Anda di halaman 1dari 51

;

MODUL
PENGENALAN BIOENERGI

MENDUKUNG DIKLAT TEKNIS


PENGENALAN BIOENERGI

Oleh :
Erick Hutrindo

KEMENTERIAN ENERGI SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KETENAGALISTRIKAN, ENERGI BARU,
TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

2015
Hak Cipta :

Pada Pusdiklat Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan,


dan Konservasi Energi

Cetakan 1 Tahun 2015

Dilarang mengutip sebagian ataupun seluruh buku ini dalam


bentuk apapun tanpa izin dari penerbit

Pusdiklat Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan


Konservasi Energi.
Jl. Poncol Raya, No. 39, Ciracas. Jakarta Timur. 13740
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas ijin-Nya kegiatan penyusunan Modul Diklat Teknis Bidang Bioenergi
dapat diselesaikan. Penyusunan Modul Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi ini
merupakan kegiatan Tahun Anggaran 2015 untuk mendukung dan
melengkapi perangkat diklat dengan harapan agar peserta/pembaca
modul dapat belajar mandiri.

Modul Pengenalan Bioenergi ini ditulis oleh Erick Hutrindo, S.T, M.T.
dengan tujuan agar setelah membaca modul ini peserta diklat/pembaca
memahami pengetahuan umum dasar bioenergi.

Kami selaku Pimpinan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ketenagalistrikan,


Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah
menyumbangkan pikiran, tenaga dan waktu sehingga penyusunan modul
ini dapat terwujud sesuai dengan harapan kita semua. Kritik dan saran
yang membangun sangat kami butuhkan untuk kesempurnaan modul ini
dimasa yang akan datang.

Harapan kami, semoga modul yang telah disusun ini bermanfaat dalam
upaya meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan sikap kerja bagi para
peserta diklat atau para pembaca pada khususnya.

Jakarta, Juli 2015


Kepala,

Dra. Indriyati, M.M.


NIP 19571023 198403 2 001

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Deskripsi Singkat ............................................................................... 2
C. Manfaat Modul................................................................................... 2
D. Tujuan Pembelajaran ........................................................................ 3
D.1 Hasil Belajar ............................................................................... 3
D.2 Indikator Hasil Belajar ................................................................ 3
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ................................................. 3
BAB II MATERI POKOK I ......................................................................... 5
TREN PERKEMBANGAN ENERGI DAN PERAN BIOENERGI ................ 5
A. Profil Energi Dunia ............................................................................ 5
B. Profil Energi Nasional ...................................................................... 11
C. Rencana Pengembangan dan Pemanfaatan Bioenergi Nasional.... 16
D. Rangkuman ..................................................................................... 19
E. Studi Kasus ..................................................................................... 20
F. Evaluasi ........................................................................................... 21
BAB III MATERI POKOK II ..................................................................... 23
JENIS DAN KEGUNAAN BIOENERGI .................................................... 23
A. Jenis Bioenergi ................................................................................ 23
B. Kegunaan Bioenergi ........................................................................ 26
C. Rangkuman ..................................................................................... 31
D. Studi Kasus ..................................................................................... 31
E. Evaluasi ........................................................................................... 32

ii
BAB IV MATERI POKOK III .................................................................... 34
BAHAN BAKU BIOENERGI ..................................................................... 34
A. Bahan Baku Bioenergi Padat/Biomassa .......................................... 34
B. Bahan Baku Bioenergi Cair / Bbn (Biofuel)...................................... 36
C. Bahan Baku Bioenergi Gas / Biogas ............................................... 38
D. Rangkuman ..................................................................................... 39
E. Evaluasi ........................................................................................... 40
BAB V PENUTUP ................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 43
KUNCI JAWABAN ................................................................................... 44

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Potensi dan Realisasi EBT di Indonesia ................................14


Tabel 2.2 Capaian Pembangkit Listrik Berbasis Bioenergi Tahun
2013 .......................................................................................15
Tabel 2.3 Target Pencampuran Biodiesel ..............................................18
Tabel 2.4 Target pemanfaatan bioethanol .............................................19
Tabel 3.1 Karakteristik Bioenergi Dibandingkan dengan EBT yang
Lain ........................................................................................24

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konsumsi Energi Final Dunia (dalam MTOE) ..................... 6


Gambar 2.2 Total Pasokan Energi Primer Dunia (dalam MTOE) ........... 7
Gambar 2.3 Bauran Energi Tahun 1973 dan 2012 Dunia ...................... 7
Gambar 2.4 Bauran Energi Tahun 1973 dan 2012 Dunia .....................11
Gambar 2.5 Bauran energi Indonesia 2004 dan 2014 ...........................12
Gambar 2.6 Bauran Energi Pembangkit Listrik Nasional.......................13
Gambar 2.7 Produksi Biofuel di Indonesia ............................................15
Gambar 2.8 Target Bauran Energi Primer dalam KEN ..........................16
Gambar 2.9 Proyeksi Produksi vs Kebutuhan Biodiesel di
Indonesia ...........................................................................17
Gambar 3.1 Biopower dari Pembakaran Biomassa ...............................27
Gambar 3.2 Biopower dari Palm Oil Mill Effluent (POME) .....................27
Gambar 3.3 Skematik Combine Heat Power (CHP) ..............................28
Gambar 3.4 Skema Pemanfaatan Bioenergi .........................................29
Gambar 3.5 Teknologi Konversi Biomassa ...........................................30
Gambar 3.6 Skematik Pemanfaatan Limbah PKS menjadi
Bioenergi ...........................................................................32
Gambar 4.1 Contoh Residu/Limbah Pertanian ......................................35
Gambar 4.2 Kemiri Sunan sebagai Salah Satu Bahan Baku Biofuel .....37
Gambar 4.3 Kotoran Ternak sebagai Bahan Baku Biogas ....................39

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bioenergi adalah energi yang dihasilkan dari materi organik yang
umumnya berasal dari mahluk hidup atau yang dikenal sebagai biomassa.
Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki potensi biomassa yang sangat
besar dalam bentuk limbah pertanian, perkebunan, industri pengolah hasil
hutan atau bahkan limbah organik perkotaan. Di sisi lain, sebagai negara
kepulauan dengan luas lautan yang besar, Indonesia juga sangat
potensial untuk mengembangkan sumber biomassa untuk bioenergi
lainnya seperti algae. Besarnya potensi yang tersedia diharapkan dapat
membantu memenuhi kebutuhan energi nasional yang tren-nya terus
semakin meningkat.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang


Kebijakan Energi Nasional (KEN), pemanfaatan biomassa yang
merupakan salah satu sumber energi terbarukan diarahkan untuk sektor
ketenagalistrikan dan sektor transportasi. Data dari Direktorat Jenderal
Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (DJEBTKE) menyebutkan
bahwa Indonesia memiliki potensi biomassa untuk membangkitkan energi
listrik sekitar 32 GW per tahun. Namun demikian, dari potensi yang besar
tersebut, hingga tahun 2014 baru terpasang sekitar 1,74 GW atau 5,4%
dari total potensi yang ada. Sementara untuk sektor transportasi,
pemanfaatan bioenergi diarahkan untuk mensubstitusi BBM, yaitu:
biodiesel untuk mensubstutusi BBM jenis solar dan bioethanol untuk
mensubstitusi BBM jenis bensin. Kontribusi kedua jenis bahan bakar cair
ini, yang dikenal juga dengan istilah bahan bakar nabati (BBN),
diharapkan dapat mencapai 25% dalam campuran BBM sektor
transportasi pada tahun 2025. Selanjutnya dengan target bauran energi
terbarukan dalam KEN yang mencapai 23% pada tahun 2025 dan 31%

1
pada 2050, tentu bioenergi akan menjadi salah satu sumber energi yang
diandalkan dalam memenuhi target tersebut.

Dalam rangka mendukung program dan kegiatan pemanfaatan bioenergi


di masa yang akan datang, diperlukan diseminasi dan penyebaran
informasi kepada seluruh pemangku kepentingan. Hal ini penting
dilakukan untuk menyamakan persepsi sehingga diharapkan program
dapat berjalan secara efektif, efisien dan tepat sasaran. Melalui
Pendidikan dan Pelatihan Teknis Pengenalan Bioenergi, diharapkan dapat
mengingkatkan dan membekali peserta diklat, khususnya aparatur
pemerintah, dengan informasi dan pengetahuan yang memadai di bidang
bioenergi. Modul ini disusun dalam rangka mendukung diklat dimaksud,
khususnya untuk mata diklat pengenalan bioenergi.

