Anda di halaman 1dari 7

Daffa rasdit

1. Apa yg membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya

Jawab:

Baik terimakasih, pertanyaan pertama akan saya jawab. kebaruan dalam tugas akhir skripsi
tidak harus dilakukan, namun dalam hal keunikan harus diperhatikan. keunikan penelitian ini
yang pertama adalah lokus yang digunakan sudah berfokus kepada wilayah lampung. dilihat
dari kebaruan datanya penelitian ini menggunakan penelitian tahun 2020 yang tidak terlalu
lama lama untuk diangkat sebagai penelitian. kemudian dari variabel penelitian, beberapa
penelitian sebelumnya itu kebanyakan menggunakan variabel psikologis atau kesehatan,
jarang untuk melihat ada penelitian mengenai perilaku merokok yang dilihat dari sosial
demografinya seperti pada penelitian Islam, et al yang melihat dari segi sosial demografinya
namun tentu unit analisis dan cakupan penelitian yang digunakan tentu sangat berbeda,
kemudian dalam penelitian tersebut yang sudah menggunakan variabel sosial namun tidak
terdapat variabel peran anggota rumah tangga yang menjadi peran yang cukup dekat
terhadap perilaku merokok remaja, sedangkan dalam penelitian ini terdapat perilaku
merokok anggota rumah tangga selain unit analisisnya. keunikan juga dapat dilihat
mengenai beberapa variabel yang tidak signifikan seperti daerah tempat tinggal yang mana
dalam hal ini pada beberapa penelitian dan kebanyakan penelitian malah memperoleh hasil
signifikan dari daerah tempat tinggal terhadap perilaku merokok. karena hasil yang berbeda
tersebut sudah wajar dalam penelitian sosial, mengingat sosial bukan ilmu pasti dan bisa
berubah kapan saja dengan variabel yang sama tergantung unit dan kebaruan tahun
penelitian. kemudian keunikan terletak pada kecenderungan perilaku merokok pada remaja
tidak miskin lebih tinggi daripada yang miskin, padahal menurut Wandita (2020), rata-rata
pengeluaran rumah tangga miskin pada penelitiannya untuk konsumsi rokok lebih besar
daripada biaya pendidikan, dan kesehatan.

2. Kenapa menggunakan data tahun 2020. Padahal klo mau yg terbaru, ada susenas 2021

Jawab:

Baik untuk pertanyaan mengapa menggunakan data susenas maret 2020 untuk analisisnya.
sebenarnya dalam penyusunan latar belakang masalah dilakukan berdasarkan persentase
merokok menurut publikasi data BPS, kemudian tahun dengan persentase merokok terbesar
yaitu di provinsi lampung dengan tahun terbarunya pada saat penusunan pertamakali
penelitian ini yaitu pada tahun 2020, waktu itu. kemudian pada saat itu juga tujuan penelitian
saya yang juga dilakukan untuk menganalisis data remaja pria merokok tahun 2020 dengan
wilayah yang digunakan yaitu provinsi lampung berdasarkan persentase merokok menurut
provinsi pada tahun tersebut juga sanga tiggi. sehingga dasar penggunaan yang cukup kuat
juga sudah sesuai mengapa menggunakan tahun 2020 sebagai tahun dalam penelitian ini.
Meskipun pada akhirnya data tahun 2021 tersebut dirilis, namun dasar untuk menggunakan
tahun tersebut pada publikasi data dinamis BPS, sehingga belum mempunyai dasar saat itu.
Data persentase merokok menurut provinsi tahun 2021 baru dirilis pada tabel dinamis pada
20 desember 2021, sedangkan penelitian yang saya lakukan sudah berjalan sangat jauh.
namun terlepas dari itu, dasar penggunaan provinsi lampung tahun 2020 juga sudah cukup
kuat, mengingat provinsi lampung pada tahun 2020 merupakan persentase merokok
tertinggi.
3. Kenapa pendidikan di cut off pada smp-sma dan d1 ke atas. Padahal menurut uu
pendidikan, smp termasuk pendidikan dasar bersama dgn sd, sma pendidikan menengah,
dan pendidikan diploma dan sarjana termasuk pendidikan tinggi.

