lebih rumit. Setelah proses Bawana, yaitu paham tentang adanya tiga dunia, Motif batik Tambal dimaknai sebagai upaya untuk
tanaman indigofera yang difermentasi. Warna coklat mbatik selesai, kemudian bagian-bagian yang tidak yaitu dunia tengah yang merupakan tempat manusia menambal atau memperbaiki hal-hal yang rusak.
dihasilkan dari campuran kulit kayu tingi (merah) boleh terkena warna dasar (biru) ditutup dengan hidup, dunia atas yang merupakan tempat para dewa Dalam perjalanan hidupnya manusia seharusnya
dengan kulit kayu jambal (merah kecoklatan), atau menggunakan malam. Proses ini disebut nembok. dan para suci, serta dunia bawah yang merupakan selalu memperbaiki diri menuju kehidupan yang lebih
kayu tegeran (hijau). Warna sintetis untuk batik Kemudian kain yang sudah dibatik dicelupkan tempat bagi orang yang jalan hidupnya tidak benar baik, lahir maupun batin. Pada jaman dulu, batik
baru digunakan sejak abad-16 bersamaan dengan ke cairan warna secara berulang-ulang sehingga dan dipenuhi angkara murka. dengan motif tambal ini dipercaya bisa membantu
munculnya teknik cap yang dapat memproduksi mendapatkan warna yang diinginkan. Proses ini Motif semen rama sering dihubungkan dengan kesembuhan orang yang sakit.
batik dalam waktu yang jauh lebih singkat. disebut medel. cerita Ramayana yang sarat dengan ajaran Di Imogiri, motif Batik klasik yang dihasilkan oleh
Pola batik dapat dibagi menjadi dua, yaitu Setelah proses medel dilanjutkan dengan Hasta Brata atau delapan jalan untuk mencapai para pembatik memiliki motif yang khas dengan
pola geometri dan non-geometri. Pola geometri mengerok malam secara hati-hati dengan keutamaan. Ajaran ini adalah wejangan keutamaan makna yang dalam. Motif batik yang berawalan “sida”
merupakan kombinasi garis-garis horizontal, vertikal, menggunakan lempengan logam, kemudian kain dari Ramawijaya kepada Wibisana ketika dinobatkan mengandung harapan agar apa yang diinginkan
dan diagonal dengan bentuk-bentuk bujur sangkar, dibilas dengan air bersih, lalu diangin-anginkan. menjadi Raja Alengka, yaitu ajaran tentang sifat bisa tercapai. Arti kata “sida” berarti “jadi/menjadi/
lingkaran, dll. Contoh batik berpola geometri dapat Setelah kain kering, dilakukan proses mbironi, yaitu utama yang seharusnya dimiliki seorang raja terlaksana”. Motif batik Sida Mukti adalah motif yang
dilihat pada motif ceplok, parang, dan lereng. menutupi warna biru dan isen-isen pola yang berupa atau pemimpin rakyat. Motif Gegot termasuk mengandung harapan untuk mencapai kebahagiaan
Sedangkan pola batik non-geometri adalah pola yang cecek atau titik dengan menggunakan malam. dalam kelompok semen. Kata gegot berasal dari lahir batin. Sida Luhur bermakna harapan untuk
dihasilkan dari garis-garis lengkung seperti terlihat Selain itu, ada juga proses ngrining, yaitu mengisi kata gegatra yang berarti awal mula. Motif ini mencapai kedudukan yang tinggi dan dapat menjadi
dalam motif batik lung-lungan. bagian yang belum diwarnai dengan motif tertentu. mengandung harapan agar pemakainya dapat hidup panutan masyarakat. Sida Asih bermakna harapan
Proses pembuatan batik cukup panjang dan

Mayangkara | EDISI 8 | 2019 Mayangkara | EDISI 8 | 2019


52 Kawruh Kawruh 53

agar manusia dapat mengembangkan rasa saling


menyayangi dan mengasihi antar sesama.

