Anda di halaman 1dari 15

Hari, Tanggal Seminar : Kamis, 30 Juni 2022

Ruang/Sesi/ Pukul Seminar : R. 266/ 2/ 09.30-10.30 WIB

Determinan Perilaku Merokok Remaja Pria di Provinsi


Lampung Tahun 2020

Moh Fahrurrosi*1, Maarif Ibnu Khoer2


1
(4SK1/211810425)

e-mail: *1211810425@stis.ac.id, 2ibnu@bps.go.id

Abstrak
Menurut publikasi Badan Pusat Statistik (BPS), persentase merokok di Provinsi Lampung
tahun 2020 merupakan tertinggi diantara provinsi lainnya di Indonesia. Keputusan merokok
biasanya terjadi pada remaja, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI)
menyebutkan remaja menurut umurnya yaitu penduduk berusia 12 sampai 25 tahun. Hasil olahan
data susenas Maret 2020 mengenai persentase merokok pada laki-laki lebih besar daripada
perempuan dan menjadi indikasi adanya permasalahan mengenai perilaku merokok remaja pria.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis determinan yang memengaruhi perilaku
merokok remaja pria di Provinsi Lampung tahun 2020 menggunakan analisis regresi logistik
biner. Berdasarkan hasil analisis sebanyak 33,91% remaja pria merokok jenis tembakau. Dengan
menggunakan tingkat signifikansi 10% hasil pengujian menunjukkkan variabel yang signifikan
memengaruhi remaja pria untuk merokok antara lain tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh,
status perkawinan, kategori usia remaja, keberadaan perokok dalam rumah tangga selain remaja
pria, status bekerja, dan status ekonomi rumah tangga remaja pria. Sedangkan kecenderungan
terbesar pada kategori usia remaja akhir.

Kata kunci: merokok, regresi logistik biner, Susenas

Abstract
According to the publication of the Badan Pusat Statistik (BPS), the percentage of
smoking in Lampung Province in 2020 is the highest among other provinces in Indonesia. The
decision to smoke usually occurs in adolescents, the Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
(Kemenkes RI) states that adolescents according to age are people aged 12 to 25 years. The
results of the March 2020 Susenas data processing regarding the percentage of smoking in males
is greater than that in females and is an indication of problems regarding the smoking behavior
of male adolescents. This study aims to analyze the determinants that affect the smoking behavior
of male adolescents in Lampung Province in 2020 using binary logistic regression analysis.
Based on the results of the analysis, as many as 33.91% of teenage boys smoked tobacco. By using
a significance level of 10%, the test results show that variables that significantly influence male
adolescents to smoke include the last education level taken, marital status, adolescent age
category, the presence of smokers in households other than male adolescents, working status, and
household economic status of adolescents. Men. Meanwhile, the biggest trend is in the late
adolescent age category.

1
 ISSN: 1978-1520

1. PENDAHULUAN

Salah satu tujuan dalam Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu pada bagian pilar
sosial tujuan ketiga mewujudkan kehidupan yang sehat dan sejahtera, dengan melihat kelayakan
kesehatan hidup bagi Indonesia. Dalam tujuan tersebut terdapat target yang ingin dipenuhi, salah
satunya memperkuat pelaksanaan the Framework Convention on Tobacco Control WHO di
seluruh negara sebagai langkah yang tepat. Hal tersebut bertujuan untuk melihat prevalensi tinggi
penduduk yang merokok dan dapat berisiko terhadap kondisi kesehatan masyarakat.

Penggunaan tembakau merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Hal
tersebut menjadi ancaman kesehatan masyarakat diseluruh dunia. Tembakau membunuh lebih
dari 8 juta orang setiap tahun. Lebih dari 7 juta kematian akibat dari penggunaan tembakau aktif,
sementara sekitar 1,2 juta kematian disebabkan terpapar asap rokok adalah bukan perokok (WHO,
2021). Semua bentuk penggunaan atau konsumsi tembakau sangat berbahaya, penggunaan paling
umum dari tembakau di seluruh dunia dalam bentuk rokok. Kematian tersebut disebabkan
beberapa penyakit yang mematikan akibat mengkonsumsi rokok, menurut WHO (2019), penyakit
berbahaya yang diakibatkan merokok, diantaranya serangan jantung, stroke, kanker pada saluran
pernafasan, dan ganguan-gangguan lainnya yang diakibatkan merokok.

40 32,55
33,43
35 32,31
30
25
20
15
10
5
0
KEP. BANGKA…
NUSA TENGGARA…

NUSA TENGGARA…
KALIMANTAN…

KALIMANTAN…
DKI JAKARTA

MALUKU

SULAWESI UTARA

GORONTALO
SUMATERA SELATAN

LAMPUNG
DI YOGYAKARTA

KALIMANTAN TIMUR

JAMBI
PAPUA
SUMATERA UTARA

JAWA TIMUR

ACEH
RIAU

MALUKU UTARA
BALI

PAPUA BARAT

JAWA TENGAH

SULAWESI TENGAH
BANTEN
SULAWESI BARAT

KALIMANTAN BARAT

JAWA BARAT
KALIMANTAN UTARA

SUMATERA BARAT
KEP. RIAU
SULAWESI TENGGARA
SULAWESI SELATAN

BENGKULU

Sumber: Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id)


Gambar 2. Persentase merokok penduduk usia 15 tahun keatas di Indonesia tahun 2020.

Sebaran prevalensi perokok di Indonesia menurut provinsi cukup rata. Namun ada
beberapa provinsi yang menyebabkan jumlah perokok di Indonesia menjadi tinggi. Menurut situs
Badan Pusat Statistik (BPS), persentase merokok tertinggi penduduk 15 tahun keatas menurut
provinsi pada tahun 2020, Provinsi Lampung adalah Provinsi dengan persentase mencapai 33,43
persen. Selanjutnya disusul oleh Jawa Barat dan Bengkulu berturut-turut sebesar 32,55 persen
dan 32,31 persen. Persentase merokok pada data diatas mengindikasikan bahwa tingginya jumlah
perokok pada provinsi tersebut.
Menurut Global Youth Tobacco Survey (GYTS) tahun 2019 menunjukkan bahwa 40,6
persen pelajar di Indonesia usia 13 sampai 15 tahun baik laki-laki maupun perempuan pernah
mengkonsumsi produk tembakau dengan cara dihisap atau dikunyah. Sebanyak 68,2 persen
merupakan pemakai dengan jenis kelamin laki-laki dan 14,3 persen merupakan pemakai dengan
jenis kelamin perempuan. Kecenderungan mengkonsumsi produk tembakau jenis rokok pada pria
lebih besar daripada perempuan (Tindimwebwa, Ajayi, & Adeniyi, 2021).
2
IJCCS ISSN: 1978-1520

Upaya yang dapat dilakukan dalam menekan jumlah perokok seharusnya dapat ditangani
dengan baik oleh rumah tangga maupun pemerintah. Salah satunya dengan mencegah perilaku
merokok agar tidak meningkat, terutama bagi remaja. Pengamanan remaja dari terpaparnya oleh
rokok perlu dilakukan, hal tersebut sejalan dengan Peraturan Pemerintah No.109 tahun 2012
tentang penyelenggaraan pengamanan penggunaan produk tembakau untuk melindungi anak dan
remaja. Upaya lain yang dapat dilakukan dengan membatasi akses remaja dalam memperoleh
informasi untuk memulai merokok.

Tabel 1. Persentase Merokok Usia 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin di Provinsi
Lampung tahun 2020
Jenis Kelamin
Status Merokok
Laki-laki Perempuan

Merokok 64.56% 2.26%

Tidak Merokok 35.44% 97.74%


Sumber: Susenas Maret 2020 (diolah)

Tabel 1 merupakan persentase merokok usia 15 tahun keatas menurut jenis kelamin di
Provinsi Lampung tahun 2020. Terlihat bahwa persentase merokok pada laki-laki yaitu 64,56
persen. Persentase tersebut jauh lebih tinggi dari perempuan yang pada angka 2,26 persen. Hal
tersebut menunjukkan bahwa laki-laki cenderung lebih banyak dibanding perempuan untuk
merokok, kemudian menjadi candu terhadap rokok tersebut. Laki-laki memiliki kecenderungan
untuk merokok daripada perempuan (Tindimwebwa, Ajayi, & Adeniyi, 2021).
Keputusan untuk merokok biasanya terjadi pada masa remaja, terutama remaja pria. Pada
usia tersebut, seorang remaja pria akan cenderung untuk bersikap penasaran terhadap sesuatu
termasuk untuk mengonsumsi rokok. Di usia remaja juga tidak selalu dapat mengolah informasi
dengan baik. Meskipun mendapatkan pelajaran maupun peringatan mengenai bahaya merokok,
seorang remaja akan cenderung mengabaikan dan memutuskan secara sepihak untuk merokok.
Perilaku memulai mengonsumsi rokok sering dialami oleh remaja, terutama remaja pria
yang punya rasa penasaran tinggi. Menurut So dan Yeo (2015) perokok usia remaja pada
umumnya didominasi oleh pria dari pada wanita. Melihat keadaan di Provinsi Lampung, perokok
pria di usia remaja telah dianggap wajar. So dan Yeo (2015) juga menyimpulkan terdapat
perbedaan yang besar dari jumlah remaja pria yang merokok daripada wanita. Menurut
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) atau Kemenkes dalam Amin & Juniati
(2017) menyebutkan bahwa remaja menurut umurnya yaitu 12 sampai 25 tahun. Dengan begitu
keadaan kelompok remaja pria yaitu 12 sampai 25 tahun dapat mengalami masalah mengenai
rokok. Dalam penelitian ini akan menganalisis variabel-variabel yang memengaruhi remaja pria
untuk merokok di Provinsi Lampung. Berdasarkan uraian pentingnya penelitian ini dilakukan,
peneliti memiliki tujuan untuk memberikan gambaran umum remaja pria berstatus merokok di
Provinsi Lampung tahun 2020. Menganalisis determinan yang memengaruhi perilaku merokok
remaja pria di Provinsi Lampung tahun 2020. Mengetahui kecenderungan karakteristik variabel-
variabel yang memengaruhi perilaku merokok remaja pria di Provinsi Lampung tahun 2020.
2. METODOLOGI

2.1 Landasan Teori

Menurut WHO (2019), tembakau yang dihisap melalui pipa, setidaknya terdapat 7000
bahan kimia, dan setidaknya terdapat 250 bahan kimia yang diantaranya beracun atau dapat
menyebabkan penyakit seperti kanker. Penyakit yang diakibatkan mengonsumsi rokok dapat
menimbulkan kematian. Menurut pengolahan data susenas, persentase merokok umur diatas 15
pada laki-laki sangat tinggi. Menurut So dan Yeo (2015), perokok usia remaja umumnya di
3
 ISSN: 1978-1520

dominasi oleh laki-laki daripada perempuan. Menurut Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia (Kemenkes RI) dalam Amin & Juniati (2017) menyebutkan bahwa remaja menurut
umurnya yaitu 12 sampai 25 tahun. Variabel yang memengaruhi perilaku merokok diantaranya
variabel jenis pekerjaan, dan paparan media atau iklan merokok (Alemi, Stempel, & Montgomery,
2020). Selain itu faktor seseorang untuk merokok diantaranya umur, gender, jumlah anggota
rumah tangga, pendidikan tertinggi yang pernah atau sedang ditempuh, indeks kekayaan,
pengetahuan umum mengenai paparan asap rokok, pengetahuan kesehatan mengenai paparan
asap rokok, kebijakan merokok di rumah, kebijaan merokok di tempat kerja, dan status bekerja
(Khan, Rahman, Meem, & Khan, 2021). Kemudian sejalan dengan Islam, et al (2020) variabel
yang memengaruhi perilaku merokok pria yaitu tingkat pendidikan, status menikah, usia, dan
status bekerja. Sedangkan, faktor merokok diantaranya faktor demografi, faktor merokok atau
tidaknya orang tua, faktor merokok atau tidaknya saudara, dan faktor merokok dan minim
minuman beralkohol teman (Nakaseko, Kotera, & Nakazawa, 2020).

