Anda di halaman 1dari 18

MANAJEMEN KOPERASI DAN UMKM

“Studi Kasus : DAMPAK COVID-19 TERHADAP KEBERLANGSUNGAN


KOPERASI DAN UMKM”
Dosen Pengampu: Drs. Ida Bagus Badjra, M.M

Disusun oleh :
Kelompok 13

Cok. Gd Unadita Yana (2107521222/ 26)

Dian Nur Anggraini S (2107521225/ 27)

Ni Luh Putu Anggreni Indraswari (2107521235/ 28)

PROGRAM STUDI SARJANA MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat, rahmat, dan karunia yang
sudah diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan Paper yang berjudul “Studi Kasus :
DAMPAK COVID-19 TERHADAP KEBERLANGSUNGAN KOPERASI DAN UMKM” ini
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Paper ini kami susun sebagai pemenuhan tugas
yang diberikan oleh Bapak dosen pengampu mata kuliah Manajemen Koperasi dan UMKM.
Sekaligus sebagai media pembelajaran kami, untuk lebih memahami materi yang akan
disampaikan pada bangku perkuliahan nanti.

Kami menyadari bahwa penulisan paper ini tidak sempurna, yang disebabkan oleh
keterbatasan penulis dalam pengetahuan, serta kemampuan mencari sumber dan pengalaman.
Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak
yang telah membaca paper ini. Harapan kami, semoga paper ini dapat memenuhi syarat
penugasan mata kuliah dan juga dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya. Tidak
lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas dukungannya sehingga kami
bisa menyelesaikan paper ini. Akhir kata, kami memohon maaf apabila ada kesalahan yang
terdapat dalam paper ini, semoga paper ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Denpasar, 3 Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... 1
BAB I ..................................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 2
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 3
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 3
BAB II .................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 4
2.1 Definisi Koperasi dan UMKM ....................................................................................... 4
2.2 Permasalahan Yang Dialami Koperasi dan UMKM Saat Pandemi ............................... 7
2.3 Persentase Penurunan Omzet Koperasi dan UMKM Saat Pandemi ............................ 9
2.4 Faktor Penurunan Omzet ............................................................................................. 9
2.5 Contoh Kasus Koperasi dan UMKM ........................................................................... 12
2.6 Solusi Permasalahan ................................................................................................. 13
BAB III ................................................................................................................................. 15
PENUTUP ........................................................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 15
Daftar Pustaka..................................................................................................................... 16

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perekonomian Indonesia mengalami perkembangan yang tidak stabil sehingga
berdampak pada kehidupan masyarakat. Hal ini disebabkan karena adanya pandemic covid-19
atau sebuah wabah yang menyerang negara Indonesia. Covid-19 merupakan penyakit
pernafasan yang disebabkan oleh virus corona jenis baru yang dapat menyerang manusia.
Pembangunan sektor ekonomi dapat membantu meningkatkan taraf kehidupan masyarakat
karena sektor tersebut dibuat dengan tujuan untuk membangun tatanan perekonomian nasional
serta memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat. Salah satu sektor ekonomi yang sedang
banyak berkembang adalah Koperasi dan UMKM.
Menurut Undang-Undang No.25 Tahun 1992, koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang-orang atau badan hukum dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan. Berdirinya koperasi di Indonesia memiliki beberapa tujuan, salah satunya adalah
untuk meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam mewujudkan masyarakat yang
maju, adil dan makmur. Seiring dengan berkembangnya koperasi di Indonesia, pendirian
koperasi di Provinsi Bali juga turut berkembang. Provinsi Bali memiliki 8 Kabupaten dan 1
Kota Madya diantaranya Kabupaten Jembrana, Buleleng, Karangasem, Klungkung, Bangli,
Badung, Gianyar, Tabanan dan Kota Denpasar yang dimana masing-masing kabupaten banyak
berdiri koperasi-koperasi.
Tidak hanya Koperasi, salah satu sektor yang juga terdampak akibat dari adanya pandemi
covid-19 ini adalah sektor UMKM. Di Indonesia UMKM merupakan tulang punggung
ekonomi nasional sekaligus ujung tombak perputaran ekonomi dalam negeri. Hal ini
dikarenakan dalam pengelolaannya yang tidak sulit dan juga mudah untuk dilakukan oleh pihak
manapun serta tidak membutuhkan biaya yang besar.UMKM mempunyai peranan yang penting
bagi perekonomian bangsa yakni mampu memberdayakan masyarakat yang tidak memiliki
pekerjaan (pengangguran) bahkan pula dapat membuka peluang untuk para ibu rumah tangga
ikut serta dalam usaha kecil dan menengah ini sebagai tambahan ilmu bagi mereka dan dapat
menambah penghasilan untuk membantu perekonomian mereka. Provinsi Bali merupakan
salah satu daerah yang memiliki peran penting dalam menumbuhkan pariwisata dan usaha-

