Proposal: Ringkasan
Proposal: Ringkasan
RINGKASAN
Latar Belakang munculnya inovasi:
1. Ketidakakuratan/Inakurasi data, akurasi data RTLH 0%
a. Data kemiskinan sejumlah 4.426.536 data belum akurat menjadi data
target penanganan RTLH
b. Banyak pihak yang masih belum mampu menerjemahkan target RTLH
dari data miskin yang memiliki kriteria RTLH, karena akurasi data masih
0%.
c. Duplikasi data 40%.
2. Inefisiensi Sumber Daya, proses pelaksaaan secara manual
a. Inefisiensi waktu, 3-7 hari
b. Inefisiensi biaya, biaya penggandaan berkas 140 juta
c. Inefisiensi SDM, minimal 3 tenaga di setiap hirarki administratif
Pemerintahan
3. Penanganan RTLH belum terintegrasi, 0%
a. Banyaknya sistem penanganan RTLH yang bergerak parsial
b. Banyaknya sumber pembiayaan penanganan RTLH
c. Belum ada koordinasi dalam penanganan RTLH
Pada tahun 2017 inovasi ini lahir untuk menjawab permasalahan di atas
dengan menekankan pada upaya penanganan RTLH melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
1 Filterisasi data kemiskinan sejumlah 4.426.536 menjadi data RTLH;
1
4 Pemerintah Provinsi melakukan review data hasil validasi dan persetujuan
usulan yang telah direkomendasikan Kabupaten/Kota.
2
c. Duplikasi data 40%.
II Kesesuaian Kategori
Inovasi Jagani Omah Bareng Arum termasuk kategori Tata Kelola
Pemerintahan, yang memberikan cara kerja lebih efektif, efisen dan
terintegrasi atas penanganan RTLH, diawali dari tahapan validasi serta
pengusulan bantuan berjenjang dari Desa, direkomendasikan Kabupaten
untuk memperoleh persetujuan Provinsi dan Pusat,.
Tata kelola yang sekarang lebih baik dibandingkan dengan tata kelola
sebelumnya dengan proses tata kelola sebagai berikut:
1. Filterisasi data kemiskinan sejumlah 4.426.536 menjadi data RTLH;
3
III Kontribusi terhadap Capaian Nasional SDG’s/Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan
Inovasi “Jagani Omah Bareng Arum” berkontribusi dalam memenuhi tujuan
SDG’s:
IV Deskripsi Inovasi
“Jagani Omah Bareng Arum” merupakan Inovasi dalam bentuk Sistem Informasi
Perumahan (SIMPERUM) yang memudahkan proses penyediaan database
hingga pelaksanaan kegiatan RTLH. Mekanisme inovasi adalah:
4
1 Data kemiskinan difilter menjadi data orang miskin yang tinggal di RTLH
V Inovatif
Inspirasi inovasi dari Cari ID PLN. Kebaruan inovasi dapat dibandingkan
dengan inovasi sejenis di Jawa Timur dan Jawa Barat utamanya dalam hal
integrasi dengan sistem terkait penanganan RTLH.
Selama ini di Jateng belum ada penanganan komprehensif dan terpadu atas
RTLH, lahirnya inovasi ini memberikan kinerja dan kehandalan sebagai berikut:
• Keterjangkauan: menjangkau 7.809 desa dan 753 kelurahan.
5
• Kecepatan: proses pengusulan RTLH di Jawa Tengah: pengusulan desa
15 menit, penyetujuan kabupaten 30 menit, penyetujuan Provinsi 30 menit
• Kinerja:
a. Akurasi data penanganan RTLH 80%.
b. Efisiensi sumber daya:
- SDM: memerlukan satu orang di setiap jenjang proses administratif.
- Biaya: efisiensi biaya (paperless).
- Waktu: pengusulan bantuan membutuhkan satu hari.
c. Integrasi capaian penanganan RTLH 80%.