B. Deskripsi Singkat
Modul Pengenalan Bioenergi ini mencakup pembelajaran mengenai
pengetahuan umum dasar tentang bioenergi yang meliputi: trend
perkembangan energi dan peran bioenergi, jenis dan kegunaan bioenergi,
serta bahan baku yang potensial untuk dimanfaatkan sebagai sumber
bioenergi. Selanjutnya seluruh materi ini akan dibahas secara terstruktur
dan sistematis, sehingga dapat mempermudah peserta diklat atau
pembaca dalam mempelajari dan memahami substansi yang akan
disampaikan.

C. Manfaat Modul
Manfaat modul ini bagi peserta diklat atau pembaca adalah untuk
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan umum dasar mengenai
bioenergi, yang meliputi: trend perkembangan energi dan peran bioenergi,
jenis dan kegunaan bioenergi, serta bahan baku bioenergi.

2
D. Tujuan Pembelajaran
D.1 Hasil Belajar
Setelah membaca modul ini peserta diklat atau pembaca diharapkan
mampu menjelaskan mengenai pengenalan bioenergi yang berisi
pengetahuan umum dasar bioenergi.

D.2 Indikator Hasil Belajar


Setelah membaca modul ini peserta diklat atau pembaca diharapkan
dapat menjelaskan mengenai pengenalan bioenergi yang meliputi:
1. Tren Perkembangan Energi dan Peran Bioenergi
2. Jenis dan Kegunaan Bioenergi, dan
3. Bahan Baku Bioenergi.

E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok


Materi Pokok dan Sub Materi Pokok pada modul ini akan disajikan
sebagaimana diuraikan berikut ini:

BAB II MATERI POKOK I


TREN PERKEMBANGAN ENERGI DAN PERAN BIOENERGI
A. Profil Energi Dunia
B. Profil Energi Nasional
C. Rencana Pengembangan dan Pemanfaatan Bioenergi Nasional
D. Rangkuman
E. Studi Kasus
F. Evaluasi

BAB III MATERI POKOK II


JENIS DAN KEGUNAAN BIOENERGI
A. Jenis Bioenergi
B. Kegunaan Bioenergi
C. Rangkuman

3
D. Studi Kasus
E. Evaluasi

BAB IV MATERI POKOK III


BAHAN BAKU BIOENERGI
A. Bahan Baku Bioenergi Padat / Biomassa
B. Bahan Baku Bioenergi Cair / BBN (Biofuel)
C. Bahan Baku Bioenergi Gas / Biogas
D. Rangkuman
E. Evaluasi

4
BAB II
MATERI POKOK I
TREN PERKEMBANGAN ENERGI DAN PERAN BIOENERGI

Indikator hasil belajar:


Setelah mengikuti materi pokok ini peserta diklat/pembaca
diharapkan dapat menjelaskan tentang:
1. Profil energi dunia
2. Profil energi nasional
3. Rencana nasional pemanfaatan bioenergi

A. Profil Energi Dunia


Kebutuhan energi primer dunia diperkirakan akan terus meningkat
sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk dunia serta pertumbuhan
ekonomi dunia. International Energy Agency (IEA) mencatat peningkatan
konsumsi energi dunia sebesar dua kali lipat dalam kurun waktu empat
dekade dari tahun 1971 hingga tahun 2012, dimana minyak bumi masih
menjadi tumpuan dan energi fosil masih berada pada porsi terbesar dalam
bauran energi dunia sebagaimana ditampilkan pada gambar 2.1 dan
gambar 2.2.

IEA memprediksikan bahwa konsumsi energi final dunia akan terus naik
dan diperkirakan akan mencapai angka 10 ribu – 12 ribu MTOE di tahun
2035. Angka ini diperoleh dengan asumsi pertumbuhan kebutuhan energi
rata-rata sebesar 1,2% hingga tahun 2020 dan selanjutmya akan
melambat menjadi 1% setelah tahun 2020. Hal ini terjadi karena didorong
oleh beberapa faktor utama, seperti: membaiknya ketahanan energi,
semakin gencarnya upaya-upaya konservasi energi, penetrasi teknologi
yang lebih efisien serta penerapan kebijakan-kebijakan terkait lingkungan
yang lebih ketat.

5
Sumber: IEA, 2014
Gambar 2.1 Konsumsi Energi Final Dunia (dalam MTOE)

Apabila kita cermati lebih dalam, pada tahun 2012 terlihat bahwa
konsumsi energi final dunia mencapai hampir 9 ribu MTOE, dan lebih dari
80% dari konsumsi energi dunia merupakan penggunaaan bahan bakar
fosil. Meski terjadi peningkatan kebutuhan pada jenis energi lain,
kebutuhan akan bahan bakar fosil masih terus mendominasi profil
konsumsi energi dunia hingga tahun 2012.

Dari sisi suplai energi, IEA juga mencatat terjadinya peningkatan pasokan
energi dunia lebih dari dua kali lipat dalam kurun waktu empat dekade dari
tahun 1971 hingga 2012. Di tahun 1971, pasokan energi dunia mendekati
6 ribu MTOE yang meningkat menjadi 13 ribu MTOE pada tahun 2012.
Hampir dari seluruh jenis energi mengalami peningkatan pertumbuhan.
Secara umum energi terbarukan yang memberikan kontribusi yang cukup
signifikan dalam bauran energi dunia adalah air serta bioenergi dan
sampah. Namun diperkirakan bahwa energi terbarukan lainnya akan terus
berkembang dan menggantikan peran dari energi fosil, terutama
menggantikan ketergantungan dunia terhadap bahan bakar minyak bumi.

6
Sumber: IEA, 2014
Gambar 2.2 Total Pasokan Energi Primer Dunia (dalam MTOE)

Bauran energi di tahun 1973 apabila dibandingkan dengan tahun 2012,


pasokan energi primer dunia tidak begitu banyak berubah (gambar 2.3).
Meski bauran energi bahan bakar fosil menurun cukup tajam, namun
bahan bakar fosil masih mendominasi bauran energi di tahun 2012.
Batubara dan gas alam menunjukkan peningkatan persentasi dalam
bauran energi dalam kurun waktu empat dekade. Sementara, bauran
bioenergi tetap dalam kisaran 10% dari total bauran pasokan energi
primer dunia.

Sumber: IEA, 2014


Gambar 2.3 Bauran Energi Tahun 1973 dan 2012 Dunia

7
Sistem energi dunia telah selama satu abad bergantung pada
penggunaan bahan bakar fosil. Teknologi dan mesin untuk mengonversi
bahan bakar fosil telah banyak tersedia secara komersial di pasaran
dengan usia ekonomonis yang relatif panjang. Hal ini merupakan salah
satu faktor yang menjadi penyebab dominasi bahan bakar fosil dan
bahkan cenderung sulit untuk menggeser teknologi yang telah menyebar
ke seluruh belahan dunia. Sumber energi yang juga mengalami
peningkatan dalam bauran energi dunia adalah batubara dan gas bumi.
Bauran batubara meningkat menjadi 29% di tahun 2012, sementara
bauran gas mencapai 21%.

Dunia pada saat ini sedang merasakan kurangnya pasokan energi fosil
untuk memenuhi permintaan yang ada. Penurunan pasokan bahan bakar
fosil tersebut dipicu oleh eksploitasi besar-besaran sumber energi ini.
Angka cadangan minyak bumi dunia semakin menurun. Selain itu, bahan
bakar fosil merupakan sumber energi yang tidak terbarukan sehingga
penurunan produksi bahan bakar fosil di masa mendatang harus dapat
diantisipasi dengan mencari alternatif sumber energi lain. Meskipun
produksi minyak dunia diproyeksikan akan meningkat dari 11 juta barrel
per hari di tahun 2012 menjadi 98 juta barrel per hari di tahun 2035,
keberlangsungan sumber energi fosil ini menjadi isu utama. Secara
alamiah dengan menipisnya cadangan dan meingkatnya permintaan maka
harga energi fosil akan terus meningkat.

