Anda di halaman 1dari 61

MAKALAH

Evidanced Based Midwifery (EBM) Dalam Asuhan Kebidanan


Pada Ibu Hamil

Oleh:

1. Adriana Selvi lho (202207066)


2. Betta Dwi Wulansari (202207081)
3. Devien Puspaningrum (202207083)
4. Endang Suwarti (202207089)
5. Ghupita Kencana (202207093)
6. Isnaini Fitriana (202207095)
7. Istikoma (202207096)
8. Linda Silviya (202207099)
9. Nanik Handayani (202207105)
10. Peni Wulandari (202207113)
11. Rifki Kholifah Lestari (202207118)
12. Nurmada Soumena (202207110)

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
TAHUN 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pada awalnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan

kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir, namun ini kadang tidak sesuai

dengan yang diharapkan. Sulit sekali diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan

menjadi masalah. Oleh Karena itu pelayanan antenatal/asuhan entenatal merupakan cara

penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi

ibu dengan kehamilan normal.

Sebelum dikenal adanya asuhan berasarkan evidence based, asuhan yang

diberikan berasarkan tradisional. Asuhan yang banyak berkembang saat ini sebenarnya

berasal dari model yang dikembangkan Eropa pada awal dekade abad ini. Lebih

mengarah keritual daripada rasional. Biasanya asuhan ini lebih mengarah ke frekuensi

dan jumlah daripada terhadap unsur yang mengarah kepada tujuan yang esensial.

Asuhan antenatal atau yang dikenal antenatal care merupakan prosedur rutin

yang dilakukan petugas (dokter/bidan/perawat) dalam membina suatu hubungan dalam

proses pelayanan ibu hamil untuk mempersiapkan persalinan. Dengan memberikan

asuhan antenatal yang baik akan menjadi salah satu tiang penyangga dalam safe

motherhood dalam usaha menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu perinatal.

Evidanced Based Midwifery (EBM) ini sangat penting peranannya pada dunia

kebidanan karena dengan adanya EBM maka dapat mencegah tindakan-tindakan yang

tidak diperlukan/tidak bermanfaat bahkan merugikan bagi pasien, terutama pada proses
persalinan yang diharapkan berjalan dengan lancar dan aman sehingga dapat

menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan Evidanced Based Midwifery (EBM)?

2. Apa saja Evidanced Based Midwifery (EBM) dalam asuhan kebidanan pada ibu

hamil?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian Evidanced Based Midwifery (EBM)

2. Untuk mengetahui Evidanced Based Midwifery (EBM) dalam asuhan kebidanan

pada ibu hamil


BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Evidanced Based Midwifery (EBM)

2.1.1 Pengertian Evidanced Based Midwifery (EBM)

Evidanced Based Midwifery (EBM) merupakan pemberian informasi

kebidanan berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan,

hal ini akan membantu tenaga kesehatan agar mampu memperoleh informasi

terbaru yang dapat menjadi bahan untuk membuat keputusan klinis yang efektif

dan efisien sehingga dapat memberikan perawatan terbaik kepada pasien.

2.1.2 Manfaat Evidence Based

Manfaat yang dapat diperoleh dari pemanfaatan evidence based antara lain :

a. Keamanan bagi tenaga kesehatan.

b. Meningkatkan kompetensi (kognitif).

c. Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagai profesional dalam memberikan

asuhan yang bermutu.

d. Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan kebidanan klien

mengharapkan asuhan yang benar, sesuai dengan bukti dan teori serta

pengembangan ilmu pengetahuan dan teori.

2.2 Evidanced Based Midwifery (EBM) Dalam Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil
2.2.1 Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin mulai

sejak konsepsi sampai permulaan persalinan (Vivian, 2014 : 59).


Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal

akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan

menurut kalender internasional (Prawirohardjo, 2014 : 213).

Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, trimester I usia kehamilan 0-12

bulan, trimester II usia kehamilan 13-27 minggu, trimester III usia kehamilan 28-

40 minggu (Prawirohardjo, 2014 : 213).

2.2.2 Perubahan Fisiologis Wanita Hamil

a. Uterus

Uterus mengalami pembesaran yang dipengaruhi oleh peningkatan

hormon estrogen dan progesterone. Pada minggu pertama kehamilan uterus

masih berbentuk seperti buah avokad. Isthmus uteri akan mengadakan

hipertrofi seperti korpus uteri yang mengakibatkan isthmus bertambah panjang

dan lunak yang disebut Tanda Hegar. Pada kehamilan 16 minggu kavum uteri

seluruhnya diisi oleh amnion di mana desidua kapsularis dan desidua vera

(parietalis) telah menjadi satu. Pada triwulan akhir ismus akan berkembang

menjadi segmen bawah uterus. Pada akhir kehamilan otot-otot uterus bagian

atas akan berkontraksi sehingga segmen bawah uterus akan melebar dan

menipis. Batas antara segmen atas yang tebal dan segmen bawah yang tipis

disebut dengan lingkaran retraksi fisiologis (Prawirohardjo, 2014 : 175).

b. Serviks Uteri

Serviks bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak yang disebut

dengan tanda Goodell. Kelenjar endoservikal membesar dan mengeluarkan

banyak cairan mukus. Oleh karena pertambahan dan pelebaran pembuluh


darah, warnanya menjadi livid yang disebut tanda Chadwick) (Vivian, 2014 :

91).

c. Vulva dan Vagina

Vagina dan vulva mengalami perubahan karena pengaruh hormon

estrogen. Pada ibu hamil vagina terjadi hipervaskularisasi menimbulkan

warna merah ungu kebiruan yang disebut tanda Chadwick. Perubahan ini

meliputi penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan

hiperttrofi dari sel-sel otot polos (Prawirohardjo, 2014 : 178).

d. Ovarium

Pada saat ovulasi terhenti masih terdapat korpus luteum graviditas sampai

terbentuknya plasenta yang mengambil alih pengeluaran estrogen dan

progesteron yaitu pada usia kehamilan 16 minggu dan korpus luteum

graviditas berdiameter kurang lebih 3 cm. Kadar relaksin di sirkulasi maternal

dapat ditentukan dan meningkat dalam trimester pertama. Relaksin

mempunyai pengaruh menenangkan hingga pertumbuhan janin menjadi baik

hingga aterm (Vivian, 2014 : 91).

e. Mammae

Selama kehamilan payudara bertambah besar, tegang dan berat.

