MODUL PRAKTIKUM
BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIKA
SEMESTER GENAP 2021/2022
disusun oleh :
TIM DOSEN PENGAMPU
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
2022
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 2
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Salam sejahtera untuk kita semua, Puji Syukur kepada Tuhan YME atas kemudahan dari-Nya,
buku petunjuk praktikum ini telah selesai disusun. Buku ini merupakan buku petunjuk praktikum
yang didalam berisi teori singkat, langkah kerja dan lembar kerja yang nantinya akan digunakan oleh
praktikan setiap pelaksanaan praktikum Biofarmasetika dan Farmakokinetika.
Selamat berdinamika dalam praktikum, semoga bermanfaat. Kritik dan saran kami terima
demi kesempurnaan buku petunjuk praktik di kemudian hari.
Wassalamualaikum, wr.wb.
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 3
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 4
JADWAL PRAKTIKUM
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 5
TABLET
PARASETAMOL SECARA IN
VITRO MENGGUNAKAN
UJI DISOLUSI
8. UTS UTS
9. Materi 4 FARMAKOKINETIKA
SEDIAAN ORAL
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 6
MATERI 1
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu:
- Memahami prinsip disolusi dan faktor-faktor yang mempengaruhi disolusi
- Mengetahui pengaruh parameter jenis kristal terhadap kecepatan disolusi
- Melakukan uji disolusi dan menghitung parameter-parameter uji disolusi
Liberasi Dispers
Dispersi Disolusi Absorbsi
Oba t padatan i Darah
zat aktif moleku
Pelepasan bahan aktif dari sediaan obat berupa tablet diawali dengan Liberasi yang
memunculkan dispersi padatan zat aktif. Tahap selanjutnya adalah pelarutan (disolusi) zat
aktif, tahap ini merupakan suatu keharusan agar dapat terjadi tahap absorbsi. Dan tahap
absorbsi merupakan bagian dari fase biofarmasetika dan awal dari fase farmakokinetika. Jadi
tahap ini benar-benar merupakan masuknya zat aktif dalam tubuh yang biasa disebut
dengan ketersediaan hayati (bioavailabilitas) (Shargel, 1998).
Terdapat hubungan yang bermakna antara kecepatan disolusi berbagai bahan obat
dari sediaannya dan absorbsinya. Partikel halus akan terdisolusi (melarut) dan
memungkinkan
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 7
terjadinya transport bahan aktif terlarut melalui proses difusi. Tahapan semacam ini
bervariasi tergantung dari metode atau teknologi pembuatan obat. Obat obat yang memiliki
kecepatan disolusi instrinsik kurang dari 0.1 mg/ menit cm2 biasanya menimbulkan masalah
serius pada absorbsinya. Sedangkan obat-obat yang memiliki kecepatan disolusi instrinsik
lebih besar dari 1,0 mg/menit.cm2, pada umumnya kecepatan disolusi bukan mejadi langkah
penentu, tetapi kecepatan absorbsinya (Kaplan, 1973).
Studi kecepatan disolusi intrinsik ini sudah diawali sejak tahun 1897 oleh Noyes
Dan Whitney dengan menggunakan bahan asam benzoat dan timbal klorida, yang kemudian
diperoleh persamaan Noyes –Whitney sebagai berikut :
dC
= K.S. (Cs-C) (1)
dt
Dengan : dC/dt = kecepatan disolusi bahan obat, K = Tetapan kecepatan disolusi, S = Luas
permukaan bahan obat yang terdisolusi, Cs = Kelarutan bahan obat ( jenuh), C = Kadar bahan
obat yang terlarut dalam cairan medium
Pada jarak (x) = h cm dari permukaan bahan obat yang terdisolusi akan berlaku
persamaan :
(3)
=
J= (4)
(5)
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 8
=
(6)
= =
(Cs-C) (7)
Pada persamaan (7), jika D/V.h diganti dengan K (karena masing-masing merupakan tetapan)
maka hasilnya akan identik dengan persamaan (1).
1. Polimorfisme : merupakan sifat dimana suatu zat kimia tunggal bisa berada dalam lebih
dari satu bentuk kristal.
Bentuk kristal yang berbeda akan memiliki kestabilan yang berbeda, serta titik
lebur dan kelarutan yang juga berbeda sehingga kecepatan disolusinyapun
berbeda.
Bentuk amorf umumnya memiliki kelarutan yang lebih baik dari pada bentuk
kristalnya, sedangkan bentuk kristal cenderung lebih stabil dari pada bentuk
amorfnya. Karena diperlukan banyak energy untuk menyusun molekul dalam
susunan Kristal dibandingkan untuk meyusun molekul dalam keadaan amorf yang
tidak teratur.
Fenomena polimorfisa yang banyak terdapat dalam senyawa organik dan mineral
mulai dikenal sejak temuan Huay.
2. Keadaan hidrasi : Bentuk molekul hidrat / anhidrat juga mempengaruhi sifat kelarutan
obat, dimana bentuk hidrat memiliki bentuk kelarutan yang lebih kecil dibanding dengan
bentuk anhidratnya.