Batik Girilaya dan Kesejahteraan Masyarakat


Membatik merupakan kegiatan mayoritas wanita
Girilaya di Imogiri. Keahlian membatik inilah yang
mereka warisi dari leluhur. Dulu, mereka bekerja
sesuai pesanan para pedagang/ pengepul batik
dengan upah yang sangat kecil. Namun sejak tahun
2007, melalui Yogyakarta Central Java Assistance
Program (YCAP) yang dikelola oleh Jogja Heritage
Society, batik Girilaya dan dusun-dusun di sekitarnya
di desa Wukirsari, Imogiri berkembang pesat. Bahkan
saat ini batik telah menjadi ikon Imogiri.
Sebagai warisan leluhur, batik telah menjadi
bagian dari kehidupan masyarakat. Saat ini Girilaya,
Imogiri menjadi salah satu contoh bagaimana
pelestarian batik sebagai intangible heritage telah
mampu mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya. Pelestarian batik juga diikuti dengan
pelestarian lingkungan melalui pengelolaan limbah
proses batik yang benar. Meningkatnya kunjungan
tamu, baik untuk membeli batik, belajar membatik,
maupun menikmati suasana desa melalui jejah desa
kemudian mendorong masyarakat untuk melestarikan
arsitektur lokal. Pelestarian memang haruslah
holistik. Batik Imogiri telah dihidupkan untuk
menghidupi dan mensejahterakan masyarakatnya
serta melestarikan lingkungan alam dan lingkungan
binaan yang ada.
> Mbatik/Nyanthing
Mbatik/nyanthing merupakan proses menorehkan malam
batik ke kain mori, dimulai dari nglowong (menggambar garis-
garis luar pola) dan membuat isen-isen (mengisi pola dengan
berbagai macam bentuk).

Titi Handayani
Ir Titi Handayani, M.Arch
adalah seorang Dosen
Arsitektur di Akademi
Teknik YKPN. Beliau
adalah penggiat Jogja
Heritage Society, sebuah
organisasi nirlaba di
bidang pelestarian yang
banyak terlibat dalam
kegiatan pelestarian
arsitektur dan lingkungan
termasuk pendampingan
masyarakat dalam pelestarian intangible heritage. Selain
sebagai dosen, beliau juga masih aktif sebagai anggota
Dewan Pertimbangan Pelestarian Warisan Budaya
(DP2WB) DIY.

