Anda di halaman 1dari 5

Penyediaan Air Bersih dan Pemasalahannya di kota Kupang

Oleh : Yuneris Yacobus Tanesi

NIM : 2007010215

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2023
Air bersih merupakan kebutuhan dasar di lingkungan hunian. Penyediaan air bersih kota
dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Akan tetapi tidak semua wilayah
terjangkau dan terlewati jalur distribusi air minum kota.

Persyaratan kualitas air bersih memenuhi syarat fisik, kimiawi, dan bakteriologi.
Persyaratan secara fisik air bersih yang harus dipenuhi adalah kekeruhan, bau dan rasa,
warna, dan temperatur. Air bersih dengan kualitas baik, dari segi fisik dapat terlihat melalui
kejernihan air dan tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, serta suhu air bersih memiliki
suhu yang sama dengan suhu ruang dengan toleransi ±3°C.Pengolahan air baku bersumber
dari air tanah dalam yang memiliki kandungan Besi (Fe) dan Mangan (Mn) di atas standar
yang ditetapkan dalam batas layak konsumsi, maka diperlukan pengolahan terlebih dahulu
melalui proses aerasi, filtrasi dan desinfektan untuk membunuh bakteri. Selanjutnya air baku
didistribusikan ke masyarakat menjadi air bersih layak minum dengan memenuhi standar
kelayakan air minum. Istilah air bersih selanjutnya oleh PDAM disebut sebagai air minum.

Persyaratan kuantitas air bersih berkaitan dengan kecukupan debit air yang harus
tersedia untuk memenuhi kebutuhan domestik serta dapat digunakan setiap waktu.
Kecukupan ketersediaan air bersih untuk kebutuhan rumah tangga harus berimbang dengan
kesehatan karena pada dasarnya alasan kesehatan menjadi alasan utama pengembangan suatu
sistem penyediaan air minum.

Permasalahan Ketersediaan air bersih di Kota Kupang

Persoalan air di Kota Kupang memang merupakan isu yang tak henti-hentinya
diperbincangkan. Sayangnya, isu ini menjadi isu musiman saja yang tak pernah dicari jalan
keluar konkritnya. Setiap musim panas, isu ini selalu di bahas. Namun, seiring datangnya
musim hujan, isu ini seakan luntur dan terbasuh begitu saja.

Dalam Semiloka berjudul “Menemukan Solusi Air Besih Kota Kupang”, peneliti
IRGSC, Lodimeda Kini menyampaikan bahwa warga Kota Kupang menghabiskan 17 hingga
40 persen penghasilannya untuk membeli air. Sumber-sumbernya beragam, mulai dari pipa-
pipa milik PDAM yang jalannya ‘senin-kamis’, air tangki, sumur-sumur pribadi, dan depot-
depot air minum. Untuk air yang mengalir tanpa kenal waktu, masyarakat di Kota Malang
hanya menghabiskan maksimal 10 persen penghasilannya. Sementara itu, penduduk kota
Amsterdam menghabiskan tidak lebih dari 2 persen penghasilannya untuk membeli air.

Masalah kelembagaan yang tak henti-hentinya dibahas adalah adanya dualisme yang
terjadi pada pengoperasian distribusi air minum di Kota Kupang. Dua lembaga operator
tersebut adalah PDAM Tirta Lontar yang dikelola Pemerintah Daerah Kabupaten Kupang dan
Tirta Bening Lontar yang dikelola Pemerintah Kota Kupang. Masalah kelembagaan ini
seakan menghadapi jalan buntu tanpa solusi yang konkrit. Proses pengalihan aset pun
melibatkan tarik ulur yang alot. Kabupaten Kupang memiliki setidaknya 23.000 Sambungan
Rumah (SR) yang beroperasi di Kota Kupang. Sementara itu, PDAM Kota Kupang hanya
melayani tidak lebih dari setengah jumlah SR milik PDAM Kabupaten Kupang.
Lodi Kini, menekankan bahwa warga Kupang tidak pernah menanyakan apakah air
yang mengalir ke rumahnya berasal dari PDAM Kota Kupang ataukah PDAM Kabupaten
Kupang. Hanya satu hal yang mereka peduli: air mengalir tanpa perlu ‘mete air’.