Dengan kata lain senyawa anhidrat lebih larut dari bentuk trihidrat sehingga
dengan demikian kadar obat didalam darah lebih cepat diperoleh dari bentuk
anhidrat (Shargel, 1998).
Perbedaan bentuk kristal inilah yang akan dipelajari dalam percobaan ini,yaitu
dengan dilakukan proses rekristalisasi bahan obat dengan menggunakan jenis pelarut
yang berbeda karena dapat menghasilkan bentuk kristal yang berbeda juga.
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 9
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 10
LAPORAN SEMENTARA
Modul/Materi ke : ....... Kelompok ….. / …..
Judul : ..................................................................................................................................................
1. PROSEDUR KERJA
(Tuliskan dalam bentuk bagan alir/skematis)
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 11
2. DATA / PENGAMATAN
(Tuliskan dengan selengkap dan sejelas mungkin)
I. Data percobaan :
1. Identitas Tablet:
Tablet A :……………………………………..
a. Medium Disolusi :
b. Kecepatan putar :
c. Waktu mulai analisa :
d. Pembacaan pada panjang gelombang :
Tablet B :…………………………………..
a. Medium Disolusi :
b. Kecepatan putar :
c. Waktu mulai analisa :
d. Pembacaan pada panjang gelombang :
3. Data sampling
Volume Tiap Kali Sampling =......ml.
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 12
A=
B=
R=
Persamaan Kurva Baku : y = a + b x
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 13
3. HASIL DISKUSI
(Tuliskan hasil diskusi selama praktikum, singkat saja)
Surakarta,.................................2022
Mengesahkan
Dosen/Asisten Praktikum Praktikan,
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 14
_
MATERI 2
ABSORBSI OBAT PER ORAL SECARA IN SITU
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu:
- Memahami prinsip absorbs obat dan faktor-faktor yang mempengaruhi absorbsi
- Mengetahui pengaruh pH terhadap absorbsi obat melalui difusi pasif in situ
- Melakukan uji absorbs obar secara peroral dengan model in situ
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 15
kecepatan
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 16
absorbsinya melalui pembentukan prodrug, khususnya untuk obat-obat yang sangat sulit
atau praktis tidak dapat terabsorbsi.
Metode Trough and Trough merupakan salah satu cara pengobatan in situ. Cara ini
dilakukan dengan menentukan fraksi obat yang terabsorbsi, setelah larutan obat dialirkan
melalui lumen intestine yang panjangnya tertentu dan kecepatan alirnya tertentu pula.
Dalam keadaan tunak proses absorbsi dapat dinyatakan dengan persamaan :
ln
Dengan : C0 = kadar larutan obat mula-mula, C1= kadar obat setelah dialirkan lumen intestine
sepanjang 1 cm, L = panjang usus dalam cm, r = jari-jari penampang lintang intestine, Q =
kecepatan aliran larutan obat dalam ml/menit, Papp = tetapan permeabilitas semu.
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 17
IV. PERCOBAAN
Lakukan percobaan absorbsi in situ parasetamol per oral. Percobaan dilakukan dalam
dua kondisi uji yaitu pada kondisi asam menggunakan CLB tanpa enzim dengan pH 1,2
dan kondisi normal-basa menggunakan CUB tanpa enzim pH 7,4. Kadar parasetamol di
ukur menggunakan metode spektrofotometeri UV.
1. Buatlah larutan CLB tanpa enzim dan CUB tanpa enzim masing masing sebanyak 1
liter (petunjuk pembuatan CLB dan CUB silahkan cari dalam farmakope Indonesia
edisi IV)
2. Buat kurva baku parasetamol dalam CLB dan CUB tanpa enzim dengan kadar 0,2
mg/mL, 0,4 mg/mL, 0,6 mg/mL, 0,8 mg/mL dan 1 mg/mL. (sebelumnya lakukan
pencarian panjang gelombang maksimum parasetamol dalam CLB dan CUB tanpa
enzim)
3. Larutkan 500 mg parasetamol masing masing dalam larutan CLB dan CUB tanpa
enzim 500 mL
4. Tetapkan kadar parasetamol dalam CLB dan CUB sebagai konsentrasi awal (C0).
a. Pipet masing masing-masing 2,0 mL larutan parasetamol dari larutan
parasetamol dalam CLB dan CUB tanpa enzim (point 3)
b. Ukur absorbansi masing masing menggunakan panjang gelombang maksimun
yang sudah dicari (point 2)
c. Hitung kadar parasetamol menggunakan persamaan kurva kaliberasi yang
didapat dari pekerjaan point 2
5. Percobaan Absorbsi pada tikus teranastesi
a. Gunakan dua ekot tikus putih jantan, tikus pertama digunakan untuk uji
menggunakan CLB dan tikus kedua digunakan untuk uji menggunakan CUB.
