LP Hipertensi Eva Print
LP Hipertensi Eva Print
DENGAN HIPERTENSI
Oleh :
NIM. C1222006
2023
KONSEP DASAR PENYAKIT
2. Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik >140 mmHg dan
diastolik >90 mmHg. Tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan kondisi medis dimana
terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Tekanan
darah yang selalu tinggi akan menimbulkan suatu faktor risiko untuk terjadinya stroke,
serangan jantung, gagal jantung, aneurisma arterial, dan merupakan penyebab utama
gagal jantung kronis (Erna, 2016).
Hipertensi dapat di definisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg.Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg. Dengan keadaan seseorang mengalami peningkatan tekanan darah tinggi diatas
normal atau kronis (dalam waktu yang cukup lama). Merupakan suatu kelainan yang sulit
diketahui oleh tubuh kita sendiri. Dengan cara yang paling akurat untuk mengetahui
hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah secara teratur (Gunawan, 2015).
Pada umumnya risiko tekanan darah tinggi lebih tinggi pada laki-laki daripada wanita,
namun memasuki usia >45 tahun wanita mempunyai risiko lebih tinggi dikarenakan
wanita mulai memasuki usia menopouse. Hal ini disebabkan terjadi penurunan produksi
estrogen yang akan berdampak pada kardiovaskuler dimana terjadi penurunan elastisitas
pembuluh darah. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan meningkat,
dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen
pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan
menjadi kaku. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada
usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik (Janu Purwono,
2020).
3. Klasifikasi
Menurut Herlambang (2013) penyakit darah tinggi atau hipertensi dikenal dengan 2
jenis klasifikasi, diantaranya hipertensi primary dan hipetensi secondary.
a. Hipertensi primary
adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi sebagai akibat
dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang yang pola
makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan
obesitas, merupakan pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi.
Begitu pula seseorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stressor tinggi
sangat mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang yang
kurang olahraga pun mengalami tekanan darah tinggi.
b. Hipertensi secondary
adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi
sebagai akibat seseorang mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung,
gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh. Sedangkan pada ibu hamil tekanan
darah secara umum meningkat saat kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada
wanita yang berat badannya diatas normal atau gemuk (obesitas). Hipertensi sistolik
terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik
kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi
ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir
setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat
sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun,
kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII
Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Normal < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg
Pre-hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg
Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg
Stadium 2 >= 160 mmHg (atau) >= 100 mmHg
4. Epidemiologi
Secara global, diperkirakan lebih dari 1 miliar orang mengalami peningkatan tekanan
darah yang masuk kriteria hipertensi. Prevalensi hipertensi yang tinggi ini konsisten pada
seluruh golongan sosioekonomi, dengan prevalensi yang meningkat seiring pertambahan
usia. Angka prevalensi hipertensi dapat mencapai 60% pada populasi dengan usia lebih
dari 60 tahun. Diperkirakan jumlah pasien dengan hipertensi dalam skala global akan
meningkat sekitar 15-20% hingga mencapai 1,5 miliar pada tahun 2025.
Berdasarkan Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2018 terhadap 658.201 subjek
penelitian dari seluruh provinsi di Indonesia, prevalensi hipertensi menurut diagnosis
dokter pada populasi dewasa berada pada angka 8,36%. Angka ini terlampau jauh dari
prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah yang berada pada
angka 34,11%. Data tersebut menunjukkan tingginya prevalensi hipertensi yang belum
terdeteksi di masyarakat Indonesia. Selain itu, kepatuhan minum obat secara rutin pada
subjek yang telah didiagnosis hipertensi hanya berada pada 54,40%.
Hipertensi tidak langsung menjadi penyebab kematian pada penderitanya, melainkan
menjadi faktor yang sangat penting dalam peningkatan kejadian penyakit kardio-
serebrovaskular. Hal ini menyebabkan mortalitas hipertensi secara global menjadi sangat
tinggi, di mana tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dikaitkan dengan 14,0% dari seluruh
kematian di dunia. Tekanan darah sistolik ≥140 mmHg juga dikaitkan dengan 40,1%
mortalitas akibat penyakit jantung iskemik, 38,1% mortalitas akibat stroke iskemik, dan
42,5% mortalitas akibat stroke hemoragik.
5. Etiologi
Berdasarkan penyebab hipertensi pada usia lanjut dibagi menjadi dua golongan:
a. Hipertensi essensial (hipertensi primer)
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi yang 90% tidak
diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan
berkembangnya hipertensi esensial diantaranya, (Yulianto, 2016):
1) Genetika Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih tinggi
mendapatkan penyakit hipertensi.
2) Jenis Kelamin Dan Usia Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah
menopause berisiko tinggi mengalami penyakit hipertensi.
3) Diit Konsumsi Tinggi Garam Atau Kandungan Lemak Konsumsi garam yang
tinggi atau konsumsi makanan dengan kandungan lemak yang tinggi secara
langsung berkaitan dengan berkembangnya penyakit hipertensi.
4) Berat Badan Obesitas Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering
dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.
5) Gaya Hidup Merokok Dan Konsumsi Alcohol Merokok dan konsumsi alkohol
sering dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi karena reaksi bahan atau zat
yang terkandung dalam keduanya.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui penyebabnya.
Menurut (Ratnawati, 2017), Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa penyakit,
yaitu:
1) Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang mungkin terjadi
beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta abdominal. Penyembitan pada aorta
tersebut dapat menghambat aliran darah sehingga terjadi peningkatan tekanan
darah diatas area kontriksi.
2) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini merupakan penyakit utama
penyebab hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan
penyempitan.
3) satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung membawa darah ke ginjal.
Sekitar 90% lesi arteri renal pada pasien dengan hipertensi disebabkan oleh
aterosklerosis atau fibrous dyplasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrous).
Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, serta perubahan
struktur serta fungsi ginjal.
4) Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen). Kontrasepsi secara oral yang
memiliki kandungan esterogen dapat menyebabkan terjadinya hipertensi melalui
mekanisme renin-aldosteron-mediate volume expantion. Pada hipertensi ini,
tekanan darah akan kembali normal setelah beberapa bulan penghentian oral
kontrasepsi.
5) Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal dapat
menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal-mediate hypertension disebabkan
kelebihan primer aldosteron, kortisol, dan katekolamin.
6) Stress, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah untuk sementara
waktu.
7) Kehamilan
8) Luka bakar
9) Peningkatan tekanan vaskuler
10) Merokok : Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin. Peningkatan
katekolamin mengakibatkan iritabilitas miokardial, 9 peningkatan denyut jantung
serta menyebabkan vasokortison yang kemudian menyebabkan kenaikan tekanan
darah.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016) :
1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau
tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan distolik lebih besar dari 160 mmHg
da tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada (Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016):
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
6. Faktor Risiko
Menurut (Tamher, 2013), faktor-faktor risiko hipertensi dibagi menjadi 2 kelompok,
yaitu:
a. Faktor yang tidak dapat diubah
1) Riwayat Keluarga
Seseorang yang memiliki keluarga seperti, ayah, ibu, kakak kandung/saudara
kandung, kakek dan nenek dengan hipertensi lebih berisiko untuk terkena
hipertensi.
2) Usia
Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Pada laki-
laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada wanita meningkat
pada usia lebih dari 55 tahun.
3) Jenis Kelamin
Dewasa ini hipertensi banyak ditemukan pada pria daripada wanita.
4) Ras/Etnik
Hipertensi menyerang segala ras dan etnik namun di luar negeri hipertensi
banyak ditemukan pada ras Afrika Amerika daripada Kaukasia atau Amerika
Hispanik.
a. Faktor yang dapat diubah
Kebiasaan gaya hidup tidak sehat dapat meningkatkan hipertensi antara lain
yaitu:
1) Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi karena dalam
rokok terdapat kandungan nikotin. Nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil
dalam paru-paru dan diedarkan ke otak. Di dalam otak, nikotin memberikan sinyal
pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau adrenalin yang akan
menyemptkan pembuluh darah dan memaksa jantung bekerja lebih berat karena
tekanan darah yang lebih tinggi Murni dalam (Ratnawati, 2017).
2) Kurang aktifitas fisik
Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka
yang memerlukan pengeluaran energi. Kurangnya aktifitas fisik merupakan faktor
risiko independen untuk penyakit kronis dan secara keseluruhan diperkirakan
dapat menyebabkan kematian secara global ((Ratnawati, 2017).
3) Konsumsi Alkohol
Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan karbon monoksida, yaitu
dapat meningkatkan keasaman darah. Darah menjadi lebih kental dan jantung
dipaksa memompa darah lebih kuat lagi agar darah sampai ke jaringan
mencukupi. Maka dapat disimpulkan bahwa konsumsi alkohol dapat
meningkatkan tekanan darah (Gunawan, 2015).
4) Kebiasaan minum kopi
Kopi seringkali dikaitkan dengan penyakit jantung koroner, termasuk
peningkatan tekanan darah dan kadar kolesterol darah karena kopi mempunyai
kandungan polifenol, kalium, dan kafein. Salah satu zat yang dikatakan
meningkatkan tekanan darah adalah kafein. Kafein didalam tubuh manusia bekerja
dengan cara memicu produksi hormon adrenalin yang berasal dari reseptor
adinosa didalam sel saraf yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah,
pengaruh dari konsumsi kafein dapat dirasakan dalam 5-30 menit dan bertahan
hingga 12 jam (Indriyani dalam Bistara D.N., & Kartini Y., 2018).
5) Kebiasaan konsumsi makanan banyak mengandung garam
Garam merupakan bumbu dapur yang biasa digunakan untuk memasak.
Konsumsi garam secara berlebih dapat meningkatkan tekanan darah. natrium
merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler tubuh yang berfungsi menjaga
keseimbangan cairan. Natrium yang berlebih dapat mengganggu keseimbangan
cairan tubuh sehingga menyebabkan edema atau asites, dan hipertensi.
6) Kebiasaan konsumsi makanan berlemak
Lemak didalam makanan atau hidangan memberikan kecenderungan
meningkatkan kholesterol darah, terutama lemak hewani yang mengandung lemak
jenuh. Kolesterol yang tinggi bertalian dengan peningkatan prevalensi penyakit
hipertensi.
7. Patofisiologi
Faktor predisposisi yang saling berhubungan juga turut serta menyebabkan
peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi. Diantaranya adalah faktor primer dan
faktor sekunder. Faktor primer adalah faktor genetik, gangguan emosi, obesitas, konsumsi
alkohol, kopi, obat-obatan, asupan garam, stress, kegemukan, merokok, aktivitas fisik
yang kurang. Sedangkan faktor sekunder adalah kelainan ginjal seperti tumor, diabetes,
kelainan adrenal, kelainan aorta, kelainan endokrin lainnya seperti obesitas, resistensi
insulin, hipertiroidisme dan pemakaian obatobatan seperti kontasepsi oral dan
kartikosteroid. Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jarak
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuro preganglion melepaskan asetikolin, yang akan
merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor (Nurhidayat, 2015). Pada saat
bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi. Medulla adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi.
Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon
vasonkonstriktor pembuluh darah.Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran
darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume intravaskuler. Semua factor tersebut cendrung pencetus keadaan hipertensi
(Nurhidayat, 2015). Pada Lansia terjadi perubahan struktural dan fungsional pada sistem
pembuluh darah perifer yang bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang ada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri
besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang di pompa
oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curah jantung dan
peningkatan tahanan perifer. (Wijaya & Putri, 2013).
8. Pathway
Faktor pencetus atau etiologi : jenis kelamin, usia, merokok & alkohol, obesitas,
konsentrasi garam, stres emosional, kurang olahraga
Perubahan Struktur
Gangguan sirkulasi
Edema Penurunan
Intoleran Curah
Kelebihan Volume Aktifitas Jantung
Cairan
9. Gejala Klinis
Sering dikatakan bahwa gejala yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan
kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan
pasien yang mencari pertolongan medis Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun
12. Komplikasi
Menurut (Erna, 2016), komplikasi dari hipertensi adalah:
a. Stroke
Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh nonotak. Stroke bisa terjadi pada hipertensi
kronis apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan
penebalan pembuluh darah sehingga aliran darah pada area tersebut berkurang. Arteri
yang mengalami aterosklerosis dapat melemah dan meningkatkan terbentuknya
aneurisma.
b. Infark Miokardium
Infark miokardium terjadi saat arteri koroner mengalami arterosklerotik tidak
pada menyuplai cukup oksigen ke miokardium apabila terbentuk thrombus yang dapat
menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Karena terjadi hipertensi kronik
dan hipertrofi ventrikel maka kebutuhan okigen miokardioum tidak dapat terpenuhi
dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.
c. Gagal ginjal
Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan pada kapilerkapiler
glomerulus. Rusaknya glomerulus membuat darah mengalir ke unti fungsionla ginjal,
neuron terganggu, dan berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya
glomerulus menyebabkan protein keluar melalui urine dan terjadilah tekanan osmotic
koloid plasma berkurang sehingga terjadi edema pada penderita hipertensi kronik.
d. Ensefalopati
Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi maligna (hipertensi yang
mengalami kenaikan darah dengan cepat). Tekanan yang tinggi disebabkan oleh
kelainan yang membuat peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam
ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Akibatnya neuro-neuro disekitarnya
terjadi koma dan kematian (Erna, 2016).