Perkembangan payudara ini terjadi karena pengaruh hormon saat kehamilan

yaitu estrogen, progesteron, dan somatomamotropin. Puting susu dan areola

payudara mengalami hiperpigmentasi. Pada kehamilan ke-12 minggu

mammae sudah dapat mengeluarkan cairan (kolostrum), kolostrum keluar dari

kelenjar-kelenjar asinus yang mulai berekresi selama kehamilan. Pengeluaran


kolostrum tidak diikuti dengan keluarnya ASI karena hormon prolaktin masih

ditekan oleh Prolaktin Inhibiting Hormon (Vivian, 2014 : 92).

f. Sistem Kardiovaskuler

Volume darah akan meningkat secara progresif mulai minggu ke-6 sampai

ke-8 kehamilan, dan mencapai puncaknya pada minggu ke-32-34 dengan

perubahan kecil setelah minggu tersebut. Volume plasma akan meningkat

kira-kira 40%-45%. Hal ini dipengaruhi oleh aksi progesteron dan estrogen

pada ginjal yang diinisiasi oleh jalur renin-angiotensin dan aldosteron.

Penambahan volume darah ini sebagian besar berupa plasma dan eritrosit.

Eritropoetin ginjal akan meningkatkan jumlah sel darah merah sebanyak 20-

30%, tetapi tidak sebanding dengan peningkatan volume plasma sehingga

akan mengakibatkan hemodilusi dan penurunan hemoglobin (Prawirohardjo,

2014 : 183).

g. Sistem Respirasi

Wanita hamil sering mengeluh sesak dan napas pendek pada kehamilan

usia 32 minggu ke atas. Hal ini disebabkan oleh usus yang tertekan ke arah

diafragma akibat pembesaran rahim. Seorang wanita hamil selalu

menggunakan napas dada (Vivian, 2014 : 96).

h. Sistem Pencernaan

Adanya kehamilan menyebabkan beberapa perubahan pada sistem

pencernaan maternal akibat terjadi penekanan disekitar rongga abdominal

karena pembesaran uterus, serta perubahan estrogen dan progesteron. Kerja

progesteron pada otot-otot polos menyebabkan lambung hipotonus yang


disertai penurunan motilitas dan waktu pengosongan yang memanjang dan

mempengaruhi seluruh saluran usus halus. Akibat pengaruh progesteron usus

halus memperpanjang lama absorbsi nutrien, mineral, dan obat-obatan.

Absorbsi ini juga meningkat akibat hipertrofi villi duodenum yang dapat

meningkatkan kapasitas absorbsi. Terjadi peningkatan absorbsi air dari kolon

disebabkan oleh transit makanan yang lebih lambat melalui usus halus, hal ini

menyebabkan peningkatan terjadinya konstipasi (Husin, 2014 : 48).

i. Sistem Traktus Urinarius

Pada kehamilan bulan-bulan pertama kehamilan, kandung kemih tertekan

oleh uterus yang mulai membesar sehingga sering timbul BAK. Keadaan ini

hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar dari rongga

panggul. Pada akhir kehamilan, bila kepaka janin mulai turun ke bawah pintu

atas panggul, keluhan sering BAK akan timbul lagi karena kandung kemih

mulai tertekan kembali. Dalam kehamilan ureter kanan dan kiri membesar

karena pengaruh progesteron. Akan tetapi, ureter kanan lebih membesar

daripada ureter kiri karena mengalami lebih banyak tekanan dibandingkan

dengan ureter kiri. Hal ini disebabkan karena uterus lebih sering memutar ke

arah kanan. Di samping sering BAK ibu hamil juga terjadi poliuri. Poliuri

disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah di ginjal pada kehamilan

sehingga filtrasi glomerulus juga meningkat sapai 69%. Reabsorbsi di tubulus

tidak berubah sehingga lebih banyak dikeluarkan urea dan asam folik dalam

kehamilan (Vivian, 2014 : 99).


j. Sistem Integument

Ibu hamil sering mengalami perubahan pada kulit yaitu terjadi

hiperpigmentasi atau warna kulit kelihatan lebih gelap. Hal ini disebabkan

karena adanya peningkatan Melanosit Stimulating Hormon (MSH).

Hiperpigmentsi dapat terjadi pada muka, leher, payudara, perut, lipat paha

dan aksila. Hiperpigmentasi pada muka disebut kloasma gravidarum

biasanya timbul pada hidung, pipi dan dahi. Hiperpigmentasi pada perut

terjadi pada garis tengah berwarna hitam kebiruan dari pusat kebawah

sampai sympisis yang disebut linea nigra. Peregangan kulit pada ibu hamil

menyebabkan elastis kulit mudah pecah sehingga timbul striae gravidarum

yaitu garis-garis yang timbul pada perut ibu hamil. Garis-garis pada perut

ibu berwarna kebiruan disebut striae livide (Tyastuti, 2016 : 34).

k. Sistem Muskuloskeletal

Pada ibu hamil sendi pelvis dapat sedikit bergerak selama trimester

III, postur tubuh wanita secara bertahap mengalami perubahan karena janin

membesar dalam abdomen sehingga untuk mengompensasi pertambahan

berat ini, bahu lebih tertarik ke belakang dan tulng lebih melengkung, sendi

tulang belakang lebih lentur, dan dapat menyebabkan nyeri punggung pada

beberapa wanita (Vivian, 2014 : 103).

l. Perubahan Berat Badan dan IMT

Penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari uterus dan

isinya. Kemudian payudara, volume darah dan cairan ekstraseluler.


Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah 6-12,5 kg

(Prawirohardjo, 2014 : 180).

Tabel 2.1. Rekomendasi penambahan berat badan selama kehamilan berdasarkan


indeks masa tubuh

Kategori IMT Rekomendasi (kg)


Rendah < 19,8 12,5 – 18
Normal 19,8 – 26 11,5 – 16
Tinggi 26–29 7 – 11,5
Obesitas > 29 >7
Gemeli 16 – 20,5
Sumber : Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Halaman 180.

Pada trimester I berat badan (BB) ibu hamil tetap dan bahkan justru turun

disebabkan rasa mual, muntah dan nafsu makan berkurang sehingga asupan

nutrisi kurang mencukupi kebutuhan (Tyastuti, 2016 : 37).

Pada trimester II dan III perempuan dengan gizi baik dianjurkan

menambah berat badan per minggu sebesar 0,4 kg, sementara pada perempuan

dengan gizi kurang atau berlebih dianjurkan menambah berat badan per

minggu masing-masing sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg (Prawirohardjo, 2014 : 180).

Sedangkan menurut manuaba (2009 : 22), Penambahan berat badan per

trimester lebih penting dari pada berat badan keseluruhan. Pada trimester

pertama peningkatan berat badan hanya sedikit, antara 0,7 sampai 1,4 kg. Pada

trimester berikutnya akan terjadi peningkatan berat badan yang dapat dikatakan

teratur yaitu 0,35 - 0,4 kg per minggu.


2.2.3 Perubahan Psikologis

Trimester ketiga seringkali disebut periode menunggu dan waspada sebab

pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Gerakan bayi

dan membesarnya perut merupakan dua hal yang mengingatkan ibu akan bayinya.

Kadang-kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu.

Ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadannya akan timbulnya tanda dan

gejala akan terjadinya persalinan. Ibu seringkali merasa khawatir atau takut

kalau–kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak normal. Pada trimester inilah ibu

sangat memerlukan keterangan dan dukungan dari suami, keluarga dan bidan.