2.2 Cakupan Penelitian

Tabel 2. Variabel dalam penelitian


No Nama Variabel Kategori Dummy Referensi
(1) (2) (3) (4) (5)
Tidak 0
1 Status Merokok Mallol, et al (2021)
Ya 1
Maksimal SD* 0
(Fitroni & Zain, 2013)
Tingkat Pendidikan
2 SMP-SMA 1 Singh & Ladusingh (2014);
Terakhir yang Ditempuh
Islam, et al (2020)
Minimal D1 2
Tidak
Status Menggunakan 0 So & Yeo (2015); Lee, et al
3 menggunakan*
Internet (2019)
Menggunakan 1
Perdesaan* 0 Perka BPS No. 37 th 2010;
4 Daerah Tempat Tinggal Khan, Rahman, Meem, &
Perkotaan 1 Khan (2021)
Tidak pernah* 0 Ruhil (2019);
5 Status Perkawinan
Pernah 1 Tindimwebwa, et al (2021)
Remaja awal* 0 Kemenkes dalam Amin dan
6 Kategori Usia Remaja
Remaja akhir 1 Juniati (2017)
Tidak ada
yang 0 Ruli (2020); Jamison, et al
Keberadaan Anggota
merokok* (2010); Jamal, Abdullah, &
7 Rumah Tangga Merokok
Abdullah (2020); Mallol, et
Selain Remaja Pria Ada yang
1 al (2021)
merokok
Tidak bekerja* 0 Islam, et al (2020); Alemi,
8 Status Bekerja et al (2020); Tindimwebwa,
Bekerja 1 Ajayi, & Adeniyi (2021)
Tidak Miskin* 0
9 Status Ekonomi Basic Needs Approach
Miskin 1
Keterangan: *) kategori referensi

Penelitian ini mengkaji determinan perilaku merokok pada remaja pria di Provinsi

4
IJCCS ISSN: 1978-1520

Lampung tahun 2020. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data Susenas
Maret 2020. Penelitian ini mencakup semua remaja pria usia 12 sampai 25 tahun di Provinsi
Lampung dengan ketentuan status merokok dan tidak merokok, sehingga sampel dalam penelitian
ini terdiri dari 3.899 sampel remaja pria. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah status
merokok remaja pria. Sedangkan variabel independen dalam penelitian ini antara lain tingkat
pendidikan terakhir yang sedang atau pernah ditempuh, status menggunakan internet, daerah
tempat tinggal, status perkawinan, kategori usia remaja, keberdaan anggota rumah tangga yang
merokok, status bekerja, dan status ekonomi. Tabel 2 merupakan pengkategorian setiap variabel,
baik variabel dependen maupun variabel independen.

2.3 Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan antara lain analisis deskriptif dan analisis inferensia.
Dalam analisis deskriptif yang digunakan yaitu penyajian diagram lingkaran dan diagram batang.
Diagram lingkaran untuk menyatakan persentase variabel dependen dan independen setiap
kategorinya. Sedangkan diagram batang menyatakan persentase remaja pria merokok pada
masing-masing kategori dalam variabel independen. Analisis deskriptif digunakan untuk
menjawab tujuan penelitian yang pertama yaitu mengetahui gambaran merokok remaja pria di
Provinsi Lampung tahun 2020. Analisis inferensia yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
regresi logistik biner. Analisis yang dilakukan memiliki tahapan sebagai berikut.
1. Menguji penduga parameter dengan uji simultan. Pengujian dilakukan menggunakan
Likelihood ratio test, dengan pendekatan chi-square. Tujuan pengujian ini untuk menerima
hipotesis alternatif yaitu terdapatnya pengaruh secara simultan variabel independen terhadap
perilaku merokok remaja dalam penelitian ini.
2. Menguji penduga parameter dengan uji parsial. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
variabel-variabel independen yang memengaruhi perilaku merokok remaja pria. Pengujian
dilakukan menggunakan statistik Wald. Tujuan penelitian ini untuk menerima hipotesis
alternatif yaitu terdapatnya pengaruh variabel independen terhadap perilaku merokok remaja
pria di Provinsi Lampung tahun 2020. Kemudian memodelkan variabel yang signifikan
menggunakan regresi logistik binomial, dengan formula model sebagai berikut.
𝜋(𝑥)
𝑔(𝑥) = ln
1 − 𝜋(𝑥)
𝑔(𝑥) = ln exp(𝛽 + 𝛽 𝑥 + ⋯ + 𝛽 𝑥 )

𝑔(𝑥) = 𝛽 + 𝛽 𝑥 + ⋯ + 𝛽 𝑥

3. Setelah melakukan pengujian secara simultan dan parsial serta membentuk model regresi
logistik biner, selanjutnya melakukan pengujian kesesuaian model. Uji kesesuaian
menggunakan Hosmer and Lemeshow test. Pengujian dilakukan dengan pendekatab goodness
of fit dengan statistik uji C. Tujuan pengujian ini yaitu menerima hipotesis nol (𝐻 ) yaitu
model sudah cocok untuk menjelaskan variabel dependen berdarkan variabel dependennya.
4. Setelah uji simultan, uji parsial, dan uji kesesuaian model, selanjutnya melihat kecenderungan
variabel independen yang signifikan memengaruhi perilaku merokok remaja pria di Provinsi
Lampung tahun 2020. Kecendrungan kategori dalam variabel independen dapat dilakukan
dengan odds ratio. Hal tersebut dilakukan untuk menjawab tujuan penelitian ke tiga yaitu
melihat kecenderungan karakteristik variabel-variabel yang memengaruhi perilaku merokok
remaja pria di Provinsi Lampung tahun 2020.

