Anda di halaman 1dari 33

INTERVENSI PENYAKIT HIPERGLIKEMIA + ARTRITIS GOUT

+ HIPERTENSI
DI RUMAH SAKIT UMUM ROYAL PRIMA

MEDAN

DISUSUN OLEH :

DESY MARIA BUTAR BUTAR

P01031216048

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN

JURUSAN GIZI

2019/2020
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul : Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) Management


Asuhan Gizi Klinik ( MAGK) Intervensi Penyakit
Hiperglikemia State + Gout Arthritis + Hipertensi Di
Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan

Nama Mahasiswa : Desy Maria Butar Butar (P01031216048)

Program Studi : D IV

Institusi : Politeknik Kesehatan Medan Jurusan Gizi

Telah Diperiksa dan disetujui pada tanggal : ( / / )

Mengetahui , Menyetujui ,

Dosen Pembimbing MAGK Pembimbing PKL MAGK

() ()
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Hiperglikemia berasal dari kata “hiper” yang artinya tinggi, “gli” artinya glukosa,
dan “emia” artinya darah. Seperti yang sudah sedikit diulas di atas, hiperglikemia
adalah kondisi abnormal dimana gula darah tinggi berada di atas level normalnya.
Tubuh membutuhkan gula tersebut untuk menjaga fungsinya. Sel-sel tubuh nantinya
akan mendapatkan energi juga dari gula yang masuk ke dalam tubuh ini. Namun,
ada kondisi tertentu yang justru memiliki gula darah dalam tubuh terlalu banyak di
darah atau disebut hipergikemia. Kadar gula darah puasa normalnya berkisar <126
mg/dL, sedangkan kadar gula darah postprandial atau tanpa puasa normalnya <200
mg/dL ke bawah. Hiperglikemia tidak selalu berhubungan diabetes mellitus, Ada
beberapa kondisi medis lain yang juga dapat menyebabkan kadar gula tinggi, tetapi
memang, penyebab paling umum kadar gula tinggi di atas normal yang banyak
ditemukan adalah terkait dengan penyakit diabetes melitus.

Berdasarkan data International Diabetes Federation(IDF), Indonesia


merupakan negara ke-4 terbesar untuk prevalensi diabetes melitus dengan
prevalensi 8,6% dari total penduduk. Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada
tahun 2030 prevalensi diabetes melitus di Indonesia mencapai 21,3 juta orang.
Sedangkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa
proporsi penyebab kematian akibat diabetes melitus pada kelompok usia 45-54
tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7% dan di daerah
pedesaan menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%. Temuan tersebut membuktikan
bahwa penyakit diabetes melitus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
sangat serius dan dibutuhkan penanganan yang tepat bagi penderitanya

Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari purin yaitu salah satu
komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh. Meningkatnya kadar
asam urat dalam darah disebut hiperurisemia. Hiperurisemia disebabkan oleh dua
hal, yaitu karena pembentukan asam urat yang berlebihan atau karena penurunan
pengeluaran asam urat oleh ginjal. Hiperurisemia yang tidak ditangani menyebabkan
asam urat dalam darah berlebihan sehingga menimbulkan penumpukan kristal asam
urat. Apabila kristal berada dalam cairan sendi maka akan menyebabkan penyakit
gout.

Gout umumnya dialami oleh laki – laki berusia lebih dari 30 tahun. Penyakit
gout dapat dikelompokkan menjadi bentuk gout primer dan sekunder. Sebagian
besar penyebabnya diperkirakan akibat kelainan proses metabolisme dalam tubuh
dan 10% kasus dialami oleh wanita setelah menopause karena gangguan hormon.
Selain dapat menyebabkan gout, hiperurisemia dapat juga menyebabkan kelainan
ginjal, tofi sekitar sendi, penyakit jantung, peradangan tulang, stroke dan kencing
batu.

Penelitian di Taiwan pada tahun 2005-2008 menunjukkan peningkatan


kejadian hiperurisemia pada lansia wanita sebesar 19,7% dan prevalensi gout pada
lansia wanita sebesar 2,33%. Satu survei epidemiologik yang dilakukan di
Bandungan, Jawa Tengah atas kerjasama WHOCOPCORD terhadap 4.683 sampel
berusia antara 15 – 45 tahun didapatkan bahwa prevalensi gout pada wanita
sebesar 11,7%. Sedangakan di puskesmas Kecamatan Gajah Mungkur terjadi
peningkatan kejadian gout sebesar 17,26% pada tahun 2011.

Meningkatnya prevalensi gout berhubungan dengan faktor risiko jenis


kelamin, asupan tinggi purin, alkohol, obesitas, hipertensi, diabetes melitus, dan
dislipidemia. Selain itu kejadian gout berhubungan dengan gangguan fungsi ginjal
dan faktor genetik. Cairan berfungsi sebagai pelarut dan sebagai media
pembuangan hasil metabolisme tubuh. Konsumsi cairan tidak beralkohol yang tinggi
dapat menurunkan kadar asam urat. Selain itu asupan makanan tinggi purin juga
mempengaruhi produksi asam urat karena hasil metabolisme purin yaitu asam urat.

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorangmengalami peningkatan


tekanan darah diatas normal yangmengakibatkan peningkatan angka kesakitan
(morbiditas) danangkakematian/mortalitas. Hipertensi adalah keadaan peningkatan
tekanan darah yangmemberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target
sepertistroke (untuk otak), penyakit jantung coroner (untuk pembuluhdarah jantung)
dan hipertrofi ventrikel kanan/left ventriclehypnertrophy (untuk otot jantung). Dengan
target organ di otakberupa stroke yang membawa kematian yang tinggi
World Health Organization(WHO) tahun 2008 mencatat sekitar 972 juta orang
atau 26,4% penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi. Angka ini kemungkinan
akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta penderita hipertensi,
333 juta berada di negara maju dan 639 juta sisanya berada di negara sedang
berkembang, termasuk Indonesia. Berdasarkan prevalensi hipertensi lansia di
Indonesia sebesar 45,9% untuk umur 55-64 tahun, 57,6% umur 65-74 tahun dan
63,8% umur >75 tahun. Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan pengukuran
tekanan darah pada umur ≥18 tahun adalah sebesar 25,8%. Prevalensi tertinggi di
Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur
(29,6%). (Balitbang Kemenkes RI, 2013).