2
usaha kecil seperti UMKM. Kontribusi sektor UMKM terhadap pertumbuhan ekonomi
Provinsi Bali sangat besar. Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Provinsi Bali, Drh. I Wayan Mardiana, MM mengatakan bahwa pengusaha UMKM memiliki
peluang yang bagus. Hingga saat ini jumlah UMKM yang tercatat sebanyak 327.310 dengan
presentase pertumbuhan 4 persen di tahun 2019 yang tersebar di Sembilan kabupaten/ kota.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi mengenai Koperasi dan UMKM?
2. Permasalahan apa yang dialami oleh sebuah Koperasi dan UMKM pada saat
pandemi?
3. Bagaimana persentase penurunan omzet Koperasi dan UMKM pada saat pandemi?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi penurunan omzet?
5. Bagaimana contoh kasus mengenai Koperasi dan UMKM?
6. Apa solusi mengenai permasalahan yang dikemukakan?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui serta memahami mengenai definisi dari Koperasi dan UMKM.
2. Untuk mengetahui berbagai permasalahan yang dialami oleh sebuah Koperasi dan
UMKM pada saat pandemi.
3. Untuk mengetahui jumlah persentase mengenai penurunan omzet Koperasi dan
UMKM pada saat pandemi.
4. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya penurunan omzet.
5. Untuk mengetahui dan memahami mengenai kasus mengenai Koperasi dan UMKM.
6. Untuk mengetahui dan memahami solusi terkait dengan permasalahan yang
dikemukakan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Koperasi dan UMKM

Gambaran Umum Koperasi

Koperasi adalah organisasi bisnis yang dimiliki dan dioperasikan oleh orang-seorang
demi kepentingan bersama. Koperasi melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip gerakan
ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Kemudian koperasi ini memiliki karakter
sebagai berikut yaitu berupa organisasi bisnis, dioperasikan orang-seorang, untuk kepentingan
bersama, kegiatan prinsip gerakan ekonomi rakyat dan berasaskan kekeluargaan.

1. Konsep Koperasi Sebagai Organisasi Bisnis

Pengertian koperasi sebagai organisasi usaha :

a. Pertama, pada Pasal 1 angka 1 UU No. 25 Tahun 1992 Koperasi adalah badan usaha
yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi, dengan berlandaskan
kegiatan berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasar atas asas kekeluargaan.
b. Kedua, International Cooperation Alliance (ICA) Koperasi sebagai kumpulan orang-
orang atau badan hukum yang bertujuan untuk memperbaiki sosial ekonomi anggotanya
dan memenuhi kebutuhan ekonomi anggota dengan saling membantu antaranggota,
membatasi keuntungan, serta usaha tersebut harus didasarkan pada prinsip-prinsip
koperasi.
c. Ketiga, Koperasi adalah suatu organisasi bisnis yang para pemilik/anggotanya adalah
juga pelanggan utama perusahaan tersebut.

Ropke (1985, h.24) Ropke, Jochen, 1987. “The Economic Theory of Cooperative
Enterprise in Developing Countries, With Special Reference of Indonesia”. Marbrug. Jerman
Dari buku: Hendar (2010). “Manajemen Koperasi. Erlangga: Jakarta. Hal: 19

Berdasarkan pandangan Ropke tersebut, dikembangkan koperasi yang sesuai dengan aktivitas
angggotanya:

4
1) Koperasi Pemasaran (Marketing Cooperative): menjual produk dari bisnis mereka
sendiri.
2) Koperasi Konsumen (Consumer Cooperation): Jika produk yang dibeli dari suatu
perusahaan adalah barang konsumsi akhir.
3) Koperasi Produsen (Productive Cooperation): para produsen secara bersama-sama
memproduksi barang tertentu, kemudian produk dijual ke pasar umum/para pelanggan.
4) Koperasi Pelayanan (Cooperative Service): menyediakan pelayanan pada para
anggotanya, seperti: asuransi, kredit, telpon, listrik, rumah sakit, fasilitas pengolahan
data dengan komputer, dan lain-lain.
5) Koperasi Pembelian dan Penjualan (Selling and Buying Cooperative): koperasi yang
menjual dan menjual produk kepada angggotanya.
6) Koperasi Simpan Pinjam: koperasi menerima tabungan dari para angggotanya
(marketing) dan menyediakan pinjaman kepada anggotanya (purchasing).
7) Koperasi Serba Usaha: kelima koperasi tipe diatas dapat dikombinasikan).