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama klien, Usia 65-80 tahun mempunyai risiko lebih tinggi terkena
hipertensi, terjadi pada semua jenis kelamin, status perkawinan: orang yang sudah
menikah memeliki pengaruh terhadap kondisi kejiwaan seseorang yang menyebabkan
tekanan darah meningkat. Pekerjaan: orang dengan pekerja keras tidak menutup
kemungkinan menderita hipertensi di karenakan aktivitas yang menguras sehingga
mengurangin aktivitas yang baik untuk dilakukan (Sibarani 2017 dalam Trijayanti
2019).
b. Keluhan Utama
Menurut (Aspiani, 2015), Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita
hipertensi tidak sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala. Pada
penderita hipertensi tidak ada gejala diawal, kalaupun ada biasanya ringan dan tidak
spesifik seperti pusing, tenguk terasa pegal, dan sakit kepala (Pratiwi & Mumpuni,
2017).
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Beberapa hal yang harus diungkapkan pada setiap gejala yaitu sakit
kepala,kelelahan,pundak terasa berat. Gejala-gejala yang mudah diamati pada
penderitah hipertensi antara lain yaitu: gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala,
sering gelisah, wajah merah, tengkuk teras pegal, mudah marah, telinga berdeging,
sukar tidur, sesak napas, tengkuk rasa berat, mudah lelah, mata berkunang-kunang
dan mimisan (darah keluar dari hidung) (Sutanto 2009, dalam Nahak, 2019).
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat penyakit hipertensi sebelumnya,
riwayat pekerjaan pekerjaan pada pekerja yang berhubungan dengan peningkatan
aktivitas, riwayat penggunaan obat- obatan, riwayat mengkonsumsi alkohol dan
merokok serta riwayat penyakit kronik lain yang diderita klien
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit yang
sama karena genetik/keturunan.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload
b. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisiologis
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
d. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
3. Intervensi
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Penurunan curah Setelah dilakukan asuhan NIC Label: Perawatan NIC Label: Perawatan
jantung keperawatan selama….x…. Jantung Jantung
berhubungan jam diharapkan tidak terjadi a. Evaluasi adanya nyeri dada a. Untuk mengetahui apakah
dengan penurunan curah jantung (intensitas, lokasi, durasi) ada nyeri dada
perubahan dengan kriteria hasil: b. Catat adanya disritmia b. Untuk mengetahui apakah
afterload NOC Label: Status Sirkulasi jantung ada disritmia jantung
a. Tanda-tanda vital dalam c. Catat adanya tanda dan c. Tanda dan gejala
rentang normal gejala penurunan cardiac penurunan cardiac output
(dipertahankan pada output nyeri perut, mual muntah,
skala 3 ditingkatkan ke d. Kaji status kardiovaskuler bengkak pada kaki dan
skala 4) e. Kaji balance cairan lengan, kelelahan kronis
b. Dapat mentoleransi f. Kaji adanya perubahan d. Untuk mengetahui
aktivitas (dipertahankan tekanan darah kondisi jantung
pada skala 3 ditingkatkan g. Kaji adanya dyspneu, e. Untuk mengetahui
ke skala 4) fatigue, dan ortopneu keseimbangan cairan pada
c. Tidak ada kelelahan NIC Label: Monitor Tanda- pasien hipertensi
(dipertahankan pada Tanda Vital f. Untuk mengetahui apakah
skala 3 ditingkatkan ke a. Kaji tekanan darah, nadi, ada peningkatan tekanan
skala 4) respirasi sebelum, selama darah
dan setelah aktivitas
b. Kaji kualitas nadi
c. Kaji jumlah irama jantung
d. Kaji bunyi jantung NIC Label: Monitor Tanda-
e. Kaji suara paru Tanda Vital
f. Identifikasi penyebab dari a. Untuk mengetahui tanda-
perubahan vital sign tanda vital selama pasien
