Anda di halaman 1dari 3

TUGAS PERUNCANGAN PERUNDANG-UNDANGAN

PARTISPASI MASYARAKAT DALAM UNDANG-UNDANG PEMBENTUKAN


PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Dalam pembuatan peraturan perundang-undangan seharusnya memerlukan kajian yang


komprehensif dan melibatkan peran masyarakat di dalamnya, hal ini mengingat tujuan dari
peraturan tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Maka partisipasi masyarakat
merupakan hal yang esensial untuk diperhatikan baik dalam pembuatan praturan tingkat daerah
maupun Nasional. Berhubungan dengan partisipasi masyarakat dalam tahap Perencanaan,
Penyusunan dan pembahasan tentunya menjadi hal yang penting, sebab dalam ketiga tahap ini
perlu juga adanya penyebarluasan yang menjadikan masyarakat sebagai tokoh utamanya.

Dasar Hukum dalam Pembuatan Peraturan Perundang-undangan banyak mengalami


perubahan, yaitu Undang-Undang pertama. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 yang kini
telah dicabut dan digantikan dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011. Dan mengalami
perubahan pertama delapan tahun setelahnya dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019
lalu kemudian Tahun lalu kembali mengalami perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2022. Yang tentunya terdapat peraturan-peraturan mengenai partisipasi masyarakat di
dalamnya, terutama pada Undang-Undang terbaru.

 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 (Telah dicabut)


Terdapat pada Bab X Pasal 53 yang berbunyi:
“Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalam rangka
penyiapan atau pembahasan rancangan Undang-Undang dan Rancagan Daerah”
 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
Ketentuan mengenai partisipasi masyarakat ada pasa BAB XI Pasal 96
(1) Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis dalam
pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
(2) Masukan secara lisan dan/atau tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan melalui:
a. Rapat dengar pendapat umum;
b. Kunjungan kerja;
c. Sosialisasi; dan/atau
d. Seminar,lokakarya, dan/atau diskusi.
(3) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang perseorangan atau
kelompok orang yang mempunyai kepentingan atas substansi Rancangan Peraturan
perundang-undangan.
(4) Untuk memudahkan masyarakat dalam memberikan masukan secara lisan dan/atau
tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap Rancangan Peraturan Perundang-
undangan harus dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.
 Undang-Undang No. 13 Tahun 2022
Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2022, dijelaskan tepat di bagian
konsideran menimbang, bahwa salah satu tujuan dari perubahan Undang-Undang ini
yaitu untuk menambahkan pengaturan mengenai metode omnimbus dalam Pembentukan
peraturan Perundang-undangan serta memperkuat keterlibatan dan partisipasi masyarakat.

Pasal 96

(1) Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis dalam setiap
tahapan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
(2) Pemberian masukan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara daring dan/atau luring.
(3) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan orang perseorangan atau
kelompok orang yang terdampak langsung dan/atau mempunyai kepentingan atas
materi muatan Rancangan Peraturan Perundang-undangan.
(4) Untuk memudahkan masyarakat dalam memberikan masukan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), setiap Naskah Akademik dan/atau Rancangan Peraturan Perundang-
undangan, dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.
(5) Dalam melaksanakan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pembentuk Peraturan
Perundang-undangan menginformasikan kepada masyarakat tentang pembentukan
Peraturan Perundang-undangan.
(6) Untuk memenuhi hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pembentuk Peraturan
Perundang-undangan dapat melakukan kegiatan konsultasi publik melalui:
a. Rapat dengan pendapat umum
b. Kunjungan kerja
c. Seminar,lokakarya,diskusi, dan/atau
d. Kegiatan konsultasi publik lainnya.
(7) Hasil kegiatan konsultasi publik sebagaimana dimaksud pada ayat (6) menjadi bahan
pertimbangan dalam perencanaan,penyusunan dan pembahasan Rancangan Peraturan
Perundang-undangan.
(8) Pemberntukan Peraturan Perundang-undangan dapat menjelaskan kepada masyarakat
mengenai hasil pembahasan masukan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).
(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai partisipasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sampai dengan ayat (8) diatur dalam Peraturan DPR,Peraturan DPD, dan
Peraturan Presiden.

Sejalan dengan apa yang menjadi pengantar dan materi ajar minggu lalu, dikatakan
bahwa dalam tahap Perencanaan, Penyusunan dan Pembahasan perlu adanya partisipasi
masyarakat yang hal ini tertuang dalam bentuk hasil kegiatan konsultasi publik seperti
yang tercantum pada ayat (7).
Dalam ayat (4), peraturan ini menekankan prinsip kertebukaan agar masyarakat lebih
mudah dalam memberikan masukan baik dalam bentuk tertulis maupun lisan. Perubahan
peraturan Pembentukan Perundang-undangan ini jelas terlihat lebih menyesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat dan perubahan zaman, hal ini jelas teruang dalam ayat (2)
yang memberikan opsi media pemberian saran baik secara dari dan/atau luring.
Para pemberntuk Peraturan Perundang-undangan dalam ayat (8) juga ditekan untuk
mengadakan sosialisasi walaupun dalam prosesnya telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan
konsultasi publik. Kemudian, partispasi masyarakat dapat diatur lebih jelas dan spesifik
lagi dalam peraturan-peraturan lain misalnya Peraturan DPR, Peraturan DPD dan
Peraturan Presiden.

Anda mungkin juga menyukai