Trimester ketiga adalah saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan menjadi

orang tua (Tyastuti, 2016 : 84).

2.2.4 Ketidaknyamanan dan Cara Mengatasinya

a. Keputihan

Keputihan pada ibu hamil disebabkan karena hiperplasia mukosa vagina,

produksi lendir meningkat oleh kelenjar endoserviks karena meningkatnya

tingkat estrogen.

Cara mengatasinya dengan meningkatkan kebersihan dengan mandi setiap

hari, memakai pakaian yang terbuat dari katun atau bahan dengan daya serap

yang kuat, menghindari pakaian dalam yang terbuat dari nilon (Vivian, 2014 :

146).

b. Sering Buang Air Kecil

Sering kencing pada ibu hamil disebabkan tekanan uetrus akan kandung

kemih, nokturia akibat ekskresi sodium yang meningkat dengan kehilangan air

yang wajib dan bersamaan, air dan sodium terperangkap di dalam tungkai
bawah selama siang hari karena statis vena, sedangkan pada malam hari

terdapat aliran kembali vena yang meningkat dengan akibat peningkatan

dalam jumlah output.

Cara mengatasinya dapat dengan cara menjelaskan kepada ibu hamil

mengenai sebab terjadinya, kosongkan kandung kemih saat terasa dorongan

untuk berkemih, perbanyak minum pada siang hari, kurangi minum mendekati

waktu tidur pada malam hari untuk mencegah nokturia, batasi minum bahan

diuretik alamiah seperti kopi, teh, dan minuman bersoda (Vivian, 2014 : 143).

c. Konstipasi

Penyebab konsipasi pada ibu hamil adalah gerakan peristaltic usus lambat

oleh karena meningkatnya hormone progesterone, konstipasi dapat juga

disebabkan oleh motilitas usus yang melambat sehingga menyebabkan

penyerapan air pada usus meningkat. Penyebab lain konstipasi pada ibu hamil

adalah banyak mengkonsumsi supplement zat besi, atau tekanan uterus yang

membesar pada usus.

Cara meringankannya atau mencegahnya yaitu dengan melakukan olah

raga secara teratur, meningkatkan asupan cairan minimal 8 gelas sehari,

minum cairan panas atau sangat dingin pada saat perut kosong, makan sayur

segar, makan nasi merah. Konstipasi dapat dicegah dengan membiasakan

BAB secara teratur, tidak menahan BAB, segera BAB ketika ada dorongan,

dan tidak mengkonsumsi buah apel segar, teh dan kopi karena dapat

meningkatkan konstipasi (Tyastuti, 2016 : 138).


d. Hemoroid

Hemoroid pada ibu hamil terjadi karena konstipasi. Cara mengatasi

hemoroid pada ibu hamil dengan cara menghindari hal yang dapat

menyebabkan konstipasi, dan menghindari mengejan pada saat defikasi. Ibu

hamil harus membiasakan defikasi yang baik, jangan duduk terlalu lama di

toilet. Membiasakan senam kegel secara teratur, dan duduk pada bak air

hangat selama 15-20 menit dilakukan sebanyak 3 sampai 4 kali (Tyastuti,

2016 : 137).

e. Nyeri Punggung

Nyeri punggung merupakan salah satu dari ketidaknyamanan pada

kehamilan trimester III, nyeri punggung disebabkan karena kurvartur dan

vertebra lumbosakral yang meningkat saat uterus membesar, spasme otot

karena tekanan terhadap akar saraf, penambahan ukuran payudara, kadar

hormon oksitosin yang meningkat menyebabkan kartilago di dalam sendi-

sendi besar menajadi lembek, keletihan dan mekanik tubuh yang kurang baik

(Bayu, 2014 : 55).

Cara mengatasi nyeri punggung pada ibu hamil dapat dengan cara ibu

hamil harus memakai BH yang dapat menopang payudara secara benar dengan

ukuran yang tepat. Hindari sikap hiperlordosis, jangan memakai sepatu atau

sandal hak tinggi dan selalu berusaha mempertahankan postur tubuh yang

baik, hindari sikap membungkuk, tekuk lutut saat mengangkat barang.

Lakukan olah raga secara teratur, senam hamil atau yoga. Ibu hamil harus
berkontraksi gizi dan asupan makan sehari-hari untuk menghindari

penambahan berat badan secara berlebihan (Bayu, 2014 : 55).

f. Pusing

Pusing pada ibu hamil disebabkan karena kontraksi, ketegangan otot, dan

keletihan, pengaruh hormon, tegangan mata sekunder terhadap perubahan

okuler, kongesti hidung, dinamika cairan saraf yang berubah dan alkalosis

pernapasan ringan.

Cara mencegah pusing pada ibu hamil dengan cara teknik relaksasi,

masase leher dan otot bahu, penggunaan bungkusan hangat atau es ke leher,

istirahat, dan mandi air hangat (Vivian, 2014 : 140).

g. Varises pada Kaki dan Vulva

Varises pada kaki menyebabkan perasaan tidak nyaman pada ibu hamil,

biasa terjadi pada kehamilan trimester II dan trimester III. Varises dapat

terjadi oleh karena bawaan keluarga (turunan), atau oleh karena peningkatan

hormone estrogen sehingga jari elastic menjadi rapuh. Varises juga terjadi

oleh meningkatnya jumlah darah pada vena bagian bawah.

Cara mengatasinya dengan cara melakukan olahraga secara teratur,

menghindari duduk atau berdiri dalam jangka waktu lama, memakai sepatu

dengan telapak yang berisi bantalan, menghindari pakaian yang ketat,

berbaring dengan kaki ditinggikan atau bersandar di dinding. (Tyastuti, 2016 :

143).

h. Sesak Napas
Sesak napas pada ibu hamil biasanya mulai pada kehamilan trimester III

sampai pada akhir kehamilan. Keadaan ini disebabkan oleh pembesaran uterus

dan pergeseran organ-organ abdomen, pembesaran uterus membuat

pergeseran diafragma naik sekitar 4 cm.

Cara mengatasinya yaitu dengan cara melatih ibu hamil untuk

membiasakan dengan pernapasan normal, berdiri tegak dengan kedua tangan

direntangkan di atas kepala kemudian menarik nafas panjang dan selalu

menjaga sikap tubuh yang baik (Tyastuti, 2016 : 139).

i. Nyeri Ligamentum Rotundum

Nyeri ligamentum rotundum ini biasa terjadi pada trimester kedua dan

ketiga. Faktor penyebab nyeri pada ibu hamil adalah terjadi hipertrofi dan

peregangan pada ligamentum dan terjadi penekanan pada ligamentum karena

uterus yang membesar.

Cara meringankannya yaitu dengan menekuk lutut ke arah abdomen,

memiringkan panggul, mandi dengan air hangat, menggunakan korset, tidur

berbaring miring ke kiri dengan menaruh bantal dibawah perut dan lutut

(Tyastuti, 2016 : 140).

