Anda di halaman 1dari 7

ISSN: 2721-8686 (online)

KENYAMANAN PSIKOLOGIS PADA DESAIN INTERIOR FASILITAS KEBIDANAN


(Studi Kasus: Rumah Bersalin di Kabupaten Wonogiri)
Kurnia Indera Kumala ABSTRAK
Progam Studi Arsitektur Kehamilan merupakan sebuah proses yang sangat penting pada
Universitas Muhammadiyah Surakarta hidup seorang wanita. Timbul berbagai perasaan dari rasa senang,
kurniainderakumala@gmail.com syukur, haru hingga cemas. Sebagian besar ibu merasakan
kecemasan menjelang kelahiran bayinya. Selain faktor lingkungan
Yayi Arsandrie dan sosial, faktor biologis juga berperan dalam pengendalian rasa
Program Studi Arsitektur
cemas pada ibu hamil. Hormon endorfin adalah hormon yang
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Yayi.Arsandrie@ums.ac.id dilepaskan saat manusia merasa senang dan mampu memberikan
efek nyaman serta mengurangi rasa sakit. Salah satu rangsangan
yang dapat memicu hormon ini adalah rangsangan visual. Melalui
penelitian ini, diharapkan arsitektur dapat berperan dalam
memberikan solusi terkait kecemasan ibu hamil dalam bentuk
rangsangan visual melalui desain interior ruang bersalin. Metode
yang digunakan untuk memperoleh data pada penelitian ini adalah
observasi dan kuesioner, sedangkan analisis dilakukan dengan
deksriptif kualitatif. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa
kenyamanan psikologis pada ruang bersalin dipengaruhi oleh warna,
pencahayaan, tata ruang dan sirkulasi, pemilihan furnitur, serta
penghawaan. Maka dari itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa
penataan interior pada fasilitas kebidanan berpengaruh pada tingkat
kecemasan pasien.

KATA KUNCI: Desain Interior, Kenyamanan Psikologis, Fasilitas


Kebidanan, Ruang Persalinan

PENDAHULUAN Walaupun pada dasarnya proses kelahiran


Kecemasan adalah masalah kesehatan utama merupakan peristiwa fisiologis yang normal,
selama kehamilan dan setelah melahirkan proses ini dapat menyebabkan pendarahan,
(George dkk, 2013). Pengalaman merupakan rasa sakit luar biasa, menimbulkan ketakutan
hal yang penting dalam hal ini. Banyak orang bagi ibu bahkan resiko kematian baik pada ibu
mengatakan melahirkan itu sangat maupun bayi (Janiwarty, Pieter, 2012).
menyakitkan. Permasalahan psikologis yang Arsitektur sebagai salah satu cabang ilmu
parah seperti kecemasan selama kehamilan, pengetahuan yang mengedepankan penalaran,
ketakutan melahirkan dan kecemasan setelah beranggapan bahwa kebutuhan lingkungan
melahirkan, berkaitan dengan paparan merupakan suatu permasalahan yang harus
permasalahan kebidanan mengenai capaian dipecahkan dengan analisis yang cermat dan
neonatal yang buruk pada bayi dan ibu. Adanya sistematis (Borgnis, 1823).
hormon endorfin sangat membantu dalam Beberapa teori mengungkapkan bahwa
mengurangi rasa cemas. Hormon ini dari sekian jenis rangsangan pada tubuh
menimbulkan perasaan tenang dan manusia, rangsangan visual adalah yang paling
mengurangi rasa sakit. Sayangnya kadar efektif memicu perasaan senang (Sari, 2003).
endorfin seringkali menurun pada usia Dengan membuat pasien merasa senang
kandungan tujuh bulan keatas. Kondisi diharapkan mampu memicu pengeluaran
tersebut membuat ibu hamil mudah merasa hormon endorfin yang berguna untuk
gelisah. mengurangi rasa sakit serta menekan

SIAR II 2021: SEMINAR ILMIAH ARSITEKTUR | 302


kecemasan pasien dengan rasa dari itu maka pasien harus dirujuk ke
senang/kenyamanan. Penelitian ini diharapkan rumah sakit.