Batubara muncul sebagai alternatif sumber energi utama yang ke


depannya diharapkan mampu berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan
energi dunia. IEA memproyeksikan kenaikan produksi batubara sebesar
15% di tahun 2035 terhadap produksi di tahun 2011. Batubara menjadi
pilihan selanjutnya setelah minyak bumi karena faktor biaya. Biaya
produksi untuk menghasilkan energi dari batubara dianggap sangat
murah. Negara-negara maju seperti Australia dan Amerika Serikat

8
termasuk Negara-negara yang masih bergantung pada batubara sebagai
sumber energi utama.

Eksploitasi besar-besaran sumber sumber energi yang tidak terbarukan


seperti batubara dan minyak bumi akan berujung pada masalah
ketersediaan. Sumber-sumber energi ini tidak terbarukan sehingga jumlah
cadangannya akan semakin berkurang. Pertanyaan selanjutnya
mengemuka terkait berapa banyak cadangan yang tersisa dan sampai
kapan kita bisa menggunakan batubara dan minyak bumi sebagai sumber
energi kita. Kebutuhan energi yang terus meningkat tentunya
membutuhkan pasokan energi yang lebih banyak juga.

Kendala lain yang dihadapi terkait penggunaan sumber-sumber energi


yang tidak terbarukan seperti batubara dan minyak bumi adalah dampak
penggunaannya terhadap perubahan iklim. Batubara dan minyak bumi
merupakan bahan bakar dengan konten karbon yang sangat tinggi.
Pembakaran batubara dan minyak bumi melepaskan gas rumah kaca
(GRK) dalam jumlah yang besar.

Intergovernmental Panel of Climate Change (IPCC), lembaga sains dunia


untuk perubahan iklim, telah dengan jelas menegaskan bahwa penyebab
perubahan iklim yang dirasakan saat ini adalah emisi dari aktivitas
manusia (anthropogenic emissions). Penggunaan bahan bakar fosil dan
batu bara dianggap memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap
perubahan iklim. Dengan tekanan dari berbagai negara untuk melakukan
mitigasi terhadap perubahan iklim, setiap negara didorong untuk mulai
mencari alternatif sumber sumber energi yang lebih ramah lingkungan dan
terbarukan.

9
Energi terbarukan merupakan energi alternatif yang muncul untuk
menjawab tantangan lingkungan dalam penyediaan energi. Energi
terbarukan mencoba memanfaatkan sumber daya alam yang ada untuk
menghasilkan energi. Energi ini dapat bersumber dari angin, matahari,
sungai/aliran air, samudera dan bioenergi. Meski sumber daya energi
terbarukan tersedia melimpah, pemanfaatannya belum dapat
dimaksimalkan. Pemanfaatan energi terbarukan dalam bauran energi
dunia di tahun 2012 masih di bawah 15%.

Rendahnya pemanfaatan energi terbarukan dibanding batubara dan


minyak bumi dipengaruhi oleh berbagai hal, misalnya biaya produksi
energi terbarukan yang masih kurang kompetitif dibandingkan dengan
batubara dan minyak bumi serta dukungan kebijakan energi yang masih
lemah di sejumlah negara. Selain itu, teknologi pemanfaatan energi
terbarukan belum semaju teknologi pemanfaatan batubara dan minyak
bumi. Meski dengan awal yang lambat, IEA memproyeksikan bahwa
energi terbarukan akan memiliki pertumbuhan paling cepat terutama
setelah tahun 2020, khususnya penggunaan air dan bayu sebagai
pembangkit listrik. Pemanfaatan energi terbarukan untuk pembangkit
diproyeksikan akan meningkat dua setengah kali di tahun 2035 dari
jumlah energi terbarukan untuk pembangkit yang terpasang saat ini.

Bioenergi sebagai salah satu bentuk energi terbarukan sebenarnya


memiliki potensi yang sangat besar namun kurang termanfaatkan saat ini.
Data statistik menunjukkan bahwa bioenergi sudah dimanfaatkan sejak
beberapa dekade belakangan ini. Hal ini dapat kita maknai bahwa
teknologi bioenergi sudah cukup terbukti handal dalam sistem energi
dunia. Semakin meningkatnya tekanan lingkungan menjadikan bioenergi
sebagai salah satu alternatif sumber energi yang menjanjikan. IEA
memperkirakan adanya peningkatan pemanfaatan bioenergi sebesar 40%
di tahun 2035. Produksi bahan bakar nabati diprediksi akan meningkat

10
lebih dari tiga kali lipat di tahun 2035 dibandingkan dengan produksi di
tahun 2012. Sedangkan pemanfaatan bioenergi untuk pembangkit listrik
dunia juga diperkirakan akan terus meningkat. Berbagai data
perencanaan dan kebijakan energi beberapa Negara di belahan dunia
yang ditabulasi oleh IEA menunjukkan hingga tahun 20250 bahwa
kecenderungan pertumbuhan produksi listrik dunia yang dihasilkan oleh
bioenergi akan meningkat tajam sebagaimana disajikan pada Gambar 2.4.
Bahkan sebaran wilayahnya akan menjadi lebih luas dibandingkan
dengan kondisi saat ini.

Sumber: IEA, 2014


Gambar 2.4 Tabulasi Perencanaan dan Kebijakan Energi Beberapa
Negara Dunia

B. Profil Energi Nasional


Sebelum tahun 2004, Indonesia merupakan salah satu negara
pengekspor minyak di dunia dan tergabung dalam organisasi negara
pengekspor minyak (OPEC). Sejak tahun 2004, Indonesia menjadi negara
pengimpor minyak. Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan akan
minyak bumi dan produk turunannya di Indonesia terus meningkat, namun
tidak diikuti dengan kenaikan pasokan minyak bumi yang diproduksi dari
dalam negeri.

11
Meski Indonesia telah menjadi negara pengimpor minyak, bauran energi
di Indonesia masih menunjukkan dominasi minyak bumi. Di tahun 2004,
proporsi bakar fosil dalam bauran energi nasional adalah sebesar 57.1%.
Proporsi bahan bakar fosil sepuluh tahun kemudian, yaitu pada tahun
2014 menurun menjadi 48% namun masih tetap menjadi sumber energi
utama di Indonesia (seperti terlihat pada gambar 2.5). Dampak yang
paling utama dari dominasi bahan bakar fosil dalam bauran energi
nasional adalah tingginya biaya impor minyak yang dikeluarkan oleh
negara untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar dalam negeri dan subsidi
yang harus dikeluarkan pemerintah.

Sumber (DEN, 2015)


Gambar 2.5 Bauran Energi Indonesia 2004 dan 2014

Selain minyak bumi, batubara merupakan sumber energi terbesar kedua


di Indonesia. Jika di tahun 2004, proporsi batu bara hanya mencapai 17%,
di tahun 2014 bauran batubara meningkat hampir dua kali lipat menjadi
31%. Peran batubara akan semakin vital untuk pemenuhan energi
nasional ke depan dengan adanya program pembangunan 35.000 MW
pembangkit listrik yang sebagian besar merupakan pembangkit listrik
tenaga batubara.

Rencana Indonesia untuk memenuhi kebutuhan energi nasional sudah


sejalan dengan arah pembangunan berkelanjutan yakni dengan

12
mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Namun,
pemilihan batubara sebagai alternatif sumber energi setelah bahan bakar
fosil kurang sejalan dengan komitmen Indonesia terhadap mitigasi
perubahan iklim. Indonesia telah mengeluarkan komitmen untuk
menurunkan emisi sebesar 26% dengan anggaran sendiri dan 41%
dengan tambahan bantuan internasional. Pembangunan pembangkit listrik
tenaga batubara yang masif tentunya akan menjadi penghalang
terwujudnya target penurunan emisi tersebut.

