Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

DENGAN GOUT ARTHRITIS

Oleh :

Ni Kadek Ayu Pitari Dewi, S.Kep

NIM. C1222008

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES BINA USADA BALI

2023
KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Perubahan Yang Terjadi Pada Sistem Muskuloskeletal


Pada lansia, sistem muskuloskeletal terjadi perubahan pada jaringan penghubung
(kolagen dan elastin), kartilago, otot sendi dan tulang. Kolagen merupakan pendukung
utama pada kulit, tendon, tulang dan jaringan pengikat mengalami perubahan yang
menjadi bentangan tidak teratur. Jaringan kartilago pada persendian mengalami granulasi
dan menjadi lunak sehingga permukaan sendi menjadi rata. Pada lansia kepadatan lansia
berkurang yang akan mengakibatkan osteoporosis, nyeri, fraktur dan deformitas.
Perubahan otot pada lansia meliputi penurunan ukuran dan jumlah serabut otot,
peningkatan jaringan lemak dan jaringan penghubung pada otot yang dapat menyebabkan
efek negatif. Jaringan ikat pada sendi seperti tendon, ligamen dan fasia mengalami
penuaan elastisitas, (Kholifah, 2016).
Seorang lanjut usia akan mengalami perubahan fisiologis salah satunya pada sistem
muskuloskeletal, yaitu jaringan penghubung (kolagen dan elastin) yang mengalami
perubahan akibat turunnya fleksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan dampak
berupa gangguan persendian. Penyakit yang dapat menyerang persendian yaitu seperti
osteoarthritis artritis rhemautoid, dan artritis gout (Anggreini and Yanti, 2018)

2. Definisi
Gout Arthritis merupakan salah satu penyakit inflamasi sendi yang paling sering
ditemukan yang ditandai dengan penumpukan Kristal Monosodium Urat di dalam
ataupun di sekitar persendian. Monosodium Urat ini berasal dari metabolisme Purin. Hal
penting yang mempengaruhi penumpukan Kristal Urat adalah Hiperurisemia dan
supersaturasi jaringan tubuh terhadap Asam Urat. Apabila kadar Asam Urat di dalam
darah terus meningkat dan melebihi batas ambang saturasi jaringan tubuh, penyakit Gout
Arthritis ini akan memiliki manifestasi berupa penumpukan Kristal Monosodium Urat
secara Mikroskopis maupun Makroskopis berupa Tofi (Zahara, 2016).
Gout Arthritis merupakan penyakit yang timbul akibat kadar asam urat darah yang
berlebihan. Yang menyebabkan kadar asam urat darah berlebihan adalah produksi asam
urat didalam tubuh lebih banyak pembuangannya. Tubuh menyediakan 85 persen
senyawa purin setiap hari, hal ini berarti bahwa kebutuhan purin dari makanan hanya
sekitar 15 persen (2014). Karena setiap metabolisme normal akan dihasilkan asam urat
sedangkan pemicunya adalah faktor makanan dan senyawa lain yang banyak mengandung
purin. Purin ditemukan pada semua makanan yang mengandung protein (Damayanti,
2012 (Rizki Dian Ariani, 2010)
Penyakit Gout Arthritis adalah penyakit akibat gangguan metabolisme purin yang
ditandai dengan hiperurisemia dan serangan sinovitis akut berulang-ulang. Kelainan ini
berkaitan dengan penimbunan kristal urat monohidrat monosodium dan pada tahap yang
lebih lanjut terjadi degenerasi tulang rawan sendi, insiden penyakit gout arthritis terjadi
sebesar 1-2%, terutama terjadi pada usia 30-40 tahun dan 20 kali lebih sering pada pria
dan wanita (Wardani, 2014).

3. Klasifikasi
Menurut Zairin Noor (2017), penyakit gout arthritis dapat diklasifikasikan menjadi
dua, yaitu primer dan sekunder.
a. Gout arthritis primer adalah gout yang disebabkan faktor genetik dan lingkungan.
Pada penyakit gout primer ini 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik). Namun
kombinasi faktor genetic dan hormonal diduga yang menjadi penyebab terganggunya
metabolisme. Akibatnya, produksi asam urat ikut meningkat. Gout jenis ini juga dapat
diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.
b. Gout arthritis sekunder biasanya timbul karena adanya komplikasi dengan penyakit
lain (hipertensi dan artheroklerosis). Penyebab penyakit gout sekunder antara lain
karena meningkatnya produksi asam urat akibat nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan
dengan kadar purin tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organik yang
Menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok asam
amino, unsur pembentukan protein.
Menurut (Wahyu Widyanto, 2017) terdapat 3 kasifikasi gout arthritis yaitu:
a. Gout arthritis stadium akut
Radang sendi timbul dalam waktu yang cepat dan singkat. Lansia tidur tanpa
ada gejala apa-apa. Pada saat bangun pagi terasa sakit yang hebat dan tidak dapat
berjalan. Biasanya bersfifat moboartikular dengan keluhan utama berupa nyeri,
bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik berupa demam, menggigil, dan
merasa lelah. Apabila proses penyakit berlanjut, dapat terkena sendi lain yaitu
pergelangan kaki dan tangan, lutut, siku. Faktor pencetus serangan akut
antaralainberupadiet tinggi purin, kelelahan fisik, trauma local, pemakaian obat
diuretic, dan lain-lain.
b. Stadium interkritikal
Pada stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi periode
interkritik. Walaupun secara klinik tidak dapat ditemukan tanda-tanda radang akut,
namun pada aspirasi sedi ditemukan krital urat. Hal ini menunjukkan bahwa proses
peradangan masih terus berlanjut, walaupun tanpa keluhan.
c. Stadium gout arthritis kronik
Pada stadium ini terdapat pada pasien yang mampu mengobati dirinya sendiri
(self medication). Secara umum penangann gout arthritis ialah memberikan edukasi
pengaturan diet, istirahat sendi dan pengoabatan. Pengobatan dilakukan dini agar
tidak terjadi kerusakan sendi ataupun komplikasi lainnya.

