Anda di halaman 1dari 3

Salah satu asupan zat gizi makro yang berpengaruh dalam kebugaran jasmani adalah

asupan protein. Protein adalah sumber zat gizi pembangun utama dan berfungsi memperbaiki

jaringan otot, kulit, organ dalam, kuku dan tulang. Selain itu protein juga berfungsi membentuk

sel darah, hormon, enzim dan antibodi. Protein memiliki fungsi fisiologis yang penting untuk

mengoptimalkan performa aktivitas fisik. (Fatmawati et al., 2021)

Protein merupakan zat gizi yang sangat penting bagi tubuh, karena berfungsi sebagai

sumber energi, zat pembangun dan pengatur. Kebutuhan protein untuk remaja perempuan usia

14-18 tahun adalah 0,85 gram/kgBB/hari. Proporsi asupan protein nabati adalah 60-80%

kebutuhan protein dan protein hewani sebesar 20-40% kebutuhan protein. Tubuh manusia tidak

dapat menyimpan protein secara berlebih, apabila asupan protein berlebih maka akan disimpan

tubuh dalam bentuk trigliserida. Hal ini mengakibatkan jaringan lemak mengalami kenaikan,

sehingga menyebabkan terjadinya status gizi lebih.(Hadianti and Resmana, 2018)(Ayuningtyas

et al., 2018)

Protein adalah kelompok biomolekul berukuran besar yang terbentuk dari satu rantai

panjang asam amino atau lebih. Protein memiliki banyak fungsi dalam makhluk hidup, di

antaranya mempercepat reaksi-reaksi metabolisme, mereplikasi DNA, menanggapi rangsangan,

memberi bentuk sel dan tubuh, dan memindahkan molekul dari satu lokasi ke lokasi lain.

Perbedaan utama antara satu protein dan protein lainnya adalah urutan asam amino-asam

aminonya, yang ditentukan oleh urutan nukleotida dari gen-gennya, dan biasanya

menyebabkan lipatan protein menjadi struktur tiga dimensi khusus yang sesuai dengan

fungsinya.

Sejumlah asam amino membentuk rantai lurus yang disebut polipeptida. Suatu protein

terdiri dari minimum satu polipeptida panjang. Polipeptida pendek (dengan kurang dari 20–30
asam amino) biasanya tidak dianggap sebagai protein, tetapi disebut

molekul peptida atau oligopeptida. Masing-masing asam amino dalam protein terikat ke asam

amino di dekatnya oleh ikatan peptida. Urutan asam amino dalam protein ditentukan oleh urutan

gen yang disandi dalam kode genetik.

Secara umum, kode genetik menghasilkan 20 asam amino standar, meskipun beberapa

organisme memiliki asam amino tambahan. Tak lama setelah atau bahkan selama sintesis, residu

dalam protein sering dimodifikasi secara kimiawi melalui proses modifikasi pascatranslasi yang

mengubah sifat fisik dan kimia, lipatan, stabilitas, aktivitas, dan fungsi protein. Beberapa protein

memiliki gugus nonpeptida (bukan asam amino), yang dapat disebut kofaktor dan gugus

prostetik. Beberapa protein juga dapat bekerja sama untuk menjalankan fungsi tertentu, dan

kelompok seperti ini sering membentuk kompleks protein yang stabil. Begitu terbentuk, protein

hanya ada untuk jangka waktu tertentu lalu didegradasi dan didaur ulang dalam sel melalui

proses pergantian protein. Umur protein diukur berdasarkan waktu paruhnya dan mencakup

rentang yang panjang. Protein bisa berumur beberapa menit hingga beberapa tahun dengan umur

rata-rata 1–2 hari dalam sel mamalia. Protein yang abnormal atau salah lipatan terdegradasi lebih

cepat, baik karena ditargetkan untuk dihancurkan atau karena tidak stabil.

Bersama dengan biomolekul raksasa lainnya seperti polisakarida dan asam nukleat,

protein merupakan bagian esensial dari organisme dan terlibat dalam hampir seluruh proses di

dalam sel. Sebagian protein adalah enzim yang berfungsi sebagai katalis dalam reaksi-reaksi

biokimia dan bersifat vital untuk metabolisme. Sebagian protein memiliki fungsi pembentuk atau

penguat, misalnya protein aktin dan miosin dalam otot dan protein-protein dalam sitoskeleton.

Protein-protein lainnya memiliki peran penting dalam persinyalan sel, respons imun, adhesi sel,

dan siklus sel. Hewan memerlukan protein dalam makanannya untuk memperoleh asam amino
esensial yang tidak bisa disintesis di dalam tubuh. Sistem pencernaan memecah protein dari

makanan untuk dapat digunakan dalam metabolisme. (Wikipedia)

Ayuningtyas, A., Simbolon, D. and Rizal, A., 2018. Asupan Zat Gizi Makro dan Mikro terhadap

Kejadian Stunting pada Balita. Jurnal Kesehatan, 9(3), p.445.

Fatmawati, I. et al., 2021. Hubungan Konsumsi Protein dan Vitamin C dengan Status Kebugaran

pada Mahasiswa Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan UPN Veteran Jakarta Relationship

Between Protein and Vitamin C Intake with Fitness Status of Nutrition Study Program Students

in Faculty of Health Sciences UPN Veteran Jakarta. Jurnal Kesehatan Terpadu (Integrated

Health Journal, 12(1), pp.48–54.

Hadianti, D.N. and Resmana, R., 2018. Kemajuan Persalinan Berhubungan Dengan Asupan

Nutrisi. Jurnal Imiah Imu Kesehatan, 8487(3), pp.231–238.

Anda mungkin juga menyukai