Mayangkara | EDISI 8 | 2019 Mayangkara | EDISI 8 | 2019


54 PAGELARAN PAGELARAN 55

Kegiatan Pemugaran Bangunan Cagar Budaya Pasal 77 Undang-Undang


di Kawasan Cagar Budaya Republik Indonesia Nomor
11 tahun 2010 tentang
Imogiri Cagar Budaya, menyebutkan
bahwa kegiatan pemugaran
bangunan cagar budaya
yang rusak dilakukan untuk
mengembalikan kondisi fisik
dengan cara memperbaiki,
memperkuat, dan/atau
mengawetkannya melalui
empat jenis pekerjaan yaitu
rekonstruksi, konsolidasi,
rehabilitasi, dan restorasi.
Dari keempat jenis pekerjaan
ini, yang selama ini sering
dilakukan adalah pekerjaan
rehabilitasi. Rehabilitasi adalah
upaya perbaikan dan pemulihan
bangunan cagar budaya yang
kegiatannya dititikberatkan
pada penanganan yang sifatnya ^ Proses rehabilitasi bangunan ndalem pada rumah Bupati
parsial. Puralaya Yogyakarta pada tahun 2009
Kegiatan rehabilitasi yang pernah dilakukan oleh
instansi yang berwenang di bidang kebudayaan pada pembangunan beberapa bangunan di lokasi tersebut.
KCB Imogiri antara lain seperti dalam uraian berikut Pada 17 Maret 2019 ada bagian dari pengembangan
ini. Instansi yang berwenang di bidang kebudayaan kompleks makam ini yang mengalami longsor setelah
dalam hal ini meliputi Dinas Kebudayaan DIY, Dinas hujan deras turun selama beberapa hari di kawasan
Kebudayaan Bantul dan Balai Pelestarian Cagar ini. Perbaikan dari kerusakan akan segera dilakukan
Budaya Yogyakarta sebagai unit pelaksana teknis tidak hanya untuk memperbaiki kerusakan yang
Ru dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. ada tetapi juga untuk memperkuat kondisi tanah di
Har mah Jo Beberapa bangunan cagar budaya di KCB Imogiri sekitarnya demi antisipasi kemungkinan bencana
t g
dire inah pa lo Sri yang telah direhabilitasi oleh instansi-instansi terkait sejenis di masa mendatang.
hab d as tersebut antara lain:
i
tah litasi p aat
un 2 a 2. Kompleks makam Giriloyo dan kompleks makam
018 da 1. Kompleks makam raja-raja Imogiri Banyusumurup
Gempa bumi pada Mei 2006 merusak banyak Kegiatan pemugaran pada kedua kompleks
bagian dari kompleks makam ini, terutama untuk ini baru mulai dilakukan pada tahun 2018
pagar dan gapura. Tidak lama setelah gempa bumi berupa perencanaan yang biasa disebut detail
Oleh : Bhaskara Ksatria, S.T ini maka rehabilitasi dilakukan secara sinergis antara engineering design (DED). Kegiatan rehabilitasi
pihak Kraton, Dinas Kebudayaan DIY dan Balai yang direncanakan antara lain meliputi perbaikan
Kawasan Cagar Budaya (KCB) Imogiri ditetapkan yang ada di dalam KCB ini. Dinas Kebudayaan Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta. Rehabilitasi pagar, gapura, beberapa bangunan di dalamnya
berdasarkan Surat Keputusan (SK) Gubernur DIY DIY sebagai instansi yang berwenang di bidang dilakukan dengan tetap memperhatikan keaslian dan penataan lingkungan. Pada tahun 2019 akan
No. 186 / Kep / 2011. Tidak seperti KCB lain yang pelestarian cagar budaya di DIY memiliki kewajiban bahan, bentuk, tata letak, gaya dan / atau teknologi dilakukan kegiatan rehabilitasi kompleks makam
terdiri dari satu kawasan inti, kawasan inti dari merehabilitasi bangunan cagar budaya pasca pengerjaan. Banyusumurup.
KCB ini ada 3 dan letaknya terpisah satu sama terjadinya gempa bumi tersebut. Selain perbaikan Setealah pemugaran pasca gempa bumi, pada
lain. Ketiga kawasan inti tersebut adalah kompleks kerusakan akibat gempa bumi, pemerintah, baik itu tahun 2015 diadakan kegiatan Konstruksi 3. Dalem Bupati Puralaya
makam raja-raja Imogiri, kompleks makam Giriloyo melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Pembangunan Makam Imogiri Tahap I. Kegiatan Dalem Bupati Puralaya adalah dalem / rumah
dan kompleks makam Banyusumurup. maupun Dinas Kebudayaan DIY juga melakukan ini adalah pengembangan kompleks makam pada jabatan bagi pejabat dari kraton yang membawahi
Ketika terjadi gempa bumi di Yogyakarta dan kegiatan pemeliharaan rutin dan pemugaran bagian Kraton Yogyakarta yang nantinya disiapkan / mengurusi wilayah makam Imogiri dan sekitarnya.
sekitarnya dengan kekuatan 5,9 pada skala Richter lainnya. Kegiatan pemeliharaan rutin antara lain sebagai lokasi pemakaman bagi raja-raja di Kraton Karena yang dimakamkan di kompleks makam raja-
pada Mei 2006, kawasan Imogiri mengalami diwujudkan dengan adanya petugas yang biasa Yogyakarta setelah Hamengku Buwana IX. Pada raja di Imogiri berasal dari dua Kraton, maka rumah
kerusakan cukup parah. Demikian juga dengan disebut juru pelihara yang ditempatkan di 3 tahap pertama ini dilakukan penyiapan lahan dan Bupati Puralaya pun ada dua, yaitu Dalem Bupati
sejumlah bangunan yang termasuk cagar budaya kawasan inti tersebut. pemagaran lahan. Pada tahun selanjutnya dilakukan Puralaya Surakarta dan Dalem Bupati Puralaya

Mayangkara | EDISI 8 | 2019 Mayangkara | EDISI 8 | 2019


56 PAGELARAN PAWARTOS 57

dalem, dalem kilen dan beberapa bagian


pagar. Pada tahun 2015 Dinas Kebudayaan
Bantul melakukan rehabilitasi lanjutan pada
beberapa bangunan yang pada kegiatan
rehabilitasi sebelumnya belum dilakukan.