mampu menemukan standar interior ruangan 2. Pada situasi tertentu, klinik utama
yang secara visual menyenangkan bagi pasien diperbolehkan melakukan operasi beda
sehingga dapat menjadi masukan mengenai dengan catatan:
desain ideal rumah bersalin yang mampu a. Anestesi yang digunakan adalah
menjamin kenyamanan psikologis pasiennya. umum dengan inhalasi dan/atau
spinal
TINJAUAN PUSTAKA b. Jenis operasi yang dilakukan adalah
Rumah Sakit Bersalin operasi sedang dan operasi besar
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa c. Operasi besar
Indonesia), rumah sakit bersalin adalah rumah
sakit yang secara spesifik memberikan Persalinan
pelayanan kepada ibu hamil, ibu yang akan Menurut Varney (2008), persalinan adalah
melahirkan serta menangani permasalahan serangkaian proses yang bertujuan untuk
kesehatan anak-anak berusia di bawah lima mengeluarkan hasil konsepsi dari ibu. Proses
tahun. Rumah sakit bersalin memberikan ini diawali dengan kontraksi yang diiringi
pertolongan berupa pemeriksaan, perawatan, perubahan bentuk serviks dan berakhir
pengobatan dan penyembuhan dimana dokter ditandai dengan keluarnya plasenta.
ahli kebidanan atau kandungan bertanggung Sedangkan persalinan menurut Saifuddin
jawab secara medik. (2001), adalah proses keluarnya janin yang
terjadi pada waktu yang mencukupi yakni 37
Klinik Bersalin minggu sampai dengan 42 minggu, proses
Ditinjau dari segi bahasa, menurut Kamus persalinan terjadi secara spontan ditandai
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), klinik dengan munculnya bagian belakang kepala
merupakan organisasi yang mengupayakan bayi dan berlangsung sekitar 18 jam tanpa
pelayanan kesehatan kuratif terhadap suatu membuahkan komplikasi pada ibu maupun
macam gangguan kesehatan. Sedangkan bayi.
menurut Permenkes RI Nomor 9 Tahun 2016,
Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan Psikologis Sebagai Faktor Yang
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan Mempengaruhi Persalinan
secara individu serta menyediakan pelayanan Perubahan psikologis lebih sering dialami
medik dasar atau spesialis. oleh wanita dengan kehamilan pertama kali.
Sumarah dkk pada tahun 2009 menguraikan
Fungsi Fasilitas Kebidanan beberapa gejala-gejala psikologis menjelang
Rumah sakit adalah fasilitas penyedia kelahiran bayi sebagai berikut:
layanan kesehatan, yakni medis umum dan 1. Perasaan tidak nyaman
spesialis, pelayanan penunjang medik, 2. Takut dan ragu-ragu tentang keberhasilan
pelayanan instansi, pelayanan rawat inap, proses yang akan dijalani
dengan menjalankan kegiatan-kegiatannya. 3. Keraguan tentang akankah persalinan
Berdasarkan kode etik, kegiatan-kegiatan berjalan normal
yang diselenggarakan di rumah sakit meliputi: 4. Memandang persalinan sebagai sebuah
1. Tindakan prefentif (pencegahan) cobaan
2. Tindakan diagnostik (pendeteksian) 5. Ragu dengan kemampuan pihak
3. Tindakan kuratif (pengobatan) penolong
4. Tindakan rehabilitatif (pemulihan) 6. Memikirkan akankan bayinya terlahir
Terdapat perbedaan antara normal
penyelenggaraan pada klinik bersalin dan 7. Memikirkan akankah ibu mampu
rumah sakit bersalin, yaitu: menjaga serta merawat bayinya
1. Klinik hanya diperbolehkan melakukan
rawat inap maksimal selama 5 hari, lebih Kenyamanan Psikologis
SIAR II 2021: SEMINAR ILMIAH ARSITEKTUR | 303
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sekurang-kurangnya 60 lux
Online, nyaman berarti segar; sehat; sedap; (Kusnoputranto dan Suzanna, 2000).
