Anda di halaman 1dari 5

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

DIREKTORAT REGISTRASI OBAT

NOTA DINAS
NOMOR: RG.01.02.32.323.02.23.62

Yth : Plt. Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Zat
Adiktif
Dari : Plt. Direktur Registrasi Obat
Hal : Audiensi dengan PT Mersifarma Tirmaku Mercusana
Lampiran : 1 (satu) berkas
Tanggal : 13 Februari 2023

Sehubungan dengan pertemuan yang telah dilakukan dengan PT Mersifarma Tirmaku Mercusana
untuk membahas beberapa produk yang sedang dalam proses registrasi, bersama ini kami
sampaikan kesimpulan dan tindak lanjut dari hasil audiensi tersebut:

- PT Mersifarma TM dapat melanjutkan proses registrasi produk berikut dengan memenuhi


tambahan data sebagai berikut:
1. Levoben (Levodopa dan Benserazide HCl Tablet 100 mg/25mg)
a. Zat aktif Levodopa dalam sediaan obat sudah banyak yang dilakukan uji BE sehingga
tetap harus dilakukan uji BE sesuai ketentuan. Untuk zat aktif Benserazide harus dilihat
dahulu termasuk dalam BCS class berapa untuk menentukan apakah benserazide boleh
atau tidak dilakukan UDT saja.
b. Pencarian komparator sesuai ketentuan mengikuti hierarki pencarian komparator.
Inovator Levodopa dan Benserazide (Madopar) masih tercantum pada
https://cekbpom.pom.go.id/.
2. Kutoin (Phenytoin Kapsul Lepas Tunda 100 mg)
a. PT Mersifarma diarahkan untuk kembali ke laboratorium uji BE untuk mendapatkan
justifikasi dan diskusi dengan tim ahli terkait hasil uji BE dan apakah data pencilan
tersebut bisa dikeluarkan dari laporan uji BE, serta melampirkan summary BE dan hasil
diskusi/justifikasi tersebut.
3. Clorilex (Clozapine Tablet 100 mg)
a. PT Mersifarma harus mensubmit BAP yang sudah ada tanda tangan lengkap dari kedua
pihak, BAP sebagai pemenuhan tambahan data registrasi produk.
4. Miniaspi
a. PT Mersifarma diminta untuk mengecek stok Miniaspi 80 yang ada di peredaran.
b. PT Mersifarma diminta untuk memantau stabilitas formula A yang mulai produksi lagi Juni
2022, melampirkan kajian resiko dan mitigasi sebagai pertimbangan dalam perpanjangan
ijin edar, serta melakukan pemantauan PV.
c. PT Mersifarma diminta mencari root cause penyebab tidak bioekivalen (bukan hanya
formula, tetapi bisa jadi source bahan baku zat aktif dan zat tambahan).
d. PT Mersifarma diminta mengajukan surat permohonan tertulis terkait komitmen dan janji
tersebut di atas.
e. PT Mersifarma diminta melampirkan target penyelesaian dan tenggat waktu untuk
progress Miniaspi 100 mg, maksimal 1 tahun.
f. Miniaspi 80 mg dapat diberikan perpanjangan ijin edar selama 1 tahun, dengan catatan
hal tersebut ditujukan untuk menjaga legalitas obat di pasaran, bukan untuk
memproduksi formula yang belum BE tersebut.
Demikian laporan kami, terlampir notulen hasil audiensi, mohon arahan Ibu lebih lanjut.

Plt. Direktur Registrasi Obat

Dra. Tri Asti Isnariani, Apt, M.Pharm.


NOTULA
AUDIENSI PT. MERSIFARMA TM

Pelaksanaan:
Hari/ Tanggal : Kamis, 9 Februari 2023
Pukul : 14.30 – 17.10 WIB
Tempat : Ruang Rapat Deputi I, BPOM RI

Peserta:
Perwakilan dari BPOM:
1. Plt. Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Zat Adiktif
2. Plt. Direktur Registrasi Obat
3. Plt. Direktur Pengawasan KMEI ONPPZA
4. Nova Emelda (Direktorat Registrasi Obat)
5. Nina Rustiana (Direktorat Registrasi Obat)
6. Sumayyah (Direktorat Registrasi Obat)
7. Novi Lestari (Direktorat Registrasi Obat)
8. Perwakilan dari Direktorat Pengawasan KMEI ONPPZA
Perwakilan dari PT Mersifarma:
1. Direktur Utama: Bapak Tirto Koesnadi
2. Calon Penerus: Sdr Mathew
3. Direktur Produksi: Bapak Yuniarto
4. Direktur Marketing: Bapak Majid
5. Manager Registrasi: Ibu Erma
6. Manager QA: Ibu Selvi

Pembahasan
A. Pendahuluan (oleh Direktur Utama):
1. PT Mersifarma mengakui kesalahan terkait pencantuman shelf life pada produk yang sudah
diedarkan namun belum ada persetujuan dari BPOM terkait shelf life yang dicantumkan
tersebut.
2. PT Mersifarma menyatakan sedang dalam proses pemusnahan obat senilai 18 milyar yang
ditolak oleh Kemenkes. Adanya kontrak payung menyebabkan kerugian dimana permintaan
awal adalah 10 milyar namun yang dibeli ternyata hanya 3 milyar.
3. PT Mersifarma menyatakan tidak akan ikut tender e-katalog, karena prosesnya sulit
(modelnya etalase, multidiner, multiprize), harga selalu merugi, produk dijual dengan sangat
murah, untung sangat tipis, sehingga PT Mersifarma mengambil keuntungan bisnis dari
penjualan produk regular. Selain itu, proses e-katalog menghabiskan waktu sehingga proses
registrasi terbengkalai.
4. Tujuan audiensi: PT Mersifarma mengakui kesalahan dan minta maaf atas segala kesalahan
yang dibuat dalam hal menjaga mutu produk. PT Mersifarma juga ingin berkonsultasi terkait
beberapa produk yang sedang dalam proses registrasi.

B. Konsultasi Produk
Levoben (Levodopa dan Benserazide HCl Tablet 100 mg/25mg)
1. Saat ini laboratorium kontrak uji BE belum mendapatkan metode analisa pengujian
bioekivalensi untuk zat aktif Benserazide. Sesuai PerBPOM 11 Tahun 2022 tentang Kriteria
Obat Wajib BE, obat wajib BE yang mengandung lebih dari satu zat aktif harus dilakukan uji
BE terhadap semua komponen zat aktif, sementara Benserazide tidak masuk ke dalam list
BE, sehingga laboratorium uji BE kesulitan dalam metode bioanalisa benserazide.
2. Proses saat ini adalah pengajuan PPUB, sementara produk harus segera diperpanjang ijin
edarnya (NIE habis pada 17 Desember 2022). PT Mersifarma mengajukan apakah
diperbolehkan saat ini hanya melampirkan hasil UDT terhadap inovator.
3. Pencarian inovator, yaitu Madopar yang merupakan obat-obat lama yang (menurut PT
Mersifarma) sudah tidak ada di pasaran.

Kutoin (Phenytoin Kapsul Lepas Tunda 100 mg)


1. Sudah dilakukan uji BE tetapi hasil uji BE dari sentra uji BE adalah “tidak bioekivalen”.
Menurut PT Mersifarma, root cause nya adalah:
- Subyek yang digunakan sebanyak 24 pasien (padahal minimal 18 pasien), hasilnya 2
outlayer, serta terdapat subyek dengan kadar bilirubin tinggi yang mungkin menyebabkan
hasil TMS.
- Ada data pencilan BE yang jika dimasukkan menyebabkan AUC-nya tidak masuk
sehingga hasil uji tidak BE. Jika data pencilan dikeluarkan, maka AUC-nya masuk. Akan
tetapi, data pencilan tersebut tidak boleh dikeluarkan karena sudah disubmit ke BPOM.
Data pencilan didapatkan dari pasien yang kadar bilirubinnya tinggi. Seharunya dari awal
pasien tersebut tidak diikutsertakan dalam uji BE. Hal ini mungkin karena proses
recruitment pasien subyek tidak bagus.
2. NIE Kutoin habis pada 31 Desember 2022. PT Mersifarma minta dispensasi untuk tetap
diijinkan perpanjangan ijin edar.

Clorilex (Clozapine Tablet 100 mg)


1. BAP sudah diperoleh dari KMEI dan PT Mersifarma akan men-submit BAP yang sudah ada
tanda tangan lengkap tersebut ke dokumen evaluasi (Direktorat Registrasi Obat).
2. CAPA sudah dibuat, dan PT Mersifarma akan men-submit CAPA tersebut ke KMEI.

Miniaspi (Acetylsalicylic acid tablet salut enteric 80 mg)


1. Miniaspi 80 mg formula A (formula sesuai persetujuan terakhir) sudah dilakukan uji
bioekivalensi pada 2019, tetapi hasilnya tidak bioekivalen (meskipun hasil UDT memenuhi
syarat), hasil UDT F2=53,8 (mepet), hasil AUC 57% (harusnya 80%-125%). Salah satu
kemungkinan penyebab tidak ekivalen adalah karena uji BE nya 5 tablet uji 80 mg vs 4 tablet
inovator 100 mg. Dari tahun 2019 tidak ada usaha untuk mencoba uji BE kembali.
2. Miniaspi 80 mg formula B (formula yang belum didaftarkan ke BPOM) beredar di pasaran dan
menjadi temuan sampling post-market (TMS pemerian, kadar, dan disolusi). Oleh karena itu,
PT Mersifarma diminta oleh KMEI untuk perpanjangan ijin edar dengan kembali ke formula A
(dimana NIE habis pada 19 Oktober 2022). Formula B ini mengalami kendala saat produksi
yaitu proses produksi lengket dan ternyata di pasaran TMS disolusi. Formula B ini sudah
ditarik dari peredaran. Mulai Juni 2022, formula A diproduksi kembali.
3. Saat ini PT Mersifarma sedang mengembangkan Miniaspi 100 mg, menyesuaikan inovator di
Indonesia. PT Mersifarma sudah melakukan trial beberapa formula namun hasilnya tidak
stabil (TMS di bulan ke-3 pengujian stabilitas). Progress terkini diperoleh satu formula dengan
hasil UDT similar namun baru ada 1 bets dan data stabilita baru ada 1 bulan.
4. PT Mersifarma tetap ingin memiliki ijin edar Miniaspi 80 mg walaupun tidak sama dengan
inovator. Rencana jangka panjang adalah mendaftarkan Miniaspi 100 mg yang berhasil uji
BE, kemudian melakukan reformulasi Miniaspi 80 mg supaya linier dengan Miniaspi 100 mg
tersebut dan melakukan waiver uji BE Miniaspi 80 mg terhadap Miniaspi 100 mg.
5. PT Mersifarma meminta dispensasi agar diberikan perpanjangan NIE untuk formula A (sesuai
NIE terakhir yang tidak BE) selama 1 tahun sambil berproses uji BE ulang di laboratorium BE
yang berbeda untuk Miniaspi 80 mg formula A. Saat ini, di gudang bahan baku dan obat jadi
terdapat sisa bahan baku 6 ton (kurang lebih untuk produksi 750 ribu box) dan terdapat sisa
stok obat jadi sebanyak 300 ribu box @ 100 tablet. Jika di kemudian hari hasil uji BE Miniaspi
80 mg formula A tidak ekivalen, PT Mersifarma bersedia recall produk tersebut.
6. PT Mersifarma juga berjanji jika di kemudian hari Miniaspi 100 mg juga TMS atau tidak BE,
maka bersedia untuk recall produk.

C. Kesimpulan dan Tindak Lanjut:


PT Mersifarma TM dapat melanjutkan proses registrasi produk berikut dengan memenuhi
tambahan data sebagai berikut:
Levoben (Levodopa dan Benserazide HCl Tablet 100 mg/25mg)
5. Zat aktif Levodopa dalam sediaan obat sudah banyak yang dilakukan uji BE sehingga tetap
harus dilakukan uji BE sesuai ketentuan. Untuk zat aktif Benserazide harus dilihat dahulu
termasuk dalam BCS class berapa untuk menentukan apakah benserazide boleh atau tidak
dilakukan UDT saja.
6. Pencarian komparator sesuai ketentuan mengikuti hierarki pencarian komparator. Inovator
Levodopa dan Benserazide (Madopar) masih tercantum pada https://cekbpom.pom.go.id/.
Kutoin (Phenytoin Kapsul Lepas Tunda 100 mg)
1. PT Mersifarma diarahkan untuk kembali ke laboratorium uji BE untuk mendapatkan justifikasi
dan diskusi dengan tim ahli terkait hasil uji BE dan apakah data pencilan tersebut bisa
dikeluarkan dari laporan uji BE, serta melampirkan summary BE dan hasil diskusi/justifikasi
tersebut.
Clorilex (Clozapine Tablet 100 mg)
1. PT Mersifarma harus mensubmit BAP yang sudah ada tanda tangan lengkap dari kedua
pihak, BAP sebagai pemenuhan tambahan data registrasi produk.
Miniaspi
1. PT Mersifarma diminta untuk mengecek stok Miniaspi 80 yang ada di peredaran.
2. PT Mersifarma diminta untuk memantau stabilitas formula A yang mulai produksi lagi Juni
2022, melampirkan kajian resiko dan mitigasi sebagai pertimbangan dalam perpanjangan ijin
edar, serta melakukan pemantauan PV.
3. PT Mersifarma diminta mencari root cause penyebab tidak bioekivalen (bukan hanya formula,
tetapi bisa jadi source bahan baku zat aktif dan zat tambahan).
4. PT Mersifarma diminta mengajukan surat permohonan tertulis terkait komitmen dan janji
tersebut di atas.
5. PT Mersifarma diminta melampirkan target penyelesaian dan tenggat waktu untuk progress
Miniaspi 100 mg, maksimal 1 tahun.
6. Miniaspi 80 mg dapat diberikan perpanjangan ijin edar selama 1 tahun, dengan catatan hal
tersebut ditujukan untuk menjaga legalitas obat di pasaran, bukan untuk memproduksi
formula yang belum BE tersebut.

Demikian yang dapat kami laporkan. Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai