NOMOR 060/PER-DIR/RSHCLG/VI/2022
TENTANG
Keselamatan Pasien;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 tentang
Akreditasi Rumah Sakit;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2020 tentang
Komite Mutu Rumah Sakit
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2019 tentang
Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi di Lingkungan Kementrian Kesehatan
12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129 Tahun 2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 496/ MENKES/ SK/
IV/ 2015 tentang Pedoman Audit Medik;
14. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/1128/2022 tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit;
15. Pedoman Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety , Kemenkes
RI Edisi 2015
16. Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) (Patient Safety Incident
Report), KKP Rumah Sakit 2015
17. Pedoman Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia Edisi III tahun 2015
18. Keputusan Direktur Utama PT.Medika Loka Cilegon Nomor 225/KEP-
DIR/MLCLG/X/2021 tentang Pengangkatan dr.Yulivitri,MARS Sebagai Direktur
Rumah Sakit Hermina Cilegon
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT HERMINA CILEGON TENTANG
PEDOMAN PELAPORAN DAN PEMBELAJARAN KESELAMATAN PASIEN DI
RUMAH SAKIT HERMINA CILEGON
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Definisi
Dalam Peraturan Direktur RS Hermina ini yang dimaksud dengan :
1. Keselamatan Pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih
aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien,
PT MEDIKA LOKA CILEGON
RUMAH SAKIT HERMINA CILEGON
Kawasan PT Bonauli Real Estate, Jl.Terusan Bonakarta RT.01 RW.01
Kelurahan Masigit Kecamatan Jombang Telp. (0254) 7812525 (Hunting), Fax. (0254) 7879916
Website : www.herminahospitals.com
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.
2. Komite Mutu Rumah Sakit yang selanjutnya disebut Komite Mutu adalah
unsur organisasi non struktural yang membantu Kepala atau Direktur Rumah
Sakit dalam mengelola dan memandu Sistim Pelaporan dan Pembelajaran
Keselamatan pasien, serta mempertahankan standar pelayanan rumah sakit
Pasal 2
Gambaran Umum
(1) Rumah sakit mempunyai Pelaporan dan Pembelajaran Keselamatan pasien yang
menjangkau ke seluruh Instalasi/Urusan di Rumah Sakit.
(2) Rumah sakit menetapkan Komite Mutu adalah organisasi non struktural yang
mengelola Sistim Pelaporan dan Pembelajaran Keselamatan pasien agar
mekanisme koordinasi pelaksanaan Pelaporan dan Pembelajaran Keselamatan
pasien dapat berjalan lebih baik.
(3) Dalam melaksanakan kegiatannya, rumah sakit melakukan pendekatan yang
komprehensif untuk Pembelajaran Keselamatan pasien yang berdampak pada
semua aspek pelayanan, yang mencakup :
a. Setiap unit terlibat dalam Sistim Pelaporan dan Pembelajaran Keselamatan
pasien.
b. Rumah sakit menetapkan tujuan, mengukur seberapa baik proses kerja
dilaksanakan, dan validasi datanya.
c. Menggunakan data secara efektif dan fokus pada tolak ukur program, dan
d. Bagaimana menerapkan dan mempertahankan perubahan yang telah
menghasilkan perbaikan.
(4) Agar Pelaporan dan Pembelajaran Keselamatan pasien dapat berjalan baik
Direktur Rumah dibantu oleh Komite Mutu:
a. Wajib mendorong pelaksanaan Sistim Pelaporan dan Pembelajaran
Keselamatan pasien (SP2KP).
b. Berupaya mendorong pelaksanaan budaya mutu dan keselamatan (quality and
safety culture).
PT MEDIKA LOKA CILEGON
RUMAH SAKIT HERMINA CILEGON
Kawasan PT Bonauli Real Estate, Jl.Terusan Bonakarta RT.01 RW.01
Kelurahan Masigit Kecamatan Jombang Telp. (0254) 7812525 (Hunting), Fax. (0254) 7879916
Website : www.herminahospitals.com
BAB II
PENGELOLAAN KEGIATAN
PELAPORAN DAN PEMBELAJARAN KESELAMATAN PASIEN
Pasal 3
Organisasi
(1) Direktur Rumah Sakit menetapkan Komite Mutu adalah organisasi non
struktural yang mengelola kegiatan Pelaporan dan Pembelajaran Keselamatan
pasien di Rumah Sakit
(2) Susunan organisasi komite terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota
(3) Dalam melaksanakan kegiatannya ketua Komite Mutu membentuk Sub Komite
Mutu yang terdiri dari Sub Komite Mutu, Sub Komite Keselamatan Pasien dan
Sub Komite Risiko
(4) Dalam melaksanakan tugas pelaksanaan dan evaluasi peningkatan mutu, Komite
Mutu mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Penyusun kebijakan, pedoman dan program kerja terkait pengelolaan dan
penerapan program mutu pelayanan rumah sakit
b. Pemberian masukan dan pertimbangan kepada Direktur Rumah Sakit terkait
perbaikan mutu tingkat rumah sakit
c. Koordinasi dan komunikasi dengan komite medis dan komite lainnya, satuan
pemeriksaan internal dan unit kerja lainnya yang terkait, serta staf
d. Pelaksanaan dukungan untuk implementasi budaya mutu di rumah sakit
e. Pengkajian standar mutu pelayanan di rumah sakit terhadap pelayanan,
pendidikan dan penelitian
f. Penyelenggaraan pelatihan pembelajaran keselamatan pasien dan;
PT MEDIKA LOKA CILEGON
RUMAH SAKIT HERMINA CILEGON
Kawasan PT Bonauli Real Estate, Jl.Terusan Bonakarta RT.01 RW.01
Kelurahan Masigit Kecamatan Jombang Telp. (0254) 7812525 (Hunting), Fax. (0254) 7879916
Website : www.herminahospitals.com
Pasal 4
Referensi Terkini Tentang Pelaporan dan Pembelajaran Keselamatan pasien
(1) Rumah sakit mempunyai pedoman Pelaporan dan Pembelajaran Keselamatan
pasien sesuai dengan referensi terkini.
(2) Rumah sakit mempunyai referensi yang dipergunakan untuk meningkatkan mutu
asuhan klinis dan proses kegiatan manajemen yang lebih baik, yang antara lain
meliputi :
a. Literatur ilmiah dan informasi lainnya yang dapat dipergunakan untuk
mendukung asuhan pasien terkini, yaitu:
1) Asuhan pasien
2) Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
3) Pedoman Nasional Asuhan Keperawatan, Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Strategic Planning
for Nurses Change Management in Health Care; Michele V Sare; LeAnn
PT MEDIKA LOKA CILEGON
RUMAH SAKIT HERMINA CILEGON
Kawasan PT Bonauli Real Estate, Jl.Terusan Bonakarta RT.01 RW.01
Kelurahan Masigit Kecamatan Jombang Telp. (0254) 7812525 (Hunting), Fax. (0254) 7879916
Website : www.herminahospitals.com
Ogilvie; 2009.
4) PPA dan staf lainnya: Standar profesi Bidan, Standar pelayanan
kefarmasian di Rumah Sakit, Standar Profesi Gizi, Standar profesi Ahli
Tekhnologi Laboratorium Kesehatan, Standar Pelayanan Radiologi
Diagnostik, Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit,
Penyelenggaraan Pekerjaan Teknisi Gigi
b. Literatur ilmiah dan informasi lainnya yang dapat dipergunakan untuk
mendukung terselenggaranya manajemen yang baik
c. Peraturan perundang-undangan terkait dengan mutu dan keselamatan pasien
di rumah sakit termasuk pedoman-pedoman yang dikeluarkan oleh
pemerintah, termasuk: Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.01.07/MENKES/1128/2022 tentang Standar Akreditasi Rumah
Sakit; Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, Pedoman Audit medik,
Pedoman Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety,
Kemenkes RI Edisi 2015, Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien
(IKP) (Patient Safety Incident Report), KKP Rumah Sakit 2015, Panduan
Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Depkes RI 2008
(3) Komite Medik, Komite Keperawatan dan Komite PPA lain mempunyai referensi
peningkatan mutu asuhan klinis terkini, termasuk: PMK No 755 tahun 2011
tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit, PMK 49 tentang
Komite Keperawatan di Rumah Sakit tahun 2019, Kebijakan Direktur Rumah
Sakit Hermina Cilegon tentang Komite Profesional Pemberi Asuhan (PPA) dan
Staf Klinis Lainnya.