Masyarakat tidak lagi bisa menunggu. Keputusan dalam menggunakan air bukanlah
keputusan yang diambil setiap lima tahun sekali seperti kontestasi politik kepala daerah.
Keputusan membeli dan menggunakan air merupakan keputusan yang diambil setiap hari.
Rumah-rumah yang mulanya tersambung pada SR PDAM Kabupaten Kupang banyak yang
tergiur untuk tersambung kepada SR PDAM Kota. Namun, ketidakpastian aliran air SR
PDAM Kota pun tidak jauh berbeda. Alhasil, kita tidak bisa menutup mata bahwa tangki-
tangki air milik swasta yang akan menjadi pemenang dalam penyediaan air minum.

Oleh sebab itu, pengoperasian bisnis air tangki memerlukan pengaturan yang baik.
Salah satu jalan yang bisa ditempuh oleh pemerintah Kota Kupang adalah dengan menjadikan
bisnis ini sebuah operasi semi-publik. Dengan demikian, harga dapat diatur dengan lebih
baik. Selain itu, pengaturan memberikan kemungkinan untuk mengantisipasi memburuknya
kondisi air tanah yang terus menerus diabstraksi secara tak terkendali. Tidak bisa dipungkiri,
bahaya mengintai di balik bisnis tangki air swasta yang menjamur di Kota Kupang.

Bicara air bersih tidak bisa terlepas dari bicara mengenai air kotor. Apalagi jika sumber
air bersih kita sangat bergantung terhadap air tanah. Saat ini lebih dari 75% air yang
dikonsumsi oleh rumah tangga terbilas ke laut oleh karena buruknya sistem pengolahan air
limbah Kota Kupang. Selain itu, pada saat ini kita menggunakan air dalam kualitas
terbaiknya untuk segala kegiatan rumah tangga yang sebenarnya memerlukan air dengan
kualitas yang berbeda-beda. Contohnya, air untuk minum ternak mengairi tanaman tidak
memerlukan kualitas yang sama dengan air untuk memasak, mencuci dan mandi. Oleh sebab
itu, pemerintah perlu menaruh sedikit perhatian untuk mendaur ulang air pada skala rumah
tangga. Dengan demikian, kebutuhan air dapat ditekan dari hilirnya.

Selain itu, menaruh perhatian pada air limbah berarti menjaga kestabilan siklus
hidrologi. Apalagi pada saat ini air tanah merupakan sumber harapan pemenuhan kebutuhan
air minum di Kota Kupang. Artinya, penurunan muka air adalah bahaya yang tak
terhindarkan jika air limbah dibuang begitu saja ke laut. Kedua poin inilah yang disampaikan
oleh Lodimeda Kini pada Semiloka yang dilaksanakan pada hari Selasa, 20 Agustus 2019. Ia
menyampaikan bahwa masalah kelembagaan memang menjadi hal penting yang harus
diselesaikan. Namun, kita tidak bisa hanya terus menerus menunggu. Langkah-langkah
konkrit yang sesuai dengan realitas penyediaan air bersih di kota Kupang haruslah diambil
dengan cepat. Kegiatan Semiloka yang diselenggarakan di Hotel Neo-Aston, Kupang, ini
melibatkan peserta dari kelurahan-kelurahan di kota Kupang, para akademisi, dan perwakilan
kemahasiswaan dari beberapa perguruan tinggi di kota Kupang

Menurut penelitian yang dilakukang oleh Ragu Theodolfi, Ferry WF Waangsir seorang
mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Kupang mengenai
“ANALISIS KEBUTUHAN AIR BERSIH KOTA KUPANG MENURUT KETERSEDIAAN
SUMBER AIR BERSIH DAN ZONA PELAYANAN”

