MODUL
PENGENALAN BIOENERGI
Oleh :
Erick Hutrindo
2015
Hak Cipta :
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas ijin-Nya kegiatan penyusunan Modul Diklat Teknis Bidang Bioenergi
dapat diselesaikan. Penyusunan Modul Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi ini
merupakan kegiatan Tahun Anggaran 2015 untuk mendukung dan
melengkapi perangkat diklat dengan harapan agar peserta/pembaca
modul dapat belajar mandiri.
Modul Pengenalan Bioenergi ini ditulis oleh Erick Hutrindo, S.T, M.T.
dengan tujuan agar setelah membaca modul ini peserta diklat/pembaca
memahami pengetahuan umum dasar bioenergi.
Harapan kami, semoga modul yang telah disusun ini bermanfaat dalam
upaya meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan sikap kerja bagi para
peserta diklat atau para pembaca pada khususnya.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB IV MATERI POKOK III .................................................................... 34
BAHAN BAKU BIOENERGI ..................................................................... 34
A. Bahan Baku Bioenergi Padat/Biomassa .......................................... 34
B. Bahan Baku Bioenergi Cair / Bbn (Biofuel)...................................... 36
C. Bahan Baku Bioenergi Gas / Biogas ............................................... 38
D. Rangkuman ..................................................................................... 39
E. Evaluasi ........................................................................................... 40
BAB V PENUTUP ................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 43
KUNCI JAWABAN ................................................................................... 44
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bioenergi adalah energi yang dihasilkan dari materi organik yang
umumnya berasal dari mahluk hidup atau yang dikenal sebagai biomassa.
Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki potensi biomassa yang sangat
besar dalam bentuk limbah pertanian, perkebunan, industri pengolah hasil
hutan atau bahkan limbah organik perkotaan. Di sisi lain, sebagai negara
kepulauan dengan luas lautan yang besar, Indonesia juga sangat
potensial untuk mengembangkan sumber biomassa untuk bioenergi
lainnya seperti algae. Besarnya potensi yang tersedia diharapkan dapat
membantu memenuhi kebutuhan energi nasional yang tren-nya terus
semakin meningkat.
1
pada 2050, tentu bioenergi akan menjadi salah satu sumber energi yang
diandalkan dalam memenuhi target tersebut.
B. Deskripsi Singkat
Modul Pengenalan Bioenergi ini mencakup pembelajaran mengenai
pengetahuan umum dasar tentang bioenergi yang meliputi: trend
perkembangan energi dan peran bioenergi, jenis dan kegunaan bioenergi,
serta bahan baku yang potensial untuk dimanfaatkan sebagai sumber
bioenergi. Selanjutnya seluruh materi ini akan dibahas secara terstruktur
dan sistematis, sehingga dapat mempermudah peserta diklat atau
pembaca dalam mempelajari dan memahami substansi yang akan
disampaikan.
C. Manfaat Modul
Manfaat modul ini bagi peserta diklat atau pembaca adalah untuk
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan umum dasar mengenai
bioenergi, yang meliputi: trend perkembangan energi dan peran bioenergi,
jenis dan kegunaan bioenergi, serta bahan baku bioenergi.
2
D. Tujuan Pembelajaran
D.1 Hasil Belajar
Setelah membaca modul ini peserta diklat atau pembaca diharapkan
mampu menjelaskan mengenai pengenalan bioenergi yang berisi
pengetahuan umum dasar bioenergi.
3
D. Studi Kasus
E. Evaluasi
4
BAB II
MATERI POKOK I
TREN PERKEMBANGAN ENERGI DAN PERAN BIOENERGI
IEA memprediksikan bahwa konsumsi energi final dunia akan terus naik
dan diperkirakan akan mencapai angka 10 ribu – 12 ribu MTOE di tahun
2035. Angka ini diperoleh dengan asumsi pertumbuhan kebutuhan energi
rata-rata sebesar 1,2% hingga tahun 2020 dan selanjutmya akan
melambat menjadi 1% setelah tahun 2020. Hal ini terjadi karena didorong
oleh beberapa faktor utama, seperti: membaiknya ketahanan energi,
semakin gencarnya upaya-upaya konservasi energi, penetrasi teknologi
yang lebih efisien serta penerapan kebijakan-kebijakan terkait lingkungan
yang lebih ketat.