b. Tikus dipuasakan selama 24 jam, hanya boleh diberi minum
c. Lakukan anastesi tikus menggunakan eter
d. Sepanjang linea medina perut tikus dibedah sampai jelas terlihat bagian
ususnya
e. Cari bagian lambung, ukur 15 cm dari lambung ke arah anal menggunakan
benang, dengan hati-hati dibuat lubang dan kanul dimasukkan dan ditali
dengan benang. Pemasangan kanul sedemikian rupa sehingga ujungnya
mengarah ke bagian anal.Kanul dihubungkan dengan selang infus menuju labu
infus berisi CLB dan CUB
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 18
f. Dari ujung kanul ini usus diukur lagi dengan pertolongan benang ke arah anal
sepanjang 20 cm, dan disitu dibuat lubang kedua, selanjutnya dipasang pula
kanul kedua dengan ujung kanul mengarah ke bagian oral dari usus dengan
benang. Kanul berhubungan dengan selang infus menuju gelas kimia
g. Buka kran infus dan biarkan CUB atau CLB mengalir melalui usus dan keluar
sampai ke gelas kimia, sampai cairan yang keluar jernih
h. Ganti labu infus menggunakan CUB atau CLB yang mengandung parasetamol
i. Aliri usus selama 30 menit
j. Catat volume CUB atau CLB yang tertampung dalam gelas kimia dan
tentukan kecepatan alirnya (Q) = volume terukur / 30 menit
k. Potong usus tikus antara kedua ujung dan ukur panjangnya menggunakan
penggaris. Data yang terukur sebagai l
l. Ikat ujung usus dan masukkan aquades melalui ujung yang lain sampai usus
menggelembung
m. Ukur diameter usus menggunakan jangka sorong dan tentukan jari-jarinya (r)
6. Penetapan kadar parasetamol dalam CUB atau CLB yang tertampung sebagai
konsentrasi akhir (C1)
a. Pipet sebanyak 2,0 mL CUB atau CLB yang tertampung dalam gelas kimia
b. Ukur absorbansi masing masing menggunakan panjang gelombang maksimun
yang sudah dicari (point 2)
c. Hitung kadar parasetamol menggunakan persamaan kurva kaliberasi yang
didapat dari pekerjaan point 2
7. Perhitungan Papp
a. Hitung Papp (CUB) dan Papp (CLB) menggunakan data yang telah didapat
dengan memasukkan pada persamaan yang tertera pada teori dasar.
b. Bandingkan kedua Papp tersebut
c. Analisis data tersebut
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 19
LAPORAN SEMENTARA
Modul/Materi ke : ....... Kelompok ….. / …..
Judul : ..................................................................................................................................................
1. PROSEDUR KERJA
(Tuliskan dalam bentuk bagan alir/skematis)
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 20
2. DATA / PENGAMATAN
(Tuliskan dengan selengkap dan sejelas mungkin)
3 r:
Y:a+bX
4
:
5
:
d. Identitas Penelitian :
No Hewan Berat Tikus Panjang Diameter Lama alir Kecpt Alir
Usus
Usus Lart obat
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 21
1. ANALISA DATA :
Papp tikus 1 :
Papp tikus 2 :
P app tikus 3 :
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 22
3. HASIL DISKUSI
(Tuliskan hasil diskusi selama praktikum, singkat saja)
Surakarta,.................................2022
Mengesahkan
Dosen/Asisten Praktikum Praktikan,
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 23
MATERI 3
UJI PERBANDINGAN BIOAVAILABILITAS SEDIAAN TABLET
PARASETAMOL SECARA IN VITRO MENGGUNAKAN
UJI DISOLUSI
I. TUJUAN
Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu:
- Melakukan uji disolusi dan menghitung parameter-parameter uji disolusi
- Mahasiswa dapat membandingkan bioavailabilitas antara obat paten dan generic
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 24
lokasi obat akan larut. Ukuran dan bentuk wadah akan mempengaruhi laju dan tingkat
kelarutan, untuk mengamati pelarutan dari obat sangat tidak larut dalam air menggunakan
wadah berkapasitas besar. Obat-obat yang mempunyai kelarutan kecil dalam air, laju
pelarutannya seringkali merupakan tahap yang paling lambat, oleh karena itu merupakan
terjadinya efek penentu kecepatan terhadap bioavailabilitas obat, sedangkan obat yang
mempunyai kelarutan besar dalam air, laju pelarutannya cepat.
Berdasarkan proses yang dialami sediaan tablet/kapsul maka salah satu yang
menentukan kecepatan zat aktif mencapai sirkulasi sistemik adalah kecepatan disolusi. Oleh
karena itu salah satu studi biofarmasetik suatu sediaan tablet/kapsul adalah dengan
melakukan uji disolusi. Disolusi (Kecepatan pelarutan) adalah suatu ukuran yang
menyatakan banyaknya zat terlarut dalam pelarut tertentu tiap satuan waktu. Hubungan yang
menggambarkan proses pelarutan suatu zat padat dikembangkan oleh Noyes and Whitney
dalam persamaan berikut:
Beberapa obat dibuat dan dipasarkan oleh lebih dari satu pabrik farmasi. Dari studi
biofarmasetik memberi fakta yang kuat bahwa metode fabrikasi dan formulasi dengan nyata
mempengaruhi bioavailabilitas obat tersebut. Karena kebanyakan produk-produk obat
mengandung jumlah bahan obat aktif yang sama, maka dokter, farmasis dan orang lain yang
menulis resep, menyalurkan atau membeli obat harus memilih produk yang memberikan
efek terapetik yang ekivalen. Untuk memudahkan mengambil keputusan tersebut, suatu
pedoman telah dikembangkan oleh US Food and Drug Administration (FDA), dimana setiap
produk harus memenuhi uji secara iv vivo dan in vitro untuk produk-produk tertentu
untuk memastikan produk tersebut bioekivalen dan siap diedarkan.
Dua produk disebut bioekivalen jika keduanya mempunyai ekivalensi farmasetik
atau merupakan alternatif farmasetik dan pada pemberian dengan dosis molar yang sama
akan menghasilkan bioavailabilitas yang sebanding sehingga efeknya akan sama, dalam hal
efikasi maupun keamanan. Jika bioavailabilitasnya tidak memenuhi kriteria bioekivalen maka
kedua
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 25
produk obat tersebut disebut bioinekivalen. Istilah-istilah lain yang berhubungan dengan
bioekivalensi yaitu ekivalensi farmasetik, alternatif farmasetik, ekivalensi terapetik.
Alasan utama dilakukannya studi bioekivalensi karena produk obat yang dianggap
ekivalen farmasetik tidak memberi efek terapetik yang sebanding pada penderita. Dalam
suatu studi bioekivalensi, satu formulasi obat dipilih sebagai standar pembanding dari
formulasi obat yang lain. Menurut Shargel suatu syarat pembanding hendaknya :
1. Mengandung obat aktif terapetik dalam formulasi yang paling banyak berada pada
sistemik (yakni larutan atau suspensi) dan dalam jumlah sama seperti formulasi lain
yangdibandingkan.
2. Pembanding hendaknya diberikan dengan rute sama seperti formulasi yang
dibandingkan kecuali kalau suatu rute lain atau rute tambahan diperlukan untuk
menjawab masalah farmakokinetik tertentu.
3. Merupakan produk yang diterima oleh profesi kesehatan dan mempunyai sejarah
penggunaan klinik yang panjang.
4. Biasanya merupakan produk inovator atau produk dari pabrik yang pertama
memproduksi obat tersebut
Perbandingan dua produk atau formulasi atau bentuk sedian adalah secara in vitro
menggunakan disolusi terbanding. Perbandingan in vitro disolusi profil dapat
menggunakan faktor persamaan dan faktor perbedaan . Faktor Kesamaan f2 dihitung
menggunakan rumus :
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 26
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 27
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 28
LAPORAN SEMENTARA
Modul/Materi ke : ....... Kelompok ….. / …..
Judul : ..................................................................................................................................................
4. PROSEDUR KERJA
(Tuliskan dalam bentuk bagan alir/skematis)
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 29
5. DATA / PENGAMATAN
(Tuliskan dengan selengkap dan sejelas mungkin)
No Konsentrasi Absorbansi
Persamaan Kurva baku :
1 2 a:
b:
2 4
r:
3 6
Y:a+bX
4 10 :
5 12 :
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 30
6. HASIL DISKUSI
(Tuliskan hasil diskusi selama praktikum, singkat saja)
Surakarta,.................................2022
Mengesahkan
Dosen/Asisten Praktikum Praktikan,
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 31
MATERI 4
FARMAKOKINETIKA SEDIAAN ORAL
I. TUJUAN
Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu:
- Mengetahui dan memahami prinsip dan cara menentukan profil farmakokinetika
sediaan oral pada tikus
Berikut adalah kurva kadar plasma dari obat yang berikan secara oral.
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 32
Cp = B. e-kt - A. e-Kat
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 33
IV. PERCOBAAN
1. Pembuatan sediaan suspensi parasetamol
Dibuat sediaan suspensi parasetamol 125 mg/ml yang mengandung CMC Na 0,5%,
propilenglikol 0,2% dan sirupus simpleks hingga 60 ml.
2. Pembuatan kurva baku parasetamol
Larutan induk parasetamol disiapkan dengan melarutkan 100 mg dari tiap bahan
dalam 100 ml etanol, dibuat serangkaian larutan parasetamol dengan konsentrasi 10,
20, 40, 60, 80 dan 100 µg/ml (absorban yang baik antara 0,2-0,8). Panjang gelombang
maksimum parasetamol adalah 244 nm (pastikan lagi kebenaran panjang gelombang
maksimum parasetamol)
3. Pemberian obat pada tikus
Tikus harus dipuasakan selama kurang lebih 5 jam sebelum pemberian obat agar
pengaruh makanan terhadap proses farmakokinetik obat dapat dihindari. Tikus diberi
sediaan parasetamol secara oral masing-masing dengan dosis setara dengan 500 mg
dosis manusia (hitung kesetaraan dosis untuk tikus, faktor konversi 56 untuk tikus
200 gram).
4. Pengambilan darah
Sampel darah diambil dari bagian ekor tikus sebanyak masing-masing 3 mL pada 15;
30; 60; 90; dan 120 menit setelah pemberian obat. Sampel darah selanjutnya
disentrifugasi menggunakan tabung sentrifugasi pada kecepatan 4000 rpm selama 15
menit. Bagian supernatan dipipet sebanyak 2 mL dan diencerkan dengan 2 mL
campuran metanol : asam asetat 1% (80 : 20) dalam tabung sentrifugasi,
disentrifugasi kembali pada kecepatan 4000 rpm selama 15 menit. Kemudian diambil
1 mL supernatan dan ditambahkan 1 mL etanol. Kadar parasetamol dianalisis dengan
spektrofotometri ultra violet. Lakukan perhitungan untuk menentukan kadar
parasetamol dalam sampel.