2.2.5 Kebutuhan Fisik Ibu Hamil

a. Oksigen

Kebutuhan oksigen pada ibu hamil semakin meningkat, selain untuk

memenuhi kebutuhan oksigen pada ibu juga harus harus memenuhi oksigen

pada janin. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang meningkat, ibu

dianjurkan untuk latihan melalui senam hamil, tidur dengan bantal yang lebih
tinggi, jalan-jalan di pagi hari, duduk-duduk di bawah pohon yang rindang,

dan berada di ruang yang ventilasinya cukup (Tyastuti, 2016 : 47).

b. Nutrisi

Pada Trimester III sampai usia 40 minggu, nafsu makan sangat baik, tetai

jangan kelebihan,kurangi karbohidrat, tingkatkan protein, sayur-sayuran, dan

buah-buahan, lemak harus tetap dikonsumsi. Selain itu kurangi makanan

terlalu manis seperti gula dan terlalu asin seperti garam, ikan asin, telur asin,

tauco, dan kecap asin karena makanan tersebut akan memberikan

kecenderungan janin tumbuh besar dan merangsang timbulnya keracunan saat

kehamilan.

Hal penting yang harus diperhatikan ibu hamil adalah makanan yang
dikonsumsi terdiri dari susunan menu yang seimbang yaitu antara lain :
Tabel. 2.2 Susunan Menu Seimbang Ibu Hamil

Kategori Berat Setara


Nasi 200 gram 1 piring
Lauk pauk hewani 40 gram Ikan : 1/3 ekor sedang
(ayam/daging/ikan) Ayam : 1 potong sedang
Daging : 2 potong kecil
Lauk nabati Tempe : 50 gram Tempe : 2 potong sedang
(tempe/tahu/kacang Tahu : 100 gram Tahu : 2 potong sedang
-kacangan) Kacang-kacangan : 25 Kacang-kacangan : 2
gram sendok makan
Sayuran 100 gram 1 gelas/ 1 piring/ 1
mangkok (setelah
ditiriskan)
Buah-buahan 100 gram 2 1/4 potong sedang
Sumber : Fitriana, Diah Ayu. 2016. Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya.

c. Personal Hygiene

Menurut Tyastuti (2016 : 48), beberapa hal yang dapat dilakukan untuk

menjaga kebersihan diri pada ibu hamil :

1. Mandi

Menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit ketiak, bawah buah

dada, dan daerah geentalia) dengan cara dibersihkan dan dikeringkan.

2. Perawatan Vulva dan Vagina

Ibu hamil supaya selalu membersihkan vulva dan vagina setiap

mandi, setelah BAB/BAK, cara membersihkan dari depan ke belakang

kemudian dikeringkan dengan handuk kering. Pakaian dalam dari katun

yang menyerap keringat, jaga vulva dan vagina selalu dalam keadaan

kering, hindari keadaan lembab pada vulva dan vagina, penyemprotan

vagina (douching) harus dihindari selama kehamilan karena akan

mengganggu mekanisme pertahanan vagina yang normal, dan

penyemprotan vagina yang kuat (dengan memakai alatsemprot) ke dalam

vagina dapat menyebabkan emboli udara atau emboli air.

3. Perawatan Gigi

Saat hamil sering terjadi karies yang disebabkan karena konsumsi

kalsium yang kurang, dapat juga karena emesis-hiperemesis gravidarum,

hipersaliva dapat menimbulkan timbunan kalsium di sekitar gigi.


Memeriksakan gigi saat hamil diperlukan untuk mencari kerusakan gigi

yang dapat menjadi sumber infeksi, perawatan gigi juga perlu dalam

kehamilan karena hanya gigi yang baik menjamin pencernaan yang

sempurna. Untuk menjaga supaya gigi tetap dalam keadaan sehat perlu

dilakukan perawatan sebagai berikut :

1) Periksa ke dokter gigi minimal satu kali selama hamil

2) Makan makanan yang mengandung cukup kalsium (susu, ikan) kalau

perlu minum suplemen tablet kalsium.

3) Sikat gigi setiap selesai makan dengan sikat gigi yang lembut.

4. Perawatan Kuku

Kuku supaya dijaga tetap pendek sehingga kuku perlu dipotong

secara teratur, untuk memotong kuku jari kaki mungkin perlu bantuan

orang lain. Setelah memotong kuku supaya dihaluskan sehingga tidak

melukai kulit yang mungkin dapat menyebabkan luka dan infeksi.

5. Perawatan Rambut

Wanita hamil menghasilkan banyak keringat sehingga perlu sering

mencuci rambut untuk mmengurangi ketombe. Cuci rambut hendaknya

dilakukan 2-3 kali dalam satu minggu dengan cairan pencuci rambut yang

lembut, dan menggunakan air hangat supaya ibu hamil tidak kedinginan.

6. Perawatan Payudara

Cara merawat payudara dengan cara memakai BH yang sesuai

dengan pembesaran payudara, yang sifatnya adalah menyokong buah

dada dari bawah.


Dua bulan terakhir dilakukan massage, kolostrum dikeluarkan untuk

mencegah penyumbatan. Untuk mencegah puting susu kering dan pecah-

pecah oleskan air susu ke puting sesudah selesai menyusui. (Sofian, 2013 :

48).

d. Pakaian

Pakaian yang digunakan oleh ibu hamil harus longgar, bersih, dan tidak

ada ikatan yang ketat pada daerah perut. Dianjurkan untuk memakai BH yang

longgar dan menyokong payudara (Sofian, 2013 : 47).

Sebaiknya memilih BH yang bahannya katun karena selain mudah dicuci

juga jarang menimbulkan iritasi. Celana dalam sebaiknya terbuat dari katun

karena mudah menyerap keringat sehingga mencegah kelembapan yang dapat

menyebabkan gatal dan iritasi (Tyastuti, 2016 : 50).

e. Seksualitas

Hubungan seksual dapat dilakukan seperti biasa kecuali jika terjadi

perdarahan atau keluar cairan dari kemaluan, maka harus dihentikan. Jika ada

riwayat abortus sebelumnya, koitus ditunda sampai usia kehamilan di atas 16

minggu, di mana diharapkan plasenta sudah terbentuk, dengan implantasi dan

fungsi yang baik. Beberapa kepustakaan menganjurkan agar koitus mulai

dihentikan pada 3-4 minggu terakhir menjelang perkiraan tanggal persalinan

(Vivian, 2014 : 125).

f. Olahraga
Olahraga pada ibu hamil bertujuan sebagai pengalihan perhatian,

mengurangi kecemasan dan tekanan, menenangkan pikiran, membantu

mengurangi konstipasi dan merangsang nafsu makan. Olahraga yang

dianjurkan adalah berjalan, bersepeda, dan berenang. Olahraga dibatasi pada

kondisi yang beresiko tinggi seperti penyakit jantung, persalinan premature,

kehamilan kembar, bayi kecil masa kehamilan (KMK) pada anak sebelumnya,

plasenta previa, perdarahan, ketuban pecah dini, atau riwayat abortus spontan

yang berulang. Olahraga minimal tiga kali seminggu selama 15-30 menit,

dengan denyut jantung maksimal 140-150 kali per menit (Kamariyah, 2014 :

72).

g. Istirahat dan Tidur

Wanita hamil harus mengurangi semua kegiatan yang melelahkan, tapi

tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk menghindari pekerjaan yang tidak

disukainya. Wanita hamil juga harus menghindari posisi duduk, berdiri dalam

waktu yang sangat lama. Ibu hamil harus mempertimbangkan pola istirahat

dan tidur yang mendukung kesehatan sendiri, maupun kesehatan bayinya.

