Anda di halaman 1dari 3

A.

KLASIFIKASI IKLIM
Klasifikasi iklim mempunyai tujuan untuk menyederhanakan jumlah iklim lokal yang
tidak terbatas , menjadi golongan yang jumlahnya relatif sedikit yang mempunyai
kesamaan sifat-sifat penting. Iklim digolongkan menjadi 4 klasifikasi yakni:
1. Klasifikasi Berdasar Temperature.
a. Klasifikasi Pada Jaman Yunani:
a.1. Daerah Tropika: Tidak ada musim dingin, temperatur terus menerus
tinggi
a.2. Daerah Sedang (U-S): saat musim panas hangat dan saat musim sejuk
menjadi dingin
a.3 Daerah Kutub (U-S): tidak terdapat musim panas karena temperaturenya
yang rendah
b. Klasifikasi Klages (1942): Daerah tropika (Rata-rata T>200C), Daerah
subtropika (4 – 11 bulan T>200C), Daerah sedang (4 – 12 bulan T 10 -20 0C),
Daerah dingin (1 – 4 bulan T 10 – 200C) dan yang lain (<100C) serta Daerah
kutub T rata-rata (-10C dgn tanpa bulan yang T >100C).
2. Klasifikasi Kopen
Koppen membagi 5 golongan besar yang diberi simbol huruf: A – E dengan
A (Iklim hujan tropika), B (Iklim kering), C (Sedang), D (Dingin) dan, E
(Kutub). Dasar dari kelas kopen secara garis besar yakni Rata - rata curah hujan
(bulanan/ tahunan), Temperatur (bulanan/ tahunan), Vegetasi asli dilihat sebagai
kenampakan terbaik dari keadaan iklim yang sesungguhnya. Koppen berusaha
menunjukkan intensitas penguapan dan daya guna hujan adalah dengan
menggabungkan temperatur dan hujan.
3. Klasifikasi Iklim Thornthwaite
Menganggap bahwa kebutuhan air tanaman tidak hanya tergantung pada besarnya
Curah Hujan tetapi juga tergantung evaporasi. Dasar dari klasisikasi ini yakni
Vegetasi, Evaporasi, Hujan & Temperatur.
Thornthwaite menggunakan istilah dayaguna presipitasi yaitu
P – E rasio untuk Perbandingan antara P dan E, yang menunjukkan daya guna
hujan bagi kehidupan tanaman. P digunakan untuk Presipitasi bulanan rerata
(inci) dan E digunakan untuk Penguapan dari permukaan air bebas rerata bulanan
(inci).
Perhitungan :
P – E ratio = 10 P/E
12
P – E indek = Σ (10 P/E) n → dengan n = 1
4. Klasifikasi Iklim di Indonesia.
Secara umum Indonesua memiliki iklim tropis. Musim yang terdapat di Indonesia
dipengaruhi oleh adanya iklim regional karena adanya sirkulasi umum (monsun),
fenomena global seperti La Nina dan El Nino, dinamika atmosfer dan suhu muka
laut sekitar Indonesia (Dipole Mod).
a. Mohr (1933)
Mohr mencoba presipitasi dan evaporasi sebagai indikasi khusus daerah tropika.
Berdasarkan penelitian tanah, Mohr membedakan 3 tingkat kebasahan untuk
berbagai bulan dalam satu tahun.
Bulan Basah CH ≥ 100 mm CH > Ev

Bulan Lembab CH 60 ≤ CH ≤ 100 mm CH = Ev

Bulan Kering CH < 60 mm CH < Ev

Dalam mencari bulan basah dan kering Mohr menggunakan rerata


curah hujan masing-masing bulan selama beberapa tahun.
Jan – Bb, Feb – Bb, Maret – Bb, Agust – BK.
Selain itu Mohr juga Mohr membagi 5 golongan iklim yaitu:
Golongan Daerah Jumlah B Kering

I Basah 0

II Agak Basah 1–2

III Agak Kering 3–4

IV Kering 5-6
V Sangat Kering 6

b. Schmidt & Ferguson (1951)


Mereka mencari kondisi iklim tropis dengan cara menghitung BB dan BK untuk
masing-masing tahun. Penggolongan iklimya menngunakan ratio yakni Q = ∑
Rerata BKering
∑ Rerata Bbasah
Schmidt & Ferguson, membagi iklim di Indonesia : 8 tipe (A – H) yaitu:
A 0 ≤ Q < 0.143 Sangat Basah

B 0.143 ≤ Q < 0.333 Basah

C 0.333 ≤ Q < 0.60 Agak Basah

D 0.60 ≤ Q < 1.00 Sedang

E 1.0 ≤ Q < 1.67 Agak Kering

F 1.67 ≤ Q < 3.00 Kering

G 3.00 ≤ Q < 7.00 Sangat Kering

H 7.00 ≤ Q Luar Biasa Kering

C. Klasifikasi Oldeman
Mengarakan bahwa Faktor utama di bidang pertanian daerah tropika adalah ketersediaan lengas
untuk evapotranspirasi dari tanaman, curah hujan adalah faktor iklim dengan prioritas tinggi.
Hasil dari perhitungan Oldeman diperoleh: Padi Sawah memerlukan 213 mm/bln dan Tanaman
lahan kering memerlukan 120 mm/bln

Anda mungkin juga menyukai