5. Tentukan persamaan dan parameter-parameter farmakokinetiknya
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 34
LAPORAN SEMENTARA
Modul/Materi ke : ....... Kelompok ….. / …..
Judul : ..................................................................................................................................................
7. PROSEDUR KERJA
(Tuliskan dalam bentuk bagan alir/skematis)
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 35
8. DATA / PENGAMATAN
(Tuliskan dengan selengkap dan sejelas mungkin)
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 36
9. HASIL DISKUSI
(Tuliskan hasil diskusi selama praktikum, singkat saja)
Surakarta,.................................2022
Mengesahkan
Dosen/Asisten Praktikum Praktikan,
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 37
MATERI 5
FARMAKOKINETIKA SEDIAAN INTRAVENA
(MONO KOMPARTEMEN DAN MULTI KOMPARTEMEN)
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu:
- Mengetahui prinsip dan perhitungan parameter-parameter farmakokinetik model
mono kompartemen dan model multi kompartemen dari sediaan intravena.
Model multi kompartemen ini digunakan untuk obat yang terdistribusi pada lebih
dari satu kompartemen. Hal ini bisa terjadi karena setiap obat punya sifat dan afinitas
jaringan yang berbeda-beda. Pada model kompartemen dua terbuka berarti obat
terdistribusi dalam dua kompartemen yakni kompartemen sentral dan kompartemen
jaringan. Yang dimaksud dengan kompartemen sentral adalah darah, cairan ekstraselular,
dan jaringan-jaringan dengan perfusi tinggi. Dengan kata lain kompartemen sentral adalah
tempat dimana secara
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 38
cepat terdifusi oleh obat. Sedangkan kompartemen jaringan berisi jaringan-jaringan yang
diperfusi secara lambat. Pada model ini proses eleminasi obat dianggap terjadi dari
kompartemen sentral. Selain model dua kompatemen terkadang juga obat mengikuti model
tiga kompartemen. Pada model ini obat terdistribusi pada tiga kompartemen yakni
kompartemen dengan perfusi tinggi (sentral), komparteman dengan perfusi lambat, dan
terakhir kompartemen dengan perfusi yang sangat lambat seperti tulang dan lemak.
Berikut adalah perbandingan kurva obat terhadap waktu model satu kompartemen dan dua
kompartemen
Keberadaan model multikompartemen ini bisa diketahui dari melihat kurva kadar plasma
terhadap waktu. Obat multikompartemen ini tidak akan menunjukkan kurva eliminasi
(turun) yang linier karena ada dua bagian dari kurva turun tersebut yakni bagian distribusi
dan eliminasi.
Persamaan farmakokinetik untuk model dua kompartemen adalah :
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 39
Cp = A e –at + B e-bt
Dengan a dan b berturut turut adalah tetapan laju orde kesatu dari fase distribusi dan
eliminasi. Sedangkan A dan B adalah intersep untuk masing-masing fase.
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 40
LAPORAN SEMENTARA
Modul/Materi ke : ....... Kelompok ….. / …..
Judul : ..................................................................................................................................................
1. PROSEDUR KERJA
(Tuliskan dalam bentuk bagan alir/skematis)
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 41
2. DATA / PENGAMATAN
(Tuliskan dengan selengkap dan sejelas mungkin)
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 42
3. HASIL DISKUSI
(Tuliskan hasil diskusi selama praktikum, singkat saja)
Surakarta,.................................2022
Mengesahkan
Dosen/Asisten Praktikum Praktikan,
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 43
MODUL 6
EKSRESI
URIN
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu:
Mengukur konsentrasi obat dalam ekskresi urin dan mengetahui parameter-
parameter lain yang dapat dihitung
Memahami cara mengukur konsentrasi obat dari sampel urin
Hubungan antara jumlah kumulatif obat yang diekskresi dalam urin dan kurva kadar
obat dalam plasma–waktu diperlihatkan pada gambar 2. Obat dieliminasi secara sempurna
pada saat konsentrasi obat dalam plasma mendekati nol dimana diperoleh jumlah
maksimum obat yang diekskresi dalam urin, Xu∞.
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 44
Waktu (jam)
Untuk mendapatkan data urin yang valid harus diperhatikan beberapa hal berikut;
- Obat tak berubah yang diekskresikan dalam urin harus banyak
- Cara analisis spesifik dan selektif
- Frekuensi pengambilan cuplikan urin harus cukup (7-10 x t1/2)
- Pengosongan kandung kemih harus sempurna
- pH dan volume urine berpengaruh pada kecepatan ekskresi obat
Dalam percobaan ini, cuplikan urin dikumpulkan secara berkala setelah pemberian produk
obat. Penentuan parameter farmakokinetik dilakukan dengan menggunakan kombinasi
metode sigma minus dan residual.