sejuk; enak. Sedangkan nyaman adalah b. Warna
keadaan nyaman; kesejukan; kesegaran. Warna bisa mempengaruhi seseorang
Dalam bahasa bahasa inggris, dikutip dari secara emosional yang diakibatkan oleh
Cambridge Dictionary Online, nyaman atau suasana ruang (Sulasmi, 2002). Berikut
comfort (ˈkəmfərt) didefinisikan sebagai beberapa pengaruh warna terhadap
perasaan menyenangkan saat rileks dan bebas psikologis menurut Christina Krisnawati
dari rasa sakit dan dapat pula diartikan sebagai (2005).
keadaan merasa lebih baik setelah merasa Tabel 1. Studi Warna Terhadap Pengaruh
sedih atau khawatir, atau sesuatu yang Psikologis oleh Christina Krisnawati
Warna Pengaruh Psikologis
membuat Anda merasa lebih baik dengan cara
Merah Cerah
ini. Pheasant (2003) mengartikan kenyamanan Jingga Cerah Berkesan
sebagai suatu kondisi kejiwaan dimana Coklat Memberi efek segar
perasaan yang tidak menyenangkan tidak Jingga muda, kuning Berkesan hangat
dirasakan oleh tubuh. Pinneau, dalam Kolcaba Abu-abu dingin, hijau Berkesan sejuk
(2005) mengemukakan pendapat tentang Biru, hijau Berkesan rileks
kenyamanan bahwa kenyamanan memiliki Ungu Mengesankan
kaitan erat dengan pengalaman tiap individu Hitam Berkesan tertekan
Putih Berkesan tidak bekerja
yang pada akhirnya menjadi gambaran umum
kenyamanan secara kompleks. Maka dari itu,
sulit untuk mendefinisikan kenyamanan. Tidak c. Tata Ruang
ada pengukuran yang pasti terkait 1. Ruang Konsultasi
kenyamanan karena respon yang dihasilkan Minimal luasan ruang konsultasi
tiap individu berbeda-beda. adalah 6m2. Menjamin privasi pasien
Rustam Hakim, ahli perancang public dengan visual dan akustik yang
space dan lansekap (2012) berpendapat bahwa tertutup dari ruang-ruang lainnya (
kenyamanan ditentukan oleh beberapa unsur Susanti, 2011).
pembentuk dalam perancangan: sirkulasi, 2. Ruang perawatan/ruang inap
iklim, audio, aroma, bentuk, keamanan,
kebersihan, estetika dan pencahayaan.

Desain Interior Standar Rumah Bersalin


Ada beberapa rangsangan yang akan
mempengaruhi indera manusia dalam
merespon sebuah ruangan. Menurut Bell
(1980), rangsangan-rangsangan tersebut
meliputi visual, radio, termal, raba, bau, dll. Gambar 1. Ruang Perawatan
Dari jenis-jenis rangsangan ini kemudian (Sumber: Neufert, Ernst. Data Arsitek Edisi 33 Jilid 2,
dikelompokkan beberapa unsur ruang dalam 2002)
yang mempengaruhi psikologis ibu hamil. a. Menghindari pemilihan material
yang berdaya serap terhadap
a. Pencahayaan cairan tinggi.
Cahaya dikelompokkan menjadi 2 jenis, b. Menyediakan jarak selebar 1,5m
yaitu cahaya alami dan cahaya buatan. antara satu tempat tidur dan
Cahaya alami berasal salah satunya dari tempat tidur lainnya untuk
matahari sedangkan cahaya buatan keperluan sirkulasi.
berasal dari yang bukan alamiah c. Pada tiap kamar disediakan
contohnya lampu. Cahaya buatan yang tabung oksigen dan wastafel.
dibutuhkan untuk sebua ruangan d. Ditempatkan tirai sebagai
perawatan di rumah sakit adalah pembatas antar tempat tidur
SIAR II 2021: SEMINAR ILMIAH ARSITEKTUR | 304
dengan bahan berporositas menjalani persalinan dan perawatan pasca
rendah. Sebaiknya rel persalinan di rumah sakit pada lokasi
dibenamkan pada plafon. penelitian. Pengumpulan data dilakukan
e. Tempat tidur hendaknya dengan cara observasi dan teknik kuesioner
dilengkapi dengan sekurang- online yang dibagikan dalam bentuk link google
kurangnya 2 kotak. form. Kemudian dilakukan analisis terhadap
f. Ruangan sebisa mungkin data yang diperoleh dengan berfokus pada
mengusahakan adanya kenyamanan psikologis pada desain interior
pencahayaan alami. Sedangkan ruang persalinan dan kamar perawatan pada
untuk pencahayaan buatan fasilitas kebidanan di kabupaten Wonogiri.