4. Epidemiologi
Penderita Gout Artritis di seluruh dunia berdasarkan data World Health Organization,
prevalensi gout arthritis di dunia sebanyak 34,2%. Gout arthritis sering terjadi di negara
maju seperti Amerika (WHO, 2020). Prevalensi penyakit gout arthritis di Indonesia pada
usia 55-64 tahun sebanyak 45%, usia 65-74 tahun sebanyak 51,9%, usia ≥75 tahun
sebanyak 54,8%. Angka ini menunjukkan bahwa penyakit gout arthritis yang
menyebabkan nyeri sudah sangat mengganggu aktivitas masyarakat Indonesia
(Kementerian kesehatan RI, 2020).

5. Etiologi
Secara garis besar penyebab terjadinya Gout Arthritis disebabkan oleh faktor primer
dan faktor sekunder, faktor primer 99% nya belum diketahui (Idiopatik). Namun, diduga
berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan
gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan peningkatan produksi Asam Urat atau
bisa juga disebabkan oleh kurangnya pengeluaran Asam Urat dari tubuh. Faktor sekunder,
meliputi peningkatan produksi Asam Urat, terganggunya proses pembuangan Asam Urat
dan kombinasi kedua penyebab tersebut. Umumnya yang terserang Gout Artritis adalah
pria, sedangkan perempuan persentasenya kecil dan baru muncul setelah Menopause.
Gout Artritis lebih umum terjadi pada laki-laki, terutama yang berusia 40-50 tahun
(Susanto, 2019).
Menurut Fitiana (2015) terdapat faktor resiko yang mempengaruhi Gout Arthritis
adalah:
a. Keturunan (genetik)
Keturunan atau genetik merupakan salah satu faktor risiko penyakit asam urat.
Orang dengan riwayat keluarga menderita asam urat memiliki resiko lebih besar
untuk terkena penyakit asam urat. Faktor ini dapat lebih berisiko jika didukung
dengan faktor lingkungan.
b. Usia
Pada umumnya serangan Gout Arthritis yang terjadi pada laki-laki mulai dari
usia pubertas hingga usia 40-69 tahun, sedangkan pada wanita serangan Gout Arthritis
terjadi pada usia lebih tua dari pada laki-laki, biasanya terjadi pada saat Menopause.
Karena wanita memiliki hormon estrogen, hormon inilah yang dapat membantu
proses pengeluaran Asam Urat melalui urin sehingga Asam Urat didalam darah dapat
terkontrol.
c. Jenis Kelamin
Jenis kelamin juga menjadi salah satu faktor risiko penyakit asam urat. Pria
lebih berisiko terkena penyakit asam urat dari pada wanita karena kadar asam urat
dalam darah pada pria lebih besar dibandingkan dengan wanita. Selain itu, pria juga
tidak memiliki hormon estrogen seperti wanita. Hormon estrogen merupakan hormon
yang hanya ada pada wanita dan hormon inilah yang membantu pengeluaran asam
urat melalui urine.
d. Obesitas
Obesitas dapat memicu penyakit asam urat akibat pola makan yang tidak
seimbang. Orang dengan obesitas cenderung tidak menjaga pola makan termasuk
asupan protein, lemak dan karbohidrat yang tidak seimbang sehingga menyebabkan
peningkatan kadar purin, sehingga terjadi kondisi hiperurisemia dan terjadi
penumpukan asam urat. Selain itu, orang dengan obesitas tentu mengalami
penumpukan lemak dibeberapa bagian tubuh. Penumpukan terutama pada bagian
perut dapat meningkatkan tekanan darah dan mengacaukan sistem pengaturan asam
urat dalam tubuh. Lemak dalam perut juga dapat mengganggu kinerja ginjal dalam
membuang kelebihan asam urat.
e. Konsumsi makanan tinggi purin
Asam urat merupakan hasil metabolisme dari purin. Tubuh manusia sendiri
sebenarnya telah mengandung purin sebesar 85% sehingga purin yang hanya
diperlukan oleh manusia dari luar tubuh (makanan) hanya sebesar 15%. Ketika
besarnya purin yang didapatkan dari luar tubuh (makanan) manusia secara terus
menerus melebihi batas normal tidak menutup kemungkinan akan menyebakan asam
urat.
f. Penggunaan obat-obatan
Beberapa obat-obat yang turut mempengaruhi terjadinya hiperurisemia.
Misalnya Diuretik, antihipertensi, aspirin. Obat-obatan juga mungkin untuk
memperparah keadaan. Diuretik sering digunakan untuk menurunkan tekanan darah,
meningkatkan produksi urin, tetapi hal tersebut juga dapat menurunkan kemampuan
ginjal untuk membuang asam urat. Hal ini pada gilirannya, dapat meningkatkan kadar
asam urat dalam darah dan menyebabkan serangan gout. Gout yang disebabkan oleh
pemakaian diuretik dapat "disembuhkan" dengan menyesuaikan dosis. Serangan gout
juga bisa dipicu oleh kondisi seperti cedera dan infeksi.hal tersebut dapat menjadi
potensi memicu asam urat. Hipertensi dan penggunaan diuretik juga merupakan faktor
risiko penting independen untuk gout. Aspirin memiliki 2 mekanisme kerja pada asam
urat, yaitu: dosis rendah menghambat ekskresi asam urat dan meningkatkan kadar
asam urat, sedangkan dosis tinggi (> 3000 mg / hari) adalah uricosurik.
g. Kondisi medis
Kondisi medis tertentu seperti kelainan fungsi ginjal dapat menyebabkan
tingginya kadar asam urat pada manusia. Asam urat juga rentan terjadi pada penderita
obesitas, diabetes, serta hipertensi, semuanya berkaitan dengan sindrom metabolik.
Sindrom metabolik adalah kumpulan kondisi yang terdiri dari peningkatan tekanan
darah, peningkatan gula dalam darah, kelebihan lemak tubuh, serta terjadinya
peningkatan kolestrol. Gabungan dari kondisi sindrom metabolik tersebut dapat
berpengaruh terhadap tingginya kadar asam urat.

6. Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme Purin dalam tubuh, intake bahan yang mengandung
Asam Urat tinggi dan sistem ekskresi Asam Urat yang tidak adekuat akan mengasilkan
akumulasi Asam Urat yang berlebihan di dalam plasma darah (Hiperurisemia), sehingga
mengakibatkan Kristal Asam Urat menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini
menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon Inflamasi. Banyak faktor yang
berperan dalam mekanisme serangan Gout Arthritis. Salah satunya yang telah diketahui
peranannya adalah kosentrasi Asam Urat dalam darah.
Mekanisme serangan Gout Arthritis Akut berlangsung melalui beberapa fase secara
berurutan yaitu, terjadinya Presipitasi Kristal Monosodium Urat dapat terjadi di jaringan
bila kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan,
sonovium, jaringan para-artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal Urat
yang bermuatan negatif akan dibungkus oleh berbagai macam protein.
Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk berespon terhadap
pembentukan kristal. Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang
menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi Fagositosis Kristal oleh
leukosit (Nurarif, 2015).
Kristal difagositosis olah leukosit membentuk Fagolisosom dan akhirnya membran
vakuala disekeliling oleh kristal dan membram leukositik lisosom yang dapat
menyebabkan kerusakan lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan hidrogen
antara permukaan Kristal membram lisosom. Peristiwa ini menyebabkan robekan
membran dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam sitoplasma yang
dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim
lisosom dilepaskan kedalam cairan sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas
inflamasi dan kerusakan jaringan (Nurarif, 2019).
Saat Asam Urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka Asam
Urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang akan
berakumulasi atau menumpuk di jaringan konektif di seluruh tubuh, penumpukan ini
disebut Tofi. Adanya Kristal akan memicu respon inflamasi akut dan netrofil melepaskan
lisosomnya. Lisosom ini tidak hanya merusak jaringan tetapi juga menyebabkan
inflamasi. Serangan Gout Arthritis Akut awalnya biasanya sangat sakit dan cepat
memuncak. Serangan ini meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini timbul
rasa nyeri berat yang menyebabkan tulang sendi terasa panas dan merah. Tulang sendi
Metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama terinflamasi, kemudian mata kaki,
tumit, lutut dan tulang sendi pinggang.
Kadang-kadang gejala yang dirasakan disertai dengan demam ringan. Biasanya
berlangsung cepat tetapi cenderung berulang (Sudoyo, 2019). Periode Interkritikal adalah
periode dimana tidak ada gejala selama serangan Gout Arthritis. Kebanyakan penderita
mengalami serangan kedua pada bulan ke-6 sampai 2 tahun setelah serangan pertama.
Serangan berikutnya disebut dengan Poliartikular yang tanpa kecuali menyerang tulang
sendi kaki maupun lengan yang biasanya disertai dengan demam. Tahap akhir serangan
Gout Arthritis Akut atau Gout Arthritis Kronik ditandai dengan Polyarthritis yang
berlangsung sakit dengan Tofi yang besar pada kartigo, membrane sinovial, tendon dan
jaringan halus. Tofi terbentuk di jari tangan, kaki, lutut, ulna, helices pada telinga, tendon
achiles dan organ internal seperti ginjal (Sudoyo, 2019).
7. Pathway
Sekresi asam urat Produksi asam urat
Genetik yang berkurang yang berlebihan