IV. PERCOBAAN
A. Pengambilan Sampel
1. Urin blanko dari sukarelawan diambil sebelum obat diminum.
2. Obat yang ekivalen dengan siprofloksasin kadar 500 mg diminum oleh sukarelawan
pada jam 13.00 satu hari sebelum percobaan.
3. Urin sukarelawan dikumpulkan pada rentang waktu 13.00-16.00, 16.00-19.00, 19.00-
tidur, sesaat setelah bangun pagi, setelah bangun pagi-08.00, 08.00-13.00. Urin pada
pagi hari diambil sesaat setelah sukarelawan bangun tidur. Sukarelawan tidak boleh
minum apapun sebelum urin tersebut diambil.
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 45
4. Urin yang terkumpul ditaruh di dalam botol plastik. Volume dari tiap urin yang
terkumpul pada selang waktu tersebut diukur. Diambil sebanyak 10 ml dan disaring
kemudian disimpan di dalam vial. Semua sampel urin disimpan di dalam lemari
pendingin dengan suhu -4C.
B. Perlakuan Sampel
1. Tiap sampel urin diambil sebanyak 1000 l (1ml) dan dimasukkan ke dalam labu takar
10 ml, diencerkan dengan dapar fosfat pH 6,8.
2. Sampel urin di ukur absorbansinya pada panjang gelombang UV 271 nm (dilakukan
scaning λmax terlebih dahulu).
3. Hitung kadar siprofloksasin dalam urin.
C. Pembuatan Kurva Baku
1. Larutan induk siprofloksasin dibuat dengan cara : melarutkan 50 mg siprofloksasin
dengan sedikit metanol sampai tepat larut, ditambah dengan dapar fosfat pH 6,8
dalam labu takar sampai tepat 50 ml.
2. Kurva baku siprofloksasin : dibuat serangkaian larutan siprofloksasin dengan
konsentrasi 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45 dan 50 µg/ml dalam labu takar 10 ml
(absorban yang baik antara 0,2-0,8). Panjang gelombang maksimum siprofloksasin
adalah 271 nm (pastikan lagi kebenaran panjang gelombang maksimum
siprofloksasin antara 270-300 nm)
3. Dengan kurva kalibrasi yang didapat, hitunglah konsentrasi siprofloksasin dari sampel
urin.
4. Berdasarkan data konsentrasi obat dalam sampel urin buat kurva log dXu/dt vs tmid,
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 46
LAPORAN SEMENTARA
Modul/Materi ke : ....... Kelompok ….. / …..
Judul : ..................................................................................................................................................
1. PROSEDUR KERJA
(Tuliskan dalam bentuk bagan alir/skematis)
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 47
2. DATA / PENGAMATAN
(Tuliskan dengan selengkap dan sejelas mungkin)
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 48
3. HASIL DISKUSI
(Tuliskan hasil diskusi selama praktikum, singkat saja)
Surakarta,.................................2022
Mengesahkan
Dosen/Asisten Praktikum Praktikan,
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 49
MATERI 7
PERBANDINGAN BIOAVAILABILITAS SEDIAAN TABLET LEPAS
LAMBAT DAN TABLET BIASA
I. Tujuan Praktikum :
Mengetahui perbedaan ketersediaan hayati ( bioavailabilitas ) antara sediaan tablet lepas
lambat dengan tablet biasa .
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 50
Memang sistem pelepasan terkendali tidak bisa diterapkan pada semua jenis
obat karena hanya obat-obat tertentu dan dengan karakteristik tertentu pula yang
memungkinkan dibuat menjadi sediaan dengan sistem pelepasan terkendali. Diantaranya
untuk obat dengan waktu paruh eliminasi yang pendek, obat yang memiliki dosis terapi
kecil dan untuk obat dengan jendela terapi yang sempit.
Sebaliknya karakteristik obat obat yang tidak sesuai untuk dibuat tablet dengan
system pelepasan terkendali adalah obat dengan dosis pemberian yang cukup besar ,
obat dengan dosis yang dibutuhkan harus tepat untuk tiap orang. Serta untuk obat yang
tidak diabsorbsi secara efektif dalam bagian bawah usus halus.
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 51
V. Data percobaan :
a. Kurva Baku Vitamin C : (GUNAKAN DATA KURVA BAKU MINGGU LALU)
Konsentrasi Absorbansi (AO)
(%)
10 34 0,123
12 40 0,129
14 44 0,265
16 53 0,180
18 58 0,254
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 52
Nama :.........................................
NIM:............................................
LAPORAN RESMI :
Kel :.......... No Meja:.................
1. JUDUL :
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
................................................................
2. TUJUAN :
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
.......................................
3. DATA PERCOBAAN :
a. Kurva Baku Vitamin C :
Konsentrasi Absorbansi (AO)
(%)
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 53
b. Absorbansi sample :
4. ANALISA DATA:
a. Menentukan kadar vitamin C dengan memasukkan harga absorbansi ke
dalam persamaan kurva baku yang diperoleh.
b. Konversikan kadar vitamin C dari % b/v ke mg/ml
Q = jumlah Vitamin C
C = konsentrasi vitamin C
V = vulome urin
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 54
T C V Q
(kons)
(menit) (Vol) (Jumlah)
Q ( mg)
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 55
5. PEMBAHASAN :
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
...........................................