5
Sumber: IEA, 2014
Gambar 2.1 Konsumsi Energi Final Dunia (dalam MTOE)
Apabila kita cermati lebih dalam, pada tahun 2012 terlihat bahwa
konsumsi energi final dunia mencapai hampir 9 ribu MTOE, dan lebih dari
80% dari konsumsi energi dunia merupakan penggunaaan bahan bakar
fosil. Meski terjadi peningkatan kebutuhan pada jenis energi lain,
kebutuhan akan bahan bakar fosil masih terus mendominasi profil
konsumsi energi dunia hingga tahun 2012.
Dari sisi suplai energi, IEA juga mencatat terjadinya peningkatan pasokan
energi dunia lebih dari dua kali lipat dalam kurun waktu empat dekade dari
tahun 1971 hingga 2012. Di tahun 1971, pasokan energi dunia mendekati
6 ribu MTOE yang meningkat menjadi 13 ribu MTOE pada tahun 2012.
Hampir dari seluruh jenis energi mengalami peningkatan pertumbuhan.
Secara umum energi terbarukan yang memberikan kontribusi yang cukup
signifikan dalam bauran energi dunia adalah air serta bioenergi dan
sampah. Namun diperkirakan bahwa energi terbarukan lainnya akan terus
berkembang dan menggantikan peran dari energi fosil, terutama
menggantikan ketergantungan dunia terhadap bahan bakar minyak bumi.
6
Sumber: IEA, 2014
Gambar 2.2 Total Pasokan Energi Primer Dunia (dalam MTOE)
7
Sistem energi dunia telah selama satu abad bergantung pada
penggunaan bahan bakar fosil. Teknologi dan mesin untuk mengonversi
bahan bakar fosil telah banyak tersedia secara komersial di pasaran
dengan usia ekonomonis yang relatif panjang. Hal ini merupakan salah
satu faktor yang menjadi penyebab dominasi bahan bakar fosil dan
bahkan cenderung sulit untuk menggeser teknologi yang telah menyebar
ke seluruh belahan dunia. Sumber energi yang juga mengalami
peningkatan dalam bauran energi dunia adalah batubara dan gas bumi.
Bauran batubara meningkat menjadi 29% di tahun 2012, sementara
bauran gas mencapai 21%.
Dunia pada saat ini sedang merasakan kurangnya pasokan energi fosil
untuk memenuhi permintaan yang ada. Penurunan pasokan bahan bakar
fosil tersebut dipicu oleh eksploitasi besar-besaran sumber energi ini.
Angka cadangan minyak bumi dunia semakin menurun. Selain itu, bahan
bakar fosil merupakan sumber energi yang tidak terbarukan sehingga
penurunan produksi bahan bakar fosil di masa mendatang harus dapat
diantisipasi dengan mencari alternatif sumber energi lain. Meskipun
produksi minyak dunia diproyeksikan akan meningkat dari 11 juta barrel
per hari di tahun 2012 menjadi 98 juta barrel per hari di tahun 2035,
keberlangsungan sumber energi fosil ini menjadi isu utama. Secara
alamiah dengan menipisnya cadangan dan meingkatnya permintaan maka
harga energi fosil akan terus meningkat.
8
termasuk Negara-negara yang masih bergantung pada batubara sebagai
sumber energi utama.
9
Energi terbarukan merupakan energi alternatif yang muncul untuk
menjawab tantangan lingkungan dalam penyediaan energi. Energi
terbarukan mencoba memanfaatkan sumber daya alam yang ada untuk
menghasilkan energi. Energi ini dapat bersumber dari angin, matahari,
sungai/aliran air, samudera dan bioenergi. Meski sumber daya energi
terbarukan tersedia melimpah, pemanfaatannya belum dapat
dimaksimalkan. Pemanfaatan energi terbarukan dalam bauran energi
dunia di tahun 2012 masih di bawah 15%.
