Candi sawentar
Berkenaan dengan lokasi dan lingkungannya, sangat disayangkan bahwa akses jalan menuju Candi
Sawentar lumayan sulit dilewati, karena jalan menuju candi ini berlubang-lubang. Candi Sawentar
terletak kira-kira delapan kilometer dari jalan Raya Garum jurusan Malang-Blitar. Secara geografis
Candi Sawentar berada di sebelah timur lereng Gunung Kelud. Juga ditinjau dari topografi
lingkungannya, kawasan Sawentar dikelilingi oleh sungai. Sungai yang paling dekat dengan situs
Sawentar adalah Ngasinan yang saat ini sudah tidak berfungsi lagi. Sungai ini sekaligus menjadi
pemisah antara Candi Sawentar I dan II. Data topografi tersebut menjadikan iklim sekitarnya
termasuk dalam kategori tropis, dengan curah hujan 173 mm/tahun dan jumlah hujan rata-rata 124
hari/tahun.[1] Iklim serta pantauan topografi inilah yang memberikan informasi bahwasanya wilayah
situs Sawentar dan sekitarnya merupakan tanah yang subur.
Candi Sawentar tidak memiliki sistem zonasi. Untuk sementara ini zonasi yang terdapat dalam Situs
Sawentar 1 sudah cukup baik, namun pada Situs Sawentar 2 masih butuh pemugaran dan
penjagaan yang lebih tertata. Belum tertatanya Sawentar 2 karena masih dalam proses penelitian
dan pengungkapan lagi oleh Balai Arkeologi Yogyakarta.
Candi ini terbuat dari batu andesit berukuran panjang 9,53 m, lebar 6,86 m dan tingginya 10,65 m.
Pintu masuk menuju bilik berada di sebelah barat, dengan ornamen makara pada pipi tangga,
sedangkan relung-relungnya terdapat pada setiap dinding luar tubuh candi. Di dalam ruangan bilik
ditemukan reruntuhan arca dengan pahatan burung garuda, yang dikenal sebagai kendaraan Dewa
Wisnu. Berdasarkan hal ini dapat diketahui bahwa Candi Sawentar merupakan bangunan suci yang
berlatar belakang agama Hindu.
Candi tegowangi
Candi Tegowangi merupakan candi yang terletak di Desa Tegowangi Kecamatan
Plemahan Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Indonesia.
Menurut Kitab Pararaton, candi ini merupakan tempat Pendharmaan Bhre Matahun. Sedangkan
dalam kitab Negarakertagama dijelaskan bahwa Bhre Matahun meninggal tahun 1388 M. Maka
diperkirakan candi ini dibuat pada tahun 1400 M dimasa Majapahit karena pendharmaan seorang
raja dilakukan 12 tahun setelah raja meninggal dengan upacara srada.
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Candi Tegowangi dapat pula disebut Candi Sentul. N. W. Hoepormans adalah orang yang pertama
kali membuat tulisan tentang Candi Tegowangi, selanjutnya diikuti oleh R.D.M Verbeek, J. Knebel
(1902), dan P.J Perquin (1915). Pemugarn dilakukan pada taun 1983-1984.
Menurut Nāgarakrtāgama Candi Tegowangi merupakan candi
pendharmaan Raja Watsari. Raja Matahun, adalah ipar dai Raja Hayam Wuruk yang meninggal
pada tahun 1388. Saat Candi Tegowangi belum selesai dibangun Raja Matahun sudah meninggal,
sehingga panil bagian akhir relief cerita Sudamala tidak dikerjakan.[1]
Candi surawana
candi tikus
Candi Tikus adalah sebuah peninggalan dari kerajaan yang bercorak Hindu yang terletak di
Kompleks Trowulan, tepatnya di dukuh Dinuk, Desa Temon, Kecamatan Trowulan,
Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Nama ‘Tikus’ hanya merupakan sebutan yang digunakan
masyarakat setempat. Konon, pada saat ditemukan, tempat Candi tersebut berada merupakan
sarang tikus. Di sana pemandangannya sangat bagus.
Candi Tikus yang semula telah terkubur dalam tanah ditemukan kembali pada tahun 1914.
Penggalian situs dilakukan berdasarkan laporan bupati Mojokerto, R.A.A. Kromojoyo Adinegoro,
tentang ditemukannya miniatur candi di sebuah pekuburan rakyat. Pemugaran secara menyeluruh
dilakukan pada tahun 1984 sampai dengan 1985.[1]
Belum didapatkan sumber informasi tertulis yang menerangkan secara jelas tentang kapan, untuk
apa, dan oleh siapa Candi Tikus dibangun. Akan tetapi dengan adanya miniatur menara
diperkirakan candi ini dibangun antara abad ke-13 sampai ke-14 M, karena miniatur menara
merupakan ciri arsitektur pada masa itu.