Ada banyak faktor yang menyebabkan hipertensi, faktor risiko tersebut antara
lain yaitu umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, obesitas, kadar garam tinggi,
kebiasaan merokok dan minum alkohol (Baradero, 2008). Adapun menurut Sudoyo
et al (2009) faktor-faktor risiko yang mendorong peningkatan tekanan darah adalah
faktor-faktor seperti: diet dan asupan garam, stres, ras, obesitas, merokok dan
genetis. Lansia merupakan orang yang mempunyai faktor risiko umur dan juga
mungkin di sertai faktor-faktor risiko yang lain, yang harus diwaspadai dan benar-
benar supaya memperhatikan pola hidup yang sehat supaya tidak menimbulkan
hipertensi yang mungkin disertai dengan komplikasi yang berbahaya. Hal ini sejalan
dengan Arista (2013) yang mengemukakan bahwa bagi individu yang mempunyai
faktor risiko tersebut harus waspada serta melakukan upaya pencegahan sedini
mungkin contoh yang sederhana yaitu dengan rutin kontrol tekanan darah lebih dari
satu kali, dan juga berusaha untuk menghindari faktor pencetus seperti pola makan
dan gaya hidup (live style) yang baik.
B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Melakukan intervensi dan merencanakan menu makan pasien selama 3 hari
sesuai dengan syarat dan ketentuan diet pasien dan disesuaikan dengan
perhitungan kebutuhan pasien dan sesuai dengan diet dari rumah sakit.

2. Tujuan Khusus
a) Menghitung kebutuhan gizi pasien per hari
b) Merencanakan menu pasien sesuai kebutuhan
c) Nilai perkembangan pengaturan makan pasien
d) Dan memamtau nilai lab yang bermasalah

C. Manfaat
a) Bagi mahasiswa
 Mahasiswa mampu melaksanakan NCP ( Nutrition Care Process) atau
proses asuhan gizi yang berupa assesment gizi , diagnosis gizi,
intervensi dan implementasi gizi, monitoring dan evaluasi pada pasien
 Mehasiswa mampu merencanakan dan menyusun menu sesuai
dengan kebutuhan gizi pasien dan standar menu penyakit
hiperglikemia+ gout dan hipertensi
b) Bagi pasien
 Mempercepat proses penyembuhan pasien karena di sesuaikan
dengan perhitungan kebutuhan pasien, syarat dan ketentuan diet pada
pasien
 Menambah pengetahuan pasien tentang diet penyakit yang dialami
pasien melalui pemberian konsultasi kepada pasien
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. GAMBARAN UMUM PENYAKIT


a) Hiperglikemia

Hiperglikemia merupakan kondisi berupa terjadinya peningkatan kadar


glukosa darah dalam tubuh melebihi batas normal (Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia, 2015). Hiperglikemia adalah suatu gejala yang
timbul akibat ketidakmampuan pankreas dalam menghasilkan cukup insulin
maupun ketidakmampuan tubuh dalam menggunakan insulin yang dihasilkan
dengan baik (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Hiperglikemia menjadi salah
satu tanda awal seseorang mengalami diabetes mellitus (DM) (Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia, 2015). Jumlah penderita diabetes yang ditandai
dengan hiperglikemia terus meningkat yaitu sebesar 5,7% pada tahun 2007
menjadi 6,8% pada tahun 2013 (Kementerian Kesehatan RI, 2014).

Hasil pemeriksaan kadar glukosa yang tidak memenuhi kriteria normal


atau kriteria diabetes digolongkan ke dalam kondisi prediabetes. Prediabetes
merupakan keadaan yang mendahului timbulnya diabetes mellitus.
Seseorang dikatakan pada kondisi prediabetes apabila memiliki kadar
glukosa darah puasa 100-125 mg/dL dan kadar glukosa darah plasma 2 jam
setelah tes toleransi glukosa oral (TTGO) sebesar 140-199 mg/dL
(Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2015).

a. Pengertian diabetes melitus


Pengertian diabetes mellitusDiabetes mellitus merupakan gangguan
metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia kronik dan ganggaun metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein akibat kerusakan sekresi insulin, kerja insulin
atau keduanya. (Webster-Gandy, 2014). Diabetes mellitus adalah gangguan
kesehatan yang berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan
kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan ataupun resistensi insulin
(Bustan, 2007)
b. Klasifikasi diabetes mellitus
Ada 3 tipe diabetes mellitus berdasarkan kemampuan pankreas
menghasilkan hormon insulin (Wahyuningsih, 2013), yaitu:
1) Diabetes melitus tipe 1
Diabetes mellitus tipe satu adalah kondisi dimana sel ß dalam kelenjar
Langerhands dihancurkan oleh reaksi autoimun dalam tubuh. Sebagai
akibatnya sangat rendahnya produksi insulin (dibawah 10% produksi insulin
normal). Pada tahap ini insulin tidak mampu menurunkan kadar gula dalam
darah dengan cepat saat seseorang mengkonsumsi makanan. Bahkan
kadar gula dalam darah akan semakin tinggi sebagai akibat dari hilangnya
fungsi insulin sendiri, yakni fungsi untuk menghentikan glucagon, saat kadar
gula tinggi (Wahyuningsih, 2013).

2) Diabetes melitus tipe II


Diabetes melitus tipe II adalah diabetes yang umum ditemui. Pada diabetes
mllitus tipe II ini, pankreas masih dapat memproduksi insulin, bahkan dalam
beberapa kasus insulin yang diproduksi hampir sama layaknya orang
normal, namun yang menjadi masalah adalah saat insulin tersebut tidak
sanggup untuk memberikan efek atau reaksi terhadap sel dari tubuh untuk
mengurangi gula. Penderita Diabetes melitus tipe II biasanya resisten
terhadap insulin (Wahyuningsih, 2013).