4. Rumah tradisional
Beberapa rumah tradisonal Jawa juga
terdapat di kawasan ini. Salah satu rumah
yang masih cukup terawat, utuh dan tidak
banyak perubahan pada susunan ruang dan
material bangunan adalah Rumah Joglo
Lurah Dongkol Girirejo. Rumah ini terletak
sekitar 300 m arah tenggara dari Kantor
Polsek Imogiri. Pada tahun 2010 Dinas
Kebudayaan DIY melakukan rehabilitasi
di rumah ini. Pekerjaan yang dilakukan
antara lain meliputi perbaikan bangunan
pendapa, dalem dan gandok. Pada tahun
Dalem Bupati Puroloyo Tahun 2018
2015 dilakukan rehab lanjutan pada
Rumah Joglo Lurah Dongkol Girirejo yang
dilakukan oleh Dinas Kebudayaan Bantul. Pengawasan, Pengendalian, dan Pelindungan Warisan
^ Proses rehabilitasi bangunan ndalem pada rumah Bupati
Puralaya Yogyakarta pada tahun 2009
Selain rumah tersebut, pada tahun 2018 Dinas Budaya dan Cagar Budaya di Kawasan Cagar Budaya
Kebudayaan Bantul juga melakukan rehabilitasi
Rumah Joglo Sri Hartinah yang terletak di Payaman, Imogiri
Yogyakarta. Kedua rumah ini terletak di kawasan Girirejo. Pekerjaan yang dilakukan antara lain
pendukung dari KCB Imogiri. Dalem Bupati perbaikan atap dan dinding kayu pada bangunan Tahun 2018 Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa modern. Padahal bila mengacu pada Peraturan
Puralaya Yogyakarta terletak di utara kantor Polsek joglo. Yogyakarta mengadakan kegiatan Pengawasan, Gubernur No 40 tahun 2014, kawasan ini seharusnya
Imogiri, sekitar 1 km arah barat dari Kompleks Pengendalian, dan Pelindungan Warisan Budaya memakai gaya arsitektur Jawa atau Klasik.
makam raja-raja Imogiri. Dalem Bupati Puralaya dan Cagar Budaya. tujuan dari kegiatan ini adalah 2. Kawasan ini dinilai belum memiliki fasilitas
Surakarta terletak sekitar 500 m di barat Dalem observasi, pengawasan, dan perekaman hasil penunjang yang memadai.
Bupati Puralaya Yogyakarta. Pada rumah ini selain Bhaskara Ksatria, S.T pengamatan terhadap pelestarian Warisan Budaya 3. Masyarakat kurang diberi pemahaman informasi
pendapa dan ndalem juga terdapat beberapa Bhaskara Ksatria tercatat dan Cagar Budaya di wilayah Daerah Istimewa terkait lingkungan tempat tinggalnya yang menjadi
bangunan lain yang terpisah. Gempa bumi Mei sebagai PNS di Disbud DIY Yogyakarta. Kawasan Cagar Budaya.
2006 telah merusak beberapa bangunan di rumah sejak 2009. Latar belakang Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Daerah Hasil kunjungan untuk kegiatan ini dapat dijadikan
ini. pendidikan S1 di Arsitektur Istimewa Yogyakarta Nomor 186 Tahun 2011 bahan rekomendasi kepada instansi-instansi terkait
Dalem Bupati Puralaya Yogyakarta direhabilitasi UGM serta Management ada enam (6) Kawasan Cagar Budaya (KCB) sebagai bahan rujukan untuk pelestarian Warisan
oleh Dinas Kebudayaan DIY pada tahun 2009. Konstruksi menjadi bekalnya yaitu Kotagede, Keraton, Malioboro, Pakualaman, Budaya dan Cagar
Rehabilitasi dilakukan pada bagian pendapa, dalam menulis beberapa Kotabaru, dan Imogiri. Keenam Kawasan Cagar Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta.
artikel. Ditambah kegemaran Budaya tersebut dipilih menjadi ruang lingkup untuk 2018. Laporan Kegiatan Pengawasan, Pengendalian,
akan perkembangan pelaksanaan kegiatan Pengawasan, Pengendalian, dan Pelindungan Warisan Budaya dan Cagar Budaya.
desain dan material bangunan mendorong dan Pelindungan Warisa Budaya dan Cagar Budaya. Yogyakarta. • Sabena
Dadang, begitu ia akrab dipanggil, untuk Salah satu Kawasan Cagar Budaya yang dikunjungi
menulis mengenai bangunan-bangunan yaitu KCB Imogiri. Tim yang tergabung dalam
warisan budaya dan cagar budaya. kunjungan ke KCB Imogiri yaitu Balai Pelestarian Sumber Bacaan :
Cagar Budaya DIY, Dinas Kebudayaan Bantul, Dinas Hadiyanta, Ign. Eka. 2015. Kawasan Cagar Budaya
Kebudayaan DIY, Dinas Penanaman Modal dan di Yogyakarta: Citra, Identitas, dan Branding
Pelayanan Terpadu Kabupaten Bantul serta Satuan Ruang. Yogyakarta: Jurnal Widya Prabha. Vol.
Polisi Pamong Praja Kabupaten Bantul. 04/ IV/ 2015.
Berdasarkan pengamatan lapangan yang Sektiadi. 2015 Pendekatan Kawasan dalam
< Rumah Joglo Lurah Dongkol Pengelolaan Cagar Budaya, Kasus Njeron
Girirejo, setelah direhabilitasi dilakukan oleh tim Pengawasan dan Pengendalian
KCB Imogiri, ada beberapa aspek yang menjadi Beteng, Yogyakarta. Yogyakarta: Jurnal Widya
pada tahun 2010
perhatian khusus, yaitu: Prabha. Vol. 04/ IV/ 2015.
1. Bangunan baru yang berdiri disekitar Kawasan https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/
Cagar Budaya Imogiri sudah mengadopsi arsitektur bpcbyogyakarta/kawasan-cagar-budaya-di-
yogyakarta/