10
lebih dari tiga kali lipat di tahun 2035 dibandingkan dengan produksi di
tahun 2012. Sedangkan pemanfaatan bioenergi untuk pembangkit listrik
dunia juga diperkirakan akan terus meningkat. Berbagai data
perencanaan dan kebijakan energi beberapa Negara di belahan dunia
yang ditabulasi oleh IEA menunjukkan hingga tahun 20250 bahwa
kecenderungan pertumbuhan produksi listrik dunia yang dihasilkan oleh
bioenergi akan meningkat tajam sebagaimana disajikan pada Gambar 2.4.
Bahkan sebaran wilayahnya akan menjadi lebih luas dibandingkan
dengan kondisi saat ini.
11
Meski Indonesia telah menjadi negara pengimpor minyak, bauran energi
di Indonesia masih menunjukkan dominasi minyak bumi. Di tahun 2004,
proporsi bakar fosil dalam bauran energi nasional adalah sebesar 57.1%.
Proporsi bahan bakar fosil sepuluh tahun kemudian, yaitu pada tahun
2014 menurun menjadi 48% namun masih tetap menjadi sumber energi
utama di Indonesia (seperti terlihat pada gambar 2.5). Dampak yang
paling utama dari dominasi bahan bakar fosil dalam bauran energi
nasional adalah tingginya biaya impor minyak yang dikeluarkan oleh
negara untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar dalam negeri dan subsidi
yang harus dikeluarkan pemerintah.
12
mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Namun,
pemilihan batubara sebagai alternatif sumber energi setelah bahan bakar
fosil kurang sejalan dengan komitmen Indonesia terhadap mitigasi
perubahan iklim. Indonesia telah mengeluarkan komitmen untuk
menurunkan emisi sebesar 26% dengan anggaran sendiri dan 41%
dengan tambahan bantuan internasional. Pembangunan pembangkit listrik
tenaga batubara yang masif tentunya akan menjadi penghalang
terwujudnya target penurunan emisi tersebut.
Rasio elektrifikasi Indonesia pada tahun 2014 adalah sebesar 84.35% dan
angka ini akan terus meningkat. Hal ini akan berdampak pada semakin
tingginya kebutuhan akan energi di masa yang akan datang seiring
dengan semakin meningkatnya akses penduduk terhadap listrik. Di tahun
2014, total kapasitas terpasang di Indonesia mencapai 53.6 GW dengan
produksi listrik sebesar 228 TWh (Statistik PLN, 2015). Sektor rumah
tangga merupakan sektor pengonsumsi listrik terbesar (43%) diikuti oleh
industri (33%). Untuk pembangkit listrik, bauran energi didominasi oleh
batubara dengan proporsi sebesar 53% diikuti oleh gas 24% dan bahan
bakar fosil 12%. Panas bumi, tenaga air dan energi baru terbarukan (EBT)
yang lainnya hanya berkontribusi sebesar 10% terhadap bauran energi
ketenagalistrikan nasional seperti terlihat pada gambar 2.6 di bawah ini.
13
Dari bauran energi di atas, terlihat bahwa EBT masih belum banyak
termanfaatkan. EBT merupakan salah satu strategi mitigasi perubahan
iklim utama di sektor energi sesuai mandat Peraturan Presiden Nomor 61
Tahun 2011. Sumber daya air adalah jenis EBT yang paling maju
dibandingkan jenis EBT yang lain. Hingga saat ini, Indonesia telah
membangun PLTA dengan total kapasitas terpasang 8.111 MW dari total
potensi hidro Indonesia yang diperkirakan sebesar 75.000 MW. Angka ini
menunjukkan bahwa Indonesia baru memanfaatkan 10% dari potensi
sumber daya air yang ada. Pemanfaatan bioenergi untuk pembangkit
listrik juga masih sangat rendah. Bioenergi memiliki potensi sebesar
32.000 MW, namun baru 5.4% dari potensi tersebut yang termanfaatkan
(seperti terlihat pada tabel 2.1).