Koperasi di Indonesia didasarkan pada Undang-Undang Nomor. 25 tahun 1992 tentang


Perkoperasian. Pernah mengalami perubahan dengan adanya Undang-Undang nomor tahun
2013 tentang Perkoperasian. Namun setelah diajukan dan dilakukan uji materiil di mahkamah
konstitusi (MK) pada 2015 UU nomor tahun 2013 dinyatakan tidak sesuai dengan prinsip-
prinsip koperasi dan memberlakukan kembali UU Nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian
sebagai landasan hukum di Indonesia.

Dengan keputusan perkoperasian di Indonesia kembali menggunakan UU Nomor 25


tahun 1992 sebagai dasar dalam berorganisasi. Selanjutnya terbit surat keputusan sebagai
berikut:

- Surat Keputusan Dewan Koperasi Indonesia Nomor: SKEP/03/DEKOPIN-E/I/2015


tentang Perubahan Lambang/Logo Gerakan Koperasi Indonesia.
- Sesuai dengan Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia Nomor: 01/Per/M.KUKM/II/2015 tentang Perubahan Lambang/Logo
Gerakan Koperasi Indonesia.

2. Prinsip Koperasi

Prinsip koperasi adalah suatu sistem ide-ide abstrak yang merupakan petunjuk untuk
membangun koperasi yang efektif dan tahan lama. Prinsip koperasi terbaru yang dikembangkan

5
International Cooperative Alliance (Federasi koperasi non-pemerintah internasional) adalah
keanggotaan yang bersifat terbuka dan sukarela, pengelolaan yang demokratis, partisipasi
anggota dalam ekonomi, kebebasan dan otonomi, pengembangan pendidikan, pelatihan, dan
informasi. Di Indonesia sendiri telah dibuat UU no. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian.
Prinsip koperasi menurut UU no. 25 tahun 1992 adalah:

Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka, pengelolaan dilakukan secara demokrasi,


pembagian SHU dilakukan secara adil sesuai dengan jasa usaha masing-masing anggota,
pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal Kemandirian, Pendidikan perkoperasian
dan kerjasama antar koperasi.

3. Bentuk dan Jenis Koperasi

Jenis Koperasi menurut fungsinya :

a. Koperasi pembelian/pengadaan/konsumsi adalah koperasi yang menyelenggarakan


fungsi pembelian atau pengadaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan anggota
sebagai konsumen akhir. Di sini anggota berperan sebagai pemilik dan pembeli atau
konsumen bagi koperasinya.
a. Koperasi penjualan/pemasaran adalah koperasi yang menyelenggarakan fungsi
distribusi barang atau jasa yang dihasilkan oleh anggotanya agar sampai di tangan
konsumen. Di sini anggota berperan sebagai pemilik dan pemasok barang atau jasa
kepada koperasinya.
b. Koperasi produksi adalah koperasi yang menghasilkan barang dan jasa, dimana
anggotanya bekerja sebagai pegawai atau karyawan koperasi. Di sini anggota berperan
sebagai pemilik dan pekerja koperasi.
c. Koperasi jasa adalah koperasi yang menyelenggarakan pelayanan jasa yang dibutuhkan
oleh anggota, misalnya: simpan pinjam, asuransi, angkutan, dan sebagainya. Di sini
anggota berperan sebagai pemilik dan pengguna layanan jasa koperasi

Apabila koperasi menyelenggarakan satu fungsi disebut koperasi tunggal usaha (single
purpose cooperative), sedangkan koperasi yang menyelenggarakan lebih dari satu fungsi
disebut koperasi serba usaha (mult purpose cooperative).

Jenis koperasi berdasarkan tingkat dan luas daerah kerja :

6
a. Koperasi Primer adalah koperasi yang yang minimal memiliki anggota sebanyak 20
orang perseorangan.
b. Koperasi Sekunder adalah koperasi yang terdiri dari gabungan badan-badan koperasi
serta memiliki cakupan daerah kerja yang luas dibandingkan dengan koperasi primer.

Jenis koperasi menurut status keanggotaannya :

a. Koperasi produsen adalah koperasi yang anggotanya para produsen barang/jasa dan
memiliki rumah tangga usaha.
b. Koperasi konsumen adalah koperasi yang anggotanya para konsumen akhir atau
pemakai barang/jasa yang ditawarkan para pemasok di pasar.
c. Kedudukan anggota di dalam koperasi dapat berada dalam salah satu status atau
keduanya. Dengan demikian pengelompokkan koperasi menurut status anggotanya
berkaitan erat dengan pengelompokan koperasi menurut fungsinya.

Gambaran Umum UMKM

UMKM di Indonesia didasarkan pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang


Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). UMKM ini terdiri dari :

1. Livelihood activities, merupakan usaha kecil mengenah yang digunakan sebagai


kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor
informal. Contohnya adalah pedagang bakso, mie ayam pangsit, somai, pentol dan cilok
yang dikenal sebagai pedagang kaki lima (PKL).
2. Micro enterprise, merupakan usaha kecil menengah yang memiliki sifat pengrajin tetapi
belum memiliki sifat kewirausahaan.
3. Small dynamic enterprise, merupakan usaha kecil menengah yang telah memiliki jiwa
kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor.
4. Fast moving enterprise, merupakan usaha kecil menengah yang telah memiliki jiwa
kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi usaha besar
(industry/perusahaan).

2.2 Permasalahan Yang Dialami Koperasi dan UMKM Saat Pandemi

Munculnya pandemi yang tidak terduga mengakibatkan banyak perubahan di segala


bidang. Salah satunya yaitu di bidang ekonomi, yang sangat terpengaruh selain masyarakat

7
tentunya adalah Koperasi dan UMKM yang notabene merupakan salah satu sumber
penghasilan. Berdasarkan online data sistem, telah ditemukan banyak Koperasi yang
mengalami penurunan modal sendiri dan modal luar sehingga berpengaruh terhadap likuiditas
dan banyak Koperasi yang melaporkan kesulitan operasional. Akibatnya anggota dari Koperasi
tidak sanggup membayar cicilan, terjadinya peningkatan pengaduan anggota mengenai
perselisihan atas penyelesaian pinjaman yang bermasalah. Banyak juga anggota yang menarik
simpanan dari koperasi simpan pinjam. Kemudian dari masalah banyaknya pinjaman tersebut
merupakan akibat dari aktivitas usaha anggota yang gulung tikar dan akhirnya tutup sebagai
dampak dari pandemi covid-19, sehingga koperasi harus memiliki rencana dalam mencegah
terjadinya penurunan yang signifikan.

UMKM juga menjadi korban akibat adanya pandemi yang melanda dunia. UMKM
sendiri merupakan jenis usaha yang memiliki peran penting dalam peningkatan PDB
(Pendapatan Domestik Bruto). Berdasarkan data dari kementrian koperasi memaparkan
sebanyak 1.785 Koperasi dan 163.713 pelaku UMKM terdampak pandemi virus corona dan
sektor UMKM yang sangat terdampak adalah makanan dan minuman. UMKM memiliki
kontribusi yang cukup besar dalam perluasan kesempatan penyerapan tenaga kerja dan juga
jaringan pengaman bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah. Cepatnya penyebaran covid
berdampak luas pada perlambatan ekonomi yang dirasakan. Banyak pelaku UMKM
meliburkan karyawannya, memecat karyawan, hingga ada yang menutup sementara usahanya
dikarenakan salah satu penyebabnya adalah turunnya omset penjualan.

Penurunan pendapatan yang dialami oleh pelaku UMKM diakibatkan adanya penerapan
pembatasan sosial berskala besar, sehingga aktivitas masyarakat berpengaruh pada aktivitas
bisnis yang berimbas pada perekonomian diakibatkan pelanggan menutup diri dan menjaga
jarak. Kegiatan interaksi fisik yang berkurang membuat masyarakat mengurangi aktivitas
ekonomi. Hal ini berdampak pada bisnis di bidang manufaktur dan pariwisata. Lesunya bidang
pariwisata memiliki efek domino terhadap sektor UMKM.

Pandemi memunculkan beberapa masalah bagi pelaku UMKM, namun disisi lain juga
ada kesempatan baru yang juga muncul. Pelaku UMKM dapat memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi mengingat perdagangan elektronik pada tahun 2020 meningkat.
Salah satu contoh perdagangan elektronik yang meningkat yakni penjualan produk Kesehatan,
produk penunjang hobi dan makanan herbal.

8
Peran Koperasi merupakan badan usaha yang bekerjasama dengan masyarakat langsung
dalam meningkatkan taraf perekonomian ke arah yang lebih baik dan koperasi dianggap
mampu menyentuh langsung masyarakat bawah yang utamanya para pelaku usaha yang terkena
dampak pandemi sehingga koperasi dapat menjadi penggerak ekonomi seperti UMKM untuk
dapat bangkit dan terus bergerak.