3) Diabetes mellitus gestasionalDiabetes mellitus gestasional adalah intoleransi


glukosa yang terjadi pada saat kehamilan. Diabetes ini terjadi pada
perempuan yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya.
Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormon-hormon
plasenta. Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada yang
menderita diabetes gastasional akan kembali normal. superfisial, dengan
manifestasi kemerahan, edema, serta perdarahan dan erosi mukosa
b) Gout artritis

Artritis gout merupakan salah satu penyakit metabolik (metabolic syndrom) yang
terkait dengan pola makan diet tinggi purin dan minuman beralkohol. Penimbunan
kristal monosodium urat (MSU) pada sendi dan jaringan lunak merupakan pemicu
utama terjadinya keradangan atau inflamasi pada gout artritis (Nuki dan Simkin,
2006). Artritis gout adalah jenis artritis terbanyak ketiga setelah osteoartritis dan
kelompok rematik luar sendi (gangguan pada komponen penunjang sendi,
peradangan, penggunaan berlebihan) (Nainggolan, 2009). Penyakit ini mengganggu
kualitas hidup penderitanya. Peningkatan kadar asam urat dalam darah
(hiperurisemia) merupakan faktor utama terjadinya artritis gout (Roddy dan Doherty,
2010). Masalah akan timbul jika terbentuk kristal-kristal monosodium urat (MSU)
pada sendi sendi dan jaringan sekitarnya. Kristal-kristal berbentuk seperti jarum ini
mengakibatkan reaksi peradangan yang jika berlanjut akan menimbulkan nyeri hebat
yang sering menyertai serangan artritis gout (Carter, 2006). Tanda dan gejala
gout arthritis hampir selalu terjadi secara tiba-tiba, dan sering terjadi di malam hari.
Gejalanya termasuk:

1. Nyeri sendi yang sering

Nyeri yang hebat dirasakan oleh penderita pada satu atau beberapa sendi,
seringkali terjadi pada malam hari; nyeri semakin memburuk dan tak tertahankan.
Sendi membengkak dan kulit di atasnya tampak:

 Merah atau keunguan


 Kencang dan licin
 Teraba hangat

2. Gout arthritis biasanya terjadi di kaki

Gout adalah penyakit yang paling sering menyerang sendi di pangkal ibu jari kaki
dan menyebabkan suatu keadaan yang disebut podagra; tetapi penyakit ini juga
sering menyerang pergelangan kaki, lutut, pergelangan tangan dan sikut.

Kristal dapat terbentuk di sendi-sendi perifer tersebut karena persendian lebih dingin
daripada persendian di pusat tubuh dan urat cenderung membeku pada suhu dingin.
Kristal juga terbentuk di telinga dan jaringan yang relatif dingin lainnya. Sebaliknya,
gout jarang terjadi pada tulang belakang, tulang panggul ataupun bahu.

3. Mengalami demam hingga takikardia

Gejala lainnya dari gout arthritis adalah demam, menggigil, perasaan tidak enak
badan dan denyut jantung yang cepat (takikardia). Gout arthritis cenderung lebih
berat pada penderita yang berusia di bawah 30 tahun. Biasanya, pada pria gout
timbul di usia pertengahan, sedangkan pada wanita muncul pada saat pasca-
menopause.

4. Gout arthritis biasanya menyerang satu sendi

Serangan gout arthritis pertama biasanya hanya mengenai satu sendi dan
berlangsung selama beberapa hari. Gejalanya menghilang secara bertahap, di mana
sendi kembali berfungsi dan tidak timbul gejala sampai terjadi serangan berikutnya.
Tetapi jika penyakit ini semakin memburuk, maka serangan yang tidak diobati akan
berlangsung lebih lama, lebih sering terjadi dan mengenai beberapa sendi. Sendi
yang terkena bisa mengalami kerusakan yang permanen.

5. Gout arthritis yang menahun

Artritis gout dapat menahun dan berat, yang menyebabkan terjadinya kelainan
bentuk sendi. Pengendapan kristal asam urat di dalam sendi dan tendon terus
berlanjut dan menyebabkan kerusakan yang akan membatasi pergerakan sendi.
Benjolan keras dari kristal asam urat (tofi) diendapkan di bawah kulit di sekitar sendi.
Tofi juga bisa terbentuk di dalam ginjal dan organ lainnya, di bawah kulit telinga atau
di sekitar sikut. Jika tidak diobati, tofi pada tangan dan kaki bisa pecah dan
mengeluarkan massa kristal yang menyerupai kapur,
c) Hipertensi

Hipertensi adalah desakan darah yang berlebihan dan hampir konstan


pada arteri. Hipertensi juga disebut dengan tekanan darah tinggi, dimana
tekanan tersebut dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah
sehingga hipertensi ini berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik dan
tekanan diastolik. Standar hipertensi adalah sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik
≥ 90 mmHg.30Tekanan darah tinggi adalah tekanan darah sistolik lebih atau
sama dengan 150-180 mmHg. Tekanan diastolik biasanya juga akan
meningkat dan tekanan diastolik yang tinggi misalnya 90-120 mmHg atau
lebih, akan berbahaya karena merupakan beban jantung.

Menurut WHO yang dikutip oleh Slamet Suyono (2001:253) batas


tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan
tekanan darah sama dengan atau lebih dari 160/95 mmHg dinyatakan
sebagai hipertensi. Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi
jika tekanan darah sistolik/diastolik 140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg).
Hipertensi dianggap sebagai faktor risiko utama stroke, dimana stroke
merupakan penyakit yang sulit disembuhkan dan mempunyai dampak yang
sangat luas terhadap kelangsungan hidup penderita dan keluarganya.

Hipertensi sistolik dan distolik terbukti berpengaruh pada stroke.