14
Tabel 2.2 Capaian Pembangkit Listrik Berbasis Bioenergi Tahun 2013
15
C. Rencana Pengembangan dan Pemanfaatan Bioenergi Nasional
Kebijakan Energi Nasional (KEN) memandatkan bauran EBT sebesar
minimal 23% di tahun 2025 dan minimal 31% di tahun 2050 (seperti
terlihat pada gambar 2.8). Dengan bauran energi primer tahun 2013 yang
hanya 8%, dibutuhkan upaya terpadu untuk dapat mencapai target EBT
KEN tersebut. Bioenergi sebagai salah satu bentuk EBT, kedepannya
akan menjadi jenis energi terbarukan yang memberikan kontribusi bauran
DEWAN ENERGI NASIONAL
tertinggi dibandingkan dengan jenis EBT lainnya.
BAURAN ENERGI NASIONAL S.D. 2050
(%)
Minyak
2013 Gas Alam
Batubara
Energi baru 2025
8% terbarukan
30%
30% 23%
44%
22%
18% 25%
2030 2050
30% 25%
25% 31%
24%
23%
22% 20%
14
Sumber: Paparan DEN 2014
Gambar 2.8 Target Bauran Energi Primer dalam KEN
16
Peta jalan pemanfaatan bioenergi juga melakukan proyeksi terhadap
pasokan bahan bakar nabati nasional untuk melihat mampu tidaknya
pasokan biodiesel nasional memenuhi kebutuhan. Simulasi yang
dilakukan ternyata menunjukkan bahwa kebutuhan biodiesel nasional
masih dapat dipenuhi hingga tahun 2015 (seperti terlihat pada gambar
2.9). Dan pada tahun 2020, Indonesia membutuhkan tambahan sekitar 2
juta kL biodiesel untuk memenuhi kebutuhan biodiesel nasional.
17
dengan harga Rp 1.150/kwh jika terinterkoneksi pada tegangan
menengah dan RP 1.500/kwh pada tegangan rendah. PLTBg dibeli
dengan harga Rp 1.050/kwh jika terkoneksi pada tegangan menengah
dan Rp 1.400/kwh pada tegangan rendah. Harga jual ini masih
dikalikan dengan faktor geografis lokasi pembangkit yang berada
dalam kisaran 1 – 1.6.
18
Tabel 2.4 Target pemanfaatan bioethanol
D. Rangkuman
1. Tren kebutuhan energi dunia terus meningkat dengan pertumbuhan
rata-rata 1-1.2% per tahun, dimana pasokan energi utamanya masih
bergantung pada sumber-sumber energi fosil.
2. Energi baru terbarukan (EBT) merupakan alternatif sumber pasokan
energi dunia. Namun kontribusi EBT di dunia saat ini masih tergolong
rendah yakni masih di bawah 15%.
3. Bioenergi merupakan salah satu jenis EBT yang dianggap paling
potensial untuk dikembangkan di dunia mengingat ketersedianya di
berbagai belahan bumi. Namun, perkembangan bioenergi belum
begitu signifikan. Bauran bioenergi masih tetap 10%, belum berubah
sejak empat dekade yang lalu.
4. Indonesia yang saat ini menjadi negara pengimpor minyak harus
mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil sebagai
sumber energi. Penggunaan batubara sebagai sumber energi kedua
perlu dikurangi mengingat dampak lingkungan yang diakibatkan oleh
sumber energi konvensional ini. EBT, termasuk didalamnya bioenergi
harus dikembangkan di Indonesia karena potensinya besar, sifatnya
terbarukan dan ramah lingkungan.
19
5. Meski potensi bioenergi di Indonesia sangat besar, penggunaannya
masih sangat terbatas. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal seperti
teknologi, keberlanjutan pasokan bahan baku serta persaingan dengan
bahan bakar konvensional. Pemerintah telah menyusun sejumlah
rencana pemanfaatan bioenergi termasuk penyediaan insentif untuk
mengembangkan pemanfaatan bioenergi.