beraktivitas normal/tidak
b. Untuk mengetahui nado
teratur atau tidak
c. Untuk mengetahui irama
jantung normal/abnormal
d. Untuk mengetaui bunyi
jantung
e. Untuk mengetahui suara
paru
f. Untuk mengetahui
penyebab perubahan
tanda-tanda vital
Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan NIC Label: Manajemen NIC Label: Manajemen
berhubungan keperawatan selama….x…. Nyeri Nyeri
dengan agens jam diharapkan nyeri a. Lakukan pengkajian a. Untuk mengetahui
nyeri komprehensif yang lokasi,skala, frekuensi
cedera fisiologis berkurang dengan kriteria
meliputi lokasi, dan factor pencetus dari
hasil: karakteristik, frekuensi, nyeri yang dirasakan
NOC Label: Tingkat kualitas, intensitas atau pasien
Nyeri beratnya nyeri dan factor b. Pasien dengan skala
a. Nyeri yang dilaporkan pencetus) nyeri berat biasanya
berkurang b. Observasi reaksi ekspresi wajahnya
(dipertahankan pada nonverbal menunjukkan
skala 2 ditingkatkan ke c. Ajarkan penggunaan meringgis kesakitan
skala 5) teknik non farmakologi c. Relaksasi nafas dalam
b. Ekspresi nyeri wajah (relaksasi nafas dalam) dapat mengurangi nyeri
tidak meringgis NIC Label: Pemberian yang dirasakan pasien
kesakitan Analgesik NIC Label: Pemberian
(dipertahankan pada a. Cek perintah pengobatan Analgesik
skala 2 ditingkatkan ke meliputi obat, dosis, dan a. Untuk mengetaui nama
skala 5) frekuensi obat analgesik obat dan dosis obat
c. Tidak bisa beristirahat yang diresepkan b. Untuk mengetahui
(dipertahankan pada b. Cek adanya Riwayat apakah pasien
skala 2 ditingkatkan ke alergi obat mempunyai Riwayat
skala 5) c. Berikan analgesik sesuai alergi obat
waktu paruhnya terutama c. Pemberian analgesic
pada nyeri yang berat dapat mengurangi nyeri
yang dirasakan pasien
Kelebihan Setelah dilakukan asuhan NIC Label: Manajemen NIC Label: Manajemen
volume cairan keperawatan selama….x…. Cairan Cairan
berhubungan jam diharapkan kelebihan a. Pertahankan catatan intake a. Untuk mencegah edema
dengan volume cairan teratasi dengan dan output b. Untuk mengurangi edema
gangguan kriteria hasil: b. Pasang urin kateter jika c. Untuk mengetahui apakah
mekanisme NOC Label: Keseimbangan diperlukan Hb dan BUN pasien
regulasi Cairan c. Pantau hasil Hb yang sesuai normal/tidak
a. Terbebas dari edema dengan retensi cairan d. Untuk mengetahui status
(dipertahankan pada (BUN, Hmt) dinamik pasien
skala 3 ditingkatkan ke d. Pantau status hemodinamik e. Untuk mengetahui apakah
skala 4) termasuk CVP, MAP, PAP pasien mengalami
b. Terbebas dari distensi e. Kaji kelebihan cairan kelebihan cairan
vena jungularis f. Pantau status nutrisi f. Untuk mengetahui nutrisi
(dipertahankan pada pasien berlebihan atau
skala 3 ditingkatkan ke tidak
skala 4)
c. Terbebas dari kelelahan
(dipertahankan pada
skala 3 ditingkatkan ke
skala 4)
Intoleran Setelah dilakukan asuhan NIC Label: Manajemen NIC Label: Manajemen
aktivitas keperawatan selama….x…. Energi Energi
jam diharapkan intoleran a. Kaji status fisiologis a. Untuk mengetahui apa
berhubungan
aktivitas teratasi dengan pasien yang penyebab pasien
dengan kriteria hasil: menyebabkan kelelahan megalami kelelahan
kelemahan NOC Label: Tingkat sesuai dengan konteks atau kelemahan
umum Kelelahan usia dan perkembangan b. Agar mengetahui apa
a. Kegiatan sehari-hari b. Anjurkan pasien yang dirasakan oleh
(ADL) tidak dibantu mengungkapkan pasien
(dipertahankan pada perasaan secara verbal c. Untuk mengetahui
skala 3 ditingkatkan ke mengenai keterbatasan intake nutrisi pasien
skala 5) yang dialami NIC Label: Bantuan
b. Saturasi oksigen c. Monitor intake/asupan Perawatan Diri
normal 95-100% nutrisi untuk mengetahui a. Untuk mengetahui
(dipertahankan pada sumber energi yang kemampuan ADL