Pasal 5
Program Pelatihan Mutu dan Keselamatan Pasien
(1) Rumah sakit mempunyai program pelatihan keselamatan pasien yang diberikan
oleh narasumber yang yang telah mengikuti pelatihan / workshop Pelaporan dan
Pembelajaran Keselamatan pasien secara eksternal yang dilaksanakan oleh
Organisasi Profesi seperti : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS), PERSI,
ARSSI, WIA training dan lain – lain.
(2) Pelatihan Keselamatan Pasien meliputi : Pimpinan RS, Komite Mutu, Manager
Mutu dan Akreditasi, Komite Medis, Komite Keperawatan, Komite PPA dan Staf
PT MEDIKA LOKA CILEGON
RUMAH SAKIT HERMINA CILEGON
Kawasan PT Bonauli Real Estate, Jl.Terusan Bonakarta RT.01 RW.01
Kelurahan Masigit Kecamatan Jombang Telp. (0254) 7812525 (Hunting), Fax. (0254) 7879916
Website : www.herminahospitals.com
BAB III
PELAPORAN DAN ANALISIS INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
Pasal 6
Sistem Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien
(1) Rumah Sakit Hermina menetapkan sistem pelaporan insiden meliputi: kebijakan,
alur pelaporan, formulir pelaporan, proses pelaporan insiden yang harus di
laporkan (kejadian yang sudah terjadi atau yang nyaris terjadi), siapa saja yang
membuat laporan, dan batas waktu pelaporan.
(2) Rumah Sakit menerapkan sistem pelaporan insiden keselamatan pasien secara
internal yaitu paling lambat 2 x 24 jam kepada Komite Mutu di rumah sakit
(3) Direktur Rumah sakit melaporkan insiden keselamatan pasien kepada pemilik/
representasi pemilik setiap 3 bulan dan laporan sentinel paling lambat 2x24 jam
dengan disertai hasil RCA setelah 45 hari.
(4) Rumah Sakit melaporkan insiden keselamatan pasien secara eksternal (Komite
Nasional Keselamatan Pasien Kemenkes RI) dalam bentuk online atau tertulis
yang dilengkapi dengan analisa, rekomendasi dan solusi dari Komite Mutu
Rumah Sakit
(5) Rumah Sakit menetapkan regulasi jenis kejadian sentinel, serta regulasi
pelaporan kejadian dan melakukan analisis akar masalah /root cause analysis
(RCA) tidak melewati 45 hari dari waktu kejadian. Kejadian sentinel meliputi:
a. Kematian
b. Cedera permanen.
c. Cedera berat yang bersifat sementara/reversible.
Cedera permanen adalah dampak yang dialami pasien yang bersifat
ireversibel akibat insiden yang dialaminya misalnya kecacadan, kelumpuhan,
kebutaan, tuli, dan lain-lainnya.
Cedera berat yang bersifat sementara adalah cedera yang bersifat kritis dan
dapat mengancam nyawa yangberlangsung dalam suatu kurun waktu tanpa
terjadi cedera permanen/gejala sisa, namun kondisi tersebut mengharuskan
pemindahan pasien ke tingkat perawatan yang lebih tinggi /pengawasan
PT MEDIKA LOKA CILEGON
RUMAH SAKIT HERMINA CILEGON
Kawasan PT Bonauli Real Estate, Jl.Terusan Bonakarta RT.01 RW.01
Kelurahan Masigit Kecamatan Jombang Telp. (0254) 7812525 (Hunting), Fax. (0254) 7879916
Website : www.herminahospitals.com
a. Semua reaksi transfusi yang sudah dikonfirmasi, jika sesuai untuk rumah
sakit.
b. Semua kejadian serius akibat efek samping obat, jika sesuai dan sebagaimana
yang didefinisikan oleh rumah sakit.
c. Semua kesalahan pengobatan yang signifikan jika sesuai dan
d. Semua perbedaan besar antara diagnosis praoperasi dan diagnosis
pascaoperasi.
e. Efek samping atau pola efek samping selama sedasi moderat atau mendalam
dan pemakaian anestesi.
f. Kejadian-kejadian lain misalnya, infeksi yang berkaitan dengan pelayanan
kesehatan atau wabah penyakit menular sebagaimana yang didefinisikan oleh
rumah sakit.
(7) Rumah Sakit menetapkan regulasi jenis Kejadian Nyaris Cedera /KNC, Kejadian
Tidak Cedera/KTC, Kondisi Potensial Cedera Signifikan/KPCS serta melakukan
pelaporan dan analisis data KNC KTC, KPCS.
(8) Ketentuan mengenai pelaksanaan pelaporan keselamatan pasien akan dijelaskan
lebih lanjut dalam Pedoman Sistim Pelaporan dan Pembelajaran Keselamatan
Pasien
Pasal 7
Budaya Keselamatan
(1) Rumah Sakit menetapkan pengukuran budaya keselamatan pasien dan
melakukan pengukuran penerapan budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit
melalui survey yang dilaksanakan setiap semester.
(2) Rumah sakit melakukan pengukuran budaya keselamatan secara rutin sesuai
jadwal.
(3) Ketentuan mengenai pelaksanaan budaya keselamatan di rumah sakit akan
dijelaskan lebih lanjut dalam Pedoman Budaya Keselamatan
(4) Ketentuan mengenai pelaksanaan pengukuran budaya keselamatan akan
dijelaskan lebih lanjut dalam Panduan Pengukuran Budaya Keselamatan
BAB IV
TINDAK LANJUT DAN PERBAIKAN INSIDEN
PT MEDIKA LOKA CILEGON
RUMAH SAKIT HERMINA CILEGON
Kawasan PT Bonauli Real Estate, Jl.Terusan Bonakarta RT.01 RW.01
Kelurahan Masigit Kecamatan Jombang Telp. (0254) 7812525 (Hunting), Fax. (0254) 7879916
Website : www.herminahospitals.com
Pasal 8
Insiden Keselamatan pasien ditindak lanjuti
(1) Pimpinan rumah sakit menetapkan proses untuk menganalisis KTD, KNC, KTC,
KPCS dengan melakukan investigasi sederhana dengan kurun waktu yaitu
grading biru tidak melebihi 7 (tujuh) hari, grading hijau tidak melebihi 14 (empat
belas) hari.
(2) Pimpinan rumah sakit melakukan tindakan perbaikan korektif dan memantau
efektivitasnya untuk mencegah atau mengurangi berulangnya KTD, KNC, KTC,
KPCS dan Sentinel tersebut.
(3) Data laporan insiden keselamatan pasien selalu dianalisis setiap 3 (tiga) bulan
untuk memantau ketika muncul tren atau variasi yang tidak diinginkan.
(4) Analisis data mendalam dilakukan ketika terjadi tingkat, pola atau tren yang tak
diharapkan yang digunakan untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pasien.
(5) Data luaran (outcome) dilaporkan kepada direktur dan representatif pemilik/
dewan pengawas sebagai bagian dari program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien
BAB V
MANAJEMEN RISIKO
Pasal 18
Program Manajemen Risiko
(1) Rumah sakit mempunyai program manajemen risiko yang digunakan untuk
melakukan identifikasi, mengurangi cedera dan mengurangi risiko lain terhadap
keselamatan pasien dan staf.
(2) Komponen – komponen penting program manajemen risiko meliputi:
identifikasirisiko, analisa risiko, prioritas risiko, pelaporan risiko, pengelolaan
risiko,investigasi kejadian yang tidak diharapkan (KTD) dan manajemen terkait
tuntutan (klaim).
(3) Rumah sakit mempunyai daftar risiko tingkat rumah sakit dan melakukan
strategi pengurangan risiko yang meliputi: pasien, staf medis, tenaga kesehatan
dan tenaga lainnya yang bekerja di rumah sakit, fasilitas rumah sakit, lingkungan
rumah sakit dan bisnis rumah sakit.
(4) Rumah sakit melakukan Failure Mode Effect Analysis (analisis efek modus
kegagalan/FMEA/AEMK) setahun sekali pada proses berisiko tinggi yang di
prioritaskan dan melaksanakan tindak lanjut hasil analisis FMEA, penerapan
PT MEDIKA LOKA CILEGON
RUMAH SAKIT HERMINA CILEGON
Kawasan PT Bonauli Real Estate, Jl.Terusan Bonakarta RT.01 RW.01
Kelurahan Masigit Kecamatan Jombang Telp. (0254) 7812525 (Hunting), Fax. (0254) 7879916
Website : www.herminahospitals.com
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 19
Pencabutan Regulasi
Ditetapkan di : Cilegon
Pada tanggal : 24 Juni 2022
DIREKTUR,
BAB I
DEFINISI
1.1 Latar Belakang
Dengan terbitnya Permenkes Republik Indonesia Nomor 80 tahun 2020 tentang Komite Mutu
Rumah Sakit, maka terjadi perubahan dalam struktur organisasi RS dalam tata kelola mutu di
Rumah Sakit.
Dalam rangka efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan tata kelola mutu Rumah Sakit, komite
lainnya yang melaksanakan fungsi manajemen risikodan keselamatan pasien dapat
diintegrasikan dengan Komite Mutu.
Rumah sakit bersama Sub Komite Keselamatan Pasien dalam Komite Mutu bertugas dalam
memantau dan memandu penerapan keselamatan pasien di unit kerja, melakukan pencatatan,
analisis dan pelaporan termasuk melakukan Root Cause Analisis (RCA) dan memberikan
solusi untuk meningkatkan keselamatan Pasien.
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Menurunnya insiden keselamatan pasien (KPCS/KNC/KTC/KTD/Sentinel) dan
meningkatnya mutu pelayanan dan keselamatan pasien dan terciptanya budaya
keselamatan pasien di RS
b. Tujuan Khusus
1) Terlaksananya system pelaporan dan pencatatan insiden keselamatan pasien dirumah
sakit
2) Diketahui penyebab insiden keselamatan pasien sampai pada akar masalah.
3) Didapatkannya pembelajaran untuk perbaikan asuhan kepada pasien agar dapat
mencegah kejadian yang sama di kemudian hari.
1
Bebas dari bahaya / risiko (hazard)
2. Bahaya / Hazard
Adalah suatu “keadaan, perubahan atau tindakan” yang dapat meningkatkan risiko pada
pasien
a. Keadaan
Adalah setiap faktor yang berhubungan atau mempengaruhi suatu “peristiwa
keselamatan pasien / patient safety event”, agent atau personal.
b. Agent
Adalah suatu substansi, obyek atau system yang menyebabkan perubahan.
3. Keselamatan pasien / Patient Safety
Pasien bebas dari harm / cedera yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari harm yang
potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik/ sosial/ psikologis, cacat, kematian, dll)
terkait dengan pelayanan kesehatan.
4. Keselamatan Pasien Rumah Sakit / Hospital Patient Safety
Suatu system dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk
asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. System ini mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya di ambil.
5. Cedera / Harm
Dampak yang terjadi akibat gangguan struktur atau penurunan fungsi tubuh dapat berupa
fisik, sosial dan psikologis. Yang termasuk harm adalah “penyakit, cedera, penderitaan,
cacat dan kematian”
a. Penyakit / Disease
Disfungsi fisik atau psikis
b. Cedera / Injury
Kerusakan jaringan yang disebabkan agent/ keadaan
c. Penderitaan / Suffering
Pengalaman / gejala yang tidak menyenangkan termasuk nyeri, malaise, mual, muntah,
depresi, agitasi dan ketakutan
d. Cacat / Disability
Segala bentuk kerusakan struktur atau fungsi tubuh, keterbatasan aktifitas dan atau
restriksi dalam pergaulan sosial yang berhubungan dengan harm yang terjadi
sebelumnya atau saat ini.
2
6. Insiden Keselamatan Pasien (IKP) / Patient Safety Incident
Insiden Keselamatan Pasien yang selanjutnya disebut Insiden adalah setiap kejadian yang
tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera
yang dapat dicegah pada Pasien (PMK 11 thn 2017)
7. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) / Adverse event
Suatu insiden yang mengakibatkan harm / cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil dan bukan karena
penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis yang
tidak dapat dicegah.
8. Kejadian Nyaris Cedera (KNC )/ Nearmiss
Suatu insiden yang tidak menyebabkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu
tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission),
dapat terjadi karena ‘keberuntungan’ (misal: pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi
tidak timbul reaksi obat), Karena ‘pencegahan’ (suatu obat dengan overdosis lethal akan
diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkan sebelum obat diberikan) atau
‘peringanan’ (suatu obat dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu
diberikan antidotumnya.
9. Laporan Insiden RS (Internal)
Pelaporan tertulis setiap kejadian nyaris cedera (KNC) atau kejadian tidak diharapkan
(KTD) yang menimpa pasien atau kejadian lain yang menimpa keluarga pengunjung,
maupun karyawan yang terjadi di rumah sakit.
10. Laporan Insiden Keselamatan Pasien ke KNKP (Eksternal)
Pelaporan secara anonim dan elektronik ke KNKP, setiap Kejadian Sentinel, Kejadian
Tidak diharapkan (KTD) yang terjadi pada PASIEN dan telah dilakukan analisa
penyebab, rekomendasi dan solusinya.
11. Faktor Kontributor
Adalah keadaan, tindakan atau faktor yang mempengaruhi dan berperan dalam
mengembangkan dan atau meningkatkan risiko suatu kejadian (misalnya pembagian tugas
yang tidak sesuai kebutuhan).
Contoh:
a. Faktor kontributor diluar organisasi (eksternal)
b. Faktor kontributor dalam organisasi (internal) missal tidak adanya prosedur
c. Faktor organisai yang berhubungan dengan petugas (kognitif atau perilaku petugas
yang kurang, lemahnya supervise, kurangnya team work atau komunikasi)
d. Faktor kontributor yang berhubungan dengan keadaan pasien.
3
12. Analisis Akar Masalah / Root Cause Analysis (RCA)
Adalah suatu proses yang berulang yang sistematik dimana factor-faktor yang
berkontribusi dalam suatu insiden di identifikasi dengan merekontruksi kronologis
kejadian menggunakan pertanyaan ‘kenapa’ yang diulang hingga menemukan akar
penyebabnya dan penjelasannya. Pertanyaan ‘kenapa’ harus ditanyakan hingga tim
investigator mendapatkan fakta, bukan hasil spekulasi.
4
BAB II
PELAPORAN INSIDEN
Banyak metode yang digunakan untuk mengidentifikasi risiko, salah satu caranya adalah dengan
mengembangkan sistem pelaporan dan sistem analisis. Dapat dipastikan bahwa sistem pelaporan akan
mengajak semua orang dalam organisasi untuk peduli akan bahaya / potensi bahaya yang dapat terjadi
kepada pasien.
Pelaporan juga penting digunakan untuk memonitor upaya pencegahan terjadinya error sehingga
diharapkan dapat mendorong dilakukannya investigasi selanjutnya.
1. Mengapa pelaporan insiden penting?
Karena pelaporan akan menjadi awal proses pembelajaran untuk mencegah kejadian yang sama
terulang kembali.
2. Siapa yang membuat laporan insiden?
a. Siapa saja atau semua staf RS yang pertama menemukan kejadian
b. Siapa saja atau semua staf yang terlibat dalam kejadian
3. Bagaimana memulainya?
Dibuat suatu sistem pelaporan insiden di RS meliputi kebijakan, alur pelaporan, formulir pelaporan
dan prosedur pelaporan yang harus disosialisasikan pada seluruh karyawan.
4. Apa yang harus dilaporkan?
Insiden yang dilaporkan adalah kejadian yang sudah terjadi, potensial terjadi, ataupun yang nyaris
terjadi.
5. Bagaimana cara membuat laporan?
Karyawan diberikan pelatihan mengenai sistem pelaporan insiden mulai dari maksud, tujuan dan
manfaat laporan, alur pelaporan, bagaimana cara mengisi formulir laporan insiden, kapan harus
melaporkan, pengertian-pengertian yang digunakan dalam sistem pelaporan dan cara menganalisa
laporan.
6. Masalah yang dihadapi dalam laporan insiden:
a. Laporan dipersepsikan sebagai “pekerjaan perawat”
b. Laporan sering disembunyikan / under report, karena takut disalahkan
c. Laporan sering terlambat
d. Bentuk laporan miskin data karena adanya budaya blame culture
7. Apa sebenarnya hubungan akreditasi dengan pelaporan insiden keselamatan pasien?
Standar keselamatan pasien harus diterapkan rumah sakit, yaitu dengan panduan dari 9 parameter
yang terdapat dalam Instrument Akreditasi Administrasi dan Manajemen serta pelayanan medis
5
pelaporan insiden keselamatan pasien baik internal maupun eksternal (ke KKP-RS) wajib
dilakukan rumah sakit sesuai ketentuan dalam akreditasi rumah sakit.
