Intervensi Penyakit Hiperglikemia State
Intervensi Penyakit Hiperglikemia State
+ HIPERTENSI
DI RUMAH SAKIT UMUM ROYAL PRIMA
MEDAN
DISUSUN OLEH :
P01031216048
JURUSAN GIZI
2019/2020
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Program Studi : D IV
Mengetahui , Menyetujui ,
() ()
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hiperglikemia berasal dari kata “hiper” yang artinya tinggi, “gli” artinya glukosa,
dan “emia” artinya darah. Seperti yang sudah sedikit diulas di atas, hiperglikemia
adalah kondisi abnormal dimana gula darah tinggi berada di atas level normalnya.
Tubuh membutuhkan gula tersebut untuk menjaga fungsinya. Sel-sel tubuh nantinya
akan mendapatkan energi juga dari gula yang masuk ke dalam tubuh ini. Namun,
ada kondisi tertentu yang justru memiliki gula darah dalam tubuh terlalu banyak di
darah atau disebut hipergikemia. Kadar gula darah puasa normalnya berkisar <126
mg/dL, sedangkan kadar gula darah postprandial atau tanpa puasa normalnya <200
mg/dL ke bawah. Hiperglikemia tidak selalu berhubungan diabetes mellitus, Ada
beberapa kondisi medis lain yang juga dapat menyebabkan kadar gula tinggi, tetapi
memang, penyebab paling umum kadar gula tinggi di atas normal yang banyak
ditemukan adalah terkait dengan penyakit diabetes melitus.
Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari purin yaitu salah satu
komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh. Meningkatnya kadar
asam urat dalam darah disebut hiperurisemia. Hiperurisemia disebabkan oleh dua
hal, yaitu karena pembentukan asam urat yang berlebihan atau karena penurunan
pengeluaran asam urat oleh ginjal. Hiperurisemia yang tidak ditangani menyebabkan
asam urat dalam darah berlebihan sehingga menimbulkan penumpukan kristal asam
urat. Apabila kristal berada dalam cairan sendi maka akan menyebabkan penyakit
gout.
Gout umumnya dialami oleh laki – laki berusia lebih dari 30 tahun. Penyakit
gout dapat dikelompokkan menjadi bentuk gout primer dan sekunder. Sebagian
besar penyebabnya diperkirakan akibat kelainan proses metabolisme dalam tubuh
dan 10% kasus dialami oleh wanita setelah menopause karena gangguan hormon.
Selain dapat menyebabkan gout, hiperurisemia dapat juga menyebabkan kelainan
ginjal, tofi sekitar sendi, penyakit jantung, peradangan tulang, stroke dan kencing
batu.
Ada banyak faktor yang menyebabkan hipertensi, faktor risiko tersebut antara
lain yaitu umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, obesitas, kadar garam tinggi,
kebiasaan merokok dan minum alkohol (Baradero, 2008). Adapun menurut Sudoyo
et al (2009) faktor-faktor risiko yang mendorong peningkatan tekanan darah adalah
faktor-faktor seperti: diet dan asupan garam, stres, ras, obesitas, merokok dan
genetis. Lansia merupakan orang yang mempunyai faktor risiko umur dan juga
mungkin di sertai faktor-faktor risiko yang lain, yang harus diwaspadai dan benar-
benar supaya memperhatikan pola hidup yang sehat supaya tidak menimbulkan
hipertensi yang mungkin disertai dengan komplikasi yang berbahaya. Hal ini sejalan
dengan Arista (2013) yang mengemukakan bahwa bagi individu yang mempunyai
faktor risiko tersebut harus waspada serta melakukan upaya pencegahan sedini
mungkin contoh yang sederhana yaitu dengan rutin kontrol tekanan darah lebih dari
satu kali, dan juga berusaha untuk menghindari faktor pencetus seperti pola makan
