“PEMASANGAN INFUS”
Disusun Oleh:
Mariza Mustika Dewi
1404075
B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pembelajaran klinik ini peserta didik mampu melakukan pemasangan infus.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti proses pembelajaran klinik peserta didik mampu:
a. Memahami tentang pengertian Pemasangan Infus.
b. Memahami tujuan Pemasangan Infus.
c. Memahami persiapan untuk Pemasangan Infus.
d. Memahami langkah-langkah Pemasangan Infus.
C. Metode dan Tekhnik Bimbingan
1. Metode bimbingan klinik yang akan digunakan adalah perseptorship
2. Teknik bimbingan yang digunakan adalah preconference, bedside teaching, post conference.
D. Deskripsi Kasus
Mahasiswa D3 Kebidanan tingkat I semester II yang sedang menjalankan praktek klinik
kebidanan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang di Ruang Parekesit dan mempunyai
target perasat melakukan pemasangan infus. Mahasiswa tersebut belum pernah melakukan
tindakan tersebut. Untuk mencapai target asuhan yang dibutuhkan oleh mahasiswa ters ebut,
bimbingan diberikan menggunakan metode preseptorsip dengan teknik preconference, bedside
teaching dan post conference.
E. Rincian Kegiatan
F. Evaluasi
1. Prosedur : Preconference, bedsite teaching, postconference
2. Jenis test : skill, attitude, cognitive
3. Bentuk : observasi
4. Alat test : SPO, checklist
G. Referensi
H. Lampiran
1. Materi tentang pemasangan infuse.
2. Kontrak belajar mahasiswa bimbingan.
3. Lembar check list tentang pemasangan infus.
Lampiran
Materi
(Pemasangan Infus)
Pemberian cairan melalui infuse adalah pemberian cairan yang diberikan pada pasien
yang mengalami pengeluran cairan atau nutrisi yang berat. Tindakan ini membutuhkan kesteril-
an mengingat langsung berhubungan dengan pembuluh darah. Pemberian cairan melalui infus
dengan memasukkan kedalam vena (pembuluh darah pasien) diantaranya vena lengan (vena
sefalika basal ikadan median akubiti), pada tungkai (vena safena) atau vena yang ada dikepala,
seperti vena temporalis frontalis (khusus untuk anak-anak).
1. Definisi Pemasangan Infus
Pemasangan infus merupakan sebuah teknik yang digunakan untuk memungsi vena
secara transcutan dengan menggunakan stilet tajam yang kaku dilakukan dengan teknik steril
seperti angeocateter atau dengan jarum yang disambungkan dengan spuit Pemasangan infus
adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan untuk memasukkan obat atau vitamin ke
dalam tubuh pasien.
Sedangkan ifus adalah memasukkan cairan dalam jumlah tertentu melalui vena penderita
secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Pemasangan infus intravena adalah
memasukkan jarum atau kanula ke dalam vena (pembuluh balik) untuk dilewati cairan
infus/pengobatan, dengan tujuan agar sejumlah cairan atau obat dapat masuk ke dalam tubuh
melalui vena dalam jangka waktu tertentu. Tindakan ini sering merupakan tindakan life
saving seperti pada kehilangan cairan yang banyak, dehidrasi dan syok, karena itu keberhasilan
terapi dan cara pemberian yang aman diperlukan pengetahuan dasar tentang keseimbangan
cairan dan elektrolit serta asam basa.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pemasangan infus adalah sebuah teknik memasukkan
jarum atau kanula kedalam vena untuk memasukkan cairan infus kedalam tubuh.
5. Cairan Infus
Cairan intravena (infus) dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Cairan ersifat isotonis: osmolaritas (tingkat kepekatan) cairan mendekati serum (bagian cair dari
komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang
mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun).
Meiliki resiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung
kongresif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan
garam fisiologis (NaCl 0,9%).
b. Cairan bersifat hipotonis: osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (kosentrasi ion Na+
lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas
serum. Maka cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip
cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel
yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah
(dialysis) dalam terapi deuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan
ketoasidosis diabetic. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari
dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan
intrakarnial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa
2,5%.
c. Cairan bersifat hipertonis: osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga menarik
cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan
tekanan darah, meningkatkan produksi urine, dan mengurangi edema bengkak). Penggunaannya
kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose
5% + Ranger- Lactate.