I. ALUR PELAPORAN
A. Alur pelaporan insiden kepada sub Komite Keselamatan Pasien Komite Mutu RS (Internal)
1. Apabila terjadi suatu insiden (KNC/KTD/KTC/KPCS) di rumah sakit, wajib segera
ditindaklanjuti (dicegah/ditangani) untuk mengurangi dampak/akibat yang tidak
diharapkan.
2. Setelah ditindaklanjuti, segera membuat laporan insidennya dengan mengisi formulir
Laporan insiden pada akhir kerja/shift kepada atasan langsung (paling lambat 2x24 jam),
jangan menunda laporan
3. Setelah mengisi laporan, segera menyerahkan kepada atasan langsung pelapor.
4. Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan grading risiko terhadap insiden
yang dilaporkan
5. Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisa yang akan dilakukan sebagai
berikut :
Grade biru : Investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu maksimal 1 minggu
Grade hijau : Investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu maksimal 2 minggu
6
Grade kuning: Investigasi komprehensif/analisis akar masalah / RCA oleh Tim di RS,
waktu maksimal 45 hari
Grade Merah : Investigasi komprehensif/analisis akar masalah / RCA oleh Tim di RS,
waktu maksimal 45 hari
6. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil investigasi dan laporan
insiden dilaporkan ke Komite Mutu sub Komite Keselamatan Pasien
7. Sub Komite Keselamatan Pasien, Komite Mutu akan mengadakan pertemuan rutin setiap
minggu untuk menganalisa kembali hasil investigasi dan laporan insiden untuk
menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan (RCA) dengan melakukan
regrading
8. Untuk grade kuning / merah Sub Komite Keselamatan Pasien, Komite Mutu akan
melakukan analisis akar masalah/RCA
9. Setelah melakukan RCA, Komite Mutu akan membuat laporan dan rekomendasi untuk
perbaikan serta “pembelajaran” berupa : petunjuk / ”safety alert” untuk mencegah
kejadian yang sama terulang kembali.
10. Hasil RCA, rekomendasi san rencana kerja dilaporkan kepada Direksi.
11. Rekomendasi untuk “Perbaikan dan Pembelajaran” diberikan umpan balik kepada unit
kerja terkait serta sosialisasi kepada seluruh unit di rumah sakit.
12. Unit kerja membuat analisa kejadian di satuan kerjanya masing-masing
13. Monitoring dan evaluasi oleh Sub komite Keselamatan Pasien, Komite Mutu
14. Insiden yang harus dilaporkan adalah kejadian yang sudah terjadi, potensial terjadi
ataupun yang nyaris terjadi
15. Siapa saja yang membuat laporan insiden :
Siapa saja atau semua staf rumah sakit yang pertama menemukan kejadian/insiden
Siapa saja atau semua staf rumah sakit yang terlibat dalam kejadian/insiden
B. Laporan Insiden Keselamatan Pasien dilaporkan kepada pemilik dan representasi
pemilik terdiri dari:
1. Laporan kejadian tidak diharapkan (KTD) setiap bulan
2. Laporan kejadian sentinel setiap ada kejadian dan laporan ulang setelah dilakukan
analisis degan menggunakan metode Root Cause Analysis (RCA)
3. Analisis dan rekomendasi tindaklanjut RCA selesai dalam waktu 45 hari. Hasil RCA
dilaporkan kembali kepada representasi pemilik
C. Alur pelaporan Insiden ke Komite Keselamatan Pasien RS dan KNKP - Komite Nasional
Keselamatan Pasien (Eksternal)
7
1. Laporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) untuk Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
dan/atau kejadian Sentinel yang telah dilakukan investigasi oleh Komite Mutu Rumah
Sakit melalui aplikasi http://mutufasyankes.kemkes.go.id.
2. Kejadian Sentinel dilaporkan juga ke KARS dalam 2x24 jam, IR (Incident Report)
dikirim melalui email KARS (survey@kars.or.id)
8
atau tidak dapat
dicegah.
Reaksi obat yang tidak Kejadian cidera pada pasien Steven Jhonson
diharapkan (Advers Drug selama proses terapi akibat Syndrom : sulfa, obat
Reaction) penggunaan obat. epilepsy, DLL
Kejadian tentang obat yang Respon yang tidak diharapkan Shock anafilaksis
tidak diharapkan (Adverse terhadap terapi obat dan pada penggunaan
Drug Event) mengganggu atau menimbulkan antibiotic golongan
cidera pada penggunaan obat penisilin
dosis normal. Mengantuk pada
penggunaan CTM
Reaksi obat yang tidak Mengganggu atau menimbulkan Respon yang tidak
diharapkan (ROTD) ada yang cidera pada penggunaan obat diharapkan terhadap
berkaitan dosis lazim Sama dengan terapi obat dan
ROTD tapi dilihat dari sudut
pandang
Obat
Efek obat yang tidak ROTD dilihat dari sudut Shock anafilaksis pada
diharapkan (Adverse Drug pandang pasien. penggunaan antibiotic
Effect) golongan penisilin.
Mengantuk
Cidera dapat terjadi atau tidak terjadi
Medication error Kejadian yang dapat dicegah Peresepan obat yang
akibat penggunaan obat yang tidak rasional Kesalahan
menyebabkan cidera. perhitungan
dosis pada racikan
Efek samping Efek yang dapat diprediksi, Ketidak patuhan pasien
tergantung pada dosis yang sehingga terjadi dosis
bukan efek tujuan obat. Efek berlebih (sebaiknya
samping dapat dikehendaki istilah ini dihindarkan)
atau tidak
3. Kejadian Sentinel
1) Adverse Drug Event
9
2) Adverse Drug Reaction
3) Medication Error
Apoteker harus mampu mengenali istilah-istilah di atas beserta contohnya sehingga
dapat membedakan dan mengidentifikasi kejadian-kejadian yang berkaitan dengan
cedera akibat penggunaan obat dalam melaksanakan program Keselamatan Pasien.
4. Kejadian yang tergolong KNC dan harus dilaporkan adalah:
1) Kesalahan pemberian obat
2) Kesalahan expertise kesalahan laboratorium.
5. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi
tidak timbul cedera. Kejadian KTC harus dilaporkan adalah semua kejadian yang terjadi
di rumah sakit.
6. Kejadian Tidak diharapkan (KTD) adalah insiden yang mengakibatkan cedera yang tidak
diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (commission) atau karena tidak bertindak (omission)
bukan karena underlying disease atau kondisi pasien.
Analisis kejadian tidak diharapkan dilakukan terhadap hal – hal berikut:
1) Semua reaksi transfusi yang sudah dikonfirmasi, jika terjadi sesuai definisiyang ditetapkan
rumah sakit
2) Semua kejadian serius akibat efek samping obat (adverse drug event), jika terjadi sesuai definisi
yang ditetapkan rumah sakit
3) Semua kesalahan pengobatan (medication error) yang signifikan, jika terjadi sesuai dengan
definisi rumah sakit
4) Semua perbedaan besar (discrepancy) antara diagnosa pra operasi dandiagnosis paska operasi
5) Efek samping atau pola efek sampingselama sedasi moderat atau mendalam dan pemakaian
anastesi.
6) Kejadian lain, seperti infeksi yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan atau wabah penyakit
menular yaitu out break.
7. Kejadian sentinel adalah merupakan suatu kejadian tidak diharapkan (KTD) yang mengakibatkan
kematian, cidera permanen, atau cidera berat yang temporer dan membutuhkan intervensi untuk
mempertahankan kehidupan, baik fisik maupun psikis yang tidak terkait dengan perjalanan
penyakit atau keadaan pasien.
