NIM : 5221122013
1.TOYOTA`
Toyota telah menggunakan berbagai jenis sistem pengapian
konvensional pada mobilnya dari tahun 1990 hingga saat ini:
Distributor dan Coil: Pada awal 1990-an, Toyota menggunakan sistem
pengapian konvensional yang menggunakan distributor dan coil.
Sistem ini mengandalkan rotor dalam distributor untuk mengirimkan
api ke busi yang tepat pada waktu yang tepat. Coil digunakan untuk
memperkuat arus listrik yang mengalir ke busi.
Sistem Pengapian Elektronik: Pada akhir 1990-an, Toyota beralih ke
sistem pengapian elektronik yang lebih canggih. Sistem ini
menggunakan sensor posisi engkol untuk mengontrol waktu
pengapian dan memperbaiki pengaturan pengapian yang lebih akurat
Sistem Pengapian Langsung: Pada awal 2000-an, Toyota mulai
mengadopsi sistem pengapian langsung. Sistem ini menghilangkan
kebutuhan untuk distributor dan menggunakan busi langsung untuk
menghasilkan api. Ini memungkinkan kontrol yang lebih akurat atas
waktu pengapian dan membantu meningkatkan efisiensi bahan bakar
Sistem Pengapian Langsung dengan Coil-on-Plug: Pada tahun 2010-an,
Toyota mulai mengadopsi sistem pengapian langsung dengan coil-on-
plug. Sistem ini memasang coil pada masing-masing busi untuk
memberikan daya lebih kuat dan mengurangi hilangnya energi pada
kabel busi. Hal ini memungkinkan mesin untuk berjalan lebih halus dan
meningkatkan efisiensi bahan bakar
Sistem Pengapian Langsung dengan Busi Ganda: Pada beberapa model
terbaru Toyota, seperti Toyota Corolla dan Toyota Camry, digunakan
sistem pengapian langsung dengan busi ganda. Sistem ini memiliki dua
busi pada setiap silinder, yang memungkinkan api untuk menyebar
dengan lebih merata dan meningkatkan efisiensi bahan bakar.
Itulah beberapa sistem pengapian konvensional yang digunakan oleh
Toyota dari tahun 1990 hingga saat ini. Setiap sistem memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing dan terus berkembang
seiring dengan kemajuan teknologi dan persyaratan emisi yang lebih
ketat.
- Contoh: mobil Toyota 1990
3.Mercedes benz
Memiliki sejarah panjang di Indonesia. Sebelum resmi masuk ke
Indonesia pada 8 Oktober 1970, Mercedes-Benz telah lebih dulu hadir
sekaligus menjadi kendaraan bermotor pertama di Indonesia. Ketika
itu, Sultan SurakartaPakoe Boewono X membeli Benz Victoria Phaeto
langsung dari Eropa pada tahun 1894, delapan tahun setelah Carl Benz
membangun mobil pertamanya Benz Patent-Motorwagen yang juga
menjadi mobil pertama di dunia, pada 1886. Benz Victoria Phaeton
memiliki tenaga 5 hp, mesin satu silinder dengan perpindahan 2,0 liter
dan dilengkapi dengan ban karet yang keras. Pada era ketika sebagian
besar transportasi daratterdiri dari kereta yang ditarik oleh kuda, maka
kereta yang berjalan sendiri dan tanpa seekor kuda dianggap unik.
Karena itu, banyak orang di Jawa yang menyebutnya dengan Kreta
Setan. Setelahnya, 13 tahun kemudian mobil Daimler hadir di Indonesia
tepatnya pada tahun 1907 yaitu kendaraan bernama Britze Daimler,
yang ditenagai oleh mesin 4-silinder 45 hp. Mobil ini juga merupakan
milik Pakoe Boewono X. Pada 1934, Mercedes-Benz Tipe 500 K yang
menggunakan supercharger masuk ke Indonesia. Mobil ini memiliki
tenaga mesin 8 silinder dengan kapasitas 5,0 liter. Tanpa supercharger
dengantenaga maksimum yang dihasilkan yakni 100hp.Namun dengan
supercharger, daya ditingkatkan hingga tenaga maksimum mencapai
160 hp. Mobil 500 K mencapai kecepatan tertinggi 160 km/jam, ini
merupakansuatu hal yang luar biasa untuk kendaraan buatan 1930-an
yang berbobot cukup berat. Sampai akhirnya pada tahun 1970, PT Star
Motors
Indonesia yang merupakan hasil joint venture antara Daimler-Benz AG
dan PT Gading Mas, didirikan sebagai agen tunggal produk Daimler-
Benz di Indonesia. Pada tahun yang sama, pabrik perakitan baru PT
German Motor Manufacturing dibangun untuk produksi produk
Daimler-Benz. Pada 1971, pabrik di Tanjung Priok, Jakarta, memulai
produksi massal kendaraan komersial, Mercedes-Benz 911. Produksi
truk kemudian diikuti oleh perakitan bus dan mobil penumpang. Pada
1973, PT German Motor Manufacturing memulai produksi Mercedes-
Benz 200, 240 D dan 280 dari seri ol kendaraan W 115. Untuk
mengakomodasi pertumbuhan produksi mobil penumpang dan
kendaraan niaga, Mercedes-Benzmulai beroperasi di pabrik perakitan
lokal baru yang berlokasi di Wanaherang, Bogor, Jawa Barat pada 1982.
Pabrik Mercedes-Benz di Wanaherang, merupakan perakitan lokal PT
Mercedes-Benz Indonesia dan PT Daimler Commercial Vehicles
Manufacturing di Indonesia, saat ini pabrik telah merakit mobil
penumpang (tipe C-Class, E-Class, S-Class, GLC, GLE dan GLS), truk
(Axor) dan sasis bus. Mercedes -Benz terus secara konsisten
menghadirkan mobil- mobil berkualitas tinggi hingga menjadi brand
mobil mewah terlaris di Indonesia. Pencitraan Mercedes-Benz tersebut
juga diperkuat dengan hadirnya klub-klub Mercy di Indonesia yang
berada di naungan Mercedes-Benz Club.
- Contoh mobil mecedes pada tahun 1990.