5
 ISSN: 1978-1520

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Karakteristik remaja Pria di Provinsi Lampung Tahun 2020

33,91%
Tidak Merokok
Merokok
66,09%

Gambar 2. Persentase remaja pria di Provinsi Lampung tahun 2020 berdasarkan


tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh dan status merokok

Tabel 3. Persentase remaja pria setiap kategori variabel independen


No Variabel Kategori Persentase
(1) (2) (3) (4)
Maksimal SD* 18,29%
Tingkat Pendidikan Terakhir yang
1 SMP-SMA 74,45%
Ditempuh
Minimal D1 7,26%
Tidak menggunakan* 22,29%
2 Status Menggunakan Internet
Menggunakan 77,71%
Perdesaan* 71,17%
3 Daerah Tempat Tinggal
Perkotaan 28,83%
Tidak pernah* 91,74%
4 Status Perkawinan
Pernah 8,26%
Remaja awal* 42,37%
5 Kategori Usia Remaja
Remaja akhir 57,63%
Keberadaan Anggota Rumah Tangga Tidak ada yang merokok* 28,11%
6
Merokok Selain Remaja Pria Ada yang merokok 71,89%
Tidak bekerja* 59,02%
7 Status Bekerja
Bekerja 40,98%
Tidak Miskin* 89,77%
8 Status Ekonomi
Miskin 10,23%
Keterangan: *) kategori referensi

Gambar 2 adalah persentase perokok remaja pria di Provinsi Lampung tahun 2020.
Menurut olahan data Susenas Maret 2020 sampel remaja pria di Provinsi Lampung mencapai
3899 diantaranya yang merupakan perokok remaja pria di Provinsi Lampung mencapai 33,91
persen. Persentase tersebut menunjukkan terdapat setidaknya 33 sampai 34 dari 100 remaja pria
merupakan perokok di Provinsi Lampung tahun 2020. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
perokok remaja pria di Provinsi Lampung masih tinggi dan perlu adanya kajian mengenai variabel
yang memengaruhi perilaku merokok remaja pria. Pada Tabel 3 terlihat persentase tingkat
pendidikan terakhir yang ditempuh remaja pria kategori maksimal SD yaitu 18,29 persen, SMP
sampai SMA sebesar74,4 persen, dan Minimal D1 sebesar 7,26 persen. Persentase remaja pria
6
IJCCS ISSN: 1978-1520

tidak menggunakan internet yaitu 22,29 persen dan menggunakan internet sebesar 77,71 persen.
Persentase remaja pria yang belum pernah kawin yaitu 91,74 persen dan pernah kawin sebesar
8,26 persen. Persentase usia remaja pada kategori remaja awal yaitu 42,37 persen dan remaja
akhir sebesar 57,63 persen. Persentase remaja pria dengan keberadaan anggota rumah tangga
selain remaja pria yang merokok yaitu 71,89 persen dan tidak terdapatnya anggota rumah tangga
yang merokok sebesar 28,11 persen. Persentase remaja pria tidak bekerja yaitu 59,02 persen dan
bekerja sebesar 40,98 persen. Persentase remaja pria dengan status ekonomi tidak miskin yaitu
89,77 persen dan miskin sebesar 10,23 persen.
Pada Gambar 3 dapat dilihat gambaran karakteristik perilaku merokok berdasarkan
kategori setiap variabel independen. Dapat dilihat bahwa remaja pria dengan presentase merokok
terbesar yaitu remaja pria dengan pendidikan minimal D1, tinggal di perkotaan, menggunakan
internet, pernah kawin, remaja akhir, ada anggota rumah tangga yang merokok selain remaja pria,
remaja pria bekerja, dan remaja pria dengan status ekonomi miskin. Kemudian semua variabel
independen akan dilakukan pengujian untuk menghasilkan model regresi logistik biner yang baik.

100% 100%
90% 90%
80% 31,00% 34,07% 39,58% 32,74% 34,38%
80%
70% 70%
60%
50% 60%
Merokok 50% Merokok
40%
30% 69,00% 65,93% 60,42% 40% Tidak Merokok
20% Tidak Merokok 67,26% 65,62%
30%
10%
0% 20%
Maksimal SMP Minimal 10%
SD sampai D1 0%
SMA Perdesaan Perkotaan

A. Persentase remaja pria di Provinsi Lampung tahun 2020 berdasarkan B. Persentase remaja pria di Provinsi Lampung tahun 2020 berdasarkan
tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh dan status merokok daerah tempat tinggal dan status merokok

100% 100%
90% 23,36% 90%
80% 36,93% 29,94%
80%
70% 70%
60% 60% 77,95%
50%
40% Merokok 50% Merokok
76,64% 40%
30% 63,07% 70,06%
20% Tidak Merokok 30% Tidak Merokok
10% 20%
0% 10% 22,05%
Tidak Menggunakan 0%
Menggunakan Internet Belum Pernah Pernah Kawin
Internet Kawin

C. Persentase remaja pria di Provinsi Lampung tahun 2020 berdasarkan D. Persentase remaja pria di Provinsi Lampung tahun 2020 berdasarkan
status menggunakan internet dan status merokok status perkawinan dan status merokok

100% 4,90% 100%


90% 90%
80% 33,30% 34,14%
80%
55,23% 70%
70% 60%
60% 50%
Merokok 40% Merokok
50% 95,10% 66,70%
30% 65,86%
40% Tidak Merokok 20% Tidak Merokok
30% 10%
20% 44,77% 0%
10% Tidak ada Ada perokok lain
perokok lain dalam ruta
0% dalam ruta
Remaja Awal Remaja Akhir
E. Persentase remaja pria di Provinsi Lampung tahun 2020 berdasarkan F. Persentase remaja pria di Provinsi Lampung tahun 2020 berdasarkan
kategori usia remaja dan status merokok adanya perokok anggota rumah tangga selain remaja pria dan status
merokok
Gambar 3. Karakteristik perilaku merokok remaja pria berdasarkan kategori setiap variabel independen

7
 ISSN: 1978-1520

100% 100%
10,13%
90% 90% 25,81%
80% 80% 34,83%
70% 70%
68,15%
60% 60%
50% Merokok 50% Merokok
89,87%
40% Tidak Merokok 40% 74,19% Tidak Merokok
30% 30% 65,17%
20% 20%
31,85%
10% 10%
0% 0%
Tidak Bekerja Bekerja Miskin Tidak Miskin