Mayangkara | EDISI 8 | 2019 Mayangkara | EDISI 8 | 2019


58 PAWARTOS PAWARTOS 59

MELAHIRKAN
DHALANG
CILIK GAGRAK
NGAYOGYAKARTA 3 Bencana
Longsor
MELALUI
WORKSHOP
PEDHALANGAN
Oleh : Dwi Prasetyo
Di Imogiri
> Proses Peragaan Pedhalangan
bersama dengan Siswa. Peserta
Workshop Pedhalangan tersebut
adalah para siswa sekolah yang
berasal dari SMA se-DIY.

Ndalang, sebagai sebuah aktivitas untuk Kota se-DIY. Workshop ini akan diikuti sejumlah
memainkan wayang menyimpan pengetahuan 25 peserta pada setiap sesi workshopnya. Peserta
nilai-nilai sosial budaya yang tersirat dari materi diambil dari perwakilan dari masing-masing dhalang
lakon yang dibawakan, ketrampilan penguasaan cilik Kabupaten dan Kota sebanyak masing-masing
teknik vokal untuk memerankan karakter yang lima orang. Pepadi DIY mengemban tugas untuk
berbeda dan menghidupkan suasana yang ada di melakukan seleksi dhalang cilik pada tingkat
dalam cerita. Selain itu, ketrampilan menggerakkan Kabupaten, sehingga dua puluh lima anak yang
wayang menjadi kunci penciptaan bayangan terpilih merupakan dhalang cilik yang telah memiliki
wayang sebagai ruh dari pertunjukkan. bekal kemampuan dasar serta prinsip-prinsip
Tahun 2019, Seksi Pemeliharaan dan ndhalang yang sudah dikuasai. Anak-anak akan
Pengembangan Warisan Budaya Takbenda Bidang diajarkan untuk meningkatkan pengetahuan dan
Pemeliharaan dan Pengembangan Warisan Budaya ketrampilan mereka bersama mentor dan instruktur
Dinas Kebudayaan DIY akan melaksanakan yang fasih wayang Gagrag Ngayogyakarta.
Workshop Pembinaan Pedhalangan bersama Ke depannya, hasil dari workshop ini diharapkan
dengan Pepadi (Persatuan Pedhalangan Indonesia) akan lahir generasi-generasi dhalang cilik baru yang
DIY. Semangat yang ingin digali pada kegiatan ini menguasai pewayangan Gagrag Ngayogyakarta.
yakni menghidupkan kembali Pakeliran Gagrag Selain itu, dhalang-dhalang kecil akan dibina paska Hujan deras
Ngayogyakarta di era globalisasi dan modernisasi workshop untuk mengikuti perlombaan Festival yang mengguyur
wayang. Workshop Pedhalangan hadir untuk Dhalang Muda Tingkat Nasional perwakilan dari Kawasan Cagar
memberikan penguatan bekal dasar-dasar Daerah Istimewa Yogyakarta. • Dwi Budaya Imogiri pada
pewayangan Gagrag Ngayogyakarta kepada para
tanggal 17 Maret 2019.
generasi muda. Workshop juga ditujukan sebagai Sumber Bacaan :
ruang praktik pembelajaran bagi para dhalang cilik Suryaningsum, Sri dan Anis Siti Hartati. 2018.
Dampak yang ditimbulkan akibat
untuk berlatih melakukan pertunjukan wayang. Wedang Uwuh. Klaten : Nugra Media hujan deras tersebut adalah banjir
Kegiatan ini dilaksanakan sebanyak 10 kali Jatmika, Septian Emma Dwi, dkk. 2017. “Inovasi yang disertai tanah longsor. Tak terkecuali
dimulai pada 8 April 2019 dan berakhir pada Wedang Uwuh Yang Memiliki Khasiat Untuk di sebagian Makam Pajimatan Imogiri. • Ruud
tanggal 2 Mei 2019 di sepuluh titik Kabupaten/ Penderita Hipertensi dan Diabetes Melitus”.
Jurnal Riset Daerah, hal 55-71