2.3 Persentase Penurunan Omzet Koperasi dan UMKM Saat Pandemi

a. Persentase Penurunan Koperasi di Masa Pandemi

Berdasarkan Online Data System (ODS) per 31 Desember 2020, Kondisi koperasi saat
ini menurut catatan kami ada sebanyak 126.343 unit, dengan komposisi 85,36% atau sebanyak
107.652 unit koperasi yang aktif. Sedangkan koperasi yang bergerak di sektor simpan pinjam
baik konvensional dan syariah sebanyak 14,64% atau sebanyak 18.491 unit koperasi. Usaha
koperasi mengalami penurunan baik di sektor usaha riil maupun simpan pinjam. Secara umum
usaha koperasi mengalami penurunan antara 30% sampai 50%. Jenis usaha koperasi yang
terkena dampak signifikan adalah koperasi konsumen jasa dan produsen.

b. Persentase Penurunan UMKM di Masa Pandemi

Ketua Umum Kadin DKI Jakarta Diana Dewi menyebut pelaku usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM) menjadi kelompok yang terpukul paling keras akibat pandemi virus
corona. Sejak covid-19 masuk RI pada Maret lalu hingga awal Agustus, tercatat omzet UMKM
anjlok sebesar 75 persen. Dewi menyebut berdasarkan survei Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), sebanyak 95 persen dari total pelaku UMKM mengaku penjualan menurun.

Melansir data Kementerian Koperasi dan UKM, Dewi menuturkan sebanyak 37 ribu
pelaku UMKM mengaku mengalami dampak sangat serius. Selain itu, sekitar 56 persen
melaporkan penurunan penjualan dan 22 persen melaporkan permasalahan aspek pembiayaan.
Lebih lanjut, 15 persen di antaranya melaporkan mengalami masalah distribusi barang dan 4
persen teridentifikasi kesulitan mendapatkan bahan baku mentah. Data tersebut, menurut Dewi,
seharusnya menjadi gambaran sekaligus alarm untuk pemerintah. Pasalnya, lebih dari 90 persen
tenaga kerja diserap oleh pelaku usaha kecil dan menengah.

2.4 Faktor Penurunan Omzet


a) Faktor Penurunan Omzet Pada Koperasi

9
Ada beberapa faktor utama yang membuat koperasi mengalami banyak kerugian
hingga terjadi kebangkrutan. Diantaranya adalah ditemukan banyak koperasi yang
mengalami penurunan modal sendiri dan modal luar sehingga berpengaruh terhadap
likuiditas. Tidak sedikit pula koperasi yang melaporkan kesulitan operasional. Hal ini
dikarenakan para anggotanya tidak sanggup membayar cicilan, juga banyak yang
menarik simpanan di koperasi simpan pinjam. Serta adanya peningkatan pengaduan
anggota mengenai perselisihan atas penyelesaian pinjaman yang bermasalah.

b) Faktor Penurunan Omzet pada UMKM

Ada beberapa faktor utama yang membuat UMKM mengalami banyak kerugian hingga
terjadi kebangkrutan. Diantaranya adalah:
1. Pembatasan Sosial yang Ditetapkan oleh Pemerintah
Sebelum menjalankan New Normal, pemerintah lebih dulu menetapkan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Ketetapan ini merupakan upaya untuk
memutus persebaran virus corona yang mematikan. Namun, dampak kebijakan
PSBB ini dirasakan langsung oleh masyarakat, terutama pelaku Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM). Banyak dari pelaku UMKM ini tidak dapat menjalankan bisnis
sama sekali. Akan tetapi, masih ada yang bertahan walaupun ruang gerak sangat
terbatas. Penutupan sementara fasiltas umum memberi dampak pada pengusaha
kecil. Seperti contohnya, pedagang kelontong tidak dapat menjual barangnya
disebabkan oleh pasar yang ditutup dalam jangka waktu tertentu.
Menurut survey yang dilakukan oleh beberapa lembaga, terdapat 47% pelaku
UMKM di Indonesia tidak dapat beroperasi sama sekali. Faktor utama penyebab
kondisi ini tidak lain adalah masalah arus kas dan kesulitan dalam supply barang.

2. Pendapatan di Bawah Normal


Pandemi Covid-19 juga berdampak langsung terhadap pendapatan
masyarakat di Indonesia. Hasil survey yang dilakukan oleh perusahaan riset pasar
Ipsos didapat 84% pelaku usaha mengalami penurunan pendapatan. Beberapa
diantaranya mengaku mengalami penurunan hingga lebih dari 50%. Tidak sedikit
pula yang optimis akan bangkit setelah diberlakukan New Normal.
Menurut data yang ada, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2020 jauh lebih
lambat dari tahun sebelumnya. Selama pandemi Covid-19 permintaan domestik dan

10
konsumen rumah tangga mengalami penurunan. Kondisi ini juga mempengaruhi
rasio investasi yang turut merendah.

3. Bahan Baku Sulit Didapat dan Semakin Mahal


Kebijakan PSBB untuk memutus rantai penularan Covid-19 membuat
aktivitas produksi terhenti. Sebagian besar perusahaan memilih kebijakan Work
From Home (WFH), tidak sedikit yang memutuskan untuk merumahkan karyawan,
hingga terjadi PHK masal. Menurut data yang didapat dari Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi sebnayak 30.137 pekerja di PHK dan 1.322.799 di rumahkan tanpa
upah.
Kondisi ini memberikan efek domino yang menyebabkan penurunan
kapasitas produksi yang ekstrim. Secara langsung bahan baku yang dibutuhkan
rumah tangga menjadi langka dan harga melonjak naik. Pelaku UMKM seperti home
industri makanan dipusingkan oleh harga gula dan telur yang mahal. Sehingga,
otomatis harga jual produk juga ikut naik. Tentu ini sangat beresiko, apalagi daya
beli masyarakat sedang menurun.

4. Jalur Pendistribusian Terhambat


Data yang didapat dari Asosiasi Tol Indonesia (ATI), lalu lintas harian di
seluruh tol mengalami penurunan sekitar 40% hingga 60% tercatat sejak Maret 2020.
Penurunan paling banyak terjadi di wilayah Jabodetabek. Terhentinya aktivitas
distribusi tentu mempengaruhi pemasaran produk bisnis UMKM. Pelaku bisnis ini
sulit menjangkau market yang lebih luas, seperti luar kota, lintas provinsi, sampai
luar pulau. Antar barang oleh pedagang online juga mengalami keterlambatan
pengiriman.

5. Penyedia Barang dan Jasa Tidak dapat Beroperasi


Dampak Covid-19 tidak hanya dirasakan oleh pelaku UMKM yang bergerak
di bidang industri rumahan. Penyedia jasa juga banyak yang meliburkan diri bahkan
berhenti total. Penurunan omset dialami oleh hampir semua pelaku bisnis. Seperti
wedding organizer, fotografer pernikahan, make artis, dan lainnya kehilangan
sumber penghasilan karena banyak proyek yang ditunda untuk mematuhi PSBB.

11
2.5 Contoh Kasus Koperasi dan UMKM
Pandemi Covid-19 ini sangat meberi dampak terhadap segala sektor salah satunya adalah
sektor koperasi dan UMKM. Dengan kondisi ekonomi ditengah pandemi Covid-19 menjadikan
sebagian koperasi dan umkm kolaps dan terjadi penurunan. Contoh dari penurunan dan kolaps
yang dialami koperasi dan umkm yang dihadapi saat pandemi ini ,yaitu:

1. Kasus Koperasi
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Gianyar yaitu I Wayan Arsana mengatakan bahwa
Tahun 2019 jumlah koperasi yang tidak aktif sebanyak 286 unit dan hingga tahun 2022 ada
penambahan 137 unit yang tidak aktif. Ketidakaktifan pengelolaan koperasi ini disebabkan oleh
beberapa faktor. Antara lain likuiditas atau dana cadangan koperasi yang tidak sesuai standar
sehingga koperasi kelimpungan saat banyak nasabah menarik dana dari pada setoran atau
pembayaran kredit. Selain likuiditas yang tidak sesuai standar pengaruh lain yang
memperburuk keadaan koperasi saat pandemi adalah kredit macet dan pengelolaan pengurus
yang kurang baik oleh pengurus. Salah satunya, Koperasi Sari Boga Gianyar di
Kelurahan/Kecamatan Gianyar. Hingga kini, nasabah koperasi di jantung Kota Gianyar ini
belum bisa menarik dana tabungan maupun deposito mereka.