VI Transferabilitas
Indonesia memiliki luas wilayah sebesar 5.193.250 Km2, yang terdiri dari 8.490
Kelurahan dan 74.957 Desa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan
jumlah penduduk sebanyak 270.203.917 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut,
sebanyak 3.194.187 KK tinggal di Rumah Tidak Layak Huni (RTLH). Hal
tersebut menjadi potensi besar permasalahan yang sama di semua daerah di
wilayah Indonesia untuk melakukan replikasi terhadap penanganan Rumah
Tidak Layak Huni (RTLH) dengan menggunakan inovasi “Jagani Omah Bareng
Arum”, karena dengan data tersebut menunjukkan permasalahan pemenuhan
kebutuhan Rumah Layak Huni (RLH) dihadapi oleh semua daerah di Indonesia
hingga tingkat desa/kelurahan. Kondisi tersebut tentunya memerlukan solusi /
penyelesaian yang sama dengan kondisi di Provinsi Jawa Tengah dalam
rangka memperoleh database penanganan RTLH yang efektif dan efisien serta
mekanisme pelaksanaan kegiatan penanganan RTLH yang efisien.
Inovasi “jagani omah bareng arum” sudah direplikasi oleh beberapa pihak dari
daerah antara lain :
1. Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara.
2. Pemerintah Kabupaten Blora
3. Pemerintah Kabupaten Brebes
Dalam rangka untuk memudahkan pihak lain melakukan replikasi inovasi ini,
maka telah disediakan berbagai media transfer inovasi yang dapat diakses
melalui web Simperum https://simperum.disperakim.jatengprov.go.id/ yang
menyediakan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan buku manual
6
penggunaan aplikasi simperum serta proses bisnis dari inovasi “Jagani Omah
Bareng Arum”.
7
VIII Strategi Keberlanjutan
“Jagani Omah Bareng Arum” merupakan inovasi berkelanjutan dengan
didukung beberapa hal:
• Strategi Institusional, yaitu Pergub Prov. Jateng Nomor 06/2020
tentang Bankeupemdes menyatakan bahwa pengusulan Kegiatan
RTLH dilakukan menggunakan SIMPERUM dan BA Kerjasama Host to
Host antara SIMPERUM dengan beberapa sistem informasi terkait
penanganan RTLH di Provinsi Jawa Tengah;
8
IX Evaluasi
A Evaluasi telah dilakukan baik internal maupun eksternal, yaitu:
1 Evaluasi internal melalui E-SAKIP oleh Kepala Disperakim Prov Jateng
dan evaluasi Post Implementation Review (PIR) oleh tim teknis
Simperum, Pentest oleh Kominfo, Review oleh Dinsos, dan
Dispermadesdukcapil serta Inspektorat terkait evaluasi kegiatan setiap
tahun;
2 Evaluasi eksternal oleh Kabupaten/Kota dengan mengisikan
kuesioner survey inovasi setiap 3 bulan dan: review oleh Kementerian
PUPR.
B Metode Evaluasi
1. Internal, metode teoritis, dengan alat ukur capaian RTLH dan PIR yaitu
metode evaluasi untuk memastikan setiap aspek berjalan baik sesuai
prosedur, evaluasi Diskominfo Prov. Jateng dengan metode pentest
terhadap keamanan sistem setiap tahunnya, serta evaluasi Inspektorat
Prov. Jateng terhadap kegiatan.