Gangguan metabolisme purin

Gout

Hiperurisemia dan serangan


synovitis akut berulang-ulang

Penimbunan kristal urat


monohidrat monosodium

Penimbunan asam urat di Penimbunan kristal pada


korteks dan reaksi membrane sinovia dan
inflamasi pada ginjal tulang rawan artikular

Terjadi hialinisasi dan Erosi tulang rawan,


fibrosis pada glomerulus proliferasi, sinovia dan
pembentukan panus

Pielonefritis, sclerosis
arteriolar atau nefritis kornis Degenerasi tulang rawan
sendi

Terbentuk batu asam urat


Terbentuk tofus serta fibrosis
dan ankilosis pada tulang
Nyeri Akut

Perubahan bentuk tubuh


pada tulang dan sendi

Nyeri Akut Hambatan Gangguan Pola


Mobilitas Fisik Tidur Gangguan Citra Tubuh
8. Gejala Klinis
Penyebab utama penyakit asam urat atau gout adalah meningkatnya kadar asam urat
dalam darah atau hiperurisemia. Serangan gout pertama biasanya hanya mengenai satu
sendi dan berlangsung selama beberapa hari. Gejalanya menghilang secara bertahap dan
tidak timbul gejala sampai terjadi serangan berikutnya (Bangun, 2019).
Beberapa gejala dan tanda dari penyakit asam urat yaitu:
a. Bengkak, merah dan kaku di bagian tertentu.
b. Terasa nyeri hebat pada sendi yang terkena penyakit dan terasa panas saat bagian
yang bengkak disentuh. Rasa nyeri ini terjadi karena kristal-kristal purin yang
bergesekan saat sendi bergerak.
c. Serangannya dapat terjadi sewaktu-waktu akibat mengkonsumsi makanan yang kaya
purin. Terkadang serangannya terjadi secara berulang-ulang. Jika hanya pegal linu
pada otot dan sendi tanpa nyeri hebat maka dapat dipastikan bukan radang sendi.
d. Gejala asam urat menyebabkan bagian yang terserang berubah bentuk. Gejala ini
dapat terjadi di tempurung lutut, punggung lengan, tendon belakang, pergelangan
kaki, dan daun telinga. Gejala ini lebih banyak dialami oleh para pria yang berusia
lebih dari 30 tahun sekitar 90% dan pada wanita umumnya terjadi saat mengalami
masa menopause 10% (Rifiani, 2016).

9. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada artritis gout ada 4 yaitu:
a. Laboratorium
- Pemeriksaan cairan sinovia didapatkan adanya kristal monosodium intraseluler
- Analisis cairan sendi merupakan pemeriksaan cairan sendi dibawah adanya
peradangan, infeksi bakteri, dan kristal asam urat.
- Pemeriksaan serum asam urat meningkat >7 mg/dl. d. Pemeriksaan kadar asam
urat dalam urin per 24 jam Kadar asam urat dalam urin berlebihan jika kadarnya
>800 mg pada diit biasa atau lebih dari 600 mg/24 jam pada diit bebas urine.
- Urinalis untuk mendeteksi resiko batu asam urat. Pemeriksaan kimia darah untuk
mendeteksi fungsi ginjal, hati, hipertrigliseridemia, tingginya LDL, dan adanya
diabetes mellitus.
b. Leukositosis didapatkan pada fase akut
c. Radiodiagnostik
- Radiografi untuk mendeteksi adanya klasifikasi sendi
- Radiografi didapatkan adanya erosi pada permukaan sendi
d. Pemeriksaan lain
Jenis pemeriksaan lain adalah MRI (magnetic resonance imaging) dan
computer tomograpy scan (CT Scan) yang dapat menggambarkan anatomi tubuh
sehingga dapat mendeteksi kelainan dan ketidak normalan organ dan jaringan tubuh
secara terperinci adalah arthrograpy, biopsi dan arthroskopi.