Dikemukakan bahwa penderita dengan tekanan diastolik di atas 95 mmHg
mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk terjadinya infark otak dibanding
dengan tekanan diastolik kurang dari 80 mmHg, sedangkan kenaikan sistolik
lebih dari 180 mmHg mempunyai risiko tiga kali terserang stroke iskemik
dibandingkan dengan dengan tekanan darah kurang 140 mmHg. Akan tetapi
pada penderita usia lebih 65 tahun risiko stroke hanya 1,5 kali dari pada
normotensi.

Menurut Elizabeth J. Corwin, sebagian besar tanpa disertai gejala yang


mencolok dan manifestasi klinis timbul setelah mengetahui hipertensi
bertahun-tahun berupa:
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
tekanan darah intrakranium.

b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.

c. Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan syaraf.

d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.

e. Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler.

Peninggian tekanan darah kadang merupakan satu-satunya gejala, terjadi


komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain adalah sakit kepala,
epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata
berkunang-kunang dan pusing.

B. ETIOLOGI
a) Hiperglikemia
Hiperglikemia dapat disebabkan oleh berbagai hal, tetapi yang paling
sering adalah oleh penyakit diabetes mellitus. Pada diabetes mellitus, gula
menumpuk dalam darah karena gagal masuk ke dalam sel. Kegagalan
tersebut terjadi akibat kurangnya hormon yang membantu masuknya gula
darah, yaitu hormon insulin. Kadar gula darah yang melebihi normal
memebuat insulin yang ada tidak cukup untuk mengubah semua glukosa
darah menjadi glikogin, sehingga glukosa yang berlebih tersebut dikeluarkan
dari ginjal melalui cairan tubuh, seperti urin.
Kurangnya hormon insulin mengakibatkan glukosa tidak dapat diubah
menjadi tenaga atau energi dan tertimbun di dalam darah. Insulin merupakan
hormon yangdihasilkan oleh pankreas. Ketika mengkonsumsi makanan,
pankreas mensekresikan insulin menuju ke pembuluh darah untuk mencegah
kenaikan kadar glukosadarah yang lebih lanjut dan menyebabkan kadar gula
darah menurun secara perlahan. Insulin merupakan parameter yang dipilih,

sebab insulin merupakan salah satu parameter yang spesifik pada diabetes
mellitus tipe 2
Selain penyakit diabetes mellitus, gula darah juga dapat meningkat pada
keadaan berikut:

a) Gangguan pankreas, misalnya peradangan atau kanker pankreas;


b) Stres kejiwaan misalnya akibat konflik keluarga, rumah tangga, pekerjaan,
dan lain-lain;
c) Penyakit berat seperti serangan jantung, stroke, kecelakaan, kanker, dan lain-
lain;
d) Obat-obatan tertentu seperti prednison, estrogen, penghambat beta,
glukagon, pil kontrasepsi, fenotiazin, dan lain-lain.

b) Gout artritis

Awalnya penyakit gout arthritis disebabkan oleh kelebihan asam urat dalam


darah atau hiperurisemia. Asam urat diproduksi dalam tubuh selama
pemecahan purin – senyawa kimia yang ditemukan dalam jumlah tinggi pada
makanan tertentu seperti daging, unggas, dan makanan laut. Biasanya, asam
urat dilarutkan dalam darah dan dikeluarkan dari tubuh melalui urine melalui
ginjal. Jika terlalu banyak memproduksi asam urat, atau tidak cukup
diekskresikan, asam urat dapat menumpuk dan membentuk kristal tajam yang
memicu peradangan dan nyeri pada sendi dan jaringan di sekitarnya.

Berikut sejumlah faktor yang bisa meningkatkan kemungkinan hiperurisemia,


pemicu artritis gout:

1. Umur dan jenis kelamin

Pria menghasilkan lebih banyak asam urat daripada wanita, meskipun kadar
asam urat wanita mendekati pria setelah menopause.

2. Genetika

Riwayat keluarga yang menderita gout arthritis meningkatkan kemungkinan


berkembangnya penyakit ini pada keturunannya.

3. Gaya hidup

Minum alkohol dapat mengganggu dalam menghilangkan asam urat dari


tubuh. Makan diet purin tinggi juga meningkatkan jumlah asam urat dalam
tubuh.
4. Paparan timbal

Paparan atau tercemar timbal kronis dalam tubuh dapat menyebabkan


beberapa kasus gout arthritis.

5. Obat

Penyakit gout arthritis disebabkan oleh obat-obatan tertentu yang dapat


meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh; ini termasuk beberapa diuretik
dan obat-obatan yang mengandung salisilat.

6. Berat badan

Kelebihan berat badan meningkatkan risiko gout arthritis karena ada lebih
banyak pergantian jaringan tubuh, yang berarti lebih banyak produksi asam
urat sebagai produk sisa metabolisme. Tingkat lemak tubuh yang lebih tinggi
juga dapat meningkatkan peradangan sistemik karena sel-sel lemak
menghasilkan sitokin pro-inflamasi.

7. Masalah kesehatan lainnya

Insufisiensi ginjal dan masalah ginjal lainnya dapat mengurangi kemampuan


tubuh untuk secara efisien membuang produk-produk limbah, yang
menyebabkan peningkatan kadar asam urat. Kondisi lain yang terkait dengan
artritis gout termasuk tekanan darah tinggi, diabetes, dan kelenjar tiroid yang
kurang aktif. Trauma atau operasi baru-baru ini juga dapat meningkatkan
risiko gout arthritis.

c) Hipertensi

1. Hipertensi essensial
Hipertensi essensial atau idiopatik adalah hipertensi tanpa kelainan dasar
patologis yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi essensial.
Penyebab hipertensi meliputi faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik
mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, kepekaan terhadap stress,
reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokontriktor, resistensi insulin dan
lain-lain. Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan antara lain diet,
kebiasaan merokok, stress emosi, obesitas dan lain-lain (Nafrialdi,
2009).Pada sebagian besar pasien, kenaikan berat badan yang berlebihan
dan gaya hidup tampaknya memiliki peran yang utama dalam menyebabkan
hipertensi. Kebanyakan pasien hipertensi memiliki berat badan yang
berlebihdan penelitian pada berbagai populasi menunjukkan bahwa kenaikan
berat badan yang berlebih (obesitas) memberikan risiko 65-70 % untuk
terkena hipertensi primer (Guyton,2008).

