Anda di halaman 1dari 2

Nama : Syahna Sopha Awliya

NPM : 10090321153
Kelas : Kewirausahaan D
Rangkuman artikel jurnal “From entreprenurial failure to re-entry”
Kewirausahaan merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan atau sustainable. Hal
ini disebabkan oleh kewirausahaan memiliki dampak signifikan pada inovasi, penciptaan
lapangan kerja, serta peningkatan produksi barang dan jasa ekonomi. Selain itu kewirausahaan
juga berkontribusi pada stabilitas ekonomi dan sosial. Meskipun demikian, tidak jarang juga
kewirausahaan mengalami kegagalan dengan berbagai penyebab.
Secara konseptual kegagalan kewirausahaan atau entrepreneurial failure (EF) adalah kompleks
dan sangat banyak variasinya. Kegagalan bisa menyebabkan kerusakan fisik dan psikologis yang
signifikan, menurunkan tingkat harga diri, dan menyebabkan masalah dalam hubungan
pengusaha dengan orang lain. Singh, Pavlovich, & Corner, menganggap bahwa kegagalan bisa
terjadi karena faktor ekonomi seperti contoh kebangkrutan atau penyebab lain seperti
perselisihan yang tidak dapat diatasi atau masalah hukum dan masalah pribadi pengusaha. Selain
itu, kegagalan juga bisas timbul dari penurunan pendapatan perusahaan menjadi bangkrut dan
tidak mampu menarik pendanaan baru, sehingga mengakibatkan tidak dapat beroperasi dibawah
kondisi sebelumnya.
Ketakutan dan kegagalan merupakan kenyataan yang menjadi bagian penting dari pengalaman
berwirausaha juga mengarah pada penghindaran juga menjadi konsekuensi dari kegagalan.
Ketakutan terhadap kegagalan mencakup ketakutan akan masa depan yang tidak pasti, ketakutan
akan rasa malu, ketakutan akan mengecewakan orang dekat, serta ketakutan akan harga diri yang
rusak, dan semua itu adalah biaya sosial yang paling berat untuk tidak memulai bisnis.
Menurut Habersang, Kuberling-Jost, Reihlen dan Seckler (2019) menyimpulkan proses yang
mengarah pada kegagalan dapat dikelompokkan menjadi empat model (imperialistis, tertinggal,
jahat, dan dipolitisasi). Masing-masing ini terjadi melalui dua mekanisme berbeda yaitu kekauan
dan konflik. Usaha kecil tutup karena sebab-sebab ekonomi dan non ekonomi contohnya seperti
usia atau penyakit, perusahaan memiliki pinjaman bank dan penjualan menunjukkan tren
menurun. Tidak hanya itu kurangnya keterampilan digital juga dikaitkan dengan tingkat
kegagalan yang tinggi. Kegagalan diantara perusahaan yang lebih dini bisa dikaitkan dengan
kurangnya sumber daya dan kemampuan yang terampil, sedangkan perusahaan yang lebih tua
lebih rentan jika gagal beradaptasi dengan tuntutan persaingan yang selalu berubah dalam
lingkungan yang juga mengalami perubahan besar.
Pada dasarnya penyebab kegagalan bisnis bermacam-macam. Ada dari sisi eksternal dan internal
pengusaha. Bersifat eksternal, dapat dikaitkan dengan perusahaan (pendekatan sukarela) atau
dengan lingkungan di mana perusahaan dimasukkan (pendekatan deterministik). Aspek seperti
kelembagaan, diskriminatif, ekonomi, keuangan, atau keluarga, dampak lingkungan terhadap
kelangsungan hidup perusahaan. Sedangkan yang bersifat internal (pendekatan emosional), yang
dapat menyebabkan kegagalan yakni kehidupan masa lalu pengusaha, keberhasilan atau
kegagalan, dan karakteristik psikologis.
Penyebab utama kegagalan terkait dengan bagaimana masyarakat mendukung kewirausahaan
dan bisnis pada tingkat yang lebih besar atau lebih kecil, dengan tingkat pendidikan dan
pengetahuan wirausaha, yang memungkinkan mereka untuk memahami dan menyelesaikan
lingkungan mereka dan masalah yang muncul dengan konteks kelembagaan yang dapat
memfasilitasi atau menghambat berjalannya bisnis, yaitu melalui perpajakan atau kompleksitas
regulasi dan dengan masalah ekonomi internal atau eksternal perusahaan.
Pada studi masa depan, penting untuk mengetahui waktu kegagalan dikarenakan hal ini bisa
mempengaruhi bagaimana pengusaha bereaksi. Ketika kegagalan terjadi, maka akan muncul
konsekuensi, terutama pada tingkat pembelajaran, yang bergantung pada banyak faktor. Faktor-
faktor ini dapat bersifat pribadi, biasanya psikologis, seperti yang disebutkan sebelumnya
sebagai pemicu kegagalan, sangat terkait dengan susunan emosional wirausahawan, model yang
mereka rasakan (jika mereka mengetahui kegagalan atau kesuksesan lain) dan bagaimana
masyarakat dan budaya mengevaluasi kegagalan.
Ketakutan merupakan konsekuensi lain dari kegagalan, dan itu memengaruhi kapasitas untuk
belajar. Ini terkait dengan karakteristik orang yang gagal dan lingkungan di mana dia disisipkan
itu memiliki komponen psikologis dan ekonomi, yang bergantung pada rasa malu, stigma sosial
dan keluarga, dan konsekuensi penurunan harga diri pengusaha, dan cara mereka menganalisis
risiko dan ketidakpastian saat itu. Menariknya, rasa takut sangat dipengaruhi oleh pengetahuan
yang didapat selama belajar. Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki orang, semakin baik
mereka mengendalikan dan menganalisis rasa sakit, emosi, lingkungan, dan kenyataan mereka,
dan semakin cepat mereka pulih dari trauma kegagalan, yang dapat menyebabkan mereka masuk
kembali ke pasar. Pembelajaran dapat memiliki konsekuensi yang sangat penting bagi
wirausahawan, karena dapat memfasilitasi pemulihan dan masuk kembali ke dalam bisnis,
semuanya bergantung pada tingkat pengetahuan yang dibuat dan dipraktikkan.
Untuk itu pengalaman dalam kewirausahaan itu sangat penting. Pengalaman kegagalanlah yang
akan menjadi evaluasi untuk para wirausahawan untuk mengetahui apa kelemahan juga kekuatan
mereka dalam berbisnis. Dengan kegagalan merupakan sebuah awal dari kesuksesan. Kegagalan
jugalah yang menjadikan kita sebagai pebisnis menjadi lebih aware, menambah knowledge untuk
bisa berkembang jauh. Semua kepahitan yang dirasakan ketika mengalami kegagalan adalah
bagaimana mengatur mindset kita untuk bisa move on and keep on moving forward,
mengevaluasi lalu memulai kembali. Menurut saya itulah yang menjadikan para wirausahawan
yang sukses dan bangkit dari kegagalan.

Anda mungkin juga menyukai