Kejadian sentinel meliputi:
1) Bunuh diri oleh pasien yang sedang dirawat, ditatalaksana, menerima
pelayanan di unit yang selalu memiliki staf sepanjang hari atau dalam waktu 72
jam setelah pemulangan pasien, termasuk dari Unit Gawat Darurat (UGD)
10
rumah sakit;
2) Kematian bayi cukup bulan yang tidak diantisipasi;
3) Bayi dipulangkan kepada orang tua yang salah;
4) Penculikan pasien yang sedang menerima perawatan, tata laksana, dan
pelayanan;
5) Kaburnya pasien (atau pulang tanpa izin) dari unit perawatan yang selalu dijaga oleh
staf sepanjang hari (termasuk UGD), yang menyebabkan kematian, cedera permanen,
atau cedera sementara derajat berat bagi pasien tersebut;
6) Reaksi transfusi hemolitik yang melibatkan pemberian darah atau produk darah
dengan inkompatibilitas golongan darah mayor (ABO, Rh, kelompok darahlainnya);
7) Pemerkosaan, kekerasan (yang menyebabkan kematian, cedera permanen, atau cedera
sementara derajat berat) atau pembunuhan pasien yang sedang menerima perawatan,
tata laksana, dan layanan ketika berada dalam lingkungan rumah sakit;
8) Pemerkosaan, kekerasan (yang menyebabkan kematian, cedera permanen, atau
cedera sementara derajat berat) atau pembunuhan anggota staf, praktisi mandiri
berizin, pengunjung, atau vendor ketika berada dalam lingkungan rumah sakit;
9) Tindakan invasif, termasuk operasi yang dilakukan pada pasien yang salah, pada sisi
yang salah, atau menggunakan prosedur yang salah (secara tidak sengaja);
10) Tertinggalnya benda asing dalam tubuh pasien secara tidak sengaja setelah suatu
tindakan invasif, termasuk operasi;
1 ) Hiperbilirubinemia neonatal berat (bilirubin >30 mg/dL);
12) Fluoroskopi berkepanjangan dengan dosis kumulatif >1.500 rad pada satu medan
tunggal atau pemberian radioterapi ke area tubuh yang salah atau pemberian
radioterapi >25% melebihi dosis radioterapi yang direncanakan;
13) Kebakaran, lidah api, atau asap, uap panas, atau pijaran yang tidak diantisipasi selama
satu episode perawatan pasien;
14) Semua kematian ibu intrapartum (terkait dengan proses persalinan); atau
15) Morbiditas ibu derajat berat (terutama tidak berhubungan dengan perjalanan alamiah
penyakit pasien atau kondisi lain yang mendasari) terjadi pada pasien dan
menyebabkan cedera permanen atau cedera sementara derajat berat.
11
(Tabel 2)
Tabel. 2
Type dan Sub Tipe Insiden
No. TIPE INSIDEN SUBTIPE
INSIDEN
1 . Administrasi a . Proses i. Serah terima
Klinik ii. Perjanjian
iii. Daftar tunggu / Antrian
iv. Rujukan / Konsultasi
v. Admisi
vi. Keluar/Pulang dari Ranap/RS
vii. Pindah Perawatan (Transfer of care)
viii. Identifikasi Pasien
ix. Consent
b. Masalah i. Tidak performance ketika
dibutuhkan/indikasi
ii. Tidak lengkap / Inadekuat
iii. Tidak tersedia
iv. Salah pasien
2 . Proses / Prosedur a. Proses i. Skrening / Pencegahan / Medical
Klinis check up
ii. Diagnosis / Assessment
iii. Prosedur / Pengobatan / Intervensi
iv. General care / Management
v. Test / Investigasi
vi. Spesimen / Hasil
vii. Belum dipulangkan (Detention/
Restraint)
12
b. Masalah i. Tidak performance ketika
dibutuhkan/indikasi
ii. Tidak lengkap / Inadekuat
iii. Tidak tersedia.
iv. Salah pasien
v. Salah proses / pengobatan /
prosedur
vi. Salah bagian tubuh / sisi/
3 . Dokumentasi a. Dokumen yang i. Order / Permintaan
Terkait ii. Chart / Rekam medik / Assessmen/
Konsultasi
iii. Check list
iv. Form / sertifikat
v. Instruksi / Informasi / Kebijakan /
SOP/Guideline
vi. Label / Stiker / Identifikasi
Bands/Kartu
b. Masalah i. Dokumen hilang / tidak tersedia
ii. Terlambat mengakses dokumen
iii. Salah dokumen / Salah orang
iv. Tidak jelas / Membingungkan /
Illegible/Informasi dalam
4 . Infeksi a. Tipe organism i. Bekteri
Nosokomial ii. Virus
(Hospital iii. Jamur
Assosiated iv. Parasit
Infection) v. Protozoa
vi. Rickettsia
b. Tipe / Bagian infesi i. Bloodstream
ii. Bagian yang dioperasi
iii. Abses
iv. Pneumonia
v. Kanul IV
13
vi. Protesis infeksi
vii. Drain/ tube urin
viii. Jaringan lunak
5 . Medikasi / a. Medikasi / i. Daftar Medikasi
Cairan Infus Cairan infus ii. Daftar Cairan infuse
yang terkait
b. prosespenggunaan i. Peresepan
medikasi / Ciaran ii. Persiapan / Dispensing
infuse iii. Pemaketan
iv. Pengantaran
v. Pemberian
vi. Suply / pesan
vii. Penyimpanan
viii. Monitoring
14
b. Proses Transfusi i. Test pre transfusi
darah / Produk ii. Peresepan
darah terkait iii. Persiapan / Dispensing
iv. Pengantaran
v. Pemberian
vi. Penyimpanan
vii. Monitoring
viii. Presentasi / Pemaketan
ix. Suply / Pesan
c. Masalah i. Salah pasien
ii. Salah Darah / Produk darah
iii. Salah dosis / Frekuensi
iv. Salah jumlah
v. Salah label dispensing / Instruksi
vi. Kontraindikasi
vii. Salah penyimpanan
viii. Obat atau Dosis yang diabaikan
ix. Darah kadaluarsa
x. Efek samping (Adverse effect)
7 . Nutrisi a. Nutrisi yang i. Diet umum
terkait ii. Diet khusus
b. Proses nutrisi i. Peresepan / Permintaan
ii. Pesiapan / Manufactur / Proses
memasak
iii. Suply / order
iv. Presentation
v. Dispensing / Alokasi
vi. Pengantaran
vii. Pemberian
viii. Penyimpanan
c. Masalah i. Salah pasien ii. Salah diet
iii. Salah jumlah
iv. Salah Frekuensi
15
v. Salah konsistensi
vi. Salah penyimpanan
8 . Oksigen / Gas a. Oksigen / Gas Daftar oksigen /gas terkait
terkait
b. Prosespenggunaan i. Label Cilinder / warna kode / Index
oksigen / Gas pin ii. Peresepan
iii. Pemberian
iv. Pengantaran
v. Suply / order
vi. Penyimpanan
c. Masalah i. Salah pasien
ii. Salah gas
iii. Salah rate / flow / konsentrasi
iv. Salah mode pengantaran
v. Kontraindikasi
vi. Salah penyimpanan
vii. Gagal pemberian
viii. Kontaminasi
9 . Alat medis / Alat a. Tipe Alat medis/ Alat Daftar Alat medis / Alat kesehatan /
kesehatan / kesehatan / Equipment property
Equipment EquipmentProperty
property
b Masalah i. Presentation / Pemaketan tidak baik
. i. Ketidaktersediaan
ii. Inapropiate for task
iv. Tidak bersih / Tidak steril
v. Kegagalan / Malfungsi
vi. Dislodgement / Miskoneksi /
Removal
vi. User error
16
10 a Perilaku pasien i. Tidak kooperatif
. ii. Tidak pantas/ Sikap bermusuhan/
Kasar
iii. Berrisiko/ Sembrono/Berbahaya
iv. Masalah dengan
penggunaan substansi
/ Abuse
v. Menggangu (Harrassment)
vi. Diskriminasitif / Berprasangka
vii. Berkeliaran, Melarikan diri.
viii. Sengaja mencederai diri, Bunuh
diri.
b. Aggression / i. Agresi
Assault ii. verbal
iii. Kekerasan
iv. fisik
Kekerasan
seksual
Kekerasan terhadap mayat.
