Anda di halaman 1dari 22

KONSULTASI PUBLIK

NANIK PURWANTI SH., M.POL. ADMIN

ASISTEN DEPUTI BIDANG HUKUM


KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA
JAKARTA, 16 MARET 2016
OUTLINE

Konsultasi publik dalam peraturan


perundang-undangan
Pengertian, tujuan dan manfaat, serta
prinsip konsultasi publik
Memahami keragaman metode konsultasi
publik
Bagaimana prakteknya?
KONSULTASI PUBLIK DALAM PUU

• Undang-undang No. 12 Tahun 2011


tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Pasal 88, 89, 90, &
96)
• Peraturan Presiden No. 87 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 12
Tahun 2011 (Pasal 174 & 175)
KONSULTASI PUBLIK DALAM PUU

Pasal 88 (UU No. 12 Tahun 2011 )


Penyebarluasan dilakukan oleh DPR dan Pemerintah sejak penyusunan Prolegnas,
penyusunan RUU, pembahasan RUU, dan Pengundangan UU
Penyebarluasan dilakukan untuk memberikan informasi dan masukan masyarakat serta
para pemangku kepentingan.
Pasal 89 (UU No. 12 Tahun 2011 )
Penyebarluasan prolegnas dilakukan oleh DPR dan Pemerintah yang dikoordinasikan
oleh alat kelengkapan DPR yang khusus menangani bidang legislasi
Penyebarluasan RUU yang berasal dari DPR dilaksanakan oleh Komisi/panitia/badan/
alat kelengkapan DPR yang khusus menangani bidang legislasi
Penyebarluasan RUU yang berasal dari Presiden dilaksanakan oleh instansi pemrakarsa
sejak penyusunan Prolegnas, penyusunan RUU, pembahasan RUU, dan Pengundangan
UU
KONSULTASI PUBLIK DALAM PUU

Pasal 96 (UU No. 12 Tahun 2011 )


Masyarakat (orang perseorangan atau kelompok orang yang
mempunyai kepentingan atas substansi Rancangan Peraturan
Perundang-undangan) berhak memberikan masukan secara lisan
dan/atau tertulis dalam Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan. Masukan tersebut dapat dilakukan melalui rapat dengar
pendapat umum; kunjungan kerja; sosialisasi; seminar, lokakarya,
dan/atau diskusi.

Untuk memudahkan masyarakat dalam memberikan masukan


secara lisan dan/atau tertulis maka setiap Rancangan Peraturan
Perundang-undangan harus dapat diakses dengan mudah oleh
masyarakat.
KONSULTASI PUBLIK DALAM PUU

Pasal 174 (Perpres No. 87 Tahun 2014)


Penyebarluasan RUU yang berasal dari Presiden dilaksanakan oleh instansi
pemrakarsa
Rancangan yang disebarluaskan merupakan RUU yang sedang dalam proses
penyusunan atau pembahasan
Hasil penyebarluasan RUU dijadikan bahan masukan untuk penyempurnaan
RUU
Pasal 175 (Perpres No. 87 Tahun 2014)
Penyebarluasan RUU dilakukan oleh pemrakarsa dengan cara:
• Mengunggah di dalam sistem informasi peraturan perundang-undangan
kementerian /lembaga pemrakarsa ;
• Menginformasikan RUU di media cetak; dan/atau
• Melaksanakan uji publik, sosialisasi, diskusi, ceramah, lokakarya,
seminar, dan atau pertemuan ilmiah lainnya.
Apa Konsultasi Publik ?
Pengertian Konsultasi Publik

“Kegiatan yang dilakukan dalam bentuk komunikasi dua arah antara


penyusun rancangan peraturan perundang-undangan dengan masyarakat
atau stakeholder yang berkepentingan tehadap suatu rancangan peraturan
perundang-undangan, yang berlangsung dalam setiap tahapan
pembentukan suatu peraturan perundang-undangan, yang bertujuan untuk
mengumpulkan saran, kritik dan pendapat atas suatu rancangan peraturan
perundang-undangan ”
“Proses komunikasi dialogis atau musyawarah antar pihak yang
berkepentingan guna mencapai kesepahaman dan kesepakatan alam
perencanaan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan
umum” (Ps. 1 angka 8 UU No. 2 Tahun 2011 tentang pengadaan tanah bagi
pembangunan untuk kepentingan umum)
Tujuan Konsultasi Publik

• Memberikan informasi kepada masyarakat


terkait adanya peraturan yang akan/sedang
dibentuk
• Memperoleh masukan dan tanggapan dari
masyarakat terkait peraturan yang sedang dibuat
• Agar masyarakat memahami dampak adanya
pengaturan tersebut
Manfaat Konsultasi Publik

 Meningkatkan legitimasi dan efektifitas pelaksanaan


Peraturan perundang-undangan, karena PUU yang
dihasilkan memperoleh dukungan dari para stakeholder
karena mereka terlibat dalam konsultasi publik
 Meningkatkan partisipasi masyarakat
 Konflik vertikal dan horisontal terhadap obyek yang
diatur dalam PUU yang dibuat dapat dicegah, sekaligus
mengurangi biaya sosial yang mungkin timbul akibat
konflik
 Meningkatkan kualitas Peraturan perundang-undangan
 Kepercayaan Masyarakat kepada Pemerintah
Prinsip Konsultasi Publik
Prinsip-prinsip konsultasi publik menurut Prof. Dr. I.B.R Supancana
1.Akses Publik yang seluas-luasnya
Konsultasi publik hendaknya dilakukan segala media yang mudah
dijangkau oleh masyarakat, untuk itu segala media yang tersedia, baik
media lisan, cetak, maupun elektronik harus dimanfaatkan

2.Melibatkan semua pihak yang terkait


Keterlibatan semua pihak terkait akan dapat memetakan berbagai
kepentingan dan aspirasi yang harus dipertimbangkan dalam
penyusunan RUU,sehingga diharapkan dapat meminimalisir kejutan-
kejutan dalam pelaksanaannya

3. Dilakukan secara sistematis dan transparan


Proses pelaksanaan konsultasi publik harus dilakukan secara
transparan, termasuk kesepakatan-kesepakatan yang dicapai dalam
konsultasi pubik sehingga masyarakat percaya bahwa konsultasi
publik tidak semata dilakukan untuk memenuhi persyaratan formal
prosedur saja
Prinsip Konsultasi Publik (2)
4. Dilakukan dalam jangka waktu yang memadai
Konsultasi publik hendaknya dilakukan dalam jangka waktu yang memadai.Jangka
waktu yang memadai sangat variatif, tergantung dari materi dan kompleksitas
permasalahan yang akan diatur

5. Dilakukan sedini mungkin/dari awal proses penyusunan


Konsultasi publik juga hendaknya dilakukan dari awal pada saat suatu rancangan
Undang-undang sedang disusun.

6. Ketepatan identifikasi target


Ketepatan identifikasi target grup akan mempengaruhi hasil pemetaan permasalahan
dan solusinya yang akan diatur dalam suatu peraturan perundang-undangan.
Konsultasi publik hendaknya melibatkan pihak yang paling terkena dampak dari
peraturan perundang-undangan yang akan dibuat
Metode Konsultasi Publik
1.Konsultasi informal
Konsultasi informal merupakan pendekatan dalam konsultasi publik
yang lebih fleksibel, dilakukan dengan berbagai cara seperti melalui
pertemuan informal, telepon, atau surat menyurat.Metode ini meliputi
semua bentuk kontak yang bersifat diskretif, ad hoc dan tidak berstandar
antara regulator dengan kelompok yang terkena dampak.

2. Penginformasian dan komentar publik


Metode ini dilakukan dengan penyebaran informasi yang biasanya terdiri
dari: informasi latar belakang, termasuk rancangan peraturan
perundang-undangan yang sedang disusun, tujuan peraturan
perundang-undangan dan permasalahan yang ingin diatasi, analisis
dampak dan altenatif solusinya. Lebih terbuka dan insklusif karena
semua pihak yang berkepentingan mempunyai kesempatan untuk
mengetahui dan memberikan komentar terhadap suatu rancangan
peraturan perundang-undangan
Metode Konsultasi Publik (2)

3. Dengar pendapat umum


Dengar pendapat umum adalah suatu bentuk
pertemuan umum terkait dengan draft peraturan
perundang-undangan dimana semua kelompok dan
pihak-pihak yang berkepentingan dapat
menyampaikan komentarnya secara pribadi atau
kelompok. Biasanya melengkapi prosedur konsultasi
publik yang lain. Yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaannya adalah kejelian dalam memili pihak
yang dimintakan pendapatnya serta pengawalan atas
substansi yang disampaikan agar dapat terakomodasi
dengan baik.
Bagaimana Prakteknya?
1. Kementerian/Lembaga/ Pemerintah Daerah sangat menyadari pentingnya
konsultasi publik dalam penyusunan RPUU disamping karena amanat UU
No. 12 Tahun 2011 dan Perpres No. 87 Tahun 2014, keseriusan tersebut
dibuktikan dengan adanya pengaturan lebih lanjut di masing-masing
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah mengenai mekanisme
konsultasi publik. Sebagai contoh :
* Peraturan Daerah Propinsi Lampung Nomor 8 Tahun 2012
* Keputusan DKN Nomor: SKN.02/DKN-KP/2012 tentang Protokol Konsultasi
Publik

2. Kementerian/Lembaga/ Pemerintah Daerah telah melakukan konsultasi


publik. Dalam prakteknya metoda konsultasi publik yang dipakai bervariatif
dengan menggabungkan beberapa metoda dengan memanfaatkan
berbagai jenis media. Beberapa metoda yang dipakai yaitu FGD, Lokakarya,
rapat, pertemuan konsultasi. Selain itu juga memanfaatkan media cetak
dan elektronik.
Contoh Konsultasi Publik dengan membuka akses di Portal Web
Kementerian/Lembaga
Contoh Konsultasi Publik secara langsung dengan stakeholder
Bagaimana Prakteknya (2)
3. Menurut Khopiatuziadah S.Ag, M.A., LL.M (Sekretariat
Jenderal DPR, dimuat dalam jurnal Rechts Vinding) pada
Prakteknya selama ini untuk RUU yang diajukan oleh DPR
telah dilakukan konsultasi publik.
Pada tahap penyiapan draft Naskah Akademik dan RUU sdh
dilakukan konsultasi publik karena :
a) Dilakukan brainstorming dengan para akademisi pada tahap
awal penyiapan draft NA dan Sese
RUU. Hasil brainstorming ini
menjadi dasar untuk menyusun draft NA dan RUU
b) Draft NA dan RUU yang sudah tersusun tersebut dilakukan
uji publik, untuk menyempurnakan draft yang sudah ada
c) Draft NA dan RUU yang sudah disempurnakan tersebut
dilakukan konsultasi publik melalui RDPU dan Kunjungan
Kerja yang dilaksanakan oleh Komisi atau Alat Kelengkapan
DPR
Bagaimana Prakteknya (3)

4. Kajian OECD mengenai Reformasi Regulasi Indonesia


yang dikeluarkan pada bulan September 2012
menyampaikan bahwa UU No. 12 Tahun 2011 dan
Perpres No. 87 Tahun 2014 akan memperbesar
peluang publik untuk berkontribusi dalam penyusunan
proposal regulasi, namun demikian regulasi tersebut

tidak memberikan pedoman formal mekanisme
konsultasi publik. Hal ini yang menyebabkan
perbedaan dan tidak adanya standar dalam melakukan
konsultasi publik, sehingga tidak ada petunjuk yang
pasti bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya
Peluang dan tantangan

1. Belum adanya pedoman mengenai konsultasi publik yang


mengikat DPR/DPRD dan Pemerintah, sebagai pedoman
dalam pelaksanaan konsultasi publik sehingga masyarakat
mengetahui tindak lanjut hasil konsultasi publik yang
telah dilakukan. Pedoman tersebut juga akan mengawal
proses hasil konsultasi publik.

2. Disparitas demografi dan heterogenitas budaya dan adat


istiadat masyarakat Indonesia merupakan tantangan
dalam melakukan konsultasi publik terutama untuk
konsultasi publik terkait dengan peraturan perundang-
undangan yang menyangkut masyarakat yang sangat luas
Peluang dan tantangan (2)

3. Kesadaran masyarakat akan haknya semakin tinggi, menuntut Pihak pembuat


Peraturan perundang-undangan untuk lebih melibatkan masyarakat dalam
proses penyusunannya.

4. Dalam Era keterbukaan yang ditunjang kemajuan teknologi informasi, maka


semua proses pengambilan kebijakan harus dilakukan secara transparan
dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi yang ada.

Anda mungkin juga menyukai