2. Hipertensi sekunder
Meliputi 5-10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder dari penyakit
komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah.
Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau
penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder
yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak,
dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan
menaikkan tekanan darah (Oparil, 2003).Hipertensi yang penyebabnya dapat
diketahui, sering berhubungan dengan beberapa penyakit misalnya ginjal,
jantung koroner, diabetes dan kelainan sistem saraf pusat (Sunardi, 2000)

C. PATOFISIOLOGI
a) Hiperglikemia

Defisiensi insulin terjadi sebagai akibat dari kerusakan sel beta langerhans,
defisiensi insulin tersebut akan menyebabkan peningkatan pembentukan glikogen
sehingga glikogen akan mengalami suatu penurunan yang mengakibatkan
hiperglikemi, peningkaan kadar glukosa hepar dan peningkatan lipolisis.
Hiperglikemi akan mengakibatkan seseorang mengalami glukosuria, yang
menyebabkan osmotik diuresis. Osmotik diuresis akan menimbulkan sesuatu
keadaan di mana ginjal tidak dapat meningkatkan glukosa yang difiltrasi. Ginjal tidak
mengikat glukosa yang difiltrasi akan mengakibatkan cairan diikat oleh glukosa,
sehingga cairan dalam tubuh akan berlebihan yang akan dimanifestasikan dengan
banyak mengeluarkan urin (poliuri).

b) Gout artritis

Monosodium urat akan membentuk kristal ketika konsentrasinya dalam


plasma berlebih, sekitar 7,0 mg/dl.Kadar monosodium urat pada plasma bukanlah
satu-satunya faktor yang mendorong terjadinya pembentukan kristal. Halini terbukti
pada beberapa penderita hiperurisemia tidak menunjukkan gejala untuk waktu yang
lama sebelum serangan artritis gout yang pertama kali. Faktor-faktor yang
mendorong terjadinya serangan artritis gout pada penderita hiperurisemia belum
diketahui pasti. Diduga kelarutan asam urat dipengaruhi pH, suhu, dan ikatan antara
asam urat danprotein plasma (Busso dan So, 2010).Kristal monosodium urat yang
menumpuk akan berinteraksi dengan fagosit melalui dua mekanisme.

Mekanisme pertama adalah dengan cara mengaktifkan sel-selmelalui rute


konvensional yakni opsonisasi dan fagositosis serta mengeluarkan mediator
inflamasi. Mekanisme kedua adalah kristal monosodium urat berinteraksi langsung
dengan membran lipid dan protein melalui membran sel dan glikoprotein pada
fagosit. Interaksi ini mengaktivasi beberapajalur transduksi seperti protein G,
fosfolipase C dan D,Srctyrosine-kinase, ERK1/ERK2, c-Jun N-terminal kinase, dan
p38 mitogen-activated protein kinase. Proses diatas akan menginduksi pengeluaran
interleukin (IL) pada sel monosit yang merupakan faktor penentu terjadinya
akumulasi neutrofil (Choi et al, 2005)

c) Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
di pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pascaganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norpinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah
(Brunner, 2002).
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriktor. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norpinefrin, meskipun tidak diketahui dengan
jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Corwin, 2005).Pada saat bersamaan dimana
sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagairespon rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.
Korteks adrenal mengsekresikan kortisol dan steroid lainnya yang dapat
memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal dapat menyebabkan pelepasan
renin. Renin merangsang pembentukkan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal sehingga menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi
(Brunner, 2002).
Perubahaan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer
bertanggung jawab pada perubahaan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia.
Perubahaan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang menyebabkan
penurunan distensi dan daya regang pembuluh darah. Akibat hal tersebut, aorta dan
arteri besar mengalami penurunan kemampuan dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) sehingga mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Corwin, 2005)

D. Intervensi Gizi / Penatalaksanaan Gizi


a) Hiperglikemia

Tujuan Intervensi :

 Memberikan makanan sesuai kebutuhan


 Mempertahankan kadar gula darah sampai normal/ mendekati normal
 Mempertahankan berat badan menjadi normal
 Mencegah terjadinya kadar gula darah terlalu rendah yang dapat
menyebabkan pingsan
 Mengurangi/ mencegah komplikasi

Perhitungan Kebutuhan Energi Dan Zat Gizi :


Perhitungan Kebutuhan Energi:

 BB : 85,7 Kg
 TB : 160 Cm
 BMI : 34,28 (obesitas )

BBI = (TB- 100) - 10% ( TB-100)


BBI = (160 - 100) – 10%(60)
BBI = 60 - 6
BBI = 54 Kg
BEE = 66 + (13,5 x BBI) + (5 x TB) – (6,8 x U)
BEE = 66 + (13,5 x 54 ) + (5 x160 ) – (6,8 x 54)
BEE = 66 + 729 + 800 - 367,2
BEE = 1227,8 kkal

TEE = BEE x FA x FS
= 1227,8 x 1,3 x 1
= 1596,14 kkal
=1597 kkal

Perhitungan Zat Gizi Makro :

 Energy : sesuai dengan syarat diet, 20 - 30 kkal/kg BB dan sesuai dengan


hasil TEE

 Lemak : 25 % x 1597 = 399,2 = 44,3 gr

 Protein : 15 % x 1597 = 239,5 = 59,8 gr

 Karbohidrat : 60% x 1597= 958,2 = 239 gr

4
Syarat Diet :

 Energi cukup (25-30 kkal/kg BB) untuk mencapai dan mempertahankan berat
badan normal.

 Protein normal yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.

 Kebutuhan lemak 20-25% dari kebutuhan energi total.

 Kebutuhan karbohidrat sisa dari energy total yaitu 60-70%,


 Asupan serat dianjurkan 25 g/hr yang terdapat dari sayur dan buah.

 Cukup vitamin dan mineral.