Kebiasaan tidur larut malam dan kegiatan-kegiatan malam hari harus

dipertimbangkan dan kalau mungkin dikurangi hingga seminimal mungkin.

Kebutuhan tidur malam sekitar 8 jam dan tidur siang + 1 jam (Marmi, 2014 :

125).

h. Imunisasi

Pada wanita hamil harus diberikan imunisasi TT untuk mencegah

kemungkinan tetanus neonaturum. Imunisasi TT harus diberikn sebanyak 2


kali, dengan jarak waktu TT1 dan TT2 minimal 1 bulan, dan ibu hamil harus

sudah diimunisasi lengkap pada umur kehamilan 8 bulan (Marmi, 2014 :

125).

i. Traveling

Pada ibu hamil tidak dianjurkan bepergian terlalu lama dan melelahkan.

Duduk terlalu lama menyebabkan terjadinya stasis vena (stagnasi vena), yang

dapat mengakibatkan trombofeblitis dan kaki bengkak. Ibu hamil yang ingin

bepergian dengan pesawat udara dibolehkan karena tidak ada bahaya hipoksia,

dan tekanan oksigen cukup dalam pesawat udara. Namun pada ibu hamil yang

usianya di atas 32 minggu tidak dianjurkan bepergian karena dikhawatirkan

terjadi kontraksi dan masuk ke fase persalinan selama di perjalanan (Sofian,

2013 : 47).

j. Persiapan Laktasi

Dalam persiapan laktasi ibu diberikan pendidikan mengenai perawatan

payudara pada wanita hamil untuk membantu proses laktasi nanti berjalan

lancar. Persiapan yang paling penting adalah persiapan psikologis pada ibu,

yakinkan bahwa ibu pasti akan berhasil untuk menyusui, timbulkan pada ibu

bahwa dia sangat berniat untuk menyusui bayinya secara eksklusif, sehingga

ketika sudah melahirkan betul–betul sudah siap untuk menyusui bayinya

(Tyastuti, 2016 : 64).

k. Senam Hamil

a) Pengertian
Senam hamil adalah latihan relaksasi yang dilakukan oleh ibu

sejak usia kehamilan 24 minggu (Indrayani, 2011 : 184).

b) Syarat Senam Hamil

1. Telah dilakukan pemeriksaan kesehatan dan kehamilan oleh dokter

atau bidan.

2. Latihan dilakukan setelah kehamilan 22 minggu.

3. Latihan dilakukan secara teratur dan disiplin.

4. Sebaiknya latihan dilakukan di rumah sakit atau klinik bersalin

dibawah pimpinan instruktur senam hamil. (Indrayani, 2011 : 184).

c) Manfaat Senam Hamil

1. Membantu mengontrol tubuh dan menghilangkan rasa sakit/nyeri

saat kehamilan.

2. Memperbaiki sirkulasi darah.

3. Menghilangkan sakit pinggang.

4. Menguatkan otot-otot panggul.

5. Mencegah sembelit dan varises.

6. Memudahkan proses persalinan.

(Indrayani, 2011 : 184).

d) Kontraindikasi Senam Hamil

1. Kontraindiksi absolut/mutlak yaitu ibu hamil yang mempunyai

penyakit jantung, penyakit paru, serviks inkompeten (serviks


membuka), kehamilan kembar, riwayat perdarahan pervaginam pada

trimeser II dan III, kelainan letak plasenta seperti plasenta previa,

preeklampsia, maupun hipertensi.

2. Kontraindikasi relatif yaitu ibu hamil yang menderita anemia berat,

irama jantung yang tidak teratur, penyakit paru bronkitis yang

kronis, riwayat penyakit diabetes melitus, kegemukan yang sangat

berat, terlalu kurus (BMI di bawah 12), penyakit darah tinggi,

penyakit-penyakit dengan riwayat operasi tulang ortopedik, dan

perokok berat.

(Vivian, 2014 : 130).

2.2.6 Standar Kunjungan ANC dan Standar Asuhan Minimal 10 T

a. Jadwal Kunjungan ANC

Menurut Prawirohardjo (2014 : 279) bila kehamilan teramasuk risiko

tinggi perhatian dan jadwal kunjungan harus lebih ketat. Namun, bila

kehamilan normal jadwal asuhan minimal empat kali. Dalam bahasa program

kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini diberi kode angka K yang

merupakan singkatan dari kunjungan. Pemeriksaan antenatal yang lengkap

adalah K1, K2, K3, K4. Hal ini berarti, minimal dilakukan sekali kunjungan

antenatal hingga usia 28 minggu, sekali kunjungan antenatal selama

kehamilan 28-36 minggu, dan sebanyak dua kali kunjungan antenatal pada

usia kehamilan di atas 36 minggu.

Menurut Vivian (2011 : 158) dalam buku Asuhan Kehamilan untuk

Kebidanan, jadwal kunjungan ANC adalah setiap bulan sampai umur


kehamilan 28 minggu, setiap 2 minggu pada usia kehamilan 28-36 minggu,

dan setiap 1 minggu pada usia kehamilan setelah 36 minggu.

b. Standar Asuhan Minimal 10 T

Berdasarkan Kementrian Kesehatan RI (2012 : 8) dalam Pedoman

Pelayanan Antenatal Terpadu, dalam memberikan pemeriksaan antenatal,

tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar

berikut :

1. Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan

Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan

untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat

badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1

kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan

janin.

Normal kenaikan berat badan selama hamil adalah 6-12,5 kg. berasal dari

janin 3-4 kg, plasenta 0,6 kg, cairan amnion 0,8 kg, peningkatan berat uterus

0,9 kg, peningkatan berat payudara 0,4 kg, peningkatan volume darah 1,5 kg,

cairan ekstraseluler 1,4 kg, lemak 3,5 kg (Marmi, 2014 : 89).

Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk

menapis adanya faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil kurang

dari 145 cm meningkatkan risiko untuk terjadinya CPD (Cephalo Pelvic

Disproportion).

