Anda di halaman 1dari 76

August Strindberg

SUAMI-SUAMI

Versi Indonesia oleh Pramana Pmd

Disadur dari versi Inggris CREDITORS, oleh Elizabeth Spriggo.

________________________________________________________________________

Para pelaku : -ADOLF

-GUSTAF

-TEKLA

-pelayan

AUGUST STRINDBERG. JOHAN Augutst Strindberg nama lengkapnya. Lahir 22

Januari 1849 di Stockhlom, Swedia. Meniggal 14 Mei 1912 di kota yang sama. Sebelum

naskah drama pertamanya selesai, “Master Olof” yang ditulis mulai 1872 sampai1881,

dia adalah seorang dosen, pustakawan, wartawan dan actor. Naskah yang utama lainnya

a. l : “I Rom” (di Roma), 1870: “Fadren” (Sang Ayah), 1887: “Froken Julie” (Nona

Julie), 1889. semua itu sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. STRNDBERG disebut

juga sebagai Bapak Naturalisme dan Ekspresionisme.

SET merupakan serambi sebuah hotel/ guest-house.

Di belakang terdapat sebuah pintu menuju keluar, nampak pemandangan sedikit. Di

sebelah kana terdapat pintu menuju ke lain kamar. Di sebelah tengah-tengah terdapat

sebuah meja dengan beberapa lembar surat kabar, dan di sebelahnya sebuah sofa. Di

sebelah kiri terdapat sebuah kursi disamping tempat sebuah model yang kecil.

1
GUSTAF sedang duduk di sofa, merokok. ADOLF berada di tempa model, sedang

mengerjakan sebuah patung. Tongkat penyanggahnya bersandar di sampingnya.

ADOLF : …. Untuk semuanya ini aku berhutang budi padamu!

GUSTAF : (mengepulkan asap rokoknya). Ah, nonsense!

ADOLF : Sungguh, sehari sesudah isteriku pergi, aku hanya bisa

berbaring di atas sofa, rasanya tak sanggup lagi mengerjakan

sesuatu, hanya terkenang padanya.ini seakan-akan ia

mengambil tongkatku sekaligus membawanya pergi bersama,

sehingga sama sekali aku tak bisa bergerak dibuatnya.

Kemudian apabilaaku hanya tidur-tidur saja untuk beberapa

hari lamanya, terbangunlah aku oleh tarikan-taarikan dalam

diriku sendiri. Pikiranku bekerja dengan kacau balaudan

dimulai dengan lambat-lambat. Pikiran-pikiran lama yang

dahulu kumiliki muncul kembali, keinginan untuk bekerja,

untuk mencipta, datang lagi, dan mataku memperoleh kembali

kekuatan dirinya yang lama untuk melihat pada suatu benda

yang penuh dengan kebenaran dan keperkasaannya. Dan tiba-

tiba muncullah kau!

GUSTAF : Pada waktu pertama kali kau kutemui kau sudah cukup

menderita. Aku masuk dan kau terbata-bata dengan tongkatmu,

tetapi aku masih yakin bahwa kau telah sembuh. Engkau masih

membutuhkan istirahat dan membutuhkan kawan.

2
ADOLF : Ya, itu benar,seperti semua yang kukatakan itu, benar aku perlu

seorang kawan sebagai kawan di hari tua, tetapi setelah kawin,

kawan-kawan itu makin menjadi banyak. Aku sesungguhnya

telah puas dengan cukup seorang kawan saja yang telah aku

pilih. Tetapi kemudian aku menemui suatu lingkungan baru di

mana aku telah banyak mengadakan perkenalan-perkenalan,

dan isteriku telah cemburu padanya—ia menghendaki aku

menjadi miliknya sendiri. Tetapi yang paling buruk adalah, ia

juga menghendaki seluruh kawan-kawanku menjadi miliknya

sendiri dan kemudian aku tersiksa sendiri oleh kecemburuanku.

GUSTAF : Engkau sendirian yang membuat siksaan itu, begitu kan?

ADOLF : Aku takut kehilangan dia dan aku mencoba untuk

mencegahnya. Apakah itu tidak beralasan? Meskipun begitu

aku tidak pernah takut bahwa ia tidak akan setia.

GUSTAF : Seorang laki-laki yang telah kawin tidak pernah takut karena

itu!

ADOLF : Tidak, apakah itu bukan hal yang luar biasa? Apa yang telah

aku takutkan adalah apabila oleh karenanya kawan-kawan ini

akan mendapatkan pengaruh tentang dirinya dan oleh karena

itu secara tidak langsung memiliki kekuatan diriku. Dan oleh

karena itu pula aku tidak dapat tinggal diam.

GUSTAF : Nah, kalau begitu pendapatmu dengan pendapat isterimu telah

bertentangan.

3
ADOLF : Tunggu dulu, lebih kau dengarkan dulu semuanya. Istriku

memiliki suatu kebebasan alam – apa yang kau ketawakan?

GUSTAF : Teruskan, ia memiliki kebebasan alam…

ADOLF : Iniberarti dia tidak mau menerima gagasanku.

GUSTAF : Hanya orang-orang lain yang menerima.

ADOLF : (Setelah pause) Ya, sungguh terasa seolah-olah ia itu

membenci gagasan-gagasanku, justru karena kawan-kawanku

itu, dan tidak oleh karenaia menemui kedunguan kawan-

kawanku. Kau tahu seringkali ia membawakan beberapa

pendapatku dan memaksakan kepada setiap orang seperti

pendapatnya sendiri. Kemudian pada kesempatan lain, apabila

beberapa kawan-kawanku mengatasi dengan pendapat-

pendapat yang langsung merekadapat dari gagasanku, ia

menyangka bahwa pendapat mereka itu bagus. Segalanya

menjadi bagus sepanjang pendapat itu tidak kuucapkan sendiri.

GUSTAF : Dengan lain kata kau tidak begitu bahagia!

ADOLF : Bukan begitu, aku bahagia – aku telah memiliki seseorang

yang aku pilih sendiri dan aku tidak menginginkan orang lain.

GUSTAF : Dan tidak pernah mengnginkan kebebasan?

ADOLF : Tidak, aku tak dapat mengatakan begitu. Pada suatu saat telah

terasa padaku bahwa keadaan itu harus terjadi.. yah

kebebasanku yang tertinggal. Tetapi pada saat-saat ia

meninggalkan aku, terasa kebutuhanku terhadap dia seperti aku

4
membutuhkan lengan dan kakiku sendiri. Sungguh luar biasa,

aku kadang-kadang merasa, bahwa ia itu bukanlah suatu bagian

yang terpisah sama sekali, tapi menrupakan suatu bagian yang

dalam diriku… suatu hasrat yang membawa kemauanku,

kemauanku untuk hidup. Demikianlah seakan-akan aku telah

memberikan kepadanya sebuah singgasana di lubuk hatiku

yang paling dalam.

GUSTAF : Barangkali, itulah apa yang telah terjadi, lalu, di manakah

kebijaksanaan kita seharusnya?

ADOLF : Kecuali yang telah kuceritakan tadi, ia adalah seorang yang

memiliki kebebasan pikiran dan dirinya sendiri.

Pada waktu aku bertemu untuk pertama kalinya, aku masih

seorang anak yang baru belajar melukis, dan menerimanya

dengan tangan terbuka.

GUSTAF : Tetapi jauh sebelum itu engkau telah membentuk pikirannya

dan mempengaruhinya, betul begitu bukan?

ADOLF : Tidak. Ia tidak lagi berkembang dan aku jalan terus.

GUSTAF : Ya, itulah yang mengherankan bagaimana ia semakin buruk

karangannya setelah bukunya yang pertama, atau

bagaimanapun tidak semakin baik. Tetapi pada saat itu ia

membuat karangan yang mudah diduga merupakan gambaran

daripada seseorang suami. Kau tahu, apakah kau pernah

5
bertemu dengan laki-laki itu? Rasanya laki-laki itu telah

menjadi setengah gila.

ADOLF : Aku tidak pernah ketemu dengan laki-laki itu oleh karena ia

telah pergi selama enam bulan lamanya, tetapi laki-laki itu

pasti sudah gila, menilik apa yang pernah ia uraikan, (pause)

dan uraiannya itu disampaikan dengan cermat. Kau boleh

percaya itu.

GUSTAF : Percaya. Tetapi mengapa ia mengawini laki-laki itu?

ADOLF : Oleh karena ia tidak mengetahuinya. Seseorang baru dapat

mengetahui kejadian satu sama lainnya apabila kejadian itu

telah terjadi.

GUSTAF : Kemudia seseorang itu tidak akan kawin sampai kejadian itu

telah terjadi. Kalau begitu laki-laki itu telah bertindak

sewenang-wenang, tentu!

ADOLF : Tentu!

GUSTAF : Yah, semua laki-laki yang telah kawin adalah seperti itu.

(Merasakan apa yang telah diucapkan) dank au tidak

terkecuali.

ADOLF : Aku? Siapakah yang mengizinkan isteriku datang dan pergi

sesuka hatinya?

GUSTAF : Oh, engkaulah, sudah pasti itu. Barangkali engkaulah yang

sepatutnya mengurung dia. Apakah engkau senang apabila ia

menghabiskan seluruh waktu malamnya terbuang?

6
ADOLF : Tidak, sudah tentu tidak!

GUSTAF : Nah, (memutar)-sungguh-sungguh kau akan ditertawakn

apabila kau berbuat begitu.

ADOLF : Ditertawakan? Dapatkah seseorang ditertawakan oleh karena ia

percaya terhadap isterinya?

GUSTAF : Dapat saja. – dan kau sudah melakukannya. Menggelikan

sekali.

ADOLF : (kuat). Apa? Apakah itu sesuatu, aku maksudkan kejadian yang

terakhir… ah, segala sesuatu itu bisa saja berubah.

GUSTAF : Jangan begitu bernafsu. Engkau akan mempunyai lain alasan.

ADOLF : Dan mengapa bukan ia yang menertawakan apabila aku yang

menghabiskan malam itu tebuang?

GUSTAF : Mengapa? Tidak ada yang mengkhawatirkan padamu- soalnya

bagaimana bisa terjadi-dan sementara engkau terharan-heran

mengapa, di situlah celakanya.

ADOLF : Celaka bagaimana?

GUSTAF : Yah, suaminya adalah seorang yang berbuat sewenang-wenang

dan pempuan itu mengawininya begitu rupa untuk

mendapatkan kebebasannya. Seorang perempuan hanya bisa

memperoleh keadaan serupa itu dengan memperlengkapi

dirinya dengan seorang inang pengasuh- dengan kata lain,

seorang suami.

ADOLF : Tentu saja.

7
GUSTAF : Dan sekarang kau adalah inang pengasuh itu.

ADOLF : Aku?

GUSTAF : Ya, kau adalah suaminya, begitu kan? (ADOLF nampak

bingung). Apakah tidak benar itu?

ADOLF : (sulit). Aku tidak tahu. Coba piker, misalakan kau tinggal

dengan seorang permpuan bertahun-tahun lamanya, dank au

tak pernah memikirkan tentang perempuan itu atau hubungan

kau dengan permpuan itu –lalu- tiba-tiba kau mulai ingin

mengetahui dan tejadilah segala-galanya…. Gustaf, kau ada lah

kawanku, salah seorang kawanku laki-laki. Selama seminggu

ini, kau telah mengembalikan kemauanku untuk hidup,

demikianlah aku seakan-akan berada dalam daya magnetismu.

Kau seakan-akan telah menjadi seorang tukang arloji, yang

memperbaiki pekerjaan di dalam kepalaku dan mendorong

untuk mencipta kembali. Tidak dapakah kau mendengar sendiri

bagaimana jernihnya pikiran-pikiranku dan bagaimana jelasnya

pembicaraanku? Dan terasa bagiku bahwa suaraku telah

kembali nyaring seperti sedia kala.

GUSTAF : Ya, kukira begitu. Aku sendiri heran mengapa.

ADOLF : Barangkali seseorang akan menurunkan suaranya apabila

bebicara dengan perempuan. Pasti TEKLA selalu menyentak :

Jangan berteriak?

8
GUSTAF : Kemudian engkau menurunkan suara itu lalu membungkuk

seperti budak.

ADOLF : Jangan berkata begitu,(reflek), memang, fakta telah

menunjukkan lebih buruk daripada itu! Tapi janganlah kita

bicarakan dulu soal-soal itu sekarang… di manakah aku? Ya,

kau telah datang kemari dan membuka mataku terhadap

kebenaran seniku. Fakta telah menunjukkan, bahwa kadang-

kadang perhatianku terhadap lukisan makin berkurang, seperti

melukis itu rasanya bukan media yang tepat untuk menyatakan

keinginanku. Hanya pada saat kau memberikan alasan kepada

kami, dan menjelaskan bahwa lukisan itu tidak dapat dijadikan

bendapelengkap belaka… untuk sebuah seni yang kreatif pada

saat ini, yang telah kulihat sinarnya, maka aku ingin

menyatakan bahwa tidak mungkin rasanya bagiku untuk

bekerja dengan warna lagi!

GUSTAF : Apakah betul-betul engkau yakin bahwa engkau tidak mau

melukis lagi, kau tidak mau bangun lagi?

ADOLF : Aku yakin. Aku telah mencobanya. Apabila aku pergi ke

ranjang malam-malam sehabis kita bercakap-cakap, aku

renungkan lagi semua bantahan-bantahanmu, satu demi satu,

dan aku memahami kau benar. Tetapi ketika kau bangun

dengan otak yang bening, setelah lelap tidur semalam, sekilas

tergores dalam pikiranku, bahwa kau mungkin salah- aku

9
meloncat dari tempat tidur, menggapai kuasku dan mulai

melukis. Semua itu telah berlalu. Aku tidak lama memiliki

ilusi. Itu hanyalah lukisan coreng moreng dan tak habis

berpikir aku bahwa aku telah yakin dan lebih yakin bahwa

sehelai kanvas yang telah dilukisi tak lebih daripada sehelai

kanvas yang telah dilukis. Tabir telah tersingkap dari mataku

dan hal itu justru tidak memungkinkan bagiku untuk terus

melukis yang seakan-akan aku menjadi seorang anak lagi.