 Natrium 1000 – 1200 mg diperbolehkan menggunakan 1 sdt (4gr) garam
dapur.
Rencana Konseling :
Menjelaskan pengertian hiperglikemia, gout, dan hipertensi serta faktor risikonya.

menjelaskan makanan yang dianjurkan dan tidak di anjurkan selama keadaan belum
optimal.
Menjelaskan porsi makan yang sesuai dengan kebutuhan kalori
Menjelaskan jadwal makan yang tepat
Memotivasi pasien untuk mengkonsumsi makanan yang bervariasi, melakukan
aktifitas fisik, porsi yang tepat dan tidak mengkonsumsi makanan yang dapat
memicu penyakit yang di deritanya.

Monitoring Gizi :
Asupan energy
Berat Badan
Asupan karbohidrat
Asupan protein
Asupan lemak
Peningkatan pemahaman tentang pola makan yang baik dan benar sesuai dengan
diet nya.

Evaluasi Gizi :
Asupan energi menurun mendekati normal.
Berat badan mendekati berat badan ideal.
Asupan karbohidrat secara bertahap menurun
Asupan protein secara bertahap berkurang mendekati kebutuhan yang dianjurkan.
Asupan lemak berkurang
Perubahan pola makan menjadi pola makan yang baik sesuai aturan diet nya..
b) Gout artritis

Tujuan intervensi
 Menurunkan kadar asam urat dalam darah
 Memperlancar pengeluaran asam urat

Perhitungan Kebutuhan Energi Dan Zat Gizi :


Perhitungan Kebutuhan Energi:

 BB : 85,7 Kg
 TB : 160 Cm
 BMI : 34,28 (obesitas )

BBI = (TB- 100) - 10% ( TB-100)


BBI = (160 - 100) – 10%(60)
BBI = 60 - 6
BBI = 54 Kg

BEE = 66 + (13,5 x BBI) + (5 x TB) – (6,8 x U)


BEE = 66 + (13,5 x 54 ) + (5 x160 ) – (6,8 x 54)
BEE = 66 + 729 + 800 - 367,2
BEE = 1227,8 kkal

TEE = BEE x FA x FS
= 1227,8 x 1,3 x 1
= 1596,14 kkal
=1597 kkal

Perhitungan Zat Gizi Makro :

 Energy : sesuai dengan syarat diet, 20 - 30 kkal/kg BB dan sesuai dengan


hasil TEE

 Lemak : 25 % x 1597 = 399,2 = 44,3 gr


9
 Protein : 15 % x 1597 = 239,5 = 59,8 gr

 Karbohidrat : 60% x 1597= 958,2 = 239 gr


4
Syarat diet :

 Energi diberikan sesuai kebutuhan tubuh. Bila berat badan berlebih


kebutuhan energi mengikuti pedoman diet energi rendah
 Protein : 1 – 1,2 g/kg BB atau 10-15% dari kebutuhan energi total. Hindari
bahan makanan sumber protein yang mempunyai kandungan purin >150
mg/100g
 Lemak tidak lebih dari 30%, 10% nya dari protein hewani
 Karbohidrat : 65-75% dari kebutuhan energi total, berupa karbohidrat
kompleks
 Vitamin dan mineral diberikan sesuai kebutuhan
 Cairan disesuaikan dengan urin yang dikeluarkan setiap hari. Banyak minum
untuk membantu pengeluaran kelebihan asam urat, 2 sampai 3 liter/hari untuk
mencegah terjadinya pengendapan asam urat dalam ginjal (batu ginjal)
 Apabila BB lebih, dianjurkan untuk menurunkan BB karena akan membantu
menurunkan kadar purin dalam darah

Catatan :

Diet Yang Digunakan Pasien Adalah Diet Keseluruhan Yaitu :

Diet Diabetes Melitus III, Diet Rendah Purin I, Dan Diet Rendah Garam III. Ketiganya
akan dikombinasikan untuk mempercepat penyembuhan pasien.

 Energy sesuai dengan kebutuhan yang telah di hitung


 Makanan pokok diutamakan yang mengandung indeks glikemik rendah
 Lauk hewani 10% (rendah purin) lauk nabati 5%
 Sayuran yang tidak mengandung tinggi kalium dan purin
 Buah yang tidak mengandung tinggi kalium dan purin
 Cairan disesuaikan dengan jumlah cairan yang keluar yaitu : jumlah urine 24
jam + 500-700 ml.
BAB III

PERENCANAAN DAN INTERVENSI ASUHAN GIZI

ASSESMENT GIZI

Nama : Kresnadi

No . RM : 005491

Tgl Lahir : 1 April 1965

Usia : 54 tahun

Alamat : Jalan jermal x Medan Denai

Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam

BB : 85,7 kg

TB : 160 Cm

BMI : 34,28 (obesitas )

Keluhan :

Pasien merasa ngilu di area kaki sejak seminggu , juga merasa pusing sebelum
masuk ke rumah sakit, sudah menderita diabetes dan asam urat selama 2 tahun,
tidak bisa tidur jika tidak makan malam dengan porsi banyak. Selalu merasa lapar.

DIAGNOSA : Hiperglikemia + Gout + Hipertensi

TERAPI : inj. Ketorolac , inj. Ondansetron 4 mg

TINDAKAN : IVFD RL gh/i

DIET RS : DM / MBL / ORAL

 Riwayat makan : Os suka makan makanan yang manis manis, os juga selalu
rutin mengkonsumsi teh manis dan minuman kaleng, os tidak bisa tidur jika tidak
makan di malam hari atau tengah malam. Os suka makan biscuit dan bolu
sebagai cemilam, Os adalah perokok sedang, makanan kesukaan os adalah
jeroan terutama hati ayam dan sapi.
 Makanan yang tidak disukai : os tidak memiliki makanan yang tidak disukai, os
suka makan sayur tetapi hanya sedikit, lebih suka mengkonsumsi buah dalam
bentuk jus.
 Pasien jarang beraktifitas fisik
Diagnosa gizi

Diagnosa Gizi

NI 1,5 kelebihan intake energi berkaitan dengan penyakit


pasien diabetes mellitus, ditandai dengan IMT pasien
34,28 (obesitas)

A Domain Intake NI 5.5 ketidak seimbangan zat gizi makro dan mikro
berkaitan dengan penyakit pasien hiperglikemia ditandai
dengan kebiasaan pasien sedikit mengkonsumsi sayuran
dan buah

NC. 2.2 perubahan nilai lab terkait gizi (glukosa) ditandai


dengan peningkatan kadar gula darah, disfungsi ginjal
B Domain Clinic ditandai dengan kgd 344 mg/dl dan ureum tinggi yakni 45
mg/dl

NC 2.1 gangguan memetabolisme zat purin berkaitan


dengan penyakit pasien yaitu asam urat, ditandai dengan
keluhan nyeri pada kaki.