Rasio elektrifikasi Indonesia pada tahun 2014 adalah sebesar 84.35% dan
angka ini akan terus meningkat. Hal ini akan berdampak pada semakin
tingginya kebutuhan akan energi di masa yang akan datang seiring
dengan semakin meningkatnya akses penduduk terhadap listrik. Di tahun
2014, total kapasitas terpasang di Indonesia mencapai 53.6 GW dengan
produksi listrik sebesar 228 TWh (Statistik PLN, 2015). Sektor rumah
tangga merupakan sektor pengonsumsi listrik terbesar (43%) diikuti oleh
industri (33%). Untuk pembangkit listrik, bauran energi didominasi oleh
batubara dengan proporsi sebesar 53% diikuti oleh gas 24% dan bahan
bakar fosil 12%. Panas bumi, tenaga air dan energi baru terbarukan (EBT)
yang lainnya hanya berkontribusi sebesar 10% terhadap bauran energi
ketenagalistrikan nasional seperti terlihat pada gambar 2.6 di bawah ini.

Sumber: Statistik PLN, 2015


Gambar 2.6 Bauran Energi Pembangkit Listrik Nasional

13
Dari bauran energi di atas, terlihat bahwa EBT masih belum banyak
termanfaatkan. EBT merupakan salah satu strategi mitigasi perubahan
iklim utama di sektor energi sesuai mandat Peraturan Presiden Nomor 61
Tahun 2011. Sumber daya air adalah jenis EBT yang paling maju
dibandingkan jenis EBT yang lain. Hingga saat ini, Indonesia telah
membangun PLTA dengan total kapasitas terpasang 8.111 MW dari total
potensi hidro Indonesia yang diperkirakan sebesar 75.000 MW. Angka ini
menunjukkan bahwa Indonesia baru memanfaatkan 10% dari potensi
sumber daya air yang ada. Pemanfaatan bioenergi untuk pembangkit
listrik juga masih sangat rendah. Bioenergi memiliki potensi sebesar
32.000 MW, namun baru 5.4% dari potensi tersebut yang termanfaatkan
(seperti terlihat pada tabel 2.1).

Tabel 2.1 Potensi dan Realisasi EBT di Indonesia


Rasio
Energi Baru Potensi Sumber Kapasitas
No Potensi/Kapasitas
Terbarukan Daya Terpasang
Terpasang

1 Air/hidro 75.000 MW 8.111.00 MW 10.81%


2 Panas bumi 24.975 MW 1.403.50 MW 4.8%
3 Biomassa 32.000 MW 1740.40 MW 5.4%
4 Surya 4.8 kWh/m2/ hari 71.02 MW
5 Bayu dan hibrid 3 – 6 m/det 3.07 MW
6 Laut 61 GW 0.01 MW
7 Uranium 3.000 MW 30.00 MW
Sumber (DEN, 2015)

Portofolio penggunaan bioenergi di Indonesia saat ini menunjukkan


perkembangan yang cukup menggembirakan. Hingga tahun 2013, terjadi
peningkatan penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa, Biogas
dan sampah kota yang cukup signifikan (seperti terlihat pada gambar 2.2).
Total kapasitas terpasang dari pembangkit bioenergi di Indonesia hingg
tahun 2013 adalah 1.716 MW, dimana sebagian besar pembangkit
tersebut adalah pembangkit off grid.

14
Tabel 2.2 Capaian Pembangkit Listrik Berbasis Bioenergi Tahun 2013

Sumber: Statistik EBTKE 2014

Produksi biofuel di Indonesia juga mengalami peningkatan yang cukup


menggembirakan setelah tahun 2010 (seperti terlihat pada gambar 2.7).
Indonesia yang di tahun 2010 memproduksi hanya 243 ribu kL biofuel,
mengalami lonjakan produksi hingga 1.8 juta kL di tahun 2011. Angka
produksi tersebut terus meningkat dan produksi biofuel Indonesia di tahun
2013 mencapai 2.8 juta kL. Produksi biofuel Indonesia lebih banyak yang
digunakan untuk keperluan ekspor dibandingkan untuk konsumsi
domestik. Data produksi biofuel di Indonesia dapat dilihat pada table
berikut:

Sumber: Statistik EBTKE 2014

Gambar 2.7 Produksi Biofuel di Indonesia

15
C. Rencana Pengembangan dan Pemanfaatan Bioenergi Nasional
Kebijakan Energi Nasional (KEN) memandatkan bauran EBT sebesar
minimal 23% di tahun 2025 dan minimal 31% di tahun 2050 (seperti
terlihat pada gambar 2.8). Dengan bauran energi primer tahun 2013 yang
hanya 8%, dibutuhkan upaya terpadu untuk dapat mencapai target EBT
KEN tersebut. Bioenergi sebagai salah satu bentuk EBT, kedepannya
akan menjadi jenis energi terbarukan yang memberikan kontribusi bauran
DEWAN ENERGI NASIONAL
tertinggi dibandingkan dengan jenis EBT lainnya.
BAURAN ENERGI NASIONAL S.D. 2050
(%)
Minyak
2013 Gas Alam
Batubara
Energi baru 2025
8% terbarukan
30%
30% 23%
44%
22%
18% 25%

2030 2050
30% 25%
25% 31%
24%
23%
22% 20%

14
Sumber: Paparan DEN 2014
Gambar 2.8 Target Bauran Energi Primer dalam KEN

Saat ini peta jalan (roadmap) pengembangan dan pemanfaatan biodiesel


telah disusun oleh Kementerian ESDM untuk periode 2013 – 2015. Peta
jalan pemanfaatan biodiesel ini merangkum proyeksi kebutuhan biodiesel
nasional. Kebutuhan biodiesel diperkirakan akan meningkat lebih dari dua
kali lipat di tahun 2020 dibandingkan dengan kebutuhan di tahun 2015.
Kebutuhan biodiesel diprediksi mencapai lebih dari 10 juta kL sedangkan
kebutuhan saat ini baru sekitar 4 juta kL.

16
Peta jalan pemanfaatan bioenergi juga melakukan proyeksi terhadap
pasokan bahan bakar nabati nasional untuk melihat mampu tidaknya
pasokan biodiesel nasional memenuhi kebutuhan. Simulasi yang
dilakukan ternyata menunjukkan bahwa kebutuhan biodiesel nasional
masih dapat dipenuhi hingga tahun 2015 (seperti terlihat pada gambar
2.9). Dan pada tahun 2020, Indonesia membutuhkan tambahan sekitar 2
juta kL biodiesel untuk memenuhi kebutuhan biodiesel nasional.

Sumber: Statistik EBTKE 2014


Gambar 2.9 Proyeksi Produksi vs Kebutuhan Biodiesel di Indonesia

Untuk mendukung tercapainya pemenuhan target kontribusi bioenergi


dalam bauran energi nasional, maka harus diperkuat dengan peraturan-
peraturan dan kebijakan-kebijakan. Pemerintah telah mengeluarkan
sejumlah peraturan-peraturan yang mendukung pengembangan bioenergi
di Indonesia, diantaranya:
1. Peraturan Menteri ESDM Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pembelian
Tenaga Listrik dari PLT Biomassa dan PLT Biogas oleh PT PLN
(Persero). Peraturan ini menjelaskan tentang harga pembelian tenaga
listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) dan
Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg). Oleh PLN, PLTBm dibeli

17
dengan harga Rp 1.150/kwh jika terinterkoneksi pada tegangan
menengah dan RP 1.500/kwh pada tegangan rendah. PLTBg dibeli
dengan harga Rp 1.050/kwh jika terkoneksi pada tegangan menengah
dan Rp 1.400/kwh pada tegangan rendah. Harga jual ini masih
dikalikan dengan faktor geografis lokasi pembangkit yang berada
dalam kisaran 1 – 1.6.