2. Kasus UMKM
Menurut laman web mengatakan Pandemi Covid-19 telah melumpuhkan UMKM akibat
anjloknya aktivitas perdagangan berupa penurunan penjualan (68%), kesulitan modal (12%),
kesulitan distribusi (10%), kesulitan bahan baku (6%), dan kesulitan produksi (4%). UMKM
dinilai sebagai sektor yang paling rentang terhadap krisis ekonomi karena covid19, sebab jenis
usaha ini sangat bergantung pada perputaran uang hasil penjualan barang dagangan. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Setiono, (2020) berpendapat bahwa sebanyak 96% pelaku UKM
mengaku sudah mengalami dampak negatif dari adanya pandemi covid-19 terhadap proses
bisnisnya. Dan sebanyak 75% diantaranya mengalami dampak penurunan penjualan.
Penurunan ini diakibatkan UMKM yang masih kurang memiliki ketahanan dan fleksibilitas
dalam menghadapi pandemi covid-19 ini dikarenakan beberapa hal yang terhambat antara lain,
tingkat digitalisasi yang masih rendah, kesulitan dalam melakukan promosi, kurangnya
pemahaman terkait informasi akuntasi, dan masih rendahnya pengetahuan mengenai
kewirausahaaan. Maka dari itu, UMKM dituntut agar dapat menyesuaikan diri dalam
perkembangan bisnis yang ada di zaman sekarang ini karena bisnis yang mampu bertahan
adalah bisnis yang responsif terhadap perkembangan zaman.

12
2.6 Solusi Permasalahan
1. Kasus Koperasi
Solusi yang dapat diambil yaitu para koperasi dapat mengajukan permohonan
peminjaman atau pembiayaan kepada Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM). Yang dimana Lembaga Pengelola Dana
Bergulir (LPDB) Koperasi adalah satuan kerja Kementerian Koperasi dan UKM yang
mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan Dana Bergulir untuk disalurkan dalam bentuk
Pinjaman/Pembiayaan, atau dalam bentuk lainnya dan bertanggung jawab kepada Menteri
Negara Koperasi dan UKM. Untuk masalah yang dialami Koperasi Sari Boga mengenai
pengelolaan pengurus yang kurang baik oleh pengurus dapat ditangani dengan melahkukan
pelaksanaan RAT rutin. Lalu untuk masalah yang dihadapi Koperasi Sari Boga Gianyar di
Kelurahan/Kecamatan Gianyar ini pihak dari Kepala Dinas Koperasi dan UKM Gianyar sudah
melaksanakan pembinaan agar Koperasi Sari Boga mempunyai likuiditas minimal 15% sebagai
antisipasi debitur yang punya piutang atau menagih tabungannya.

2. Kasus UMKM
Pada pandemic Covid 19, justru UMKM lah yang sangat terdampak. Dampak yang
dihadapi yaitu sulitnya berusaha karena pada saat pandemic terjadi perubahan pola konsumsi
barang dan jasa masyarakat dari offline ke online. Untuk mengantisipasi kerugian yang
berturut-turut dihadapi, UMKM harus mulai memanfaatkan platfom digital guna menjangkau
lebih banyak pembeli. UMKM dapat melahkukan semua aktivitasnya seperti
penjualan,pembayaran, dan pemasaran menggunakan platfom digital.
Dua contoh UMKM Bali yang berhasil bangkit dari keterpurukan adalah IniTempe dan
Grande Granola.Pemilik IniTempe, Beni Santoso, baru mulai mengenal dan memanfaatkan
platform digital saat pandemi tahun 2020, setelah sebelumnya sejak berdiri tahun 2016 hanya
menjual produk tempenya secara offline ke berbagai restoran di Bali. Namun, pandemi Covid-
19 membuat banyak restoran di Bali tutup dan memaksa Beni untuk mencari solusi agar
bisnisnya tetap berjalan. Ditambah lagi, mayoritas pembeli IniTempe merupakan warga asing
yang jumlahnya terus menurun sejak pandemi. Setelah beralih ke online, dengan perjuangan
dari nol mempelajari teknologi, IniTempe pun mulai menyasar pasar lokal dengan memasarkan
produknya ke luar pulau Bali melalui e-commerce. Kini, produk IniTempe yang dipasarkan
pun menjadi sangat beragam. Yang tadinya hanya menjual tempe segar, sekarang IniTempe

13
mulai menawarkan berbagai jenis produk olahan berbahan dasar tempe seperti cokelat tempe,
keripik tempe, dan lainnya.

