Pada Karya Tulis ini, aliran yang akan kami bahas adalah aliran
Positivisme Hukum. Positivisme Hukum (Aliran Hukum Positif)
memandang perlu memisahkan secara tegas antara hukum dan moral
(antara hukum yang berlaku dan hukum yang seharusnya, antara das
sein dan das sollen). Dalam pandangan positivis, tidak ada hukum
lain, kecuali perintah penguasa. Bahkan, bagian dari Aliran HUkum
Positif yang dikenal dengan nama Legisme berpendapat lebih tegas,
bahwa hukum itu identik dengan Undang-Undang.
1) J. Bentham
3. Bila ada dalam kehidupan saat ini, dan dari proses alamiah
biasa, yang tidak secara sengaja dimodifikasi oleh
interposisi kemauan manusaia apapun, atau oleh interposisi
luas biasa apapun tentang sesuatu superior yang tidak
terlihat, kesenangan atau kesedihan tersebut akan
berlangsung atau diperkirakan akan berlangsung, dan
kemungkinan bisa dikatakan bahwa sanksi itu berasal dari,
atau menjadi milik sanksi fisik (physical sanction).
I. Hukum yang dibuat oleh Tuhan untuk manusia (Law set by God to
men = Law of God)
II. Hukum yang dibuat oleh manusia untuk manusia (Law set by men
to men = Human Law)
1). Positive Law atau law strictly, yaitu hukum yang dengan tepat
disebut “hukum positif”, yang dapat berupa:
Kedaulatan (Sovereignty)
Hukum merupakan perintah penguasa yang berdaulat. Jadi logika
hukum adalah undang-undang. Hukum kebiasaan akan diakui bila
dikukuhkan menjadi undang-undang oleh pejabat yang berwenang
(badan legislatif).
3) HANS KELSEN
Teori hukum murni adalah teori yang berasal dari aliran hukum
positif, dimana di dalam teori ini berusaha untuk memberikan
pengertian hukum dilihat sebagai sesuatu yang “ murni “ terlepas
dari segala unsur lain yang berasal dari luar ilmu hukum itu
sendiri. Dapat digambarkan bahwa antara abad 19 dan 20, kemurnian
suatu ilmu pengetahuan menjadi sesuatu hal yang sudah tidak ideal
lagi, hal ini misalnya dapat dilihat dari adanya yurisprudensi-
yurisprudensi dimana di dalam yurisprudensi – yurisprudensi
tersebut banyak dipengaruhi oleh banyak hal-hal lainnya seperti
unsur psikologi dan biologi maupun unsur teologi yang ada pada
waktu itu, sehingga di dalam keadaan seperti itu untuk menemukan
suatu ilmu hukum yang murni merupakan suatu hal yang sulit untuk
didapatkan. Dalam hal ini apabila digambarkan dengan kondisi
mengenai apa yang digambarkan sebagai hukum tersebut seperti
jalannya prosesnya pemerintahan di dalam parlemen, putusan
pengadilan, proses hukum , maka kita dapat membedakannya menjadi
dua bagian. Bagian pertama adalah suatu perbuatan pada suatu
waktu dan tempat yang didasari oleh pikiran akal sehat yang
biasanya disebut sebagai perilaku manusia, bagian lainnya adalah
bagian yang lebih khusus Untuk mendefinisikan hukum sebagai suatu
norma yang diartikan terbatas sebagai suatu ilmu pengetahuan
hukum yang mempunyai fungsi berbeda dengan fungsi organ
legislative maupun eksekutif , maka harus dibatasi hukum tersebut
darui pengaruh hukum alam maupun ilmu pengetahuan lainnya.
Norma dasar (Basic Norm) adalah suatu norma yang paling mendasar,
dimana suatu peraturan yang ada dan berlaku bersumber dan tidak
ada yang melebihi atau bertentangan dari norma dasar tersebut.
Apabila ada suatu pertanyaan mengapa norma dasar tersebut harus
diperlakukan sebagai suatu norma yang mengikat, hal ini
dimungkinkan karena Tuhan menjadi sumber dari suatu peraturan
pertama yang mendasar tersebut. Fungsi menyeluruh dari norma
dasar (Basic Norm) adalah untuk memberikan atau menganugerahkan
kuasa untuk membuat suatu hukum kepada legislator dan untuk
menjustifikasi setiap tindakan-tindakan yang dilakukan
berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah ada tersebut. Di dalam
hal membuat setiap tindakan-tindakan yang ada tersebut menjadi
suatu hal yang berlaku secara mengikat dan dianggap sebagai suatu
hukum yang ada, maka norma dasar tersebut harus diwujudkan di
dalam suatu ketentuan hukum yang valid. Norma dasar tersebut
dapat dijadikan suatu jawaban apabila ada pertanyaan atas suatu
produk yuridis seperti keputusan-keputusan hukum, hak-hak yang
timbul, dimungkinkan ada, hal ini berpulang kembali kepada norma
dasar tersebut.
Selain itu hukum yang ada harus terlepas dari setiap unsur–unsur
lainnya seperti unsur etis, sosiologis, politis, dan ilmu-ilmu
pengetahuan non hukum lainnya.
Dengan norma-norma yang ada, dimana hal ini mendasari untuk dapat
menentukan apakah suatu perbuatan tersebut menjadi suatu hal yang
legal maupun illegal di mata hukum , maka hal ini harus
disesaikan dengan ketentuan yang ada. Produk hukum yang ada
menentukan bagimana manusia tersebut bertingkah laku disesuaikan
dengan ketentuan-ketentuan yang ada. Dengan adanya “norma“, kita
dapat menentukan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang
seharusnya tidak dilakukan. “Norma“ tersebut mendasari dari
setiap tindakan yang diperbolehkan atau diijinkan untuk
dilakukan.
Fungsi Konstitusi