2. Peraturan Menteri ESDM Nomor 20 Tahun 2014 tentang Penyediaan,


Pemanfaatan dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai
Bahan Bakar Lain. Peraturan ini menyampaikan target penggunaan
biofuel (biofuel, bioethanol dan minyak nabati murni) pada tahun 2025
secara komersial di berbagai sektor antara lain: rumah tangga, publik,
industri, komersial, transportasi dan pembangkit listrik. Peraturan ini
juga memberikan beberapa tahapan waktu dan target pencampuran
biofuel dengan bahan bakar konvensional secara progresif,
sebagaimana disajikan pada tabel 2.3 dan 2.4 berikut ini:

Tabel 2.3 Target Pencampuran Biodiesel

18
Tabel 2.4 Target pemanfaatan bioethanol

D. Rangkuman
1. Tren kebutuhan energi dunia terus meningkat dengan pertumbuhan
rata-rata 1-1.2% per tahun, dimana pasokan energi utamanya masih
bergantung pada sumber-sumber energi fosil.
2. Energi baru terbarukan (EBT) merupakan alternatif sumber pasokan
energi dunia. Namun kontribusi EBT di dunia saat ini masih tergolong
rendah yakni masih di bawah 15%.
3. Bioenergi merupakan salah satu jenis EBT yang dianggap paling
potensial untuk dikembangkan di dunia mengingat ketersedianya di
berbagai belahan bumi. Namun, perkembangan bioenergi belum
begitu signifikan. Bauran bioenergi masih tetap 10%, belum berubah
sejak empat dekade yang lalu.
4. Indonesia yang saat ini menjadi negara pengimpor minyak harus
mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil sebagai
sumber energi. Penggunaan batubara sebagai sumber energi kedua
perlu dikurangi mengingat dampak lingkungan yang diakibatkan oleh
sumber energi konvensional ini. EBT, termasuk didalamnya bioenergi
harus dikembangkan di Indonesia karena potensinya besar, sifatnya
terbarukan dan ramah lingkungan.

19
5. Meski potensi bioenergi di Indonesia sangat besar, penggunaannya
masih sangat terbatas. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal seperti
teknologi, keberlanjutan pasokan bahan baku serta persaingan dengan
bahan bakar konvensional. Pemerintah telah menyusun sejumlah
rencana pemanfaatan bioenergi termasuk penyediaan insentif untuk
mengembangkan pemanfaatan bioenergi.

E. Studi Kasus
Beberapa literatur menyatakan bahwa kendala pengembangan bioenergi
adalah keberlanjutan suplai bahan bakunya dan harga yang tidak bersaing
dibandingkan dengan jenis energi fosil. Jelaskan solusi yang dapat
dilakukan untuk mengatasi kondisi tersebut.

Jawab:
Bahan baku bioenergi utamanya berasal dari: limbah atau sampah, dan
tanaman yang dibudidayakan. Limbah yang potensial untuk dijadikan
bahan baku bioenergi diantaranya adalah limbah pertanian/perkebunan/
sampah kota/peternakan. Untuk menjamin keberlanjutan suplai bahan
baku dari jenis limbah ini dapat dilakukan dengan mensinergikan berbagai
program pengembangan pertanian/peternakan/perkebunan dengan
program pengembangan energi nasional dalam jangka panjang.
Sedangkan keberlanjutan suplai atau pasokan bahan baku bioenergi dari
jenis tanaman yang dibudidayakan akan lebih terjamin selama kriteria
tanaman yang dipilih memenuhi syarat-syarat tanaman kebun energi
(chemurgi) seperti: tanaman dengan laju pertumbuhan cepat, tidak banyak
cabang, dapat tumbuh dari tunggul, dan seterusnya.

Sedangkan harga bioenergi yang saat belum bisa bersaing dengan jenis
energi lainnya, khususnya energi fosil, solusi yang dapat dilakukan antara
lain adalah dengan menerapkan skema feed in tariff (FiT), pembebasan

20
terhadap bea masuk dan pajak peralatan, mekanisme perdagangan
karbon (tradeable green certificate), renewable obligation, dan lain-lain.
Catatan: Peserta diharapkan dapat menjelaskan/menjabarkan butir-butir
penjelasan di atas dengan lebih terperinci.

F. Evaluasi
1. Pada saat ini kebutuhan energi dunia utamanya dipasok oleh jenis
energi:
a. Batubara
b. Minyak bumi
c. Natural gas
d. Bioenergi
e. Energi terbarukan

2. Energi terbarukan yang paling besar kontribusinya dalam bauran


energi dunia saat ini adalah:
a. Hydro
b. Panas bumi
c. Bioenergi
d. Surya
e. Angin

3. Kendala pengembangan bioenergi di Indonesia antara lain adalah,


kecuali:
a. Biaya yang belum bersaing dengan bahan bakar fosil
b. Keberlanjutan bahan baku
c. Keandalan teknologi
d. Potensinya besar
e. Bersaing dengan pangan

21
4. Target pemanfaatan biodiesel dalam campuran solar untuk sektor
transportasi di tahun 2025 adalah:
a. 10%
b. 15%
c. 20%
d. 25%
e. 30%

5. Kebijakan Feed in Tariff untuk pembangkit bioenergi yang dikeluarkan


oleh pemerintah bertujuan untuk:
a. Mendorong swasta untuk membangun PLT bioenergi
b. Meningkatkan harga jual energi yang dihasilkan oleh PLT bioenergi
c. Menjamin ketersediaan bahan baku bioenergi
d. Menjamin produksi listrik dari PLT bioenergi
e. Semua pilihan di atas benar

22
BAB III
MATERI POKOK II
JENIS DAN KEGUNAAN BIOENERGI

Indikator hasil belajar :


Setelah mengikuti materi pokok ini peserta diklat/pembaca
diharapkan:
1. Mampu menjelaskan jenis bioenergi
2. Mampu menjelaskan manfaat bioenergi

A. Jenis Bioenergi
Bioenergi merupakan salah satu bentuk energi terbarukan yang
bersumber dari bahan-bahan organik yang berasal dari hewan maupun
tumbuhan. Bahan-bahan organik yang dimaksud dapat bersumber dari
berbagai jenis tanaman yang dibudidayakan dalam kebun energi, dan dari
limbah/sampah organik (berupa sisa-sisa kayu dari pengolahan, sampah
rumah tangga, kotoran hewan, gas yang dihasilkan oleh sampah serta gas
metana yang berasal dari fasilitas pengolahan limbah cair). Indonesia
memiliki banyak sekali jenis bahan baku bioenergi (biodiversitas) dan
sebarannya hampir merata di seluruh wilayah Indonesia dengan volume
yang relatif besar. Ini merupakan suatu sumber yang sangat potensial
untuk mendukung sistem penyediaan energi nasional dalam jangka
panjang.

Bioenergi merupakan salah satu jenis energi baru terbarukan (EBT). Ada
beberapa hal yang membedakan bioenergi dari jenis EBT lainnya (seperti
terlihat pada tabel 3.1). Sebagai contoh sebagian besar sumber bioenergi
berasal dari hasil aktivitas manusia seperti perkebunan, kehutanan, dan
sebagainya. Sedangkan jenis EBT lain seperti surya, bayu, dan air banyak
bergantung pada alam. Selain itu, bioenergi dapat disimpan dalam jangka

23
waktu tertentu sebelum digunakan dan ditransportasikan, sedangkan jenis
EBT lainnya harus dimanfaatkan di lokasi.

Tabel 3.1 Karakteristik Bioenergi Dibandingkan dengan EBT yang


Lain
Komponen Bioenergi Energi Terbarukan Lainnya

Ketersediaan Banyak dipengaruhi dengan Lebih banyak tergantung


usaha manusia kepada alam
Waktu Pemanfaatan Dapat disimpan dan Pada saat itu harus
ditransportasikan dimanfaatkan di lokasinya
Keberlanjutan Sangat tergantung kepada Sebagian besar tergantung
pengelolaan kepada alam
Bentuk energi final Padat, cair, gas, listrik (terus Umumnya dalam bentuk listrik
berkembang)
Sifat bahan baku Umumnya harus beli Sebagian besar gratis

Peluang Sangat potensial Sangat potensial


pengembangan
Teknologi Sederhana - kompleks Sederhana - kompleks

Ketersebaran Seluruh wilayah Indonesia Terbatas pada wilayah-wilayah


tertentu (kecuali surya)

Bioenergi dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa klasifikasi,


misalnya berdasarkan sumber yang menghasilkan, berdasarkan
kandungan materinya ataupun berdasarkan bentuk/wujudnya. Sedangkan
dalam konteks pemanfaatannya sebagai bahan baku atau sumber energi,
maka bioenergi dapat kita klasifikasikan sebagai berikut:
1. Bioenergi padat (biomassa);
Biomassa merupakan bahan-bahan organik yang mennggunakan
cahaya matahari menjadi energi kimia melalui proses fotosintesis.
Proses fotosintesis menggunakan karbon dioksida dan air serta sinar