G. Persentase remaja pria di Provinsi Lampung tahun 2020 berdasarkan H. Persentase remaja pria di Provinsi Lampung tahun 2020 berdasarkan
status bekerja dan status merokok status ekonomi dan status merokok

Gambar 3. Karakteristik perilaku merokok remaja pria berdasarkan kategori setiap variabel independen
(lanjutan)

3.2 Variabel-variabel yang Signifikan Memengaruhi Perilaku Merokok Remaja Pria di


Provinsi Lampung Tahun 2020

Uji Simultan

Uji simultan dilakukan untuk mengetahui signifikansi seluruh variabel independen terhadap
variabel dependennya. Pengujian secara simultan menggunakan statistik yang dihasilkan dari
Omnibus test of model coefficients. Statistik tersebut menggunakan pendekatan Chi-square, jika
hasilnya signifikan akan mengindikasikan bahwa terdapat minimal satu variabel independen yang
memengaruhi variabel dependen.

Tabel 4. Hasil uji secara simultan


Chi-square df Sig.
(1) (2) (3) (4)
Model 1847,877 9 0,000
Sumber: Output SPSS

Tabel 4 merupakan hasil pengujian secara simultan menggunakan SPSS. Berdasarkan hasil
tersebut nilai dari signifikansinya adalah 0,000. Sehingga dapat disimpulkan menggunakan
tingkat signifikansi 0,1 atau 10 persen, dapat dikatakan bahwa terdapat minimal satu variabel
independen yang memengaruhi perilaku merokok remaja di Provinsi Lampung tahun 2020.

Hasil Uji Parsial

Pengujian secara simultan telah dilakukan dan mengindikasikan terdapatnya variabel yang
memengaruhi perilaku merokok. Selanjutnya dilakukan pengujian secara parsial untuk
mengetahui setiap variabel independen yang memengaruhi perilaku merokok. Pengujian secara
parsial menggunakan statistik Wald. Statistik Wald mengikuti distribusi normal. Variabel yang
signifikan selanjutnya akan dibentuk model, hasil pengujian secara parsial sebagai berikut.

Berdasarkan Tabel 5 dengan tingkat signifikansi 10 persen, variabel yang memengaruhi


perilaku merokok yaitu tingkat pendidikan dengan kategori SMP sampai SMA dan minimal D1,
status perkawinan, kategori usia remaja, pengaruh anggota rumah tangga selain remaja pria, status
bekerja, dan status ekonomi. Sejalan dengan Islam (2020), pendidikan, status perkawinan, umur,
status bekerja, dan status ekonomi memengaruhi perilaku merokok. Selain itu menurut Mallol, et
al (2021) paparan merokok anggota rumah tangga secara signifikan memengaruhi perilaku
merokok individu dalam rumah tangga. Akan tetapi, daerah tempat tinggal dan status
8
IJCCS ISSN: 1978-1520

menggunakan internet tidak memengaruhi perilaku merokok, sejalan dengan penelitian Budiyati
(2019) perilaku merokok pada remaja tidak dipengaruhi oleh daerah tempat tinggal. Selain itu,
iklan mengenai penggunaan rokok pada internet tidak memengaruhi perilaku merokok (Fahmi,
Utama, & Syapitri, 2021).

Tabel 5. Hasil pengujian secara parsial


𝟏
Variabel Kategori Variabel 𝜷 Wald df p-value 𝒆𝒙𝒑(𝜷)
𝒆𝒙𝒑(𝜷)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
X11 SMP sampai SMA 0,515 7 1 0,008 0,770 1,298
X12 Minimal D1 0,255 2,809 1 0,094 0,597 1,674
Menggunakan -
X2 0,437 1 0,509 1,090 0,917
internet 0,086
-
X3 Perkotaan 0,109 1 0,741 1,034 0,967
0,033
-
X4 Pernah kawin 19,104 1 0,000 1,964 0,509
0,675
-
X5 Remaja akhir 242,724 1 0,000 8,812 0,113
2,176
Ada nggota ruta yang
-
X6 merokok selain 27,115 1 0,000 1,697 0,589
0,529
remaja pria
-
X7 Bekerja 389,831 1 0,000 7,331 0,136
1,992
X8 Miskin 0,452 7,888 1 0,005 0,637 1,571
Constant 0,987 14,884 1 0,000
Sumber: Output SPSS

Berdasarkan pengujian secara simultan dan parsial sebelumnya, persamaan regresi


logistik biner yang dapat dibentuk sebagai berikut:

𝜋
ln = −3,538 − 0,261𝑋 ∗∗ − 0,515𝑋 ∗∗ + 0,675𝑋 ∗∗ + 2,176𝑋 ∗∗ + 0,529𝑋 ∗∗
1−𝜋

+ 1,992𝑋 ∗∗ − 0,452𝑋 ∗∗

Keterangan: **) signifikan pada 10 persen

Pengujian Kesesuaian Model

Pengujian secara simultan dan parsial telah dilakukan dengan diperolehnya variabel yang
signifikan memengaruhi perilaku merokok remaja pria, selanjutnya dilakukan uji kesesuaian
model. Pengujian kesesuaian model dilakukan dengan tujuan menentukan kecocokan berdasarkan
model regresi logistik biner yang sudah dibuat. Dalam melakukan uji kesesuaian atau ketepatan
model dilakukan dengan Hosmer and Lemeshow test. Hasil pengujian menggunakan SPSS adalah
sebagai berikut.

9
 ISSN: 1978-1520

Tabel 6. Hasil pengujian kesesuaian model regresi logistik biner


Step Chisq Df Pr(>Chisq)
(1) (2) (3) (4)
1 9,314 8 0,316
Sumber: Output SPSS

Tabel 6 merupakan output SPSS mengenai uji kesesuaian model regresi logistik biner.
Nilai signifikasni uji Hosmer and Lemeshow menggunakan tingkat signifikansi 10 persen dapat
diputuskan gagal tolak 𝐻 (hipotesis nol) atau dengan kata lain model sudah fit untuk digunakan.
Sehingga, kesimpulan dari uji tersebut adalah model regresi logistik biner yang terbentuk sudah
sesuai untuk menjelaskan perilaku merokok remaja pria.