GUSTAF : Dan kemudian engkau menyatakan bahwa gaya naturalistis

pada saat ini dengan tuntutan-tuntutan realismenya dan segala

perwujudannya hanya dapat ditemui dalam bentuk patung,

yang memberikan padamu badan, proyeksi dalam tiga dimensi.

ADOLF : (ragu). Tiga dimensi…. Ya, itulah yang dikatakan, badan.

GUSTAF : Kemudian engaku menjadi seorang pemahat. Atau agaknya

engkau sudah menjadi seorang yang telah tersesat jalan, dan

membutuhkan seorang penunjuk jalan untuk membawa kau ke

jalan yang benar…. Katakana padaku apakah engkau telah

mendapatkan keputusan yang benar sekarang dari pekerjaanmu

itu?

ADOLF : Sekarang aku hidup.

GUSTAF : Bolehkah aku lihat apa yang sedang kau kerjakan sekarang?

ADOLF : Sosok perempuan.

GUSTAF : (melihatnya). Tanpa model? Dan begitu hidup tampaknya.

10
ADOLF : (datar). Ya, tetapi semuanya sama seperti seseorang. Ini adalah

luar biasa, bagaiman perempuan itu berada dalam diriku, persis

seperti aku berada dalam dirinya.

GUSTAF : Kenyataannya tidak begitu luar biasa. Kau tahu transfuse apa

ini?

ADOLF : Transfusi darah? Betul.

GUSTAF : Yah, rasanya kau telah mengeluarkan darahmu sendiri namun

melihat pada tokoh ini aku mengerti dalam beberapa hal aku

Cuma mengira-ngira saja sebelumnya. Kau telah terlalu

mencintainya.

ADOLF : Ya, begitu cintaku padanya sehingga aku tak dapat mengatakan

apakah dia itu aku atau aku itu dia. Bila dia tersenyum aku

tersenyum; bila dia menangis, aku menangis, dan bila dapatkah

kau bayangakan itu? Bila dia melahirkan anak, aku merasakan

sakit itu dalam diriku.

GUSTAF : Kau tahu, kawan, inilah yang sangat berat bagiku untuk

mengatakannya. Kau telah mendapatkan gejal pertama

penyakit epilepsi.

ADOLF : (berkobar). Apa? Bagaimana kau bisa mengatakansemacam

itu?

GUSTAF : Yah, aku pernah mengetahui gejala semacam itu dalam diri

adik laki-lakiku yang termuda, yang membiarkan dirinya

terlibat dalam ekses-ekses asmara.

11
ADOLF : Bagaimana…. bagaimana bisa menunjukkan dirinya, penyakit

semacam itu?

GUSTAF : Ini sangat menyeramkan untuk dinyatakan. Jika hatimu lemah,

aku tidak mau membuat kau sengsara dengan

memberitahukannya.

ADOLF : (dengan sungguh-sungguh). Tidak, katakana, katakana!

GUSTAF : Baiklah, anak itu telah kawin sendiri dengan seorang gadis

kekanak-kanakan yang berambut keriting dan memiliki mata

burung dara, wajah dari seorang bocah dan jiwa dari bidadari.

Tetapi meskipun demikian ia sungguh untuk merampas hak-

hak prerogatif laki-laki.

ADOLF : Apa itu?

GUSTAF : Inisiatif tentunya! Alhasil bidadari itu hamper menyeretnya ke

sorga, namun pertama-tama ia harus disalib dan dipaku

dagingnya. Sungguh mengerikan!

ADOLF : (gemas). Apa yang terjadi?

(selama mengikuti passage berikut ini GUSTAF membuat

ilustrasi yang mengasyikkan dengan kata-katanya dan ADOLF

dengan tegang yang kemudian dengan tidak disadarinya telah

meniru gerakan-gerakan GUSTAF.

GUSTAF : (lambat). Kita sedang duduk-duduk berbicara, ia dan aku, dan

ketika aku sedang berbicara sejenak, wajahnya telah berubah

menajdi putih seperti kertas,lengan-lengan dan kakai-kakinya

12
berubah menjadi kaku, dan ibu jarinya melekuk ke telapak

tangannya, seperti ini! (gerakan, ditiru oleh ADOLF).kemudian

matanya menjadi kemerah-merahan, dan ia lalu mulai

mengunyah-ngunyah, seperti ini! (gerakan, ditiru oleh

ADOLF). Air liurnya menggorok-gorok dalam

tenggorokannya. Dadanya menguncup seakan-akan terjepit.

Biji matanya berputar-putar, lidahnya bekerja sampai mulutnya

berbusa, dan kemudian…. Ia tenggelam. Perlahan-lahan… ke

bawah….terkapar… di atas. Seakan ia mati lemas dan

kemudian…

ADOLF : (berbisik). Stop!

GUSTAF : Dan kemudian…. Apakah kau sakit?

ADOLF : Ya. (GUSTAF mengambil segelas air).

GUSTAF : ……minumlah, dan kita akan berbicara soal lain.

ADOLF : (lemah). Terima kasih… teruskan sekarang.

GUSTAF : Kemudian ketika ia datang padaku, ia tidak ingat segalanya. Ia

telah sama sekali tidak sadar. Apakah keadaan seperti ini

pernah terjadi pada dirimu?

ADOLF : Ya, aku sering diserang penyakit kepeningan kadang-kadang,

tetapi dokter mengatakan itu anemia.

GUSTAF : Ya, tetapi itu adalah masa-masa permulaan, faham. Kau harus

percaya apa yang kukatakan. Itu akan tumbuh menjadi epilepsy

apbila engkau tidak berhati-hati terhadap dirimu sendiri.

13
ADOLF : Apa yang harus kukerjakan kemudian?

GUSTAF : Untuk itu, engkau pertama-tama harus pantang sex sama sekali.

ADOLF : Berapa lama?

GUSTAF : Sedikitnya enam bulan.

ADOLF : Wah, tidak bisa- itu berarti menghancurkan kehidupan

perkawinanku.

GUSTAF : Kalau begitu selamat tinggal saja!

ADOLF : (menutupi patung). Tidak bisa.

GUSTAF : Tidak kau selamatkan hidupmu? Tapi coba katakan padaku,

apakah sudah sejauh itu aku kau bawa ke dalam rahaasia-

rahasiamu, tidakkah ada sesuatu yang lain, rahasia luka-luka

lainnya yang mengganggu dirimu? Adalah sangat jarang

apabila ditemui satu alasan untuk berdebat, padahal kehidupan

ini begitu bercorak ragam dan begitu kaya dalam kesempatan

untuk binasa. Tidak adakah hal-hal yang buruk yang kau

sembunyikan dalam dirimu? Kau baru saja mengatakannya,

misalnya, bahwa engkau telah mempunyai seorang anak yang

tinggal di luar mengapa tidak tinggal bersama kau?

ADOLF : Isteriku tidak menghendakinya.

GUSTAF : Alasannya?

ADOLF : Ketika anak itu berumur 3 tahun ia mulai nampak seperti

suaminya dulu.

GUSTAF : Ah! Apakah kau pernah melihat suaminya dulu?

14
ADOLF : Tidak, tidak pernah. Aku pernah sepintas lalu melihat potertnya

yang telah usang, aku tidak melihat persamaannya.

GUSTAF : Bagaimanapun potret tidak mesti seperti orangnya, dan

mungkin juga bisa berubah, tetapi aku harap hal-hal semacam

itu tidak membangkitkan kesyakwasangkamu.

ADOLF : Tentu saja tidak. Anak itu telah lahir satu tahun setelah kami

kawin, dan bekas suaminya itu telah pergi ke luar negeri pada

saat aku bertemu TEKLA pertama kali di sini, di tempat ini,

terutama di dalam rumah ini. Itulah sebabnya kami selalu

kemari setiap liburan panjang.

GUSTAF : Tidakkah kemudian kau mempunyai sykwasangka apa-apa?

Tidakkah kau akan mempunyai kesukaran dalam hal ini,

misalnya untuk anak-anak dari seorang janda yang kawin lari

sering serupa dengan suaminya yang telah meninggal. Ini

sangat mengganggu tentunya. Oleh karena itu kau tahu, janda-

janda di India lebih suka membakar diri. Tetapi coba katakan

padaku, apakah kau tidak pernah merasa cemburu terhadap

bekas suaminya itu, terhadap kenangan lamanya? Tidakkah

akan sakit hatimu untuk bertemu dengan bekas suaminya itu

misalnya di suatu tempat dan mendengarkan dirinya dengan

matanya mengawasi TEKLAmu berkata “kami” bukan “aku”?

ADOLF : Aku tidak dapat menyangkal bahwa pikiran semacam itu telah

menghantui diriku!

15
GUSTAF : Nah, begitulah jadinya. Jiwamu terkungkung padanya.

Pertentangan di dalam kehidupan yang tak pernah dapat

diputuskan. Kalau begitu lebih baik kau sumpal saja kupingmu

dengan semen dan bekerja. Bekerja, tampak lebih matang, dan

menciptakan suasana baru untuk melawan kebusukan, nah

dengan begitu kerangka patung itu tidak usah kau buang

keluar.

ADOLF : Maaf, kupotong pembicaraanmu, agak mengherankan,

bagaiman kau bisa mirip TEKLA kadang-kadang kalau

berbicara. Kedip mata kanan kau seakan-akan memiliki arti,

dan apabila kau melihat aku, matamu memiliki kesan yang

sama seperti saat-saat TEKLA melihat aku.

GUSTAF : Ah, masak demikian?

ADOLF : Nah, seperti kata-kata itu “Ah, masak demikian”, yang justru

dengan nada acuh tak acuh seperti yang sering ia gunakan.

Kata-kata “Ah, masa demikian, sungguh?” seringkali ia

ucapkan juga!

GUSTAF : Oh, barangkali kami mempunyai hubungan jauh, seperti

manusia dilahirkan dari turunan yang sama, tapi bagaimanapun

juga janggal rasanya, dan mungkin akan menarik juga bertemu

dengan isterimu itu dan melihat persamaan-persamaan ini.

ADOLF : Tetapi ketahuilah kawan, bahwa ia tidak pernah meniru-niru

ucapanku. Rasanya ia bahkan jauh daripada perbendaharaan

16
kata-kataku dan akupun tidak pernah melihat ia menggunakan

kebiasaan-kebiasaanku sungguhpun sepasang suami isteri

mungkin agak memiliki persamaan-persamaan.

GUSTAF : Ya, dan kau tahu mengapa tidak? Karena perempuan itu tidak

pernah mencintai kau!

ADOLF : Ya Allah, setan apa yang membuat kau berkata begitu?

GUSTAF : Oh maaf…. Maafkan aku, tetapi kau tahu, seorang perempuan

mencintai dengan mengambil dan menerima, dan jika ia tidak

mengambil apa-apa dari laki-laki, itu berarti ia tidak

mencintainya. Ia tidak pernah mencintai kau.

ADOLF : Apa kau kira ia tidak sanggup mencintai lebih dari sekali?

GUSTAF : Ya, orang hanya sanggup mencintai sekali saja. Sesudah itu

tidak sanggup lagi. Kau tentu tidak mau menerima pendapat

ini, tetapi kau lebih baik berhati-hati terhadap hal ini.

Berbahaya!

ADOLF : Kata-katamu mengiris hatiku seperti pisau, dan aku merasakan

sesuatu yang menembus dada tanpa kuketahui sebelumnya.

Namun tembusan itu adalah merupakan sesuatu yang

meringankan, seperti pecahnya sebuah bisul yang mengurangi

sakit si penderita… ia tidak pernah mencintai aku… lalu

mengapa ia mengawini aku?

GUSTAF : Katakanlah dulu bagaimana ia datang mengawini kau, apakh

bukan engkau yang mengawini dia, atau dia, atau engkau?

17
ADOLF : Tuhan mengetahui jika aku menjawab bahwa…. Atau

katakanlah bagaimana bisa terjadi. Itu bukan kejadian sekaligus

dalam satu hari.

GUSTAF : Bolehkah aku mencoba menduga bagaimana bisa terjadi

demikian?

ADOLF : Kau tak dapat berbuat begitu.

GUSTAF : Oh, dengan pertolongan semua yang telah kau katakana

tentang dirimu dan isterimu, aku kira aku dapat

menggambarkan kembali peristiwa itu. Dengarkan sekarang

dan kau akan tahu (perlahan-lahan hamper bergurau).

Suaminya pergi belajar ke luar negeri, “absen” dan ia kesepian.

Pada mulanya ia menemui suatu kebebasan yang

menyenangkan, kemudian ia telah merasakan suatu

kekosongan. Ya, aku kira ia merasakan kesepian sekali saat-

saat ia sendirian selama dua minggu. Kemudian muncullah

seorang laki-laki dan sedikit demi sedikit kekosongannya itu

diisi.

Dengan munculnya laki-laki ini, maka tokoh yang absent itu

menjadi kabur oleh perbandingan jarak, kau tahu hokum garis,

di mana jarak yang lebih pendek menghubungkan dua titik

yang lebih dekat. Tetapi ketika mereka itu merasa tergugah

oleh nafsu timbullah kesulitan, baik bagi mereka berdua, oleh

kesadaran-kesadaran mereka, maupun bagi laki-laki itu. Untuk

18
menutupi hal ini, mereka itu kemudian bermain sandiwara,

dengan memerankan peranan dua orang bersudara kakak

beradik, dan semakin banyak perasaan-perasaan yang terjadi

dikemukakan, semakin banyaklah hubungan batin mengikat

jiwanya.

ADOLF : Saudara kakak beradik? Bagaimana kau tahu itu?