dibutuhkan intensitas sebesar Kemudian dicari keterkaitan antara
250 lux untuk keperluan kenyamanan psikologis dan desain interior
penerangan dan 50 lux saat ruang persalinan dan kamar perawatan pada
pasien tidur. fasilitas kebidanan.
g. Harus ada tombol pemanggil Penelitian ini diawali dengan
petugas yang diletakkan dekat mengumpulkan data dari buku, jurnal ilmiah
dengan tempat tidur pasien. dan literatur-literatur yang berkaitan dengan
3. Ruang Tindakan (Persalinan) pengaruh desain interior terhadap pasien
Pada instalasi kebidanan dan fasilitas kebidanan. Setelah kajian literasi
penyakit kandungan, satu ruang cukup, dilakukan observasi bersamaan dengan
persalinan hanya boleh penyebaran kuesioner untuk mendapatkan
diperuntukkan bagi satu orang data-data yang dapat diolah dan kemudian
pasien. Luas ruangan tidak boleh memperoleh hasil penelitian untuk dianalisis.
kurang dari 20m2. Semua pintu
masuk pada ruang bersalin harus HASIL PENELITIAN
membuka kearah dalam (lebih Setelah dilakukan penyebaran kuesioner
disarankan menggunakan pintu geser didapatkan sampel sebanyak 20 responden ibu
dengan rel atas dipasang dibagian yang pernah melakukan persalinan di rumah
luar). Pintu sebaiknya dilengkapi sakit dan klinik bersalin.
dengan door seal and interlock Dari sebanyak dua puluh responden
system. tersebut, mayoritas berprofesi sebagai ibu
rumah tangga (sebanyak 55%) kemudian
d. Penghawaan sisanya adalah wiraswasta (sebanyak 20%) dan
Berdasarkan Pedoman Teknis pegawai swasta (sebanyak 25%). Usia
Prasarana Sistem Tata Udara Pada responden-pun berbeda-beda dari range 17
Bangunan Rumah Sakit, pengoptimalan tahun sampai dengan 37 tahun dengan jumlah
penyediaan udara bebas polutan adalah terbanyak dipegang oleh range antara 25
salah satu standar ideal yang diperlukan sampai 32 tahun, yakni 50% dari jumlah
untuk mendapat penghawaan yang keseluruhan responden. Sisanya adalah <25
nyaman bagi pengguna ruang. tahun sebanyak 40% dan >35 tahun sebanyak
Temperatur ruangan sekitar 220C dengan 10%.
kelembaban berkisar antara 30% sampai Hanya 25% dari keseluruhan responden
dengan 60%, serta pertukaran udara yang tidak merasakan kecemasan. Persentase
minimal 6 kali/jam. ini diduduki oleh usia melahirkan di atas 35 Gam
tahun dan kelahiran anak ketiga. Sedangkan
METODE PENELITIAN persentase terbesar pada kelahiran anak
Penelitian ini berjenis penelitian kualitatif pertama.
yang mengkaji langsung terhadap individu.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara Pengaruh Pencahayaan terhadap Psikologis
interaksi secara langsung dengan individu yang Pasien
bersangkutan. Peneliti menetapkan sampel Sebanyak 60% responden menyatakan
sebanyak 20 orang yang terdiri dari pasien yang bahwa fasilitas kebidanan dimana mereka
SIAR II 2021: SEMINAR ILMIAH ARSITEKTUR | 305
melangsungkan proses persalinan memiliki didukung oleh roster dan jendela. Selain itu ada
mode pencahayaan yang terang, 5% pula kipas angin yang ditempatkan pada setiap
menyatakan redup, 30% tidak memperhatikan ruangan.
karena terlalu panik menghadapi persalinan
dan sisanya lupa. 75% dari total responden Sirkulasi dan Tata Ruang
berpendapat bahwa pencahayaan yang
Seluruh responden berpendapat bahwa
nyaman bagi kondisi mereka saat
keberadaan pendamping di dalam ruang
melangsungkan proses persalinan adalah
persalinan dapat sangat membantu pasien
pencahayaan yang terang dan sisanya lebih
menangani rasa cemasnya. Mayoritas
menyukai ruangan yang redup.