E. Studi Kasus
Beberapa literatur menyatakan bahwa kendala pengembangan bioenergi
adalah keberlanjutan suplai bahan bakunya dan harga yang tidak bersaing
dibandingkan dengan jenis energi fosil. Jelaskan solusi yang dapat
dilakukan untuk mengatasi kondisi tersebut.
Jawab:
Bahan baku bioenergi utamanya berasal dari: limbah atau sampah, dan
tanaman yang dibudidayakan. Limbah yang potensial untuk dijadikan
bahan baku bioenergi diantaranya adalah limbah pertanian/perkebunan/
sampah kota/peternakan. Untuk menjamin keberlanjutan suplai bahan
baku dari jenis limbah ini dapat dilakukan dengan mensinergikan berbagai
program pengembangan pertanian/peternakan/perkebunan dengan
program pengembangan energi nasional dalam jangka panjang.
Sedangkan keberlanjutan suplai atau pasokan bahan baku bioenergi dari
jenis tanaman yang dibudidayakan akan lebih terjamin selama kriteria
tanaman yang dipilih memenuhi syarat-syarat tanaman kebun energi
(chemurgi) seperti: tanaman dengan laju pertumbuhan cepat, tidak banyak
cabang, dapat tumbuh dari tunggul, dan seterusnya.
Sedangkan harga bioenergi yang saat belum bisa bersaing dengan jenis
energi lainnya, khususnya energi fosil, solusi yang dapat dilakukan antara
lain adalah dengan menerapkan skema feed in tariff (FiT), pembebasan
20
terhadap bea masuk dan pajak peralatan, mekanisme perdagangan
karbon (tradeable green certificate), renewable obligation, dan lain-lain.
Catatan: Peserta diharapkan dapat menjelaskan/menjabarkan butir-butir
penjelasan di atas dengan lebih terperinci.
F. Evaluasi
1. Pada saat ini kebutuhan energi dunia utamanya dipasok oleh jenis
energi:
a. Batubara
b. Minyak bumi
c. Natural gas
d. Bioenergi
e. Energi terbarukan
21
4. Target pemanfaatan biodiesel dalam campuran solar untuk sektor
transportasi di tahun 2025 adalah:
a. 10%
b. 15%
c. 20%
d. 25%
e. 30%
22
BAB III
MATERI POKOK II
JENIS DAN KEGUNAAN BIOENERGI
A. Jenis Bioenergi
Bioenergi merupakan salah satu bentuk energi terbarukan yang
bersumber dari bahan-bahan organik yang berasal dari hewan maupun
tumbuhan. Bahan-bahan organik yang dimaksud dapat bersumber dari
berbagai jenis tanaman yang dibudidayakan dalam kebun energi, dan dari
limbah/sampah organik (berupa sisa-sisa kayu dari pengolahan, sampah
rumah tangga, kotoran hewan, gas yang dihasilkan oleh sampah serta gas
metana yang berasal dari fasilitas pengolahan limbah cair). Indonesia
memiliki banyak sekali jenis bahan baku bioenergi (biodiversitas) dan
sebarannya hampir merata di seluruh wilayah Indonesia dengan volume
yang relatif besar. Ini merupakan suatu sumber yang sangat potensial
untuk mendukung sistem penyediaan energi nasional dalam jangka
panjang.
Bioenergi merupakan salah satu jenis energi baru terbarukan (EBT). Ada
beberapa hal yang membedakan bioenergi dari jenis EBT lainnya (seperti
terlihat pada tabel 3.1). Sebagai contoh sebagian besar sumber bioenergi
berasal dari hasil aktivitas manusia seperti perkebunan, kehutanan, dan
sebagainya. Sedangkan jenis EBT lain seperti surya, bayu, dan air banyak
bergantung pada alam. Selain itu, bioenergi dapat disimpan dalam jangka
23
waktu tertentu sebelum digunakan dan ditransportasikan, sedangkan jenis
EBT lainnya harus dimanfaatkan di lokasi.