Pemeriksaan panggul luar yang dicurigai CPD meliputi pada

primigravida kepala belum masuk PAP pada minggu ke 36, pada


multigravida riwayat persalinannya buruk, terdapat kelainan letak pada hamil

tua/aterm, terdapat kelainan bentuk tubuh, kiposhe, skoliose, pincang atau

bentuk kaki kecil, kehamilan dengan pondular abdomen (Manuaba, 2007 :

172).

2. Ukur Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal

dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah > 140/90

mmHg) pada kehamilan dan preeklamsia (hipertensi disertai edema wajah

dan atau tungkai bawah dan atau proteinuria).

3. Nilai Status Gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas/LILA)

Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga

kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko Kurang Energi

Kronis (KEK), maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan

telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana LILA kurang dari

23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir

rendah, alat yang digunakan adalah pengukur LILA. Penatalaksanaan KEK

pada ibu hamil sebagai berikut :

a) Berikan ibu makanan tambahan pemulihan, yaitu makanan bergizi yang

diperuntukkan bagi ibu hamil sebagai makanan tambahan untuk

pemulihan gizi, yang bisa didapatkan di puskesmas.

b) Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan makanan lokal.

Jika bahan makanan lokal terbatas, dapat digunakan makanan pabrikan


yang tersedia di wilayah setempat dengan memperhatikan kemasan, label

dan masa kadaluarsa untuk keamanan pangan.

c) Makanan tambahan diberiksan setiap hari selama 90 hari berturut-turut.

d) Target keinakan berat badan ibu adalah 12,5-18 kg selama kehamilan,

trimester 1 yaitu 1,5-2 kg, trimester 2 yaitu 4,5-6,5 kg, trimester 3 yaitu

6,5-9,5 kg.

(Kemenkes RI, 2014 : 210).

4. Ukur Tinggi Fundus Uteri

Pengukuran tinggi fundus uteri pada setiap kali kunjungan antenatal

dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan

umur kehamilan. Jika tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan umur

kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar

pengukuran menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu, cara

mengukur adalah menempelkan meteran di atas simfisis kemudian di tarik

sampai fundus uteri.

Tabel. 2.3 Menentukan umur kehamilan berdasarkan MC Donald


Tinggi Fundus Uteri (cm) Umur Kehamilan (Bulan)
20 5
23 6
26 7
30 8
33 9
Sumber : Manuaba, 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC.
Halaman 163.

5. Tentukan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)


Menentukan presentasi janin dilakukan ada akhir trimester II dan

selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan

untuk mengetahui letak janin. Jika pada trimester III bagian bawah janin

bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan

letak, panggul sempit atau ada masalah lain.

Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali

kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120 kali/menit atau DJJ cepat

lebih dari 160 kali/menit menunjukkan adanya gawat janin.

6. Skrining Status Imunisasi Tetanus dan Berikan Imunisasi Tetanus Toksoid

(TT) bila diperlukan.

Untuk mencegah terjadinya tetanus neonaturum, ibu hamil harus

mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining

status imunisasi T-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuaikan

dengan status imunisasi T ibu saat ini. Ibu hamil minimal memiliki status

imunisasi T2 agar mendapatkan perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu

hamil dengan status imunisasi T5 tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi.

Skrining imunisasi TT dilakukan dengan melihat tahun kelahiran pasien.

Tahun 1979 merupakan tahun dimulinya program imunisasi dasar lengkap

dan tahun 1993 merupakan tahun dimulainya bulan imunisasi anak sekolah

(Yosefni, 2017 : 309).

a) WUS/ibu hamil yang lahir tahun 1979-1993 yang ingat pernah imunisasi

saat SD :

TT 1 = Imunisasi kelas 1 SD
TT 2 = Imunisasi kelas 2 SD

TT 3 = Imunisasi calon pengantin

TT 4 = Imunisasi pertama saat hamil

TT = Imunisasi kedua saat hamil

b) WUS/ibu hamil yang lahir tahun 1979/1993 yang tidak ingat pernah

imunisasi saat SD :

TT 1 = Imunisasi calon pengantin

TT 2 = Imunisasi satu bulan setelah TT 1

TT 3 = Imunisasi pertama saat hamil

TT 4 = Imunisasi kedua saat hamil

c) WUS/ ibu hamil yang lahir setelah 1993 yang tidak mempunyai KMS

Balita dan Kartu TT SD :

TT 1 = Imunisasi calon pengantin

TT 2 = Imunisasi satu bulan setelah TT 1

TT 3 = Imunisasi pertama saat hamil

TT 4 = Imunisasi kedua saat hamil

d) WUS/ibu hamil yang lahir seelah 1993 yang tidak mempunyai KMS

Balita dan mempunyai Kartu TT SD :

TT 1 = Imunisasi kelas 1 SD

TT 2 = Imunisasi kelas 2 SD
TT 3 = Imunisasi calon pengantin

TT 4 = Imunisasi pertama saat hamil

TT 4 = Imunisasi kedua saat hamil

e) WUS/ibu hamil yang lahir setelah 1993 yang mempunyai KMS Balita

dan mempunyai Kartu TT SD :

TT 1 = Dapat dilihat di KMS dan Kartu TT

TT 2 = Dapat dilihat di KMS dan Kartu TT

TT 3 = Dapat dilihat di KMS dan Kartu TT

TT 4 = Dapat dilihat di KMS dan Kartu TT

TT 5 = Imunisasi pertama saat hamil

Tabel. 2.4 Rentang Waktu Pemberian Imunisasi TT dan Lama Perlindungannya


Imunisasi Selang Waktu Lama Perlindungan
TT Minimal
TT1 Langkah awal
pembentukan kekebalan
tubuh terhadap penyakit
TT2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun
TT3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun
TT4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun
TT5 1 tahun setelah TT 4 25 tahun
Sumber : Vivian. 2014. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta. Halaman
124.
7. Beri Tablet Tambah Darah (Tablet Besi)
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet

tambah darah (tiap tablet besi mengandung FeSO4 320 mg dan zat besi 60

mg) dan Asam Folat 500 mikrogram. Minimal 90 tablet selama kehamilan

yang diberikan sejak kontak pertama.

8. Pemeriksaan Laboratorium (Rutin dan Khusus)

a) Pemeriksaan Golongan Darah

Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk

mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk

mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan

apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.

b) Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Darah

Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal

sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga.

Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita

anemia atau tidak selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat

mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam kandungan.

Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil pada trimester kedua

dilakukan atas indikasi.

Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli menurut WHO dapat

digolongkan sebagai berikut :

c) Hb 11 gr% : tidak anemia

d) Hb 9-10 gr% : anemia ringan

e) Hb 7-8 gr% : anemia sedang


f) Hb < 7 gr% : anemia berat

c) Pemeriksaan Protein dalam Urin

Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada

trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk

mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan

salah satu indikator terjadinya preeklamsia pada ibu hamil.