skala 3 ditingkatkan ke adekuat pasien
skala 5) NIC Label: Bantuan b. Untuk memenuhi
c. Kelesuan Perawatan Diri kebersihan diri pasien
(dipertahakan pada a. Monitor kemampuan
skala 3 ditingkatkan ke perawatan diri secara
skala 5) mandiri
b. Berikan bantuan sampai
pasien mampu
melakukan perawatan
diri mandiri
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu pasien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmadi, 2008). Implementasi keperawatan terdiri
dari beberapa komponen:
1. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan
2. Diagnosis keperawatan
3. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan
4. Tanda tangan perawat pelaksana
5. Evaluasi
1. Evaluasi Formatif
Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan sampai
dengan tujuan tercapai. Selama melakukan asuhan keperawatan 3x24 jam pasien
diharapkan:
a. Agar pasien bisa memenuhi kebutuhan secara mandiri
b. Bebas dari cedera atau infeksi yang dibuktikan dengan suhu tubuh dan jumlah sel
darah putih
c. Dapat aktif dalam keterbatasan kemampuan
d. Bisa mengontrol pola sesuai dengan diet yang diberikan
2. Evaluasi somatif
Evaluasi ini merupakan akhir dimana dalam metode evaluasi ini menggunakan
SOAP.
S: data yang didapatkan melalui keluhan pasien
O: data yang diamati atau di observasi oleh perawat
A: tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan tindakan
P: rencana yang akan dilanjutkan bila tujuan tersebut tidak tercapai
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, S., Sari, S. M., & Savta, R. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Hipertensi Pada Lansia di Atas Umur 65 Tahun. Jurnal Kesehatan Komunitas,
2(4), 180–186. https://doi.org/https://doi.org/10.25311/keskom/2014/2.4
Ariana, P. A., Putra, G. N. W., & Wiliantari, N. K. (2020). Relaksasi Otot Progresif
Meningkatkan Kualitas Tidur pada Lansia Wanita. Jurnal Keperawatan Silampari, 3(2),
416–425. https://doi.org/10.31539/jks.v3i2.1051
Badan Pusat Statistik. (2021). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2021.
https://www.bps.go.id/publication/2021/12/21/c3fd9f27372f6ddcf7462006/st atistik-
penduduk-lanjut-usia-2021.html
Budi S., P. (2019). Hipertensi Manajemen Komprehensif - Google Books. In
Airlangga University Press. Surabaya: Airlangga University Press (UAP).
https://www.google.co.id/books/edition/Hipertensi_Manajemen_Komprehen
sif/bm_IDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1
Dewi, S. R. (2019). Buku Ajar Keperawatan Gerontik (1st ed.). Yogyakarta:
Deepublish. Fajarnia, P. A. H. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan
Gangguan Pola Tidur Pada Diagnosa Medis Hipertensi Di Desa Gedangklutuk Beji.
POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA SIDOARJO.
Fajriyah, N. N., Andriani, A., Keperawatan, P., & Zaitun, M. (2018). Efektivitas
Minyak Zaitun untuk Pencegahan Kerusakan Kulit pada Pasien The effectiveness of
Olive Oil for Skin Damage Prevention in Patients with Leprosy. VII(1).
Fikriana, R. (2018). Sistem Kardiovaskuler. Deepublish.
https://books.google.co.id/books?id=Rm9nDwAAQBAJ&printsec=frontcove
r&dq=anatomi+fisiologi+sistem+kardiovaskuler&hl=id&sa=X&ved=2ahUK
Ewio84aCscL4AhV5RmwGHUqODA4Q6AF6BAgLEAM#v=onepage&q=a natomi
fisiologi sistem kardiovaskuler&f=false
Fitrianti, S., & Putri, M. E. (2018). Pemberian Relaksasi Otot Progresif pada Lansia
Dengan Hipertensi Essensial di Kota Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi,
18(2), 368. https://doi.org/10.33087/jiubj.v18i2.481
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2018). NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi
dan Klasifikasi 2018-2020 (11th ed.). Jakarta: EGC.