2. Eksternal, angket kepuasan oleh kabupaten/kota setiap 3 bulan sekali.
Indikator keberhasilan inovasi:
1. Akurasi data penanganan RTLH mencapai 80%
2. Efisiensi Sumber Daya lebih dari 60% (SDM, Biaya dan Waktu) dengan
proses pelaksaaan sudah dilakukan secara online
3. Integrasi capaian penanganan RTLH di Provinsi Jawa Tengah sampai
dengan tahun 2020 mencapai 297.158 unit
C Hasil Evaluasi
TINDAK
NO INDIKATOR SEBELUM SESUDAH
LANJUT
1 Data 4.426.536 1.682.723 Validasi data
Kemiskinan RTLH secara
sebagai data
9
penanganan mandiri oleh
RTLH desa/kelurahan
Akurasi data 0% 80%
RTLH (1.682.723) (827.009)
Duplikasi Data 40% 0%
RTLH
2 Efisiensi Offline Online Bimtek
Sumber Daya
Waktu 3-7 hari 1 hari
SDM > 3 orang 1 orang
Biaya Biaya berkas papperless
140 juta rupiah
3 Integrasi Belum Sudah Koordinasi
Penanganan integrasi sistem
Sistem Masih parsial telah
penanganan terintegrasi
Banyaknya Belum dapat Penerima
Sumber dipilah bantuan dapat
Pembiayaan penerima dipilah dari
bantuan pembiayaan
sesuai sumber APBN, APBD
pembiayaan Prov, APBD
Kab/Kota, DD
dan CSR
Koordinasi Belum ada Sudah ada
Penanganan (capaian
RTLH 297.158
RTLH)
10
dan pengusulan bantuan RTLH secara online, sehingga dapat lebih
mengoptimalkan jumlah bantuan yang sebelum adanya inovasi hanya dapat
terealisasi 900 unit RTLH, tetapi setelah adanya inovasi dapat merealisasikan
bantuan hingga 20.000 unit RTLH.
Setelah terjadinya pandemi, inovasi sangat membantu untuk diterapkan, karena
tidak ada kontak fisik dalam pelaksanaan baik validasi maupun pengusulan
bantuan RTLH, semua dilakukan secara online, sehingga kegiatan RTLH tidak
terhambat pelaksanaannya karena pemanfaatan inovasi ini. Akan tetapi ada
sedikit penyesuaian dalam pelaksanaan bimtek terhadap operator inovasi, yang
sebelumnya dilakukan secara offline menjadi bimtek secara online melalui
zoom meeting. Selain itu, proses koordinasi dengan stakeholder terkait juga
dilakukan secara online.
11
1 Pemerintah Desa/Kelurahan : sebagai pengguna aplikasi SIMPERUM
utama (subyek) dalam melakukan validasi data RTLH dan sebagai
penanggungjawab dalam penginputan usulan bantuan RTLH ;
2 Disperakim Kabupaten/Kota : memberikan saran dan masukan terkait
pengoperasian aplikasi SIMPERUM agar lebih user friendly, karena
mereka sebagai pengguna aplikasi SIMPERUM, baik dalam proses
validasi data ataupun penginputan usulan bantuan RTLH;
3 Kementerian PUPR : memberikan saran dan masukan terkait rancangan
proses integrasi data E-RTLH dan aplikasi SIMPERUM.
XI Faktor Penentu
Faktor penentu keberhasilan inovasi :
• Komitmen dari Kepala Dinas;
• Partisipasi dan kolaborasi;
• Ketersediaan SDM, Anggaran, Data Center, Proses Bisnis, Database
Kemiskinan
• Dukungan regulasi dan kebijakan (Pergub Jateng Nomor 06/2020) serta
BA Kerjasama SIMPERUM dengan sistem informasi yang terkait
• Dukungan dari Pemdes sebagai user Simperum (dalam melakukan validasi
data RTLH)
Kendala:
• Belum dapat dilakukan feedback penanganan RTLH ke data kemiskinan,
sehingga perlu adanya feedback data dari SIMPERUM terhadap data
kemiskinan
• Belum optimalnya sinkronisasi NIK di E-KTP karena terbentur kuota,
sehingga perlu adanya penambahan kuota
• Data kemiskinan bergerak dinamis, sehingga perlu komitmen untuk
menentukan waktu penyelesaian validasi data kemiskinan
12