Anda di halaman 1dari 19

MENGOLAH ASPIRASI PUBLIK DALAM

RANCANGAN UNDANG-UNDANG

SUHARIYONO AR
Peran Masyarakat

• Prapembentukan (UU P3 dan Perpres 68);

• Pembentukan (UU P3, Tatib DPR, dan Perpres 68);

• Pascapembentukan (pemohon ke MK/demo)


UU P3

• Pembentukan peraturan perundang-undangan adalah proses pembuatan


perundang-undangan yang pada dasarnya dimulaidari perencanaan,
persiapan, teknik penyusunan, penyusunan, pembahasan, pengesahan,
pengundangan dan penyebarluasan (Pasal 1 angka 1).

• Dalam membentu Peraturan Perundang-undangan harus berdasarkan


asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang baik yang
meliputi (Pasal 5)
a. kejelasan tujuan
b. kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat.
c. Kesesuaian antara jenis dan materi muatan
d. Dapat dilaksanakan
e. Kedayagunaandan kehasilgunaan
f. Kejelasan rumusan, dan
g. Keterbukaan.
Pasal 22 UU P3

(1) Penyebarluasan rancangan undang-undang yang berasal


dari Dewan Perwakilan Rakyat dilaksanakan oleh Sekretariat
Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat.

(2) Penyebarluasan rancangan undang-undang yang berasal


dari Presiden dilaksanakan oleh instansi pemrakarsa.
Pasal 30 UU P3

(1) Penyebarluasan rancangan peraturan daerah yang berasal dari


Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dilaksanakan oleh
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

(2) Penyebarluasan rancangan peraturan daerah yang berasal dari


Gubernur atau Bupati/Walikota dilaksanakan oleh sekretaris
daerah.
Maksud Penyebaran

• Maksud “Penyebarluasan” adalah agar khalayak ramai mengetahui


adanya rancangan undang-undang yang sedang dibahas di Dewan
Perwakilan Rakyat guna memberikan masukan atas materi yang
dibahas.

• Penyebarluasan dilakukan baik melalui media elektronik seperti televisi,


radio, internet, maupun media cetak seperti surat kabar, majalah dan
edaran.
Pasal 53 UU P3

Masyarakat berhak memberikan masukan secara


lisan maupun tertulis dalam rangka penyiapan atau
pembahasan rancangan peraturan daerah.

***
Hak masyarakat dalam ketentuan ini dilaksanakan sesuai dengan
Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah
Pasal 5 Perpres

(1) Pemrakarsa dalam menyusun Rancangan


Undang-Undang dapat terlebih dahulu menyusun Naskah
Akademik mengenai materi yang akan diatur dalam
Rancangan Undang-Undang.

(2) Penyusunan Naskah Akademik dilakukan oleh


Pemrakarsa bersama-sama dengan Departemen yang
tugas dan tanggung jawabnya dibidang peraturan
perundang-undangan dan pelaksanaannya dapat
diserahkan kepada perguruan tinggi atau pihak ketiga
lainnya yang mempunyai keahlian untuk itu.
Naskah Akademik tersebut sekurang-kurangnya memuat dasar
filosofis,sosiologis, yuridis, pokok dan lingkup materi yang diatur.
Pasal 10 ayat (5) Perpres

(5) dalam pembahasan Rancangan Undang-Undang di tingkat


Panitia Antardepartemen, Pemrakarsa dapat pula mengundang
para ahli dari lingkungan perguruan tinggi atau organisasi
dibidang sosial, politik, profesi, dan kemasyarakatan lainnya
sesuai dengan kebutuhan dalam penyusunan Rancangan
Undang-Undang.
Pasal 13 Perpres

(1) Dalam rangka penyempurnaan Rancangan Undang-


Undang, Pemrakarsa menyebarluaskan Rancangan
Undang-Undang kepada masyarakat.

(2) Hasil penyebarluasan dijadikan bahan oleh Panitia


Antardepartemen untuk penyempurnaan Rancangan
Undang-Undang
Pasal 22 Perpres

(1) Untuk kelancaran pengharmonisan, pembulatan dan


pemantapan konsepsi Rancangan Undang-Undang, Menteri
pengkoordinasikan pembahasan konsepsi tersebut dengan
pejabat yang berwenang mengambil keputusan, ahli hukum,
dan/atau perancang peraturan perundang-undangan dari
Lembaga Pemrakarsa dan lembaga terkait lainnya.

(2) Apabila dipandang perlu, koordinasi dilakukan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dan pula melibatkan perguruan tinggi
dan atau organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (5)
Pasal 41 Perpres

(1) Dalam rangka penyiapan dan pembahasan Rancangan


Undang-Undang, masyarakat dapat memberikan masukan
kepada Pemrakarsa.

(2) Masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan


dengan menyampaikan pokok-pokok materi yang diusulkan.

(3) Masyarakat dalam memberikan masukan harus menyebutkan


identitas secara lengkap dan jelas.
Rperpu, RPP, RPerpres ?

• Untuk RPerpu tidak berlaku ketentuan


penyusunanRUU (pelibatan masyarakat);

• Untuk RPPdan RPerpres Mutatis mutandis


berlaku penyusunanRUU [lihat Pasal 39 ayat (2)dan
Pasal 40 ayat (2)].
Tatib DPR.8/2006-2006

Pasal 126
Setelah RUU diterima DPR dari Presiden,
penyebarluasan RUU dilaksanakan oleh
instansi pemrakarsa.
Tatib DPR.8/2006-2006

Pasal 135
• Penyebarluasan RUU yang telah disetujui oleh rapat
paripurna dilakukan oleh Sekjen DPR.
• Penyebarluasan dilakukan melalui Kantor Berita Nasional
dan media massa.
Tatib DPR.8/2006-2006

Pasal 137 ayat (2)


Dalam pembicaraan tingkat I dapat :
a. Diadakan rapat dengan pendapat atau rapat dengar pendapat
umum;

b. Diundang pimpinan lembaga negara atau lembaga lain apabila


materi RUU berkaitan dengan lembaga negara atau lembaga
lain; dan/atau

c. Diadakan rapat intern


Partisipasi masyarakat (dalamTatib)
Pasal 141
1. Dalam rangka pembahasan RUU, masyarakat berhak memberikan masukan secara
lisan dan tertulis kepada DPR;

2. masukan secara tertulis disampaikan kepada pimpinan DPR dengan menyebutkan


identitas yang jelas;

3. Pimpinan meneruskan masukan tersebut kepada alat kelengkapan DPR yang


menyiapkan RUU dalam jangka paling lambat 7 hari;

4. Dalam hal pemberian masukan dilakukan secara lisan, pimpinan alat kelengkapan
menentukan waktu pertemuan dan jumlah yang diundang dalam pertemuan;

5. Pimpinan alat kelengkapan menyampaikan undangan kepada orang yang diundang;

6. Pertemuan dapat dilakukan dalam bentuk RDPU, pertemuan dengan alat kelengkapan,
atau pertemuan dengan pimpinan alat kelengkapan didampingi oleh beberapa anggota
yang terlibat dalam penyiapan RUU;

7. Hasil pertemuan menjadi bahan masukan terhadap RUU yang sedang dipersiapkan.
Partisipasi masyarakat (dalamTatib).

Pasal 142
1. Dalam rangka pembahasan RUU, masyarakat berhak memberikan masukan secara
lisan dan tertulis;
2. Masukan secara tertulis disampaikan kepada pimpinan DPR dengan menyebutkan
identitas yang jelas sebelum pembicaraan tingkat II;
3. Pimpinan meneruskan masukan tersebut kepada alat kelengkapan DPR yang
menyiapkan RUU dalam jangka paling lambat 7 hari.
4. Dalam hal pemberian masukan dilakukan secara lisan, pimpinan alat kelengkapan
menentukan waktu pertemuan dan jumlah yang diundang dalam pertemuan;
5. Pimpinan alat kelengkapan menyampaikan undangan kepada orang yang diundang;
6. Pertemuan dapat dilakukan dalam bentuk RDPU, pertemuan dengan alat
kelengkapan, atau pertemuan dengan pimpinan alat kelengkapan didampingi oleh
beberapa anggota yang terlibat dalam penyiapan RUU;
7. Masukan yang disampaikan dalam bentuk tertulis ditujukan kepada alat kelengkapan
yan bertugas membahas RUU dengan tembusan kepada Pimpinan DPR;
8. Hasil pertemuan dan masukan tertulis menjadi bahan masukan terhadap RUU yang
sedang dibahas dengan Presiden
Partisipasi masyarakat (dalamTatib).

Pasal 143
1. Selain masukan dari masyarakat, alat kelengkapan yang
menyiapkan atau membahas RUU dapat melakukan kegiatan
untuk mendapatkan masukan dari masyarakat.

2. Kegiatan tersebut dapat berupa RDPU, seminar, atau kegiatan


sejenis,dan kunjungan;

3. Kegatian tersebut dilakukan dengan memperhatikan jadwal


kegiatan DPR dan anggaran yang disediakan.

Anda mungkin juga menyukai