6. KESIMPULAN :
......................................................................................................................... ......................
................................................................................................... ............................................
............................................................................. ..................................................................
....................................................... ........................................................................................
.................................
7. PUSTAKA :
......................................................................................................................... .......................
.................................................................................................. ..............................................
........................................................................... .....................................................................
.................................................... ............................................................................................
............................. ...................................................................................................................
...... ......................................................................................................................... ................
.........................................................................................................
Mengetahui, …………………20…
Dosen Praktikan,
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 56
MATERI TAMBAHAN
MODELING FARMAKOKINETIK DENGAN PROGRAM FARMAKOMETIC
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu:
Menentukan parameter farmakokinetik pemberian oral dan intra vena
Menghitung parameter farmakokinetik melalui program farmakometic
Menggunakan program Farmakometic untuk perhitungan farmakokinetik
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 57
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 58
IV.PERCOBAAN
A. Instalasi Aplikasi Farmakomatic 1.0
a. Masukkan CD Installer Farmakomatic 1.0 ke dalam CD-ROM
b. Jika fungsi autorun CD-ROM diaktiftkan, maka instalasi aplikasi Farmakomatic 1.0 akan
berjalan secara otomatis. Jika proses autorun tidak berjalan, eksekusi file Setup.exe
pada direktori utama dari CD Installer Farmakomatic 1.0.
c. Ikuti Instruksi instalasi yang terdapat pada layar sampai proses instalasi selesai.
131415
16
17
2 4 68 10 12
1 3 5 7 9 11
D.Memulai Menggunakan
Aplikasi Farmakomatic 1.0
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 59
Untuk memulai aplikasi dapat menekan menu : File → New, atau menekan
Tombol New ( ) pada toollbar atau dapat pula menggunakan shortcut dengan cara
menekan tombol (Ctrl + N) pada keyboard. Kemudian akan keluar tampilan sebagai
berikut:
2 Keterangan gambar :
1. Kolom kelengkapan data
2. Kolom pengisian data
b. Dosis Obat diisi dengan karakter angka dari dosis obat yang digunakan (dalam
satuan mg/kg). Sebagai contoh digunakan dosis 2 mg/kg
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 60
Ketika jumlah sukarelawan dan jumlah sampel diketikan, kolom pengisian data dan
kolom berat badan sampel secara otomatis akan berubah sesuai dengan jumlah
yang diisikan.
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 61
b. Secara copy-paste
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 62
Metode pengisian ini dapat dilakukan apabila telah memiliki data yang diketikkan
didalam aplikasi office (excel atau spreedshet dan word atau wordprocessing).
Misalkan terdapat file excel yang berisi data sebagai berikut :
Data
yang di-
copy
Sorot (click & drag) cell pada Excel yang mengandung data kemudian copy
data tersebut.
Kembali ke aplikasi Farmacomatic 1.0, kemudian sorot (click & drag) cell
atau klik pada bagian pojok dari kolom data utama
atau
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 63
berikut :
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 64
Untuk mengisi kolom berat badan dapat dilakukan dengan cara yang sama
seperti diatas.
Hal-hal yang harus diperhatikan.
Copy-paste dapat dilakukan pula dari kolom data utama ke dalam
aplikasi Office.
Dalam melakukan copy-paste data dari aplikasi office ke Farmacomatic
1.0 perlu diperhatikan jumlah kolom dan baris yang tersedia pada
kolom input data utama dimana jumlah yang terdapat pada office
harus sama dengan jumlah yang telah disediakan oleh operator pada
kolom input data utama.
Jumlah kolom dan baris pada kolom input data utama dapat diatur
dengan mengubah-ubah nilai jumlah sukarelawan dan jumlah sampel.
Sebelum melangkah ke tahap selanjutnya, pastikan semua data yang
diperlukan diisikan dengan lengkap dan tepat.
3. Menyunting isi input data.
Untuk melakukan penyuntingan isi pada form input data maka dapat melakukan
dengan cara :
a. Melakukan pemotongan data (cut) dapat dilakukan dengan cara menyorot cell data
yang akan di-cut kemudian menekan icon cut pada toollbar atau dengan menekan
“Ctrl + X” pada keyboard atau dengan melakukan klik kanan pada cell dan
kemudian memilih menu cut atau dapat pula dengan membuka menu Edit →
Cut (untuk lebih jelas lihat kembali cara melakukan paste data
b. Melakukan penghapusan data per karakter untuk tiap cell dapat dilakukan dengan
menggunakan tombol del atau backspace pada keyboard
c. Melakukan penghapusan data per cell (delete) dapat dilakukan dengan cara
menyorot cell data yang akan di-delet kemudian menekan icon cut pada toollbar (
) atau dengan melakukan klik kanan pada cell dan kemudian memilih menu delete
atau dapat pula dengan membuka menu Edit → Delete (untuk lebih
jelas lihat kembali cara melakukan paste data.
d. Apabila ingin mengosongkan semua isi form input data, maka dapat dilakukan
secara cepat dengan menekan tombol kosongkan form.
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 65
4. Melakukan proses pengolahan data. Setelah proses pengisian form pada input data
selesai, maka data siap untuk diproses dengan meng-klik tombol proses
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 66
Setelah meng-klik tombol proses pada halaman input data maka akan keluar halaman
output data yang didalamnya terdapat grafik logaritmik, aritmatik, dan perhitungan
parameter farmakokinetik dari data yang dimasukkan pada halaman input data. Secara
default tampilannya sebagai berikut :
2
1
4
3
Keterangan Gambar :
1. Kotak tampilan grafik (logaritmik/aritmatk) dari data yang diolah
2. Kotak tampilan parameter farmakokinetik dari data yang diolah
3. Tombol Listbox pengatur tampilan dari kotak grafik dan kotak parameter
farmakokinetik
4. Checkbox untuk menampilkan garis regresi dan persamaan garis pada grafik
logaritmik
5. Tombol Listbox pengatur jumlah data yang digunakan dalam penentuan garis
regresi.
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 67
1. Tampilan grafik secara default akan menampilkan grafik logaritmik dari data yang
diolah. Untuk mengubah tampilan grafik dari grafik logaritmik menjadi aritmatik dapat
menekan tombol listbox.
2. Pada saat menggunakan sukarelawan (sampel data) lebih dari satu maka untuk
menampil grafik dari sukarelawan tersebut dapat dipilih melalui listbox sukarelawan.
Pada contoh hanya menggunakan satu sukarelawan sehingga yang ditampilkan hanya
sukarelawan 1 dan rata-rata.
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 68
Setelah pilihan listbox kompartemen diisi, maka kotak tampilan parameter akan terisi
hasil perhitungan parameter-parameter farmakokinetik dari data dengan
menggunakan perhitugan matematikan dari model kompartemen yang dipilih.
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 69
Garis regresi dan persamaan garis hanya bisa ditampilkan pada tampilan grafik
logaritmik. Untuk menapilkan garis regresi tersebut maka tinggal memilih garis regresi
yang ingin ditampilkan dengan cara mengisi kotak checkbox garis regresi tersebut.
Sebagai contoh untuk menampilkan garis regresi pada data parasetamol di atas dapat
dilakukan dengan cara:
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 70
a. Mecetak (print) data, garfik, dan parameter faramakokinetik hasil pengolahan aplikasi
Untuk melakukan pencetakan kedalam kertas dapat dilakukan dengan cara meng-klik
icon print ( ) kemudian akan keluar option bagian-bagian apa saja yang akan di
cetak kedalam kertas. Pilihlah bagian-bagian yang akan di cetak dengan cara
menambahkan tanda centang pada kotak yang tersedia.
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 71
Untuk keluat dari aplikasi Farmakomatic 1.0 dapat dilakukan dengan cara mengklik tanda
silang di pojok kanan atas aplikasi.
LAPORAN SEMENTARA
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 72
Judul : ..................................................................................................................................................
1. PROSEDUR KERJA
(Tuliskan dalam bentuk bagan alir/skematis)
2. DATA / PENGAMATAN
(Tuliskan dengan selengkap dan sejelas mungkin)
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 73
3. HASIL DISKUSI
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 74
Surakarta,.................................2017
Mengesahkan
Dosen/Asisten Praktikum Praktikan,
REFERENSI
Laboratorium Biofarmasetika-
Modul praktikum farmakokinetika 75
Gibaldi, M and Pierre, D., 2007, Pharmacokinetics, 2 nd Ed, Informa Healthcare, New York
Gummadi, S.,Thota, D., Varri,S.V., Vaddi, P., Lakshmi, V., Seshagiri, N.,Jillella, R., 2012,
Development and validation of UV spectroscopic methods for simultaneous
estimation of ciprofloxacin and tinidazole in tablet formulation, International
Current Pharmaceutical Journal, 1(10): 317-321
Hakim, L., 2010, Farmakokinetika, Bursa Ilmu, Karangkajen, Yogyakarta
Jambhekar, S.S., 2009, Basics Pharmacokinetics, Pharmaceutical Press
Penuntun Praktikum Farmakokinetik, Sekolah Farmasi ITB, Bandung
Prabu, Lakshmana S., Extraction of Drug from the Biological Matrix; A Review, (diunduh dari
www.intechopen.com pada tanggal 23/10/2013)
Qadri, M., 2005, Program Farmakometic 1,0., Sekolah Farmasi ITB, Bandung
Rescigno, A., 2004, Foundations of Pharmacokinetics, Kluwer Academics Publisher, USA
Shargel, L., Wu-Pong, S.,Yu, A.B.C., 2012, Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan, alih
bahasa, Fasich, Budi Suprapti, Edisi Kelima, Pusat Penerbitan dan Percetakan
Universitas Airlangga, Surabaya.
Sharma, R., Pathodiya, G., Mishra, P.G., Sainy, J., 2011, A novel spectrophotometric method
for quantitative deter-mination of Ciprofloxacin hydrochloride and Tinidazole in
tablets using hydrotropic solubilizing agent. Journal of Pharmacy Research, 4(3),
859-861.
Laboratorium Biofarmasetika-