6. Komplikasi Pemasangan Infus
Pemasangan infus intravena diberikan secara terus menerus dan dalam jangka waktu
yang lama tentunya akan meningkatkan terjadinya komplikasi. Komplikasi dari pemasangan
infus yaitu flebitis, hematoma, infiltrasi, trombiflebitis, emboli udara.
a. Flebitis : Inflasi vena yang disebabkan oleh iritasi kimia maupun mekanik. Kondisi ini
dikarakteristikkan dengan adanya daerah yang memerah dan hangat di sekitar daerah
inersi/penusukan atau sepanjang vena, nyeri atau rasa lunak pada area inersi atau sepanjang vena
dan pembengkakan.
b. Infiltrasi : Infiltaris terjadi ketika cairan IV memasuki ruang subkutan di sekililing tempat fungsi
vena. Infiltrasi ditunjukkan dengan adanya pembengkakan (akibat peningkatan cairan di
jaringan), palor (disebabkan oleh sirkulasi yang menurun) di sekitar area inersi,
ketidaknyamanan dan penurunan kecepatan aliran secara nyata. Infiltrasi mudah dikenali jika
tempat penusukan lebih besar daripada tempat yang sama di ekstremitas yang berlawanan. Suatu
cara yang lebih dipercaya untuk memastikan infiltrasi adalah dengan memasang torniket di atas
atau di daerah proksimal dari tempat pemasangan infus dan mengencangkan torniket tersebut
secukupnya untuk menghentikan aliran vena. Jika infus tetap menetes meskipun ada obstruksi
vena, berarti terjadi infilrasi.
c. Iritasi vena : Kondisi ini ditandai dengan nyeri selama diinfus, kemerahan pada kulit di atas area
insersi. Iritasi vena bisa terjadi karena cairan dengan pH tinggi, pH rendah atau osmolaritas yang
tinggi (misalnya: Phenytoin, voncomycin, eritromycin dan nafellin).
d. Hematoma : Hematoma terjadi sebagai akibat kebocoran darah ke jaringan di sekitar area inersi.
Hal ini disebabkan oleh pecahnya vena yang berlawanan selama penusukan vena, jarum keluar
vena, dan tekanan yang tidak sesuai yang diberikan ke tempat penusukan setelah jarum atau
kateter dilepaskan. Tanda dan gejala hematoma yaitu ekimosis, pembengkakan segera pada
tempat penusukan, dan kebocoran darah pada tempat penusukan.
e. Tromboflebitis : Tromboflebitis menggambarkan adanya bekuan ditambah peradangan dalam
vena. Karakteristik Tromboflebitis adalah adanya nyeri yang terlokalisasi, kemerahan, rasa
hangat, dan pembengkakan di sekitar area insersi atau sepanjang vena, imobilisasi ekstremitas
karena adanya rasa tidak nyaman dan pembengkakan, kecepatan aliran yang tersendat, demam,
malaise, dan leukositosis.
f. Trombisis : Trombisis ditandai dengan nyeri, kemerahan, bengkak pada vena, dan aliran infus
berhenti. Trombisis disebabkan oleh injuri sel endotel dinding vena, pelekatan platelet.
g. Occlusion : Occlusion ditandai dengan tidak adanya penambahan aliran ketika botol dinaikkan,
aliran balik darah di selang infus, dan tidak nyaman pada area pemasangan/insersi.
Occlusion disebabkan oleh gangguan aliran IV, aliran balik darah ketika pasien berjalan, dan
selang diklem terlalu lama.
h. Spasme : Vena Kondisi ini ditandai dengan nyeri sepanjang vena, kulit pucat di sekitar vena,
aliran berhenti meskipun klem sudah dibuka maksimal. Spasme Vena bisa disebabkan oleh
pemberian darah atau cairan yang dingin, iritasi vena oleh obat atau cairan yang mudah mgiritasi
vena dan aliran yang terlalu cepat.
i. Reaksi : Vasovagal Digambarkan dengan klien tiba-tiba terjadi kollaps pada vena, dingin,
berkeringat, pingsan, pusing, mual dan penurunan tekanan darah. Reaksi vasovagal bisa
disebabkan oleh nyeri kecemasan.
j. Kerusakan Syaraf, tendon dan ligament : Kondisi ini ditadai oleh nyeri ekstrem, kebas/mati
rasa, dan kontraksi otot. Efek lambat yang bisa muncul adalah paralysis, mati rasa dan
deformitas. Kondisi ini disebabkan oleh tehnik pemasangan yang tidak tepat sehingga
menimbulkan injuri di sekitar syaraf, tendon dan ligament.