Mayangkara | EDISI 8 | 2019 Mayangkara | EDISI 8 | 2019


60 SRAWUNG SRAWUNG 61

Anis Izdiha, S.Ant.

Anis Izdiha, S.Ant.


< Foto : Bahan keberkahan tertentu.
Wedang Uwuh yang Cara Pembuatan Wedang Uwuh cukup mudah.
telah dikemas dan Racikan satu porsi dari tujuh komposisi bahan yang
ditata sedemikian disebutkan diatas diletakkan secara bersamaan
rupa di dalam gelas. Susunan peletakkan diawali
dengan memasukkan gula batu pada dasar gelas.
Selanjutnya, jahe dapat dibakar dahulu atau bisa juga
tidak dibakar dan digeprek supaya aroma jahe keluar
sempurna. Jahe yang sudah digeprek diletakkan
pada susunan kedua. Setelah itu, komposisi
dedaunan dimasukkan ke gelas dan disiram dengan
air panas yang dalam keadaan mendidih. Kemudian
gelas ditutup sekitar 1-2 menit hingga warna dari
wedang uwuh berubah menjadi merah. Warna
^ merah didapat dari kayu secang. Wedang Uwuh

WEDANG UWUH,
Foto : Bahan Wedang Uwuh yang dimasukkan biasa disajikan dalam gelas berukuran 500 ml dan
dalam gelas siap diseduh dan disajikan pada alas bawah gelas diletakkan satu piring kecil
supaya tidak panas pada waktu menyeduh Wedang

DAYA PIKAT
Uwuh.

CITA RASA LOKAL


sukai oleh Raja Mataram kala itu sebagai minuman Produsen-produsen Wedang Uwuh Imogiri masih
penghangat badan. Lambat laun Jaceng ini mulai mempertahankan produk dedaunan uwuh yang
hadir sebagai ragam ekspresi budaya wedangan dikemas dalam plastik. Umumnya mereka akan
para kalangan abdi dalem di sekitar makam Imogiri. memisahkan ramuan dalam dua-tiga plastik untuk
Oleh : Anis Izdiha, S.Ant. Wedangan dalam tradisi Jawa diartikan sebagai memisahkan jahe dan gula batu dengan dedaunan.
perilaku duduk santai bersama yang dilakukan Tujuan pemisahan ini agar dalam pengiriman dan
dua orang atau lebih sambil menyeduh minuman- penyimpanan produk Wedang Uwuh terjaga dari
Wedang Uwuh, minuman tradisional yang sudah minuman hangat. Perkembangan selanjutnya,
ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda kelembapan udara dan jamur. Pada area Makam
minuman Jaceng ini dikenal oleh masyarakat Imogiri dan sekitarnya, terdapat beberapa warung
Indonesia pada tahun 2016 ini lihai disebut sebagai Pajimatan dengan sebutan Wedang Uwuh (Wedang
minuman khas Yogyakarta. Bukan saja karena yang menyediakan seduhan Wedang Uwuh lengkap
berarti minuman dan Uwuh berarti sampah). Disebut dengan jajanan-jajanan masyarakat setempat. Para
cita rasanya yang khas namun juga memberikan Uwuh atau sampah karena penampilan dari Wedang
dampak sosial yang besar bagi masyarakat Imogiri pembeli datang untuk duduk wedangan menikmati
Uwuh ini persis menyerupai “sampah”. alam Imogiri atau membeli produk dalam jumlah
dan Yogyakarta. Wedang Uwuh mampu mengangkat Setidaknya ada tujuh komposisi bahan dalam
kesejahteraan masyarakat Imogiri melalui penyerapan besar untuk dijual kembali di luar Imogiri bahkan di
secangkir Wedang Uwuh. Tujuh komposisi bahan luar Daerah Istimewa Yogyakarta.
tenaga kerja serta meningkatkan pendapatan melalui diantaranya adalah daun cengkeh, tangkai cengkeh,
laba produksi minuman satu ini. Seperti yang Daya pikat Wedang Uwuh tidak saja menarik bagi
daun kayu manis, daun pala, jahe, kayu secang penikmatnya namun juga para akademisi dan praktisi
tertuang dalam hasil penelitian Jatmika, dkk, ada dan gula batu yang berkhasiat untuk kesehatan
sekitar 15 produsen Wedang Uwuh dengan masing- bisnis kuliner di Indonesia. Wedang Uwuh mulai bisa
dan kebugaran badan. Cara meracik Wedang Uwuh dinikmati dimana saja karena distribusi pasar mulai
masing 3-4 tenaga kerja mampu memproduksi sudah diajarkan secara turun temurun oleh leluhur
±100-200 dalam skala kecil dan ±500 dalam merambah kota-kota besar di luar Yogyakarta dan
mereka. Tujuh komposisi bahan tersebut banyak dengan cara penyajian yang berbeda-beda karena
skala besar pada tiap harinya. Dikutip dari buku didapatkan di daerah Imogiri atau dibeli di daerah
Wedang Uwuh, banyak manfaat yang didapat dari produk wedang uwuh mulai dikemas dalam bentuk
luar Imogiri jika pemesanan membludak. Namun sachet dan celup. Wedang Uwuh mulai merambah
Anis Izdiha, S.Ant.