GUSTAF : Cuma kira-kira saja. Anak-anak bermain sebagai bapa dan ibu,

tetapi pada saat mereka itu menjadi tua mereka bermain

sebagai kakak dan adik, untuk menyembunyikan apa yang

harus disembunyikan…. Kemudian mereka itu membuat janji

yang suci, dan kemudian mereka bermain sembunyi-

sembunyian sampai mereka mendapatkan satu sama lain di

tempat yang gelap dimana mereka yakin bahwa tak ada orang

lain yang melihatnya (dengan pura-pura tegang). Tetapi mereka

itu merasa ada seorang yang dapat melihat di kegelapan itu.

…. Dan mereka itu menjadi ketakutan, terkejut, tokoh yang

absent itu mulai menghantuinya- makin membesar bagai

raksasa. Kemudian berubah menjadi mimpi seram yang

mengganggu tidur kasmaran mereka, lalu seorang rentenir

mengetuk pintu. Mereka melihat tangannya yang kelam

menjulur diantara mereka berdua pada waktu duduk di meja;

mereka mendengar suaranya yang memecahkan kesunyian

malam di sela-sela detak jantung mereka. Ia tidak

19
menghentikan dua orang yang sedang asyik-masyuk itu, tetapi

hanya merusak kebahagiaan mereka. Dan ketika mereka

merasakan kekuatan yang tak tampak itu merusak

kebahagiaannya, akhirnya mereka lari, tetapilari dengan sia-sia

—dari ingatan yang memburu mereka dan hutang-hutang yang

ditinggalkan di belakang mereka, dan pendapat umum yang

mengiang-ngiang di telinganya, mereka itu tidak tahan

mendukung kesalahan mereka sendiri, dan oleh karena itu

orang yang menanggung dosa- orang lain terseret menjadi

korban, mereka itu adalah orang-orang yang berpikiran bebas,

tetapi mereka itu tidak mempinyai keberanian untuk berbuat

dan berbicara blak-balkan kepadanya dan berkata, “kami saling

mencintai satu sama lain”. Tidak, mereka itu pengecut, maka

oleh karena itu kelaliman harus dibinasakan! Benar begitu kan?

ADOLF : Ya, tapi kau lupa ia telah mengembangkan aku, ia telah

memberikan ilham-ilham kepadaku dengan pemikiran-

pemikiran baru…

GUSTAF : Aku tidak lupa, tetapi dapatkah kau mengatakan padaku

mengapa ia tidak mengembangkan orang lain pula ke dalam

suatu pikiran bebas.

ADOLF : Oh, laki-laki itu setengah gila.

GUSTAF : Ya, tentu, laki-laki itu setengah gila, namun ada sesuatu istilah

yang menyangsikan, dan di dalam novelnya itu sifat-sifat

20
kegilannya terasa, terutama oleh karena tidak adanya saling

pengertian padanya. Lepas daripada masalah itu, apakah

isterimu betul-betul mendalami? Aku tidak melihat adanya

sesuatu yang mendalam dalam tulisan itu.

ADOLF : Akupun juga merasakan begitu. Tetapi aku harus mengakui

bahwa aku juga susah untuk mengerti dia. Ini seakan-akan

suatu mekanisme di dalam otak kita tidak saling berhubungan.,

seperti sesuatu yang terlepas sendiri di dalam kepalaku apabila

mencoba untuk mengerti dia.

GUSTAF : Barangkali kau juga setengah gila.

ADOLF : Tidak, aku tiadk gila, tetapi aku hamper setiap kali mengira

bahwa ia salah…. Maukah kau membaca surat ini, misalnya,

yang aku terima hari ini? (mengambil sebuah surat dari dalam

pocket booknya dan memberikan kepada GUSTAF).

GUSTAF : (sekilas melihatnya). Hmmm, rasanya seperti pernah mengenal

tulisan tangannya.

ADOLF : Agak kelaki-lakian kau pikir?

GUSTAF : Yah, aku pernah melihat paling sedikit seorang laki-laki yang

menulis seperti ini…. Ia memanggil kau “kakak”, begitu.

Apakah kalian masih memainkan sandiwara itu satu sama lain,

dengan peranan yang sama yang telah usang itu. Apakah kau

tidak mengurangi formalitas itu bila kau menyapanya?

21
ADOLF : Tidak, aku rasa kurang hormat bila seseorang tidak berbuat

begitu.

GUSTAF : Oh, begitu. Apakah dengan kau hormat padanya itu kemudian

ia menyebut dirinya sendiri adik kau?

ADOLF : Aku ingin menghormat ia lebih dari aku menghormat diriku

sendiri. Aku menginginkan ia menjadi bagian dari diriku yang

lebih baik.

GUSTAF : Mengapa tidak menjadikan dirimu sendiri bagian yang lebih

baik? Tentu itu akan mengurangi kejemuan daripada

menjadikan orang lain. Kau kan tidak menginginkan

terbelakang dari isterimu.

ADOLF : Ya, begitulah. Aku lebih senang berada agak di bawahnya

sedikit. Misalnya, aku mengajar dia berenang, dan sekarang

aku senang mendengarkan dia bersombong-sombong bahwa

dia lebih baik dan lebih berani daripada aku. Pada

permulaannya aku pura-pura menjadi lemah dan malu-malu,

justru untuk memupuk keberaniannya, tetapi pada suatu hari

aku sungguh-sungguh merasa menjadi lemah dan kurang

berani daripada dia. Begitulah seakan-akan betul-betul dia telah

mengambil alih keberanianku.

GUSTAF : Kecuali itu, apalagi yang kau ajarkan padanya?

ADOLF : Ya, tapi ini diantara kami sendiri. Aku mengajarkan dia

mengeja, yang tidak ia kuasai sebelumnya, dan kau tahu apa

22
yang terjadi kemudian? Ketika ia mulai mengadakan surat-

menyurat, aku berhenti menulis dan apakah kau percaya itu?

Lebih setahun aku tidak mengerjakannya, bahkan aku sampai

sedikit lupa tentang tata bahasaku. Tetapi apakah kau

dapatbayangkan itu, bahwa ia masih saja ingat apa yang aku

pelajarkan padanya sejak semula? Tidak, dalam hal ini, tentu

akulah sekarang yang menjadi setengah gila.

GUSTAF : Ah, kaulah itu orsngnya yang setengah gila.

ADOLF : Itu hanya bercanda saja, tentu!

GUSTAF : Ya, tentu, tetapi ini adalah betul-betul kanibalisme. Tahukah

kau apa yang aku maksudkan? Nah, orang biadab yang makan

musuhnya, di mana mereka akan mendapatkan kekuatan untuk

mereka sendiri. Ia telah menghisap jiwamu, ya, perempuan ini,

mengisap kekuatanmu, pengetahuanmu....

ADOLF : Dan keyakinanmu. Dan akulah yang mendorongnya untuk

menulis bukunya yang pertama itu….

GUSTAF : (terhenyak). Benar begitu?

ADOLF : Akulah yang mendorongnya justru pada saat aku mendapat

tulisannya yang sebelumnya sudah suka mengarang-ngarang

itu. Akulah yang membawanya ke dalam lingkungan

kesusasteraan, dimana ia membina seni dari para sastrawan.

Akulah itu, melalui pengaruh perseorangan, menjadi tukang

kritik yang tajam dan meniupkan kepercayaan dirinya,

23
meniupkan begitu kencangnya sehingga aku kehilangan

nafasku. Aku berikan, aku berikan, aku berikan, sampai aku

tidak memiliki apa-apa lagi yang tinggal untuk diriku sendiri.

Kau tahu, segalanya telah aku katakana kepada kau sekarang,

itu – sungguh terasa bagiku, bahwa jiwa orang itu sangat luar

biasa. Apabila sukses artistikku mengancam untuk meletakkan

dia di tempat yang gelap dan meruntuhkan reputasinya. Aku

telah mencoba untuk membantu memperkuat dirinya dengan

memperkecil diriku sendiri dan membuat pekerjaanku nampak

lebih terbelakang daripada kepunyaannya. Aku berbicara

banyak tentang tidak berartinya bagian yang diperankan

seluruhnya oleh pelukis-pelukis, berbicara banyak dan

mendapatkan begitu banyak alasan untuk ini, yang pada suatu

hari yang indah aku dapati diriku telah percaya kepada diri

sendiri terhadap keselarasan dari sebuah lukisan. Begitulah

semuanya yang telah kau kerjakan telah terbang melayang

seperti sebuah rumah kertas….

GUSTAF : Maaf, mengingatkan kau, ketika pada permulaan pembicaraan

kita kau menyatakan bahwa ia tidak pernah mengambil apa-apa

dari kau.

ADOLF : Ia tidak melakukan pada saat sekarang ini. Tidak ada lagi yang

tertinggal yang dapat diambil.

GUSTAF : Ular itu telah kenyang sekarang, muntah!

24
ADOLF : Mungkin ia mengambil lebih banyak dari aku dibandingkan

dengan apa yang telah aku nyatakan.

GUSTAF : Untukitu kau dapat lebih berhati-hati. Ia telah mengambil

ketika engkau tidak melihat, dan keadaan semacam ini dikenal

sebagai “mencuri”.

ADOLF : Mungkin ia tidak menambah pengetahuanku sama sekali.

GUSTAF : Tetapi kau, ia sangat menyukainya dan ia telah

memperdayakan kau ke dalam suatu keyakinan sebaliknya,

Bolehkah aku bertanya, bagaimana ia menyiasati

pengetahuanmu?

ADOLF : Yah, pertama-tama dari semua itu… hmmm!

GUSTAF : Ya?

ADOLF : Yah, aku…

GUSTAF : Tidak, pasti dialah itu.

ADOLF : Sungguh, aku tidak tahu sekarang.

GUSTAF : Kau lihat!

ADOLF : Bagaimanapun juga ia telah menekan kepercayaanku kemudian

menenggelamkan aku, sampai akhirnya kau datang dan

memberikan kepadaku kepercayaan baru.

GUSTAF : (Tersenyum) Di dalam seni patung?

ADOLF : (Tidak pasti) ya.

GUSTAF : Kau sungguh yakin padanya? Di dalam bentuk abstrak ini, seni

antik merupakan permulaan daripada masa-masa pencarian

25
manusia. Yakinkah kau dapat bekerja dalam kemurnian bentuk

tiga dimensi, eh?

Di dalam sifat realistis pada saat ini dan memprodusir ilusi

utama tanpa-warna-tanpa-warna, ingat kau? Apakah kau yakin

sungguh-sungguh, kau dapat mengerjakannya?

ADOLF : (Remuk) Tidak!

GUSTAF : Dan aku juga tidak.

ADOLF : Lalu mengapa kau bertanya begitu?

GUSTAF : Oleh karena aku kasihan pada kau.

ADOLF : Ya, aku yang dikasihani, aku sekarang yang celaka.

Berakhirlah sudah dan yang paling buruk dari semua itu adalah

aku tidak memiliki dia.

GUSTAF : Apakah yang ia maui jika engkau memilikinya?

ADOLF : Ia mau supaya aku memiliki Tuhan sebelum aku menjadi

seorang Atheis. Sesuatu kemauan yang dapat aku hormati.

GUSTAF : Kehormatan yang celaka! Menaburkan benih yang jahat untuk

menggantikan benih yang lain. Suatu misal dari penghinaan

kecil yang parah.

ADOLF : (missing text)

GUSTAF : (missing text)

ADOLF : Apa katamu, apa maksudmu?

26
GUSTAF : Dengan biru lemah, pucat, tipis dengan kanvas yang terikat

menerawang, kuning sepeti bingkai seakan-akan aku melihat

ketenggelamanmu, wajah yang berwarna dempul menonjol…

ADOLF : Hentikan, hentikan itu!

GUSTAF : Yah, ini bukan hanya pendapatku saja. Apakah engkau tidak

melihat surat kabar hari ini.

ADOLF : (gemetar) Tidak!

GUSTAF : Lihat di meja itu.

ADOLF : (mengulurkan tangannya, tetapi tidak berani mengambil surat

kabar itu) Apakah dia berkata begitu?

GUSTAF : Bacalah sendiri! Atau aku bacakan?

ADOLF : Tidak.

GUSTAF : Akan kubacakan bila kau perbolehkan.

ADOLF : Tidak! Tidak ! Tidak! … Aku tidak tahu.. aku pikir aku mulai

membeci kau, namun aku tidak dapat membiarkan kau pergi…

kau menarik aku dari lubang dimana aku telah jatuh melalui

tempat yang licin, tetapi begitu aku keluar dari lubang itu, kau

memukul aku dan mendorong aku masuk ke lubang. Selama

aku menyimpan rahasiaku sendiri aku masih memiliki

semangat,tetapi sekarang aku kosong tidak bersemangat. Di

sana ada beberapa lukisan Italia terbaik, antara lain sebuah

siksaan – seorang suci yang keadaan tubuhnya menjadi luka-

luka oleh suatu putaran roda. Sang Syuhada ini terlentang

27
menunggu dirinya makin habis dimakan roda, sementara

putaran roda itu semakin menggilas menekan sobekan

dagingnya... yah, bagiku rasanya kau seakan-akan telah mekar

menghisap habis diriku, dan apabila kau pergi kau akan

mengambil kehidupanku dan meninggalkan kerangka-kerangka

yang kosong.

GUSTAF : Oh, kau punya jalan! Tetapi ngomong-ngomong, tidakkah

istrimu segera datang dan membawa hatimu bersamanya?

ADOLF : Tidak, tidak sekarang. Tidak pada saat kau telah membakarnya

untuk kemudian menaburkan abunya kepadaku. Kau telah

meninggalkan segala-galanya menjadi abu-seniku, cintaku,

harapanku, kepercayaanku.

GUSTAF : Istriku telah mengerjakan dengan baik sekali.

ADOLF : Tetapi semua itu seharusnya dapat diselamatkan. Sekarang

sudah terlambat. Penghasut!

GUSTAF : Latar belakangnya sudah jelas bagi kita, itu sudah cukup.

Sekarang abu itu akan kita taburkan.

ADOLF : Terkutuk! Laknat!

GUSTAF : Itu adalah kata-kata pertanda baik. Engkau masih memiliki

kekuatan yang tinggal. Sekarang aku akan mendorong kau ke

tempat yang licin lagi. Dengarkan, maukah kau mendengarkan

aku dan menurut aku?