10. Terapi/Tindakan Penanganan


Menurut Nurarif (2015) Penanganan Gout Arthritis biasanya dibagi menjadi
penanganan serangan Akut dan penanganan serangan Kronis. Ada 3 tahapan dalam terapi
penyakit ini:
- Mengatasi serangan Gout Arthtitis Akut.
- Mengurangi kadar Asam Urat untuk mencegah penimbunan Kristal Urat pada
jaringan, terutama persendian.
- Terapi mencegah menggunakan terapi Hipourisemik.
a. Terapi Non Farmakologi
Terapi non-farmakologi merupakan strategi esensial dalam penanganan Gout
Arthritis, seperti istirahat yang cukup, menggunakan kompres hangat, modifikasi diet,
mengurangi asupan alkohol dan menurunkan berat badan.
b. Terapi Farmakologi
Penanganan Gout Arthritis dibagi menjadi penanganan serangan akut dan
penanganan serangan kronis.
1) Serangan Akut
Istirahat dan terapi cepat dengan pemberian NSAID, misalnya Indometasin
200 mg/hari atau Diklofenak 150 mg/hari, merupakan terapi lini pertama dalam
menangani serangan Gout Arthritis Akut, asalkan tidak ada kontra indikasi
terhadap NSAID. Aspirin harus dihindari karena eksresi Aspirin berkompetisi
dengan Asam Urat dan dapat memperparah serangan Gout Arthritis Akut.
Keputusan memilih NSAID atau Kolkisin tergantung pada keadaan klien,
misalnya adanya penyakit penyerta lain atau Komorbid, obat lain juga diberikan
klien pada saat yang sama dan fungsi ginjal. Obat yang menurunkan kadar Asam
Urat serum (Allopurinol dan obat Urikosurik seperti Probenesid dan
Sulfinpirazon) tidak boleh digunakan pada serangan Akut (Nurarif, 2015).
Obat yang diberikan pada serangan Akut antara lain:
a) NSAID: NSAID merupakan terapi lini pertama yang efektif untuk klien yang
mengalami serangan Gout Arthritis Akut. Hal terpenting yang menentukan
keberhasilan terapi bukanlah pada NSAID yang dipilih melainkan pada
seberapa cepat terapi NSAID mulai diberikan. NSAID harus diberikan dengan
dosis sepenuhnya (full dose) pada 24-48 jam pertama atau sampai rasa nyeri
hilang. Indometasin banyak diresepkan untuk serangan Akut Gout Arthritis,
dengan dosis awal 75-100 mg/hari. Dosis ini kemudian diturunkan setelah 5
hari bersamaan dengan meredanya gejala serangan Akut. Efek samping
Indometasin antara lain pusing dan gangguan saluran cerna, efek ini akan
sembuh pada saat dosis obat diturunkan. NSAID lain yang umum digunakan
untuk mengatasi Gout Arthritis Akut adalah:
- Naproxen: awal 750 mg, kemudian 250 mg 3 kali/hari. - Piroxicam – awal
40 mg, kemudian 10-20 mg/hari. - Diclofenac – awal 100 mg, kemudian
50 mg 3 kali/hari selama 48 jam. Kemudian 50 mg dua kali/ hari selama 8
hari.
b) COX-2 Inhibitor: Etoricoxib merupakan satu-satunya COX-2 Inhibitor yang
dilisensikan untuk mengatasi serangan Gout Arthritis Akut. Obat ini efektif
tapi cukup mahal, dan bermanfaat terutama untuk klien yang tidak tahan
terhadap efek Gastrointestinal NSAID Non-Selektif. COX-2 Inhibitor
mempunyai resiko efek samping Gastrointesinal bagian atas yang lebih rendah
dibanding NSAID non selektif.
c) Colchicine, Colchicine merupakan terapi spesifik dan efektif untuk serangan
Gout Arthritis Akut. Namun dibanding NSAID kurang populer karena awal
kerjanya (onset) lebih lambat dan efek samping lebih sering dijumpai.
d) Steroid, strategi alternatif selain NSAID dan Kolkisin adalah pemberian
Steroid Intra-Articular. Cara ini dapat meredakan serangan dengan cepat
ketika hanya 1 atau 2 sendi yang terkena namun, harus dipertimbangkan
dengan cermat diferensial diagnosis antara Gout Arthritis Sepsis dan Gout
Arthritis Akut karena pemberian Steroid Intra-Articular akan memperburuk
infeksi.
2) Serangan Kronis
Kontrol jangka panjang Hiperurisemia merupakan faktor penting untuk
mencegah terjadinya serangan Gout Arthritis Akut, Gout Tophaceous Kronis,
keterlibatan ginjal dan pembentukan batu Asam Urat. Kapan mulai diberikan
obat penurun kadar Asam Urat masih kontroversi. Penggunaan Allopurinol,
Urikourik dan Feboxostat (sedang dalam pengembangan) untuk terapi Gout
Arthritis Kronis akan dijelaskan berikut ini:
- Allopurinol; Obat Hipourisemik, pilihan untuk Gout Arthritis Kronis
adalah Allopurinol. Selain mengontrol gejala, obat ini juga melindungi
fungsi ginjal. Allopurinol menurunkan produksi Asam Urat dengan cara
menghambat Enzim Xantin Oksidase. Dosis pada klien dengan fungsi
ginjal normal dosis awal Allopurinol tidak boleh melebihi 300 mg/24 jam.
Respon terhadap Allopurinol dapat terlihat sebagai penurunan kadar Asam
Urat dalam serum pada 2 hari setelah terapi dimulai dan maksimum
setelah 7-10 hari. Kadar Asam Urat dalam serum harus dicek setelah 2-3
minggu penggunaan Allopurinol untuk meyakinkan turunnya kadar Asam
Urat.
- Obat Urikosurik; kebanyakan klien dengan Hiperurisemia yang sedikit
mengekskresikan Asam Urat dapat diterapi dengan obat Urikosurik.
Urikosurik seperti Probenesid (500mg-1 g 2x/hari) dan Sulfinpirazon
(100mg 3-4 kali/hari) merupakan alternative Allopurinol. Urikosurik harus
dihindari pada klien Nefropati Urat yang memproduksi Asam Urat
berlebihan. Obat ini tidak efektif pada klien dengan fungsi ginjal yang
buruk (Klirens Kreatinin).