Jawab:

baik terimakasih, jadi mengapa dalam penelitian saya mengkategorikan smp-sma padahal
smp termasuk pendidikan dasar dalam UU pendidikan di Indonesia. baik untuk menanggapi
hal ini, kategori mengacu kepada penelitian Islam et al (2020). Kemudian
pengkategoriannya tidak sekolah dan SD menjadi maksimal Sd dan tidak mengkategorikan
SD dengan SMP karena kategori remaja pria tidak sekolah dalam data penelitian ini sangat
sedikit, dan jika hanya mengkategorikan kedalam variabel tidak sekolah saja, maka bisa
saja walaupun akan signifikan namun odds rasionya tidak normal yaitu akan terlalu kecil
atau terlalu besar tergantung kategori referensi, hal tersebut tentunya sudah saya coba.
untuk itu saya mengkategorikan tidak sekolah kedalam maksimal sd, sejalan dengan
penelitian fitroni dan zain (2013) yang mengkategorikan tidak sekolah kedalam maksimal
SD. namun tidak hanya menurut penelitian itu, ada penelitian lain juga yaitu Pratiwi,
Asnuddin, Hasriani, Jumarni (2022) yang mengkategorikan maksimal SD, SMP sampai
SMA, dan Diploma dan S1. Namun karena dalam pendidikan remaja pria tersebut ada yang
berpendidikan diatas S1, sehingga menyatukan dalam satu kategori yaitu minimal diploma
1. sehingga hal tersebut sudah cukup kuat untuk mengkategorikan berdasarkan penelitian
lainnya.

4. Kenapa menggunakan unit analisisnya 12-25 tahun. Sedangkan BKKBN mendefinisikan


remaja 10-24 tahun, who dan UN 10-19 tahun, permenkes no 25 tahun 2014 10-18. Bahkan
menurut who, penduduk usia 10-19 tahun ini lebih rentan terhadap perilaku merokok karena
usia tersebut masih dalam usia pertumbuhan, perubahan emosional, fisik, biologis,
psikologi, masa pubertas, dan peningkatan hormon.

Jawab:

5. Bagaimana uji asumsi multikolinearitasnya?

Jawaban:

mengenai uji asumsi multikolinieritas ya, baik izin menjawab. sebenarnya multikolinearitas
itu memiliki makna adanya hubungan linear sempurna antar variabel, tentu harusnya semua
variabel independen adalah data numerik, jadi dalam kategorik tidak dapat dilakukan uji
multikolinieritas seperti pada uji asumsi klasik pada regresi linear. Namun mengenai uji
multikolinieritas tersebut juga sempat saya permasalahkan setelah melihat olah data dalam
beberapa website dan tutorial lainnya mengenai analisis regresi logistik biner. Akan tetapi
mengenai uji ini jarang dilakukan dalam penelitian untuk menguji apakah ada asumsi
multikolinearitas dengan analisis regresi logistik biner, hampir tidak ditemukan dalam
beberapa penelitian. seperti pada penelitian dukalang (2019) yang menguji asumsi
multikolinearitas dengan data kategorik. hal ini juga sempat saya baca dalam penelitian Sitti
Imaslihkah, Madu Ratna, dan Vita Ratnasari, yang juga menggunakan uji multikol, namun
dalam penghitungannya menggunakan korelasi, dan menyebutkan ketika korelasi dibawah
0,6 maka analisis dapat dilanjutkan. dalam buku hosmer yang juga sebagai bahan acuan
saya, belum menemukan uji tersebut sebagai asumsi dalam melakukan analisis regresi
logistik biner. namun untuk memastikan saya juga melihat korelasi variabel independen
dalam penelitian ini, dan menghasilkan tidak terdapat korelasi 0,6 keatas, sehingga hal
tersebut tidak terlalu dipermasalahkan.