ADOLF : Kerjakan apa yang kaumaui dengan aku. Aku akanmenurut.

28
GUSTAF : (Bangun) Lihatlah padaku!

ADOLF : (Memandang GULON) Sekarang kau melihat pada aku lagi

dengan pandangan mata yang lain yang menarik aku kepada

kau.

GUSTAF : Dan sekarang dengarkan.

ADOLF : Baik, tetapi berbicaralah tentang diri kau sendiri, jangan

berbicara tentang diriku lagi. Biarkan luka itu terbuka, asal

tidak disentuh.

GUSTAF : Ya, tetapi tidak ada yang harus kukatakan tentang diriku. Aku

seorang guru bahasa yang mati dan seorang duda, habis

perkara. Sekarang pegang tanganku!

ADOLF : (Mengerjakannya) Kekuatan apa yang kau miliki! Ini seperti

memgang sebuah generator listrik.

GUSTAF : Ingatlah, aku telah menjadi lemah seperti engkau sekarang…

berdirilah! (ADOLF bangun dan jatuh di dada GUSTAF)

ADOLF : Tulang-tulangku lemah seperti tulang bayi, dan pikiranku

terapung-apung semua di lautan.

GUSTAF : Berjalanlah sedikit-sedikit.

ADOLF : Aku tak dapat.

GUSTAF : Kau harus bisa, atau kupukul kau.

ADOLF : (meluruskan dirinya dan tegak) Apa katamu?

GUSTAF : Aku bilang kupukul kau. (ADOLF membelakanginya, geram)

ADOLF : Kau….!

29
GUSTAF : Begitu lebih baik. Kau telah mendapatkan aliran darah pada

otakmu dan keberanianmu telah kembali. Sekarang rasakan

aliran listrik itu… Di manakah istrimu?

ADOLF : Di manakah dia?

GUSTAF : Ya.

ADOLF : Ya… di… suatu pertemuan.

GUSTAF : Apakah kau pasti itu?

ADOLF : Pasti.

GUSTAF : Pertemuan macam apa itu?

ADOLF : Suatu pertemuan Panitia Rumah Yatim Piatu.

GUSTAF : Apakah kau ini kawan yang terpisah?

ADOLF : (Bimbang) Bukan, bukan kawan.

GUSTAF : Musuh, begitu? Apakah yang telah kau katakana sehingga

membuat ia menjadi geram begitu?

ADOLF : Kau sangat aneh. Kau menakut-nakuti aku. Bagaimana kau

tahu itu?

GUSTAF : Itu sangat sederhana. Ada tiga faktor yang diketahui dan dari

ketiga itu aku dapat menarik kesimpulan faktor-faktor yang tak

diketahui.... Apa yang telah kaukatakan padanya?

ADOLF : Aku berkata.... hanya tiga kata-kata, itupun keterlaluan, dan

aku menyesalkannya, aku menyesal sekali.

GUSTAF : Kau tidak boleh menyesal. Apakah kata-kata itu?

ADOLF : Aku berkata “kau si penggoda tua”.

30
GUSTAF : Apa lagi?

ADOLF : Aku tidak berkata apa-apa lagi.

GUSTAF : Itulah yang kau katakana padaku, tetapi engkau telah

melupakan sisanya barangkali oleh karena engkau tidak berani

mengingatnya. Kau telah letakkan ke dalam kotak rahasia,

tetapi sekarang kau telah bawa keluar.

ADOLF : Aku tidak ingat apa....

GUSTAF : Tetapi aku tahu apa yang kau katakan. Begini: mengingat kau

ini sudah begitu tua dan tak ada orang kiranya yang akan

mencintai kau lagi, kau seharusnya malu untuk bercumbu-

cumbuan.

ADOLF : Apakah aku berkata begitu? Mungkin begitu, tetapi di dunia

mana kau dapat mengetahuinya?

GUSTAF : Aku dengar ia menceritakan kisahnya di kapal dalam

perjalananku ke mari.

ADOLF : Kepada siapa ia bercerita?

GUSTAF : Kepada empat orang anak muda yang bersama dia. Tentu saja

ia selalu menggunakan angan-angan untu bercakap dengan

anak-anak muda, begitulah untuk....

ADOLF : Tak ada kerugiannya berbicara begitu.

GUSTAF : ..... untuk bermain sebagai kakak dan adik sebagai pengganti

bapak dan ibu.

ADOLF : Lalu kau telah melihat dia.

31
GUSTAF : Ya, aku telah melihatnya. Tentu saja engkau tidak pernah

melihat dia apabila engkau tidak melihatnya. – lihat – dia

maksudku, bila engkau tidak berada di sana, dan itulah

sebabnya engkau mengikuti aku, seorang suami yang tak

pernah mengetahui istrinya... apakah kau memiliki potretnya?

(sembunyi-sembunyi, ADOLF mengambil potret dari buku

sakunya) Apakah kau tidak berada disana ketika potret itu

dibuat?

ADOLF : Tidak.

GUSTAF : Lihat padanya... Apakah seperti potret wajahnya yang kaulukis

itu? ... Tidak! Raut mukanya sama, tetapi ekspresinya berbeda.

Ini disebabkan antara lain oleh karena engkau telah

memaksakan angan-anganmu sendiri. Pandanglah ini sebagai

mata seorang pelukis sekarang, tanpa mempertimbangkan

bentuk aslinya... Apakah ini bisa diterima?

Aku tidak melihat apa-apa, kecuali sebuah pelajaran daripada

seorang perempuan yang mempermainkan laki-laki, tak ada di

luar itu yang lebih menarik. Kaulihat ekspresi yang sinis

daripada mulutnya, apakah kau tidak pernah membuka

matamu? Kau lihat lirikan matanya yang ditujukan kepada

seorang laki-laki yang bukan kau? Kaulihat betapa pendeknya

potongan jurknya, betapa sasakan rambutnya, betapa lengan

bajunya dihilangkan?

32
ADOLF : Ya, aku melihatnya sekarang.

GUSTAF : Sadarlah, anakku!

ADOLF : Apa itu?

GUSTAF : Pembalasannya. Jangan lupa apabila kau menyatakan bahwa ia

tidak dapat menarik laki-laki, itu berartikau telah melukainya

sedalam-dalamnya. Jika kau katakan bahwa karangan-

karangannya adalahloakan, ia akan menertawakan kau punya

selera yang buruk – ya-begitulah-percayalah padaku, itu akan

merupakan kekhilafannya apabila ia tidak membalas dendam.

ADOLF : Aku harus tahu.

GUSTAF : Carilah.

ADOLF : Cari?

GUSTAF : Gunakan matamu. Aku akan menolongmu apabila kau suka.

ADOLF : Yah, seperti seakan mau mati rasanya, tolonglah. Sekarang ini

adalah saat yang sebaik-baiknya. Apa yang mau kita kerjakan.

GUSTAF : Pertama-tama perlu sedikit penjelasan. Tidakkah isterimu

dalam beberapa hal suka lekas tersinggung perasaannya?

ADOLF : Ah, ia seperti seekor kucing dengan nyawa rangkap.

(kedengaran suara langkah).

GUSTAF : Nah, telah kedengaran suara langkahnya. Sebentar lagi dia

akan datang kemari.

ADOLF : Aku harus ke depan menyambut dia.

33
GUSTAF : Jangan. Kau harus tinggal di sini. Kau harus main kayu.

Apabila ia sadar bahwa kau telah marah dengan segala apa

yang telah kau dengar tentang dirinya. Apabila ia merasa

berdosa ia akan meredakan kau dengan sebuah pelukan.

ADOLF : Apakah kau pasti demikian?

GUSTAF : Tidak begitu pasti, untuk kucing semacam itu kadang-kadang

memiliki dua wajah, tetapi aku akan mengawasinya. (terdengar

ketukan pintu sebelah kanan). Aku akan mengambil tempat di

kamarku sebelah dan berjaga-jaga sementara kita memainkan

adegan di sini. Dan apabila adeganmu selesai, kita akan

berganti rol. Aku akan masuk ke dalam sangkar ini dan bergaul

dengan ular berbisa itu, sementara itu supaya kau mengambil

tempat ke lubang kunci. Sesudah itu kita akan bertemu di

sebuah taman dan mencocokkan catatan kita masing-masing.

Untuk itu lakukanlah adeganmu sendiri. Apabila kau mulai

nampak lemah, aku akan mengetuk lantai dua kali dengan

kursi.

ADOLF : Baiklah..., tapi jangan pergi kemana-mana, aku harus tahu pasti

kau berada di kamar sebelah.

GUSTAF : Untuk seterusnya kau dapat mendengarkan kataku yang akan

aku... tetapi jangan keburu minta tolong apabila aku sedang

menguraikan tentang manusia dan memuntahkan isi perutnya

di atas meja. Orang mengatakan agak berat bagi orang baru

34
untuk melaksanakan hal itu. Tetapi apabila kau telah sekali

melihatnya, tidak akan mengkhawatirkan kau... hanya satu hal

yang harus kau ingat, jangan ada satu katapun keluar

membicarakan tentang pertemuan kau dengan aku atau tentang

perkenalan kau dengan aku selama ia tak ada. Tidak satu

katapun aku akan membuktikan buatnya sendiri apakah ia

orangnya yang mudah tersinggung itu. Hush! Ia telah sampai di

sini ia telah berada di kamarnya.... ia mendehem... itu berarti ia

dalam keadaan marah. Sekarang tartik dirimu segera dan

duduklah di sana di kursimu dan ia akan mengambil tempat

duduk di sofa, dan aku akan menjaga kalian berdua pada saat

yang bersamaan.

ADOLF : Waktunya hanya satu jam sampai batas makan malam dan

tidak ada tamu baru lagi yang datang atau bunyi bel yang

berdering. Ini berarti kau akan sendirian, maafkan terpaksa aku

katakan ini...

GUSTAF : Apakah kau seorang penakut?

ADOLF : Tidak .... oh, ya, aku takut apa yang akan terjadi sekarang.

Tetapi aku tak dapat menghentikan kejadian itu. Batu itu

menggelinding, tidak saja jatuh menimpa satu demi satu, tapi

menggerojog bersama-sama.

35
ADOLF : Biarkan saja menggerojog. Tidak bakal ada ketentramana

sebelum semua itu selesai. Sampai sekian dulu, selamat

tinggal! (ADOLF mengangguk)

(GUSTAF keluar. ADOLF berdiri masih memegang potret.

Kemudian menyobek-nyobek dan melemparkan sobekannya ke

bawah meja. Ia duduk di kursinya, dengan nervous menarik

dasinya, jari-jarinyamenelusuri rambutnya, gelisah merujakkan

bajunya, dlsb. TEKLA masuk, langsung menuju kepadanya,

dan menciumnya. Ia nampak bersahabat, terus terang, gembira

dan atraktif)

TEKLA : Hallo, adikku sayang! Apa kabar?

(ADOLF hampir merasa mendapat angin dengan perbuatan

TEKLA itu dan berbicara dengan enggan dan seperti main-

main)

ADOLF : Mimpi apa kausemalam sehingga datang dan mencium aku

seperti itu?

TEKLA : Aku akan katakan padamu aku telah membelanjakan uang

banyak sekali.

ADOLF : Kau telah memiliki saat yang baik kalau begitu.

TEKLA : Ya, begitulah, tapi bukan pada pertemuan-pertemuan

Perkumpulan Dana Yatim-Piatu, seperti perbuatan ibu-ibu

yang dulu-dulu juga itu. Disamping itu bagaimana adikku

menghibur diri selama parkitmu pergi.

36
(...TEKLA mengembara ke sekeliling ruangan seolah-olah ia

mencari seseorang atau mencurigai sesuatu)

ADOLF : Aku menjadi jemu dan bosan!

TEKLA : Apakah tak ada seseorang yang datang menemani kau?

ADOLF : Tidak, aku sendiri saja.

TEKLA : (Ia duduk di sofa sambil memperhatikan ADOLF) Siapa yang

baru saja duduk di sini?

ADOLF : Di situ? Tak ada siapa-siapa!

TEKLA : Aneh sekali. Sofa ini masih terasa hangat dan di sini ada lekuk

bekas siku nampaknya. Apakah kau telah memiliki seorang

teman wanita?

ADOLF : Aku tidak memilikinya, kau tahu itu.

TEKLA : Tapi mukamu menjadi merah, adikku, aku percaya kau telah

berdusta, mari ke mari sayang dan bilang kepada parkitmu apa

yang ada pada kesadaranmu. (TEKLA menarik ADOLF.

ADOLF menundukkan kepalanya pada lutut TEKLA)

ADOLF : (tersenyum) Iblis apa kau ini. Apakah kau tahu?

TEKLA : Tidak, aku tidak tahu apa-apa tentang diriku sendiri.

ADOLF : Aku tahu kau tidak pernah memberikan suatu pikiran terhadap

reaksimu sendiri.

TEKLA : (dengan hati-hati) Sebaliknya, aku tidak pernah memikirkan

macam-macam kecuali diriku sendiri aku adalah seorang yang

37
sangat egois – sangat mementingkan diri sendiri. Kau terlalu

kefilsafat-filsafatan, semuanya serba tiba-tiba saja.

ADOLF : Coba letakkan tanganmu di atas pintu.

TEKLA : (menerangkan) Apakah engkau telah mendapat serangan lain

dari otakmu? Kepala malang! Biarkan aku berbuat sesuatu

untuknya (mencium dahinya). Nah, bukankah lebih baik

sekarang?

ADOLF : Ya, lebih baik sekarang.

PAUSE

TEKLA : Baiklah, katakan padaku sekarang bagaimana engkau telah

menghibur dirimu sendiri? Apakah kau telah melukis sesuatu?

ADOLF : Tidak, aku telah mempedayakan lukisan.

TEKLA : Apa? Mempedayakan lukisan?

ADOLF : Ya, tapi jangan mengecoh aku dengan soal itu. Itu bukanlah

kekhilafan, aku tidak melukis apa-apa lagi.

TEKLA : Lalu apa yang kau kerjakan?

ADOLF : Aku akan menjadi seorang pemahat!

TEKLA : Ya, Tuhan, begitu banyak lagi gagasan-gagasan baru!

ADOLF : Nah, jangan kemana-mana dulu... Lihatlah benda itu.

(TEKLA membuka benda patung yang belum rampung itu)

TEKLA : Bukan main! Siapa gerangan orangnya?

ADOLF : Coba siapa?

38
TEKLA : (dengan manis) Bukankah parkitmu itu? Malukah kau pada

dirimu sendiri?

ADOLF : Mirip sekali, bukan?

TEKLA : Bagaimana bisa aku katakan bila tidak memiliki muka?

ADOLF : Ya, tetapi di situ banyak yang lain – yang indah!

TEKLA : (membelai muka ADOLF) Juga lidahmu atau kucium kau.

ADOLF : (menutupi) Jangan sekarang! Mungkin seseorang akan datang

kemari.

TEKLA : Peduli apa? Siapa yang melarang aku mencium suamiku

sendiri? Sudah pasti ini adalah perbuatan yang legal.

ADOLF : Betul, tapi kau tahu kenapa begitu? Di sini, di wisma ini

mereka tidak percaya kalau kita telah kawin, oleh karena kita

terlalu sering cium-ciuman dan kenyataannya bahwa

percekcokan kita ini kadang-kadang tidak ada bedanya dengan

orang lai pacaran.

TEKLA : Ya, tapi mengapa kita harus cekcok? Mengapa kau tidak bisa

selalu manis seperti sekarang ini? Katakan, tidakkah kau ingin

begitu? Tidakkah kau ingin kita bahagia?

ADOLF : Oh, tentu, tentu, tapi...

TEKLA : Bagaimanapun, apakah semua ini artinya? Siapakah yang

mempengaruhi pikiranmu, sehingga kau tak melukis lagi?

ADOLF : Siapa? Kau selalu mencurigai seakan-akan ada seseorang di

sampingku dan mempengaruhi pikiranku. Kau cemburu?

39
TEKLA : Ya, aku cemburu. Aku khawatir seseorang telah datang kemari

dan merebut kau dari tanganku.

ADOLF : Kau khawatir karenanya? Kapan kau tahu tak seorang

perempuanpun dapat menandingi kau, dan itulah sebabnya aku

tak dapat hidup tanpa kau.

TEKLA : Bukan perempuan yang kutakuti, tetapi kawanmu yang

menaruh gagasan di dalam kepalamu.

ADOLF : (melihat TEKLA dengan seksama) Kau benar-benar telah

takut? Apa yang kau takutkan?

TEKLA : (bangun) Seseorang telah berada di sini? Siapa yang telah

kemari?

ADOLF : Tidakkah kau menyukai pandangan mataku padamu?

TEKLA : Di bawah kelopak matamu.

ADOLF : Dan di bawah relung hatimu! Aku ingin melihat apa yang

terjadi di balik hatimu.

TEKLA : Lihatlah sepuas-puasmu. Tak ada yang tersembunyi di

dalamnya. Tetapi kau berbicara dengan kesan yang berbeda-

beda. Kau memperlihatkan kesan yang aneh (mengamati). Kau

berfilsafat, mengapa? (pergi ke arah ADOLF, mengancam)

Siapa yang telah kemari?

ADOLF : Hanya dokterku!

TEKLA : Doktermu? Siapa itu?

ADOLF : Dokter dari Stronstad.

40
TEKLA : Siapa namanya?

ADOLF : Sjoberg.

TEKLA : Apa yang telah ia katakan?

ADOLF : Ia bilang – yah, diantara penyakit-penyakit lainnya, katanya

aku sedang menderita gejala epilepsi.

TEKLA : Diantara penyakit-penyakit lainnya? Apa lagi yang

dikatakannya?

ADOLF : Yah, sesuatu yang sangat membingungkan.

TEKLA : Katakan.

ADOLF : Ia bilang kita tidak berada dalam suatu keadaan hidup bersama

seperti layaknya sepasang suami-istri.

TEKLA : Nah! Aku percaya itu. Ia ingin memisahkan kita, aku telah

memperhatikan semenjak lama itu.

ADOLF : Kau tidak bisa memperhatikan hal yang tidak pernah terjadi

TEKLA : Tidak begitu!

ADOLF : Bagaimana kau bisa lihat sesuatu yang tidak ada? Ataukah

khayalanmu sudah begitu kacau oleh ketakutan melihat

sesuatuyang tidak ada.apakah yang menyebabkan kau begitu

takut? Semuanya itu yang menyebabkan aku ingin meminjam

mata orang lain untuk melihat dirimu yang sebenarnya di balik

dirimu yang nampak sekarang ini.

TEKLA : Kendalikan angan-anganmu,Adolf. Angan-angan yang timbul

dari sifat-sifat kebinatangan manusia.

41
ADOLF : Di manakah kau belajar perkataan itu? Dari sifat-sifat

kekanakan masa mudamu di atas kapal itu? Heh?

TEKLA : (tanpa kehilangan ketenangannya). Memang, fakta telah

menunjukkan bahwa banyak hal-hal yang bisa dipelajar dari

masa muda.

ADOLF : Aku kira kau telah mulai tergila-gila oleh masa mudamu.

TEKLA : Begitulah keadaanku, oleh karena itu aku jatuh cinta padamu.

Kau paham itu?

ADOLF : Tidak, aku merasa bahwa aku bukan satu-satunya.

TEKLA : (ringan). Jiwaku yang terlalu besar, adikku sayang, di sana

terdapat kamar untuk menampung lebih banyak lagi daripada

kau.

ADOLF : Adik tidak menginginkan saudara-saudara lainnya.

TEKLA : Datanglah pada perkitmu, sayang, jangan begitu cemburuan,

tidak ada kata yang membuat lalu jadi cemburu. (dua ketukan

terdengar dari kamar GUSTAF).

ADOLF : Tidak, aku tidak ingin sebodoh sekarang. Aku ingin bicara

serius.

TEKLA : (seperti bicara kepada seorang anak). Ya Allah, inginkankah ia

berbicara serius? Luarbiasa sekali betapa serius

perkembangannya. (Ia belai muka ADOLF dengan tangannya

dan menciumnya). Sekarang tersenyum sedikit. (ADOLF

tersenyum dibuat-buat). Nah!

42
ADOLF : Kau perempuan iblis! Aku percaya kau betul-betul pandai

memikat.

TEKLA : Kau lihat! Nah, jangan mulai dengan keriuhan lagi, atau aku

akan merasuki jiwamu.

ADOLF : (bangun). TEKLA! Maukah kau berpose sebentar buat aku,

secara profil? Nah, aku akan memberikan wajah pada patung

ini.

TEKLA : Tentu. (Ia memutar kepalanya sehingga kelihatan profilenya.

ADOLF menatap kepadanya dan pura-pura mengerjakan model

itu).

ADOLF : Jangan berpikir terhadap aku sekarang. Berpikirlah tentang

orang lain.

TEKLA : Aku akan berpikir tentang penaklukanku yang paling akhir.

ADOLF : Kesucian masa muda?

TEKLA : Tepat sekali. Ia memiliki semacam kumis kecil yang manis dan

pipi bagaikan buah siwalan, begitu halus dan kecoklat-coklatan

sehingga setiap orang ingin menggigitnya.

ADOLF : (ganas). Pertahankan ekspresi mukamu itu!

TEKLA : Ekspresi apa?

ADOLF : Sinis, gambaran orang yang menyakitkan hati yang tidak

pernah aku lihat sebelumnya.

TEKLA : (mengatur mukanya). Begini?

43
ADOLF : Ya, begitu. (bangun). Kau taahu bagaimana menggambarkan

seorang perempuan dewasa?

TEKLA : (tersenyum). Tidak, aku belum pernah melihat tentang lukisan

apapun yang kau ceritakan itu.

ADOLF : Seperti makhluk pucat pasi yang tidak pernah merekah

rengkah!

TEKLA : Tidak pernah? Tetapi ketika ia bertemu dengan kekasihnya ia

nampak merah padam, sungguhpun suaminya dan Sang Pelukis

tidak melihatnya begitu!

ADOLF : Kau yakin itu?

TEKLA : (seperti semula). Tentu. Oleh karena sang suami itu tidak

sanggup membawakan darah ke atas kepalanya, maka ia juga

tidak dapat melihat keelokkan pandangan itu.

ADOLF : (geram). TEKLA!

TEKLA : Kau si dungu kecil.

ADOLF : TEKLA.

TEKLA : Kau mestinya memanggilku parkitku sayang, kemudian

mukaku akan menjadi merah. Bukankah kau menghendaki aku

begitu?

ADOLF : (mereda). Aku sangat geram padamu, kau si raksasa kecil, aku

gigit kau.

TEKLA : (mempermainkan). Kemari dan gigitlah aku! Kemari!

44
(Ia lalu membentangkan lengannya kepada ADOLF. ADOLF

menyambutnya dan menciumnya).

ADOLF : Ya, aku mau menggigitmu sampai mati!

TEKLA : (menggodanya). Tahan dulu. Ada orang mau datang kemari.

ADOLF : Peduli apa aku? Selama aku memilki kau, persetan dengan

segal tetek bengek di dunia ini!

TEKLA : Dan jika kau tidak memiliki aku lagi?

ADOLF : Kemudian aku akan mati.

TEKLA : Tetapi tadi kau tidak takut kehilangan aku. Oleh karena aku

telah begitu tua dan tak seorangpun yang mau memiliki aku.

ADOLF : Oh, kau tidak lupa kata-kataku tadi! Baiklah kucabut kembali

saja.

TEKLA : Dapatkah kau menjelaskan mengapa kau begitu cemburu dan

sekaligus pada saat yang sama begitu yakin?

ADOLF : Tidak, aku tak dapat menjelaskan apa-apa. Tetapi itu mungkin

oleh karena pikiran bahwa orang lain pada suatu saat telah

mengusai dirimu sampai menyakitkan hatiku.kadang terasa

padaku bahwa percintaan kita ini adalah omong kosong saja,

hanya sebuah khayalan, sebuah pertahanan diri, sebuah ceritera

asmara yang dipertahankan seolah-olah hanya masalah

kehormatan.

Semuanya itu tak ada yang lebih aku benci daripada kepada

orang yang mau mengetahui bahwa aku tidak berbahagia. Oh!

45
Betapapun aku belum pernah melihat orang itu, tetapi seolah-

olah ada seseorang yang menunggu sakaratulmaut yang sedang

menimpa diriku. Seseorang yang menghujani kutukan laknat di

kepalaku setiap hari, dan akan ketawa terbahak-bahak melihat

kebinasaanku. Hanya sebuah gagasan yang telah menghantui

aku yang menggiring aku kepadamu, yang mempesonakan aku,

melumpuhkan aku.

TEKLA : Apakah kau kira aku telah memperkenankan dia untuk

mendapatkan kepuasan itu? Apakah kau kira aku

menginginkan membuat ramalan itu menjadi kenyataan?

ADOLF : Aku tidak mau mengira seperti itu.

TEKLA : Lalu mengapa kau mesti gelisah?

ADOLF : Kau telah mengancam diriku dengan sifat-sifat

keperempuanmu yang suka memain-mainkan lelaki, mengapa

kau main gila-gilaan semacam ini?

TEKLA : Itu bukan gila-gilaan. Aku ingin disukai, hanya itu.

ADOLF : Hanya oleh orang-orang lelaki?

TEKLA : Tentu seorang perempuan tidak pernah ingin disukai

perempuan lain, kau tahu itu.

ADOLF : Katakan padaku, apakah kau telah mendengar kabar beritanya

baru-baru ini?

TEKLA : Dalam enam bulan terakhir ini aku tidak pernah

mendengarnya.

46
ADOLF : Apakah kau senantiasa memikirkannya?

TEKLA : Tidak, ketika anak kita meninggal, semenjak itu tidak ada

hubungan yang lebih jauh lagi diantara kita.

ADOLF : Dan kau tidak pernah melihat dia lagi di mana?

TEKLA : Tidak, ia katanya tinggal di suatu tempatdi pesisir barat. Tapi

mengapa kau khawatirkan betul tentang semua ini sekarang?

ADOLF : Entahlah, tetapi akhir-akhir ini, sementara aku tinggal seorang

diri, aku telah membiarkan diriku merenung bagaimana

perasaan dia seharusnya apabila ia ditinggalkan seorang diri

pada saat itu.

TEKLA : Aku yakin kau telah mendapatkan kesadaran yang buruk.

ADOLF : Begitulah.

TEKLA : Kukira kau berperasaan seperti seorang pencuri.

ADOLF : Mendekati perasaan itu.

TEKLA : Bagus sekali! Orang laki-laki dapat mencuri perempuan persis

seperti mencuri anak-anak atau mencuri ayam, kau dapat

menganggap aku sebagai seorang yang merupakan benda

miliknya yang bisa dipindahkan. Terima kasih.

ADOLF : Tidak, aku justru berpikir tentang kau sebagai istrinya. Dan

dalam hal ini lebih berharga dari sebuah benda. Sesuatu yang

tak bisa di pindahkan.

TEKLA : Mengapa tidak! Jika kau dengar ia telah kawin lagi, maka

pikiran-pikiranmu yang tolol tadi dapat kau singkiorkan dari

47
kepalamu. Sesudah itu, tidakkah kau harus mengasingkan dia

dari kehidupanmu?

ADOLF : Begitukah seharusnya? Bukankah kau telah mencintainya?

TEKLA : Seharusnya begitu.

ADOLF : Lalu....?

TEKLA : Aku telah cape dengan dia.

ADOLF : Seandainya kau telah cape juga dengan aku?

TEKLA : Aku tidak akan berbuat begitu.

ADOLF : Seandainya kemudian ada orang lain datang yang memiliki

kwalitas laki-laki yang kaukehendaki sekarang, lalu kau akan

meninggalkan.

TEKLA : Tidak.

ADOLF : Seandainya dia menawan kau sehingga kau tak dapat

meninggalkan dia. Lalu kau akan meninggalkan aku tentu.

TEKLA : Tidak, itu tidak benar.

ADOLF : Sudah tentu kau tidak dapat mencintai dua orang lelaki

sekaligus.

TEKLA : Ya, mengapa tidak?

ADOLF : Aku tidak dapat memahaminya.

TEKLA : Sungguhpun kau tidak dapat memahaminya, tetapi orang yang

menggunakan otaknya akan mengerti. Tidak semua orang

melakukan perbuatan yang serupa, kau tahu.

ADOLF : Sekarang aku mulai tahu.

48
TEKLA : Tidak, sungguh!

ADOLF : Tidak, sungguh?

(PAUSE. ADOLF nampak bergulat dengan beberapa ingatan)

TAKLA, kau tahu keterus-teranganmu menyakitkan hatiku.

TEKLA : Itu berguna untuk menjadi orang yang berjiwa besar yang

harus kauutamakan serta kauajarkan kepadaku.

ADOLF : Ya, tetapi kurasakan sebagai suatu pukulan sekarang, dibaliok

keterus-teranganmu itu.

TEKLA : Kau tahu, itu adalah siasat baru.

ADOLF : Aku tidak tahu mengapa, tetapi aku mulai tidak suka dengan

tempat ini. Jika engkau tidak keberatan, kita pulang saja sore

ini.

TEKLA : Macam apa kau ini? Aku kan baru sampai. Aku tidak

menginginkan mulai dengan perjalanan baru

ADOLF : Tetapi aku menginginkannya.

TEKLA : Apapun yang dapat kaulakukan dengan keinginanmu itu, kau

dapat pergi.

ADOLF : Aku perintahkan padamu untuk pergi bersama aku dengan

kapal sore ini.

TEKLA : Perintahkan aku? Macam apa perkataanmu itu?

ADOLF : Apakah sungguh-sungguh kau ini isteriku?

TEKLA : Apakah sungguh-sungguh kau ini suamiku?

ADOLF : Ya, ada perbedaannya satu ama lain.

49
TEKLA : Hah, ucapan-ucapan yang kau lontarkan itu melukiskan bahwa

kau tidakpernah mencintai aku.

ADOLF : Aku tidak pernah mencintai?

TEKLA : Tidak, cinta adalah memberi.

ADOLF : Cinta bagi seorang lelaki adalah memberi, tapi cinta bagi

seorang perempuan adalah mengambil. Aku telah memberi,

memberi, memberi.

TEKLA : Oh, apa yang telah kau berikan?

ADOLF : Segalanya!

TEKLA : Betapa besarnya. Dan kalau begitu, aku telah mengambilnya.

Apakah kau telah memberikan rekening padaku untuk hadiah-

hadiahmu sekarang? Dan jika aku telah mengambil hadiah-

hadiah itu, adalah suatu bukti bahwa aku mencintaimu.

Seorang perempuan hanya mengambil hadiah dari kekasihnya.

ADOLF : Kekasihnya, ya. Kau menggunakan kata-kata yang tepat sekali.

Aku adalah kekasihmu, tapi bukan suamimu.

TEKLA : Baiklah, rasanya tidak begitu sedap untuk tidak lagi menjadi

seorang inang pengasuh. Tetapi apabila kau memang tidak

puas dengan kedudukanmu itu, kau dapat meninggalkannya.

Aku tidak menginginkan seorang suami.

ADOLF : Tidak, ya, aku telah perhatikan itu. Akhir-akhir ini, ketika aku

telah memergoki kau menyelinap di belakangku seperti maling

dan menemui kawan-kawanmu, kepada siapa antara lain kau

50
telah dapat bergunjing tentang segala tulang-belulangku, dan

segala gemerlapanpermata-permataku, dimana aku telah

mencoba mengingat-ingat harta benda apa sebenarnya yang

kau miliki sendiri. Kemudian ternyata aku telah menjadi

seorang rentenir yang tidak dapat sambutan sewajarnya yang

setiap orangpun ingin melepaskannya. Kau ingin menolak

catatan yang kau buat sendiri, dan tidak menambah hartamu

untukku. Kau menghentikan perampasan harta-kekayaanku dan

mulai merayu orang lain. Aku menjadi suamimu tanpa ada

yang menghendakinya, dan kemudiankau mulai membenci aku.

Tetapi sekarang, aku bukan lagi kekasihmu. Aku adalah

suamimu, apakah kau suka atau tidak.

TEKLA : (main-main) Si tolol manisku,jangan bicara yang tidak-tidak.

ADOLF : Berpikir ngelantur dengan menyatakan setiap orang tolol itu

berbahaya, kau tahu, dan bagaimana dengan kau sendiri?

TEKLA : Yah, setiap orang berbuat begitu.

ADOLF : Dan kalau aku boleh mulai menebak, bahwa ia suamimu yang

resmi barangkalai tidak termasuk orang yang tolol sama sekali.

TEKLA : Ya, Tuhan, aku yakin kau sudah mulai menaruh simpati

padanya.

ADOLF : Ya, sedikit.

TEKLA : Aku tidak. Barangkali kau telah mengenal dia dan telah

mengikat tali pesaudaraan. Betapa indahnya lukisan itu!

51
Sebagai seorang juru rawat yang telah kecapaian, aku mulai

agak tertarik juga kepadanya, sedikitnya ia adalah seorang laki-

laki, sungguhpun untuk menjadi suamiku ia telah mengalami

kemunduran.

ADOLF : Lihatlah kemari, jangan terlampau keras bicara! Didengar

orang.

TEKLA : Apa salahnya jika mereka tahu kita sebagai sepasang uami

istri?

ADOLF : nah, sekarang kau telah mulai tergila-gila oleh kekenesan laki-

laki dan kesucian anak muda selalu pada saat yang bersamaan.

TEKLA : Kau tahu, kegilaanku tidak memiliki batas, hatiku terbuka bagi

setiap orang, besar atau kecil, baik atau buruk, muda atau tua.

Aku mencintai alam semesta.

ADOLF : Apakah kau tahu apa artinya itu?

TEKLA : Tidak, aku tidak tahu apa-apa. Aku hanya merasakan!

ADOLF : Itu berarti bahwa kau telah beranjak tua.

TEKLA : Lagi-lagi kesitu! Hati-hati, Bung!

ADOLF : Hati-hatilah terhadap dirimu sendiri!

TEKLA : Apa itu?

ADOLF : (mengambil salah satu alat) Pisau.

TEKLA : (ringan) Jangan main-main dengan benda yang berbahaya itu,

dik.

ADOLF : Tidak, aku tidak memain-mainkannya.

52
TEKLA : Oh, ini adalah serius sekali, bukan? Serius sekali. Baiklah,

akan kukatakan padamu, bahwa kau berada di bawah khayalan.

Kau tidak dapat melihat yang sebenarnya, kau tidak dapat

mengetahuinya, tetapi semua orang tahu, kecuali kau! Kau

hanya menduga-duga saja, sehingga seakan-akan kau memiliki

perasaan yang sebenarnya, dan akhirnya kau tidak memiliki

saat-saat kedamaian. Engkau akan merasakan semua itu

menggelikan, sampai kau bisa terpedaya karenanya. Namun itu

telah terjadi yang tidak dimiliki oleh seorang laki-laki yang

pernah kawin. Begitulah apa yang akan kaudapatkan.

ADOLF : Lalu kau membenciku.

TEKLA : Tidak, aku tidak membencimu. Dan aku tidak yakin aku akan

berbuat begitu, tetapi segalanya ini disebabkan karena kau

adalah anak-anak.

ADOLF : Sekarang, ya. Ingatkah kau bagaimana ketika badai menimpa

diri kita? Kemudian engkau menggeletak menangis seperti

anak-anak? Lalu engkau menghendaki duduk di pankuanku

sementara aku menciumi matamu menidurkan. Itulah yang

menjadikan aku pengasuhmu. Aku telah mengetahui bahwa

engkau tidak mau pergi tanpa menyisir rambutmu, aku telah

memperbaiki sepatumu ke tukang sepatu, dan aku telah

menyediakan bahan makanan untuk di masak. Aku telah duduk

berdekatan di sampingmu dan memegangi tanganmu berjam-

53
jam, setiap waktu. Engkau menjadi takut, takut kepada dunia

ini, oleh karena engkau tidak mempunyai seorang kawanpun

yang tinggal, dan kau tergencet oleh pendapat umum. Aku

telah berani mengatakan padamu sampai mulutku kering dan

kepalaku sakit. Aku telah membayangkan betapa hebat dan

kuatnya diriku untuk percaya kepada masa depanku. Dan

akhirnya aku telah berusaha membawa kau kembali ke

kehidupan, sungguhpun rasanya aku telah setengah mati.

Kemudian kau mengagumi aku. Kemudian aku merasa bahwa

aku adalah seorang laki-laki, bukan seorang olahragawan yang

kalah bertanding, tetapi seorang laki-laki yang berkemauan

keras. Kekuatan sihirlah yang memberi kekuatan baru. Ke

dalam otot-ototmu yang.... dan mengisi kekosongan otakmu

dengan semangat baru. Lalu aku telah menegakkan kembali

reputasimu, memperkenalkan engkau dengan kawan-kawan

baru, mengelilingi engkau dengan sekelompok kecil orang-

orang yan gtelah kupengaruhi, lepas dari kebaikannya padaku,

aku mengagumi engkau. Aku letakkan kau di luar diriku dan

rumahku, dan kemudian aku lukis sebuah lukisan yang paling

indah – merah mawar dan biru lazuardi menentang latar-

belakang keemasan, tetapi di sana tak ada sebuah pameran

dimana kemudian engkau mendapatkan tempat kehormatan itu.

Kadang-kadang engkau adalah Ratu. Kadang-kadang St.

54
Cecilia, Eba Brahe. Aku telah membuat semua orang terpesona

padamu dan memaksa dengan sebuah lelucon konyol untuk

melihat kau dengan visi kegila-gilaanku sendiri. Aku paterikan

kepada orang-orang itu dengan kepribadianmu dan

memaksakan kau merasukinya, sampai kau mendapatkan

kemenangan seluruh opininya yang baik-baik dan penting-

penting dan kau dapat berdiridi atas kakimu sendiri. Tetapi

bersamaan dengan waktu di mana kau dapat melakukan semua

itu, kekuatanku telah habis dan aku gulung tikar karena

kepayahan. Dalam mengangkat dirimu ke atas, aku telah

mendapatkan ketegangan sendiri. Aku jatuh sakit, dan sakit-

sakitanku telah membuat marah kau, sekarang pada akhir dari

kehidupan telah mulai tersenyum padamu. Kadang-kadang,

terasa padaku, engkau memiliki rahasia kesepian untuk bebas

dari perintang dan kesksianmu.... cintamu dimulai dari

perlakuan yang bercirikan lahirnya seorang sau dara

perempuan, dan untuk lebih mengakrabkan persaudaraan aku

telah belajar menjadi keluarga baru sebagai saudara laki-laki.

Kelembutan hatimu tertinggal, sungguhpun dalam

pertumbuhan, tetapi itupun berada dalam suatu bisikan rasa

kasihan yang tak jauh daripada penghinaan dan yang akan

berubah ke dalam suatu penghinaan secara terbuka apabila

bakatku berangsur surut- dan pamormu naik. Tetapi

55
bagaimanapun juga rasanya arus inspirasimu kering juga pada

waktu aku tak dapat memenuhi hajat lagi, atau pada saat

engkau mau menunjukkan bahwa engkau tidak tertarik padaku.

Dan ya begitulah kita berdua tenggelam. Dan kemudian engkau

telah memiliki sesal seseorang. Seseorang yang baru sama

sekali, merupakan kesalahanmu sendiri yang tidak

terbebankan....

Kemudian aku menjadi seorang penanggung dosa orang lain

yang menjadi korban hidup. Tetapi apabila engkau memotong

uratku, engkau tidak menyadari bahwa engkau juga

melumpuhkandirimu sendiri, setelah bertahun-tahun bersama

kita sebagai saudara kembar. Engkau adalah cabang daripada

pohonku, tetapi engkau telah mencoba mempertumbuhkan

kecambahmu sendiri sebelum memiliki akar-akarnya. Maka

oleh karena itu engkau tidak bisa berkembang sendiri. Dan

pohonku tidak dapat mengganti cabangnya yang vital—lalu

kedua mereka itu sekarat.

TEKLA : Apakah maksudmu dengan mengatakan semua itu berarti

engkau yang menuliskan buku-bukuku?

ADOLF : Tidak, itulah apa yang hendak kau katakan, untuk

membuktikan aku ini seorang penderita. Aku tidak menyatakan

diriku sendiri sebagai seorang yang mentah seperti engkau, dan

begitulah untuk itu aku telah berbicara lima menit dengan

56
ucapan nada setengah, nuansa dan variasi-variasi, tetapi kau

punya suara sumbang saja.

TEKLA : Ya, ya. Tetapi semua itu pokoknya ingin menyatakan bahwa

kaulah yang menulis buku-bukuku.

ADOLF : Itu bukan soal pokok. Kau dapat menghilangkan beberapa

titinada menjadi satu suara. Engkau tak dapat menyatakan

beragamnya kehidupan di dalam kesatuan unsur. Aku tidak

mengatakan sesuatu begitu mentah bahwa akulah itu yang

menulis buku-bukumu.

TEKLA : Tetapi demikianlah maksudmu.

ADOLF : (geram) Tidak.

TEKLA : Tetapi masalah yang terkandung didalamnya....

ADOLF : (bingung) Tak ada masalah yang terkandung didalamnya...

engkau tidak membumbui sesuatu. Apabila engkau menyadari

dan meskipun nampaknya tidak melibatkan diri dengan ...

orang, engkau akan mendapatkan hasil bagi yang ...., tak

berakhir, fraksi desimal. Aku tak dapat meneruskannya lagi.

TEKLA : Tidak, aku dapat meneruskannya.

ADOLF : Aku tidak menyangsikan kesanggupanmu, tetapi aku tidak

bisa.

TEKLA : Tetapi kau menghendakinya.

ADOLF : (payah, menutup mata) Tidak, tidak, tidak. Jangan bicara lagi

padaku. Aku ingin menyudahi.

57
Diam! Pergi! Engkau menghancurkan otakku dengan jepitan-

jepitanmu yang tegang, engkau mencakari pikiran-pikiranku

dan merobeknya berkeping-keping.

(ADOLF NAMPAK HAMPIR KEHILANGAN

KESADARAN DAN DUDUK KE DEPAN, MEMUTAR-

MUTARKAN IBU JARINYA)

TEKLA : (lemah-lembut) Apakah semua ini? Adolf, kau sakit?

(ADOLF bergerak menghindar)

ADOLF !

(ADOLF menggelengkan kepalanya)

ADOLF !

ADOLF : Ya?

TEKLA : Tidakkah engkau merasa tidak jujur sekarang?

ADOLF : Ya, ya, ya, ya, kuakui itu!

TEKLA : Dan maukah kau minta maaf?

ADOLF : Ya, ya, ya. Aku minta maaf. Hanya jika engkau tidak berbicara

padaku.

TEKLA : Ciumlah tanganku.

ADOLF : (mencium tangan TEKLA) Aku akan mencium tanganmu.

Hanya jika engkau tidak berbicara kepadaku.

TEKLA : Sekarang pergilah keluar dan hiruplah udara segar sebelum

makan malam.

58
ADOLF : Sungguh, kubutuhkan itu. (bangun) Dan kemudian kita

berkemas dan pergi.

TEKLA : Tidak.

ADOLF : Mengapa tidak? Kalau begitu harus beralasan.

TEKLA : Aku telah berjanji untuk mengunjungi konser nanti malam. Itu

alasannya.

ADOLF : Oh, begitukah?

TEKLA : Begitulah. Aku telah berjanji berada di sana dan....

ADOLF : Berjanji? Aku harap kau hanya berkata aku pergi. Itu berarti

bahwa aku tidak menghalangi. Kau sekarang berkata tidak

dapat pergi.

TEKLA : Tidak, tidak begitu, aku harus menepati janji.

ADOLF : Seseorang dapat memenuhi janji tanpa berpegang kepada

perkataan yang diucapkan orang. Barangkali seseorang telah

membuat kau berjanji untuk pergi.

TEKLA : Ya.

ADOLF : Meskipun begitu engkau dapat dibebaskan dari janjimu dengan

alasan suamiku sakit.

TEKLA : Tidak, aku tidak ingin begitu. Dan engkau tidak sakit, yang

menjadi alasan engkau tidak dapat datang bersamaku.

ADOLF : Mengapa kau selalu ingin mempertautkan aku dengan kau?

Apakah engkau merasa lebih mudah berbuat begitu?

TEKLA : Aku tidak tahu apa maksudmu.

59
ADOLF : Begitulah apa yang selalu kaukatakan apabila engkau tahu

maksudku, tapi tidak kau sukai.

TEKLA : Begitukah? Lalu apa yang tidak kusukai?

ADOLF : Cukup, tutup mulutmu! Jangan mulai lagi. Selamat tinggal dan

pikir apa yang mau kau lakukan.

(Keluar melalui pintu ke serambi depan. TEKLA tinggal

sendiri. Sejenak kemudian GUSTAF masuk dan langsung ke

meja, mencari surat kabar. Ia pura-pura tidak melihat TEKLA.

TEKLA penasaran, tetapi dapat mengontrol diri)

TEKLA : Kau?

GUSTAF : Ya, aku. Oh, maaf.

TEKLA : Bagaimana kau sampai di sini?

GUSTAF : Dengan kendaraan. Aku harus pergi dari sini, aku...

TEKLA : Tunggu... bukanlah sudah lama kita berpisah?

GUSTAF : Ya, sudah lama.

TEKLA : Kau agak berubah.

GUSTAF : Dan kau masih tetap cantik,dan tampak lebih muda, tapi

maafkan aku tidak bermaksud akan mengganggu

kebahagiaanmu dengan kehadiranku disini. Jika aku tahu

sebelumnya kau di sini, tentu aku tidak sampai hati kemari.

TEKLA : Hilangkanlah pikiran itu, aku senang kau tinggal di sini.

GUSTAF : Aku sendiri tidak menaruh keberatan apa-apa,hanya khawatir

kalau-kalau ada terlontar kata-kataku yang menyakiti hatimu.

60
TEKLA : Kalau begitu, duduklah sebentar, kau tidak akan menyakiti

hatiku. Kau jarang menyakiti hatti orang, kau selalu memiliki

kebijaksanaan dan kebaikan...

GUSTAF : Kau merajuk aku, tetapi seseorang tak dapat mengharap

suamimu memperhatikan aku begitu baik.

TEKLA : Nyatanya, justru sekarang ia menunjukkan simpatinya

kepadamu.

GUSTAF : Oh? Tentu saja segala sesuatu itu bisa lenyap oleh waktu

seperti nama seseorang yang diguratkan pada pohon. Bahkan

kebencian tidak selalu tinggal terus-terusan pada ingatan orang.

TEKLA : Ia beluim pernah membencimu. Bagaimana bisa membencimu

bila ia belum pernah mengenal kamu. Dan bagiku, aku selalu

memimpikan bertemu kau dua kali sebagai kawan atau paling

sedikit sekali di dalam hidupku, berjabat tangan, dan berpisah.

GUSTAF : Dan telah menjadi rahasia keinginanku untuk bertemu apabila

wanita yang lebih kucintai daripada kehidupanku adalah benar-

benar memiliki tanggapan yangbaik. Aku sungguh-sungguh

telah mendapatkan laporan yang menyenangkan tentang

suamimu dan aku tahu betul pekerjaannya; tapi sungguhpun

begitu – sebelum aku tua – aku akan suka menolongnya dan

menatap matanya dan berharap padanya untuk meraat permata

hatinya dengan sebaik-baiknya. Pada saat yang sama aku akan

lebih menyukai untuk mengakhiri naluri kebencian yang telah

61
tertanam diantara kita, dan memberikan jiwaku kedamaian

serta kerendahan hati untuk hidup daripada masa-masa

kelamku yang tersisa.

TEKLA : Kau telah berbicara apa yang telah kurasakan sedalam-

dalamnya. Kau telah mengerti perasaanku. Terima kasih!

GUSTAF : Oh, aku adalah laki-laki yang malang. Aku senantiasa sangat

tidak berarti untuk membawamu ke tempat yang teduh.

Kehidupan yang membosankan, seorang yang berpayah-payah

terhadap pekerjaannya, dan kesempitan pandanganku bukanlah

tempat untuk jiwa petualanganmu. Aku sadari itu, tetapi kau,

kau yang telah mempelajari jiwa manusia sedalam-dalamnya,

harus menyadari berapa harga yang harus ku bayar untuk

pengakuan ini terhadap diriku sendiri.

TEKLA : Sungguh mulia, adalah orang yang berjiwa besar dapat

mengakui kelemahannya sendiri, dan tidak semua orang dapat

berbuat begitu (mengeluh). Namun semua itu selalu

menunjukkan kejujuranmu, kesetiaanmu, wajar dapat

dipercaya, yang oleh karenanya aku merasa hormat,

sungguhpun....

GUSTAF : Aku bukan orang seperti itu – tidak pada tempatnya – aku

adalah kawan yang sengsara, orang yang berduka cita – dan

aku telah menderita.

62
TEKLA : GUSTAF yang malang! Dapatkah kau maafkan aku? Katakan.

Dapatkah kau?

GUSTAF : Maafkan kau? Apa yang kau katakan? Itu bagiku adalah minta

pengampunanmu.

TEKLA : (mengelak) Mengapa, aku yakin kita berdua sedang menangis.

Pada usia kita!

GUSTAF : (membantah) Usia kita! Ah ya, aku telah menjadi tua, tetapi

kau telah semakin muda dan muda.

(Dengan tidak mencolok mata GISTAF duduk di kursi sebelah

kiri, TEKLA duduk pada sofa)

TEKLA : Kau pikir begitu?

GUSTAF : Dengan cara berdandanmu itu

TEKLA : Aku belajar padamu. Apakah kau lupa bagaimana

mendapatkan warna yang cocok buatku?

GUSTAF : Tidak.

TEKLA : Ya, lupakah kau itu? Hmm,bahkan aku masih ingat betul sesaat

ketika kau marah-marah padaku bila aku tidak mengenakan

warna merah.

GUSTAF : Aku tidak marah. Aku tidak pernah marah padamu.

TEKLA : Ya, kau marah! Ketika kau mencoba untuk mengajarku

bagaimana berpikir. Apakah kau tidak ingat itu? Aku tak dapat

melakukannya.

63
GUSTAF : Tentu saja kau dapat. Setiap orang dapat berpikir. Dan

sekarang kau sangat cerdik – paling tidak dalam tulisanmu.

(TEKLA kebingungan dan mempercepat percakapannya)

TEKLA : Betapapun aku girang sekali bertemu lagi dengan kau, sayang.

Terutama dalam suasana kedamaian.

GUSTAF : Yah, aku tidak pernah berbuat kasar. Kau selalu memiliki saat-

saat yang tenteram bersamaku.

TEKLA : Ya, bahkan agak terlalu penuh kedamaian.

GUSTAF : Ah, tetapi kau tahu itu bagaimana pikiran yang kauinginkan

padaku. Bagaimana itu rasanya pada saat perkawinan kita.

TEKLA : Orang tidak tahu apa yang orang inginkan kemudian. Di

samping itu ibu telah mengatakan padaku untuk membuat

kesan yang baik padamu.

GUSTAF : Nah, kau hidup dalam pusaran sekarang. Kehidupan yang

indah selalu menyilaukan, dan suamimu tidak merasa dinina-

bobokkan olehnya.

TEKLA : Seseorang dapat memiliki terlalu banyak barang-barang yang

indah, kau tahu.

GUSTAF : (sekali lagi mengubah taktik) Aku ingat! Aku yakin kau masih

mengenakan giwang pemberianku.

TEKLA : (bingung) Yah, kenapa tidak? Kita tidak pernah bertengkar,

lalu kupikir aku boleh saja mengenakan sebagai tanda mata...

sebagai kenang-kenangan bahwa kita ini tidak bermusuhan... di

64
samping, kau tahu, sangat susah untuk mendapatkan giwang

emas semacam ini pada masa sekarang.

(TEKLA melepaskan sebelah)

GUSTAF : Baik sekali, tetapi apa kata suamimu tentang itu?

TEKLA : Mengapa kau harus pusing-pusing dengan apa yang

dikatakannya?

GUSTAF : Jadi kau tidak ambil pusing? Tetapi dengan demikian kau telah

berbuat salah padanya. Itu sangat mengherankan baginya.

TEKLA : (cepat seperti kepada dirinya sendiri) Sudah demikianlah ia.

(susah TEKLA mengenakan giwangnya lagi)

GUSTAF : (bangun) Barangkali bisa kutolong...

TEKLA : Terima kasih. (memasang giwangnya, GUSTAF menolongnya)

GUSTAF : Barangkali suamimu dapat melihat kita sekarang.

TEKLA : Ya, ratapan apa yang akan terjadi!

GUSTAF : Akan sangat cemburukan ia?

TEKLA : Cemburu? Aku harus mengatakan demikianlah ia. (suara dari

kamar yang berdekatan)

GUSTAF : Siapakah yang menempati kamar sebelah?

TEKLA : Aku tak tahu... Baiklah, katakan padaku bagaimana kau

selamat dan apa saja yang kau kerjakan.

GUSTAF : Katakan padaku bagaimana kau selamat.

(mencoba berpikir bagaimana menjawabnya. TEKLA dengan

tidak sengaja membuka selubung patung)

65
Hai, apa ini? Astaga kaulah ini!

TEKLA : Kukira bukan.

GUSTAF : Yah, mirip kau itu.

TEKLA : (sinis) Dalam pandanganmu.

GUSTAF : Mengingatkan aku kepada sebuah cerita... “Bagaimana

pandangan yang dipertuan Agung?”

TEKLA : (meledak tawa) Mustahil! Apakah kau mengetahui cerita-cerita

baru?

GUSTAF : Tidak, tapi kau pasti tahu itu.

TEKLA : Oh, aku tak pernah mendengar sesuatu yang lucu-lucu

sekarang!

GUSTAF : Apakah suamimu terlalu mementingkan sopan santun?

TEKLA : Begitulah dalam ia berbicara.

GUSTAF : Tapi tidak dalam lain-lain hal?

TEKLA : Ia tidak begitu sehat sekarang.

GUSTAF : Kasihan! Tetapi apakah ia tidak terperosok ke dalam sarang

ular berbisa?

TEKLA : (ketawa) Ah kau, bagaimana mungkin.

GUSTAF : Apakah kau masih ingat, ketika kita masih temanten baru, kita

tinggal di kamar ini? Eh? Catnya Cuma yang telah berbeda. Di

sana ada lemari dekat dinding, dan di sana ada tempat

tidurnya...

TEKLA : Hentikan itu!

66
GUSTAF : Pandanglah aku!

TEKLA : Baik, lebih baik begitu.

(mereka saling pandang satu sama lain)

GUSTAF : Apakah kau kira seseorang akan dapat melupakan sesuatu yang

telah berkesan mendalam?

TEKLA : Tidak. Kenangan biasanya memiliki kekuatan yang luar biasa.

Terutama kenangan masa muda.

GUSTAF : Apakah kau masih ingat, ketika aku pertama kali bertemu

dengan kau? Kau adalah gadis kecil yang cantik – sebuah batu

tulis kecil di mana guru perempuan itu telah membuat coretan-

coretan yang menyebabkan aku menangis. Kemudian aku telah

mencoba memperbarui tulisan-tulisanku dengan gagasan-

gagasanku sendiri, sampai kaupun telah pula memenuhi tulisan

dalam batu tulismu. Nah, kau tahu, aku tidak suka menempati

tempat suami – tetapi ini adalah masalah dia. Hal-hal inilah

yang menyebabkan mengapa aku sekarang begitu ingin

bertemu kau lagi. Pikiran-pikiran kita bertautan begitu baiknya.

Duduk di sini ngobrol dengan kau seperti membuka botol tuak

tua simpananku sendiri. Ya, tuakku sendiri, yang kini telah

matang sekali. Dan sekarang aku telah berangan-angan untuk

kawin lagi, aku telah sengaja memilih perempuan muda,

kepada siapa aku dapat mendidik dengan buah pikiranku

sendiri.

67
Bagi seorang perempuan, kau tahu, seorang laki-laki dianggap

kanak-kanak, dan apabila tidak, ia akan ditelannya, dan

mulailah dunia menjadi kacau-balau.

TEKLA : Kau mau kawin lagi?

GUSTAF : Ya, aku bermaksud untuk mengadu untung sekali lagi, tetapi

kali ini aku akan memasang pelana di atas kuda betina itu baik-

baik, sehingga ia tidak akan mbedal.

TEKLA : Apakah ia cantik?

GUSTAF : Bagiku begitulah.tetapi mungkin aku sudah terlalu tua, dan

cukup mengherankan. Sekarang kesempatan itu telah

melibatkan aku dan kau bersama-sama. Aku mulai ragu-ragu

apakah hal ini masih mungkin kita mulai permainan itu lagi.

TEKLA : Apa maksudmu?

GUSTAF : Aku merasa bahwa akarku masih tinggal di tanahmu, dan luka

lama telah terbuka lagi. Kau adalah perempuan yang

berbahaya, TEKLA.

TEKLA : Oh! Tetapi suami mudaku mengatakan aku tidak akan bisa

membuat penaklukan lagi.

GUSTAF : Dengan lain perkataan. Ia tidak cinta lagi padamu.

TEKLA : Aku tidak mengerti apa yang kau maksud dengan cinta.

GUSTAF : Kau telah kejar-mengejar begitu lama hingga sekarang kau

belum mendapatkan satu sama lain. Begitulah keadaannya.

Kau asyik dengan memain-mainkan kekanak-kanakannya

68
sampai sekarang ia tidak berani ... ya, kau tahu, tanpa

perubahan tanpa kemajuan....

TEKLA : Apakah itu suatu sindiran?

GUSTAF : Bukan. Untuk tidak mengulur-ulur waktu, apapun yang terjadi

telah terjadi. Apabila itu tidak terjadi, sesuatu yang lain akan

terjadi, tetapi demikianlah kejadiannya.

TEKLA : Manusia apa kau ini. Belum pernah aku menemui orang yang

suka membelokkan gagasan-gagasanku. Kau terlalu bebas

terhadap ikatan-ikatan moral dan agama, dan menuntut terlalu

banyak terhadap manusia, yang seolah-olah merteka itu begitu

mudah kau ajak begitu saja. Kau tahu aku cemburu terhadap

istrimu.

GUSTAF : Kau tahu, aku cemburu terhadap suamimu.

TEKLA : (bangun) Dan sekarang kita harus berpisah. Untuk seterusnya.

GUSTAF : Ya, kita berpisah. Tapi, tidak usah meninggalkan, eh?

TEKLA : (berat) Tidak.

GUSTAF : (mengikutinya) Ya! Kita harus meninggalkan satu sama lain.

Kita harus singkirkan ingatan-ingatan dalam mabuk kepayang

itu dan lupakan segala yang itu-itu. Mabuk kepayang kau tahu.

(menaruh lengannya mengitari TEKLA) Kau telah dijangkiti

penyakit jiwa dari suamimu. Aku akan hirup kehidupan baru

untukmu. Aku akan kembangkan bakatmu mekar lagi bagaikan

mawar pagi. Aku akan...

69
TEKLA : (membebaskan dirinya sendiri) Siapa itu?

GUSTAF : (bertolak belakang) Tamu-tamu hotel.

TEKLA : Pergi! Kau menakutkan aku.

GUSTAF : Mengapa?

TEKLA : Kau telah renggut jiwaku.

GUSTAF : Dan kuberikan punyaku dalam bentuk yang lain. Namun, kau

tidak memiliki jiwa apa-apa. Cuma ilusi belaka!

TEKLA : Kata-katamu sangat kurang ajar sekali, tetapi begitu rupa

sehingga tidak mungkin membuatku marah padamu.

GUSTAF : Itu disebabkan karena engkau tahu, bahwa akulah pemilik

utama harta-harta berharga itu. Sekarang katakan padaku.

Kapan dan dimana?

TEKLA : Tidak. Itu berarti tidak fair dengan dia. Ia sungguh-sungguh

masih cinta padaku, dan aku tidak mau berbuat yang

mencelakakan dia.

GUSTAF : Dia tidak cinta padamu. Apakah kau ingin buktinya.?

TEKLA : Bagaimana kau bisa memberikan bukti itu.

(GUSTAF mengambil sobekan-sobekan potret dari lantai)

GUSTAF : Inilah buktinya. Lihatlah sendiri.

TEKLA : Oh, ini adalah perbuatan keji!

GUSTAF : Kau tahu sendiri. Nah... bila dan dimana?

TEKLA : Orang celaka, curang.

GUSTAF : Kapan?

70
TEKLA : Ia mau pergi malam ini dengan kapal jam 8.

GUSTAF : Lalu...

TEKLA : Jam sembilan.

(berisik kedengaran dari kamar)

Siapakah itu yang menempati kamar dan membuat gaduh?

GUSTAF : Biar kulihat dulu. (mengintip melalui lubang kunci) Sebuah

meja telah jungkir balik dan guci air telah terlempar. Cuma itu!

Barangkali mereka telah menghajar anjing di situ ... jam

sembilan, lalu?

TEKLA : Baiklah. Ia telah membuat cela dirinya sendiri... memikirkan

dia jadi sumbang rasanya, apabila ia selalu berbicara dengan

manis dan membuat aku berkata sebenarnya... tapi tunggu

dulu! ... bagaimana? ... Ia menerima aku dingin-dingin saja –

ia tidak mau turun ke pangkalan – dan ia bercerita tentang

masa mudanya di atas kapal, yang mana aku berpura-pura tidak

memperhatikannya... Tetapi mana bisa tahu tentang mereka?...

Tunggu sebentar... setelah itu ia mulai berfilsafat tentang

perempuan – dan kau merasa seperti dihantuinya... Dan lalu ia

bicara-bicara tentang keinginannya untuk menjadi seorang

pemahat, dan bagaimana sebuah patung merupakan seni pada

saat ini, persis seperti kalau kau berbicara.

GUSTAF : Tidak, sungguh begitu?

71
TEKLA : Tidak, sungguh begitu! Ah, sekarang tahu aku. Sekarang aku

mulai melihat manusia binatang. Apa kau ini. Kau telah berada

di sini untuk menyiksanya sampai mati. Engkaulah yang duduk

di sofa itu. Pasti kaulah yang membuat ia berpikir menderita

epilepsi dan harus hidup membujang – dan karena itu ia harus

menunjukkan bahwa ia seorang laki-laki yang berdiri

menentang istrinya. Ya, pasti kau itu! Sudah berapa lama kau

tinggal di sini?

GUSTAF : Aku sudah seminggu di sini!

TEKLA : Kalau begitu, kaulah yang pernah aku lihat di kapal.

GUSTAF : Betul aku.

TEKLA : Lalu kau kira kau dapat menjebak aku.

GUSTAF : Kukira begitu.

TEKLA : Belum.

GUSTAF : Sudah.

TEKLA : Kau mencuri anak dombaku seperti seekor srigala. Kau datang

kemari dengan nafsu iblismu untuk menghancurkan

kebahagiaanku, dan kau mau merenggutnya di depan mataku

dan aku telah menggagalkannya.

GUSTAF : Tidak begitu tepat seperti yang kau katakan. Inilah apa yang

telah terjadi sesungguhnya. Aku akui aku telah mempunyai

sebuah harapan diam-diam yang keliru padamu, tetapi aku

hampir pasti bahwa hal itu tidak perlu membutuhkan campur

72
tanganku. Di samping aku sudah terlalu banyakmembuang-

buang waktu. Kemudian, ketika aku lama pergi dan pada saat-

saat terakhir kepergianku, aku telah melihat kau di atas kapal

dengan orang-orang muda itu, dan aku memutuskan untuk

menyisihkan waktu guna menemui kau. Aku datang kemari,

dan dombamu tiba-tiba melepaskan diri ke mulut srigala itu.

Aku berhasil menarik simpatinya melalui semacam gerak

reflek yang tidak begitu sedap didengarnya. Pertama-tama

harus minta maaf padanya, bahwa nampaknya ia berada dalam

kesulitan seperti yang pernah kualami. Tetapi kemudian ia

mulai mengungkapkan luka-lukanya yang lama – buku,

kautahu, dan kedunguannya – dan aku telah sampai pada suatu

keinginan untuk menariknya ke dalam beberapa bagian dan

mengaduk bagian-bagian itu begitu rupa sehingga ia tidak bisa

mempertemukannya kembali, begitu rupa.

Dan terima kasih terhadap kesadaran pola kerjamu, aku telah

berhasil. Tetapi aku masih menghadapi kau. Kau adalah biang

keladi dari perbuatan ini, licin seperti belut. Keranjingan!

Ketika aku datang kemari, mula-mula aku tidak tahu apa yang

mau kukatakan. Aku memiliki cara-cara yang beragama, tetapi

sebagai halnya dalam permainan catur. Permainanku

tergantung daripada gerak-gerikmu. Yang satu akan memimpin

73
yang lain, menunggu kesempatan, kemudian aku telah

menemukan naasmu sekarang. Kau tertangkap.

TEKLA : Tidak.

GUSTAF : Ya, kenapa tidak. Saat-saat terakhir kau menghendaki adanya

suatu kejadian. Dunia telah melihat kau berdamai dengan

suamimu yang resmi. Menyampaikan penjelasan dan kembali

membaktikan diri padanya. Apakah tidak cukup?

TEKLA : Mungkin cukup memberi kesempatan kau membalas dendam.

Tapi coba katakan padaku, betapa kau mengoceh dan... Nah,

bagaimana kau ini, siapa mengira bahwa suatu kejadian telah

terjadi dan kita tidak bebas untuk berbuat.....

GUSTAF : (mengoreksinya) Tidak sepenuhnya bebas.

TEKLA : Ya, sama saja.

GUSTAF : Tidak.

TEKLA : .... Bagaimana kau ini. Siapa yang berpendapat bahwa aku

tidak berdosa semenjak aku terdera oleh kematanganku dan

dunia sekeliling mengajari aku berbuat, bagaimana kau yakin

kau telah sampai pada kesimpulan untuk membalas dendam?

GUSTAF : Terlalu banyak sebab alasannya. Oleh karena duniaku dan

sekelilingku mendera untuk membalas dendam. Jadi “satu-

satu” begitu kan? Tetapi kau tahu mengapa kau berdua terlibat

mendapat cela dari pertengkaran ini? Dan mengapa kau

membiarkan menipu dirimu sendiri? Oleh karena aku lebih

74
kuat daripada kau dan lebih bijaksana juga. Kaulah yang telah

menjadi dungu – dan begitu juga dia. Dan sekarang kau dapat

melihat bahwa kedunguan bukanlah penting oleh karena

seseorang yang dungu tidak menulis novel ataupun melukis

lukisan. Tanamkan itu ke dalam pikiranmu.

TEKLA : Apakah kau tidak punya perasaan sama sekali?

GUSTAF : Tidak. Oleh karena itu aku dapat berpikir, kau tahu, sebuah

proses dimana kau mendapatkan sedikit pengalaman. Dan

berlakulah sebagai engkau telah paparkan tadi.

TEKLA : Semua ini semata-mata disebabkan aku telah terluka oleh

kelakuanmu!

GUSTAF : Tidak semata-mata. Kau lebih baik menutup luka yang

disebabkan oleh kelakuan orang. Itu adalah noda yang paling

menular.

TEKLA : Kau adalah makhluk pembalas dendam! Tidak tahu malu!

GUSTAF : -

TEKLA : Itu duniaku, bukan?

GUSTAF : Itu duniaku, bukan! Orang harus belajar dari dunia secara

keseluruhan sebelum melampiaskan dunia sendiri. Apabila

tidak, orang itu akan tersiksa, kemudian akan meratap dan

menggeletukkan gigi-giginya.

TEKLA : Tidak dapatkah kau memaafkan?

GUSTAF : Ya, aku telah memaafkanmu!

75
TEKLA : Betul?

GUSTAF : Sungguh. Kapan aku melawan kau dalam seluruh tahun ini?

Tidak. Sekarang ini aku hanya datang untuk menjenguk kau

dan kau telah memisahkan diri. Kapan aku mencela kau atau

menasehati atau menggurui? Tidak. Aku bermain dengan

sedikit senda gurau dengan suamimu dan itu sudah cukup

untuk meledakkan balonnya. Dan kini aku penuntut dan

sekaligus pembela diriku sendiri. TEKLA, apakah kau tidak

mencala dirimu sendiri?

TEKLA : Tidak sama sekali. Orang-orang Nasrani mengatakan bahwa

segala kelakuan kita ditentukan oleh akan, dan di luar itu

adalah nasib. Nah, kita tidak berdosa, begitu kan?

GUSTAF : Kalau begitu soalnya, baik, Tetapi disitu selalu ada tempat bagi

dosa yang menyelinap. Dan orang yang memberi hutang hadir

cepat atau lambat. Tidak berdosa tetapi ada konsekwensinya.

Tidak berdosa di hadapan Tuhan bagi siapa yang.... (*)

SELESAI

(*) Masih ada kelanjutan naskah yang tidak dipunyai kolektor.

Yogyakarta 06/07

Diketik ulang oleh studio teater PPPG Kesenian Yogyakarta

76

Anda mungkin juga menyukai