dan gaya hidup (live style) yang baik.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan intervensi dan merencanakan menu makan pasien selama 3 hari
sesuai dengan syarat dan ketentuan diet pasien dan disesuaikan dengan
perhitungan kebutuhan pasien dan sesuai dengan diet dari rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
a) Menghitung kebutuhan gizi pasien per hari
b) Merencanakan menu pasien sesuai kebutuhan
c) Nilai perkembangan pengaturan makan pasien
d) Dan memamtau nilai lab yang bermasalah
C. Manfaat
a) Bagi mahasiswa
Mahasiswa mampu melaksanakan NCP ( Nutrition Care Process) atau
proses asuhan gizi yang berupa assesment gizi , diagnosis gizi,
intervensi dan implementasi gizi, monitoring dan evaluasi pada pasien
Mehasiswa mampu merencanakan dan menyusun menu sesuai
dengan kebutuhan gizi pasien dan standar menu penyakit
hiperglikemia+ gout dan hipertensi
b) Bagi pasien
Mempercepat proses penyembuhan pasien karena di sesuaikan
dengan perhitungan kebutuhan pasien, syarat dan ketentuan diet pada
pasien
Menambah pengetahuan pasien tentang diet penyakit yang dialami
pasien melalui pemberian konsultasi kepada pasien
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Artritis gout merupakan salah satu penyakit metabolik (metabolic syndrom) yang
terkait dengan pola makan diet tinggi purin dan minuman beralkohol. Penimbunan
kristal monosodium urat (MSU) pada sendi dan jaringan lunak merupakan pemicu
utama terjadinya keradangan atau inflamasi pada gout artritis (Nuki dan Simkin,
2006). Artritis gout adalah jenis artritis terbanyak ketiga setelah osteoartritis dan
kelompok rematik luar sendi (gangguan pada komponen penunjang sendi,
peradangan, penggunaan berlebihan) (Nainggolan, 2009). Penyakit ini mengganggu
kualitas hidup penderitanya. Peningkatan kadar asam urat dalam darah
(hiperurisemia) merupakan faktor utama terjadinya artritis gout (Roddy dan Doherty,
2010). Masalah akan timbul jika terbentuk kristal-kristal monosodium urat (MSU)
pada sendi sendi dan jaringan sekitarnya. Kristal-kristal berbentuk seperti jarum ini
mengakibatkan reaksi peradangan yang jika berlanjut akan menimbulkan nyeri hebat
yang sering menyertai serangan artritis gout (Carter, 2006). Tanda dan gejala
gout arthritis hampir selalu terjadi secara tiba-tiba, dan sering terjadi di malam hari.
Gejalanya termasuk:
Nyeri yang hebat dirasakan oleh penderita pada satu atau beberapa sendi,
seringkali terjadi pada malam hari; nyeri semakin memburuk dan tak tertahankan.
Sendi membengkak dan kulit di atasnya tampak:
Gout adalah penyakit yang paling sering menyerang sendi di pangkal ibu jari kaki
dan menyebabkan suatu keadaan yang disebut podagra; tetapi penyakit ini juga
sering menyerang pergelangan kaki, lutut, pergelangan tangan dan sikut.
Kristal dapat terbentuk di sendi-sendi perifer tersebut karena persendian lebih dingin
daripada persendian di pusat tubuh dan urat cenderung membeku pada suhu dingin.
Kristal juga terbentuk di telinga dan jaringan yang relatif dingin lainnya. Sebaliknya,
gout jarang terjadi pada tulang belakang, tulang panggul ataupun bahu.
Gejala lainnya dari gout arthritis adalah demam, menggigil, perasaan tidak enak
badan dan denyut jantung yang cepat (takikardia). Gout arthritis cenderung lebih
berat pada penderita yang berusia di bawah 30 tahun. Biasanya, pada pria gout
timbul di usia pertengahan, sedangkan pada wanita muncul pada saat pasca-
menopause.