KONTRAK BELAJAR
Semarang, 18 Desember 2014
No Kegiatan YA TIDAK
1 Pembimbing menjelaskan kepada peserta didik
tentang pengertian pemasangan infus.
2 Pembimbing menjelaskan kepada peserta didik
tentang tujuan pemasangan infus.
3 Pembimbing menjelaskan kepada peserta didik
tentang persiapan pemasangan infus.
4 Pembimbing menjelaskan kepada peserta didik
tentang langkah-langkah pemasangan infus.
Nilai = Jumlah item yang dilakukan x 100
Total item
SKOR
NO ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
A SIKAP DAN PERILAKU
1 Teruji komunikatif memperkenalkan diri dengan
pasien
2 Teruji menyampaikan tujuan dan prosedur tindakan
3 Teruji bersikap sopan
4 Teruji bersikap cekatan
Score: 4
B PERALATAN
1 Perlak dan alasnya
2 Tourniquet
3 Kapas alkohol
4 Plester
5 Gunting
6 Kain kasa steril
7 Set infus
8 Jarum infuse (abocath, wing needle/butterfly)
9 Cairan infus
10 Bengkok
11 Bak instrument kecil
12 Sarung tangan bersih
13 Standar infus
Score : 13
C PROSEDUR KERJA
1 Mencuci tangan
2 Memakai sarung tangan
3 Membuka daerah yang akan dipasang infus
4 Memasang alas dibawah anggota badan yang akan
dipasang infus
5 Membuka set infus dan meletakkannya pada bak
instrumen steril
6 Menusukkan jarum set infus ke dalam botol infus
kemudian mengalirkan cairan ke selang infus berakhir
di bengkok untuk mengeluarkan udara dan mengisi
selang infus
7 Isi tempat tetesan infus kurang lebih separuhnya
8 Pastikan roller selang infus dalam keadaan menutup
(ke arah bawah)
9 Menggantungkan selang infus pada standar infus
10 Buka abocath dari bungkusnya
11 Potong 3 lembar plester
12 Pilih pembuluh darah yang akan dipasang infus,
dengan syarat : pembuluh darah berukuran besar,
pembuluh darah tidak bercabang, pembuluh darah
tidak di area persendian
13 Bendung bagian proksimal/atas dari pembuluh darah
yang akan dipasang infus dengan torniquet
14 Minta pasien menggenggamkan tangan, dengn ibu jari
pasien di dalam genggaman
15 Mendesinfeksi daerah yang akan dipasang infus
16 Menusukkan jarum infus ke vena dengan lubang jarum
menghadap keatas. Pastikan darah mengaliri jarum dan
abocath. Jika belum teraliri oleh darah, temukan
pembuluh darah sampai darah mengaliri jarum dan
abocath
17 Tourniket dilepas bila darah sudah masuk
18 Lepas jarum sambil meninggalkan abocath di dalam
pembuluh darah
19 Tekan pangkal abocath untuk mencegah darah keluar
dan masukkan ujung sela infus set ke abocath
20 Fixasi secara menyilang menggunakan plester abocath
yang sudah terpasang
21 Alirkan cairan dari botol ke pembuluh darah dengan
membuka roller. Bila tetesan lancar, jarum masuk di
pembuluh darah yang benar
22 Fixasi dengan cara kupu-kupu. Meletakkan plester
dengan cara terbalik di bawah selang infus, kemudian
disilangkan
23 Menutup jarum dan tempat tusukan dengan kassa steril
dan diplester
24 Mengatur/menghitung jumlah tetesan
25 Mengatur posisi pada anggota tubuh yang diinfus bila
perlu diberi spalk
26 Menuliskan tanggal pemasangan infus pada plester
terakhir
27 Merapikan alat dan pasien
28 Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
Score: 28
D TEKNIK
1 Teruji melakukan secara sistematis dan berurutan
2 Teruji berkomunikasi dengan pasien secara baik
3 Teruji melakukan tindakan dengan percaya diri
4 Teruji mendokumentasikan hasil
Score : 4
Total :
Nilai : nilai total yang dilakukan x 100
49
Semarang, 18 Desember 2014
Pembimbing
No Kegiatan YA TIDAK
1 Pembimbing klinik menanyakan perasaan
peserta didik setelah bed site teaching.
2 Pembimbing klinik menanyakan peserta didik
tentang attitude saat contact pada pasien.
3 Pembimbing klinik memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk bertanya
Nilai: Jumlah item yang dilakukan x 100
Total item
Keterangan:
Kolom nilai diisi dengan angka 0 atau 1
0 = jika tidak sesuai
1 = jika sesuai