responden merasa besaran ruang yang
Pada BPM Ina Susanti pencahayaan alami
diberikan pihak klinik/rumah sakit adalah
didukung dengan adanya roster serta jendela
sedang padahal 75% di antaranya
sedangkan pencahayaan buatan menggunakan
menginginkan ruangan yang luas. Sebanyak
lampu downlight LED dengan sebaran cahaya
75% responden menghendaki
menyeluruh ke seluruh bagian ruangan.
penyederhanaan jumlah furnitur menjadi
sebatas meja, loker dan kursi untuk
Pengaruh Warna terhadap Psikologis Pasien
pendamping pasien. Sebanyak 20% responden
Warna yang paling banyak disukai oleh
menginginkan lebih sedikit furnitur untuk
para responden adalah pastel (41,2%) dan
menghindari terbatasnya keleluasaan pasien
putih (23,5%). Warna tersebut merupakan
baik secara fisik maupun visual, sedangkan
warna yang sering diterapkan pada interior
sisanya sebanyak 5% menginginkan lebih
fasilitas kebidanan di Wonogiri. 60% dari
banyak furniture karena tidak nyaman dengan
keseluruhan responden tidak merasa
keberadaan ruang kosong yang terlalu luas.
terganggu dengan warna yang diterapkan pada
fasilitas kebidanan di kabupaten Wonogiri,
35% lainnya merasakan ketenangan dari warna Pengaruh Furnitur terhadap Psikologis Pasien
interior tersebut dan sisanya lupa. Kebanyakan Dari hasil analisis data, diketahui pada
responden menginginakan pengaturan kasus kebidanan, pasien lebih mengutamakan
suasana dengan warna pastel dan warna daripada material furnitur karena visual
meminimalkan elemen warna. yang lebih baik. Sebanyak 50% responden
Pada BPM Ina Susanti, warna yang memilih pintu flush berwarna biru muda
diterapkan pada interior adalah warna-warna dengan kaca, 25% memilih pintu flush
dengan termperatur tinggi yang cerah. berwarna abu-abu lembut tanpa kaca,
sedangkan 15% dan 10% lainnya memilih pintu
Pengaruh Penghawaan terhadap Psikologis kayu tanpa kaca dan dengan kaca. Mayoritas
Pasien memilih ranjang berukuran single dengan
Berdasarkan hasil analisa data, responden bahan yang lembut dibandingkan yang
cenderung menghendaki adanya jendela pada berukuran besar.
ruang perawatan. Mereka beralasan bahwa
jendela berperan dalam mendistribusikan
cahaya alami dan view dari luar ruangan serta
menunjang penghawaan alami. Sisanya,
sejumlah satu responden menolak keberadaan
jendela karena dianggap menyilaukan. Dari
data yang diperoleh, tidak ada aroma obat-
obatan dan bahan kimia yang mengganggu Gambar 2. Pengaruh Furnitur terhadap
pada interior fasilitas bersalin di kabupaten Psikologis pasien
Wonogiri dan 85% merasa sejuk dan nyaman di Pada BPM Ina Susanti, material furniture
dalam ruangannya. Sisanya 10% merasa terlalu terbuat dari kayu. Tempat tidur yang
panas dan 5% terlalu dingin. digunakan pada ruang perawatan adalah
Pada BPM Ina Susanti, sama halnya tempat tidur rumahan, sedangkan pada ruang
dengan pencahayaan, penghawaan juga tindakan dan pemeriksaan menggunakan
SIAR II 2021: SEMINAR ILMIAH ARSITEKTUR | 306
tempat tidur medical bed non-adjustable berisi Ditemukan dua warna yang berperan
busa dengan pembungkus cushion. memberikan perasaan nyaman dan tenang
antara lain biru dan hijau. Warna hijau secara
KESIMPULAN fisik dapat memberi ketenangan pada sistem
Menurut Beecher dkk (2016) cahaya saraf dan digunakan dalam penanganan
matahari dapat mempengaruhi pengguna permasalahan kesehatan terkait tekanan darah
ruangan secara emosional. Dalam sebuah dan yang berhubungan dengan organ jantung.
penelitian di Birgham Young University, para Selain itu, secara psikologis warna hijau adalah
peneliti mendapati responden lebih banyak warna yang seimbang dan mampu mengurangi
mengalami tekanan mental saat kekurangan rasa takut, stress dan emosi saat berada di
paparan sinar matahari. Pangestu (2006) rumah sakit (Wauters dan Thompson, 2001).
menguraikan tiga aspek pembentuk efek Warna hijau juga membantu proses
cahaya, yaitu aspek visual, aspek emosional penyembuhan, menenankan serta
dan aspek biologis. Visual cahaya yang menyegarkan (Birren, 1950). Selain warna
berwarna dingin seperti hijau dan biru hijau, warna biru juga dianggap memiliki
menimbulkan efek positif membangkitkan kekuatan mengurangi kecemasan,
suasana yang segar dan bergairah, cocok untuk memberikan kekuatan tubuh dan pikiran,
setting ruang persalinan. Namun pengaturan memulihkan dari stress serta memberikan efek
intensitas cahaya juga perlu dipertimbangkan tenang terhadap pasien ( Wauters dan
karena pencahayaan yang terlalu terang dapat Thompson, 2001). Warna biru juga
menyebabkan kelelahan pada mata. Pada saat berhubungan dengan produktifitas, hal yang
melahirkan, pasien sebisa mungkin harus tetap positif dan kedamaian (Birren , 1950).
terjaga sehingga sebaiknya menghindari Dengan menggabungkan warna hijau atau
pencahayaan yang terlalu terang. Secara biru dengan warna putih menjadi warna pastel,
biologis rendahnya temperatur cahaya dapat dapat menciptakan kesan interior yang
merangsang sekresi hormon melankolin (yang nyaman namun bersemangat tanpa
dapat menyebabkan kantuk). Jenis melelahkan mata. Warna hijau pastel dan biru
pencahayaan dengan temperatur yang rendah pastel cocok untuk diterapkan pada interior
boleh diterapkan pada ruang perawatan fasilitas kebidanan.
karena membantu pasien untuk beristirahat Dikarenakan seluruh responden
lebih tenang namun untuk ruang persalinan beranggapan bahwa keberadaan pendamping
ada baiknya menghindari pencahayaan dengan di dalam ruangan bersalin sangat penting,
temperatur yang rendah. maka harus dibuat sirkulasi yang
CRI (Color Rendering Index) pencahayaan memungkinkan pendamping untuk ikut
yang dibutuhkan untuk ruang bersalin hanya menemani pasien di dalam ruang selama
berkisar 80-90 lumen. Temperatur tinggi proses persalinan tanpa mengganggu kegiatan
pencahayaan berada pada kisaran angka tenaga kebidanan. Ukuran ruang bersalin di
3.0000K – 4.0000K, sehingga jenis lampu yang kabupaten Wonogiri tergolong sedang (3m x
bisa digunakan pada ruang persalinan antara 4m), sedangkan besaran ruangan dengan
lain Fluorescent Lamp dan LED. kenyamanan yang ideal bagi pasien adalah
Kebanyakan ibu memilih warna putih dan ruangan yang luas (sekitar 4m x 5m). Model
pastel sebagai warna kesukaannya. Warna layout yang disarankan untuk interior ruang
putih memang memberikan kesan bersalin dan kamar perawatan adalah
perlindungan, kenyamanan, bersih dan peletakan tempat tidur di sudut ruangan
ketentraman sehingga sering diterapkan pada sejajar dengan panjang ruang dan kursi
interior rumah sakit. Sedangkan warna pastel pendamping diletakkan di sampingnya sejajar
adalah arah lebih muda dari suatu warna. dengan ranjang. Selain itu, hindari peletakan
Warna pastel merupakan warna yang cerah furnitur yang menghalangi akses pengguna
namun tidak terlalu kuat sehingga tidak ruangan dan batasi jumlah pendamping
menyebabkan lelah pada mata namun bisa maksimal satu sampai dua orang (pada kamar
lebih menghidupkan suasana ruangan perawatan) untuk setiap kamar. Berdasarkan
dibandingkan dengan warna putih. persepsi responden, didapat alternatif
SIAR II 2021: SEMINAR ILMIAH ARSITEKTUR | 307
penataan layout kamar seperti pada gambar di Bell, P.A., 2001. Environmental Psychology,
bawah. Harcourt Brace College Publisher, Forth
Worth.