6. Mengapa tidak menggunakan tabel klasifikasi dan kurva roc dalam melihat baik tidaknya
model yg sudah terbentuk?

Jawab:

Dalam penelitian ini tidak melakukan tabel klasifikasi model mengingat tujuan penelitian
hanya sampai pada menganalisis variabel yang signifikan, kemudian melakukan odds ratio,
tidak terdapat tujuan untuk mengklasifikasikan. menurut buku Hosmer yang saya jadikan
sebagai acuan juga menyebutkan untuk uji kesesuaian data dapat dilakukan dengan hosmer
dan lemeshow test. ketika dilakukan uji kesesuaian menggunakan hosmer juga hasilnya
gagal tolak H0, yang berarti sudah cukup hanya menggunakan hosmer and lemeshow test.

Bintang

7. Pada penelitian anda ini, anda menggunakan unit analisis remaja. Mengapa dalam
penelitian ini anda masih memasukkan kategori remaja dalam variabel x anda, bukankah
kajian ini merata untuk semua kategori remaja ?

Jawab:

baik izin menjawab, mungkin yang dimaksud saudara bintang adalah mengapa masih
mengkategorikan usia remaja. nah jadi sebenarnya dalam penelitian ini adalah variabel usia
kemudian dikategorikan, beberapa literatur juga mengkategorikan sesuai dengan kajian teori
mereka, begitu juga dalam penelitian ini. nah penelitian ini menggunakan kategori usia
remaja berdasarkan kemenkes dalam amin dan juniati (2017) yang menyebutkan usia
remaja awal adalah penduduk dengan usia 12 sampai 16 tahun dan remaja akhir adalah
penduduk dengan usia 17 sampai 25 tahun. menurut beberapa penelitian mengenai perilaku
merokok juga memasukkan variabel usia ke dalam penelitian seperti menurut islam, et al
(2020).

8. Mengapa menggunakan status perkawinan utk remaja, mengingat remaja sangat identik
dgn kondisi yg belum menikah? Apakah ini relevan ?

Jawab:

mengenai penggunaan status perkawinan, pada penelitian ini fokusnya lokus remaja
berdasarkan umur, karena ada juga usia yang baru mencapai remaja juga sudah kawin,
atau bahkan ada beberapa fenomena sosial terkait anak anak yang sudah kawin. sehingga
fokusnya remaja pada penelitian ini berdasarkan umurnya bukan berdasarkan pandangan
masyarakat mengenai kedewasaan “owh karena dia sudah menikah walaupun belum
menginjak usia dewasa sebagai sudah dewasa”, karena ketika dikategorikan berdasarkan
pemikiran tertentu mengenai istilah sudah dewasa karena sifat, maka pengkategoriannya
akan sangat sulit, sehingga dalam hal ini semua penduduk yang berusia remaja baik sudah
menikah atau tidak, selama mempunyai status merokok atau tidak, maka masuk dalam
sampel penelitian ini. sehingga dapat disimpulkan remaja dalam penelitian ini berdasarkan
usianya. mengingat juga ada salah satu indikator sdgs mengenai perkawinan usia anak
yaitu masih usia anak namun sudah melakukan perkawinan, hal itu juga diperkuat dengan
fenomena pernikahan usia dini di Indonesia yang mana menikah pada usia dibawah usia
yang ditetapkan undang-undang dikatakan melakukan pernikahan usia dini. yang
mengartikan kategori anak, remaja, dan juga dewasa dapat dikategorikan menggunakan
usianya, walaupun sudah kawin.
kemudian juga ada beberapa penelitian yang pernah saya baca terkait juga ada yang
memasukkan perkawinan ke dalam penelitian berkaitan usia remaja, yaitu Reda,et al (2012)
dengan judul Determinants of cigarette smoking among school adolescents in eastern
Ethiopia: a cross-sectional study, unit analisisnya adalah remaja sekolah, namun dalam
variabel tersebut terdapat status perkawinan. kemudian saya sempat membaca juga dalam
jurnal seminar official statistik 2019 pada penelitian Zahrani dan pak made mengenai
DETERMINAN PERILAKU REMAJA MEROKOK SETIAP HARI DI INDONESIA yang juga
memasukkan status perkawinan kedalam variabel independen.
dan tentunya banyak lagi yang memasukkan variabel perkawinan dalam sampel remaja,
meskipun juga banyak yang diluar topik perilaku merokok.

