Anda di halaman 1dari 3

SIARAN PERS BKKBN

Tanggal Rilis : 20 Oktober 2022

65 Persen Calon Pengantin Terpantau Elsimil di DIY Berisiko


Lahirkan Bayi Stunting

Disiapkan oleh FX Danarto SY

YOGYAKARTA---Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)


Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Kantor Wilayah Kementerian Agama
(Kemenag) DIY melakukan monitoring dan evaluasi terhadap penggunaan aplikasi
Elektronik Siap Nikah dan Siap Hamil (Elsimil) oleh calon pengantin.

Dari monitoring dan evaluasi tersebut, diketahui calon pengantin yang menggunakan
aplikasi Elsimil baru sebanyak 16,4 persen dari jumlah perkawinan di DIY, yakni 5.088 dari
30.992 total pernikahan sampai dengan September 2022.
Data yang tercatat di Kanwil Kemenag DIY, jumlah pernikahan (atau rencana menikah)
sampai dengan September sebanyak 30.992 orang (15.496 pasangan). Dari jumlah
tersebut, yang menggunakan Elsimil tercatat sebanyak 5.088 orang (2.791 wanita dan
2.297 laki-laki).

Elsimil adalah aplikasi berbasis Android yang dikembangkan BKKBN dan Kementerian
Agama guna memantau kesiapan calon pengantin untuk hamil dan melahirkan. Aplikasi ini
digunakan tiga bulan sebelum sebelum calon pengantin melangsungkan pernikahan dan
tujuannya adalah sebagai upaya untuk mencegah lahirnya bayi stunting baru.

Dari hasil screening aplikasi Elsimil terhadap 2.791 calon pengantin wanita, ternyata
sebanyak 1.836 atau 65,5 persen berisiko melahirkan bayi stunting. Sebanyak 963 (34,5
persen) calon pengantin wanita ideal untuk hamil dan melahirkan.

Kepala Perwakilan BKKBN DIY Shodiqin, Kamis (20/10/2022) mengatakan bagi calon
pengantin yang berisiko melahirkan bayi stunting tersebut tetap dapat melangsungkan
pernikahan, hanya saja rencana kehamilannya yang ditunda.

“Mereka (calon pengantin) akan diberi pendampingan dari Tim Pendamping Keluarga
sampai benar-benar sehat dan siap untuk hamil dan melahirkan,” kata Shodiqin.

Selanjutnya Shodiqin mengimbau calon pengantin untuk mengunduh dan menggunakan


aplikasi Elsimil. Aplikasi ini menurut Shodiqin dikembangkan untuk mendeteksi secara
dini risiko bayi yang dilahirkan kondisi stunting.

Pada Rabu (19/10/2022) Tim Monev Elsimil yang dipimpin oleh H. Imam Khoiri dari
Bidang Urusan Agama Islam Kanwil Kemenag dan Witriastuti Susani Anggraeni dari
BKKBN Perwakilan DIY melaksanakan Monev Elsimil di KUA Banguntapan dan KUA Sewon
di Kabupaten Bantul, setelah sebelumnya melaksanakan Monev yang sama di Gunungkidul,
Kulon Progo, dan Kota Yogyakarta. Monev Elsimil di KUA Banguntapan diterima oleh
Kepala KUA H. Ngatijan, Kepala Puskesmas dr. Sigit Hendro Sulistyo, Panewu (Camat)
Banguntapan Nyoman Gunarsa, dan para Penyuluh KB setempat.

Di KUA Sewon, Tim diterima oleh Kepala KUA Sewon Mustafied Amna, Kepala Puskesmas 1
dan 2, para Penyuluh KB Sewon dan anggota Satgas Penanggulangan Stunting Kabupaten
Bantul.

Dari monitoring dan evaluasi tersebut, KUA telah memasukkan sertifikat Elsimil dalam
daftar persyaratan pernikahan bersama dengan sertifikat Bina Perkawinan (Binwin).
Namun belum bersifat wajib dan masih bisa dilakukan dispensasi.
Selama ini ketentuan yang berlaku adalah pendaftaran menikah di KUA minimal 10 hari
sebelum menikah, itu pun untuk rencana pernikahan yang mendadak kurang dari 10 hari
tetap bisa dilayani jika mendapatkan dispensasi dari Panewu (Camat).

Keterpaduan Kanwil Kemenag, Puskesmas dan Fasilitas Kesehatan lainnya, serta


Perwakilan BKKBN diharapkan dapat menodorong penggunaan Elsimil sebagai alat deteksi
cegah stunting bagi calon pengantin.

Sub Koordinator Ketahanan Remaja BBKBN Perwakila DIY dr. Aris Nugraha mengatakan
aplikasi Elsimil merupakan aplikasi yang ringan dan simple dengan menggunakan telepon
seluler.

“Apalagi sebagian besar calon pengantin adalah kaum milenial, sehingga tidak terlalu sulit
memahamkan kepada mereka mengenai penggunaan Elsimil,” kata Aris.

Sebelumnya, Kepala BKKBN Dr. (HC) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) mengatakan calon
pengantin harus memeriksakan diri terlebih dahulu untuk mengetahui risiko stunting
selama kehamilan. Pemeriksaan kesehatan itu meliputi kadar Hemoglobin (HB), ukuran
lingkar lengan, serta tinggi dan berat badan.

“Harus diperiksa. HB-nya berapa? Lingkar lengannya berapa? Tinggi dan berat badannya
berapa? Kalau sudah diperiksa maka akan terlihat memenuhi syarat atau tidak untuk
hamil. Atau kalau hamil, anaknya bakal stunting atau tidak,” kata Hasto Wardoyo yang juga
dokter spesialis obstetric dan ginekologi (Sp.O.G) ini.

Jika hasil pemeriksaan HB menunjukkan angka di bawah 11 gr/dl dan lingkar lengan calon
pengantin wanita kurang daru 23,5 centimeter maka bayi yang dikandung dan akan
dilahirkan berisiko stunting.

“Menikahnya tetap boleh (berlangsung). Kehamilannya yang harus ditunda dan perlu
pendampingan,” kata Hasto.
Hasil pemeriksaan kesehatan calon pengantin itu lalu diinput ke dalam aplikasi Elsimil
yang menjadi acuan bagi Tim Pendampingan Keluarga (TPK) yang sudah dibentuk di
seluruh desa di Indonesia.

Direktur Bina Ketahanan Remaja (Hanrem) BKKBN dr. Victor Palimbong mengatakan
Elsimil bukan acuan calon pengantin itu untuk boleh menikah atau tidak.

“Elsimil ini untuk mengidentifikasi si calon pengantin ini anemia atau tidak, kekurangan
gizi atau tidak, yang tentunya berpengaruh terhadap kondisi janin yang dikandungnya.
Kalaupun kondisi si calon pengantin belum ideal maka Tim Pendampingan akan terus
memberikan masukan sampai kondisinya siap untuk hamil dengan tidak berisiko stunting,”
kata Victor.

Menurut Victor, Elsimil ini adalah tools atau alat pencegahan stunting dari hulu mulai dari
screening, edukasi, pendampingan bagi calon pengantin, hingga pendampingan
pascapersalinan. n

Penulis: DSY
Editor: FAN

Anda mungkin juga menyukai