Hasil pemeriksaan protein urin sebagai berikut :

1. Tidak ada kekeruhan : Negatif (-)

2. Keruh ringan tanpa butiran : Positif (+)

3. Keruh mudah dilihat dan ada butiran : Positif (++)

4. Urin jelas keruh dan kekeruhan dengan kepingan : Positif (+++)

5. Urin sangat keruh dan keekruhan dengan gumpalan : Positif (++++)

(Bayu, 2014 : 241).

d) Pemeriksaan Kadar Gula Darah

Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes melitus harus dilakukan

pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada

trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester

ketiga.

Hasil pemeriksaan glukosa urine sebagai berikut :

1. Biru atau sedikit kehijauan : Negatif (-)

2. Hijau kekuningan dan keruh : Postif (+)


3. Kuning keruh : Positif (++)

4. Jingga atau warna lumpur keruh : Positif (+++)

5. Merah keruh : Positif (++++)

(Bayu, 2014 : 248)

e) Pemeriksaan Darah Malaria

Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan pemeriksaan

darah Malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di

daerah non endemis Malaria dilakukan pemeriksaan daerah Malaria

apabila ada indikasi.

f) Pemeriksaan tes Sifilis

Pemeriksaan tes sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan

ibu hamil yang diduga menderita sifilis. Pemeriksaan sifilis sebaiknya

dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.

g) Pemeriksaan HIV

Pemeriksaan HIV terutama dilakukan pada ibu hamil di daerah

terkonsentrasi HIV dan ibu hamil risiko tinggi terinfeksi HIV. Setiap ibu

hamil ditawarkan untuk dilakukan tes HIV dan segera dikonseling.

h) Pemeriksaan BTA

Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai

menderita tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi tuberkulosis tidak

mempengaruhi kesehatan janin. Selain pemeriksaan tersebut diatas, apabila


diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas

rujukan.

9. Tatalaksana/Penanganan Kasus

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan

laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani

sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang

tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.

10. Temu Wicara (Konseling)

Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang

meliputi kesehatan ibu, perilaku hidup bersih dan sehat, peran

suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan, tanda bahaya

pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi komplikasi,

asupan gizi seimbang, gejala penyakit menular dan tidak menular,

penawaran untuk melakukan testing dan konseling HIV di daerah

terkonsentrasi HIV/bumil risiko tinggi terinfeksi HIV, inisiasi menyusui dini

(IMD) dan pemberian ASI ekslusif, KB paska persalinan, imunisasi,

peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan.

2.2.7 Cara Menghitung Taksiran Persalinan, Menentukan Usia Kehamilan dan

Taksiran Berat Janin

a. Cara menghitung taksiran persalinan dengan rumus naegele

Untuk menggunakan rumus neagle yaitu berdasarkan hari pertama haid

terakhir ibu (HPHT) dengan rumus tanggal di tambah 7, bulan di kurangi 3

dan tahun ditambah 1 (Mirzanie, 2010 : 5).

b. Cara menentukan usia kehamilan


1. Dengan Menggunakan Rumus Perhitungan Manual

Perhitungan usia dapat dilakukan dengan menanyakan kapan HPHT

dan kemudian di hitung secara manual. Dalam menentukan HPHT harus

tepat apabila ingin mengetahui usia kehamilan yang sebenarnya

(Indrayani, 2011 : 149).

2. Mengukur Tinggi Fundus Uteri

Tinggi fundus uteri dapat diukur dengan menggunakan pita ukur

centimeter, caranya yaitu denganmengukur jarak dari pinggir atas

shimpisis pubis sampai ke atas fundus uteri (Mirzanie, 2010 : 6).

3. Quickening (Gerakan Janin)

Menentukan usia kehamilan dengan adanya gerakan janin yang

dirasakan oleh ibu, pada primigravida gerakan janin mulai terasa sesudah

usia kehamilan 18-20 minggu, pada ibu multigravida gerakan janin sudah

terasa pada usia kehamilan 16-18 minggu (Mirzanie, 2010 : 7).

4. Ultrasonografi

Penentuan umur kehamilan dengan ultrasonografi menggunakan 3

cara yaitu dengan mengukur diameter kantong kehamilan pada usia

kehamilan 6-12 minggu, dengan mengukur jarak kepala bokong pada usia

kehamilan 7-14 minggu, dengan menggunakan dimeter biparietal pada

usia kehamilan lebih dari 12 minggu (Marmi, 2014 : 75).

c. Cara Menghitung Taksiran Berat Janin (TBJ)

Cara menghitung taksiran berat janin berdasarkan TFU diukur dengan pita

pengukur, kemudian dimasukkan dalam rumus Johnson, sebagai berikut :


1. Jika kepala sudah masuk panggul (di bawah spina iskiadika)

TBJ (gram) = (TFU-11) X 155

2. Jika kepalamasih diatas spina iskiadika

TBJ (gram) = (TFU-12)X155

(Mirzanie, 2010 : 7).

2.2.8 Persiapan Persalinan dan Kelahiran Bayi

Menurut Marmi (2014 : 128) dalam buku Asuhan Kebidanan pada Masa

Antenatal, terdapat 5 komponen penting dalam rencana kehamian, sebagai

berikut:

a. Membuat rencana persalinan

Idealnya setiap keluarga mempunyai kesempatan untuk membuat suatu

rencana persalinan. Hal-hal dibawah ini haruslah digali dan diputuskan dalam

membuat rencana persalinan tersebut :

1. Tempat persalinan

2. Memilih tenaga kesehatan terlatih

3. Bagaimana menghubungi tenaga kesehatan tersebut.

4. Bagaimana transportasi ke tempat persalinan.

5. Berapa banyak biaya yang dibutuhkan dan bagaimana cara mengumpulkan

biaya tersebut.

6. Siapa yang akan menjaga keluarganya jika ibu tidak ada.

b. Membuat rencana untuk pengambilan keputusan jika terjadi kegawatdaruratan

pada saat pengambil keputusan tidak ada. Penting bagi bidan dan keluarga

untuk mendiskusikan :
1. Siapa pembuat keputusan utama dalam keluarga

2. Siapa yang akan membuat keputusan jikapembuat keputusan utama tidak

ada saat terjadi kegawatdaruratan.

c. Mempersiapkan sistem transportasi jika terjadi kegawatdaruratan

Setiap keluarga seharusnya mempunyai rencana transportasi untuk ibu,

jika ia mengalami komplikasi dan perlu segera di rujuk ke tingkat asuhan yang

lebih tinggi. Rencana ini perlu dipersiapkan lebih dini dalam kehamilan dan

harus terdiri dari elemen-elemen di bawah ini :

1. Dimana ibu akan bersalin (Desa, fasilitas kesehatan, rumah sakit)

2. Bagaimana cara menjangkau tingkat asuhan yang lebih lanjut jika teradi

kegawatdaruratan.