24
matahari untuk menghasilkan karbohidrat dan oksigen. Semua
tumbuhan di bumi tercipta melalui proses ini. Hewan yang
mengonsumsi tumbuhan bahkan hewan karnivora secara tidak
langsung bergantung pada proses fotosintesis.
Proses fotosintesis diperkirakan memproduksi sekitar 220 juta ton
kering biomassa setiap tahunnya. Angka ini diperkirakan setara
dengan beberapa kali lipat jumlah kebutuhan energi dunia.
Bentuk paling sederhana dari biomassa adalah penggunaan kayu
bakar sebagai bahan baku untuk memasak. Dalam perkembangannya,
jenis biomassa makin beragam dan merambah ke pertanian,
sisa/sampah industri, sampah rumah tangga, peternakan dan
sebagainya.
2. Bioenergi cair (biofuel)
Biofuel atau bahan bakar nabati adalah sumber bahan bakar cair yang
berasal dari bahan organik serta produk sampingannya. Biofuel sangat
sering diasosiasikan sebagai bahan bakar kendaraan, namun dalam
kenyataannya biofuel tidak hanya digunakan untuk kendaraan saja,
namun juga digunakan sebagai bahan bakar untuk generator maupun
untuk memasak.
Biofuel generasi pertama biasanya dimulai dengan campuran antara
biofuel dalam jumlah yang kecil dengan bahan bakar konvensional. Di
Indonesia, Pemerintah telah menetapkan target biofuel hingga tahun
2025 melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 25 Tahun 2013.
Peraturan ini menargetkan penggunaan campuran biodiesel (B100),
bioetanol (E100) dan minyak nabati murni (O100) dengan bahan bakar
konvensional dengan pangsa antara 20% - 30%.
3. Bioenergi gas (biogas)
Biogas merupakan jenis gas yang kaya akan metana yang berasal dari
proses anaeorb (tanpa udara) dari sampah-sampah organik. Biogas
dapat berasal dari kotoran hewan maupun residu pertanian. Untuk

25
keperluan memasak, biogas dapat langsung digunakan dengan
menggunakan kompor konvensional bertekanan rendah.
Biogas digunakan untuk berbagai tujuan. Di pedesaan, sebuah
digester kecil dapat menghasilkan biogas untuk keperluan memasak
sebuah keluarga. Digester berskala besar dapat digunakan untuk
menghasilkan listrik, uap, produk kimia serta bahan bakar kendaraan.

Pemanfaatan bioenergi di Indonesia masih rendah bila dibandingkan


dengan ketersediaannya yang melimpah. Bahkan kita masih tertinggal
dibandingkan dengan Thailand yang memiliki produksi atau potensi bahan
baku bioenergi jauh lebih rendah dari potensi yang dimiliki kita. Secara
umum kontribusi bioenergi dunia adalah sekitar 10% dari total kebutuhan
energi dunia atau sekitar 78% dari total pasokan energi terbarukan dunia.

B. Kegunaan Bioenergi
Terdapat berbagai cara atau teknologi untuk memproduksi bioenergi.
Bioenergi dihasilkan berdasarkan jenis atau tipe biomassa dan jenis
bioenergi yang akan dihasilkan. Beberapa proses produksi bioenergi
terbilang sangat sederhana dan dapat dimanfaatkan secara langsung,
seperti penggunaan kayu bakar untuk keperluan memasak. Namun, ada
juga jenis bioenergi yang membutuhkan proses yang cukup kompleks
untuk diproduksi, misalnya penggunaan alga untuk menghasilkan bahan
bakar nabati (BBN) sbagai pengganti bahan bakar kendaraan. Alga
membutuhkan kondisi lingkungan tertentu serta proses produksi yang
canggih untuk dapat digunakan sebagai BBN.

Bioenergi memiliki sejumlah manfaat atau kegunaan, mulai dari fungsi


yang sederhana sebagai bahan bakar untuk memasak, bahan bakar
kendaraan bermotor, hingga fungsinya untuk membangkitkan energi listrik.
Kita dapat mengelompokkan bioenergi berdasarkan kegunaannya sebagai
berikut:

26
1. Biopower, yaitu energi listrik yang dihasilkan dari bahan baku
berbasis biomassa (seperti terlihat pada gambar 3.1). Biomassa
padat dapat digunakan secara terpisah atau digunakan bersama
dengan bahan bakar lain (co-fire), seperti batubara, dalam ruang
pembakaran yang sama untuk selanjutnya membangkitkan
biopower.

Gambar 3.1 Biopower dari Pembakaran Biomassa

BBN dalam bentuk pure plant oil (PPO) dapat digunakan secara
langsung atau digunakan secara bersamaan dengan BBM sebagai
bahan bakar PLTD untuk menghasilkan biopower. Pemanfaatan
POME (Palm Oil Mills Effluent) dari pengolahan kelapa sawit untuk
pembangkit listrik juga dapat dikategorikan sebagai biopower
(seperti terlihat pada gambar 3.2).

Gambar 3.2 Biopower dari Palm Oil Mill Effluent (POME)

27
2. Bioheat, yakni panas yang dihasilkan dari bahan baku biomassa.
Penggunaan panas ini dapat sebagai dryer (pengering) berbagai
proses di industri, memasak atau pemanas ruangan di musim
dingin pada rumahtangga. Bahan baku yang digunakan biasanya
adalah biomassa padat dan teknologi ang digunakan adalah
teknologi pembakaran (combustion). Biomassa dibakar pada ruang
bakar, panas yang dihasilkan dipindahkan ke fluida lain (dapat
berwujud cair atau gas) yang akan digunakan untuk mengeringkan
berbagai proses di industri.
3. Biomass combined heat and power, yaitu teknik kogenerasi
(cogeneration) energi listrik untuk pembangkit listrik serta termal
pada proses pemanasan dan pendinginan di sektor industri dan
komersial dengan menggunakan biomassa (seperti terlihat pada
gambar 3.3).

Gambar 3.3 Skematik Combine Heat Power (CHP)

4. Biofuel, merupakan bahan bakar cair (biasanya untuk kendaraan)


yang bersumber dari biomassa atau turunannya. Contoh biofuel
yang saat ini tersedia secara komersial antara lain bioethanol dan
biodiesel.

28
5. Biobriket adalah produk-produk komersial dan industri yang
mengolah biomassa menjadi bahan bakar padat. Contoh: pellet
biomassa, briket biomassa dan lain-lain.

Pemanfaatan bioenergi umumnya melalui tiga tahapan, yakni:


pengumpulan bahan baku, penggunaan teknologi untuk konversi energi
dan pemanfaatannya, sebagaimana ditampilkan pada Gambar 3.4.
Beberapa sumber mengelompokkan bioenergi berdasarkan produk
keluarannya menjadi dua kelompok besar, yaitu: biopower (listrik) dan
bahan bakar berkualitas tinggi (seperti BBN dan bricket biomassa).

SKEMATIK PEMANFAATAN BIOENERGI

P
E
N
B B
I I G
O O
M E G

A N U
TEKNOLOGI
PEMANFAAT
PERALATAN

KONVERSI
S E N
S
A R A
G

I A
K

H
I
Gambar 3.4 Skema Pemanfaatan Bioenergi R

Teknologi konversi energi biomassa untuk memproduksi bioenergi juga


ada berbagai macam tergantung pada jenis bahan baku dan hasil akhir
yang diharapkan. Skematik pada gambar 3.4 menunjukkan ada 3
kelompok besar proses konversi, yaitu:
1. Pembakaran langsung.
Proses yang terjadi adalah proses pembakaran dimana alat/teknologi
yang digunakan adalah boiler atau tungku bakar untuk mendapatkan
panas (heat);

29
2. Konversi termokimia
Pada proses termokimia ada beberapa teknologi yang dapat
digunakan seperti pengarangan (torefaksi, karbonisasi), pirolisis,
gasifikasi, esterifikasi, liquefaction dan lain-lain. Hasil keluaran dari
proses ini dapat berbentuk bahan bakar padat, syn-gas dan bahan
bakar cair (biofuel). Proses termokimia biasa juga disebut dengan
proses termal (panas).
3. Konversi biokimia
Pada proses ini ada beberapa teknologi yang digunakan seperti:
landfill, anaerob digestion, fermentasi dan lain-lain (seperti terlihat
pada gambar 3.5). Hasil keluarannya berupa bahan bakar cair dan
biogas. Proses ini sering juga disebut dengan proses dingin.