11. Komplikasi
Komplikasi dari gout arthritis meliputi:
a. Kerusakan sendi
Gout arthritis merupakan penyakit yang cukup ditakuti sebagian karena
menimbulkan kerusakan sendi dan perubahan bentuk tubuh. Kerusakan sendi yang
disebabkan tingginya asam urat dapat terjadi di kaki maupun di tangan. Kerusakan ini
terjadi karena asam urat menumpuk dalam sendi dan menjadi kristal yang
mengganggu sendi. Sendi yang tertutup kristal asam urat menyebabkan jari-jari
tangan maupun kaki menjadi kaku dan bengkok tidak beraturan (Wahyu Widyanto,
2017). Namun yang ditakuti penderita bukan bengkoknya melainkan rasa sakit yang
berkepanjangan.
b. Terbentuk tofi
Timbunan kristal monosodium urat monohidrat (MSUM) di sekitar persendian
yang sering mengalami serangan akut atau timbul di sekitar tulang rawan sendi,
synovial, bursa, atau tendon. Di luar sendi, tofi juga bisa ditemukan di jaringan lunak,
otot jantung (miokard), katup bicuspid jantung (katup mitral), retina mata, dan
pangkal tenggorokan.
c. Penyakit jantung
Kadar asam urat yang tinggi dapat menimbulkan gangguan jantung. Bila
penumpukan asam urat terjadi di pembuluh darah arteri maka akan mengganggu kerja
jantung. Penumpukan asam urat yang terlalu lama dapat menjadi LVH (Left Ventrikel
Hypertropy) yaitu pembengkakan ventrikel kiri pada jantung.
d. Batu ginjal
Tingginya kadar asam urat yang terkandung dalam darah dapat menimbulkan
batu ginjal. Batu ginjal terbentuk dari beberapa zat yang disaring dalam ginjal. Bila
zat tersebut mengendap pada ginjal dan tidak bisa keluar bersama urine makaakan
membentuk batu ginjal. Batu ginjal yang terbentuk diberi nama sesuai dengan bahan
pembuat batu tersebut. Batu ginjal yang terbentuk dari asam urat disebut batu asam
urat.
e. Gagal ginjal (nefropati gout)
Tingginya kadar asam urat berpotensi merusak fungsi ginjal. Adanya
kerusakan fungsi ginjal dapat menyebabkan ginjal tidak bisa menjalankan fungsinya
dengan baik atau mengalami gagal ginjal. Bila gagal ginjal terjadi ginjal tidak dapat
membersihkan darah. Darah yang tidak dibersihkan mengandung berbagai macam
racun yang menyebabkan pusing, muntah, dan rasa nyeri sekujur tubuh.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan, kemudian dalam mengkaji
harus memperhatikan data dasar dari klien, untuk informasi yang diharapakan dari klien
(Iqbal, 2019). Fokus pengkajian pada Lansia dengan Gout Arthritis:
a. Identitas Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan pekerjaan.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang menonjol pada klien Gout Arthritis adalah nyeri dan
terjadi peradangan sehingga dapat menggangu aktivitas klien.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi di otot sendi. Sifat dari nyerinya
umumnya seperti pegal/di tusuk-tusuk/panas/di tarik-tarik dan nyeri yang dirasakan
terus menerus atau pada saat bergerak, terdapat kekakuan sendi, keluhan biasanya
dirasakan sejak lama dan sampai menggangu pergerakan dan pada Gout Arthritis
Kronis didapakan benjolan atan Tofi pada sendi atau jaringan sekitar.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita oleh klien, apakah keluhan penyakit
Gout Arthritis sudah diderita sejak lama dan apakah mendapat pertolongan
sebelumnya dan umumnya klien Gout Arthritis disertai dengan Hipertensi.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji adakah riwayat Gout Arthritis dalam keluarga.
f. Riwayat Psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan penyakit klien
dalam lingkungannya. Respon yang didapat meliputi adanya kecemasan individu
dengan rentan variasi tingkat kecemasan yang berbeda dan berhubungan erat dengan
adanya sensasi nyeri, hambatan mobilitas fisik akibat respon nyeri dan kurang
pengetahuan akan program pengobatan dan perjalanan penyakit. Adanya perubahan
aktivitas fisik akibat adanya nyeri dan hambatan mobilitas fisik memberikan respon
terhadap konsep diri yang maladaptif.
g. Riwayat Nutrisi
Kaji riwayat nutisi klien apakah klien sering menkonsumsi makanan yang
mengandung tinggi Purin.
h. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung
rambut hingga ujung kaki (head to toe). Pemeriksaan fisik pada daerah sendi
dilakukan dengan inspeksi dan palpasi.
- Inspeksi yaitu melihat dan mengamati daerah keluhan klien seperti kulit, daerah
sendi, bentuknya dan posisi saat bergerak dan saat diam.
- Palpasi yaitu meraba daerah nyeri pada kulit apakah terdapat kelainan seperti
benjolan dan merasakan suhu di daerah sendi dan anjurkan klien melakukan
pergerakan yaitu klien melakukan beberapa gerakan bandingkan antara kiri dan
kanan serta lihat apakah gerakan tersebut aktif, pasif atau abnormal.
i. Pemeriksaan Diagnosis
- Asam Urat meningkat dalam darah dan urin.
- Sel darah putih dan laju endap darah meningkat (selama fase akut).
- Pada aspirasi cairan sendi ditemukan krital urat.
- Pemeriksaan Radiologi.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian.
c. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
d. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan kelebihan cairan (peradangan
kronik akibat adanya kristal urat).
e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada persendian