Serangan gout arthritis pertama biasanya hanya mengenai satu sendi dan
berlangsung selama beberapa hari. Gejalanya menghilang secara bertahap, di mana
sendi kembali berfungsi dan tidak timbul gejala sampai terjadi serangan berikutnya.
Tetapi jika penyakit ini semakin memburuk, maka serangan yang tidak diobati akan
berlangsung lebih lama, lebih sering terjadi dan mengenai beberapa sendi. Sendi
yang terkena bisa mengalami kerusakan yang permanen.
Artritis gout dapat menahun dan berat, yang menyebabkan terjadinya kelainan
bentuk sendi. Pengendapan kristal asam urat di dalam sendi dan tendon terus
berlanjut dan menyebabkan kerusakan yang akan membatasi pergerakan sendi.
Benjolan keras dari kristal asam urat (tofi) diendapkan di bawah kulit di sekitar sendi.
Tofi juga bisa terbentuk di dalam ginjal dan organ lainnya, di bawah kulit telinga atau
di sekitar sikut. Jika tidak diobati, tofi pada tangan dan kaki bisa pecah dan
mengeluarkan massa kristal yang menyerupai kapur,
c) Hipertensi
B. ETIOLOGI
a) Hiperglikemia
Hiperglikemia dapat disebabkan oleh berbagai hal, tetapi yang paling
sering adalah oleh penyakit diabetes mellitus. Pada diabetes mellitus, gula
menumpuk dalam darah karena gagal masuk ke dalam sel. Kegagalan
tersebut terjadi akibat kurangnya hormon yang membantu masuknya gula
darah, yaitu hormon insulin. Kadar gula darah yang melebihi normal
memebuat insulin yang ada tidak cukup untuk mengubah semua glukosa
darah menjadi glikogin, sehingga glukosa yang berlebih tersebut dikeluarkan
dari ginjal melalui cairan tubuh, seperti urin.
Kurangnya hormon insulin mengakibatkan glukosa tidak dapat diubah
menjadi tenaga atau energi dan tertimbun di dalam darah. Insulin merupakan
hormon yangdihasilkan oleh pankreas. Ketika mengkonsumsi makanan,
pankreas mensekresikan insulin menuju ke pembuluh darah untuk mencegah
kenaikan kadar glukosadarah yang lebih lanjut dan menyebabkan kadar gula
darah menurun secara perlahan. Insulin merupakan parameter yang dipilih,
sebab insulin merupakan salah satu parameter yang spesifik pada diabetes
mellitus tipe 2
Selain penyakit diabetes mellitus, gula darah juga dapat meningkat pada
keadaan berikut:
b) Gout artritis
Pria menghasilkan lebih banyak asam urat daripada wanita, meskipun kadar
asam urat wanita mendekati pria setelah menopause.
2. Genetika
3. Gaya hidup
5. Obat
6. Berat badan
Kelebihan berat badan meningkatkan risiko gout arthritis karena ada lebih
banyak pergantian jaringan tubuh, yang berarti lebih banyak produksi asam
urat sebagai produk sisa metabolisme. Tingkat lemak tubuh yang lebih tinggi
juga dapat meningkatkan peradangan sistemik karena sel-sel lemak
menghasilkan sitokin pro-inflamasi.
c) Hipertensi
1. Hipertensi essensial
Hipertensi essensial atau idiopatik adalah hipertensi tanpa kelainan dasar
patologis yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi essensial.
Penyebab hipertensi meliputi faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik
mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, kepekaan terhadap stress,
reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokontriktor, resistensi insulin dan
lain-lain. Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan antara lain diet,
kebiasaan merokok, stress emosi, obesitas dan lain-lain (Nafrialdi,
2009).Pada sebagian besar pasien, kenaikan berat badan yang berlebihan
dan gaya hidup tampaknya memiliki peran yang utama dalam menyebabkan
hipertensi. Kebanyakan pasien hipertensi memiliki berat badan yang
berlebihdan penelitian pada berbagai populasi menunjukkan bahwa kenaikan
berat badan yang berlebih (obesitas) memberikan risiko 65-70 % untuk
terkena hipertensi primer (Guyton,2008).