9. Dalam penelitian ini apakah anda telah melakukan pembanding untuk memilih pemodelan
yg baik ? Apakah anda sendiri telah melakukan pemilihan model dan variasi variabel dsb
nya?
Jawab:
jadi untuk apakah model yang digunakan sudah baik atau tidak dalam penelitian ini tidak
membandingkan dengan metode lainnya, mengingat tujuan dalam penelitian ini diantaranya
hanya melihat variabel yang signifikan dan melihat odds rationya. maka hanya cukup
dengan membentuk regresi logistik biner mengingat pengkategorian variabel dependen
yang merupakan kategorik dan dibagi menjadi dua variabel. kemudian model hanya cukup
dilakukan uji kesesuaian model, karena model telah sesuai maka model sudah dapat
diinterpretasikan menggunakan odds ratio. jadi pada intinya penelitian ini tidak
menggunakan pembanding model seperti nilai AIC, mengingat model yang terbentuk hanya
regresi logistik biner dengan kategori yang sudah berdasarkan penelitian terkait yang
digunakan dalam penelitian ini.

10. Mengapa anda menggunakan tk signifikansi 10 persen, apakah alasan yg


mendasarinya? Apakah hal ini dilakukan utk mengakomodir variabel pendidikan D1 agar
menjadi berpengaruh signifikan .

jawab:
baik, terimakasih pertanyaannya bintang. izin menanggapi, jadi sebelumnya dalam
penelitian itu akan bermacam-macam tingkat signifikansi sesuai kepentingan penelitian,
seperti penelitian-medis atau penelitian kesehatan dan penelitian dengan resiko sangat
tinggi tentu menggunakan tingkat signifikansi sekecil-kecilnya, bahkan ada yang
menggunakan 0,5 persen, tentu hal tersebut berkaitan dengan interval kepercayaan agar
keberhasilan semakin tinggi contohnya misalkan dalam efektifitas obat tertentu dalam
medis. sedangkan kembali lagi bahwa tergantung kepentingan, untuk penelitian sosial itu
baik tingkat signifikansi 5 persen atau 10 persen masih boleh digunakan, untuk alasannya
mengapa menggunakan 10 persen adalah benar karena mengakomodir kategori minimal D1
namun tentunya dengan tingkat signifikansi yang dapat ditoleransi.

Ruti

11. terkait variabel status kemiskinan. mengapa di hasil rosi penduduk miskin memiliki
kecenderungan yg lebih tinggi?

jawab:

Baik terimakasih, jadi mengapa di hasil ternyata penduduk miskin memiliki kecenderungan
yang lebih tinggi. pertama saya liat pada bagian analisis deskriptif dari penelitian ini. pada
analisis deskriptif persentase merokok pendududk miskin sangat besar yaitu sebesar 34,83
persen, meskipun persentase tersebut dalam kategorinya lebih tinggi sedikit dari persentase
merokok, ingat ini masih dalam kategorinya, namun jika dilihat dari persentase remaja
miskin itu sangat kecil sehingga persentase yang kecil tersebut ketika dicari jumlahnya maka
akan sangat jauh sekali dengan jumlah remaja tidak miskin yang merokok. dari sana juga
bisa jadi mengindikasikan kecenderungan untuk merokok malah lebih besar pada remaja
pria tidak miskin. terus selain itu hal tersebut sudah sejalan menurut penelitian Sihombing
dan Arsani (2020). meskipun ada hasil yang mengatakan beda, namun justru dalam
fenomena kesejahteraan miskin atau tidaknya itu merupakan fenomena yang dapat dilihat
dari kacamata sosial, dan penelitian sosial tidak tentu harus sama semua menurut teori A
atau atau penelitian B. tergantung cakupan penelitian dan sampel penelitian.

12. pada bagian saran rosi menyarankan menggunakan variabel status konsumsi alkohol.
bukankah variabel tersebut dapat diketahui dari survei susenas kuesioner KP?

Jawab:

jadi untuk saran tersebut salah satu variabel yang dapat ditambahkan adalah konsumsi
alkohol, namun setelah saya cek kembali ternyata benar bahwa konsumsi alkohol juga ada
dalam susenas maret yaitu modul konsumsi dan pengeluaran. akan tetapi saya belum
mengecek data apakah data minum alkohol proporsional atau tidak. hal ini murni dari
kesalahan saya sendiri kemudian akan memperbaiki bagian saran. karena dalam saran
minum alkohol adalah salah satu yang dapat disarankan, maka variabel lain juga yang tidak
tercakup pada penelitian ini seperti pada penelitian So dan yeo (2015) yang salah satunya
variabel tingkat stress. nah hal tersebut dapat didekati menggunakan gangguan emosional,
dalam susenas kor juga terdapat variabel tersebut, namun setelah saya cek mengenai
datanya ternyata datanya tidak proporsional artinya sangat sedikit sekali yang menjawab
mengalami gangguan perilaku emosional. sehingga hal tersebut juga dapat disarankan
dengan lokus yang berbeda dan data yang juga dapat berbeda dari penelitian ini.
13. cara pengkategorian keberadaan anggota rumah tangga yang merokok selain remaja
pria, nah kalimatnya kan seakan2 kalau misalnya dalam 1 ruta terdapat 2 perokok dan
sama2 remaja pria berarti tidak ada pengaruh dari remaja pria lainnya dong atau gimana?

jawab:
Jadi dalam pengkategoriannya menggunakan beberapa penelitian diantaranya Ruli (2020);
Jamison, et al (2010); Jamal, Abdullah, & Abdullah (2020); Mallol, et al (2021). yang mana
diantaranya status merokok orang tua, dan status merokok saudara. mengingat semua
anggota rumah tangga dapat berkontribusi dalam mememengaruhi perilaku merokok.
sehingga untuk mendekati variabel tersebut digunakanlah semua anggota rumah tangga
selain remaja pria yang menjadi unit analisis. kemudian cara pengkategoriannya, yaitu
dengan menjumlahkan semua kategori merokok berkode 1 setiap rumah tangga, kemudian
menguranginya dengan status remaja pria dengan status merokok, hasil pengurangan yang
sama dengan 0 mengartikan tidak ada perokok lain dalam anggota rumah tangga. hasil
pengurangan dengan minimal 1 yang mengartikan ada perokok lain dalam rumah tangga.

14. apakah karakteristik remaja pria merokok ini tidak dipengaruhi oleh variabel yang
mewakili karakteristik pada tingkat wilayah sehingga dalam analisis hanya menggunakan
satu level, yaitu individu?

Jawab:
untuk mengetahui apakah tidak dipengaruhi oleh variabel yang mewakili karakteristik pada
tingkat wilayah seperti persentase miskin pada level desa/kelurahan tersebut belum
dilakukan. namun mungkin dalam beberapa penelitian sudah dilakukan mengenai variabel
pada tingkat wilayah sehingga hal tersebut akan menjadi saran yang cukup baik untuk saya,
namun untuk mempertimbangkannya sepertinya akan sulit mengingat analisis bisa berubah
menjadi multilevel, dan tidak memungkinkan untuk saat ini. sehingga analisis yang saya
gunakan hanya pada level individu saja.

Anda mungkin juga menyukai