Bethsaida Janiwarty & Herri Zan Pieter,
Pendidikan Psikologi untuk Bidan Suatu
Teori dan Terapannya. Yogyakarta: Andi
Offset, 2013.
Comfort (Def.1) (n.d). Dalam Cambridge
Dictionary Online. [diakses 20
November2020].
Darmaprawira, Sulasmi, 2002. Warna : Teori
dan Kreativitas Penggunanya. Institut
Teknologi Bandung, Bandung.
Gambar 3. Alternatif layout kamar untuk pasien Neufert, Ernst, Data Arsitek Jilid II Edisi 33,
fasilitas kebidanan (sumber: analisis penulis, 2021) Terjemahan Sunarto Tjahjadi. Jakarta:
Pemilihan furniture juga perlu PT. Erlangga, 2002.
dipertimbangkan dalam mendesain interior George et al, Anxiety symptoms and coping
yang nyaman bagi pasien fasilitas kebidanan. strategies in the perinatal period Astrid
Furnitur yang dipilih hendaknya sesuai dengan George1. BMC Pregnancy and Childbirth,
kebutuhan. Berdasarkan data yang diperoleh, 2013.
ibu hamil dan melahirkan lebih menyukai Hakim, Rustam, Komponen Perancangan
furnitur yang sederhana dan tidak banyak Arsitektur Lansekap (Edisi Kedua).
ornamen. Adanya ornamen pada langit-langit Jakarta: Bumi Aksara, 2012.
ruangan mampu mendistraksi pikiran pasien Kolcaba, K. & Dimarco, M.A, “Comfort theory
dari rasa cemas. Namun apabila terlalu banyak, and its application to pediactric
ornament akan membuat ruangan terasa nursing,” Pediatr Nurs, vol. 31, no. 3,
sempit dan justru memberi tekanan psiko- 2005.
visual pada pasien. Selain intensitas, warna dan Krisnawati, Christina, Terapi Warna dalam
tekstur juga perlu diperhatikan dalam memilih Kesehatan. Perpustakaan Nasional:
furnitur. Warna dan tekstur yang lembut akan Curiosita, 2005.
menunjang kenyamanan pasien. Perlu Kusnoputranto dan Suzanna, 2000. Kesehatan
dihindari pula material tempat tidur yang Lingkungan. Fakultas Kesehatan
keras. Masyarakat. Universitas Indonesia.
Pada elemen arsitektur pintu mengacu Depok.
pada pedoman teknis penyelenggaraan Mark E. Beecher, “Sunshine on my shoulders:
instalasi rawat inap. Sebuah ruang inap harus Weather, pollution, and emotional
memiliki pintu ganda dengan daun pintu distress,” Journal of Affective Disorders,
selebar 90cm dan 40cm yang dilengkapi kaca Science Direct, vol. 205, pp. 234-238,
pada daun pintu yang lebih lebar. Disarankan 2016.
menggunakan material pintu yang ringan agar Permenkes RI. Nomor 24 Tahun 2016.
tidak menimbulkan kebisingan saat membuka Persyaratan Teknis Bangunan dan
dan menutup. Sedangkan untuk jendela Prasarana Rumah Sakit. Kementerian
dianjurkan menggunakan jenis jendela sorong Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
dikarenakan perawatannya lebih mudah. Pheasant, Stephen, Bodyspace: Antropometry,
Gunakan bentuk yang sederhana dan mampu Ergonomics and the Design of Work 2 nd
menjamin pertukaran udara dari dalam ke luar Edition. USA: Taylor & Francis, 2003.
ruangan secara optimal.
Sari, S. M. “Peran Warna pada Interior Rumah
Sakit Berwawasan Healing Environment
DAFTAR PUSTAKA terhadap Proses Penyembuhan Pasien,”
Ambika Wauters & Gerry Thompson, Terapi Dimensi Interior, vol. 02, pp. 22-36,
Warna. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2001. 2005.
SIAR II 2021: SEMINAR ILMIAH ARSITEKTUR | 308

Anda mungkin juga menyukai