NB 1.4 kurangnya kemampuan memonitor diri sendiri


C Domain Behavior berkaitan dengan kurangnya kemauan untuk berubah
ditandai dengan ketetapan makan porsi banyak hingga
tengah malam.
Hasil Laboratorium
a) Hasil Lab : 22/11/2019

Hasil laboratorium sebelum dilakukan edukasi

HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM


HEMATOLOGI
No. Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Metode
1 Hemoglobin 12.6 g/dL 13.5 - 15.5
2 Leukosit 7.73 10³ / µL 5 - 11
3 Laju Endap Darah mm/1 hours < 20 .
4 Trombosit 321 10³ / µL 150 - 450 -
5 Hematocrit 38.2 % 30.5 - 45.0 -
6 Eritrosit 4.60 10^6/mm3 4.50 - 6.50 -
7 MCV 83.2 µm³ 75.0 - 95.0 -
8 MCH 27.4 pg/cell 27.0 - 31.0 .
9 MCHC 33 g/dL 32.0 - 34.0 .
10 RDW 11.7 % 11.50 - .
14.50
11 PDW 49.6 fL 12.0 - 55.0 .
12 MPV 8.9 fL 6.50 - 9.50 .
13 PCT 0.28 % 0.10 - 0.50 .
14 Hitung Jenis Lekosit.
Eosinofil 0.4 % 1-3 .
Basofil 0.1 % 0-1 .
Monosit 5.5 % 2-8 .
Neutrofil 70.2 % 50 - 70 .
Limfosit 21.7 % 20 - 40 .
LUC 2.1 % 0-4

RENAL FUNCTION
No. Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Metode
1 Ureum darah 45 mg/dl 15 - 38 -
2 Kreatinin 1.90 mg/dL 0.55 - 1.30 -

ELEKTROLIT
No. Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Metode
1 Natrium 133.5 mEq/L 135 -145
2 Kalium 4.56 mEq/L 3.2 - 5.5
3 Chlorida 100.1 mEq/L 97 - 110

DIABETIC
No. Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Metode
1 Glukosa ad random 344 mg/dL < 200 .
Catatan : 12B
    
b)   Hasil Lab : 23/11/2019

Hasil laboratorium setelah dilakukan edukasi

HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM


RENAL FUNCTION
No. Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Metode
1 Asam Urat 6.7 mg/dl 3.4 - 7.0 -

Catatan : 
12B
    

c)   Hasil Lab : 24/11/2019

Hasil laboratorium setelah dilakukan edukasi

HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM


DIABETIC
No. Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Metode
1 Glukosa ad random 115 mg/dL < 200 .

Catatan : 
12b

Data klinis / fisik


1. 22 nov 2019 (sebelum edukasi)

Tekanan darah temperature keluhan


161 / 92 mmHg 37,1 ‘’C Lemas memberat dan yeri
pada kaki

2. 23 nov 2019 (setelah dilakukan edukasi)

Tekanan darah temperature keluhan


130 / 80 mmHg 36,7 ‘’C Lemas

3. 24 nov 2019 (setelah dilakukan eduksi}

Tekanan darah temperature keluhan


130 / 80 mmHg 36,5 ‘’C Lemas
Hasil recall makanan pasien selama 3 hari di RSU Royal Prima

No Waktu Hidangan Berat Sisa Dikonsumsi


Pagi
Nasi 120 gr 0 gr gr
Sawi 5 gr 0 5
Wortel 10 gr 0 10
Telur rebus 60 gr 0 61 gr
Siang
Nasi 120 gr 0 gr 110 gr
Ikan kembung 125 gr 0 gr 125 gr
Tumis tauge 5 gr 0 gr 5
Tahu 20 gr 0 gr 20
Sup jamur 10 gr 0 gr 10
Gambas 5 gr 0gr 5
Semangka 100 gr - 100 gr
Malam
Nasi 120 gr 0gr 100gr
Ikan nila 80 gr 0gr 80 gr
s1 Hari – 1 Sup
Mie 20 gr 0 gr 20 gr
Ayam 5 gr - 5 gr
Kentang 5 gr - 5 gr
Wortel 5 gr - 5 gr
Sayur
Labu siam 20 gr 0 gr 20
Wortel 5 gr - 5 gr
Pepaya 100 gr - 100 gr

 Energy : 2175.2 Kkal


 Karbohidrat : 536,8 gr
 Protein : 142 gr
 Lemak : 70,5 gr
Pada hari pertama pasien mengeluh nyeri pada kaki dan tidak bisa
tidur karena kelaparan tengah malam. Dari hasil recall hari – 1
bahwa makanan yang dikonsumsi pasien 100 %
2 Hari – 2 Pagi
Nasi 100 gr - gr 100gr
Ayam 5 gr - 5
Wortel 6 gr - 6
Seledri 3 gr - 3 gr
Telur rebus 67 gr - gr 56 gr
Siang
Nasi 137 gr -gr 137gr
Ikan dori fillet 107 gr - 107 gr
Sup
Jamur 21 gr -gr 21 gr
Kentang 14 gr - 14 gr
Sayur
Labu siam 18 gr -gr 18 gr
Wortel 6 gr - 6 gr
Pisang 72 gr - 72 gr
Malam
Nasi 127 gr - 127 gr
Labu kuning 15 gr - 15 gr
Sup
Kulit tahu 37 gr -gr 37 gr
Kentang 10 gr - 10 gr
Ikan nila 102 gr - 102 gr
Telur rebus 69 gr - 69 gr
Pepaya 89 gr - 89 gr
Susu 120 gr - 120 gr
Pasien makan bolu 3
potong
 Energy : 2700 Kkal
 Karbohidrat : 754,8 gr
 Protein : 101.7 gr
 Lemak : 49.8 gr
Os merasa nyeri pada kaki sudah hilang, hingga kini os belum bisa
mengontrol makanan nya.