Sama halnya dengan IniTempe, awalnya Grande Granola mengandalkan pemasukan dari
turis lokal maupun turis asing. Namun, sejak pandemi jumlah turis di Bali menurun cukup
signifikan. Hal ini turut berdampak terhadap bisnis Grande Granola. Pemilik Grande Granola
mengatakan, 70% penghasilan sebelum pandemi berasal dari turis asing dan turis lokal. Setelah
pandemi, omzet kami jatuh hingga 40% Akhirnya, Grande Granola pun mencari strategi baru
demi bangkit dari keterpurukan meskipun penjualannya terus menurun. Salah satunya dengan
mengembangkan bisnisnya secara online melalui platform digital. Semenjak penggunaan
platform digital, Grande Granola mulai dikenal dan jumlah pembeli pun terus meningkat.
Pendapatan Grande Granola di masa pandemi 80% berasal dari salah satu platform e-commerce
asal Indonesia yaitu Tokopedia. Berawal dari omzet yang tidak seberapa saat baru
memanfaatkan platform e-commerce, omzet bulanan Grande Granola yang berasal dari
Tokopedia saat ini telah mencapai puluhan juta.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraiakan diatas, nyatanya pandemi Covid-19
sangat berperngaruh terhadap penurunan omzet koperasi dan UMKM. Menurut Online Data
System (ODS) per 31 Desember 2020 koperasi mengalami penurunan antara 30% sampai 50%
sedangkan UMKM mengalami penurunan sebesar 95 persen berdasarkan survei Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI). Faktor yang membuat hal tersebut terjadi yaitu adanya
ditemukan koperasi yang mengalami modal sendiri dan modal luar sehingga berpengaruh
terhadap likuiditas dan terdapat koperasi yang melaporkan kesulitan operasional. Selain itu
faktor utama yang membuat UMKM mengalami penurunan yaitu karena adanya pembatasan
sosial yang ditetapkan oleh pemerintah, pendapatan di bawah normal, bahan baku sulit didapat
dan semakin mahal, jalur pendistribusian terhambat, dan penyedia barang dan jasa tidak dapat
beroperasi. Sehingga solusi yang harus digunakan yaitu koperasi diharuskan melakukan
modernisasi dan mengikuti zaman digital agar dapat bersaing dengan usaha lain yang sudah
menggunakan teknologi digital. Selain itu, koperasi juga dapat mengajukan permohonan
peminjaman atau pembiayaan kepada Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM). Sedangkan untuk UMKM solusi yang dapat
dilakukan yaitu dengan cara beralih menggunakan metode penjualan secara online melalui e-
commerce.

15
Daftar Pustaka
Carolin, S., & darojat-, P. (2020, Maret 27). Perjuangan Membangkitkan UMKM Lokal Dikala
Pandemi. Retrieved from drpm.umsida.id: https://drpm.umsida.ac.id/perjuangan-
membangkitkan-umkm-lokal-dikala-pandemi/
Hamzah, A. (2021). DAMPAK PANDEMI COVID 19 TERHADAP KOPERASI DI
KABUPATEN. financial institutions, COVID-19, 103-104.
Handayani, I. (2022, Juli 29). Cerita UMKM Bali Terpuruk Karena Pandemi, Bangkit Berkat
‘Go Digital'. Retrieved from Investor.ID: https://investor.id/lifestyle/301194/cerita-
umkm-bali-terpuruk-karena-pandemi-bangkit-berkat-go-digital39
Huda, S. (2021). KOPERASI INDONESIA PADA MASA PANDEMI 2021. penjualan,
pesanan,bahan baku , kridit macet, 29-30.
mds. (2022, Februari 04). Gianyar Tambah Daftar Koperasi Kolaps. Retrieved from
NusaBali.Com: https://www.nusabali.com/berita/111696/gianyar-tambah-daftar-
koperasi-kolaps
Octaviano, A., & Hidayat, K. (2021, Juli 12). Koperasi di Indonesia juga ikut terpukul pandemi
Covid-19. Retrieved from keuangan.kontan.co.id:
https://keuangan.kontan.co.id/news/koperasi-di-indonesia-juga-ikut-terpukul-
pandemi-covid-19
Suputra, E. M., & Budiarti, I. (2020). Koperasi di Klungkung Terancam Kolaps Akibat
Pandemi Covid-19. Klungkung: tribun-bali.com. Retrieved from Tribun-bali.com.
Universitas Pendidikan Ganesha. (2021). Pengaruh Pandemi Covid-19 terhadap Koperasi
yang terletak di Bali khususnya di Buleleng. Denpasar: Universitas Pendidikan
Ganesha.
Universitas Pendidikan Ganesha. (2021). Pengaruh pandemi Covid-19 terhadap UMKM di
Bali. Denpasar: Universitas Pendidikan Ganesha.
Rosita, R. (2020). Pengaruh pandemi Covid-19 terhadap UMKM di Indonesia. Jurnal Lentera Bisnis,
9(2), 109-120.
Sumantri, Bambang Agus dan Permana, Erwin Putera. 2017. “Manajemen Koperasi dan Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM)”. Kediri:Fakultas Ekonomi Universitas Nusantara PGRI Kediri.

16

Anda mungkin juga menyukai