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan NIC Label: Manajemen NIC Label: Manajemen
berhubungan keperawatan selama….x…. Nyeri Nyeri
dengan agen Jam diharapkan klien tidak a. Lakukan pengkajian nyeri a. Untuk mengetahui
cedera biologis. mengalami nyeri, dengan komprehensif yang lokasi,skala, frekuensi
kriteria hasil: meliputi lokasi, dan factor pencetus dari
karakteristik, frekuensi, nyeri yang dirasakan
kualitas, intensitas atau pasien

NOC LABEL: Tingkat beratnya nyeri dan factor b. Pasien dengan skala nyeri

Nyeri pencetus) berat biasanya ekspresi

a. Mampu mengontrol b. Observasi reaksi wajahnya menunjukkan

nyeri (tahu penyebab nonverbal meringgis kesakitan

nyeri, mampu c. Ajarkan penggunaan c. Relaksasi nafas dalam

menggunakan teknik teknik non farmakologi dapat mengurangi nyeri

nonfarmakologik untuk (relaksasi nafas dalam, yang dirasakan pasien

mengurangi nyeri) kompres hangat atau NIC Label: Pemberian

(dipertahankan pada dingin) Analgesik

skala 4 ditingkatkan ke NIC Label: Pemberian a. Untuk mengetaui nama

skala 5) Analgesik obat dan dosis obat

b. Melaporkan bahwa a. Cek perintah pengobatan b. Untuk mengetahui apakah

nyeri berkurang dengan meliputi obat, dosis, dan pasien mempunyai

manajemen nyeri frekuensi obat analgesik Riwayat alergi obat

(dipertahankan pada yang diresepkan c. Pemberian analgesik

skala 4 ditingkatkan ke b. Cek adanya Riwayat dapat mengurangi nyeri

skala 5) alergi obat yang dirasakan pasien

a. Menyatakan rasa c. Berikan analgesik sesuai

nyaman setelah nyeri waktu paruhnya terutama

berkurang pada nyeri yang berat

(dipertahankan pada
skala 4 ditingkatkan ke
skala 5)
b. Tanda vital dalam
rentang normal
(dipertahankan pada
skala 4 ditingkatkan ke
skala 5)
c. Tidak mengalami
gangguan tidur
(dipertahankan pada
skala 4 ditingkatkan ke
skala 5)
Hambatan Setelah dilakukan asuhan NIC Label: Terapi Latihan NIC Label: Terapi Latiham
mobilitas fisik keperawatan Ambulasi Ambulasi
berhubungan selama….x….jam a. Monitoring vital sign a. Untuk mengetahui tanda-
dengan nyeri diharapkan pasien tidak sebelum/sesudah latihan tanda vital pasien sebelum
persendian. menglami hambatan dan lihat respon pasien dan setelah beraktivitas
mobilitas fisik dengan saat Latihan b. Untuk mengetahui teknik
kriteria hasil: b. Konsultasikan dengan ambulasi yang tepat
NOC Label: Tingkat terapi fisik tentang c. Untuk menghindari
Mobilitas rencana teknik ambulasi terjadinya jatuh dan
a. Klien meningkat dalam c. Bantu klien unutuk cedera pada pasien
aktivitas fisik. menggunakan tongkat d. Agar pasien mengetahui
(dipertahankan pada saat berjalan dan terhadap bagaimana teknik
skala 4 ditingkatkan ke cedera. ambulasi yang benar
skala 5) d. Ajarkan pasien atau e. Untuk mengetahui
b. Mengerti tujuan dari tenaga kesahatan lain kemampuan pasien dalam
peningkatan mobilitas tentang teknik ambulasi mobilisasi
fisik (dipertahankan e. Kaji kemampuan pasien f. Agar kebutuhan ADLS
pada skala 4 dalam mobilisasi. pasien terpenuhi
ditingkatkan ke skala 5) f. Latih Pasien dalam
c. Memverbalisasikan memenuhi kebutuhan
perasaan dalam ADLS pasien.
meningkatakan
kekuatan dan
kemampuan berpindah
(dipertahankan pada
skala 4 ditingkatkan ke
skala 5)
d. Memperagakan
penggunaan alat bantu
untuk mobilisasi
(dipertahankan pada
skala 4 ditingkatkan ke
skala 5)
Gangguan rasa Setelah dilakukan asuhan NIC Label: Penurunan NIC Label: Penurunan
nyaman keperawatan Kecemasan Kecemasan
berhubungan selama….x….jam a. Identifikasi tingkat a. Untuk mengetahui tingkat
dengan gejala diharapkan kenyamanan kecemasan kecemasan pasien
terkait penyakit meningkat dengan kriteria b. Gunakan pendekatan b. Agar pasien merasa
hasil: yang menenangkan nyaman
NOC Label: Tingkat c. Temani klien untuk c. Agar pasien merasa aman
Kecemasan memberikan keamanan dan nyaman
a. Mampu mengontrol dan mengurangi takut d. Agar pasien tidak takut