24
matahari untuk menghasilkan karbohidrat dan oksigen. Semua
tumbuhan di bumi tercipta melalui proses ini. Hewan yang
mengonsumsi tumbuhan bahkan hewan karnivora secara tidak
langsung bergantung pada proses fotosintesis.
Proses fotosintesis diperkirakan memproduksi sekitar 220 juta ton
kering biomassa setiap tahunnya. Angka ini diperkirakan setara
dengan beberapa kali lipat jumlah kebutuhan energi dunia.
Bentuk paling sederhana dari biomassa adalah penggunaan kayu
bakar sebagai bahan baku untuk memasak. Dalam perkembangannya,
jenis biomassa makin beragam dan merambah ke pertanian,
sisa/sampah industri, sampah rumah tangga, peternakan dan
sebagainya.
2. Bioenergi cair (biofuel)
Biofuel atau bahan bakar nabati adalah sumber bahan bakar cair yang
berasal dari bahan organik serta produk sampingannya. Biofuel sangat
sering diasosiasikan sebagai bahan bakar kendaraan, namun dalam
kenyataannya biofuel tidak hanya digunakan untuk kendaraan saja,
namun juga digunakan sebagai bahan bakar untuk generator maupun
untuk memasak.
Biofuel generasi pertama biasanya dimulai dengan campuran antara
biofuel dalam jumlah yang kecil dengan bahan bakar konvensional. Di
Indonesia, Pemerintah telah menetapkan target biofuel hingga tahun
2025 melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 25 Tahun 2013.
Peraturan ini menargetkan penggunaan campuran biodiesel (B100),
bioetanol (E100) dan minyak nabati murni (O100) dengan bahan bakar
konvensional dengan pangsa antara 20% - 30%.
3. Bioenergi gas (biogas)
Biogas merupakan jenis gas yang kaya akan metana yang berasal dari
proses anaeorb (tanpa udara) dari sampah-sampah organik. Biogas
dapat berasal dari kotoran hewan maupun residu pertanian. Untuk
25
keperluan memasak, biogas dapat langsung digunakan dengan
menggunakan kompor konvensional bertekanan rendah.
Biogas digunakan untuk berbagai tujuan. Di pedesaan, sebuah
digester kecil dapat menghasilkan biogas untuk keperluan memasak
sebuah keluarga. Digester berskala besar dapat digunakan untuk
menghasilkan listrik, uap, produk kimia serta bahan bakar kendaraan.
B. Kegunaan Bioenergi
Terdapat berbagai cara atau teknologi untuk memproduksi bioenergi.
Bioenergi dihasilkan berdasarkan jenis atau tipe biomassa dan jenis
bioenergi yang akan dihasilkan. Beberapa proses produksi bioenergi
terbilang sangat sederhana dan dapat dimanfaatkan secara langsung,
seperti penggunaan kayu bakar untuk keperluan memasak. Namun, ada
juga jenis bioenergi yang membutuhkan proses yang cukup kompleks
untuk diproduksi, misalnya penggunaan alga untuk menghasilkan bahan
bakar nabati (BBN) sbagai pengganti bahan bakar kendaraan. Alga
membutuhkan kondisi lingkungan tertentu serta proses produksi yang
canggih untuk dapat digunakan sebagai BBN.
26
1. Biopower, yaitu energi listrik yang dihasilkan dari bahan baku
berbasis biomassa (seperti terlihat pada gambar 3.1). Biomassa
padat dapat digunakan secara terpisah atau digunakan bersama
dengan bahan bakar lain (co-fire), seperti batubara, dalam ruang
pembakaran yang sama untuk selanjutnya membangkitkan
biopower.
BBN dalam bentuk pure plant oil (PPO) dapat digunakan secara
langsung atau digunakan secara bersamaan dengan BBM sebagai
bahan bakar PLTD untuk menghasilkan biopower. Pemanfaatan
POME (Palm Oil Mills Effluent) dari pengolahan kelapa sawit untuk
pembangkit listrik juga dapat dikategorikan sebagai biopower
(seperti terlihat pada gambar 3.2).