Gambar 3.5 Teknologi Konversi Biomassa

Selanjutnya, berbagai teknologi di atas akan dijelaskan lebih detail pada


modul-modul yang secara spesifik menjelaskan teknologi konversi energi
dari biomassa menjadi bioenergi.

30
C. Rangkuman
1. Karakteristik bioenergi dibandingkan dengan energi terbarukan lainnya
sangat berbeda. Perbedaan utamanya adalah bahwa bahan baku
bioenergy harus diusahakan oleh manusia (bergantung pada manusia)
sedangkan energi terbarukan lainnya sangat bergantung pada alam;
2. Kelebihan bioenergi dibandingkan dengan energi terbarukan lainnya
adalah dapat disimpan dan ditransportasikan;
3. Bioenergi berdasarkan bentuknya dibagi menjadi 3 macam yaitu
bioenergi padat (biomassa), bioenergi cair (biofuel) dan bioenergi gas
(biogas);
4. Bioenergi tidak hanya dapat digunakan untuk menghasilkan listrik saja.
Dalam aplikasinya, bioenergi dapat dimanfaatkan untuk memasak,
kogenerasi, bahan bakar kendaraan maupun bahan bakar padat;
5. Teknologi konversi biomassa menjadi bioenergi dapt dikelompokkan
menjadi: pembakaran langsung, konversi termokimia dan konversi
biokimia.

D. Studi Kasus
Coba anda amati dan pelajari proses pembuatan CPO pada Pabrik
Kelapan Sawit (PKS). Coba Anda buat skematik pemanfaatan limbah atau
produk dari PKS tersebut yang dapat dimanfaatkan unutk memproduksi
bioenergi.

31
Jawab:

Gambar 3.6 Skematik Pemanfaatan Limbah PKS menjadi Bioenergi

E. Evaluasi
1. Berikut ini adalah bentuk keluaran dari proses konversi biomassa,
kecuali:
a. Biopower
b. Biobriket
c. Bioheat
d. CHP
e. Bioproduct

32
2. Kelebihan bioenergi dibandingkan jenis energi terbarukan lainnya
adalah:
a. Gratis
b. Dapat disimpan
c. Sangat bergantung pada alam
d. Tersedia sepanjang waktu
e. Semua jawaban salah

3. Yang termasuk katagori proses termokimia adalah sebagai berikut,


kecuali:
a. Anaerob digestion
b. Esterifikasi
c. Pirolisa
d. Gasifikasi
e. Liquifaction

4. Jenis bioenergi dalam bentuk cair yang dikembangkan untuk bahan


bakar PLTD adalah:
a. PPO
b. Bioethanol
c. Methana
d. Biodiesel
e. POME

5. Pemanfaatan jenis bioenergi untuk bahan bakar sektor transportasi


diantaranya adalah:
a. Bioethanol
b. PPO
c. Syn-gas
d. Biobricket
e. Semua jawaban salah

33
BAB IV
MATERI POKOK III
BAHAN BAKU BIOENERGI

Indikator hasil belajar :


Setelah mengikuti materi pokok III, peserta diklat/ pembaca
diharapkan:
1. Mampu menjelaskan sumber-sumber bahan baku biomassa
2. Mampu menjelaskan sumber-sumber bahan baku biofuel
3. Mampu menjelaskan sumber-sumber bahan baku biogas

A. Bahan Baku Bioenergi Padat/Biomassa


Biomassa merupakan bahan baku bioenergi dalam bentuk padat.
Biomassa dapat diperoleh dari berbagai jenis bahan baku dan umumnya
tersedia di berbagai tempat di Indonesia. Biomassa bersumber dari
bahan-bahan berikut:
1. Residu/limbah pertanian. Setiap komoditas pertanian memiliki residu/
limbah yang berbeda berdasarkan manajemen pertanian dan proses
pasca panen (seperti terlihat pada gambar 4.1). Kebanyakan residu ini
belum dimanfaatkan dengan baik. Umumnya residu-residu pertanian
ini digunakan untuk konservasi tanah (digunakan sebagai bahan
kompos) atau pakan ternak, selain tentunya dapat digunakan sebagai
sumber bioenergi.

34
Gambar 4.1 Contoh Residu/Limbah Pertanian

2. Sampah rumah tangga dan industri. Sampah organik dari rumah


tangga ataupun sisa-sisa kegiatan industri yang berasal dari bahan
organik dapat digunakan sebagai bahan baku biomassa. Sisa-sisa
tandan buah kosong pada pabrik kelapa sawit misalnya, dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku biomassa. Sampah rumah tangga
maupun limbah organik kegiatan industri dapat dibakar pada boiler
suhu tinggi untuk menghasilkan uap dan membangkitkan listrik.
3. Residu/limbah hasil industri pengolah hasil hutan. Residu dari kegiatan
penebangan pohon di hutan produksi juga dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku biomassa. Residu ini biasanya dibiarkan begitu saja atau
dibakar. Keuntungan menggunakan residu/limbah hutan sebagai
bahan baku biomassa adalah kemudahan untuk mengumpukan bahan
baku dan kemudahan untuk memindahkan residu ini karena telah
tersedianya infrastruktur yang memadai di kawasan hutan produksi.

Pemilihan teknologi yang akan digunakan untuk mengekstraksi energi


yang dikandung oleh biomassa sangat tergantung pada
properties/karakteristik/sifat biomassa tersebut. Secara umum karakteristik
biomassa dikelompokan sebagai berikut:
1. Parameter umum, yang meliputi: jenis biomassa, volume biomassa,
bentuk/ukuran rata-rata biomassa, fraksi komponen biomassa apabila
biomassanya heterogen (tercampur antara jenis biomassa).

35
2. Parameter fisika, yang meliputi: berat, densitas (berat jenis), wujud
biomassa (padat, cair, gas), viskositas, titik nyala, tingkat kelarutan
(solubilitas), kemamputerbakaran (kombastabilitas), kalor jenis, bentuk
fisik, titik leleh serta hubungan temperatur-viskositas.
3. Parameter kimia, yang meliputi: nilai kalor dan komposisi unsur
penyusun biomassa, baik analisa proksimasi (uap air, materi volatil,
karbon terikat dan abu) maupun analisa ultimasi/kandungan unsur
penyusun biomassa (C, H, O, N, S dan abu).
Umumnya biomassa dikonversi menjadi bioenergi dengan menggunakan
proses termokimia. Semakin tinggi nilai kalori biomassa, maka semakin
tinggi energi yang dikandungnya. Umumnya kadar abu dan uap air yang
tinggi pada biomassa tidak dikehendaki apabila proses konversi yang
akan digunakan adalah proses termokimia. Namun demikian, biomassa
dengan kadar uap air tinggi masih dapat diekstraksi energinya
menggunakan proses biokimia seperti landfill atau anaerob digestion yang
nantinya akan menghasilkan biogas yang kaya akan gas metana.

B. Bahan Baku Bioenergi Cair / Bbn (Biofuel)


Biofuel dapat dihasilkan secara langsung dari tanaman atau secara tidak
langsung dari residu/limbah pertanian, rumah tangga maupun industri.
Bahan baku biofuel dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Tanaman yang mengandung gula, seperti tebu, bit gula dan sorgum
manis. Tanaman jenis ini dapat memproduksi etil alkohol dengan
menggunakan teknik fermentasi.
2. Tanaman yang mengandung pati/polisakarida, seperti jagung. Jagung
dapat memproduksi etil alkohol dengan proses fermentasi.
3. Tanaman dengan kadar minyak sayur/nabati yang tinggi, seperti
kelapa sawit, kedelai, alga atau jarak. Saat dipanaskan, viskositas
minyak nabati akan berkurang sehingga dapat digunakan di mesin
diesel. Minyak nabati juga dapat diproses secara kimia untuk
menghasilkan biofuel.

36
4. Sisa-sisa kegiatan memasak. Minyak jelantah akhir akhir ini juga sudah
mulai sering digunakan sebagai bahan biofuel. Sejumlah kegiatan-
kegiatan berskala kecil berusaha mengumpulkan minyak jelantah dari
kegiatan-kegiatan memasak rumah tangga dan memroses minyak
tersebut menjadi sumber bahan bakar kendaraan. Kegiatan ini telah
dirintis di Bogor dan Yogyakarta.