3.3 Kecenderungan Variabel-variabel yang Signifikan Memengaruhi Perilaku Merokok


Remaja Pria di Provinsi Lampung Tahun 2020

Model regresi logistik biner sudah memenuhi uji kesesuaian model, sehingga selanjutnya
dilakukan analisis kecenderungan variabel yang memengaruhi status merokok remaja pria di
Provinsi Lampung tahun 2020. Odds ratio atau kecenderungan dari kategori dalam variabel
terhadap kategori reference ditunjukkan pada baris exp 𝛽 pada Tabel 5, dengan menganggap
variabel bebas lain konstan, maka didapatkan odds ratio sebagai berikut.

Tingkat Pendidikan Terakhir yang Ditempuh

Nilai odds ratio pada Tabel 5 dapat dilihat berdasarkan nilai exp 𝛽 . Odds ratio untuk
variabel pendidikan kategori SMP sampai SMA pada exp 𝛽 bernilai 0,770 dan 1/ exp 𝛽
bernilai 1,298. Dengan menganggap variabel lain konstan nilai odds ratio tersebut berarti remaja
pria di Provinsi Lampung dengan pendidikan yang ditempuh maksimal SD memiliki
kecenderungan untuk merokok lebih besar 1,298 kali dibanding dengan remaja pria dengan
pendidikan berada pada SMP sampai SMA. Sedangkan, nilai odds ratio untuk variabel
pendidikan kategori minimal D1 pada exp 𝛽 bernilai 0,597 dan 1/ exp 𝛽 bernilai 1,674. Nilai
tersebut berarti remaja pria di Provinsi Lampung dengan pendidikan yang ditempuh maksimal
SD memiliki kecenderungan untuk merokok lebih besar 1,674 kali dibanding dengan remaja pria
dengan pendidikan berada pada minimal D1. Sesuai dengan penelitin Islam, et al (2020) mengenai
kecenderungan kategori pendidikan bahwa pendidikan kategori dasar lebih besar daripada
pendidikan menengah. Selain itu, kecenderungan merokok untuk pendidikan yang ditempuh
dengan kategori dasar cenderung lebih besar daripada pendidikan dengan kategori tinggi (Islam
M. , Saif-Ur-Rahman, Bulbul, & Singh, 2020). Semakin rendah tingkat pendidikan yang pernah
ditempuh akan berpeluang untuk melakukan perilaku merokok (Khan, Rahman, Meem, & Khan,
2021)

Status Perkawinan

Menurut Tabel 5 odds ratio untuk variabel status perkawinan kategori pernah kawin pada
exp 𝛽 bernilai 1,964. Dengan menganggap variabel konstan, nilai tersebut berarti remaja pria di
Provinsi Lampung dengan status pernah kawin memiliki kecenderungan untuk merokok lebih
besar 1,964 kali dibanding dengan remaja pria dengan status tidak pernah kawin. Sesuai dengan
penelitian Islam, et al (2020) seseorang yang pernah kawin lebih cenderung untuk merokok
dibanding dengan yang belum pernah merokok.

Kategori Usia Remaja

10
IJCCS ISSN: 1978-1520

Odds ratio untuk variabel usia remaja dengan kategori usia remaja akhir pada Tabel 5
yaitu exp 𝛽 bernilai 8,812. Dengan menganggap variabel lain konstan, nilai tersebut berarti
remaja pria di Provinsi Lampung dengan usia remaja akhir memiliki kecenderungan merokok
lebih besar 8,812 kali dibanding dengan remaja pria dengan kategori remaja awal. Sesuai dengan
penelitian Islam, et al (2020) bahwa kecenderungan merokok dari usia yang lebih tua lebih tinggi
daripada usia yang lebih muda. Usia yang semakin tua juga cenderung lebih konsumtif terhadap
rokok (Tindimwebwa, Ajayi, & Adeniyi, 2021). Kecenderungan untuk merokok terjadi pada usia
yang lebih tua (Reddy, Zuma, Shisana, Jonas, & Sewpaul, 2015)

Keberadaan Anggota Rumah Tangga yang Merokok Selain Remaja Pria

Odds ratio untuk variabel keberadaan anggota rumah tangga yang merokok selain remaja
pria dengan kategori terdapat remaja pria yang merokok pada Tabel 5 yaitu exp 𝛽 bernilai 1,697.
Dengan menganggap variabel lain konstan, nilai tersebut berarti remaja pria di Provinsi Lampung
dengan adanya keberadaan perokok dalam rumah tangga memiliki kecenderungan merokok lebih
besar 1,697 kali dibanding dengan remaja pria dengan kategori tidak adanya keberadaan perokok
dalam ruta. Kecenderungan merokok pada remaja dengan keberadaan lingkungan keluarga yang
merokok lebih tinggi dibanding dengan ketidakberadaan lingkungan keluarga yang merokok
(Destri, Sari, & Perdana, 2019). Menurut Nainggolan, et al (2020) adanya perokok lain dalam
rumah tangga dan perilaku merokok kepala rumah tangga akan mengakibatkan individu
cenderung lebih tinggi untuk merokok daripada rumah tangga yang tidak merokok maupun kepala
rumah tangga yang tidak merokok.

Status Bekerja

Odds ratio untuk variabel status bekerja dengan kategori bekerja pada Tabel 5 yaitu
exp 𝛽 bernilai 7,331. Dengan menganggap variabel lain konstan, nilai tersebut berarti remaja
pria di Provinsi Lampung dengan status bekerja memiliki kecenderungan merokok lebih besar
7,331 kali dibanding dengan remaja pria dengan kategori tidak bekerja. Kecenderungan seseorang
untuk merokok pada kategori bekerja lebih besar dibanding dengan seseorang yang belum bekerja
(Islam M. , Saif-Ur-Rahman, Bulbul, & Singh, 2020). Remaja yang bekerja cenderung merokok
setiap hari daripada remaja dengan kategori tidak bekerja (Zahrani & Arcana, 2020).