27
2. Bioheat, yakni panas yang dihasilkan dari bahan baku biomassa.
Penggunaan panas ini dapat sebagai dryer (pengering) berbagai
proses di industri, memasak atau pemanas ruangan di musim
dingin pada rumahtangga. Bahan baku yang digunakan biasanya
adalah biomassa padat dan teknologi ang digunakan adalah
teknologi pembakaran (combustion). Biomassa dibakar pada ruang
bakar, panas yang dihasilkan dipindahkan ke fluida lain (dapat
berwujud cair atau gas) yang akan digunakan untuk mengeringkan
berbagai proses di industri.
3. Biomass combined heat and power, yaitu teknik kogenerasi
(cogeneration) energi listrik untuk pembangkit listrik serta termal
pada proses pemanasan dan pendinginan di sektor industri dan
komersial dengan menggunakan biomassa (seperti terlihat pada
gambar 3.3).
28
5. Biobriket adalah produk-produk komersial dan industri yang
mengolah biomassa menjadi bahan bakar padat. Contoh: pellet
biomassa, briket biomassa dan lain-lain.
P
E
N
B B
I I G
O O
M E G
A N U
TEKNOLOGI
PEMANFAAT
PERALATAN
KONVERSI
S E N
S
A R A
G
I A
K
H
I
Gambar 3.4 Skema Pemanfaatan Bioenergi R
29
2. Konversi termokimia
Pada proses termokimia ada beberapa teknologi yang dapat
digunakan seperti pengarangan (torefaksi, karbonisasi), pirolisis,
gasifikasi, esterifikasi, liquefaction dan lain-lain. Hasil keluaran dari
proses ini dapat berbentuk bahan bakar padat, syn-gas dan bahan
bakar cair (biofuel). Proses termokimia biasa juga disebut dengan
proses termal (panas).
3. Konversi biokimia
Pada proses ini ada beberapa teknologi yang digunakan seperti:
landfill, anaerob digestion, fermentasi dan lain-lain (seperti terlihat
pada gambar 3.5). Hasil keluarannya berupa bahan bakar cair dan
biogas. Proses ini sering juga disebut dengan proses dingin.
30
C. Rangkuman
1. Karakteristik bioenergi dibandingkan dengan energi terbarukan lainnya
sangat berbeda. Perbedaan utamanya adalah bahwa bahan baku
bioenergy harus diusahakan oleh manusia (bergantung pada manusia)
sedangkan energi terbarukan lainnya sangat bergantung pada alam;
2. Kelebihan bioenergi dibandingkan dengan energi terbarukan lainnya
adalah dapat disimpan dan ditransportasikan;
3. Bioenergi berdasarkan bentuknya dibagi menjadi 3 macam yaitu
bioenergi padat (biomassa), bioenergi cair (biofuel) dan bioenergi gas
(biogas);
4. Bioenergi tidak hanya dapat digunakan untuk menghasilkan listrik saja.
Dalam aplikasinya, bioenergi dapat dimanfaatkan untuk memasak,
kogenerasi, bahan bakar kendaraan maupun bahan bakar padat;
5. Teknologi konversi biomassa menjadi bioenergi dapt dikelompokkan
menjadi: pembakaran langsung, konversi termokimia dan konversi
biokimia.
D. Studi Kasus
Coba anda amati dan pelajari proses pembuatan CPO pada Pabrik
Kelapan Sawit (PKS). Coba Anda buat skematik pemanfaatan limbah atau
produk dari PKS tersebut yang dapat dimanfaatkan unutk memproduksi
bioenergi.
31
Jawab:
E. Evaluasi
1. Berikut ini adalah bentuk keluaran dari proses konversi biomassa,
kecuali:
a. Biopower
b. Biobriket
c. Bioheat
d. CHP
e. Bioproduct
32
2. Kelebihan bioenergi dibandingkan jenis energi terbarukan lainnya
adalah:
a. Gratis
b. Dapat disimpan
c. Sangat bergantung pada alam
d. Tersedia sepanjang waktu
e. Semua jawaban salah
33
BAB IV
MATERI POKOK III
BAHAN BAKU BIOENERGI
34
Gambar 4.1 Contoh Residu/Limbah Pertanian
35
2. Parameter fisika, yang meliputi: berat, densitas (berat jenis), wujud
biomassa (padat, cair, gas), viskositas, titik nyala, tingkat kelarutan
(solubilitas), kemamputerbakaran (kombastabilitas), kalor jenis, bentuk
fisik, titik leleh serta hubungan temperatur-viskositas.