minuman yang biasa dihidangkan panas ini antara ada satu komposisi yang tidak boleh hilang dan
lain seperti menyembuhkan batuk ringan, pegal- menjadi komoditas skala nasional dengan ikon
tidak bisa dibeli dalam sajian Wedang Uwuh yakni minuman tradisional Yogyakarta. Wedang Uwuh
pegal, perut kembung, masuk angin, menurunkan kayu manis atau manis jangan karena harus diambil
kolesterol, sebagai anti oksidan, menyegarkan badan, tidak saja disajikan pada gubuk-gubuk warung yang
langsung dari lokasi makam Imogiri. Ada sebuah berjejer di Imogiri namun pada restoran-restoran
menghilangkan rasa lelah, melancarkan aliran kepercayaan dari masyarakat Imogiri bahwa daun-
darah, menyembuhkan dan mencegah masuk angin, kelas atas dengan metode penyajian yang estetis.
daun yang racikan yang diambil dari Makam Imogiri Perkembangan pesat Wedang Uwuh menjadi bukti
serta dapat menghangatkan badan, meningkatkan harus diambil dalam keadaan daun sudah terjatuh
kekebalan tubuh dan memperlancar aliran. daya pikat cita rasa lokal Yogyakarta yang mampu
ke lantai, tidak diperkenankan untuk memetik daun diterima oleh banyak masyarakat. • Anis
Menurut salah seorang produsen Wedang Uwuh yang yang masih berada di pohonnya. Masyarakat percaya
ada di Imogiri, Wedang Uwuh pada awalnya adalah dengan cara ini, daun atau uwuh yang ada di Makam
minuman khas tradisi dalam Keraton Ngayogyakarta Imogiri dapat dikontrol jumlah pengambilannya dan
^ Foto : Wedah Uwuh yang telah diseduh dan
yang dahulunya bernama “Jaceng”, singkatan dari daun yang sudah rontok juga dianggap memiliki
disajikan berserta bahannya
kata Jahe dan Cengkeh. Minuman ini sangat di