11 Jatuh a. Tipe Jatuh i. Tersandung
. ii. Slip
iii. Kolaps
iv. Hilang keseimbangan
b. Keterlibatan i. Velbed
saat jatuh ii. Tempat tidur
iii. Kursi
iv. Strecher
v. Toilet
vi. Peralatan terapi
vii. Tangga
viii. Dibawa/dibantu oleh orang lain
17
12 Kecelakaan a Benturan tumpul i. Kontak dengan benda/binatang
. . ii. Kontak dengan orang
iii. Hancur, remuk
iv. Gesekan kasar
b. Serangan tajam/ i. Cakaran,Sayatan
tusukan ii. Tusukan
iii. Gigitan, sengatan
iv. Serangan tajam lainnya
c. Kejadian mekanik lain iBenturan akibat
.ledakan bom
iKontak dengan
imesin
.
d. Peristiwa
mekanik lain
e. Mekanisme i. Panas yang berlebihan
Panas ii. Dingin yang belebihan
f Ancaman i. Ancaman mekanik pernafasan
pada pernafasan ii. Tenggelam atau hampir tenggelan
. iii. Pembatasan oksigen - kekurangan
tempat
iv. Confinement to Oxygen-Deficient
Place
g. Paparan bahan kimia i. Keracunan bahan kimia atau
atau substansi lainnya substansi lain
ii. Bahan kimia korosif
h. Mekanisme i. Paparan listrik/radiasi
spesifik yang ii. Paparan suara/ getaran
lain menyebabkan iii. Paparan tekanan udara
cedera iv. Paparan karena gravitasi rendah
i. Paparan karena
dampak cuaca,
bencana alam
18
13 Infrastruktur/ a. Keterlibatan i. Daftar struktur
Bangunan/ Benda Struktur/ ii. Daftar Bangunan
lain yang bangunan iii. Daftar Furniture
terpasang b. Masalah i. Inadekuat
Tetap ii. Damaged/Faulty/Worn
14 Resource / a. Beban kerja
. Manajemen manajemen yang
organisasi berlebihan
15 Laboratorium a. Pengambilan/
. / Patologi Pick up
b. Transport c.
Sorting
d. Data entry
e. Prosesing
f. . Verifikasi
/Validasi
g. Hasil
Contoh :
1. Insiden : salah pemberian obat (IM menjadi
IV) Tipe Insiden : medikasi
Sub tipe insiden : proses pemberian medikasi : salah
pemberian Masalah : salah rute pemberian
2. Insiden : Pasien jatuh dari tempat
tidur Tipe insiden : Jatuh
Subtipe insiden : Tipe jatuh : slip /
terpeleset Keterlibatan saat jatuh: toilet
3. Insiden : Tertukar hasil pemeriksaan
laboratorium Tipe insiden : laboratorium
Subtipe insiden : Hasil
19
BAB III
ANALISIS MATRIKS GRADING RISIKO
Penilaian matriks risiko adalah suatu metode analisa kualitatif untuk menentukan derajat risiko suatu
insiden berdasarkan dampak dan probabilitasnya.
a. Dampak (Consequences)
Penilaian dampak / akibat suatu insiden adalah seberapa berat akibat yang dialami pasien mulai
dari tidak ada cedera sampai meninggal (Tabel 3)
b. Probabilitas / Frekuensi/ Likelihood
Penilaian tingkat probabilitas/ frekuensi risiko adalah seberapa seringnya insiden tersebut terjadi
(Tabel 4).
Tabel 3
Penilaian dampak klinis/ konsekuensi/ severity
20
Tabel. 4
Penilaian probabilitas/ frekuensi
TINGKAT
DESKRIPSI
RISIKO
1 Sangat jarang / Rare (>5 thn/kali)
2 Jarang / Unlikely (>2-5 thn/kali)
3 Mungkin / Posible (1-2 thn/kali)
4 Sering / Likely (Bebrp kali /thn)
5 Sangat sering / Almost certain (Tiap minggu /bulan)
Setelah dampak dan probability diketahui dimasukkan dalam Tabel Matriks Grading Risiko untuk
menghitung skor risiko dan mencari warna bands risiko.
a. SKOR RISIKO
Skor risiko akan menentukan Prioritas risiko, Jika pada asesmen risiko ditemukan dua insiden
dengan hasil skor risiko yang nilainya sama, maka untuk memilih prionitasnya, dapat
menggunakan warna Bands risiko.
b. BANDS RISIKO
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna, yaitu: biru, hijau,
kuning dan merah. Warna bands akan menentukan investigasi yang akan dilakukan (Tabel 4).
1. Bands biru dan hijau : investigasi sederhana
2. Bands kuning dan merah : investigasi komprehensif
Contoh:
Pasien jatuh dari tempat tidur dan meninggal, kejadian seperti ini di rumah sakit x
21
terjadi pada 2 tahun yang lalu.
Nilai dampak : 5 (katastropik) karena pasien meninggal
Nilai probabilitas : 3 (mungkin terjadi) karena pernah terjadi 2 tahun lalu
Scoring risiko : 5 x 3 = 15
Warna bands : merah (ekstrim)
Tabel. 5 Matriks
Grading Risiko
Probabilitas/ Frekuensi/ Potencial Concequences
Likelihood Insignificant 1 Minor 2 Moderate 3 Major 4 Katastropic 5
Tabel. 6
Tindakan sesuai Tingkat dan Bands Risiko
Level / Bands Tindakan
22
tinggi)
Tabel. 7
Tindakan
23
BAB IV
PETUNJUK PENGISISAN LAPORAN
INSIDEN KESELAMATAN PASIEN (IKP)
24
1. Jumlah IKP berdasarkan jenis kejadian dan analisis Risiko
Jumlah insiden diisi sesuai dengan jumlah Insiden yang terjadi pada TW ini
Analisis Risiko diisi sesuai dengan hasil grading analisis risiko yang harus
dilakukan dan dibuat prosentase saat akhir periode prosentase dari analisis risiko
yang sudah selesai dibagi dengan jumlah insiden yang terjadi.
Buat grafik berdasarkan jenis kejadian minimal dalam 2 TW terakhir dan dalam
setahun terakhir.
Buat analisa dari grafik yang terjadi berdasarkan analisis risiko yang telah dibuat
sehingga didapatkan masalah yang sebenarnya
Buat usulan tindak lanjut agar tidak terjadi insiden yang sama dimasa yang akan
dating
2. Rekapitulasi laporan Kondisi Potensi Cedera Signifikan (KPCS)
berdasarkan tempatkejadian, pada kolom :
Kronologis : tuliskan kronologis singkat potensi cedera yang bisa terjadi
Jenis insiden : tuliskan jenis insiden tersebut (KPCS)
Tempat kejadian tuliskan tempat terjadinya insiden
Unit penyebab : tuliskan unit yang menyebabkan terjadinya insiden tersebut.
Band Grading adalah hasil dari band grading yang dilakukan, misalnya hijau,
biru, kuning, merah
Akar masalah : adalah penyebab dari terjadinya insiden tersebut
Type insiden tuliskan salah satu dari 15 type insiden sesuai dengan insiden yang
mungkin terjadi
Subtype insiden tuliskan subtype dari type insiden dari kolom type insiden tadi
Rencana tindak lanjut adalah hasil pembahasan dari Sub Keselamatan
Pasien, perencanaan agar tidak terjadi insiden kembali
3. Rekapitulasi Laporan kejadian Nyaris Cedera (KNC) berdasarkan tempat
kejadian
Kronologis : adalah kronologis singkat insiden yang telah terjadi sehingga
terlihat runtutan kejadiannya.Jenis insiden : adalah jenis insiden tersebut (KNC)
Tempat kejadian tuliskan tempat terjadinya insiden
Unit penyebab : tuliskan unit yang menyebabkan terjadinya insiden
tersebut bisa penyebabnya bukan dari unit terjadinya insiden.
Misalnya kesalahan dosis obat, kejadiannya di ruang perawatan tapi unit
penyebab adalah farmasi
25
Band Grading adalah hasil dari band grading yang dilakukan
Akar masalah : adalah penyebab dari terjadinya insiden tersebut
Type insiden tuliskan salah satu dari 15 type insiden sesuai Insiden yang terjadi
Subtype insiden tuliskan subtype dari type insiden dari kolom type insiden tadi
berdasarkan kronologis
Rencana tindak lanjut adalah hasil pembahasan dari Sub Keselamatan Pasien,
perencanaan agar tidak terjadi insiden kembali
4. Rekapitulasi Laporan kejdian Tidak cedera (KTC) berdasarkan tempat
kejadian
Kronologis : adalah kronologis singkat terjadinya insiden sehingga terlihat
runtutan kejadiannya
Jenis insiden : tuliskan jenis insiden tersebut (KTC)
Tempat kejadian tuliskan tempat terjadinya insiden
Unit penyebab : tuliskan unit yang menyebabkan terjadinya insiden tersebut.
Band Grading adalah hasil dari band grading yang dilakukan
Akar masalah : adalah penyebab dari terjadinya insiden tersebut
Type insiden tuliskan salah satu dari 15 type insiden
Subtype insiden tuliskan subtype dari type insiden dari kolom type insiden tadi
Rencana tindak lanjut adalah hasil pembahasan dari Sub Keselamatan Pasien,
perencanaan agar tidak terjadi insiden kembali
5. Rekapitulasi Laporan Kejadian tidak diharapkan (KTD) berdasarkan
tempat Kejadian.