3. Bagaimana cara mencari donor darah yang potensial.

d. Membuat rencana/pola menabung

Keluarga seharusnya dianjurkan untuk menabung sejumlah uang sehingga

dana akan tersedia untuk asuhan selama kehamilan dan jika terjadi

kegawatdaruratan.

e. Mempersiapkan langkah yang diperlukan untuk persalinan

Seorang ibu dapat mempersiapkan segala sesuatunya untuk persalinan. Ia

dan keluarganya dapat mengumpulkan barang-barang seperti pembalut wanit

atau kain, sabun, seprai dan menyimpannya untuk persiapan persalinan.

2.a.9 Tanda Bahaya dan Komplikasi kehamilan

a. Perdarahan pervaginam
Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah merah,

banyak, atau perdarahan dengan nyeri yang dapat diartikan abortus, KET,

mola hidatidosa.

b. Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala

hebat, yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat.

Ibu dapat merasakan penglihatannya kabur dan sakit kepala yang hebat

dalam kehamilan adalah gejala dari preeklampsi.

c. Perubahan visual secara tiba-tiba

Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang mengancam jiwa

adalah perubahan visual mendadak, misalnya pandangan kabur dan

berbayang.

d. Nyeri abdomen yang hebat

Nyeri yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini

bisa berarti appendicitis, kehamilan ektopik, penyakit radang panggul, dll.

e. Bengkak pada muka atau tangan

Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada muka

dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai dengan keluhan yang

lain. Hal ini dapat merupakan pertanda anemia atau preeclampsia.

f. Bayi kurang bergerak seperti biasa


Ibu mulai merasakan gerakan janin pada bulan ke 5 dan ke 6, beberapa ibu

dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Bayi harus bergerak paling

sedikit 3 kali dalam periode 3 jam

(Indrayani, 2011 : 218).

2.a.10 Asuhan pada Kehamilan

a. Anmanesis

1. Anamnesis identitas istri dan suami : nama, umur, agama, pekerjaan,

alamat, dan sebagainya.

2. Anamnesis umum

a) Tentang keluhan-keluhan, nafsu makan, tidur, miksi, defekasi,

perkawinan, dan sebagainya.

b) Tentang haid, kapan mendapat haid terakhir.

c) Tentang kehamilan, persalinan, keguguran, dan kehamilan ektopik atau

kehamilan mola sebelumnya.

b. Melakukan Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi

a) Diagnostik

Pemeriksaan seluruh tubuh meliputi tekanan darah, nadi, suhu,

pernapasan, jantung, paru-paru dan sebagainya.

2. Palpasi

Ibu hamil diminta berbaring telentang, kepala dan bahu sedikit

ditinggikan dengan memakai bantal. Pemeriksaan berdiri di sebelah kanan

ibu hamil. Palpasi abdomen menurut manuver leopold :


a) Leopold I : menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin yang

terdapat dalam fundus.

b) Leopold II : Menentukan bagian janin pada sisi kiri dan kanan ibu.

c) Leopold III : Menentukan bagian terbawah janin dan menentukan

apakah bagian terbawah sudah masuk ke pintu atas panggul atau masih

dapat digerakkan.

d) Leopold IV : Menentukan apa bagian terbawah janin dan seberapa jauh

sudah masuk PAP. Pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu hamil.

3. Perkusi

Tidak begitu banyak artinya, kecuali jika ada suatu indikasi.

4. Auskultasi

Digunakan stetoskop monoaural (stetoskop obstetri) untuk

mendengarkan denyut jantung janin.

5. Pemeriksaan Rongten

Pemeriksaan rongten dipakai sebagai penunjang diagnostik jika terdapat

keragu-raguan pada pemeriksaan obstetrik.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Evidence based merupakan cara untuk membantu tenaga kesehatan dalam membuat

keputusan saat merawat pasien sesuai dengan Kebutuhan pasien dan keahlian klinis tenaga
kesehatan berdasarkan bukti-bukti ilmiah.

Setiap wanita hamil, melahirkan atau nifas mengalami resiko komplikasi yang serius

dan mengancam jiwanya. Meskipun pertimbangan resiko ini bisa digunakan oleh individu-

individu bidan, perawat dan dokter untuk menyusun advis pengobatan. Kadang kala wanita

hamil yang beresiko rendah sering terabaikan sehingga mengembangkan komplikasi dan

banyak yang lainnya yang memiliki resiko tinggi malah melahirkan tanpa masalah sama

sekali.

3.2 SARAN

a. Hendak nya ibu dan keluarga tidak mudah mengikuti mitos yang sudah menjadi ada-

istiadat setempat,ada baik nya ibu hamil dan keluarga bertanya langsung kepada Bidan

dan tenaga medis setempat serta membaca referensi tentang gizi- gizi yang harus

dicukupi oleh seorang ibu hamil.

b. Seorang bidan dan tenaga kesehatan hendaknya sering-sering memberikan pendidikan

kesehatan pada masyarakat setempat agar masyarakat dapat merubah pola pikirannya

tentang makanan yang dianggap pantang dimakan oleh ibu hamil yang sejatinya

sangat diperlukan untuk perkembangan janin yang dikandungnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bayu, I. 2014. Asuhan Kehamilan Berdasarkan Bukti. Jakarta : Sagung Seto

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2014. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakara : Salemba Medika

Fitriana, Diah Ayu. 2016. Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

Husin, F. 2014. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta : CV Sagung Seto


Indrayani. 2011. Buku Ajar Asuhan Kehamilan. Jakarta : CV. Trans Info Media

Kamariyah, N. 2014. Buku Ajar Kehamilan. Jakarta : Salemba Medika

Kemenkes RI. 2012. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta

Kemenkes RI. 2014. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta

Manuaba, L.G.B, dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC

Mardliyana, Nova Elok. 2022. Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Penanganan
Keluhan Fisiologis Dengan Media Video Pakbuto (Penanganan Keluhan Ibu Hamil
Tanpa Obat) Di Kelurahan Sutorejo Kecamatan Mulyorejo Surabaya. Jurnal Pengabdian
Masyarakat Kebidanan, volume 4 No 1, 2022, 11-15
Marmi. 2014. Asuhan Kebidanan pada masa Antenatal. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Mirzanie, H. 2010. Obgynacea : Obstetri dan Ginekologi. Yogyakarta : TOSCA Enterprise

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo
Sofian, A. 2013. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, Ed.
3, Jilid I. Jakarta : EGC
Tyastuti, Siti. 2016. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta : Kemenkes RI.

Wulandari Sri dan Nonik Ayu Wantini. 2021. Ketidaknyamanan Fisik Dan Psikologis Pada Ibu
Hamil Trimester III di Wilayah Puskesmas Berbah Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.
Jurnal Kebidanan Indonesia, Vol 12 No. 1. Januari 2021 (54-67)
Yosefni, E. 2017. Kebidanan : Teori dan Asuhan, Vol.1. jakarta : EGC

LAMPIRAN JURNAL

JURNAL
JURNAL 2

Anda mungkin juga menyukai