2. Hipertensi sekunder
Meliputi 5-10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder dari penyakit
komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah.
Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau
penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder
yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak,
dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan
menaikkan tekanan darah (Oparil, 2003).Hipertensi yang penyebabnya dapat
diketahui, sering berhubungan dengan beberapa penyakit misalnya ginjal,
jantung koroner, diabetes dan kelainan sistem saraf pusat (Sunardi, 2000)
C. PATOFISIOLOGI
a) Hiperglikemia
Defisiensi insulin terjadi sebagai akibat dari kerusakan sel beta langerhans,
defisiensi insulin tersebut akan menyebabkan peningkatan pembentukan glikogen
sehingga glikogen akan mengalami suatu penurunan yang mengakibatkan
hiperglikemi, peningkaan kadar glukosa hepar dan peningkatan lipolisis.
Hiperglikemi akan mengakibatkan seseorang mengalami glukosuria, yang
menyebabkan osmotik diuresis. Osmotik diuresis akan menimbulkan sesuatu
keadaan di mana ginjal tidak dapat meningkatkan glukosa yang difiltrasi. Ginjal tidak
mengikat glukosa yang difiltrasi akan mengakibatkan cairan diikat oleh glukosa,
sehingga cairan dalam tubuh akan berlebihan yang akan dimanifestasikan dengan
banyak mengeluarkan urin (poliuri).
b) Gout artritis
c) Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
di pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pascaganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norpinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah
(Brunner, 2002).
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriktor. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norpinefrin, meskipun tidak diketahui dengan
jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Corwin, 2005).Pada saat bersamaan dimana
sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagairespon rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.
Korteks adrenal mengsekresikan kortisol dan steroid lainnya yang dapat
memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal dapat menyebabkan pelepasan
renin. Renin merangsang pembentukkan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal sehingga menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi
(Brunner, 2002).
Perubahaan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer
bertanggung jawab pada perubahaan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia.
Perubahaan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang menyebabkan
penurunan distensi dan daya regang pembuluh darah. Akibat hal tersebut, aorta dan
arteri besar mengalami penurunan kemampuan dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) sehingga mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Corwin, 2005)
Tujuan Intervensi :
BB : 85,7 Kg
TB : 160 Cm
BMI : 34,28 (obesitas )
TEE = BEE x FA x FS
= 1227,8 x 1,3 x 1
= 1596,14 kkal
=1597 kkal
4
Syarat Diet :
Energi cukup (25-30 kkal/kg BB) untuk mencapai dan mempertahankan berat
badan normal.
menjelaskan makanan yang dianjurkan dan tidak di anjurkan selama keadaan belum
optimal.
Menjelaskan porsi makan yang sesuai dengan kebutuhan kalori
Menjelaskan jadwal makan yang tepat
Memotivasi pasien untuk mengkonsumsi makanan yang bervariasi, melakukan
aktifitas fisik, porsi yang tepat dan tidak mengkonsumsi makanan yang dapat
memicu penyakit yang di deritanya.
Monitoring Gizi :
Asupan energy
Berat Badan
Asupan karbohidrat
Asupan protein
Asupan lemak
Peningkatan pemahaman tentang pola makan yang baik dan benar sesuai dengan
diet nya.
Evaluasi Gizi :
Asupan energi menurun mendekati normal.
Berat badan mendekati berat badan ideal.
Asupan karbohidrat secara bertahap menurun
Asupan protein secara bertahap berkurang mendekati kebutuhan yang dianjurkan.