Kejadian nomor 1 sampai 5 adalah kejadian yang WAJIB diawasi dan harus
dilakukan pemantauan. Bila tidak ada kejadian tuliskan (-), bila ada kejadian
tuliskan bawah dari kejadian tersebut. Bila tidak termasuk dari kejadian nomor 1-5
maka dituliskan di nomor 6, sesuai dengan kolom dibawah ini
Kronologis : adalah kronologis singkat potensi cedera yang terjadi sehingga
terlohat runtutan kejadiannya
Jenis insiden : tuliskan jenis insiden tersebut (KTD)
Tempat kejadian tuliskan tempat terjadinya insiden
Unit penyebab : tuliskan unit yang menyebabkan terjadinya insiden tersebut.
Band Grading adalah hasil dari band grading yang dilakukan
Akar masalah : adalah penyebab dari terjadinya insiden tersebut
Type insiden tuliskan salah satu dari 15 type insiden
26
Subtype insiden tuliskan subtype dari type insiden dari kolom type insiden tadi
Rencana tindak lanjut adalah hasil pembahasan dari Sub Keselamatan
Pasien, perencanaan agar tidak terjadi insiden kembali
6. Rekapitulasi Laporan Kejadian Sentinel berdasarkan tempat kejadian.
Kronologis : tuliskan kronologis dengan detai kejadian sentinel yang terjadi.
Jenis insiden : tuliskan jenis insiden tersebut adalah sentinel
Tempat kejadian tuliskan tempat terjadinya sentinel
Unit penyebab : tuliskan unit yang menyebabkan terjadinya sentinel tersebut.
Band Grading adalah hasil dari band grading yang dilakukan
Akar masalah : adalah penyebab dari terjadinya insiden tersebut
Type insiden tuliskan salah satu dari 15 type insiden
Subtype insiden tuliskan subtype dari type insiden dari kolom type insiden
tadi
Rencana tindak lanjut adalah hasil pembahasan dari Sub Keselamatan
Pasien, perencanaan agar tidak terjadi insiden kembali.
7. Kesimpulan
Pada kolom ini diisi kesimpulan dari Insiden yang terjadi pada TW ini
berdasarkan semua Insiden dan potensi Insiden yang terjadi.
8. Arahan Direktur PT. Medika Loka Cilegon
Kolom ini disediakan untuk diisi oleh Direktu PT. Medika Loka Cilegon Memberikan
feedback dari laporan IKP rumah sakit
27
(satu) bulan maka Rumah Sakit menyampaikan laporan bahwa tidak ada KTD dan/atau
kejadian Sentinel.
6. Hal-hal terkait Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien dapat disampaikan dengan meng-klik :
Hubungi Kami
I. DATA RS (Form Laporan IKP Eksternal)
1. Kepemilikan RS
Dipilih salah satu sesuai kepemilikan RS (jelas)
Tipe RS
Dipilih salah satu sesuai tipe RS : umum atau khusus, khusus pilih lagi: mis,RSIA,
RS khusus THT, RS khusus Ortopedhi.
2. Kelas RS
Dipilih salah satu sesuai kelas RS. Untuk RS swasta menyesuaikan mis: RS Pratama
setara dengan kelas D, RS Madya setara dengan RS kelas C, dst.
3. Kapasitas tempat tidur
Diisi jumlah tempat tidur dengan box bayi
4. Propinsi (Lokasi RS)
Diisi nama propinsi dimana lokasi RS berada
5. Tanggal laporan dikirim ke KKP-RS
Diisi tanggal saat laporan dikirim via pos/ kurir/ e-report ke KKP-RS
28
dilaporkan paling lambat 2x24 jam atau pada akhir jam kerja/ shift.
2. Insiden
□ Diisi insiden, misalnya : Pasien jatuh, salah identifikasi pasien, salah
pemberian obat, salah dosis obat, salah bagian yang di operasi, dll
3. Kronologis insiden
□ Diisi ringkasan insiden mulai saat sebelum kejadian sampai terjadinya insiden
□ Kronologis harus sesuai kejadian yang sebenarnya, bukan pendapat /
asumsi pelapor.
4. Jenis insiden
□ Pilih salah satu Insiden Keselamatan Pasien (IKP): KTD / KNC
5. Orang pertama yang melaporkan insiden
□ Pilih salah satu pelapor yang paling pertama melaporkan terjadinya insiden,
mis: petugas / keluarga pasien, dll.
6. Kejadian terjadi pada :
□ Jika insiden terjadi pada pasien : laporkan ke KKP-RS.
□ Jika insiden terjadi pada karyawan/ keluarga pasien/ pengunjung, dilaporkan ke
Tim K3 RS.
7. Insiden menyangkut pasien
□ Pilih salah satu : pasien rawat inap / pasien rawat jalan / pasien UGD
8. Tempat / lokasi
□ Tempat pasien berada, mis: ruang rawat inap, ruang rawat jalan, UGD
9. Insiden sesuai kasus penyakit/ spesialisasi
□ Pasien dirawat oleh spesialis? (pilih salah satu)
□ Bila kasus penyakit/ spesialis lebih dari satu, pilih salah satu yang
menyebabkan insiden.
Misal : pasien gastritis kronis dirawat oleh internist, dikonsulkan ke bedah dengan
suspek appendicitis. Saat apendiktomi terjadi insiden, tertinggal kasa, maka
penanggung jawab kasus adalah bedah.
□ Bila dirawat oleh dokter umum: isi lain-lain: umum
10. Unit / Departemen yang menyebabkan insiden
□ Adalah unit / departemen yang menjadi penyebab terjadinya insiden, misalnya:
a. Pasien DHF ke UGD, diperiksa laboratorium, ternyata hasilnya salah
interpretasi
Insiden : salah hasil lab pada pasien
DHF Jenis insiden : KNC (tidak terjadi cedera)
29
Tempat/ lokasi : UGD
Spesialisasi : kasus penyakit
dalam Unit penyebab : laboratorium
b. Pasien anak berobat ke poliklinik, diberikan resep, ternyata terjadi kesalahan
pemberian obat oleh petugas farmasi. Hal ini diketahui setelah pasien pulang. Ibu
pasien datang kembali ke farmasi untuk menanyakan obat tersebut. Insiden
: salah pemberian obat untuk pasien anak
Jenis insiden : KNC (tidak terjadi
cedera) Tempat/ lokasi : farmasi
Spesialisasi : kasus
anak Unit penyebab :
farmasi
c. Pasien THT akan dioperasi telinga kiri tapi ternyata yang dioperasi telinga kanan.
Hal ini terjadi karena tidak dilakukan pengecekan ulang bagian yang akan
dioperasi oleh petugas kamar operasi.
Insiden : salah bagian yang dioperasi: telinga kiri, seharusnya
kanan Jenis insiden : KTD (terjadi cedera)
Tempat/ lokasi : kamar
operasi Spesialisasi : kasus THT
Unit penyebab : Instalasi
bedah
11. Akibat insiden
□ Pilih salah satu: (lihat table matriks grading risiko)
a. Kematian : jelas
b. Cedera irreversible/ cedera berat :
Kehilangan fungsi motorik, sensorik atau psikologis secara permanen, mis:
lumpuh,cacat
c. Cedera reversible/ cedera sedang :
Kehilangan fungsi motorik, sensorik atau psikologis tidak permanen, mis:
luka robek
d. Cedera ringan :
Cedera/ luka yang dapat diatasi dengan pertolongan pertama tanpa harus dirawat,
mis: luka lecet
e. Tidak ada cedera, tidak ada luka
12. Tindakan yang dilakukan segera setelah insiden
30
□ Ceritakan penanganan/ tindakan yang saat itu dilakukan agar insiden yang sama
tidak terulang lagi
13. Tindakan dilakukan oleh
Pilih salah satu:
a. Bila dilakukan Tim : sebutkan timnya terdiri dari siapa saja, mis: Dokter
b. Bila dilakukan petugas lain: sebutkan, mis: Analis, asisten apoteker,
radiographer, bidan.
14. Apakah insiden yang sama pernah terjadi di unit kerja lain?
□ Jika Ya, lanjutkan dengan mengisi pertanyaan dibawahnya yaitu:
a. Waktu kejadian : isi dalam bulan/ tahun
b. Tindakan yang telah dilakukan pada unit keja tersebut untuk
mencegah terulangnya kejadian yang sama, jelaskan.
