NOTA DINAS
NOMOR: RG.01.02.32.323.02.23.62
Yth : Plt. Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Zat
Adiktif
Dari : Plt. Direktur Registrasi Obat
Hal : Audiensi dengan PT Mersifarma Tirmaku Mercusana
Lampiran : 1 (satu) berkas
Tanggal : 13 Februari 2023
Sehubungan dengan pertemuan yang telah dilakukan dengan PT Mersifarma Tirmaku Mercusana
untuk membahas beberapa produk yang sedang dalam proses registrasi, bersama ini kami
sampaikan kesimpulan dan tindak lanjut dari hasil audiensi tersebut:
Pelaksanaan:
Hari/ Tanggal : Kamis, 9 Februari 2023
Pukul : 14.30 – 17.10 WIB
Tempat : Ruang Rapat Deputi I, BPOM RI
Peserta:
Perwakilan dari BPOM:
1. Plt. Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Zat Adiktif
2. Plt. Direktur Registrasi Obat
3. Plt. Direktur Pengawasan KMEI ONPPZA
4. Nova Emelda (Direktorat Registrasi Obat)
5. Nina Rustiana (Direktorat Registrasi Obat)
6. Sumayyah (Direktorat Registrasi Obat)
7. Novi Lestari (Direktorat Registrasi Obat)
8. Perwakilan dari Direktorat Pengawasan KMEI ONPPZA
Perwakilan dari PT Mersifarma:
1. Direktur Utama: Bapak Tirto Koesnadi
2. Calon Penerus: Sdr Mathew
3. Direktur Produksi: Bapak Yuniarto
4. Direktur Marketing: Bapak Majid
5. Manager Registrasi: Ibu Erma
6. Manager QA: Ibu Selvi
Pembahasan
A. Pendahuluan (oleh Direktur Utama):
1. PT Mersifarma mengakui kesalahan terkait pencantuman shelf life pada produk yang sudah
diedarkan namun belum ada persetujuan dari BPOM terkait shelf life yang dicantumkan
tersebut.
2. PT Mersifarma menyatakan sedang dalam proses pemusnahan obat senilai 18 milyar yang
ditolak oleh Kemenkes. Adanya kontrak payung menyebabkan kerugian dimana permintaan
awal adalah 10 milyar namun yang dibeli ternyata hanya 3 milyar.
3. PT Mersifarma menyatakan tidak akan ikut tender e-katalog, karena prosesnya sulit
(modelnya etalase, multidiner, multiprize), harga selalu merugi, produk dijual dengan sangat
murah, untung sangat tipis, sehingga PT Mersifarma mengambil keuntungan bisnis dari
penjualan produk regular. Selain itu, proses e-katalog menghabiskan waktu sehingga proses
registrasi terbengkalai.
4. Tujuan audiensi: PT Mersifarma mengakui kesalahan dan minta maaf atas segala kesalahan
yang dibuat dalam hal menjaga mutu produk. PT Mersifarma juga ingin berkonsultasi terkait
beberapa produk yang sedang dalam proses registrasi.
B. Konsultasi Produk
Levoben (Levodopa dan Benserazide HCl Tablet 100 mg/25mg)
1. Saat ini laboratorium kontrak uji BE belum mendapatkan metode analisa pengujian
bioekivalensi untuk zat aktif Benserazide. Sesuai PerBPOM 11 Tahun 2022 tentang Kriteria
Obat Wajib BE, obat wajib BE yang mengandung lebih dari satu zat aktif harus dilakukan uji
BE terhadap semua komponen zat aktif, sementara Benserazide tidak masuk ke dalam list
BE, sehingga laboratorium uji BE kesulitan dalam metode bioanalisa benserazide.
2. Proses saat ini adalah pengajuan PPUB, sementara produk harus segera diperpanjang ijin
edarnya (NIE habis pada 17 Desember 2022). PT Mersifarma mengajukan apakah
diperbolehkan saat ini hanya melampirkan hasil UDT terhadap inovator.
3. Pencarian inovator, yaitu Madopar yang merupakan obat-obat lama yang (menurut PT
Mersifarma) sudah tidak ada di pasaran.