3 Hari – 3 Pagi
nasi 118 gr 37 gr 81 gr
Ayam 5 gr - 5 gr
Wortel 7 gr - 7 gr
Seledri 3 gr - 3 gr
Telur rebus 69 gr - 69 gr
Siang
nasi 120 gr 45 gr 75 gr
Ikan dori fillet 106 gr - 106 gr
Sup
Wortel 9 gr - 9 gr
Macaroni 5 gr - 5 gr
Jagung 5 gr - 5 gr
Putih telur 47 gr - 47 gr
Pepaya 89 gr - 89 gr
Malam
Bubur 125 gr 57 gr 68 gr
Ikan bakar 109 gr 47 gr 62 gr
Sup
Kentang 6 gr - 6 gr
Wortel 3 gr - 3 gr
Sayur
Wortel 5 gr - 5 gr
Sayur
Labu siam 22 gr 8 gr 14 gr
Kacang panjang 5 gr - 5 gr
Melinjo 5 gr 5 gr -

 Energy : 1632.7 Kkal


 Karbohidrat : 182.3 gr
 Protein : 102.9 gr
 Lemak : 52.3 gr
Pada hari ketiga melakukan intervensi , pasien tidak
menghabiskan makanan pokoknya, pasien susah untuk tidur pada
malam itu.

Monitoring dan evaluasi

Monitoring Evaluasi

Hb Hb mencapai nilai normal dengan


mengonsumsi makanan yang tinggi zat
besi
Kadar gula darah, ureum, creatinin, dan Mencapai dan tetap diangka normal
asam urat.

Antropometri Mencapai berat badan yang ideal / normal

Pengetahuan Menambah pengetahuan pasien


mengenai pola makan dan hidup yang
sehat, dan diet yang harus diterapkan

Fisik / Klinis Mengatasi badan yang lemas dan kepala


yang terasa pusing setiap hari
dikarenakan KGD yang tinggi

Tekanan darah dan suhu tetap normal


 Intervensi Asuhan Gizi dan Implementasi Gizi

1. Memberkan Edukasi / Konseling

No Tanggal Konseling Keluhan Pasien


1. Pengenalan diri dan
penyampaian diri kepada pasien
2. Bertanya kepada pasien
tentang pola makan , kebiasaan
makan serta makanan apa saja
yang disukai maupun tidak di 1. Pasien mengeluh
sukai oleh pasien lemas dan myeri pada
22 November 3. Menjelaskan kepada pasien kaki, susah tidur juka
1
2019 apa itu hiperglikemia dan gout tidak makan tengah
dengan menggunakan bahasa malam
yang mudah di mengerti oleh
pasien
4. Bertanya kepada pasien
tentang diet yang diberikan oleh
rumah sakit , apakah bisa di
terima atau tidak.
1. Bertanya kepada pasien
tentang daya terima makan
pasien terhadap diet dari rumah
sakit
2. menjelaskan kepada pasien
tentang syarat diet penyakit 1. Pasien masih merasa
dm+gout+hipertensi kepada lemas karena kadar gula
pasien yang belum normal
23 November
3. Memberi edukasi kepada 2. pasien belum bisa
2019
2 pasien dalam mengonsumsi diet menerapkan diet
dalam porsi kecil tapi sering 3. pasien tetap nemil
4. Membatasi makanan bisa tengah malam agar bisa
memicu kadar gula dan asam tidur
urat meingkat
5. Menganjurkan pasien untuk
makan makanan yang tinggi zat
besi untuk menaikkan Hb sedikit
lagi.

1. memberi edukasi kepada 1.pengaturan makan


pasien dan keluarga factor resiko
pasien lebih baik dari
diabetes, asam urat, dan
sebelumnya
hipertensi 2. sudah menahandiri
24 November
agar tidak makan tengah
3 2019 2. memberi edukasi pada pasien
malam
pola hidup sehat dan pemilihan
3. namun pasien masih
jenis makanan menurut diagnosa
merasa lemas , tetapi
penyakit pasien
kaxar gula darah sudah
menurun.
BAB IV

HASIL ASUHAN GIZI

1. Biokimia

a) Kadar gula darah

Kadar gula darah sudah mencapai nilai normal

b) Asam urat

Kadar asam urat sudah mencapai nilai normal

c) Ureum dan creatinin

Tidak ada pengecekan dilakukan oleh pihak rumah sakit

2. Klinis/ fisik
a. Tekanan darah dan suhu tubuh sudah mencapai normal

b. Pada tabel

No Tanggal Klinis / fisik pasien


1 22/11/2019 Pasien datang ke rumah sakit dengan keadaan
sangat lemas dan pusing di kepala

2 23/11/2019 Pasien masih merasa lemas dan dan masih tidak


bisa tidur jika tidak makan malam

3 24/2019 Pasien sudah tidak merasakan nyeri dan pusing

3. Pemahaman tentang pola makan dan gizi seimbang

Pemahaman pasien mengenai asupan makan dan pola akan yang sehat terlihat dari
asupan makan pasien yang semakin membaik dari hari pertama sampai hari ketiga.
Peningkatan asupan makan pasien menunjukkan bahwa pemahaman pasien
tentang pola makan dan pengaturan dietnya menjadi sedikit lebih baik.
LAMPIRAN

Hasil recall 24 jam x 3 hari


Konseling pada pasien

Anda mungkin juga menyukai