3. Parameter kimia, yang meliputi: nilai kalor dan komposisi unsur
penyusun biomassa, baik analisa proksimasi (uap air, materi volatil,
karbon terikat dan abu) maupun analisa ultimasi/kandungan unsur
penyusun biomassa (C, H, O, N, S dan abu).
Umumnya biomassa dikonversi menjadi bioenergi dengan menggunakan
proses termokimia. Semakin tinggi nilai kalori biomassa, maka semakin
tinggi energi yang dikandungnya. Umumnya kadar abu dan uap air yang
tinggi pada biomassa tidak dikehendaki apabila proses konversi yang
akan digunakan adalah proses termokimia. Namun demikian, biomassa
dengan kadar uap air tinggi masih dapat diekstraksi energinya
menggunakan proses biokimia seperti landfill atau anaerob digestion yang
nantinya akan menghasilkan biogas yang kaya akan gas metana.
36
4. Sisa-sisa kegiatan memasak. Minyak jelantah akhir akhir ini juga sudah
mulai sering digunakan sebagai bahan biofuel. Sejumlah kegiatan-
kegiatan berskala kecil berusaha mengumpulkan minyak jelantah dari
kegiatan-kegiatan memasak rumah tangga dan memroses minyak
tersebut menjadi sumber bahan bakar kendaraan. Kegiatan ini telah
dirintis di Bogor dan Yogyakarta.
Gambar 4.2 Kemiri Sunan sebagai Salah Satu Bahan Baku Biofuel
37
yang akan datang. Dari sisi terlihat bahwa dalam pengembangan biofuel,
ketergantungan terhadap peran sentral manusia sangat dibutuhkan.
38
Gambar 4.3 Kotoran Ternak sebagai Bahan Baku Biogas
D. Rangkuman
1. Sumber bahan baku biomassa antara lain: limbah pertanian, sampah
rumah tangga/industri serta limbah kehutanan. Biomassa umumnya
dimanfaatkan atau dikonversi menjadi bioenergi dengan
menggunakan proses termokimia.
2. Sumber bahan baku biofuel adalah tanaman dengan kandungan gula
(tebu, bit gula dan sorgum), tanaman yang mengandung
pati/polisakarida (jagung), tanaman dengan kadar minyak nabati tinggi
(sawit, kedelai, alga dan jarak), serta sisa sisa kegiatan memasak
(minyak jelantah). Pemanfaatan biofuel yang paling umum dilakukan
adalah melalui proses fermentasi yang menghasilkan alkohol dan
ester.
3. Sumber bahan baku biogas adalah tempat pengolahan limbah cair,
kotoran hewan dan tempat pembuangan sawah. Penggunaan digester
bersifat vital untuk dapat mengumpulkan gas metana dan
menyalurkannya untuk proses pembakaran.
39
E. Evaluasi
1. Bahan baku bioenenergi padat yang potensial untuk proses termokimia
utamanya adalah berupa limbah dari:
a. Industri tahu
b. Peternakan sapi
c. Rumah jagal
d. Pertanian
e. POME
3. Bahan baku untuk memproduksi biogas yang kaya akan gas methane
melalui proses anaerob digestion adalah:
a. Ranting pohon
b. POME
c. Limbah plastik
d. Sampah kaca
e. Semua jawaban salah
40
5. Tanaman yang potensial untuk dijadikan bahan baku bioethanol
adalah, kecuali:
a. Tebu
b. Jagung
c. Sorgum
d. Kelapa sawit
e. Semua pilihan salah
41
BAB V
PENUTUP
42
DAFTAR PUSTAKA
43
KUNCI JAWABAN
44