Pelayanan air bersih untuk kebutuhan Kota Kupang saat ini, dilayani oleh perusahaan
daerah PDAM Kabupaten Kupang dengan tingkat pelayanan kurang lebih sebesar 259,9
L/dtk. Kapasitas tersebut belum dapat mencukupi kebutuhan air bersih bagi penduduk Kota
Kupang. Cakupan pelayanan diperkirakan baru mencapai kurang dari 50%. Unit Pelayanan
Teknis Daerah Air Bersih Kota Kupang yang sejak tahun 2005 telah dikembangkan statusnya
menjadi PDAM Kota Kupang, hingga saat ini baru melayani secara terbatas pada wilayah-
wilayah tertentu dengan debit air kurang lebih sebesar 37 L/dtk. Pelayanan tersebut umumnya
bersumber dari sumur bor yang diangkat pada ketinggian tertentu untuk didistribusi secara
gravitasi dari reservoir. Pada saat ini sumber daya air yang umum dimanfaatkan untuk
kebutuhan pelayanan air bersih bagi kebutuhan Kota Kupang diambil dari sumber mata air
yang keluar pada beberapa wilayah, dialirkan pada ketinggian tertentu lalu didistribusikan
secara gravitasi. Sumber lain yang masih menjadi potensi dan dimanfaatkan menjadi salah
satu sumber utama kebutuhan air untuk Kota Kupang adalah mengunakan sumur bor, sumber
ini menurut analisa hidrogeologi masih memiliki cadangan serta terjamin fluktuasinya
sepanjang tahun.

Kebutuhan akan air pada prinsipnya bergantung pada banyaknya penduduk dan tingkat
kesejahteraan, yang akan menentukan tingkat kebutuhan air per orang per hari. Untuk
perencanaan air baku diperlukan proyeksi jumlah penduduk baik secara jumlah total maupun
distribusinya menurut wilayah. Adapun jumlah penduduk Kota Kupang setiap tahun terus
meningkat. Hingga tahun 2030 jumlah penduduk Kota Kupang mengalami peningkatan
sebesar 56,9% menjadi 601.263 jiwa.

Kesimpulan

Sumber air bersih yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kota Kupang saat ini adalah 13
mata air dan 12 sumur bor dengan kapasitas pengaliran mencapai 296,26 L/dt sedangkan
proyeksi penduduk Kota Kupang sampai dengan tahun 2030 mencapai 601.263 jiwa dengan
rata-rata kebutuhan air bersihnya mencapai 695.9 L/detik. Kapasitas air bersih hingga tahun
2030 belum mencukupi standar rata-rata kebutuhan air bersih untuk masyarakat Kota
Kupang, tahun 2011 kebutuhan air yang masih harus dipenuhi sebesar 100.64 L/dtk dan pada
tahun 2030 sebesar 399.64 L/dtk.

Disarankan untuk itu perlu mengoptimalkan pelayanan sistem air bersih bagi
masyarakat melalui pembagian jam pelayanan dan sumber air bersih yang ada serta
menggantikan atau memperbaiki jaringan perpipaan yang bocor dan juga tetap menjaga
konsistensi atau ketersediaan air bersih tersebut melalui penggunaan yang hemat/ tidak boros,
menutup atau menggantikan kran air yang bocor.
Secara umum, kuantitas dan kualitas air yang tidak memenuhi syarat akan memberikan
dampak negatif bagi masyarakat terutama yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat itu
sendiri. Timbulnya penyakit yang dibawa oleh air seperti diare, salmonellosis, leptospirosis,
menunjukkan bahwa telah terjadinya penurunan mutu atau kualitas dari air itu sendiri.
Sehubungan dengan hal tersebut dan dalam rangka pemenuhan kebutuhan air bersih bagi
warganya, maka pemerintah Kota Kupang berkewajiban untuk melakukan upaya pengelolaan
sumber air bersih yang ada di wilayah ini, agar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi
kesejahteraan masyarakat Kota Kupang secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai