Anda di halaman 1dari 4

Gunung jati

SEJARAH : Sunan Gunung Jati dikenal oleh masyarakat Jawa sebagai salah satu Wali
Songo yang terkenal dengan cara berdakwahnya melalui jalur politik.
Beliau lahir pada tahun 1448 dari pasangan Syarif Abdullah Umdatuddin bin Ali Nurul Alam
dengan Nyai Rara Santang yang merupakan puteri dari Sri Baduga Maharaja Prabu
Siliwangi.
Berlatarkan kehidupan kerajaan, Sunan Gunung Jati memiliki keahlian dalam berpolitik yang
beliau manfaatkan dalam menyebarkan dakwah kepada masyarakat di Pulau Jawa,
khususnya

Nama Asli Sunan Gunung Jati


Foto: wikimedia.org
Sunan Gunung Jati memiliki nama asli Sultan Syarif Hidayatullah Al-Azhamatkhan, yang
lebih dikenal sebagai Syarif Hidayatullah.
Selama masa berdakwahnya, Sunan Gunung Jati tetap dipanggil dengan nama Syarif
Hidayatullah atau Sultan Cirebon karena beliau menjabat sebagai sultan kedua di Cirebon
pada masa itu.

Asal mula nama sunan gunung jati

Lantas dari mana datangnya sebutan nama Sunan Gunung Jati?


Berbeda dengan sunan-sunan lainnya yang mendapatkan julukan pada masa
berdakwahnya, penamaan Sunan Gunung Jati ini ada setelah beliau wafat.
Setelah wafat, Sunan Gunung Jati dimakamkan di Bukit Gunung Jati yang ada di Cirebon.
Berhubung dimakamkan di sana, masyarakat lebih sering memanggil beliau dengan sebutan
Sunan

Metode gunung jati

Metode Dakwah Sunan Gunung Djati Dalam Proses Islamisasi

Riwayat Singkat
Sunan Gunung Jati merupakan cucu dari raja Padjajaran yakni Prabu Siliwangi. Sunan
Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah merupakan anak dari Nyai Lara Santang atau Syarifah
Muda‟im yang menikah dengan sultan Mesir bernama Syarif Abdillah.[1]
Syarif Hidayatullah dilahirkan di Mesir pada tahun 1448 M dan wafat di Gunung Jati,
Cirebon. Ia banyak berjasa dalam menyebarkan Islam di Pulau Jawa terutama di Jawa
Barat. Dari Cirebon Sunan Gunung Jati mengembangkan agama Islam ke daerah lain di
Jawa Barat seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh), Sunda Kelapa, dan Banten.
Ia meletakkan dasar pengembangan Islam dan Perdagangan orang-orang Islam di Banten
pada tahun 1525 atau 1526. Menurut “Carita Purwaka Caruban Nagari” Sunan Gunung Jati
mendapat penghormatan dari raja-raja lain di Jawa seperti Demak dan Pajang ia diberi gelar
Raja Pandita karena kedudukannya sebagai raja dan ulama.

CARA SUNAN GUNUNG JATI BERDAKWA

Cara Dakwah
Banyak metode yang digunakan Sunan Gunung Jati untuk menarik minat masyarakat agar
memeluk Islam mulai dari perdagangan, perkawinan, jalur politik, dakwah, hingga
penaklukan. Akan tetapi untuk memudahkan penulisan, maka proses Islamisasi Sunan
Gunung Jati akan difokuskan para metode berdakwah beliau.
Metode berdakwah yang dilakukan Sunan Gunung Jati sangat unik. Dengan mengadaptasi
tradisi Cirebon, dakwah yang dilakukan beliau dilakukan dengan cara-cara yang menarik
perhatian, di antaranya dengan menggunakan pepatah-pepitih yang sampai saat ini masih
sering didengar masyarakat Cirebon.[3]
Dalam naskah-naskah tradisi Cirebon, diketahui banyak metode yang dilakukan Sunan
Gunung Jati dalam proses Islamisasi. Sunan Gunung Jati adalah seorang propagandis
Islam di Jawa Barat (the propagator of Islam in West Java), dalam aktivitasnya ia melakukan
perjalanan dakwah kepada penduduk Pulau Jawa bagian barat untuk menganut Islam.[4]

Sunan Gunung Jati


Salah satu Walisongo yang menyebarkan Agama Islam di tanah Jawa

Sunan Gunung Jati atau Sultan Syarif Hidayatullah Al-Azmatkhan Al-Husaini Al-Cirbuni
Shahib Jabal Jati bin Sultan Syarif Malik Abdullah Umdatuddin Al-Azmatkhan Al-Husaini
(Arabic: ‫الشريف هداية هللا‬‎Sharīf Hidāyah Allāh[1]) atau Sayyid Al-Kamil adalah salah seorang
dari Walisongo, ia dilahirkan Tahun 1448 Masehi dari pasangan Syarif Abdullah Umdatuddin
bin Ali Nurul Alam [2] dan Nyai Rara Santang, Putri Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi
dari Kerajaan Padjajaran (yang setelah masuk Islam berganti nama menjadi Syarifah
Mudaim).[3]
Sultan Syarif Maulana Muhammad Hidayatullah Al-'Azhamatkhan
Al-Husaini Asy-Syirbuni
Shahib Jabal Jati Syirbun

‫الشيربوني‬ ‫سلطان شريف موالنا محمد ه‍دايةهللا العظمت خان الحسيني‬
Sunan Gunung Jati
Sultan Cirebon
Berkuasa
1482 – 1568
Pendahulu
Posisi didirikan
Penerus
Penembahan Ratu
Tumenggung Cirebon
Berkuasa
1479 – 1482
Pendahulu
Pangeran Cakrabuana
Penerus
Posisi dihapuskan

Lahir
1448
Wafat
19 September 1569

Keraton Pakungwati, Kesultanan Cirebon


Pemakaman
Komplek makam Gunung Sembung, Gunung Jati, Cirebon.
Ayah
Syarif Abdullah Umdatuddin
Ibu
Rara Santang
Pasangan
Nyai Ratu Dewi Pakungwati
Nyai Ratu Kawunganten
Nyai Babadan
Nyai Ageng Tepasari
Nyai Lara Baghdad
Ong Tien Nio
Anak
* Sabakingking
* Pasarean
* Ratu Ayu
* Winahon
* Trusmi
* Bratakelana
* Jayalelana
Agama
Sunni Islam

Anda mungkin juga menyukai