Status Ekonomi

Odds ratio untuk variabel status ekonomi dengan kategori miskin pada Tabel 5 yaitu
exp 𝛽 bernilai 0,637 dan 1/ exp 𝛽 bernilai 1,571. Dengan menganggap variabel lain konstan,
nilai tersebut berarti remaja pria di Provinsi Lampung dengan kategori rumah tangganya tidak
miskin memiliki kecenderungan merokok lebih besar 1,571 kali dibanding dengan remaja pria
dengan kategori rumah tangga miskin. Hal ini tidak sesuai dengan Direja dan Febrimuliani (2021)
seseorang dengan rumah tangga tidak miskin cenderung untuk merokok lebih besar daripada
seseorang dengan kategori rumah tangga miskin. Namun menurut Sihombing dan Arsani (2020)
kecenderungan merokok pada penduduk cukup kaya lebih tinggi dibanding dengan penduduk
yang sangat miskin.
4. KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian bab 4 sudah diberikan pembahasan mengenai analisis penelitian.


Berdasarkan hasilnya untuk menjawab tujuan penelitian. Sebanyak 33,91 persen remaja pria
merokok jenis tembakau di Provinsi Lampung tahun 2020. Variabel yang signifikan
memengaruhi remaja pria untuk merokok antara lain tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh,
status perkawinan, kategori usia remaja, keberadaan perokok dalam rumah tangga selain remaja
pria, status bekerja, dan status ekonomi rumah tangga remaja pria. Sedangkan variabel yang tidak

11
 ISSN: 1978-1520

signifikan memengaruhi remaja pria untuk merokok yaitu daerah tempat tinggal dan status
menggunakan internet. Remaja pria yang memiliki kecenderungan untuk merokok pada kategori
dalam variabel yang signifikan memengaruhi perilaku merokok remaja pria di Provinsi Lampung
tahun 2020 antara lain remaja pria dengan tingkat pendidikan minimal D1 dan SMP sampai SMA
lebih cenderung merokok dibanding dengan remaja pria dengan tingkat pendidikan maksimal SD,
remaja pria yang pernah kawin, remaja pria dengan usia remaja akhir, keberadaan anggota rumah
tangga yang merokok selain remaja pria, remaja pria yang bekerja, dan remaja pria dengan status
ekonomi rumah tangga miskin. Sedangkan kecennderungan terbesar pada usia remaja akhir.
Bagi penelitian berikutnya ada baiknya menggunakan variabel yang lebih kompleks,
mengingat penelitian yang dilakukan memiliki keterbatasan data penelitian. Variabel yang bisa
ditambahkan seperti status mengkonsumsi minuman beralkohol, atau variabel lainnya yang lebih
sensitif terhadap perilaku merokok. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan bahan
evaluasi untuk menekan jumlah atau prevalensi merokok di Provinsi Lampung, terutama sebagai
bahan edukasi bagi remaja yang dalam hal ini memberikan kontribusi besar terhadap awal mula
peningkatan frekuensi merokok di usia berikutnya. Melakukan kebijakan pembatasan merokok
dalam rumah tangga untuk menghindari terpaparnya remaja untuk merokok.

DAFTAR PUSTAKA

Agresti, A. (2013). Categorical Data Analysis Third Edition. Canada: John Wiley & Sons.
Alemi, Q., Stempel, C., & Montgomery, S. (2020). Prevalence and social determinants of
tobacco use in Afganistan. International Health, 1-10.
Amin, M. A., & Juniati, D. (2017). Klasifikasi Kelompok Umur Manusia Berdasarkan Analisis
Dimensi Fraktal Box Counting dari Citra Wajah Dengan Deteksi Tepi Canny. Jurnal
Ilmiah Matematika, 33-42.
APJII. (2021). Laporan Survei Internet APJII 2019-2020 (Q2). Indonesia Survey Center (p. 37).
Jakarta Selatan: Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia.
Azen, R., & Walker, C. (2011). Categorical Data Analysis for the Behavioral and Social
Sciences. New York: Taylor & Francis e-Library.
Budiyati, G. (2019). Faktor demografis yang berghubugan dengan perilaku merokok pada
remaja. Health Sciences and Pharmacy Journal, 42-46.
Destri, Y., Sari, F., & Perdana, A. (2019). Peilaku merokok dan faktor yang berhubungan pada
siswa. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai, 17-26.
Direja, S., & Febrimuliani, H. (2021). Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Perilaku Remaja
Merokok Setiap Hari di Provinsi Banten. Jurnal Ilmu Kesehatan, 30-41.
Fahmi, A., Utama, I., & Syapitri, H. (2021). Analisis faktor yang memengaruhi perilaku
merokok pada siswa sekolah menengah pertama di SMP negeri 1 Seunagan Kabupaten
Nagan Raya. Healthcare Technology and Medicine, 1546-1564.
Fitroni, B., & Zain, I. (2013). Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia Wajib Belajar
Menggunakan Metode Regresi Spasial di Jawa Timur. Jurnal Sains dan Seni POMITS,
171-176.
Green, L., & Kreuter, M. (2013). CDD's Planned Approach to Community Health as an
Application of PRECEED and Inspiration for PROCEED. Journal of Health Education,
140-147.
Hodge, F., & Nandy, K. (2011). Factors Associated with American Indian Cigarette Smoking in
Rural Settings. International Journal of Environmental Research and Public Health,
944-954.
Hosmer, D., & Lemeshow, S. (2000). Applied Logistic Regression Second Edition. New York:
A Willey-Interscience Publication.
Hosmer, D., & Lemeshow, S. (2013). Applied Logistic Regression (Third Edition ed.). USA:
Willey interscience, A Jhon Willey & Sons, Inc.

12
IJCCS ISSN: 1978-1520

Islam, M., Saif-Ur-Rahman, K., Bulbul, M. M., & Singh, D. (2020). Prevalence and factors
associated with tobacco use among men in India : findings from a nationally
representative data. Environmental Health and Preventive Medicine, 25-62.
Islam, M., Saif-Ur-Rahman, K., Bulbul, M., & Singh, D. (2020). Prevalence and factors
associated with tobacco use among men in India : findings from a nationally
representative data. Environmental Health and Preventive Medicine, 25-62.
Jamal, H., Abdullah, A., & Abdullah, M. (2020). Determinan sosial perilaku merokok pelajar di
Indonesia: analisis data Global Youth Tobacco Survey 2014. Jurnal Kesehatan
Vokasional, 141-150.
Jamison, B., Muula, A., Siziya, S., Graham, S., & Rudatsikira, E. (2010). Cigarette smoking
among school going adolescents in Lithuania: Results from the 2005 Global Youth
Tobacco Survey. BMC Research Notes.
Khan, M., Rahman, M., Meem, T., & Khan, U. (2021). Contrasts in Prevalence and
Determinants of Current Tobacco Smoking Status Among Adults in Indonesia as
Indicated by the Rural-urban Place of Residence. Journal of Health Inequalities, 40-51.
Lee, A., Lee, K.-S., & Park, H. (2019). Association of the Use of a Heated Tobacco Product
with Perceived Stress, Physical Activity, and Internet Use in Korean Adolescents: A
2018 National Survey. Environmental Reseach and Public Health.
doi:10.3390/ijerph16060965
Mallol, J., Urrutia-pereira, M., Mallol-SImmonds, M., Calderon-rodriguez, L., Osses-Vergara,
F., & Matamala-Benzmalinovic, A. (2021). Prevalence and Determinants of Tobacco
Smoking Among Low-Income Urban Adolescents. Pediatric, Allergy, Immunology, and
Pulmonology, 60-67.
Nainggolan, O., Dharmayanti, I., & Kristanto, A. (2020). Hubungan antara perilaku merokok
anggota rumah tangga dengan perilaku merokok remaja di Indonesia. Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan, 80-88.
Nakaseko, E., Kotera, S., & Nakazawa, M. (2020). Factors Associated with Smoking and
Drinking among Early Adolescents in Vanuatu: A Cross Sectional Study of Adolescents
and Their Parents. Environmental Research and Public Health.
Purnama, B. E. (2016). Konsep Dasar Internet. Yogyakarta: Teknosain.
Reddy, P., Zuma, K., Shisana, O., Jonas, K., & Sewpaul, R. (2015). Prevalence of tobacco use
among adults in South Africa: results from the first South African national health and
nutrition examination survey. SAMJ, 648-655.
Ruhil, R. (2019). Sociodemographic Determinants of Tobacco Use in India: Risk Factor- An
Analysis of Global Adult Tobacco Survey India 2016-2017. SAGE Open, 1-10.
Ruli, E. (2020). Tugas dan Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak. Edukasi Nonformal, 143-
146.
Sihombing, P. R., & Arsani, A. (2020). Pengaruh tingkat pendidikan, tingkat kesejahteraan, dan
penghasilan terhadap konsumsi rokok harian dari penduduk dewasa di Indonesia tahun
2015. Bappenas Working Papers, III, 74-87. doi:10.47266/bwp.v3i1.57
Singh, A., & Ladusingh, L. (2014). Prevalence and Determinants of Tobacco Use in India:
Evidence from Recent Global Adult Tobacco Survey Data. PLoS ONE.
So, E., & Yeo, J. (2015). Factors associated with early smoking initiation among Korean
adolescents. Asian Nursing Research, 115-119.
Tindimwebwa, L., Ajayi, A., & Adeniyi, O. (2021). Prevalence and determinants of tobacco use
amongst south African adults with mental illness in the Eastern Cape. South African
Journal of Psychiatry.
Wandita, D. (2020). Pengaruh Cukai Terhadap Konsumsi Rokok Serta Faktor Faktor yang
Memengaruhi Konsumsi Rokok. Jurnal Pendidikan Ekonomi, 159-165.
doi:10.19184/jpe.v14i1.16659
WHO. (2020). Indonesian News. Retrieved from World Health Organization:
https://www.who.int/indonesia/news/detail/30-05-2020-pernyataan-hari-tanpa-
tembakau-sedunia-2020
13
 ISSN: 1978-1520

World Health Organisation. (2019). Institutional Repository for Information Sharing. Retrieved
from WHO Country Office of Indonesia:
https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/324846/WHO-NMH-PND-19.1-ind.pdf
World Health Organization. (2021). Global Burned of Disease. Washington DC: Institute of
Health Metrics.
Zahrani, C. I., & Arcana, I. M. (2020). Determinan Perilaku Remaja Merokok Setiap Hari di
Indonesia. Seminar Nasional Official Statistics, 519-528.
doi:10.34123/semnasoffstat.v2020i1.412

Lampiran

Categorical Variables Codings


Parameter coding
Frequency (1) (2)
Tingkat Pendidikan Tertinggi Maksimal SD 713 .000 .000
yang Pernah Ditempuh SMP sampai SMA 2903 1.000 .000
Minimal D1 283 .000 1.000
Status Menggunakan Tidak Menggunakan Internet 869 .000
Internet Menggunakan Internet 3030 1.000
Daerah Tempat Tinggal Perdesaan 1124 .000
Perkotaan 2775 1.000
Status Ekonomi Tidak Miskin 3500 .000
Miskin 399 1.000
Kategori Usia Remaja Remaja Awal 1652 .000
Remaja Akhir 2247 1.000
Status Bekerja Tidak Bekerja 2301 .000
Bekerja 1598 1.000
Keberadaan Anggota Ruta Tidak terdapat anggota ruta 1096 .000
yang Merokok selain remaja yang merokok
pria Terdapat anggota ruta yang 2803 1.000
merokok
Status Perkawinan Belum Pernah Kawin 3577 .000
Sudah Pernah Kawin 322 1.000

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square df Sig.
Step 1 Step 1847.877 9 .000
Block 1847.877 9 .000
Model 1847.877 9 .000

14
IJCCS ISSN: 1978-1520

Hosmer and Lemeshow Test


Step Chi-square df Sig.
1 9.314 8 .316

15

Anda mungkin juga menyukai