Mayangkara | EDISI 8 | 2019 Mayangkara | EDISI 8 | 2019


62 MANCANAGARI MANCANAGARI 63

BEAUTIFUL STORY
From Ende
Dinginnya udara pagi Gunung Kelimutu menemani perjalanan kami. Menyusuri jalan setapak
menembus rimbanya hutan, kami perlahan mendaki menuju danau di puncak gunung. Sebuah
danau di puncak gunung?! Ya tidak salah, kami sedang berada di Taman Nasional Kelimutu, Ende,
NTT, salah satu destinasi favorit di Indonesia.
Perjalanan menuju puncak ditempuh dalam waktu 2 jam. Sesampai di puncak tempat melihat
Danau Kelimutu, kami disambut hangatnya sinar matahari yang perlahan muncul dari balik salah
satu bukit di Gunung Kelimutu ini. Golden Sunrise ! Mungkin inilah kalimat yang menggambarkan
keindahan sunrise disini.
Terbitnya matahari perlahan juga membuka danau yang awalnya diselimuti gelap dan kabut.
“Allahuakbar”, begitu kata pak Haryo, salah satu rombongan kami yang terpesona akan indahnya
Danau Kelimutu. Dengan cekatan ia kemudian mengabadikan keindahan Danau Kelimutu dari
berbagai sudut dengan hapenya.
Pemandangan alam di Taman Nasional Kelimutu ini sangat menakjubkan. Kami merasa
betah dan ingin berlama-lama disini, sembari menghabiskan waktu. Namun agenda yang padat
mengharuskan kami untuk kembali turun dan melanjutkan petualangan kami di Ende berikutnya.
Danau Kelimutu “Jangan khawatir, anda semua tidak akan rugi, kami masih memiliki tempat indah lain di Ende”,
Danau yang terletak di puncak Gunung Kelimutu ini juga dikenal celetuk pak Noel, guide lokal kami.
dengan nama Danau Tiga Warna. Danau ini merupakan salah
satu objek wisata yang wajib dikunjungi wisatawan yang datang
ke Ende, Nusa Tenggara Timur

Mayangkara | EDISI 8 | 2019 Mayangkara | EDISI 8 | 2019


64 MANCANAGARI 65
Edisi Sebelumnya:

^ Desa Adat Wologai


Desa adat yang terletak sekitar 37 Kilometer arah timur kota Ende ini berada di
ketinggian 1.045 mdpl. Desa Adat Wologai diperkirakan berusia sekitar 800 tahun.
Pemukiman adat Desa Wologai terdiri dari rumah-rumah panggung beratapkan
jerami

Ternyata bukan isapan jempol saja, di perjalanan kami


dikejutkan dengan keindahan air terjun yang ada di pinggir jalan
perjalanan kami menuju kota Ende. Air terjun tanpa nama, namun
sangat indah. Airnya cukup deras dan sangat jernih, mengundang
kami untuk menceburkan diri.
Setelah puas menikmati sejuknya air terjun, kami bergegas
menuju ke tempat tujuan utama kami disini, Desa Adat Wologai,
sebuah desa kuno masyarakat Ende. Desa dengan rumah-rumah
tradisional khas Ende yang masih terlestarikan hingga saat ini.
Disini kami disambut dengat hangat oleh Kepala Adat Desa
Wologai. Keramahannya memandu kami berkeliling menyusuri
rumah-rumah adat yang sudah berdiri sejak berabad-abad yang
lalu. Masyarakat disini sangat menyambut para tamu yang ingin
melihat rumah mereka.
Rumah adat di Wologai sangat unik. Bangunannya berbentuk
rumah panggung, berbahan kayu dan beratap ijuk. Yang
membedakan dengan beberapa rumah panggung lain yaitu
^ Air Terjun Muru Nda’o
penopang bangunannya, yaitu sebuah batu dan tidak begitu tinggi
Air terjun dengan ketinggian 15 meter ini
karena menggunakan batu alam yang ditemukan di sekitar desa. terletak dekat dengan Danau Kelimutu.
Rumah adat Wologai berukuran tidak terlalu besar, namun berisi
beberapa keluarga. Proses pembangunan rumah-rumah adat disini
indah satu lagi di Ende. Namun kita
sangat menarik, karena dana dan pembangunannya tidak hanya
pulang dengan membawa kebahagiaan,
dilakukan oleh sang pemiliki rumah, namun juga oleh warga lain,
sebuah rasa syukur atas keindahan
hal yang cukup langka ditemukan di era modern seperti ini.
alam dan kehangatan masyarakat Ende
Sampul Belakang :
Tak terasa matahari sudah mulai terbenam. Dengan perasaan Makam Sultan Agung di Imogiri.
yang dapat menjadi cerita ke penjuru
yang sedikit sedih, kami harus meninggalkan salah satu tempat
dunia. • Indrayanti Photo tahun 1915.
Sumber: digitalcollection.
universiteitleiden.nl.
Mayangkara | EDISI 8 | 2019 Mayangkara | EDISI 8 | 2019
66

Mayangkara | EDISI 8 | 2019

Anda mungkin juga menyukai