Komponen
a. Regulator dan Ekonomi
cb. Per atur an &NaKsieobniajalkan
Heupbkuensgan de ngan Organisasi lain
d. D
31
2. Faktor kontributor organisasi dan manajemen
Komponen SubKomponen
Organisasi & Manajemen a. Struktur Organisasi
b. Pengawasan
c. Jenjang Pengambilan Keputusan
Kebijakan, Standar & Tujuan a. Tujuan & Misi
b. Penyusunan Fungsi Manajemen
c. Kontrak Service
d. Sumber Keuangan
e. Pelayanan Informasi
f. Kebijakan diklat
g. Prosedur &Kebijakan
h. Fasilitas & Perlengkapan
i. Manajemen Risiko
j. Manajemen K3
k. QualityImprovement
Administrasi Sistim Administrasi
Budaya Keselamatan a. Attitude kerja
b. Dukungan manajemen oleh
seluruh staf
SDM a. Ketersediaan
b. Tingkat Pendidikan &
Keterampilan Staf yang
c. Beban Kerja yang optimal
Diklat berbeda
Manajemen Training Pelatihan /
Refreshing
32
Desain dan Bangunan a. Manajemen Pemeliharaan
b. Penilaian Ergonomik
c. Fungsionalitas
Lingkungan a. Housekeeping
b. Pengawasan Lingkungan Fisik
c. Perpindahan pasien antar ruangan
Peralatan / sarana / prasarana a. Malfungsi Alat
b. Ketidaktersediaan
c. Manajemen Pemeliharaan
d. Fungsionalitas
e. Desain, Penggunaan &
Maintenance Peralatan
33
6. Faktor Kontributor : tugas
Komponen SubKomponen
Personal a. Kepribadian b.
Bahasa
c. Kondisi Sosial
d. Keluarga
Pengobatan Mengetahui risiko yang berhubungan
dengan pengobatan
Riwayat a. Riwayat Medis
b. Riwayat Kepribadian
c. Riwayat Emosi
Hubungan Staf dan Pasien Hubungan yang baik
34
8. Faktor kontributor komunikasi
Komunikasi Verbal a. Komunikasi antar staf junior
dan senior
b. Komunikasi antarProfesi
c. Komunikasi antar Staf dan Pasien
d. Komunikasi antar Unit Departemen
Komunikasi Tertulis Ketidaklengkapan Informasi
Contoh :
Pasien mengalami luka bakar saat dilakukan fisioterapi. Petugas fisioterapi adalah
petugas yang baru bekerja 3 bulan di RS X. Hasil investigasi ditemukan :
1. Penyebab langsung
a. Peralatan/ sarana/ prasarana : intensitas berlebihan pada alat tranducer
b. Petugas : fisioterapis kurang memahami prosedur penggunaan alat
2. Akar penyebab masalah
a. Peralatan / sarana / prasarana : manajemen pemeliharaan/ maintenen alat tidak ada
b. Manajemen (diklat) : tidak pernah diberikan training dan orientasi
3. Rekomendasi/
solusi : Bisa
dibagi atas :
a. Jangka pendek
b. Jangka menengah
c. Jangka panjang
35
BAB V
PENUTUP
Sistem pelaporan insiden merupakan awal proses analisis dan investigasi insiden. Diharapkan
panduan Insiden Keselamatan Pasien ini dapat menjadi acuan bagi RS Hermina Cilegon
untukmelaksanakan system pelaporan dan analisisnya.
Dengan meningkatnya jumlah laporan insiden akan tergambarkan budaya dan motivasi untuk
meningkatkan keselamatan pasien dan mutu pelayanan kepada pasien. Hasil analisis insiden
akan menjadi pembelajaran untuk mencegah kejadian yang sama dikemudian hari.
KOP SURAT
Nomor : … … (Tanggal)…
Hal : Permohonan Password Pelaporan IKP
Mengetahui,
Direktur/Pimpinan Fasyankes, Ketua Komite/Tim
Mutu, ttd dan stempel basah ttd
…(Nama Jelas)… …(Nama Jelas)…
Catatan :
- Surat agar dipindai dalam bentuk file pdf dan diemail kepada Sekretariat KNKP
melalui sekretariat.knkp@gmail.com dan google form http://bit,ly/FormGantiPass
- Password dikirim melalui email resmi fasyankes dan harus segera diganti
(menjadi tanggung jawab fasyankes jika ada penyalahgunaan.
Lampiran 2 :
FORMULIR LAPORAN INSIDEN KESELAMATAN
PASIEN
LAPORAN INSIDEN
(INTERNAL)
I. DATA PASIEN
Nama : ………………………………………………………………..
No RM : ………………………….. Ruangan : ………………………
Umur * : □ 0-1 bulan □ > 1 bulan – 1 tahun
□ > 1 tahun – 5 tahun □ > 5 tahun – 15 tahun
□ > 15 tahun – 30 tahun □ > 30 tahun – 65 tahun
□ > 65 tahun
Jenis Kelamin * : □ Laki-laki □
perempuan Penanggung biaya pasien * :
□ Pribadi □ Asuransi Swasta
□ BPJS □ Lainnya (sebutkan) …………..
Tanggal masuk RS : ……………………….. Jam : ………………………..
Laporan ini hanya dibuat jika timbul kejadian yang menyangkut pasien. Laporan bersifat
anomin, tidak mencantumkan nama, hanya diperlukan rincian kejadian, analisa penyebab
dan rekomendasi.
Untuk mengisis laporan ini sebaiknya dibaca Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan
Pasien (IKP), bila ada kerancuan persepsi, istilah sesuai dengan pemahaman yang ada.
Isilah semua data pada Laporan Insiden Keselamatan Pasien dengan lengkap. Jangan
dikosongkan agar data dapat dianalisa.
Segera kirimkan laporan ini langsung ke Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS)
Type RS :
□ Umum
□ Khusus
□ Lain-lain
Kapasitas tempat tidur................................................................................tempat tidur
Propinsi (lokasi RS) : ……………………………………………………………..
Tanggal lapran Insiden di kirim ke KPP-RS : ……………………………………….
jawab
47
Investigasi Lengkap............................YA / TIDAK
KOP SURAT RS
Jakarta,………20...
Nomor :
Perihal : Laporan kejadian Sentinel
Lamp : 1 kronologis singkat
Kepada YTH
Direktur Medis PT Medikaloka…………………..
Di Tempat
Dengan hormat,
Bersama ini kami sampaikan laporan sentinel Rumah Sakit Hermina …..….yang terjadi
pada ….……..(terlampir). Adapun faktor – faktor akar masalah kejadian sentinel telah dilakukan
RCA oleh Komite Mutu Rumah Sakit dan akan dilaporkan dalam waktu maksimal 45 hari setelah
kejadian. Berikut kami sertakan juga kronologis singkat kejadian tersebut.
Demikian yang dapat kami sampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih
Hormat kami
Direktur RS Hermina …….
48
…………………………
Tembusan:
1. Direktur Utama PT.Medikaloka Tbk
2. Departemen Pelayanan Medis
3. Departemen Mutu dan Akreditasi
49
Lampiran surat :
Band : ………………………….
50
Lampiran 4
ANALISIS RISIKO
JENIS JUMLAH INSIDEN SIMPLE INVESTIGASI RCA (%)
(%)
KPC
KNC
KTC
KPCS
KTD
SENTINEL
TOTAL
51
Grafik IKP berdasarkan jenis kejadian :
Catatan : grafik menggambarkan tiap jenis kejadian minimal dalam TW terakhir dan dalam setahun terakhir
bila laporan untuk TWIV.
Analisa :
Tindak lanjut :
52
B. REKAPITULASI LAPORAN KONDISI POTENSI CEDERA (KPC) BERDASARKAN TEMPAT KEJADIAN
53
C. REKAPITULASI LAPORAN KEJADIAN NYARIS CEDERA (KNC) BERDASARKAN TEMPAT KEJADIAN
54
D. REKAPITULASI LAPORAN KEJADIAN TIDAK CEDERA (KTC) BERDASARKAN TEMPAT KEJADIAN
55
F. REKAPITULASI LAPORAN KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN (KTD) BERDASARKAN TEMPAT
KEJADIAN
4. Semua perbedaan besar antara diagnosis Pra operasi dan diagnosis Pasca Operasi (Diskrepansi)
56
5. Efek samping selama sedasi moderat atau mendalam dan pemakaian Anestesi
6. Kejadian-kejadian lain.
57
Kesimpulan
(…………………………….) (……………………………)
58