Proses fermentasi dalam pembuatan biofuel menghasilkan dua jenis


bahan bakar yaitu alcohol dan ester. Secara teori bahan-bahan ini dapat
digunakan untuk menggantikan bahan bakar fosil. Namun, untuk
menggunakannya langsung membutuhkan perubahan dan penyesuaian
mendasar pada mesin. Oleh karena itu, biofuel biasanya dicampur dengan
bahan bakar fosil agar dapat digunakan pada teknologi mesin yang
tersedia saat ini.

Gambar 4.2 Kemiri Sunan sebagai Salah Satu Bahan Baku Biofuel

Berbeda dengan bioenergi padat, bahan baku untuk bioenergi cair


umumnya harus dibudidayakan. Disini terlihat bahwa program
pembudidayaan tanaman untuk bahan baku biofuel harus direncanakan
secara matang untuk menjamin ketersediaannya pada jangka waktu yang
panjang. Hal ini penting untuk menghindari kelangkaan biofuel di masa

37
yang akan datang. Dari sisi terlihat bahwa dalam pengembangan biofuel,
ketergantungan terhadap peran sentral manusia sangat dibutuhkan.

C. Bahan Baku Bioenergi Gas / Biogas


Biogas umumnya terbentuk dari metana yang dihasilkan dari proses
dekomposisi bahan-bahan organik dalam kondisi tanpa udara (anaerob).
Gas metana yang dikumpulkan dalam jumlah tertentu dapat digunakan
untuk memasak dan menghasilkan energi listrik. Bahan baku biogas
diantaranya:
1. Tempat pengolahan limbah cair. Limbah cair dari kegiatan-kegiatan
rumah tangga maupun industri merupakan sumber gas metana yang
sangat berpotensi untuk menghasilkan listrik atau digunakan untuk
memasak. Penggunaan digester anaerob pada pengolahan lembah
cair bermanfaat untuk memisahkan limbah cair dan mengeluarkan
biogas, yang selanjutnya dapat dikumpulkan dan dikonversi menjadi
energi. Contoh aplikasi dari sumber bahan baku ini adalah
pemanfaatan Palm Oil Mills Effluent (POME) di pabrik-pabrik kelapa
sawit untuk menghasilkan listrik atau keperluan memasak di sekitar
kawasan pabrik.
2. Peternakan. Kotoran ternak, khususnya yang berasal dari sapi,
mengeluarkan gas metana (seperti terlihat pada gambar 4.3).
Pemanfaatan kotoran hewan untuk menghasilkan energi telah mulai
digalakkan di Indonesia. Beberapa program telah dicanangkan untuk
memanfaatkan kotoran hewan tersebut dengan menggunakan
digester berukuran kecil yang dapat digunakan oleh rumah tangga.

38
Gambar 4.3 Kotoran Ternak sebagai Bahan Baku Biogas

3. Tempat pembuangan sampah (TPS). Sampah-sampah organik yang


tertimbun di TPS menghasilkan karbon dioksida dan metana. Gas
recovery system dapat digunakan untuk mengumpulkan gas metana,
yang selanjutnya dapat digunakan untuk menghasilkan listrik serta
combinec heat and power (CHP).

D. Rangkuman
1. Sumber bahan baku biomassa antara lain: limbah pertanian, sampah
rumah tangga/industri serta limbah kehutanan. Biomassa umumnya
dimanfaatkan atau dikonversi menjadi bioenergi dengan
menggunakan proses termokimia.
2. Sumber bahan baku biofuel adalah tanaman dengan kandungan gula
(tebu, bit gula dan sorgum), tanaman yang mengandung
pati/polisakarida (jagung), tanaman dengan kadar minyak nabati tinggi
(sawit, kedelai, alga dan jarak), serta sisa sisa kegiatan memasak
(minyak jelantah). Pemanfaatan biofuel yang paling umum dilakukan
adalah melalui proses fermentasi yang menghasilkan alkohol dan
ester.
3. Sumber bahan baku biogas adalah tempat pengolahan limbah cair,
kotoran hewan dan tempat pembuangan sawah. Penggunaan digester
bersifat vital untuk dapat mengumpulkan gas metana dan
menyalurkannya untuk proses pembakaran.

39
E. Evaluasi
1. Bahan baku bioenenergi padat yang potensial untuk proses termokimia
utamanya adalah berupa limbah dari:
a. Industri tahu
b. Peternakan sapi
c. Rumah jagal
d. Pertanian
e. POME

2. Sumber bahan baku untuk biodiesel adalah sebagai berikut, kecuali:


a. Jagung
b. Kemiri sunan
c. Algae
d. Jarak
e. Kelapa sawit

3. Bahan baku untuk memproduksi biogas yang kaya akan gas methane
melalui proses anaerob digestion adalah:
a. Ranting pohon
b. POME
c. Limbah plastik
d. Sampah kaca
e. Semua jawaban salah

4. Analisa proksimasi mengukur kadar, kecuali:


a. karbon terikat
b. uap air
c. oksigen
d. abu
e. materi volatile

40
5. Tanaman yang potensial untuk dijadikan bahan baku bioethanol
adalah, kecuali:
a. Tebu
b. Jagung
c. Sorgum
d. Kelapa sawit
e. Semua pilihan salah

41
BAB V
PENUTUP

Bioenergi muncul sebagai salah satu alternatif energi terbarukan yang


masih belum termanfaatkan secara maksimal. Kebutuhan energi yang
terus meningkat serta mitigasi perubahan iklim yang makin mengemuka
menjadikan bioenergi sebagai alternatif yang tepat untuk mengurangi
dominasi energi konvensional. Bioenergi tersedia dimana-mana dan
pemanfaatannya pun sangat bervariasi. Saat ini, Indonesia baru
menggunakan kurang dari 5% dari total potensi bioenergi di sektor
ketenagalistrikan. Pemerintah juga telah mulai menggalakkan
pemanfaatan bioenergi melalui sejumlah peraturan, peta jalan (roadmap)
serta insentif finansial. Meski geliat bioenergi mulai terlihat dalam
beberapa tahun terakhir ini, momentum perubahan ini harus terus
ditingkatkan dan dilanjutkan agar energi bersih di Indonesia dapat segera
diwujudkan.

Pemahaman terhadap isi yang disajikan dalam modul ini akan


memberikan kemampuan bagi pembaca atau peserta diklat dalam
memahami materi materi terkait energi baru terbarukan, khususnya materi
bioenergi. Untuk keperluan penerapan ilmu ini secara lebih luas lagi,
penulis sangat menganjurkan untuk membaca berbagai literatur yang
relevan dengan materi ini sehingga akan melengkapi dan memperkaya
khazanah pengetahuan pembaca dan peserta diklat.

42
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi


Nasional.

Peraturan Menteri ESDM Nomor 27 Tahun 2014 tentang Feed-in Tariff


untuk Pembangkit Listrik Berbasis Biomassa dan Biogas.

Peraturan Menteri ESDM Nomor 19 Tahun 2013 tentang Feed-in Tariff


untuk Pembangkit Listrik Berbasis Sampah Kota.

Dewan Energi Nasional, Executive Reference Data National Energy


Management, Jakarta, 2015.

Erliza Hambali, Siti Mujdalifah, Armansyah Halomoan. Tambunan, Abdul


Waries Pattiwiri, Roy Hendroko, Teknologi Bioenergi,
AgroMedia, Jakarta, 2008.

Hakeem, Khalid Rehman, Mohammad Jawaid, Umer Rashid, Biomass and


Bioenergi, applications online http://dx.doi.org/10.1007/978-3-
319-07578-5, Springer International Publishing, Switzerland,
2014.

Haggerty, Alfred P, Biomass crops production, Energi and The


Environment, Nova Science Publishers, New York, 2011.

International Energy Agency, Key World Energy Statistics 2014, 2014.

State Bioenergy Primer, What is Bioenergi?, 2013.

International Renewable Energy Agency (IRENA), Global Bioenergi


Supply and Demand Projections, 2014.

43
KUNCI JAWABAN

BAB II BAB III BAB IV


1. b 1. e 1. d
2. c 2. b 2. a
3. d 3. a 3. b
4. d 4. a 4. c
5. a 5. a 5. d

44

Anda mungkin juga menyukai