Asupan lemak berkurang
Perubahan pola makan menjadi pola makan yang baik sesuai aturan diet nya..
b) Gout artritis
Tujuan intervensi
Menurunkan kadar asam urat dalam darah
Memperlancar pengeluaran asam urat
BB : 85,7 Kg
TB : 160 Cm
BMI : 34,28 (obesitas )
TEE = BEE x FA x FS
= 1227,8 x 1,3 x 1
= 1596,14 kkal
=1597 kkal
Catatan :
Diet Diabetes Melitus III, Diet Rendah Purin I, Dan Diet Rendah Garam III. Ketiganya
akan dikombinasikan untuk mempercepat penyembuhan pasien.
ASSESMENT GIZI
Nama : Kresnadi
No . RM : 005491
Usia : 54 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
BB : 85,7 kg
TB : 160 Cm
Keluhan :
Pasien merasa ngilu di area kaki sejak seminggu , juga merasa pusing sebelum
masuk ke rumah sakit, sudah menderita diabetes dan asam urat selama 2 tahun,
tidak bisa tidur jika tidak makan malam dengan porsi banyak. Selalu merasa lapar.
Riwayat makan : Os suka makan makanan yang manis manis, os juga selalu
rutin mengkonsumsi teh manis dan minuman kaleng, os tidak bisa tidur jika tidak
makan di malam hari atau tengah malam. Os suka makan biscuit dan bolu
sebagai cemilam, Os adalah perokok sedang, makanan kesukaan os adalah
jeroan terutama hati ayam dan sapi.
Makanan yang tidak disukai : os tidak memiliki makanan yang tidak disukai, os
suka makan sayur tetapi hanya sedikit, lebih suka mengkonsumsi buah dalam
bentuk jus.
Pasien jarang beraktifitas fisik
Diagnosa gizi
Diagnosa Gizi
A Domain Intake NI 5.5 ketidak seimbangan zat gizi makro dan mikro
berkaitan dengan penyakit pasien hiperglikemia ditandai
dengan kebiasaan pasien sedikit mengkonsumsi sayuran
dan buah
RENAL FUNCTION
No. Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Metode
1 Ureum darah 45 mg/dl 15 - 38 -
2 Kreatinin 1.90 mg/dL 0.55 - 1.30 -
ELEKTROLIT
No. Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Metode
1 Natrium 133.5 mEq/L 135 -145
2 Kalium 4.56 mEq/L 3.2 - 5.5
3 Chlorida 100.1 mEq/L 97 - 110
DIABETIC
No. Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Metode
1 Glukosa ad random 344 mg/dL < 200 .
Catatan : 12B
b) Hasil Lab : 23/11/2019
Catatan :
12B
Catatan :
12b
3 Hari – 3 Pagi
nasi 118 gr 37 gr 81 gr
Ayam 5 gr - 5 gr
Wortel 7 gr - 7 gr
Seledri 3 gr - 3 gr
Telur rebus 69 gr - 69 gr
Siang
nasi 120 gr 45 gr 75 gr
Ikan dori fillet 106 gr - 106 gr
Sup
Wortel 9 gr - 9 gr
Macaroni 5 gr - 5 gr
Jagung 5 gr - 5 gr
Putih telur 47 gr - 47 gr
Pepaya 89 gr - 89 gr
Malam
Bubur 125 gr 57 gr 68 gr
Ikan bakar 109 gr 47 gr 62 gr
Sup
Kentang 6 gr - 6 gr
Wortel 3 gr - 3 gr
Sayur
Wortel 5 gr - 5 gr
Sayur
Labu siam 22 gr 8 gr 14 gr
Kacang panjang 5 gr - 5 gr
Melinjo 5 gr 5 gr -
Monitoring Evaluasi
1. Biokimia
b) Asam urat
2. Klinis/ fisik
a. Tekanan darah dan suhu tubuh sudah mencapai normal
b. Pada tabel
Pemahaman pasien mengenai asupan makan dan pola akan yang sehat terlihat dari
asupan makan pasien yang semakin membaik dari hari pertama sampai hari ketiga.
Peningkatan asupan makan pasien menunjukkan bahwa pemahaman pasien
tentang pola makan dan pengaturan dietnya menjadi sedikit lebih baik.
LAMPIRAN