kecemasan d. Dengarkan klien dengan e. Agar waktu istirahat
(dipertahankan pada penuh perhatian pasien cukup
skala 4 ditingkatkan ke e. Dorong klien untuk f. Untuk mengetahui
skala 5) istirahat adekuat. bagaimana perasaan
b. Status lingkungan yang f. Mengungkapkan pasien
nyaman (dipertahankan perasaan, ketakutan,
pada skala 4 persepsi.
ditingkatkan ke skala 5)
c. Dapat mengontrol nyeri
(dipertahankan pada
skala 4 ditingkatkan ke
skala 5)
d. Kualitas tidur dan
istirahat adekuat
(dipertahankan pada
skala 4 ditingkatkan ke
skala 5)
Gangguan Setelah dilakukan asuhan NIC Label: Pencegahan NIC Label: Pencegahan
integritas keperawatan selama ….x…. Luka Luka
jaringan jam diharapkan ketebalan a. Anjurkan klien untuk a. Untuk mencegah
berhubungan dan tekstur jaringan normal menggunakan alas kaki terjadinya luka
dengan dengan kriteria hasil: yang longgar. b. Untuk mencegah infeksi
kelebihan cairan NOC Label: Integritas b. Jaga kebersihan kulit agar c. Untuk mengetahui tingkat
(peradangan Jaringan tetap bersih dan kering. aktivitas pasien
kronik akibat a. Tidak ada tanda-tanda c. Monitor aktivitas dan d. Untuk mengetahui apakah
adanya kristal infeksi. (dipertahankan mobilisasi klien. adan tanda-tanda
urat). pada skala 4 d. Monitor kulit akan adanya peradangan
ditingkatkan ke skala 5) kemerahan. e. Untuk mengetahui status
b. Menunjukan e. Monitor status nutrisi nutrisi pasien
pemahaman dalam klien.
proses perbaikan kulit
dan mencegah
terjadinya cidera
berulang.
(dipertahankan pada
skala 4 ditingkatkan ke
skala 5)
c. Ketebalan dan tekstur
jaringan normal
(dipertahankan pada
skala 4 ditingkatkan ke
skala 5)

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu pasien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmadi, 2008). Implementasi keperawatan terdiri
dari beberapa komponen:
1. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan
2. Diagnosis keperawatan
3. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan
4. Tanda tangan perawat pelaksana

5. Evaluasi
1. Evaluasi Formatif
Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan sampai
dengan tujuan tercapai. Selama melakukan asuhan keperawatan 3x24 jam pasien
diharapkan:
a. Agar pasien bisa memenuhi kebutuhan secara mandiri
b. Bebas dari cedera atau infeksi yang dibuktikan dengan suhu tubuh dan jumlah sel
darah putih
c. Dapat aktif dalam keterbatasan kemampuan
d. Bisa mengontrol pola sesuai dengan diet yang diberikan
2. Evaluasi somatif
Evaluasi ini merupakan akhir dimana dalam metode evaluasi ini menggunakan
SOAP.
S: data yang didapatkan melalui keluhan pasien
O: data yang diamati atau di observasi oleh perawat
A: tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan tindakan
P: rencana yang akan dilanjutkan bila tujuan tersebut tidak tercapai
DAFTAR PUSTAKA

Kholifah. (2016). Perencanaan Menu Untuk Penderita Gangguan Asam Urat,edisi 12


Jakarta: Penebar swadaya.
Zairin Noor. (2017). Developments in The Scientific and Clinical Understanding of
Gout Artritis.
Bruuey & Suddarjh, 2018. Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta.
Rifiani. (2019). Olah Raga dan Kebugaran Pada Lanjut Usia. Buku Ajar Geriatri.
Jakarta: Balai Penerbit Universitas Indonesia.
Ernawati, dkk. (2017). Gambaran Kualitas Tidur dan Gangguan Tidur pada Lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi. http://repository.unja.ac.id/2381. Diakses
pada tanggal 21 Mei 2019.
Fitriana, Rahmatul. (2015). Cara Cepat Usir Asam Urat. Yogyakarta: Medika.
Iqbal, dkk. (2011). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yokyakarta: Rineka Cipta.
Nugroho, Wahyudi. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: AGC.
Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA Nic-Noc. Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction.
Perry, Potter. (2011). Fundamental Keperawatan buku 1 edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai