Ki Hajar Dewantara
Hasil dari pendidikan tersebut yang jelas adalah adanya perubahan pada
subyek-subyek pendidikan itu sendiri. Katakanlah dengan bahasa yang
sederhana demikian, ada perubahan dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari
yang tidak mengerti menjadi mengerti. Tetapi perubahan-perubahan yang
terjadi setelah proses pendidikan itu, tentu saja tidak sesempit itu. Karena
perubahan-perubahan itu menyangkut aspek perkembangan jasmani dan
rohani juga.
Model pendidikan yang dihasilkan pendidikan sekarang ini
hanyalah siap untuk memenuhi kebutuhan zaman dan bukannya
bersikap kritis terhadap zamannya. Hal ini menyebabkan para
penerus bangsa kita kini telah tercabut dari akar-akar budaya nya
sendiri (seperti di dunia Timur/Asia).
Bukankah kita telah sama-sama melihat bagaimana kaum muda zaman ini begitu
gandrung dengan hal-hal yang berbau Barat?
Oleh karena itu maka strategi pendidikan di
Indonesia harus terlebur dalam “strategi
kebudayaan Asia”, sebab Asia kini telah
berkembang sebagai salah satu kawasan penentu
yang strategis dalam bidang ekonomi, sosial,
budaya bahkan politik internasional.
Faktor-faktor yang menyebabkan kualitas pendidikan di
Indonesia semakin terpuruk, adalah :
Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita
yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah,
buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar,
pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih
banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki
perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.
2. Rendahnya Kesejahteraan Guru
Dengan adanya UU Guru dan Dosen, barangkali kesejahteraan guru dan dosen (PNS) agak lumayan. Pasal
10 UU itu sudah memberikan jaminan kelayakan hidup. Tapi, kesenjangan kesejahteraan guru swasta dan
negeri menjadi masalah lain yang muncul. Di lingkungan pendidikan swasta, masalah kesejahteraan
masih sulit mencapai taraf ideal.
3. Rendahnya Prestasi Siswa
Pada masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, meraih prestasi terbaik bukanlah hal yang
mudah. Sebab tantangan yang dihadapinya sangat jauh berbeda dibandingkan saat belum ada
wabah virus korona. Hal ini karena aktifitas fisik interaksi dan sesama manusia serba dibatasi,
sehingga menyebabkan proses untuk meraih prestasi tidak bisa berjalan dengan maksimal.
Dalam bidang pendidikan, adanya wabah Covid-19 ini menyebabkan terjadinya perubahan
sistem pembelajaran tatap muka di kelas menjadi pembelajaran jarak jauh di rumah.
4. Mahalnya Biaya Pendidikan
Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang
harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari
Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki
pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah.
Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang
menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). MBS di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai
sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite
Sekolah/Dewan Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan dengan adanya unsur
pengusaha.
Solusi
• Solusi sistemik
• Solusi teknis
Solusi Sistemik
Solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan.
Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa.
“Pendidikan dari seorang manusia tidak akan pernah selesai sampai dia mati”. –Robert E. Lee
Panjang Umur Guru Indonesia !!!